Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II 
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum dan Hukum Kesehatan 


Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan dalam
mengatur pergaulan hidup bermasyarakat. Pergaulan hidup atau hidup dimasyarakat yang sudah
maju seperti sekarang ini tidak cukup hanya dengan adat kebiasaan yang turun-temurun seperti
sebelumnya lahirnya peradaban yang modern. Untuk itu, maka oleh kelompok masyarakat yang
hidup dalam suatu masyarakat atau Negara diperlukan aturan-aturan yang secara tertulis, yang
disebut hukum.
Menurut Prof.Dr.Rang,“Hukum Kesehatan adalah seluruh aturan-aturan hukum dan
hubungan-hubungan kedudukan hukum yang langsung berkembang dengan atau yang
menentukan situasi kesehatan di dalam mana manusia berada” dan menurut CST. Kansil, SH.,
“Hukum Kesehatan ialah rangkaian peraturan perundangundangan dalam bidang kesehatan yang
mengatur pelayanan medik dan sarana medik. Kesehatan yang dimaksud adalah keadaan yang
meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial, dan bukan hanay keadaan yang bebas dari
cacat, penyakit dan kelemahan”.
Dari definisi hukum kesehatan yang telah dijelaskan oleh para ahli maka dapat
mengambil kesimpulan bahwa hukum kesehatan adalah: pengetahuan yang mengkaji tentang
bagaimana sebuah penegakan aturan hukum terhadap akibat pelaksanaan suatu tindakan
medik/kesehatan yang dilakukan oleh pihak yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan yang dapat
dijadikan dasar bagi kepastian tindakan hukum dalam dunia Kesehatan
Hukum kesehatan mengatur dua kepentingan 
1. Penerima pelayanan, yang harus diatur hak dan kewajiban, baik perorangan, kelompok
atau masyarakat.
2. Penyelenggara pelayanan : organisasi dan sarana-prasarana pelayanan, yang juga harus
diatur hak dan kewajibannya.

2.2 Hubungan Etika Kesehatan dan hukum Kesehatan

1. Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan. Contoh: (etiKes) Mantri
dpt memberisuntikan tanpa ada dokter tapi (Hukum kes) tidak membenarkan ini.
2. ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan etika tenaga kesehatan. Contoh:
kerahasiandokter (etika kedokteraan) jika terkait dengan msalah hukum maka
dikesampingkan.
3. Etika kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang mengiklankan diri,
tapi dalammenulis artikel kesehatan tidak maslah (etika kesehatan).

Etika dan hukum kesehatan dalam dunia kesehatan umumnya berbeda namun saling
melengkapi, dimana hukum cenderung bersifat kaku, lama dalam proses legalisasi, dan
kurang menyeluruh kemudian norma etika akan melengkapi kelemahan-kelemahan norma
hukum sehingga mampu mengikuti perubahanperubahan yang terjadi di masyarakat.

2.3 Perbedaan Etika Kesehatan dan Hukum Kesehatan


1. Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan sedangkan hukum
kesehatan objeknya tidak hanya hukum tapi melihat nilai-nilai hidup masyarakat.
2. Hukum berlaku umum, etika kesehatan berlaku hanya dalam pelayanan kesehatan
3. Etika kesehatan disusun berdasarkan kesepakatan anggota masing-masing profesi,
sedangkan hukum kesehatan disusun oleh badan pemerintah baik legislatif maupun
eksekutif.
4. Etika kesehatan tidak semua ditulis sedangkan hukum kesehatan tercantum atau tertulis
secara rinci dalam kitab undang-undang atau lembaran negara lainnya.
5. Sanksi terhadap pelanggaran etika kesehatan berupa tuntutan, biasanya dari organisasi
profesi, sedangkan sanksi pelanggaran hukum kesehatan adalah tuntutan yang berujung
pada pidana atau hukuman
6. Pelanggaran etetika kesehatan diselesaikan oleh majelis kehormatan etik profesi dari
masing masing organisasi profesi, sedangkan pelanggaran hukum kesehatan
diselesaikan lewat pengadilan
7. Penyelesaian pelanggaran etik tidak terlalu disertai bukti fisik, sedangkan untuk
pelanggaran hukum pembuktiannya memerlukan bukti fisik

