Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN ANAK

“ PERAWATAN ANAK DENGAN KEGAWATDARURATAN TENGGELAM ”

Dosen :

Lailatul Fadliyah, S.ST.,M.Kes.

Oleh :

Nama : Rihhadatul Rifdah

NIM : 151911913069

Kelas : 4A Gresik

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak dengan judul “ Perawatan Anak
Dengan Kegawatdaruratan Tenggelam ”

Saya sebagai penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing keperawatan anak ,bisa menyusun makalah ini. Penulis juga menyadari banyak
kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh karena itu saya sebagai penulis
mengharapkan kritik yang membangun agarpenulis dapat berbuat lebih banyak di kemudian
hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulispada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Gresik , 21 Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

Latar Belakang ............................................................................................................... 1

Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2

Tujuan ............................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

Konsep Dasar Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam ............................................. 3

Patofisilogi ..................................................................................................................... 5

Berdasarkan Kondisi Kejadian ....................................................................................... 8

Penanganan Pertama Pada Korban Tenggelam ............................................................. 10

Penatalaksanaan Korban Tenggelam ............................................................................ 11

Cara terhindar dari ancaman tenggelam ........................................................................ 13

Asuhan Keperawatan Pada Korban Tenggelam............................................................. 13

PENUTUP ....................................................................................................................... 18

Kesimpulan .................................................................................................................. 18

Saran ............................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak no. 2


dan no. 3 yang menimpa anak-anak dan remaja.Pada umumnya kasus tenggelam
ini sering terjadi di Negara-negar yang beriklim panas dan Negara dunia ketiga.
Insiden terjadinya kasus tenggelam pada anak-anak ini berbeda-beda tingkatan
pada tiap-tiap Negara.Dibandingkan dengan Negara-negara berkembang yang lain
reputasi Australia kurang baik, karena kasus tenggelam di Negara ini masuk
dalam urutan terbanyak. Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat
berujung pada kematian jika terlambat mendapat pertolongan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia
ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati
urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of Disease
(GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibanding
seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan
angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir. selama tahun 2000, 10 persen
kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8 persen akibat
tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang sebagian besar terjadi di negara-
negara berkembang.

Tenggelam merupakan penyebab yang signifikan dari kecacatan dan


kematian. Tenggelam telah didefinisikan sebagai kematian kedua setelah asfiksia
dimana terisi dengan cairan, biasanya air, atau dalam 24 jam of submersion. Pada
Kongres Dunia Tenggelam tahun 2002, yang diadakan di Belanda, sekelompok
ahli menyarankan consensus untuk mendefinisikan tenggelam agar menurunkan
kebingungan dari penggunaan dan definisi (>20) merujuk kepada proses ini yang
telah timbul dalam literature. Kelompok ini mempercayai bahwa keseragaman
definisi akan membuat analisis lebih akurat dan perbandingan studi, dimana para
peneliti bisa menggambarkan kesimpulan yang lebih bermakna dari data yang

1
dikumpulkan, dan meningkatkan kemudahan surveillance serta aktivitas
pencegahan. Mengingat pada kondisi tenggelam seseorang akan kehilangan pola
nafas yang adekuat karena dalam hitungan jam korban tenggelam akan mengalami
hipoksemia, yang selanjutnya akan mengalami anoksia susunan syaraf pusat,
hingga terjadi kegagalan resusitasi dan jika tidak segera diberikan pertolongan
akan menimbulkan kematian dalam 24 jam setelah kejadian.

Dalam hal ini, maka pertolongan kegawatdaruratan dengan pasien


tenggelam harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk menghindari Pertolongan
pertama dalam kegawatdaruratan merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat
sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau
terserang penyakit mendadak. Pertolongan ini menggunakan fasilitas dan
peralatan yang tersedia pada saat itu dan di tempat yang dibutuhkan.
Pada korban dengan kasus tenggelam pertolongan pertama merupakan
tindakan wajib yang harus dilakukan segeraterjadinya kolaps pada alveolus, lobus
atas atau unit paru yang lebih besar. Penatalaksanaan tindakan kegawatdaruratan
ini tentunya harus dilakukan secara benar dengan tujuan untuk mencegah kondisi
korban lebih buruk, mempertahankan hidup serta untuk peningkatan pemulihan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas pada
makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan korban tenggelam?


