Anda di halaman 1dari 118

MODUL PEMBELAJARAN

FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

Dosen pembimbing: Ns.Sultan,S.kep,MSN


Disusun oleh: Herna wandira(A1C219117)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSTAS MEGAREZKY
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.yang telah memberikan rahmat dan
taufik serta hidayaNya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Hakikat penciptaan
manusia dan proses penciptaan manusia ditinjau dari 3 agama(islam,katolik,dan
protestan).diajukan guna memenuhi tugsa mata kuliah pendidikan agama pada prodi ilmu
keperawatan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut
andil dalam penyusunan makalah ini hingga pada batas waktu yang telah ditentukan.
Saya sebagi penyusun sangat menyadari bahwa makalaah saya masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saaya sangat mengharapkan kritik dan saran para pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini dengan baik.sehingga makalah ini dapat memberi informasi dan
berguna bagi para pembaca dan khususnya saya sebagi penyusun.

Makassar,15 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................................................ii
Bab I Tinjauan teori
A. Teori florance nightingale....................................................................................
B. Teori mary seacole...............................................................................................
C. Teori hildegard peplau........................................................................................
D. Teori virginia hendeston....................................................................................
E. Teori dorothy jhonson........................................................................................
F. Teori imogone king...........................................................................................
G. Teori marta elizabeth.............................................................................................
H. Teori lidia eloise hall.................................................................................
I. Teori dorothea e.orem...........................................................................................
J. Teori sister calista roy..........................................................................................
K. Teori betty neuman..............................................................................................
L. Teori medeline leininger......................................................................................
M. Teori rosemanie rizzo............................................................................................
N. Teori margaret newman........................................................................................
O. Teori ida jean orlando...........................................................................................
P. Teori jean watson................................................................................................

Bab II pembahasan
A. Devinisi dan karakteristik ilmu ............................................................................
B. Keperawatan sebagai ilmu...................................................................................
C. Devinisi teori dan teori keperawatan....................................................................
D. Komponen-komponen suatu teori keperawatan ...................................................
E. Jenis-jenis dan tingkatan teori................................................................................
F. Perbedaan teori dan model khusus keperawatan.....................................................
G. Devinisi pradigma...................................................................................................
H. Komponen pradigma khusus keperawatan .............................................................
I. Hubungan pradigma keperawatan dengan teori keperawatan...................................

Bab III penutup


A. kesimpulan................................................................................................................
B. saran..........................................................................................................................
BAB I
TINJAUAN TEORI

A.Teory florance nightingale


Teori Nightingale adalah teori yang mengemukakan tentang lingkungan. Florence
Noghtingale sendiri adalah perawat yang pertama kali ada di dunia dan beliau di kenal
sebagai wanita yang pantang menyerah dalam merawat pasien dan memiliki jiwa penolong
serta sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu keperawatan.
Penulis kontemporer mulai menggali hasil pekerjaan Florence Nightingale
sebagai sesuatu yang mempunyai potensi menjadi teori dan model konseptual dari
keperawatan (Meleis 1985, Torres 1986, Marriner-Toorey 1994, Chin and Jacobs 1995).
Meleis (1985) mencatat bahwa konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai
fokus asuhan keperawatan dan perhatian dimana perawat tidak perlu memahami seluruh
proses penyakit dan itu merupakan proses awal untuk memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang
hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientrasi
pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan
nutrisi yang adekuat (Nightingale 1860, Torres 1986).
Melalui observasi dan pengumpulan data Nightingale menghubungkan antara status
kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang menimbulkan perbaikan
kondisi hygiene dan sanitasi selama perang Crimean. Torres (1986) mencatat bahwa
Nightingale memberikan konsep dan penawaran yang dapat divalidasi memberikan dan
digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan. Nightingale dalam teori deskripsinya
memberikan cara berfikir tentang keperawatan dan kerangka rujukan yang berfokus pada
klien dan lingkungan (Torres, 1986). Surat Nightingale dan tulisan tangannya menuntun
perawat untuk bekerja atas nama klien. Marriner-Tomey, (1994), prinsipnya mencakup
bidang pelayanan, penelitian dan pendidikan . hal paling penting adalah konsep dan prinsip
yang membentuk dan melingkupi praktik keperawatan . Nightingale berfikir dan
menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi (pengkajian) bukan demi
berbagai informasi/fakta yang mencurigakan, tetapi demi menyelematkan hidup dan
meningkatkan kesehatan dan keamanan.

1.Definisi dan Konsep Mayor


a.Definisi teori
Teori merupakan kumpulan konsep, definisi, dan usulan yang memproyeksikan
pandangan sistematis tentang suatu fenomena dengan merancang hubungan khusus
antar-konsep guna menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan/atau
mengendalikan fenomena yang ada (Asmadi, 2008).Untuk memudahkan alur berpikir
mengenai hubungan dan pengaruh logis antar-konsep serta untuk merealisasikan teori
keperawatan ke dalam praktik, diperlukan suatu model keperawatan. Keperawatan
sebagai ilmu dan profesi harus didukung oleh teori dan model konseptual agar
pelayanan keperawatan yang diberikan semakin professional (Asmadi, 2008).
Florence Nightingale adalah salah satu perawat pertama untuk
mendokumentasikan dampak lingkungan yang dibangun terhadap pasien. Selain
menulis tentang sanitasi, tingkat infeksi, dan ventilasi, Nightingale memahami bahwa
aspek lingkungan seperti warna, suara, dan cahaya, bersama dengan kehadiran
perawat, memberikan kontribusi untuk mendapatkan kesehatan
Florence Nightingale, yang kita kenal sebagai perawat yang membangun
landasan teori bagi profesi keperawatan, mengembangkan dan menerbitkan suatu
filosofi dan suatu teori tentang hubungan antara kesehatan dan keperawatan
(Soemowinoto, 2008). Titik berat teori ini adalah pada aspek lingkungan. Nightingale
meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat penting untuk penanganan perawatan
yang layak.

b.  Konsep mayor teori Florence Nightingale


Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai fokus
asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan lebih
diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuat (jumlah vitamin atau mineral yang cukup),
dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan
semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik
keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.Model konsep ini
memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga akhirnya
dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya
memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat
mempengarui proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep
Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara
keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psiklologis dan lingkungan
sosial.
a.Lingkungan fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan
udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang
selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus
bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat,
udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian
rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan keleluasaan pasien untuk
beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari
kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian
rupa supaya mendapat ventilasi.
b.Lingkungan psikologi (Psychology environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena
itu, ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar
matahari, makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat merangsang semua faktor
untuk dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang
dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan
secara terburu-buru atau terputus-putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya
dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan
pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang
terlalu muluk muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita
hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa
nyaman.
c.Lingkungan Sosial (Social environment)
Observasi (pengamatan)dari lingkungan sosial terutama
hubungan spesifik (khusus), kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan
keadaan penyakit, sangat penting untuk  pencegahan penyakit. Dengan demikian
setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi (pengamatan) dalam
hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih sekadar data-data yang
ditunjukan pasien pada umumnya.Seperti juga hubungan komunitas dengan
lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungan individu pasien
yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah
atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh
terhadap lingkungan secara khusus.

Penjelasan Skema/Bagan Model Konseptual

klien
perawat kesehatan

lingkungan

Florence Nightingale  dalam bukunya What It Is and What It is Not, menyatakan


bahwa “ peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya
terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya” (Priharjo, 2008). Nightingale
memandang keperawatan sebagai ilmu kesehatan dan menguraikan keperawatan sebagai
pengarahan terhadap peningkatan dan pengelolaan lingkungan fisik sehingga alam akan
menyembuhkan pasien. Pasien adalah seseorang dengan proses vital penyembuhan yang
berhadapan dengan penyakit dan pemulihkan kesehatan tetapi pasif terhadap pengaruh dari
usaha keperawatan lingkungan. Walaupun lingkungan mempunyai kehidupan sosial,
emosional, dan aspek fisikal, Nightingale menekankan pada aspek fisiknya. Oleh karena
itu, kegiatan keperawatan termasuk memberikan pendidikan tentang kebersihan di rumah
tangga dan lingkungan untuk membantu wanita menciptakan atau membuat lingkungan
sehat bagi keluarganya dan komunitas yag pada dasarnya bertujuan untuk mencegah
penyakit. Florence berkeyakinan jika lingkungan diperbaiki maka masa perawatan dapat
dipersingkat (Efendi & Makhfudli, 2009).
Menurut Nightingale keadaan sehat dapat dicapai melalui pendidikan dan perbaikan
kondisi lingkungan. Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai merasa sehat dan
menggunakan semaksimal mungkin setiap kekuatan yang dimiliki yang merupakan proses
aditif, yaitu hasil kombinasi dari faktor lingkungan, fisik, dan psikologi
Perkembangan teori florance nightingale
Tahun 1850 ketika usianya genap 39 tahun dengan tegas ia mengatakan bahwa ia segera
memasuki lapangan perawatan, dan ia bermaksud mengunjungi pendidikan yang ada di
Kaiserwerth. Orang tuanya terpaksa mengijinkanya. Pada mulanya ia bekerja selama dua
minggu, sesudahnya ia pergi lagi untuk ikut mempelajari perawatan, pendidikan 4 bulan
ini terjadi pada tahun 1851 . Dengan itu maka terkabulah cita-citanya untuk mendapatkan
pendidikan cara praktis dalam lapangan perawatan . Ia lulus dari pendidikan ini dengan
hasil memuaskan.Tahun 1853 ia mengepalai suatu Institut yang disebut “ Establishment
For gentle women during illnes” ia mulai dengan berorganisasi dan perbaikan- perbaikan
dari bangunan dan juga perawatan, sehingga Institut ini lama kelamaan menjadi sebuah
rumah sakit. Tidak lama sesudah itu, Kings College Hospital meminta agar ia mengepalai
perawatan di rumah sakit tersebut. Oleh Florence Nightingale selesai jabatan ini diterima
dengan,baik.
“Were there none who were discontented with what they have, the world would never
reach anything better.” (florance nightingal).
REPORT THIS AD

