Dewasa ini, kebutuhan perusahaan terhadap fungsi manajemen proyek tidak dapat
dipandang hanya dengan sebelah mata. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan proses
produksi, perusahaan harus mampu menghasilkan suatu produk baik berupa barang ataupun
jasa yang sesuai dengan kriteria ,waktu dan besarnya biaya yang telah ditetapkan. Perubahan
terhadap salah-satu dari ketiga faktor tersebut dapat mempengaruhi dua faktor lainnya yang
tentunya juga akan berdampak pada besar kecilnya nilai keuntungan yang dapat diperoleh
perusahaan. Lalu seberapa besar pentingnya penerapan manajemen proyek dalam suatu
perusahaan?
Manajemen proyek mulai dianggap penting saat bangsa Amerika mengalami kegagalan
yang sangat serius dalam kegiatan mega proyek mereka. Kegagalan Apolo 13 untuk
melakukan pendaratan di bulan membuka mata NASA mengenai pentingnya menerapkan
manajemen proyek. Sebelum kecelakaan fatal itu terjadi, pihak NASA hanya menekankan
masalah yang bersifat teknis dan mengabaikan permasalahan yang bersifat human
(manajemen). Tonggak sejarah inilah yang mengawali berkembangnya ilmu manajemen
proyek yang pada dasarnya dimulai dari industri konstruksi.
Kabar lain yang sangat mengejutkan juga berasal dari kegiatan pengembangan proyek
IT. Pada tahun 1998, Standish Group dalam laporannya menjelaskan bahwa proyek-proyek
IT yang dinyatakan sukses pada tahun tersebut, pada kenyataannya hanya 26% yang benar-
benar dapat dinyatakan sukses, sedangkan sisanya masuk kedalam kategori challenged
(overtime dan over budget) atau bahkan masuk kedalam kategori failed (gagal). Dan yang
paling menarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa faktor terbesar penyebab kegagalan ini
bukan berasal dari masalah teknis, melainkan faktor manajemen yang dalam hal ini adalah
kemampuan dalam melakukan manajemen proyek. Hal ini patut untuk dicermati sehingga
keberadaan manajemen proyek dalam dunia IT memang benar-benar dirasa sangat
dibutuhkan.
Di masa mendatang, manajemen proyek memiliki peran yang sangat penting dalam
mendukung kegiatan pengembangan perusahaan kearah yang bersifat strategis. Beberapa
alasan yang dianggap dapat menguatkan pentingnya keberadaan fungsi manajemen proyek
yang baik dalam suatu perusahaan antara lain semakin pendeknya kompresi daur hidup
produk, tingginya tingkat kompetisi global serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang menyebabkan semakin meningkatnya kompleksitas aktivitas proyek.
Adapun pengertian dari Manajemen Proyek Sistem Informasi itu sendiri adalah
sebuah cara yang dilakukan untuk mengelola sumber daya (manusia, data, anggaran) untuk
mencapai suatu tujuan yang ditentukan. Maksud dari pencapaian tujuan ialah suatu proyek
yang dimanajemen sedemikian rupa agar sesuai dengan anggaran, keinginan konsumen,
sesuai jadwal, dll. Hal itulah yang menjadi dasar dari manajemen sistem informasi tersebut.
Manajemen Proyek Sistem Informasi (MPSI) bisa juga diartikan sebagai langkah-
langkah yang diperlukan dalam sebuah pembuatan proyek sistem informasi untuk mencapai
suatu tujuan yang tadi. Berikut beberapa hal yang dijadikan tujuan dalam hal manajemen
sistem informasi:
1. Mutu
2. Biaya
3. Waktu
Jika seorang konsumen memiliki biaya rendah, maka proyek manajer bisa
menyesuaikan mutu dengan anggaran yang ada. Jika konsumen menginginkan pembuatan
proyek cepat, maka konsumen harus menyediakan dana lebih untuk mendapatkan tujuan
tersebut. Begitu juga dengan tujuan mutu yang dihasilkan.
Dalam hal ini yang mengatur atau mengelola pembuatan sistem informasi dari awal
hingga akhir ialah Proyek Manajer. Dimana proyek manajer inilah yang bertanggung jawab
dan mengatur segala sesuatu tentang proyek yang dikerjakan. Seperti: mencari proyek,
melakukan estimasi waktu dan biaya, memilih karyawan, dll.
Terdapat 4 kosep pada pembuatan Manajemen Proyek Sistem Informasi:
Manusia, ialah orang yang mengerjakan atau membuat sistem informasi.
Mulai dari proyek manajer, hingga programmer.
Proses, tahap-tahap dimana proyek sistem informasi ini dikerjakan. Pada
dimensi inilah dibutuhkan keterampilan seorang proyek manajer untuk
mengatur segala sesuatunya agar sesuai dengan tujuan.