2. Bagaimana penatalaksanaan korban tenggelam ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah :

- Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan korban tenggelam


- Untuk mengetahui penatalaksanaan korban tenggelam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam

a. Pengertian Tenggelam
Tenggelam ( Drawning ) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi
cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke
dalam cairan. Definisi baru menyatakan bahwa tenggelam merupakan proses yang
dihasilkan dari kerusakan tractus respiratorius primer dari adanya penumpukkan
dalam medium cair. Definisi implicit adalah bahwa adanya cairan yang timbul
dalam jalan nafas korban. Hasilnya dapat termasuk menghambat morbiditas atau
kematian.

Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut


Kongres Tenggelam Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian berupa
gangguan respirasi akibat tenggelam atau terendam oleh cairan. Menurut Dr.
Boedi Swidarmoko SpP, tenggelam (drowning) adalah kematian karena asfiksia
pada penderita yang tenggelam. Istilah lain, near drowning adalah untuk penderita
tenggelam yang selamat dari episode akut dan merupakan berisiko besar
mengalami disfungsi organ berat dengan mortalitas tinggi. Efek fisiologis aspirasi
pun berbeda antara tenggelam di air tawar dan air laut. Pada tenggelam di air
tawar, plasma darah mengalami hipoktonik, sedangkan pada air laut adalah
hipertonik. Aspirasi air tawar akan cepat diabsorbsi dari alveoli sehingga
menyebabkan hipervolemia intravaskular, hipotonis, dilusi elektrolit serum, dan
hemolisis intravaskular. Aspirasi air laut menyebakan hipovolemia,
hemokonsentrasi dan hipertonis. Jadi yang dimaksud dengan tenggelam adalah
suatu istilah dari suatu keadaan yang disebabkan karena seseorang menghirup air
atau cairan ke paru-paru sehingga menghambat/mencegah udara yang
mengandung oksigen untuk sampai dan berhubungan dengan bagian depan
permukaan alveolus di paru-paru,dimana bagian ini merupakan bagian penting
yang berfunsi untuk pertukaran gas di paru-paru dan proses oksigenisasi darah.

3
b. Etiologi
a. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
b. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan
c. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
d. Kurangnya pengawasan oarng tua terhadap anak
e. Kurangnya keamanan peralatan saat renang.

c. Manifestasi Klinik

a. Koma
b. Peningkatan edema paru
c. Kolaps sirkulasi
d. Hipoksemia
e. Asidosis
f. Timbulnya hiperkapnia
g. Frekuensi pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal
sampai apneu.

h. Syanosis
i. Lunglai
j. Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
k. Koma dengan cedera otak yang irreversibel.

d. Kondisi Umum dan Faktor Resiko Pada Kejadian Korban Tenggelam

a. Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama

dengan usia 18-24 tahun

b. Kurang pengawasan terhadap anak terutama yang berusia 5 tahun ke

bawah
c. Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air
d. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat dan air yang

sangat dalam

4
e. Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan

membunuh,kekerasan atau permainan di luar batas.

5
2.2 Patofisilogi
Peristiwa fisiologik yang terjadi setelah tenggelam berlangsung
secara berurutan. Setelah panik dan perjuangan awal, korban akan
menahan nafasnya dan menelan banyak air. Mula-mula terjadi
laringospasme, tetapi bagi kebanyakan anak, diikuti relaksasi otot dan
akhirnya mereka mengaspirasi banyak air. Segera timbul henti jantung
paru dan terjadilah hipoksia. Hipoksia pada tenggelam kering adalah
akibat dari obstruksi jalan nafas disebabkan oleh laringospasme. Pada
tenggelam basah, hipoksia terjadi karena gabungan edema alveoli dan paru
intersitisial, deposit protein dalam alveoli, kerusakan kapiler, pulmoner,
penurunan sufeksi surfaktan, dan aspirasi benda asing.
Jenis air teraspirasi berperan dalam menentukan patofisiologi
tenggelam basah. Pada tenggelam air asin, cairan hipertonik itu tertarik
kedalam alveoli, mengencerkan surfaktan dan menimbulkan hipovolemia,
hemokonsentrasi, dan peningkatan konsentrasi elektrolit serum. Pada
tenggelam air tawar, cairan yang teraspirasi tertarik keluar alveoli dengan
cepat, masuk ke ruang intravaskuler. Perpindahan cairan ini menyebabkan
hipervolemia, hemodilusi dan penurunan konsentrasi elektrolit serum. Air
tawar diduga merusak sel alveoli tipe II, yang mengendalikan produksi
surfaktan paru.
A. Komplikasi