Aplikasi teori keperawatan


1. Aplikasi Proses Keperawatan
Membuat pasien merasa nyaman dan tenang di lingkungan rumah sakit merupakan hal
yang perlu dilakukan. Cara yang dilakukan untuk membuat pasien merasa nyaman, pada
saat memberi makanan di rumah sakit misal dengan membersihkan meja tempat tidur dan
yakinkan ada tempat untuk semua piring. Makanan harus di hidangkan pada nampan
bersih dan harus terlihat menarik. Yakinkan ada alat makan yang digunakan.
Teori Nightingale memandang Pasien dalam kontek lingkungan keseluruhan:
1. Lingkungan fisik,
2. Psikologis,
3. Sosial.
Melalui observasi dan pengumpulan data Nightingale menghubungkan antara status
kesehatan klient dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang menimbulkan perbaikan
kondisi higiene dan sanitasi selama perang Crimean. Kondisi higene penting untuk
membantu pasien tetap bersih dan untuk merawat kulit, mulut, rambut, mata, telinga, kuku.
Di jaman sekarang ketika seseorang sakit, akan sulit memikirkan tentang mandi atau
menyikat gigi atau membersihkan kuku, bernapas atau mengatasi nyeri tampak lebih
penting. Oleh karena itu, perawat perlu melihat apakah pasien dapat mebersihkan diri
mereka sendiri dan membantu mereka bila mungkin. Penting untuk menanyakan pasien
apa yang biasanya mereka lakukan dan bagaimana mereka menginginkan bantuan. Praktek
budaya dan agama dapat membedakan praktek higiene. Higiene adalah sangat pribadi dan
masing – masing individu mempunyai ide yang berbeda-beda tentang apa yang mereka
ingin lakukan. Jika memungkinkan, perawat harus membantu pasien memenuhi kebutuhan
pribadinya daripada melakukan standard rutin.Perawat adalah orang yang membantu
proses penyembuhan penyakit, tetapi tidak untuk menyembuhkan penyakit. Ini karena
tugas seorang perawat adalah merawat orang yang sakit dan dokter adalah orang yang
berperan penting dan sangat membantu dalam proses penyembuhan penyakit. Itulah beda
perawat dan dokter. Perawat juga bukan hanya memberikan obat untuk menyembuhkan
penyakit kepada si pasien, tetapi mereka juga harus bisa membuat lingkungan fisik,
psikologis, sosial pasien sembuh. Setelah mereka merasa sehat atau sembuh dari penyakit
baik lahir maupun batin mereka tenang dan nyaman. Pada saat pasien berada di rumah
sakit pun perawat di tuntut untuk memberikan kenyamanan bagi pasien, artinya kita bisa
meringankan penderitaan sakit si pasien itu dan dalam perawatan pasien tidak dibedakan
yang kaya dan miskin.
2. Contoh Kasus
Banyak kasus orang dipulangkan dari rumah sakit ke rumah ketika mereka masih
membutuhkan asuhan keperawatan, sehingga perawat sering memberikan perawatan di
rumah yamg hampir sama dengan yang mereka berikan pada pasien di rumah sakit.
Berdasarkan teori ada beberapa hal yang pelu di lakukan perawat atau beberapa contoh
peran perawat berdasarkan teori :
Pada saat memberikan nutrisi kepada pasien yang harus dilakukan perawat adalah :
1. Membuat pasien merasa nyaman,.
2. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang baik,
3. Memposisikan pasien untuk makan,
4. Membuat lingkungan sekitar nyaman,
5. Jika perlu, perawat bisa membantu pasien makan.
Hal – hal lain yang perlu dilakukan perawat berdasarkan teori :
1. Memberikan kenyamanan dan ketenangan lingkungan kepada pasien,
2. Merawat pasien dengan benar,
3. Bekerja sama dengan dokter untuk mengobati pasien,
4. Melindungi pasien,
5. Menjaga lingkungan pasien dalam kondisi hygiene,
6. Menjaga pasien dari infeksi,
7. Memberikan udara kepada pasien agar pasien dapat bernapas dengan, tenang dan
nyaman,
8. Memberikan rasa aman kepada pasien,
9. Mengetahui dan mengontrol kondisi pasien setiap waktu.
B.Teory mary seacole

Mary Seacole adalah seorang perawat Jamaika yang belajar seni peduli dan
penyembuhan dari ibunya. Di tanah asalnya dari Jamaika, British West Indies, dia dijuluki
"Doctress" karena administrasi nya perawatan k e sickin rumah penginapan di Kingston
(Carnegie, 1995). Seacole belajar dari Perang Krimea dan menulis kepada pemerintah
Inggris meminta untuk bergabung dengan grup Nightingale perawat. Namun, ia ditolak
hak untuk bergabung karena dia hitam. Dia bingung tentang penolakan ini karena banyak
tentara Inggris telah tinggal di Jamaika, di mana ia telah memberikan perawatan kesehatan
kepada mereka. Seacole sebelumnya menjabat sebagai perawat di Kuba dan Panama
selama kuning demam dan kolera epidemi. Dia juga telah melakukan studi forensik pada
bayi yang meninggal karena kolera di Panama. Dia merasa bahwa pengalamannya.akan
berharga dalam mengobati penyakit dalam Perang Krimea, dan dia berlayar ke Inggris
dengan biaya sendiri. Dia memberikan surat pengantar ke Nightingale, yang diblokir
karena Seacole hitam, meskipun dia telah dilatih oleh dokter tentara Inggris (Carnegie,
1995).Setelah beberapa upaya untuk bergabung dengan grup Nightingale gagal, Seacole,
yang bukan seorang wanita kekayaan, membeli perlengkapan sendiri dan melakukan
perjalanan lebih dari 3000 mil ke Crimea, di mana ia membangun dan membuka rumah
penginapan. Di lantai bawah rumah itu restoran, dan di lantai atas daerah diatur seperti
rumah sakit untuk perawat tentara yang sakit (Carnegie, 1995).Ketika Seacole akhirnya
bertemu Nightingale, respon itu masih sama: "tidak ada lowongan".(Carnegie, 1995).
Namun, ditolak pendaftaran tidak menghalangi Seacole; dia tetap setia dan merawat orang
sakit di seluruh Perang Crimean. Usahanya tidak diketahui oleh orang-orang Inggris. Lama
setelah perang usai, pemerintah Inggris akhirnya dihormati Seacole dengan medali sebagai
pengakuan atas usahanya dan layanan dia memberikan kepada para prajurit yang sakit dan
terluka.
“I have always noticed what actors children are……….whatever disease was most
prevalent in Kingston, be sure my poor doll soon contracted it…….before long it was
very natural that I should seek to extend my practice, and so I found other patients in
the cats and dogs around me.”
C.Teori hildegard peplau
Teori yang dikembangkan Hildegard E Peplau adalah keperawatan spikodinamik
(Psychodynamyc Nursing). Teori ini dipengaruhi oleh model hubungan interpesonal yang
bersifat terapeutik (significant therapeutic interpersonal process). Hildegard E. Peplau
mendefenisikan teori keperawatan  psikodinamikanya sebagai berikut:
       Perawatan psikodinamik adalah kemampuan untuk memahami perilaku seseorang
untuk membantu mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dan untuk
mengaplikasikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah-masalah
yang muncul dari semua hal atau kejadian yang telah dialami.
       Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu,perawat, dan proses
interaktif (Peplau, 1952) ; yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien (Torres,
1986 ; Marriner-Tomey, 1994).
     Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan
keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan adalah untuk
mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kematangan
perkembangan kepribadian (Chinn dan Jacobs, 1995). Oleh sebab itu perawat berupaya
mengembangkan hubungan antara perawat dan klien, dimana perawat bertugas sebagai
narasumber, konselor, dan wali.

     Pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan
menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara
perawat dan klien, perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan
kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan
dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan
perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan
masalah kesehatannya. Teori Peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan
kolaborasi perawat-klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubungan
interpersonal yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien (Beeber,
Anderson dan Sills, 1990). Ketika kebutuhan dasar telah diatasi, kebutuhan yang baru
mungkin muncul. Hubungan interpersonal perawat-klien digambarkan sebagai fase-fase
yang saling tumpang tindih seperti berikut ini : orientasi, identifikasi, penjelasan, dan
resolusi (Chinn dan Jacobs, 1995).
Peplau menerbitkan Buku Interpersonal Relation in Nursing pada tahun 1952
Artikel-artikel di majalah-majalah profesional dan topik konsep-konsep interpersonal
sampai pada isu-isu keperawatan yang terbaru. Dan selanjutnya Peplau mengembangkan
teori keperawatan yang dikenal dengan Psychodynamic Nursing.

     Model  konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan
tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral :
1. Pasien
2. Perawat
3. Masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit
4. Proses interpersonal 
1)  Pasien
Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,
interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan
mengintegrasikan belajar pengalaman. Pasien adalah subjek yang langsung dipengaruhi.
.Oleh adanya proses interpersonal.
2)  Perawat
     Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien
yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Hal
ini berarti dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai mitra kerja,
pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase
proses interpersonal.
3)  Masalah Kecemasan yang terjadi akibat sakit / Sumber Kesulitan
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman
interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi
dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam model
peplau ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan langsung
dengan kondisi sakit.
4) Proses Interpersonal
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini
menggambarkan metode transpormasi energi atau ansietas pasien oleh perawat yang
terdiri dari 4 fase. Peplau mengidentifikasi empat tahapan hubungan interpersonal yang
saling berkaitan yaitu: (1) orientasi, (2) identifikasi,  (3) eksploitasi, (4) resolusi
(pemecahan masalah). Setiap tahap saling melengkapi dan berhubungan sebagai satu
proses untuk penyelesaian masalah.
Tahapan Inter Personal Menurut Peplau dalam Keperawatan
            Untuk mencapai tujuan dari hubungan interpersonal tersebut maka harus melalui
penggunaan step-step atau fase-fase sebagai berikut:
1). Fase Orientasi
     Pada fase ini perawat dan klien masih sebagai orang yang asing. Pertemuan diawali
oleh pasien yang mengekspresikan perasaan butuh, perawat dan klien malakukan kontrak
awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data. Pada fase ini
yang paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan pasien dan
keluarganya dalam menganalisis situasi yang kemudian bersama-sama mengenali,
memperjelas dan menentukan masalah untuk ada setelah masalah diketahui, diambil
keputusan bersama untuk menentukan  tipe bantuan apa yang diperlukan. Perawat sebagai
fasilitator dapat merujuk klien ke ahli yang lain sesuai dengan kebutuhan
2). Fase Identifikasi
     Fase ini fokusnya memilih bantuan profesional yang tepat, pada fase ini pasien
merespons secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya. Setiap
pasien mempunyai respons berbeda-beda pada fase ini.
Respons pasien terhadap perawat:
a. Berpartisipasi dan interpendent dengan perawat
b. Anatomy dan independent
c. Pasif dan dependent
3). Fase Eksploitasi
     Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan profesional untuk alternatif
pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat dan kebutuhan dari
pasien. Pasien mulai merasa sebagai bagian integral dari lingkungan pelayanan. Pada fase
ini pasien mulai menerima informasi-informasi yang diberikan padanya tentang
penyembuhannya, mungkin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
perawat, mendengarkan penjelasan-penjelasan dari perawat dan sebagainya.
4). Fase Resolusi
Terjadi setelah fase-fase sebelumnya telah berjalan dengan sukses. Fokus pada fase
ini mengakhiri hubungan profesional pasien dan perawat dalam fase ini perlu untuk
mengakhiri hubungan teraupetik meraka. Dimana pasien berusaha untuk melepaskan rasa
ketergantungan kepada tim medis dan menggunakan kemampuan yang dimilikinya agar
mampu menjalankan secara sendiri.
Tabel Fase-Fase Peplau dengan Fokusnya

