Anda di halaman 1dari 3

Fasilitas Kesehatan

Sistem rujukan BPJS Kesehatan adalah proses pelayanan kesehatan di BPJS yang berjenjang.
Dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu:

 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Faskes I): pelayanan kesehatan dasar yang


diberikan oleh puskesmas, klinik atau dokter umum. Disebut juga Faskes Primer.
 Fasilitas Kesehatan Tingkat Kedua (Faskes II): pelayanan kesehatan spesialistik oleh
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis.
 Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKRTL):  1. Klinik utama atau yang setara, 2.
Rumah Sakit Umum, 3. Rumah Sakit Khusus.

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih
tinggi dilakukan apabila:

1.pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;

2.perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau ketenagaan.

3.Kasus medis yang menjadi kompetensi fasilitas kesehatan tingkat pertama harus diselesaikan 
secara tuntas di tingkat pertama, kecuali terdapat keterbatasan SDM,  sarana dan prasarana di
fasilitas kesehatan tingkat pertam

Komparasi Askes dan BPJS Kesehatan

1.Nilai Premi
Setiap peserta BPJS dan asuransi kesehatan tentunya diwajibkan untuk membayar iuran
atau premi. Nilai iuran BPJS Kesehatan tergolong murah, dan dibedakan menurut kelas
layanan. Iuran untuk kelas 1 sebesar Rp59.500,-, kelas 2 sebesar Rp42.500,-, dan kelas 3
sebesar Rp25.500,- per bulan.

Sementara nilai premi asuransi kesehatan cenderung mahal dan dibedakan menurut kelas
layanan juga usia. Semakin tua usia peserta, maka semakin mahal premi asuransinya.
Secara nominal, nilai premi asuransi kesehatan swasta antara yang satu dengan yang lain
bisa jadi berbeda. Namun, rata-rata mencapai Rp300.000,- hingga Rp500.000,- per bulan

2.Sistem Layanan
Dalam hal sistem pelayanan, BPJS menggunakan sistem berjenjang dan rujukan. Untuk
memeriksakan kesehatannya, peserta harus melalui fasilitas kesehatan (faskes) tingkat
pertama lebih dulu, yaitu bisa puskesmas, klinik, atau dokter pribadi. Jika ternyata
penyakit yang diderita oleh peserta tidak bisa ditangani oleh faskes 1, baru dirujuk ke
rumah sakit yang bekerjasama. Itupun peserta tidak bisa memilih sendiri rumah sakit
yang diinginkan, tetapi tergantung pada faskes 1 yang membuat rujukan. Meski dalam
kondisi darurat, peserta bisa langsung berobat ke rumah sakit manapun, namun BPJS
memberlakukan ketentuan gawat darurat yang cukup ketat.

Pada asuransi kesehatan, sistem layanan yang diterapkan bersifat langsung. Artinya
peserta bisa berobat langsung ke rumah sakit yang diinginkan tanpa perlu rujukan. Asal
rumah sakit yang dituju telah bekerjasama dengan perusahaan asuransi yang diikuti.
Dengan begitu, peserta bisa memperoleh layanan kesehatan secara cepat. Bahkan, peserta
asuransi kesehatan cenderung lebih diprioritaskan dibandingkan dengan peserta BPJS.

3. Batasan Plafon
Penggunaan layanan kesehatan dengan BPJS tidak dibatasi dengan plafon. Berapapun
biaya pemeriksaan dan perawatan yang dibebankan pada peserta akan ditanggung
seluruhnya oleh BPJS. Maka dari itu, peserta tak perlu lagi khawatir dengan biaya
perawatan ketika mengalami gangguan kesehatan, apapun penyakitnya.

Sebaliknya, biaya perawatan pada asuransi kesehatan dibatasi dengan plafon. Sebagai
contoh peserta membeli premi asuransi dengan plafon Rp20 juta. Jika peserta sakit dan
dirawat dengan total biaya mencapai lebih dari plafon, maka kelebihan biaya menjadi
tanggungan peserta itu sendir

4. Batasan Usia
Peserta BPJS tidak ada batasan usia, dalam arti berapapun usia seseorang tetap bisa
menjadi peserta BPJS. Mulai dari bayi baru lahir hingga manula bisa mendaftar sebagai
peserta BPJS. Selain itu, perbedaan usia maupun gender tidak mempengaruhi besaran
iuran yang harus dibayarkan. Besar iuran tergantung pada kelas layanan yang diinginkan,
kelas 1, 2, atau 3.
Sementara pada asuransi kesehatan terdapat batasan usia. Umumnya asuransi kesehatan
menolak kepesertaan seseorang yang telah memasuki usia tidak produktif, yaitu 55 tahun
ke atas. Logis, karena rentang usia tersebut cenderung rawan terhadap penyakit, tentu
perusahaan asuransi tak mau rugi.
5. Pre Existing Condition
BPJS tidak memberlakukan pre existing condition. Hal ini dimaksudkan bahwa BPJS
menerima kepesertaan seseorang apapun kondisinya tanpa memperhatikan riwayat sakit
yang pernah diderita. Berbeda dengan asuransi kesehatan yang menerapkan pre existing
condition. Artinya, penyakit yang pernah diderita oleh peserta sebelum mengikuti
asuransi kesehatan tidak akan dijamin pembiayaannya.

6.Penguna

Program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikenal dengan nama Asuransi Kesehatan
(ASKES) yang dikelola oleh PT Askes Persero, hanya dikhususkan untuk memberikan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi kalangan pegawai pemerintah.Kalangan ini meliputi Pegawai
Negeri Sipil (PNS), Pejabat Negara, Penerima Pensiun PNS, Penerima Pensiun TNI/Polri,
Penerima Pensiun Pejabat Negara, Veteran dan Perintis Kemerdekaan, sehingga hanya pegawai
pemerintahan saja yang bisa mendapatkan manfaatnya. Sedangkan, BPJS kesehatan telah
menanggung sepenuhnya faskes ( fasilitas kesehatan ) semua biaya diserahkan kepada BPJS,
sedangkan ASKES ketentuan pelayanan obat itu ditagih secara terpisah dengan pelayanan
kesehatannya dan fasilitas kesehatan  tidak menyediakan pelayanan obat

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/phpj/article/view/13584

Anda mungkin juga menyukai