1. Ensefalopati Hipoksik
2. Tenggelam sekunder
3. Pneumonia aspirasi
4. Fibrosis interstisial pulmoner
5. Disritmia ventricular
6. Gagal Ginjal
7. Nekrosis pancreas
8. Infeksi

6
B. Klasifikasi Tenggelam

Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban antara lain


a. Typical Drawning

Yaitu keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan


korban saat korban tenggelam. Atau sering disebut tenggelam basah (wet
drowning), yaitu kematian terjadi sesudah menghirup air.

b . Atypical Drawning - Dry Drowning


Yaitu keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang
masuk ke dalam saluran pernapasan. Tenggelam kering (Dry
Drowning), yaitu kematian sebelum menghirup air. Tenggelam kering
dapat terjadi jika tenggelam air tawar ataupun air asin. Pada keadaan
ini cairan tidak masuk kedalam saluran nafas, tetapi saat air akan
masuk kedalam saluran nafas, terjadi spasme laring yang
menyebabkan tertutupnya jalan nafas.

c. Immersion Syndrom

Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air


dingin ( suhu < 20°C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal
yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari
pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah
koroner dan sirkulasi serebaral. Sering juga disebut tenggelam dalam
air dingin (cold immer sionsyndrome/immer sionsyndrome), dimana
seseorang tenggelam dalam air dingin, reseptor suhu pada kulit
teraktivasi secara tiba-tiba dan yang menyebabkan terhentinya nafas
dan jantung tiba-tiba.

d. Submersion of the Unconscious


Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit
jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang
mengalami trauma kepala saat masuk ke air.

7
e. Delayed Dead
Yaitu keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih
dari 24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.

f. Tenggelam sekunder (secondary drowning),


Yaitu terjadi beberapa hari setelah korban tenggelam dan diangkat
dari air. Korban meninggal karena komplikasi yang diakibatkan
tenggelam,seperti aspirasi,pneumonia,dan ketidakseimbangan
elektrolit.

.
2.3 Berdasarkan Kondisi Kejadian
1) Tenggelam
Yaitu suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam
jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan
saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan mengalami spasme yang
mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui
oleh udara yang sangat sedikit.

2) Hampir Tenggelam
Yaitu suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan
membatukkan air keluar.

a. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

1. Pemeriksaan foto toraks-aneka temuan (dari infiltirat parenkim


tersebarsampai edema pulmner luas)

2. Nilai analisa gas darah arteri-untuk menentukan asidosis respiratori


danasidosis metabolic
3. Pemantauan TIK-untuk menentukan perfusi serebri
4. EKG
5. Hitung darah lengkap

b. Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam

8
1. Perubahan Pada Paru-Paru

Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90%
pada korban hampir tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat
mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism
pathogen, bahan kimia toksik dan bahan asing lain dapat member
cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.

2. Perubahan Pada Kardiovaskuler

Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan


bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat
berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada fungsi
kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar
akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan
gangguan keseimbangan asam-basa.

3. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat

Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ


tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi
otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi
dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran
korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya
penurunan kesadaran terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan hipoksia.
Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia
dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit
anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi
kemudian bangun dalam

4. Perubahan Pada Ginjal

Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi


biasanyatidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria,

9
hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan
mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat,
asidosis laktat dan perubahan alirandarah ke ginjal.

5. Perubahan Cairan dan Elektrolit

Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar


cairan tetapi selalu menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi
paru, cairan intravena yang diberikan selama resusitasi dapat
menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut
dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan perubahan cairan karena
tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia dan
hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak.
Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan
hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena
kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas.