Fase Fokus
Orientasi perawat bekerja sama dengan pasien dalam menganalisis masalah
Identifikasi Pemilihan bantuan profesional yang tepat
Eksploitasi Penggunaan bantuan profesional untuk pemecahan masalah
Resolusi Pemutusan hubungan profesional pasien dengan perawat

 Hubungan Antara Fase-Fase Peplau dan Proses Keperawatan


          Kontinum Peplau pada empat fase orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi
dapat dibandingkan dengan proses keperawatan seperti yang dibahas dalam (Tabel 2.1).
Proses keperawatan didefinisikan sebagai "aktivitas intelektual’’ yang disengaja dimana
praktek keperawatan didekati secara tertib, sistematis.
        Ada banyak kesamaan antara proses keperawatan dan
fase interpersonal Peplau. Fase Peplau dan proses keperawatan berurutan dan fokus pada
interaksi terapeutik. Keduanya bila menemui “stress” harus menggunakan
tehnik problem solving secara kolaboratif, dengan tujuan akhir adalah menemukan
kebutuhan pasien.. Keduanya menggunakan observasi, komunikasi,
dan recording sebagai alat dasar untuk praktek perawat.
Ada perbedaan juga antara fase Peplau dan proses keperawatan. Keperawatan
profesional saat ini memiliki pengertian tujuan yang lebih jelas dan memiliki area
praktek yang spesifik. Keperawatan beranjak dari peran physician’s helper ke
arah consumer advocay.
Tabel  Hubungan Fase-Fase Peplau dengan Proses Keperawatan
PROSES KEPERAWATAN FASE-FASE PEPLAU
Pengkajian Orientasi
Pengumpulan data dan analisis Perawat dan pasien sebagai orang yang asing,
Tidak perlu selalu berarti "kebutuhan pertemuan diawali oleh pasien yang
yang dirasakan" mungkin perawat mengekspresikan perasaan butuh, bekerja
dimulai. sama mengenali dan menentukan masalah
DiaDiagnosa keperawatan (Catatan: pengumpulan data kontinu.)
Ringkasan pernyataan berdasarkan Pasien menjelaskan "kebutuhan yang
analisis. dirasakan."
Perencanaan Identifikasi.
Saling menetapkan tujuan. Meletakkan tujuan yang sama, pasien
mempunyai perasaan memiliki dan
merespons secara selektif untuk memenuhi
kebutuhannya.
Pelaksanaan Eksploitasi
Rencana memulai ke arah pencapaian Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat
tujuan yang saling ditetapkan.Dapat dan kebutuhan dari pasien. Pada fase ini
dicapai dengan perawatan pasien, pasien mulai menerima informasi-informasi
kesehatan profesional, atau keluarga yang diberikan padanya tentang
pasien. penyembuhannya
Evaluasi Resolusi
Berdasarkan perilaku akhir yang Terjadi setelah fase-fase yang lain sukses
diharapkan.Dapat menyebabkan secara lengkap kemudian dilakukan
penghentian atau inisiasi rencana baru. pengakhiran hubungan pasien dengan perawat
  Teori Peplau dan Konsep Empat Besar
          Teori keperawatan biasanya berkembang menjadi empat konsep individu, kesehatan,
masyarakat, dan keperawatan. Peplau mendefinisikan manusia sebagai organisme
kesehatan, didefinisikan sebagai "simbol kata yang menyiratkan gerakan maju kepribadian
dan proses-proses manusia lainnya yang sedang berlangsung di arah yang produktif,
kreatif, konstruktif berusaha dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang
dihasilkan oleh kebutuhan "pribadi, dan komunitas yang hidup".
Konsep Mayor Dari Teori Peplau
Empat konsep mayor dari teori Peplau:
1. Manusia
Manusia adalah organisme yang hidup dalam keseimbangan yang tidak stabil.
dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya sendiri untuk
mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan
makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan
penting untuk proses interpersonal.

2. Lingkungan
Peplau mendefenisikan lingkungan sebagai bentuk di luar organisme dalam
konteks kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan. budaya dan
adat istiadat merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan

3. Keperawatan
            Keperawatan adalah alat pendidikan untuk kekuatannya bertujuan untuk
mendukung kekuatan seseorang dalam kreativitas langsung, produktivitas, dan sikap
individual dari kehidupan masyarakat. sebagai perkembangan kepribadian dan proses
kemanusiaan yang berkesinambungan kearah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan
produktif.
4. Kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif individu dan proses
makhluk lain secara terus menerus dalam kelangsungan kreativitas, produktivitas dan sikap
individual dari kehidupan masyarakat. Sebagai proses interpersonal yang bermakna. Proses
interpersonal merupakan materina force dan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun
klien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang penting
untuk memahami klien dan mencapai resolusi masalah.
Penerimaan Teori oleh Komunitas Keperawatan
1. Praktek Keperawatan
Grace Sills menyatakan bahwa, Peplau memberikan perspektif baru, arahan baru,
teori – teori yang dijadikan dasar praktek keperawatan untuk tindakan terapeutik dengan
pasien. Ide Peplau menjelaskan desain untuk praktek keperawatan jiwa dengan lengkap
(Tomey & Alligood, 1998).
2. Pendidikan Keperawatan
Buku Peplau yang berjudul “Interpersonal Relation in Nursing” ditulis khusus
untuk membantu lulusan perawat dan mahasiswa keperawatan. Tulisan – tulisan Peplau
berampak pada tokoh – tokoh keperawatan lain yang juga menulis buku. Mereka
menyatakan bahwa ide Teori Peplau, terutama definisi terhadap keperawatan dan proses
keperawatan, pengembangan dari teori kecemasan dan pembelajaran, serta metode
psikoterapeutik, menjadi bagian dari seleksi alam dari disiplin ilmu keperawatan (Tomey
& Alligood, 1998)
3. Penelitian Keperawatan
Statement Sills mengenai hasil kerja Peplau dipengaruhi oleh pekerjaannya di
klinik dan hasil studi, dimana hasil tersebut digunakan dalam penlitian sebagai alat untuk
meningkatkan batang tubuh pengetahuan keperawatan. Pada penelitian – penelitian awal
mengikuti asumsi bahwa masalah pasien terjadi pada fenomena individu dan dieksplorasi
dalam hubungan perawat – pasien. Thomas, Baker dan Estes menggunakan konsep
kecemasan Peplau sebagai suatu makna untuk memecahkan perasaan marah secara
konstruktif melalui proses pembelajaran pada hubungan perawat – pasien (Tomey &
Alligood, 1998). 
Kelebihan dan Kekurangan Teori Peplau
Kelebihan :
a.)  Dapat meningkatkan kejiwaan pasien untuk lebih baik.
b.) Dapat menurunkan kecemasan klien dalam teori keperawatan.
c.)  Dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik.
d.)  Dapat medorong pasien untuk lebih mandiri

Kekurangan :
a.)  Kurangnya penekanan pada health promotion dan pemeliharaan kesehatan: dinamika
intra keluarga, pertimbangan ruang individu, serta layanan sumberdaya sosial
komunitas/masyarakat juga kurang diperhatikan.
b.) Teori Peplau tidak dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa mengekspresikan
kebutuhannya.
Contoh kasus:
Ibu T,umur 45,yang dirumah sakit xx 2 minggu yang lalu,diagnosis mengalami Ca
stadium lanjut (stadium IV ). Kondisi ibu T seorang wanita karier yang bekerja sebagai
karyawandisebuah perusahaan terkemukaka,mempinyai 3 orang anak yang masih
menjalani pendidikan.Setelah ibu T mendapat informai dari tim medis tentang penyakitnya
(Ca servix stadium IV) setelah itu kondisi ibu T mulai menurun, tidak mau makan,
mengurung diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak dan suaminya,
kadang marah tanpa sebab,eksperesi wajah terlihat sedih, kadang terlihat menangis, ibu T
menolak pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh perawat. Ibu T mengatakan dia
tidak perlu diperhatikan karena umurnya tidak akan lama lagi.
Dalam kasus yang digambarkan diatas maka perawat perlu memahami perilaku yang
ditunjukkan oleh ibu T yaitu dengan membantu ibu T dalam mengatasi masalah yang
dirasakan dan menerapkan prinsip hubungan manusia pada masalah yang muncul pada ibu
T selama pengalaman tersebut. Berdasarkan diatas ibu T berada dalam kondisi
depresi.Perawat perlu untuk melakukan hubungan interpersonal dengan ibu T yang sedang
mengalami konndisi depresi maka sebenarnya dia membutuhkan orang lain yang dapat
mendengarkan,menerima dan memahami dirinya.

D. Teory Virginia Henderson

Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang penting yang telah
memberi pengaruh besar pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. Ia membuat
model konseptualnya pada awal 1960-an, ketika profesi keperawatan mulai mencari
identitasnya sendiri. Masalah intinya adalah apakah perawat cukup berbeda dari profesi
lain dalam layanan kesehatan dalam hal kinerja?. Pertanyaan ini merupakan hal yang
penting sampai 1950-an, perawat lebih sering melakuakan instruksi dokter.

“ The nurse is temporarily the consciousnees of the unconscious,the love of life for the
suicidal, the leg of the amputee, the eyes of the newly blind,a means of locomotion for
the infant,the knowledge and confidence of he young mother, and a voice for those
too weak to speak”(virginia henderson ).
Virginia Henderson adalah orang pertama yang mencarifungsi unik dalam keperawatan.
Pada saat ia menulis pada 1960-an ia dipengaruhi oleh aspek negatif dan positif dari
praktik keperawatan pada masa itu. Hal tersebut mencakup:
a) Authoritarian dan struktur hierarki di rumahsakit
b) Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi fisik semata.
c) Fakta bahwa mempertahankan kontak pribadi dengan pasien merupakan hal yang tidak
mungkin dilakukan pada masa itu.
d) Adanya keanekaragaman pengalaman yang ia miliki selama karier keperawatannya di
Amerika Serikat di berbagai bidang layanan kesehatan. Selain keinginan untuk
menemukan fungsi unik dari keperawatan, perubahan sosial tidak diragukan lagi untuk
memainkan peranan besar dalam perkembangan pandangan dan ide-idenya. Sebagai
contoh, bukanlah suatu kebetulan bahwa ilmu perilaku memiliki pengaruh besar pada
pandangan dan pendapat kita tentang masyarakat pada tahun 1960-an. Oleh karena itu,
inisiatifnya diarahkan untuk memberikan perhatian yang lebih pada aspek-aspek
psikososial dari perawatan pasien. Virginia Henderson diminta untuk mempublikasikan
model konseptual oleh International Council of Nurses (ICN).
Konstribusi penting oleh Henderson (1966) adalah definisi keperawatan berikut yang saat
ini menjadi definisi yang sudah diterima secara umum :
“Fungsi unik dari keperawatan adalah untuk membantu individu sehat atau sakit, dalam hal
memberikan kesehatan atau pemulihan (kematian yang damai) yang dapat dilakukan tanpa
bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan atau pengetahuan. Dan melakukannya dengan
cara tersebut dapat membantunya mendapatkan kemandirian secepat mungkin”.
Henderson sangat dipengaruhi Edward Thorndyke, yang banyak melakukan penelitian
dalam bidang kebutuhan manusia. Berdasarkan teori-teori Thorndyke dan definisinya
sendiri tentang keperawatan, Henderson memberi tugas keperawatan menjadi empatbelas
tugas yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembagian asuhan keperawatan
menjadi empatbelas kebutuhan manusia ini menjadi pilar dari model keperawatannya. Ia
menyatakan bahwa :