Produk, ialah hasil dari proyek yang dikerjakan. Dalam hal ini sistem
informasi.
Teknologi, sesuatu yang terdapat pada produk. Hal ini dapat berkaitan dengan
mutu atau kualitas dari sebuah proyek.
Manajemen Proyek mempunyai faktor pembatas lingkup diantaranya : Scope/ ruang
lingkup proyek, time/waktu, cost/biaya.
Scope (ruang lingkup proyek) adalah batasan atas aktivitas yang harus
dilakukan untuk menghasilkan hasil akhir proyek sesuai harapan.
Time (waktu) adalah batasan waktu untuk menyelesaikan proyek sesuai
jadwal yang ditentukan.
Cost (biaya) adalah batasan anggaran yang disebabkan untuk pelaksanaan
proyek.
Ketiga batasan atau triple constraint (scope, time dan cost) ini saling berkaitan satu
sama lain. Misalnya terjadi penambahan ruang lingkup proyek maka akan menyebabkan
bertambah panjangnya waktu pengerjaan proyek yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan biaya.
Setidaknya ada enam buah tahapan didalam Manajemen Proyek Sistem Informasi
yang harus lalui anatara lain :
1. Tahapan Perencanaan
Tahapan perencanaa merupakan suatu rangkaian kegiatan semenjak ide
pertama yang melatarbelakangi pelaksanaan proyek ini didapat, pendefinisian
awal terhadap kebutuhan detail atau target yang harus dicapai dari proyek
tersebut, penyusunan proposal, penentuan metodologi dan sistem manajemen
proyek yang digunakan, sampai dengan penunjukan tim dan instruksi untuk
mengeksekusi (memulai) proyek yang bersangkutan. Biasanya ada dua pihak
yang terlibat langsung dalam proyek perencanaan ini yaitu :
- Yang membutuhkan (demand side) eksistensi dari suatu sistem informasi,
dalam hal ini adalah perusahaan, lembaga, institusi atau organisasi yng
bersangkutan.
- Pihak yang berusaha menjawab kebutuhan tersebut ( supply side) dalam
bentuk pengembangan teknologi informasi. Kelompok ini biasanya
merupakan gabungan dari para personel yang terkait dengan latar belkang
ilmu dan pengetahuan yang beragam (multidisiplin), seperti ahli perangkat
lunak, analisis bisnis dan manajemen, spesialis perangkat keras,
progammer, sistem analis, praktisi hukum, manajer proyek dan beberapa
karakteristik SDM lain yang terkait.
2. Tahap Analisis
Secara prinsip ada 2 aspek yang jadi fokus analisi, yaitu :
- Aspek bisnis atau manajemen
Analisis aspek bisnis dimulai dengan mempelajari karakteristik
perusahaan yang bersangkutan, mulai dari aspek historis, struktur
kepemilikan, visi, misi, kunci keberhasilan usaha (critical succes factors),
ukuran kinerja ( performance measurement ), strategi, program-program
dan hal terkait lainnya.
- Aspek Teknologi
Analisis aspek tekonologi meliputi kegiatan-kegiatan yang bersifat
menginventarisir aset teknologi informasi yang dimiliki perusahaan pada
saat proyek dimulai dengan berbagai tujuan, antara lain :
a. Mempelajari infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki
perusahaan dan tingkat efektivitas penguanaannya selama kurun waktu
tersebut.
b. Menganalisis kemungkinan-kemungkinan diperlukannya penambahan
sistem dikemudian hari ( system upgrading ) sehubungan akan
diimplementasikannya teknologi baru.
Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah isu-isu
(permasalahan) penting yang harus segera ditangani, dianalisis
penyebabnya, dampaknya bagi bisnis perusahaan, beberapa kemungkinan
scenario pemecahan dengan segala resiko cost/benefit (laba/rui) dan trade-
off (tukar tambah), serta pilihan solusi yang direkomendasikan. Sebelum
memasuki fase desain, seluruh tim harus paham tentang isu-isu ini dan
memiliki komitmen untuk melanjutkan proyek yang ada ke tahap
berikutnya sesuai dengan skala prioritas yang telah ditentukan (setelah
memilih scenario yang disetujui bersama).
3. Tahap Desain
Setelah proses analisa selesai, selanjutnya adalah membuat desain
(desgin). Desain adalah langkah yang sangat penting dalam siklus SDLC
karena langkah ini menentukan fondasi sistem informasi. kesalahan dalam
desain dapat menimbulkan hambatan bahkan kegagalan proyek.
About Press Blog People Papers Job Board Advertise We're Hiring!
Help Center