A. Standar Kompetensi
1. Pengertian
Standar Kompetensi di maksudkan untuk memastikan masyarakat
mendapatkan pelayanan kebidanan terstandar oleh Bidan yang kompeten.
Kompetensi Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan profesi
Bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberikan
pelayanan kebidanan pada bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita dan anak
prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa
pasca keguguran, masa nifas, masa antara, pelayanan keluarga berencana, masa
klimakterium, kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan, serta keterampilan
dasar praktik klinis kebidanan. (Kepmenkes RI Tentang Standar Profesi Bidan,
2020)
4. Kompetensi Bidan
Terdiri dari 7 area kompetensi meliputi: (a) Etik legal dan keselamatan klien,
(b) Komunikasi efektif, (c) Pengembangan diri dan profesionalisme, (d) Landasan
ilmiah praktik kebidanan, (e) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan, (f)
Promosi kesehatan dan konseling, dan (g) Manajemen dan kepemimpinan.
(Kepmenkes RI Tentang Standar Profesi Bidan, 2020)
4. Issue Moral
Issue moral adalah merupakan topik yang penting berhubungan dengan benar
dan salah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan
dengan kehidupan orang sehari-hari menyangkut kasus abortus, euthanasia,
keputusan untuk terminasi kehamilan. Isu moral juga berhubungan dengan
kejadian yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyangkut konflik,
mal praktik, perang, dsb.
5. Dilema Dan Konflik Moral
1) Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan
pada dua alternatif pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan
membutuhkan pemecahan masalah.
2) Konflik moral menurut Johnson adalah bahwa konflik atau dilema pada
dasarnya sama, kenyataannya konflik berada diantara prinsip moral dan tugas
yang mana sering menyebabkan dilema, ada dua tipe konflik, yang pertama
konflik yang berhubungan prinsip, dan yang kedua adalah konflik
berhubungan dengan otonomi. Dua tipe konflik ini adalah merupakan dua
bagian yang tidak terpisahkan. Bagaimana kita mengatasi dilema?, yaitu
menggunakan teori-teori etika dan teori pengambilan keputusan dan dalam
pelayanan kebidanan.
-PERTEMUAN 9-
B. Teori Inkremental
Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak masalah
yang harus dipertimbangkan dan merupakan model yang sering ditempuh oleh pejabat-
pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok
pikiran sebagai berikut :
1. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapainya merupakan hal yang saling terkait.
2. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternative
yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya
dipandang berbeda secara incremental atau marjinal.
3. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenai sebab dan
akibatnya.
4. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifiniskan secara teratur dan
memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan
sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
5. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap
masalah. Sehingga keputusan yangb baik terletak pada berbagai analisis yang
mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
6. Pembuatan keputusan incremental ini sifatnya adalah memperbaiki atau melengkapi
keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang
membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat diterima. Ada beberapa kelemahan
dalam teori inkremental ini :
1. Keputusan-keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan
kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok
lemah terabaikan.
2. Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak
memperhatikan berbagai macam kebijakan lain.
3. Di negara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang incremental tidak
tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan
mendasar. (Amri & Asmawati, 2020)
a. B. LANGKAH-
LANGKAH
PENYELESAIAN
MASALAH
b. Isu moral adalah
merupakan topik yang
penting berhubungan
dengan benar dan salah
dalam
c. kehidupan sehari-hari,
sebagai contoh nilai-nilai
yang berhubungan dengan
kehidupan orang sehari-
d. hari menyangkut kasus
abortus, euthanasia,
keputusan untuk
terminasi kehamilan. Isu
moral juga
e. berhubungan dengan
kejadian yang luar biasa
dalam kehidupan sehari-
hari, seperti menyangkut
konflik,
f. mal praktik, perang dsb.
g. Dilema moral menurut
Campbell adalah suatu
keadaan dimana
dihadapkan pada dua
alternatif
h. pilihan, yang
kelihatannya sama atau
hampir sama dan
membutuhkan pemecahan
masalah. Ketika
i.mencari solusi atau
pemecahan masalah harus
mengingat akan tanggung
jawab profesional, yaitu :
j.1. Tindakan selalu
ditujukan untuk
peningkatan kenyamanan,
kesejahteraan pasien atau
klien
k. 2. Menjamin bahwa
tidak ada tindakan yang
menghilangkan sesuatu
bagian (omission), disertai
rasa
l.tanggung jawab,
memperhatikan kondisi
dan keamanan pasien atau
klien
D. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah
Isu moral adalah merupakan topik yang penting berhubungan dengan benar dan salah
dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan dengan
kehidupan orang sehari-hari menyangkut kasus abortus, euthanasia, keputusan untuk
terminasi kehamilan. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian yang luar biasa
dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyangkut konflik, mal praktik, perang dsb.
Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua
alternatif pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan
pemecahan masalah. Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat
akan tanggung jawab profesional, yaitu :
1. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan, kesejahteraan pasien atau
klien
2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian (omission),
disertai rasa tanggung jawab, memperhatikan kondisi dan keamanan pasien atau klien.
(Amri & Asmawati, 2020)
-PERTEMUAN 10-
Kasus 2
“Ada seorang bidan yang berpraktik mandiri di rumah. Ada seorang pasien inpartu
datang ke tempat praktiknya. Status obstetrik pasien adalah G1 PO AO hasil
pemeriksaan penapisan awal menunjukkan presentasi bokong dengan taksiran berat
janin 3900 gram, dengan kesejahteraan janin dan ibu baik. Maka bidan tersebut
menganjurkan dan memberikan konseling pada pasien mengenai kasusnya dan untuk
dilakukan tindakan rujukan. Namun pasien dan keluarganya menolak dirujuk dan
bersikukuh untuk tetap melahirkan di bidan tersebut karena pertimbangan biaya
dan kesulitan lainnya. Melihat kasus ini maka bidan dihadapkan pada konflik moral
yang bertentangan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan dalam pelayanan
kebidanan. Bahwa sesuai Kepmenkes Republik Indonesia
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan praktik bidan, bidan tidak berwenang
memberikan pertolongan persalinan pada primigravida dengan presentasi bokong, disisi
lain ada prinsip nilai moral dan kemanusiaan yang dihadapi pasien, yaitu
ketidakmampuan secara sosial ekonomi dan kesulitan yang lain, maka bagaimana
seseorang bidan mengambil keputusan yang terbaik terhadap konflik moral yang
dihadapi dalam pelayanan kebidanan”.
Daftar Pustaka
Amri, S. R., & Asmawati. (2020). Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Pustaka Refleksi.
Suciati, S., Sulistina, D. R., & Rasyiid, A. (2015). Modul Teori Konsep Kebidanan. Prodi D3
Kebidanan Universitas Tulungagung.