1. Perawat harus selalu mengakui bahwa terdapat pola kebutuhan pasien yang harus
dipenuhi.
2. Perawat harus selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi pasien sebanyak
mungkin.
3. Sayangnya, tidak selalu memungkinkan bagi seseorang untuk menempatkan diri pada
posisi pasien, dan kalaupun memungkinkan hal tersebut tidak selalu pas. Pada situasi
ini kebutuhan pasien sulit untuk dipenuhi.
Ketika Henderson berbicara mengenai kebutuhan, ia merujuk pada semua kebutuhan
dasar dari setiap manusia. Agar perawat dapat membantu pasien memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut, diperlukan asuhan keperawatan dasar. Oleh karena itu,
Henderson menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan dasar ada pada setiap situasi
keperawatan. Situasi tersebut sebagai contoh adalah :
a) Rumahsakit Umum
b) Rumahsakit Jiwa
c) Institusi untuk penderita cacat mental
d) Rumah perawatan
e) Perawatan di rumah
Jadi menurut Hendeson, lapangan kerja perawat tidak terbatas hanya di rumahsakit
umum. Henderson juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan. Dalam
modelnya ia menggambarkan rencana keperawatan, metode eskematik untuk
pengawasan asuhan. Perencanaan yang cermat akan mengklarifikasi hal-hal berikut :
a. Urutan aktifitas yang harus dilakukan.
b. Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan
c. Perubahan-perubahan yang harus dibuat

1.Hubungan Model Keperawatan dengan Paradigma Keperawatan

a. Manusia
individu sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, jiwa dan raga adalah satu
kesatuan. Lebih lanjut lagi, individu dan keluarganya dipandang sebagai unit tunggal.
Setiap manusia harus berupaya untuk mempertahankan keseimbangan fisiologi dan
emosional
b. Lingkungan
Henderson mendefinisikan lingkungan sebagai seluruh faktor eksternal dan kondisi
yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
c. Sehat dan sakit
Sehat adalah kualitas hidup tertentu yang oleh Henderson dihubungkan dengan
kemandirian. Karakteristik utama dari sakit adalah ketergantungan dan berbagai
tingkat inkapasitas individu (pasien) untuk memuaskan kebutuhan manusianya.
Menganggap bahwa sehat adalah kemandirian dan sakit adalah ketergantungan dapat
dipandang sebagai simplifikasi. Dapat juga dikatakan bahwa sakit adalah keterbatasan
kemandirian.
d. Keperawatan
Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu, baik apakah ia sakit atau
sehat, dalam peran tambahan atau peran pendukung. Tujuan dari keperawatan adalah
untuk membantu individu memperoleh kembali kemandiriannya sesegera mungkin.
Namun demikian, keputusan Henderson untuk meningkatkan kemandirian dan hanya
melakukan sesuatu untuk pasien, jika ia tidak dapat melakukannya maka sendiri tidak
disetujui oleh profesi sebagai prinsip dasar asuhan keperawatan sebelum Henderson
menjelaskan lebih lanjut.

2.Konsep Utama Teori Virginia Henderson

a. Manusia

Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk


meraih kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih
kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen
yang merupakan komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Bernafas secara normal.


b. Makan dan minum dengan cukup.
c. Membuang kotoran tubuh.
d. Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
e. Tidur dan istirahat.
f. Memilih pakaian yang sesuai.
g. Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan
mengubah lingkungan.
h. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen.
i. Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa
takut atau pendapat.
k. Beribadah sesuai dengan keyakinan.
l. Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
m. Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
n. Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan
yangtersedia.
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi
empat kategori, yaitu komponen komponen kebutuhan biologis, psikologis,
sosiologis dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1 – 9 termasuk komponen
kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan psikologis.
Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk
komponen kebutuhan sosiologis.
Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga,
mereka merupakan satu kesatuan (unit).

b.Keperawatan

Menurut Henderson, perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu untuk


membantu individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim
kesehatan, perawat mempunyai fungsi independence di dalam penanganan perawat
berdasarkan kebutuhan dasar manusia (14 kebutuhan dasar manusia). Untuk
menjalankan fungsinya, perawat harus memiliki pengetahuan biologis maupun sosio.

c.Kesehatan

Sehat adalah siklus hidup yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi bagi
kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting dari pada mengobati penyakit.
Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan.
Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki
kekuatan, kehendak serta pengetahuan yang cukup.
d.lingkungan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan.
a.Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi sakit
akan menghambat kemampuan tersebut.
b. Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.
c. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungan.
d. Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar dalam
memberikan resep.
e. Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui saran-saran tentang
konstruksi bangunan dan pemeliharaannya.
f. Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan untuk
memperkirakan adanya bahaya.

Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dan klien.
Menurut Henderson, hubungan perawat dengan klien terbagi menjadi tiga tingkatan, mulai
dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
1) Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien.
2) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.
3) Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.

Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti (substitute) di dalam
memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan atau kemauan pasien
yang berkurang. Dalam hubungan antara perawat dan pasien ini perawat berfungsi untuk
“melengkapinya”. Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada pada fase pemulihan,
perawat berperan sebagai penolong (helper), untuk menolong atau membantu pasien
mendapatkan kembali kemandiriannya.kemandirian ini sifatnya relatif, sebab tidak ada
satu pun manusia yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, perawat
berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien. Sebagai mitra
(partner), perawat dan pasien bersama-sama menerusakan rencana perawatan bagi pasien.
Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis
dan faktor lainnya seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta
kekuatan fisik dan intelektual.
Kaitannya dengan hubungan perawat dan dokter, Henderson berpendapat bahwa perawat
tidak boleh selalu melaksanakan perintah dokter. Henderson sendiri mempertanyakan
filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada pasien atau tenaga
kerja lainnya. Tugas perawat adalah membantu pasien dalam melakukan manajemen
kesehatan ketika tidak ada tenaga dokter. Rencana perawatan yang dirumuskan oleh
perawat dan pasien tetap harus dijalankan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
rencana pengobatan yang ditentukan oleh dokter.

3.Prinsip Dasar Model Keperawatan Menurut Henderson

a. Fungsi unik perawat.


b. Upaya pasien ke arah kemandirian.
c. Asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia.
d. Perencanaan yang akan diberikan

4. Aplikasi Teori Henderson dalam Proses Keperawatan

Definisi ilmu keperawatan Henderson dalam kaitannya dengan praktik keperawatan


menunjukkan bahwa perawat memiliki tugas utama sebagai pemberi asuhan keperawatan
langsung kepada pasien. Manfaat asuhan keperawatan ini terlihat dari kemajuan kondisi
pasien, yang semula bergantung pada orang lain menjadi lebih mandiri. Perawat dapat
membantu pasien beralih dari kondisi bergantung (dependent) menjadi mandiri
(independent)dengan mengkaji, merencanakan, mengimplemetasikan, serta mengevaluasi
14 komponen penangana perawatan dasar.
Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan dasar pasien berdasarkan
14 komponen diatas. Dalam mengumpulkan data, perawat menggunaka metode
observasi, indra penciuman, peraba, dan pendengaran. Setelah data terkumpul, perawat
menganalisis data tersebut dan membandingkannya dengan pengetahuan dasar tentang
sehat-sakit. Hasil analisis tersebut menghasilkan diagnosis keperawatan yang akan
muncul. Diagnosis keperawatan, menurut Henderson,dibuat dengan mengenali
kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya dengan atau tanpa bantuan, serta
dengan mempertimbangkan kekuatan atau pengetahuan yang dimiliki individu.
Tahap perencanaan, menurut Henderson, meliputi aktivitas penyusunan rencan
perawatan sesuai kebutuhan individu termasuk di dalamnya perbaikan rencana jika
ditemukan adanya perubahan serta dokumentasi bagaimana perawat membantu individu
dalam keadaan sehat atau sakit. Selanjutnya, pada tahap implementasi, perawat
membantu individu memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana
perawatan guna membantunya meninggal dalam keadaan damai. Intervensi yang
diberikan perawat sifatnya individual, bergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar
belakang budaya, keseimbangkan emosional, dan kemampuan intelektual serta fisik
individu. Terakhir, perawat megevaluasi pencapaian kriteria yang diharapkan dengan
menilai kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

5.Contoh kasus
  Klien “Tn A”  Umur 38 Tahun, pekerjaan petani dengan latar belakang pendidikan
petani Masuk di Ruang Interne Bougenvil Rumah sakit X  pada tanggal 16 Desember 2011
Pukul 15.00 wib   dengan keluhan pusing sesak nafas, dan kelemahan  Sesak  dirasakan
sejak tanggal 13 Desember  2011 dan dirasakan semakin berat bila klien duduk di tempat
tidur. Sesak nafas dirasakan berkurang bila klien berbaring di tempat tidur, namun sesak
tidak hilang. Sesak dirasakan hingga membuat klien tidak mampu untuk berdiri atau
berjalan dari tempat tidur. Sesak dirasakan pada seluruh lapang dada namun tidak
mengalami nyei pada saat bernafas. Nafsu makan menurun,Klien sering mual,muntah dan
Pusing,Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/90 mmHg, Nadi.130x /menit
RR,30x/menit. BB 50 Kg TB 160,napas bau keton, Pola makan klien yaitu ¼ porsi dari
yang dianjurkan berdasrkan diet DM, Bab baru 1x sehari,Bak menggunakan pispot 
dengan urine output 1400cc/24 jam,dan adanya  Gangren (+) pada extremtas bawah.
6. Hubungan Perawat-pasien-dokter

Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dank lien.
Menurut Henderson ( dalam asmadi, 2008), hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga
tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri :

a.) Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien

Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pannganti (substitute)
didalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau
kemauan pasien yang berkurang. Disini perawat berfungsi untuk melengkapi.
b.) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.

Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada pada fase pemulihan, perawat
berperan sebagai penolong (helper) untuk menolong atau membantu pasien untuk
mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirian ini bersifat relative, sebab tidak
ada satupun manusia yang tidak bergantung kepada orang lain. Meskipun demikian,
perawat berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien.

c.) Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.

Sebagai mitra (partner), perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana


perawatan bagi pasien. Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien tetap memiliki
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebuhan dasar tersebut
dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan factor lainnya, seperti usia, tabiat,
kondisi emosional, status social atau budaya, serta kekuatan fisik dan
intelektual.Kaitannya dengan dengan hubungan perawat-dokter, Henderson
berpendapat bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter.
Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang memperbolehkan dokter memberi
perintah kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Tugas perawat adalah
membantu pasien dalam melakukan manajemen kesehatan ketika tidak ada tenaga
dokter. Rencana perawatan yang dirumuskan oleh perawat dan pasien harus dijalankan
sedemikian rupa sehinnga dapat memenuhi rencana pengobatan yang ditentukan oleh
dokter.

7. Tujuan Keperawatan Menurut Henderson


Dari penjelasan tersebut tujuan keperawatan yang dikemukakan oleh Henderson
adalah untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan dan
membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Dimana
pasien merupakan makhluk sempurna yang dipandang sebagai komponen bio, psiko, sosial
dan spiritual yang mempunyai 14 kebutuhan. Menurut Henderson peran perawat adalah
menyempurnakan dan membantu mencapai kemampuan untuk mempertahankan atau
memperoleh kemandirian dalam memenuhi 14 kebutuhan dasar pasien. Faktor menurunnya
kekuatan, kemauan dan pengetahuan adalah penyebab kesulitan pasien dalam memperoleh
kemandirian. Untuk itu diperlukan fokus intervensi yaitu mengurangi penyebab dimana pola
intervensinya adalah mengembalikan, menyempurnakan, melengkapi, menambah,
menguatkan, kemauan dan pengetahuan.

E.Teori dorothy jhonson

a. Konsep dan Teori Keperawatan Menurut Dorothy Johnson


            Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan pendekatan
sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin
mencapai keseimbangan dan stabilitas baik di lingkungan internal maupun eksternal. Selain
itu, individu juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang
ditimbulkanya. Teori keperawatan Dorothy  Johnson diukur dengan behavioral system
theory (teori sistem perilaku). Johnson memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi oleh
kehadiran aktual dan tak langsung makhluk sosial lain yang telah ditunjukkan mempunyai
signifikansi adaptif utama.

“It's best to take a potted plant or flowers already arranged in a vase. Avoid arriving
with an unarranged bouquet of flowers, as the host will have to find a vase, trim the
stems, and arrange the flowers. This unexpected chore, coupled with answering the door
and checking on dinner, can be stressful for even the most seasoned host.”
(Dorothea Johnson)

b. Konsep Perilaku
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting dan perlu
dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat di dalam setiap aspek
kehidupan manusia. Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau mental dan
tingkah laku (attitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri
manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa,
sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap
keadaan atau situasi yang dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat bersifat positif dapat pula
negatif. Individu dalam merespon atau menanggapi suatu peristiwa atau keadaan, selain
dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi juga dipengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada
saat itu. Selain pengertian tersebut, pengertian perilaku dapat pula ditinjau dari aspek
biologis. Pengertian perilaku dari segi biologis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau
aktivitas individu yang bersangkutan. Adapun perilaku manusia dapat diartikan sebagai
aktivitas manusia yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku dalam berbicara,
berpakaian, berjalan dan sebagainya. Perilaku ini umumnya dapat diamati oleh orang lain.
Namun ada pula perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain atau biasa disebut
sebagai internal activities seperti persepsi, emosi, pikiran, dan motivasi.
            Dalam dunia kesehatan, ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Kedua
faktor tersebut adalah faktor keturunan atau genetik dan faktor lingkungan (enviromental).
Faktor keturunan atau genetik memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh warisan
biologis dari kedua orang tua. Sedangkan faktor yang mempengaruhi perubahan  perilaku,
pada hakikatnya identik dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan individu. Faktor
yang dimaksud dapat berupa faktor pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah, faktor
lingkungan yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya  proses
perkembangan, dan faktor waktu yaitu saat tibanya masa peka atau kematangan.
Pandangan Johnson  tentang manusia seperti mempunyai dua sistem utama, sistem
biologi dan sistem tingkah laku. Klien dalam hal ini adalah manusia yang mendapat bantuan
perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidakseimbangan
penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang
mampu berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
            Dorothy Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya
penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari dua sistem yaitu sistem biologi
dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem eksternal yag
berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons
adaktif baik fisik, mental, emosi dan sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan
harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika
ia sakit.
Menurut Johnson, ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu agar
tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap
perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif seta
mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
Johnson mengidentifikasi tujuh subsistem pada sistem tingkah laku. Model dari
Johnson mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung. Gangguan yang terjadi pada
subsistem dapat mengganggu subsistem lainya. Masing-masing subsistem mempunyai fungsi
yang unik atau tugas khusus yang penting untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruhan
subsistem dan masing-masing mempunyai struktur dan fungsi. Adapun tujuh komponen
subsistem menurut Dorothy Johnson, yaitu sebagai berikut:
1. Ketergantungan
       Ketergantungan merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam mendapatkan
bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan. Johnson mencirikan subsistim
ketergantungan dari lampiran atau subsistem affiliative. Hasil dari perilaku ketergantungan
adalah persetujuan, perhatian atau bantuan pengenalan dan fisik. Sulit untuk memisahkan
subsistem ketergantungan dari affiliative atau subsistem lampiran karena tanpa seseorang
diinvestasikan atau terlampir ke perorangan untuk menjawab ke individu
itu merupakan  perilaku ketergantungan, subsistem ketergantungan harus menghidupkan
lingkungan yang berfungsi atau berguna.
2. Ingestif
Ingestif yaitu berhubungan dengan bagaimana, kapan, cara, dan banyaknya makan dan
minum sebagai suatu subsistem tingkah laku. Sumber dalam memelihara integritas serta
mencapai kesenangan dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan. Subsistem ingestif
berhubungan ke perilaku mengepung masukan dari makanan. Ini berhubungan ke sistem
biologi. Bagaimanapun penekanan untuk keperawatan dari perspektifnya Johnson adalah
berarti dan struktur dari peristiwa sosial untuk memperoses makanan ketika makanan
dimakan. Perilaku berhubungan ke proses pencernaan dari makanan mungkin berhubungan
lebih untuk menginginkan secara sosial bisa diterima pada satu budaya tertentu dibandingkan
ke kebutuhan biologi dari perorangan.  Ingestif mengambil dari lingkungan sumber-sumber
yang diperlukan untuk mempertahankan integritas, mencapai kepuasan, dan menginternalisasi
lingkungan eksternal (Gruubs, 1980).
3. Eliminasi (eliminative)
Eliminasi merupakan bentuk pengeluaran segala sesuatu dari sampah atau barang yang
tidak berguna secara biologis atau dapat dikatakan bahwa eliminasi mengeluarkan produk-
produk sisa biologis dari sistem. Subsistem eliminasi berhubungan ke perilaku mengepung
eksresi dari sisa buangan dari tubuh. Johnson mengakui ini mungkin sulit terpisah dari satu
perspektif sistem biologi. Bagaimanapun, seperti dengan proses pencernaan sekitar perilaku
dari makanan, ada secara sosial perilaku bisa diterima untuk waktu dan tempat
untuk manusia ke eksresi dari limbah, telah mendefinisikan berbeda secara sosial
perilaku yang dapat diterima untuk eksresi dari limbah, tetapi keberadaan dari hal itu
pola yang tersisa dari budaya ke budaya. 
4. Seksual  
Seksual digunakan dalam pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai. Maka hilang dan
terpenuhinya kebutuhan ini juga akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses
keperawatan. Seksual menciptakan dan memuaskan perasaan tertarik dan mengasihi orang
lain. Subsistem seksual mencerminkan tingkah laku berhubungan ke prokreasi. Biologi
berdua dan pengaruh faktor kemasyarakatan perilaku pada subsistim seksual. Perilaku juga
akan bervariasi sesuai dengan genus dari perorangan. Kunci adalah itu merupakan suatu
masukan pada semua masyarakat yang mempunyai hasil yang sama perilaku bisa
diterima oleh masyarakat luas. 
5. Agresif
Agresif merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dari berbagai
ancaman yang ada di lingkungan sekitar. Agresif melindungi diri dan orang lain dari benda-
benda, orang, ide-ide yang memiliki potensi mengancam serta berfungsi sebagai mekanisme
perlingdungan diri.
Subsistem agresif berhubungan ke perilaku mengaitkan dengan perlindungan dan
penyelamatan. Johnson melihat subsistim agresif seperti sesuatu bahwa menghasilkan
tanggapan bertahan dari perorangan ketika hidup atau wilayah diancam. Subsistim agresif
tidak meliputi perilaku itu dengan satu penggunaan primer untuk melukai individu lain. 
6. Gabungan atau Tambahan
Gabungan atau tambahan merupakan pemenuhan kebutuhan tambahan dalam
mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan sosial,
keamanan, dan kelangsungan hidup. Tujuannya adalah mencapai inklusi sosial, keakraban,
dan ikatan sosial yang kuat untuk amanah dan akhirnya untuk bertahan.
Akhirnya, subsistem perampungan menimbulkan perilaku coba itu untuk mengontrol
lingkungan. Intelektual, fisik, kreatif, mekanik, dan perampungan keterampilan sosial adalah
beberapa area yang Johnson kenali. Area lain dari pemenuhan pribadi atau sukses juga boleh
diliputi di subsistem ini.
7. Pencapaian (Achievement)
Achievement merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui keterampilan yang kreatif
dalam perilaku kehidupan seseorang. Pencapaian menguasai atau mengendalikan diri atau
lingkungan melalui pencarian beberapa standar kesempurnaan, seperti keterampilan fisik,
sosial, atau kreatif.
Masing-masing subsistem mengharuskan bahwa kebutuhan-kebutuhan fungsi harus
dipenuhi dan mekanisme pengaturan tetap utuh untuk mempetahankan kestabilan dan
keseimbangan. Kebutuhan fungsi dipenuhi melalui upaya individual sendiri atau melalui
bantuan dari lingkungan. Kebutuhan ini mencangkup perlindungan, pemeliharaan, dan
stimulasi.
Masing-masing sistem dan subsistem mengembangkan respon respon yang berpola,
berulang dan bertujuan untuk membentuk suatu unit fungsional yang terorganisasi dan
terintegrasi. Respon-respon yang berpola ini menentukan interaksi dari subsistem, system,
dan  lingkungan. Pola perilaku menetapkan hubungan system atau orang dengan benda-
benda, peristiwa, dan situasi dalam lingkungan. Pola-pola ini teratur, bertujuan dan dapat
diprediksi yang mempertahankan efesiensi sistem.
Dalam pandangan Johnson, tujuan keperawatan adalah mempertahankan,
memulihkan, atau mencapai keseimbangan stabilitas dalam sistem perilaku klien. Jika sistem
seseorang tidak dapat beradaptasi atau menyesuaikan dengan tekanan lingkungan eksternal,
maka perawat bertindak sebagai kekuatan pengatur eksternal untuk memodifikasi atau
mengubah struktur atau memandu kebutuhan fungsi guna memulihkan kestabilan.

c.Asumsi-Asumsi dalam Teori Tingkah Laku


1). Perawatan (nursing)
Perawatan seperti yang dipandang Johnson adalah tindakan eksternal untuk memberikan
organisasi perilaku pasien ketika pasien dalam kondisi stres dengan memakai mekanisasi
pengaturan yang berkesan atau dengan penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu memberikan
eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan sistem dan karenanya
membutuhkan pengetahuan tentang order, disorder dan kontrol. Aktivitas perawatan tidak
bergantung pada wewenang medis tetapi bersifat pelengkap (komplementer) bagi medis atau
pengobatan.

2). Orang (person)


Johnson memandang manusia sebagai sistem perilaku dengan pola, pengulangan dan
cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan dirinya dengan lingkungannya.
Pola-pola respon spesifik manusia membentuk keseluruhan yang terorganisasi dan
terintegrasi. Manusia adalah sistem dari bagian-bagian yang membutuhkan beberapa aturan
dan pengaturan untuk menjaga keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah penting untuk manusia
dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan yang rendah mengganggu keseimbangan
sistemt perilaku , integritas manusia terancam. Usaha-usaha mausia untuk menbangun
kembali keseimbangan membutuhkan pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan
sedikit energi untuk membantu proses-proses biologis dan penyembuhan.
3). Kesehatan (health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit dipahami dan dinamis
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial. Kesehatan menjadi suatu
nilai yang diinginkan oleh para pekerja kesehatan dan memfokuskan pada manusia bukan
pada penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling ketergantungan subsistem–
subsistem dari sistem perilaku. Manusia berusaha mencapai keseimbangan dalam sistem ini
yang akan mengarah ke perilaku fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam
persyaratan struktural atau fungsional cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan.
Ketika sistem membutuhkan sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan, suplai energi
yang lebih besar yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
4). Lingkungan
Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh faktor yang bukan bagian sistem
perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi sistem dan dapat dimanipulasi oleh perawat
untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien. Individu menghubungkan dirinya
untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Sistem perilaku berusaha menjaga equilibrium
dalam respon terhadap faktor lilngkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan
yang menyertainya. Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu
keseimbangan sistem perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak
tentu dibutuhkan supaya sistem membangun kembali eqilibrium dalam menghadapi tekanan-
tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan dengan perilaku-
perilaku yang baik.
Ilmu keperawatan memadukan sintesis dan penerapan pengetahuan ilmu biofisik,
perilaku dan humanistik di sertai dengan studi tentang hubungan perawat dengan klien dan
lingkungan dalam konteks kesehatan. Dasar pengetahuan ini dengan cepat berubah dan
meluas karena di tunjang oleh penelitian dan teori baru yang menyediakan informasi
tambahan. Perawat menerapkan dasar pengetahuan yang luas ini melalui berpikir kritis,
keterampilan psikomotor dan tindakan interpersonal untuk membantu klien mencapai potensi
kesehatannya yang optimum.
Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik
keperawatan yang dilakukan dengan cara sistematik. Selama proses keperawatan, perawat
menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
membuat penilain yang bijaksana dan diagnosis, mengidetifikasi hasil akhir kesehatan yang
diinginkan klien dan merencanakan menerapkan serta mengefaluasi tindakan keperawatan
yang tepat guna mencapai hasil akhir tersebut.

d.Proses Keperawatan Menurut Johnson


Grubbs mengembangkan satu alat penilaian berlandaskan tujuh subsistem Johnson.
Satu subsistem dia tambahkan  "penyembuhan", yang difokuskan pada aktivitas sehari-hari.
Aktivitas sehari-hari meliputi area seperti pola dari sisa, kebersihan, dan rekreasi. Satu
diagnosa dapat dibuat berhubungan dengan ketidakcukupan atau pertentangan pada satu
subsistem atau di antara subsistem. Perencanaan untuk implementasi dari kekhawatiran
keperawatan harus mulai pada taraf subsistem dengan hasil terakhir dari fungsi secara
cenderung tingkah laku dari keseluruhan sistem. Implementasi oleh perawat kepada  klien
merupakan satu kekuatan eksternal untuk memanipulasi dari subsistem kembali status dari
equalibrium. Evaluasi hasil dari implementasi ini kemungkinan siap jika posisi seimbang
yang  telah didefinisikan selama tahap perencanaan yang terjadi sebelum implementasi.

e.Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan Proses keperawatan


1. Penilaian
Pada tahap penilaian dari proses keperawatan, terkait ke area subsistem spesifik yang
dikembangkan. Holaday, Little, dan Damus mengajukan bahwa fokus penilaian pada
subsistem berhubungan dengan penulisan masalah kesehatan. Satu penilaian berlandaskan
subsistem tingkah laku tidak mudah bagi perawat untuk mengumpulkan keterangan terperinci
tentang sistem biologi. Penilaian  terkait ke subsistem affiliative yang difokuskan pada satu
pebuatan nyata yang berpengaruh pada pada sistem sosial lain dimana perorangan
merupakan  satu anggota.
Pada penilaian dari subsistem ketergantungan, perhatian adalah bagaimana memahami
perbuatan seseorang perlu mengenal secara signifikan terhadap hal lain, sehingga nyata
berpengaruh pada lingkungan sekitarnya sehingga dapat  membantu individu dalam menemui
kebutuhan itu. Penilaian dari subsistem ingestive akan membahas masalah masukan makanan
dan cairan, yang meliputi lingkungan sosial dimana makanan dan cairan dicernakan.
Subsistem eliminasi menghasilkan pertanyaan yang  berhubungan ke pola pembuangan air
besar dan urinaria serta dimana proses tersebut terjadi.
Ada banyak celah tentang keterangan seluruh  individu jika model sistem tingkah laku
Johnson hanya memandukan penilaian. Pola hubungan keluarga hanya disinggung pada
affiliative dan subsistem ketergantungan. Keterangan dasar yang berhubungan dengan status
pendidikan, status ekonomi, dan jenis tempat tingal juga berhubungan cukup besar dengan
komponen-komponen subsistem. Faktor ini dengan jelas diidentifikasi sebagai satu aspek
penting dari semua subsistem.
2. Diagnosa
            Berdasarkan teori sistem perilaku menurut Johnson yang menngambarkan diagnosa
cukup rumit. Diagnosa cenderung umum ke satu subsistem sedikit spesifik terhadap satu
masalah. Grubbs telah mengajukan empat katagori dari sistem tingkah laku Johnson, yaitu:
1)      Ketidakcukupan satu status yang mana berada ketika satu subsistem tertentu bukan
berfungsi atau mengembangkan ke kapasitas paling penuh ini sehubungan dengan
kekurangan dengan kebutuhan fungsional.
2)      Pertentangan satu perilaku itu tidak menjumpai gol
dimaksud. incongruency biasanya membohongi di antara aksi dan gol dari
subsistem, walau cocok dan pilihan betul-betul mempengaruhi aksi tidak efektif.
3)      Ketidakcocokan gol atau perilaku dari dua subsistem pada keadaan yang sama
menilai dengan satu sama lain ke kerusakan dari perorangan.
4)      Kekuasaan perilaku di subsistem sesuatu dipergunakan lebih dari lain subsistem
dengan tanpa melihat keadaan kerusakan dari subsistem yang lain.

3. Perencanaan
Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan model konseptual
keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola intervensi dari model
konseptualyang digunakan.
4. Implementasi
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang bukan
merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan menunjukkan apa yang harus
dilakukan oleh perawat yang langsung mempengaruhi intervensi keperawatan yang
direncanakan, tetapi tidak menunjukkan pada perawat bagaimana menerapkan rencana itu.
5.    Evaluasi
       Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut. Evaluasi berhubungan dengan
bagaimana cara klien beradaptasi dan bereaksi, kebutuhan klien serta tujuan klien. Jika
perawat sudah dapat menjawabnya,  akan membantu perawat menilai keefektifan dari proses
perawat secara keseluruhan dan model keperawatan.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis bahwa perawatan
merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum, selama dan
sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi,
stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku untuk mengembangkan teorinya.

f.Contoh kasus
Bapak Elder bekerja di sebuah kebun binatang. Dia di serang oleh harimau hingga
mendapat luka di bagian kepala dan di rujuk ke balai pengobatan untuk penanganan lukanya.
Dalam penanganan luka, diketahui ternyata luas luka mencapai hingga ke tulang tengkorak,
hal ini membuatnya harus berheti sementara dari pekerjaan. Sering bertemu dengan teman-
teman sekerjanya, agaknya membuat dia tertekan. Istri Bapak Elder setiap hari meluangkan
waktu membuatkannya makanan kecil karena memang istrinya suka memasak dan ternyata
dengan kegiatan memasak itu istri bapak Elder dapat menekan kecemasannya sehubungan
dengan keadaannya. Setelah 3 minggu berlalu penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan
walaupun tidak terjadi infeksi luka. Pada kunjungan pemeriksaan, istrinya dengan yakin
mengatakan bahwa selama perawatan di rumah, suaminya sering minum air banyak sehingga
berakibat sering kencing walaupun tengah malam dan itu membuat dia agak cemas hal
tersebut akan berakibat fatal terhadap pak Elder. Dia bertanya, apakah ada obat yang dapat
membantu pak Elder tidur di malam hari. ü Penyelesaian masalah menggunakan teori
Tingkah laku. Menggunakan teori system tingkah laku, kita membantu menyelesaikan
masalah.Menilai pola tingkah laku yang berlangsung saat itu pada keluarga pak Elder melalui
7 subsistem tingkah laku, berdasarkan data di atas kita mendapatkan bahwa ada perubahan
pada 3 subsistem : 1. Achievement subsistem, perubahan perubahan pola interaksi social dan
depresi. 2. Eliminasi Subsistem, perubahan pola eliminasi dikarenakan banyak minum
( Polidipsi ) berakibat seringnya kencing ( Poliuri ). 3. Ingestive Subsistem, perubahan pola
makan dikarenakan banyak makan makanan yang manis dan minum air yang juga banyak.
Dengan menggunakan teori Tingkah laku, apa yang harus dilakukan untuk membantu pak
Elder. Berdasarkan asumsi yang kita bisa tarik dari cerita di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa bapak tersebut mungkin menderita penyakit Diabetes Mellitus. Dengan ditentukannya
diagnosis, perawat membantu bapak tersebut memperbaiki system keseimbangan dengan
memodifikasi pola tingkah lakuuntuk mencapai homeostasis. Pada akhirnya luka pak Elder
mulai mengalami kemajuan setelah penyakit diabetesnya diidentifikasi dan dikendalikan. Dia
sudah bisa kembali bekerja dan bertemu dengan teman- temannya lagi. Istrinya senang karena
mendapat resep makanan sesuai dengan penyakit diabetes suaminya dan pengalaman
memasak bagi dirinya. Masalah teratasi dengan menggunakan model dan teori keperawatan
tingkah laku menurut Dorothy E. Johnson