2.4 Penanganan Pertama Pada Korban Tenggelam

1. Prinsip pertolongan di air :

1) Raih ( dengan atau tanpa alat ).


2) Lempar ( alat apung ).
3) Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
4) Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).

2. Penanganan Korban
a. Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b. Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi
kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan
untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak
memungkinkan pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.

10
c. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan
untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan
nafas sepanjang perjalanan.

d. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.


e. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
f. Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
g. Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti
h. Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
i. Segera bawa ke fasilitas kesehatan

3. Pernapasan Berhenti

Penyebab berhentinya pernafasan yang sering dijumpai adalah :

a) Tenggorokan tersumbat
b) Lidah atau cairan kental yang menyumbat tenggorokan pada orang yang
tidak sadar.

c) Tenggelam,tercekik oleh asap, atau karena keracunan.


d) Pukulan yang keras pada kepala atau dada.
e) Serangan jantung

2.5 Penatalaksanaan Korban Tenggelam

Penanganan pada korban tenggelam dibagi dalam tiga tahap, yaitu:


1. Bantuan Hidup Dasar
Penanganan ABC merupakan hal utama yang harus dilakukan,
dengan fokus utama pada perbaikan jalan napas dan oksigenasi buatan,
terutama pada korban yang mengalami penurunan kesadaran. Bantuan
hidup dasar pada korban tenggelam dapat dilakukan pada saat korban
masih berada di dalam air. Prinsip utama dari setiap penyelamatan adalah
mengamankan diri penyelamat lalu korban, karena itu, sebisa mungkin
penyelamat tidak perlu terjun ke dalam air untuk menyelamatkan korban.
Namun, jika tidak bisa, penyelamat harus terjun dengan alat bantu apung,
seperti ban penyelamat, untuk membawa korban ke daratan sambil

11
melakukan penyelamatan. Cedera servikal biasanya jarang pada korban
tenggelam, namun imobilisasi servikal perlu dipertimbangkan pada
korbandengan luka yang berat.

2. Penilaian pernapasan dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga
langkah,yaitu:

 Look, yaitu melihat adanya pergerakan dada


 Listen, yaitu mendengarkan suara napas
 Feel, yaitu merasakan ada tidaknya hembusan napas
Penanganan pertama pada korban yang tidak sadar dan tidak bernapas
dengan normal setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi dada lalu
pemberian napas buatan dengan rasio 30:2. Terdapat tiga cara pemberian
napas buatan, yaitu mouth to mouth, mouth to nose, mouth to mask, dan
mouth to neck stoma.
Penanganan utama untuk korban tenggelam adalah pemberian napas
bantuan untuk mengurangi hipoksemia. Pemberian napas buatan inisial yaitu
sebanyak 5 kali. Melakukan pernapasan buatan dari mulut ke hidung lebih
disarankan karena sulit untuk menutup hidung korban pada pemberian napas
mulut ke mulut. Pemberian napas buatan dilanjutkan hingga 10 – 15 kali
selama sekitar 1 menit. Jika korban tidak sadar dan tenggelam selama <5
menit, pernapasan buatan dilanjutkan sambil menarik korban ke daratan.
Namun, bila korban tenggelam lebih dari 5 menit, pemberian napas buatan
dilanjutkan selama1 menit, kemudian bawa korban langsung ke daratan tanpa
diberikan napas buatan.

Kompresi dada diindikasikan pada korban yang tidak sadar dan tidak
bernapas dengan normal, karena kebanyakan korban tenggelam mengalami
henti jantung akibat dari hipoksia. Pemberian kompresi ini dilakukan di atas
tempat yang datar dan rata dengan rasio 30:2. Namun, pemberian kompresi
intrinsik untuk mengeluarkan cairan tidak disarankan, karena tidak terbukti
dapat mengeluarkan cairan dan dapat berisiko muntah dan
aspirasi. Selama proses pemberian napas, regurgitasi dapat terjadi, baik
regurgitasi air dari paru maupun isi lambung. Hal ini normal terjadi, namun

12
jangan sampai menghalangi tindakan ventilasi buatan. Korban dapat
dimiringkan dan cairan regurgitasinya dikeluarkan.