2.4 Dasar Hukum Kesehatan


Dari berbagai devinisi hukum kesehatan sebagaimana yang dikemukakan di atas, sumber,
sumber hukum kesehatan adalah :
1. Pedoman internasional. Konferensi Helsinki (1964) merupakan kesepakatan para dokter
sedunia mengenai penelitian kedokteran, khususnya eksperimen pada manusia, yakni
ditekankan pentingnya persetujuan tindakan medik (informed consent).
2. Hukum Kebiasaaan. Biasanya tidak tertulis dan tidak dijumpai di dalam peraturan
perundang-undangan. Kebiasaan tertentu telah dilakukan dan pada setiap operasi yang akan
dilakukan di rumah sakit harus menandatangani izin operasi, kebiasaan ini kemudian
dituangkan ke dalam peraturan tertulis dalam bentuk informed consent.
3. Jurisprudensi. Keputusan Hakim yang di ikuti oleh para hakim dalam menghadapi kasus
yang sama. 4. Hukum Otonom. Suatu ketentuan yang berlaku untuk suatu daerah tertentu.
Ketentuan yang dimaksud berlaku hanya bagi anggota profesi kesehatan, misalnya kode etik
keperawatan, kode etik bidan, kode etik fisioterapi.
5. Ilmu. Substansi Ilmu Pengetahuan dari masing-masing disiplin ilmu. Misalnya pemakaian
sarung tangan bagi dokter dalam menangani pasien, dimaksud untuk mencegah penularan
penyakit dari pasien kepada dokter tersebut.
6. Literatur. Pendapat ahli hukum yang berwibawa menjadi sumber hukum kesehatan.
Misalnya mengenai pertanggungjawaban hukum (liability), perawat tidak boleh melakukan
tindakan medis kecuali atas tanggung jawab dokter (prolonged arm doctrine). Hukum
Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi juga yurisprudensi, traktat,
Konvensi, doktrin, konsensus dan pendapat para ahli hukum maupun kedokteran. Hukum
tertulis, traktat, Konvensi atau yurisprudensi, mempunyai kekuatan mengikat (the binding
authority), tetapi doktrin, konsensus atau pendapat para ahli tidak mempunyai kekuatan
mengikat, tetapi dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam melaksanakan
kewenangannya, yaitu menemukan hukum baru. Zevenbergen mengartikan sumber hukum
adalah sumber terjadinya hukum; sumber yang menimbulkan hukum. Sedangkan Achmad
Ali, sumber hukum adalah tempat di mana kita dapat menemukan hukum.

2.5 Kelompok - kelompok dalam Hukum kesehatan


Hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :
1. hukum kesehatan terkait langsung dengan pelayanan kesehatan
a. UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
b. UU No. 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran
c. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
d. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
e. Permenkes 161 tahun 2010 Tentang uji kompetensi
2. Hukum kesehatan yang tidak secara langsung terkait dengan pelayanan kesehatan
1. Hukum pidana
2. Hukum perdata
3. Hukum administrasi
3. Hukum kesehatan yang berlaku secara internasional
1. Konvensi
2. Yurisprudensi
3. Hukum kebiasaan
4. Hukum otonomi
1. Perda tentang kesehatan
2. Kode etik profesi

2.6 Ruang lingkup yang terdapat dalam hukum kesehatan

Menurut Leenen masalah kesehatan dikelompokkan dalam lima belas (15) kelompok yaitu :
a. Kesehatan keluarga
b. Perbaikan gizi
c. Pengemanan makanan dan minuman
d. Kesehatan lingkungan
e. Kesehatan kerja
f. Kesehatan jiwa
g. Pemberantasan penyakit
h. Penyembuhan penyakit dan pemuliham kesehatan
i. Penyuluhan kesehatan
j. Pengamanan zat adiktif
k. Kesehatan sekolah
l. Kesehatan olahraga
m. Pengobatan tradisional
n. Kesehatan matra

2.7 Fungsi Hukum ksehatan


1. Menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata kehidupan di dalam
sub sektor yang kecil tetapi keberadaannya dapat memberi sumbangan yang besar bagi ketertiban
masyarakat secara keseluruhan.
2. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di bidang kesehatan).
Benturan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat.
3. Merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat menghalang-halangi dokter
untuk melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka-luka karena tembakan, maka tindakan
tersebut sebenarnya keliru dan perlu diluruskan.

2.8 Tujuan hukum Kesehatan


Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Menurut Bredemeier yaitu menertibkan pemecahan
konflik -konflik misalnya kelalaian penyelenggaraan pelayanan bersumber dari kelalaian tenaga
kesehatan dalam menjalankan tugasnya.

2.9 Asas – asas hukum kesehatan


a. Asas perikemanusiaan yang berdasarkan ketuhanan yang maha esa
Asas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa
penyelenggaraan kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa dengan tidak membeda-bedakan golongan, agama, dan bangsa;
b. Asas manfaat berarti memberikan manfaat yang sebesar – besarnya bagi kemanusiaan
yang sehat setiap warga Negara.
c. Asas usaha bersama dan kekeluargaan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan
dilaksanaakan melalui kegiatan yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan
dijiwai oleh kekeluargaan.
d. Asas adil dan merata.
Asas adil dan merata berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang
terjangkau oleh masyarakat;
e. Asas perikehidupan dalam keseimbangan
Asas perikehidupan dalam keseimbangan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus
dilaksanakan seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental,
antara materiel dan spiritual;
f. Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan.
Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri berarti bahwa penyelenggaraan
kesehatan harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri dengan
memanfaatkan potensi nasional seluasluasnya.

BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai