Nyonya Suryo menerima sebuah surat yang berasal dari Bawuk, surat yang berisi 3 kalimat “Akan datang Sabtu malam ini. Wowok dan Ninuk saya bawa. Sudilah Ibu membawa selanjutnya menjaga mereka. Bawuk”. Nyonya Suryo yang telah mengenal Bawuk selama tiga puluh lima tahun merasa aneh dengan kalimat yang dikirim oleh Bawuk yang selama dikenal Nyonya Suryo Bawuk adalah perempuan periang, murah dengan kata-kata dan selalu memberi nada yang hiruk pikuk dalam surat-suratnya. Suratnya yang selalu ceria berubah menjadi pendek, sederhana, kering, dan lugas. Nyonya Suryo mengenal anaknya yang paling muda, Bawuk. Bawuk yang memiliki sifat periang dan paling ribut sekaligus paling mengasyikan, paling cerdas, dan pemurah. Kakak-kakak Bawuk yang selalu menjawab pertanyaan Bawuk, ataupun mendengarkan seluruh cerita Bawuk pada saat pergi maupun pulang dari sekolah. Keempat saudara Bawuk memiliki kecerdasan yang cukup menunjukkan kegairahan serta kegembiraan hidup. Keempat saudara Bawuk merupakan anak dari bapaknya, yang sebagai seorang onder (jabatan camat). Sebagai anak dari seorang onder harus memenuhi syarat yang telah dipenuhi oleh keempat saudaranya yaitu disiplin, patuh, serius, efisien, dan efektif. Selain itu titik detail lainnya yaitu tulisan tangan yang bagus dan rapi, jadwal harian juga harus dijalankan dengan ketepatan jam Westminster. Hal itu telah dilaksanakan dan dilalui oleh keempat saudara Bawuk, sedangkan Bawuk adalah anak yang patuh, selain itu disiplin dan efisiensi pada waktu jam Westminster, tetapi pada waktu saat burung kepondang yang berkicau di pagi hari. Bawuk yang dekat dengan rewang di kediamannya seperti anak Pa Sarpan, Mbok Inem yang di setiap sorenya mendongengkan kepada Bawuh cerita-cerita Jawa lama seperti Timun Emas, Raden Panji atau Ajisaka. Bawuh juga menceritakan kepada Mbok Inem tentang Roodkapje dan Sneeuwwitje, Hans en Grietje. Sayangnya, ayah Bawuk tidak menyukai Bawuk yang bergaul dengan mereka karena harus menjaga gengsinya sebagai onder yang dipandang baik oleh bupati dan wedana karena prestasinya. Bawuk dengan berbagai cara dan tingkahnya selalu berhasil meyakinkan kedua orang tuanya. Nyonya Suryo mengenang masa kanak-kanak anak-anaknya, hingga teringat dengan kenyataan Bawuk mengirim surat yang berisikan 3 kalimat pendek, dan sederhana.Saat Bawuk datang dan menitipkan cucu-cucu Nyonya Suryo, sebagai seorang ibu Nyonya Suryo meracakan adanya bahaya yang akan datang pada anaknya karena setelah sekian lama keberadaan Bawuk muncul kembali. Nyonya Suryo memikirkan bagaimana dan mengusahakan untuk semua anaknya datang di saat Bawuk menitipkan anak-anaknya. Namun kebimbangan tersebut dipikirkan oleh Nyonya Suryo yang dipikirkan apakah tidak akan menimbulkan kekacauan perasaan dan ketegangan-ketegangan hubungan antara anak-anak beserta suami atau istri mereka. Suami Bawuk, Hassan selalu dianggap terlalu keras dan tinggi hati oleh iparnya. Selain itu, aktivitasnya sebagai seorang komunis, hingga Bawuk beserta suaminya menghilang pada akhir bulan Oktober yang menimbulkan perasaan yang tidak mengenakan di antara mereka Anak-anak Nyonya Suryo datang ke rumah induk. Anak yang tertua yaitu Sumi dan suaminya Sun, seorang brigjen AD dari Jakarta. Mamok, anak kedua seorang insyinyur sipil, dosen di ITB, datang dari Bandung namun tidak datang istrinya karena hamil. Syul, anak ketiga datang bersama anak pertama, suaminya sebagai Dirjen tidak datang, dan Tarto anak keempat yang menjadi dosen di Gajah Mada datang bersama dengan istrinya, Tini dari Yogya. Bawuk dan anak-anaknya datang di hari yang mulai gelap. Nyonya Suryo dan anak- anaknya memperhitungkan bagaimana Bawuk akan melangkahkan kaki ke dalam rumah, namun Bawuk datang dengan langkah-langkah yang wajar. Bawuk mencoba berusaha datang dengan tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan tetangga mereka. Di dekapnya anak dan cucunya dengan air mata yang berlinang. Nyonya Suryo mengamati Bawuk yang sangat terlihat kelelahan, namun Bawuk tetap memancarkan sinarnya yang lama, sinar yang selalu mengajak orang lain untuk tersenyum. Anak Bawuk, Wowok dan Ninuk mengikuti dan menempel Bawuk. Tujuan Bawuk datang ke Nyonya Suryo yaitu menitipkan anak-anaknya karena mencari suaminya yang menghilang saat bertugas. Dengan melalui perdebatan yang cukup menyita waktu dengan saudara-saudaranya. Hingga akhirnya, Nyonya Suryo mengizinkan untuk Bawuk mencari suaminya dan mengurus anak-anak Bawuk. Di saat sore hari, Nyonya Suryoyang mendengarkan cucu-cucunya membaca Al- Fatihah dengan bimbingan gurunya. Tergeletaknya surat kabar sore yang mengabarkan bahwa bagaimana usaha PKI untuk menguasai Jawa Timur lewat Blitar Selatan telah dapat dihancurkan. Pemimpin-pemimpin termuka tertangkap dan tertembak mati terbunuh. Munir, Sukatno, Sri Sukatno, Tjugito dan lain-lain tertangkap dan salah satu nama yang tidak banyak dikenal secara nasional adalah Hassan, suami Bawuk. Nyonya Suryo hanya memejamkan mata dan memikirkan anaknya Bawuk yang masih mencari keberadaan suaminya yang ternyata telah tet