3. Bantuan hidup lanjut


Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian
oksigen dengan tekanan lebih tinggi, yang dapat dilakukan dengan BVM
(Bag Valve Mask) atau tabung oksigen.1 Oksigen yang diberikan memiliki

saturasi 100%. Jika setelah pemberian oksigen ini, keadaan korban belum

membaik, dapat dilakukan intubasi trakeal

2.6 Cara terhindar dari ancaman tenggelam


Cara terhindar dari ancaman tenggelam antara lain dibawah ini
a. Setiap anak yang sedang berenang harus selalu diawasi
b. Hindari minum minuman keras sebelum berenang atau dekat kolam
renang

c. Pintu masuk atau akses ke kolam renang harus selalu dalam pengawasan
d. Peralatan penyelamat seperti pelampung atau ban penyelamat harus
selalu dekat dengan kolam renang atau area berenang

e. Bila punya kolam renang di rumah, letakkan telepon dekat dengan kolam
renang. Agar anda bisa mengangkat telepon tanpa meninggalkan
pengawasan anak anda saat berenang
f. Hindari meletakkan meja dan kursi dekat kolam renang agar anak anda
tidak dapat memanjatnya

g. Tenggelam pun bisa terjadi pada orang dewasa, jadi pengawasan tetap
dibutuhkan

h. Ikutkan salah seorang anggota keluarga anda di dalam pelatihan RJP agar
bila dibutuhkan suatu saat ia dapat menolong.

Asuhan Keperawatan Pada Korban Tenggelam

A. Pengkajian Keperawatan

13
1. Biodata Klien : Nama,Umur,jenis kelamin
2. Keluhan utama : obstruksi jalan nafas,sesak nafas, kelebihan cairan
3. Riwayat penyakit sekarang : susah bernafas, kelebihan cairan,suhu tubuh
menurun dan gangguan kesadaran

4. Riwayat penyakit masa lalu : sebelumnya sudah pernah mengalami


tenggelam, asma.

5. Pemeriksaan fisik
6. Keadaan umum : lemah,pucat,sesak,kelebihan cairan,pernafasan terhenti

B. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan oksigen dalam udara inspirasi


b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d supresi reflek batuk sekunder akibat
aspirasi air masuk kedalam paru akibat tenggelam

c. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kurangnya suplai oksigen


d. Pola nafas tidak efektif b/d imobilisasi sekunder akibat depresi sistem
saraf pusat

e. Penurunan curah jantung b/d gangguan fungsi jantung ditandai dengan


tekanan darah rendah, nadi cepat, sianosis, disretmia, dispnea, adema.

f. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan preload, penurunan


kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.

g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan keinginan


untuk makan sekunder akibat perubahan tingkat kesadaran.

C. Intervensi Keperawatan

Dx: Gangguan pertukaran gas b/d penurunan oksigen dalam udara inspirasi

Intervensi:

I : Kaji bunyi paru; frekuensi nafas, kedalaman, dan usaha; dan


produksi sputum sesuai dengan indikator dari penggunaan alat
penunjang yang efektif.
14
R : pengkajian paru dilakukan untuk tindakan yang akan dilakukanselanjutnya
I : Pantau hasil gas darah.
R: Analisa gas darah berguna untuk mengetahui ph, dan yang palingpentingyaitu
kadar 02 dalam darah.
I : Pantau kadar elektrolit
R : Pemeriksaan Kadar elektrolit digunakan untuk mengetahui kerja sel
danorgan apakah masih bergungsi dengan baik
I : Pantau status mental (tingkat kesadaran).
R : status mental yang baik akan mempengaruhi tindakan keperawatanyangkooperatif
I : Jelaskan penggunaan alat bantu (oksigen)
R: Penting penjelasan alat bantu misalkan oksigen agar pasien dapat
I : Ajarkan kelurga pasien teknik bernafas dan relaksasi.
R : Teknik bernafas yang baik dan relaksasi akan mengurangi kesulitanbernafas yang
di akibatkan kekurangan kebutuhan oksigen
I :Berikan obat yang diresepkan ( misalnya natrium bikarbonat).
R : Untuk mempercepat proses penyembuhan

Dx : .Pola nafas tidak efektif b/d imobilisasi sekunder akibat depresi sistem saraf
pusat

I : Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan.


