Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

MANAJEMEN KEUANGAN

Nama : Anggi Wulan Meidianti


NIM : 20170410421

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
Teori Keagenan ( Agency Theory )
1. Pengertian teori keagenan
Teori keagenan menjelaskan dua perilaku ekonomi yang saling bertentangan
yaitu antara pemegang saham dan agen . Dalam hal ini terdapat hubungan kontrak
dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memrintah orang lain ( agen ) untuk
melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen
tersebut dengan keputusan yang terbaik . Teori agensi berfungsi untuk menganalisa
dan menemukan solusi terhadap masalah masalah yang ada dalam hubungan
keagenan antara manajemen dan pemegang saham.
Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan
membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance. Prinsip-
prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya
praktik good corporate governance adalah; transparansi (transparency), akuntabilitas
(accountability), keadilan (fairness), dan responsibilitas (responsibility). Corporate
governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan
agent yang pada akhirnya diharapkan dapat meminimalkan tindakan manajemen
laba.

2. Teori Keagenan Menurut Para Ahli

o Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling


Teori keagenan (agency theory) dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling
(1996) dalam Imanta (2011). Teori ini muncul ketika ada hubungan kontrak kerja
sama antara manager dan pemegang saham yang digambarkan sebagai hubungan
antara agent (manajemen), principal (pemegang saham).
Hubungan kontrak kerja sama tersebut berupa pemberian wewenang oleh
principal kepada agent untuk bekerja demi pencapaian tujuan principal. Manager
diangkat oleh pemilik untuk menjalankan operasional perusahaan karena pemegang
saham memiliki keterbatasan dalam mengelola perusahaan.
Pemisahan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan inillah yang
nantinya memicu adanya konflik kepentingan (agency conflict).

o Teori Keagenan Menurut Vidyantie dan Handayani


Menurut Vidyantie dan Handayani (2006) dalam Imanta (2011), teori
keagenan  atau agency theory mengasumsikan bahwa setiap individu dalam
perusahaan hanya bertindak atas dasar kepentingan mereka masing-masing.
Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik pada
pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya atas investasi mereka,
yang salah satunya tercermin dengan kenaikan porsi dividen dari tiap saham yang
dimiliki. Sedangkan agen diasumsikan termotivasi untuk meningkatkan insentif atau
kompensasi yang diperoleh dari setiap kemampuan yang telah dikeluarkan.
Pemegang saham menilai kinerja berdasarkan kemampuan manajer dalam
menghasilkan laba perusahaan. Sebaliknya, manajer berusaha memenuhi tuntutan
pemegang saham untuk menghasilkan laba yang maksimal agar mendapatkan
kompensasi atau insentif yang diinginakan.
Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam
perusahaan dari pada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri
informasi.
Menurut Richardson (1998) dalam Suryani (2010), asimertri informasi
antara manajemen (agent) dengan pemegang saham (principal) dapat memberikan
kesempatan kepada manajer untuk melakukan perataan laba.

Ada beberapa teori keagenan yang sering dibicarakan pada literature


keuangan :
1. Konflik antara pemegang saham dengan manajer
2. Konflik antara pemegang saham dengan pemegang utang
3. Konflik antara pemegang saham mayoritas dengan minoritas

Hubungan Keagenen

1) Konflik antara pemegang saham dengan manajer


Manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan, agar
perusahaan mencapai tujuan pemegang saham, yaitu memaksimumkan nilai
perusahaan (kemakmuran pemegang saham). Namun, Manajer bisa mempunyai agenda
sendiri yang tidak konsisten dengan agenda memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham.
2) Konflik antara pemegang saham dengan pemegang hutang
Terjadi karena pemegang saham dengan pemegang hutang mempunyai
struktur penerimaan (pay off) yang berbeda. Pemegang hutang memperoleh
pendapatan yang tetap dan kembalian pinjaman, sedangkan pemegang saham
memperoleh pendapatan diatas kelebihan atas kewajiban yang perlu dibayarkan ke
pemegang hutang.
3) Konflik antara pemegang saham moyoritas dengan minoritas

Pemegang saham tidak bersifat homogen. Karena pemegang saham tersebut


berlainan, maka akan ada potensi konflik antara pemegang saham. Dalam situasi
tersebut ada dua jenis pemegang saham: mayoritas (pendiri) dan minoritas (publik).
Publik dikatakan minoritas karena, meskipun jumlah mereka barangkali banyak,
jumlah suara atau saham mereka lebih kecil dibandingkan dengan jumlah saham
pendiri.

Cara Mengatasi konflik keagenan


1. Meningkatkan Kepentingan Manajerial
Peningkatan kepentingan manajerial digunakan sebagai cara untuk mengurangi
konflik keagenan. Menurut Crutchley dan Hansen (1989), Jensen et al (1992)
perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan
manajerial dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan
pemegang saham. Dengan peningkatan persentase kepemilikan, manajer
termotivasi meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan
kemakmuran pemegang saham.
2. Kepemilikan Sebagai Agen (monitoring agents) Institusional Pengawas
Konflik kepentingan mendasari adanya biaya keagenan, dengan asumsi rasionalitas
ekonomi dimana orang akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum
pemenuhan kepentingan orang lain. Demikian juga halnya dengan manajemen
perusahaan. Teori keagenan mengatakan bahwa sulit untuk mempercayai bahwa
manajemen (agent) akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham
(principal), maka diperlukan monitoring dari pemegang saham sehingga konflik
keagenan yang terjadi dapat dikurangi (Copeland dan Weston, 1992).

3. Meningkatkan Pendanaan Melalui Hutang


Penggunaan hutang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan.
Penambahan hutang dalam struktur modal mengurangi penggunaan saham
sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Perusahaan memiliki
kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga
secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk
meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban dari penggunaan
hutang. Sebagai konsekuensinya dari kebijakan Inl perusahaan menghadapi
biaya keagenan hutang dan resiko kebangkrutan (Crutchley dan Hansen,
1989).
Teori keagenan menyarankan sejumlah mekanisme yang dapat digunakan
untuk mengawasi konflik keagenan, termasuk didalamnya peningkatan
insider dan debt financing. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan bahwa
penggunaan instrumen insider mampu mensejajarkan kepentingan manajer
dan stockholders lainnya, kebijakan Ini menyebabkan meningkatnya kontrol
dari pihak manajerial.
Kebijakan mengenai insider dan hutang dalam mengurangi
munculnya potensi agency conflict telah ban yak diterima masyarakat secara
luas. Walaupun demikian, penggunaan hutang dan insider terlalu besar akan
memiliki masalah pertahanan (Grosman dan hart, 1982), hal ini
dimaksudkan bahwa apabila insider tinggi, maka mereka memiliki posisi
yang kuat untuk melakukan pengendalian terhadap perusahaan dan pihak
external stockholders akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan
tindakan insider.
4. Kebijakan Dividen Kebijakan
dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam
perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang mempunyai
kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan
pihak kedua perusahaan itu sendiri (manajemen). Dividen diartikan sebagai
pembayaran kepada pemegang saham oleh perusahaan atas keuntungan yang
diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Mamduh M.Hanafi. (2016). M.B.A. In M. Keuangan. Yogyakarta.

http://bahasekonomi.blogspot.com/2017/05/cara-cara-mengatasi-masalah-keagenan.html. (n.d.).

Ichsan, R. (2013, januari 12). Retrieved from


https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/

Anda mungkin juga menyukai