F. Teori imogene king


Pada tahun 1971 King memperkenalkan suatu model konseptual yangterdiri atas tiga
sistem yang saling berinteraksi. Model keperawatan terakhir dari King memadukan tiga
sistem interaksi yang dinamis-personal,interpersonal, dan sosial yang mengarah pada
perkembangan teori pencapaiantujuan (King,1981 dalam Christensen J.P, 2009).Konsep
yang ditempatkan dalam sistim personal karena merekaterutama berhubungan dengan
individu, sedangkan konsep yang ditempatkandalam sistim interpersonal karena
menekankan pada interaksi antara duaorang atau lebih. Konsep yang ditempatkan dalam
sistem sosial karenamereka menyediakan pengetahuan untuk perawat agar berfungsi di
dalamsistim yang lebih besar (King, 1995a, p.18 – 19 dalam Tomey & Alligood,2006).
Dalam interpersonal sistem perawat-klien berinteraksi dalam suatuarea (space). Menurut
King, intensitas dari interpersonal system sangatmenentukan dalam menetapkan
pencapaian tujuan keperawatan.Adapun beberapa karakteristik teori Imogene King
(Christensen &Kenney,1995):

1. Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai sistemterbuka, mampu
berinteraksi, mengubah energi, dan informasi denganlingkungannya. Individu merupakan
anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional, dan kemampuan dalam bereaksi,
menerima,mengontrol, mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai dengan hak danrespon
yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan waktu.Sistem personal dapat dipahami
dengan memperhatikan konsep yang berinteraksi yaitu: persepsi, diri, gambaran diri,
pertumbuhan dan perkembangan, waktu dan jarak.
2. Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi. Interaksi ini
dapat dipahami dengan melihat lebih jauh konseptentang peran, interaksi, komunikasi,
transaksi, stress, koping.
3. Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatanlingkungan. Ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilakumasyarakat, interaksi, persepsi, dan
kesehatan. Sistem sosial dapatmengantarkan organisasi kesehatan dengan memahami
konsep organisasi,kekuatan, wewenang, dan pengambilan keputusan.
1.Konsep Interaksi Imogene M. King

King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia
seutuhnya ( Human Being) sebagai sistem terbuka yang secarakonsisten berinteraksi
dengan lingkungannya. Asumsi dasar King tentangmanusia seutuhnya ( Human Being)
meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi,kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi
pada waktu.Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivatasumsi
tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat – klien:

1. Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.


2. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klienmempengaruhi interaksi
3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi.
6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.
7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan dapat
berbeda.
Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan sebagai sembilan
konsep utama, dimana konsep-konsep tersebut saling berhubungan dalam setiap situasi
praktek keperawatan (Christensen J.P,2009), meliputi:

1. Interaksi, King mendefenisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsidan


komunikasi antara individu dengan individu, individu dengankelompok, individu
dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal
dalam mencapai tujuan.
2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi berhubungan
dengan pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi,genetika dan latarbelakang
pendidikan.
3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari seseorang
kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentudalam
pencapaian tujuan. Yang termasuk dalam transaksi adalah pengamatan perilaku dari
interaksi manusia dengan lingkungannya.
5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya
dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dankewajiban sesuai dengan posisinya.
6. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibatinteraksi manusia
dengan lingkungannya. Stress melibatkan pertukaranenergi dan informasi antara
manusia dengan lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol stressor.
7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri individu.Tumbuh
kembang mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilakuyang kondusif untuk
membantu individu mencapai kematangan.
8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa yang akandatang.
Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwayang lain sebagai
pengalaman yang unik dari setiap manusia.
9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama. 
Ruang adalah area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan klien.Konsep
hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen :

a. Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku,dalam


memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam keperawatan yang digambarkan
melalui hubungan perawat dan klien untuk melakukankontrak untuk pencapaian
tujuan.
b. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat adanya aksi danmerupakan
respon individu.
c. interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling mempengaruhiantara
perawat dan klien, yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi.
d. Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadisuatu
persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akandilakukan (Murwani A,
2009).
2.Asumsi-Asumsi Utama Imogene M. King

1. Keperawatan : Keperawatan merupakan suatu proses interaksi antara klien dan


perawatyang selama pengkajian , pembuatan tujuan, dan menjalankannya,
terjaditransaksi dan tujuan dicapai.
2. Klien : King mengatakan bahwa klien adalah individu (sistem personal) ataukelompok
(sistem interpersonal) yang tidak mampu mengatasi peristiwaatau masalah kesehatan
ketika berinteraksi dengan lingkungan.
3. Kesehatan : Menurut King, Kesehatan adalah kemampuan individu untuk
melakukanaktivitas kehidupan sehari-hari dalam peran sosial yang lazim; suatu
pengalaman hidup yang dinamis dalam penyesuaian terus-menerusterhadap stresor
lingkungan melalui penggunaan sumber-sumber yangoptimum.
4. Lingkungan : King menyatakan, lingkungan merupakan setiap sistem sosial
dalammasyarakat ; sistem sosial adalah kekuatan dinamis yang memengaruhi perilaku
sosial, integrasi, persepsi, dan kesehatan, seperti rumah sakit,klinik, lembaga komunitas,
dan industri.
3.Asumsi-Asumsi Teori Imogene King (Meleis, 1997) :
Explicit:

1. Fokus dalam keperawatan adalah interaksi manusia dan lingkungandengan tujuan


kesehatan untuk manusia.
2. Individu merupakan anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional,dan
kemampuan dalam bereaksi, menerima, mengontrol, mempunyaimaksud-maksud
tertentu sesuai dengan hak dan respon yang dimilikinyaserta berorientasi pada
tindakan dan waktu.
3. Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi-persepsi, tujuan-tujuan,kebutuhan, dan
nilai-nilai antara perawat - klien.
4. Klien memiliki hak azazi dalam menerima informasi, berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh kehidupan, kesehatan, dan pelayanan
kesehatan namun klien juga berhak untuk menolaknya.
5. Pertanggungjawaban dalam pelayanan keperawatan pada individumencakup semua
aspek termasuk dalam keputusan memberi informasi.
6. tidak jarang terjadi perbedaan tujuan antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.
Implicit:

1. Klien ingin berpartisipasi aktif dalam proses perawatan.


2. Klien secara sadar, aktif dan mampu berpartisipasi dalam pengambilankeputusan.
Penegasan Teoritis
Dalam teori pencapaian tujuannya, King (1981;149) memberikan Proposisi berikut, yang
memperlihatkan dan menggambarkan hubungan konsep-konsep King.

1. Jika terdapat kekuatan perseptual dalam interaksi perawat-klien makaakan terjadi


transaksi
2. Jika perawat dan klien melakukan transaksi, maka tujuan akan dicapai.
3. Jika tujuan dicapai, maka akan terjadi kepuasan.
4. Jika tujuan dicapai, maka akan terjadi askep yang efektif.
5. Jika transaksi dibuat dalam interaksi perawat-klien, maka tumbuhkembang akan
meningkat.
6. Jika harapan peran dan performa peran yang dirasakan oleh perawat danklien sesuai,
maka akan terjadi transaksi.
7. jika konflik peran dialami oleh perawat atau klien atau oleh keduanya,maka akan
menimbulkan stress dalam interaksi perawat-klien.
8. Jika perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus mengomunikasikan
informasi yang sesuai kepada klien, maka akan terjadi penyusunan tujuan dan
pencapaian tujuan bersama.
Proposisi dalam teori pencapaian tujuan oleh King ini dapatdigambarkan dalam skema
dibawah ini :
4.Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Proses Keperawatan
Pengkajian 

1. Terjadi selama interaksi antara perawat dan pasien/klien. Perawat membawa


pengetahuan khusus dan ketrampilan sedangkan klienmembawa pengetahuan tentang
diri dan persepsi masalah yang menjadi perhatian, untuk interaksi ini.
2. lama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang klien,diantaranya adalah :
Tingkat tumbuh kembang, Pandangan tentang diri sendiri, Persepsi yang merupakan
dasar pengumpulan dan interpretasi data terhadap status kesehatan, Pola komunikasi
diperlukan untuk memferivikasi keakuratan persepsi, untuk interaksi dan transaksi.
dan Sosialisasi

Diagnosa Keperawatan 
1. Dibuat setelah melakukan pengkajian. 
2. Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan pasien/klien.
3. Stress merupakan konsep yang penting dalam hubungannya dengan diagnosa
keperawatan.

Perencanaan
1. Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan. 
2. Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk memecahkan masalahtersebut
dilakukan.
3. Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan menetapkantujuan dan
membuat keputusan.
4. Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi pasien/klien yang dianjurkan ikut
serta dalam pengambilan keputusan tapi tidak harus bertanggung jawab.

Implementasi
1. Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi kegiatan aktualuntuk mencapai
tujuan.
2. Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari transaksi.

Evaluasi
Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil tujuan yang dicapai danmembahas tentang
pencapaian tujuan dan keefektifan proses keperawatan(Perry & Potter, 2005).

5.Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Praktik Keperawatan

Teori King berfokus pada interaksi perawat - klien dengan pendekatan sistem. Kekuatan
pada model ini adalah partisipasi klien dalam menentukan tujuan yang akan dicapai,
mengambil keputusan, dan interaksi dalam menerima tujuan dari klien. Teori ini sangat
penting pada kolaborasi antara tenaga kesehatan professional.Teori ini juga dapat
digunakan pada individu, keluarga, atau kelompok dengan penekanan pada psikologi,
sosialkultural, dan konsep interpersonal.
Beberapa contoh kasus yang menggunakan teori King dalam praktik klinik adalah (Meleis,
1997) :

1.Klien lansia dengan kecelakaan perdarahan pada otak.

2.Klien dengan penyakit ginjal.

3.Caring dalam keluarga.

4.Penyelesaian masalah memfasilitasi pengembangan kesehatan lingkungankerja.

5.Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat.

6.Pelayanan keperawatan psikiatri.


7.Caring untuk klien pingsan atau tidak sadar.

8.Caring untuk klien dewasa dengan diabetes.

9.Kerangka kerja untuk mengatur perawatan.


6.Contoh Kasus :
Tn. X usia 52 tahun datang dengan istri dan kedua anak laki – lakinya ke UGD RS.B,
keluhan nyeri pada dada kiri hingga ke punggung, rasanya seperti tertusuk, sesak nafas,
RR : 38 x/mnt, bibir dan kuku (aliran perifer) terlihat sianosis. Kapleri refill>3 detik. Lama
nyeri dada kurang lebih 20 – 30 menit. Tn. X mengatakan ia seringmengalami mudah
lelah, nyeri pada dada kirinya saat beraktifitas yang berat sepertimengangkat beras dan
barang –  barang lain ditoko, dan sesak. Namun ia tidak pernah berobat kedokter, karena
beliau sibuk dengan pekerjaannya sebagai pedagang sembako, selain itu istri dan kedua
anak Tn. X tidak mengetahui bahwa beliau menderita penyakit jantung (nyeri dada kiri),
karena Tn. X tidak pernahterlihat sering mengalami nyeri dada saat di rumah.

Pengkajian :
Pengkajian meliputi : Persepsi, peran, pertumbuhan dan perkembangan, ruang, waktu,
komunikasi, interaks, transaksi, stress dan koping.

Persepsi

1.Bagaimana perasaan anda tentang kesehatan diri anda secara keseluruhan? 

2.Bagaimana perasaan anda tentang nyeri dada yang anda rasakan?

3.Apakah anda tahu penyebab dari nyeri dada anda?

4.Apakah anda pernah berobat ke dokter untuk mengobati nyeri dada anda?