R: keseimbangan cairan menandakan sel dan organ masih berfungsi dengan baik

I : Pantau adanya pucat dan sianosis.


R: Penting untuk mengetahui kekurangan 02 pada jaringan
I : Pantau efek obat pada status respirasi.
R: indikasi pemberian obat dilakukan untuk memperbaiki status pernafasan
pasien

I : Catat asupan dan haluaran.

15
R: intake dan output cairan perlu diketahui untuk mengetahui keseimbangan
cairan tubuh

I: Informasikan kepada keluarga klien tentang teknik relaksasi untuk

meningkatkan pola pernafasan.

R: untuk menurangi rasa nyeri saat bernafas

I : Ajarkan cara batuk secara efektif


R : batuk efektifdapat membersihkan saluran pernafasan sehingga
dimungkinkan status pernafasan dapat ditingkatkan dengan baik

I: Rujuk kepada ahli terapi pernafasan untuk memastikan keadekuatan

fungsi ventilator mekanis.

R: untuk mempercepat proses penyembuhan

Dx: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan keinginan
untuk makan sekunder akibat perubahan tingkat kesadaran

Intervensi:

I : Berikan dan pertahankan asupan nutrisi yang adekuat R: nutrisi yang adekuat baik
untuk proses penyembuhan anak

I: Kaji kemampuan anak untuk mendapatkan asupan nutrisi melaluiselang


nasogastrik atau oral (NG po)

R:anak dengan perubahan tingkat kesadaran tidak mampu untuk mendapatkan asupan
nutrisi dengan baik secara oral

I:Kaji kapasitas anak untuk mentolerir makanan melalui selangnasogastrik


atau per-oral ( periksa adanya sisa dan mumtah).

16
R: Penting untuk mengetahui agar tidak terjadi makanan yang terbuang atautidak masuk
ke mulut anak

I: Naikkan jumlah dan jenis asupan nutrisi.


R: kenaikan jumlah dan jenis asupan nutrisi untuk mengganti kebutuhannutrisi
I: Kolaborasi dengan ahli gizi
R: Untuk mempercepat proses penyembuhan anak

17
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah


pernapasan dan kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan penyokong
kehidupan jantung dasar dengan menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari
luar melalui resusitasi, dan mencegah insufisiensi.

Korban dikatakan hampir tenggelam apabila korban dapat bertahan hidup


dalam 24 jam pertama. Apabila tidak dilakukan penanganan segera maka sebagian
besar pasien mengalami kerusakan organ yang multipel dimana otak merupakan
organ yang sangat peka dalam hal ini. Patofisiologi korban hampir tenggelam
sangat tergantung kepada jumlah dan sifat cairan yang terhisap serta lamanya
hipoksemia terjadi. Oleh sebab itu, tindakan di luar rumah sakit atau di tempat
kejadian tenggelam menentukan hasil tindakan di rumah sakit dan prognosa
selanjutnya.

Saran

Untuk pengelolaan, korban hampir tenggelam dikategorikan berdasarkan


status neurologis. Kategori A dan B biasanya membutuhkan perawatan medis
supportif sedangkan penderita yang termasuk dalam kategori C membutuhkan
tindakan untuk mempertahankan kehidupan dan perawatan intensif. Juga harus
dicari dan ditangani trauma yang timbul, seperti masalah kejang.

18
DAFTAR PUSTAKA

American Academic of Pediatric Commite on Injury and Poison Prevention Drowning.

(1993).

Infant, Children, and Adolescents. Pediatrics. Hal 292-294.

Clement A. (1997). Legal Responsibility in Aquatics. Aurora, OH: Sport and Law.

Ditjen Dikti. (2006). Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat oleh

Perguruan

Tinggi. Program Penerapan IPTEKS dan Vucer. Edisi VII. Jakarta: Departemen

Pendidikan Tinggi

Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Palmer, Lynn. (2005). Safe Swimming. Parks & Recreation; Feb 2005; 40, 2; ProQues

Education Journals page. 64

19

Anda mungkin juga menyukai