5.Apakah anda pernah terpikirkan bahwa anda menderita penyakit yangserius?


Peran

1.Bagaimaa penyakit dapat berefek untuk peran kehidupan anda?

2.Bagaimana peran keluarga anda setelah anda memiliki penyakit MCI?

3.Bagaimana anda melakukan peran anda setelah anda menderita MCI?

4.Apakah menurut anda perawat dan dokter telah meakuan perannya?


Transaksi
1.Informasi apa yang dan perawat berikan untuk informasi yang berhubunganuntuk
penyakit anda? 

2.Perawatan seperti apa yang anda inginkan ?

3.Apakah anda merasakan penting bila perawat mendiskusikan dengan anda setiap kan
memberikan asuhan keperawatan?

4.Bagaimana perawaan anda ketika dokter dan perawat berdiskusi mengenai proses
perawatan?
Stress dan Koping

1.Apakah penyakit anda membuat anda stress?

2.Bagaimana anda berperilaku ketika anda mengalami stress?


3.Apakah anda menginginkan seseorang memotivasi anda ketika anda stress?
4.Apakah nyeri dada membuat anda stress?
Komunikasi
1.Ketika anda memiliki masalah apakah anda menceritakan pada keluargaanda? 
2.Apakah dokter dan perawat memberikan informasi mengenai penyakitanda?
3.Apakah anda mengerti anda menderita penyakit apa?
4.Observasi proses komunikasi, ekspresi wajahnya, kontak matanya?
Ruang
1.Apa yang anda inginkan dari orang lain ketika anda mengalami nyeri dada? 
2.Siapa yang anda inginkan, untuk mendampingi anda ketika nyeri dada ?
3.Apakah anda menginginkan privasi, ketika anda berada di rumah sakit?
4.Apakah anda merasa nyaman dengan ruang rawat anda selama di rumahsakit ?
Waktu
1.Apakah anda sering mengalami nyeri dada? 
2.Kapan anda mengalami nyeri dada pertama kali?
3.Apakah nyeri dada anda meberi effek kepada setiap aktivitas anda?
4.Apakah saat anda mengalami nyeri dada keluarga anda selalu menemanianda?
Pertumbuhan dan Perkembangan
1.Apa pengalaman anda dalam menangani nyeri dada? 
2.Ketika nyeri dada, bagaimana anda menangani nyeri dada anda dan bagaimana
hasilnya?
3.Apakah aktivitas yang anda lakukan sebelum terkena penyakit Myocard Infarct?
Interaksi

1.Apakah anda sering berinteraksi dengan keluarga anda?

2.Bagaimana hubungan anda dengan keluarga anda?

3.Bagaimana perasaan anda ketika anda kontak dengan perawat dan dokter?

4.Apakah anda merasa nyaman dengan interaksi pasien lain diruang rawat anda?
Diri sendiri

1.Apakah anda merupakan manusia yang memiliki inisiatif? 

2.Apakah perasan anda ketika anda menderita penykit MCI?

3.Apakah anda merasa diri anda dapat menyelesaikan masalah anda sendiri?aksi- reaksi
antara perawat-klien
Diagnosis Keperawatan

1.Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.

2.Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan


kebutuhan tubuh.

3.Ansietas b/d perubahan kesehatan-status sosial-ekonomi ancaman kematian.

4.defisiensi pengetahuan b/d kurang pajanan


Perencanaan
Nyeri, cemas, takut adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam variasirespon verbal,
non verbal yang bersifat individual sehingga perlu digambarkansecara rinci untuk
mengevaluasi keberhasilan penanganan respon nyeri akut pada pasien MCI, Intoleransi
aktivitas (pembatasan aktivitas) dapat dikaitkan denganteori King, mewakili keadaan diri
klien terhadap stress dan koping pasien, dan bagaimana kita menyeting ruangan, waktu
untuk interaksi, transaksi, peran pasien dalam menjalani aktivitasnya sehari –  hari di rumah
sakitMasalah Interaksi klien dapat teratasi dengan informasi yang diberikan kepada pasien
untuk melakukan aktivitas dengan kegiatan interaksi, transaksi, peran pasien dalam
menjalani aktivitasnya sehari – hari. Lakukan Pendidikan Kesehatanterhadap pasien MCI
dalam proses interaksi, transaksi, peran pasien untuk menjalani aktivitasnya sehari – hari.
Yang mana dalam hal ini dapat mencegahtimbulnya nyeri dada kembali. Dengan
pengembangan pengkajian danmenerapkannya pada penegakkan diagnosa, pemberian
informasi pada setiapintervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi hasil, maka
pencapaiantujuanpasiendapatdicapai .

Analisis Teori Imogene M. King

Analisis kelompok terhadap teori Imogene King mengacu pada tujuhkategori atau prosedur
yaitu sumber teori, makna teori, kecukupan logika dariteori, manfaat teori, derajat
kemampuan menggeneralisasi, parsimony teoridan kemampuan untuk diujikan dari teori.
Berikut ini kami akan menguraikananalisis teori tersebut yaitu:

Sumber Teori

Dalam menemukan teori, King secara bertahap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang


dimulai pada periode 1961-1966, yaitu tentang “Konsep Umum dari Perilaku Manusia”
( General Concepts of Human Behavior). Ini merupakan konseptual yang dihasilkan melalui
penelaahan literatur. Pada tahun 1966- 1968, ia mengeluarkan artikel yang berjudul
“Kerangka Kerja Konseptual Keperawatan” (A Conceptual Framework for Nursing ) yang
berorientasi pada pencapaian tujuan (Goal Attainment).Konsep utama dari teori Goal
Attainment meliputi: interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh
kembang, waktu dan ruang (Marriner,A. 1986). Teori King memformulasikan teorinya
melalui studi leteratur, diskusi, penelitian dan lain-lain.Teori King sangat ideal untuk
dikembangkan pada saat sekarang dimana informasi dan komunikasi yang berkembang
begitu cepat. Teori ini berkembang secara deduktif yaitu diidentifikasi masalah, lalu
mengidentifikasi teori terkait, kemudian dibuat pertanyaan penelitian yaitu bagaimana
komunikasi bisa terjadi bila menggunakan bahasa yang universal, memilih dan
mendefinisikan konsep/variabel dari pertanyaan penelitian.

Makna Teori

Kelompok menganalisis bahwa teori keperawatan Imogene King sangat mudah untuk
dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Teori ini membangun tubuh ilmu
pengetahuan keperawatan(Body of Knowledge).
Manfaat dari teori ini adalah:

1.Mengkontribusi pada pengembangan tubuh ilmu pengetahuan.

2.Dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memperbaiki praktek keperawatan.


3. Konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh pelajar, guru dan juga peneliti dan praktisi
untuk menganalisa dan mengidentifikasi kejadiandalam situasi keperawatan yang sepesifik.

4. Sebagai pendekatan untuk menyeleksi dan memilih konsep yangdijadikan dasar praktek
keperawatan profesional.

5. Keterkaitan dari beberapa pernyataan King dan konsepnya:

6. Beberapa penjelasan konsep cukup konsisten.

7. Konsep yang satu dengan konsep yang lainnya cukup jelas dalam membentuk suatu teori.
Hal tersebut didasarkan bahwa interaksi antara perawat dan klien itu sangat penting.
Kendala yang sering dihadapi adalah kesulitan komunikasi dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh perawat di dunia.
Kecukupan logika teori

Berdasarkan analisa kelompok, Konsep teori ini diprediksi dapat menyesuaikan pada setiap
perubahan, perkembangan iptek, sosial,ekonomi dan politik, karena sistem ini terbuka dan
dinamis. Teori ini cukup adekuat dan logis karena beberapa konsep yang ada didukung oleh
beberapa riset. Teori King menyatakan bahwa manusia mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi, berpartisipasi dalam membuat keputusan untuk mempengaruhi kehidupan,
kesehatan, maupun mendapatkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hal diatas maka kelompok menyimpulkan bahwa teori King adalah cukup logis
dipandang dari cakupan teori atau pernyataan yang dikemukakan karena teori King ini sangat
sesuai karena keberhasilan perawatan adalah adanya interaksi yang terus menerus antara
perawat dan klien serta lingkungan eksternal yang mempengaruhinya. King juga menyatakan
bahwa intervensi keperawatan adalah adanya interaksi perawat dengan klien yang meliputi
komunikasi, persepsi yang menimbulkan aksi dan reaksi serta menetapkan tujuan dengan
maksud tercapainya persetujuan dan adanya traksaksi.

Manfaat Teori

Teori ini dapat digunakan pada praktek keperawatan baik pada lingkup klinik maupun pada
lingkup komunitas. Banyak riset dan studiyang mendukung teori ini berpusat pada aspek
teknis perawatan klien dan system pelayanan keperawatan. Dalam praktek baik di lahan
klinik maupun lahan komunitas interaksi yang terjadi sangat penting bagi klien dan perawat.
Jadi untuk aplikasi di klinik maupun di komunitas teori dari King ini sangat relevan karena
kesembuhan klien sangat dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dan klien.

Kemampuan menggeneralisasi

Teori King menurut kelompok memiliki cakupan isi teori yang sangat luas dan cukup dan
komplek untuk diaplikasikan pada tatanan praktek keperawatan. Teori ini cocok diterapkan
pada keperawatan klinik maupun komunitas karena berfokus pada interaksi antara manusia
dan lingungannya. Manusia sebagai individu dapat melakukan penyesuaian terhadap stressor
internal maupun eksternal dalam rentang sehat sakit dengan menggunakan sumber-sumber
yang dimiliki seseorang untuk mencapai kesehatan optimal.

Parsimony

Konsep-konsep dari teori pencapaian tujuan dapat dijelaskan secara mudahdan dapat
dipahami meskipun cukup komplek dan defenisi yangdikemukakan cukup jelas.

Kemampuan teori untuk diujikan (Testability)

Teori King menurut kelompok, sudah ada gambaran yang jelas dan sangat sesuai dengan
kondisi teknologi dan informasi pada saat sekarang. Teori ini dapat memprediksi suatu
kejadian/phenomena dalam keperawatan melalui penetapan hypothesis dalam penelitian.

Analisa Kelebihan dan Kekurangan Teori Imogene King


Kelebihan

1. Teori ini dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, teori ini dapatdipergunakan dan
menjelaskan atau memprediksi sebagian besar phenomena dalam keperawatan.

2. Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungandengan jelas dan
dapat diamati dalam praktek keperawatan.

3. Mengedepankan partisipasi aktif klien dalam penyusunan tujuan bersama,mengambil


keputusan , dan interaksi untuk mencapa tujuan klien.

4. Teori King dapat dipakai pada semua tatanan pelayanan keperawatan,


5. Teori keperawatan King dapat dikembangkan dan diuji melalui riset.

6. Teori ini sangat penting pada kolaborasi antara tenaga kesehatan


Kekurangan

1. Beberapa definisi konsep dasar kurang jernih. Misalnya konsep mengenaistres yang
kurang jelas karena ia menyatakan bahwa stres memilikikonsekuensi positif dan
menyarankan para perawat harus menghapus pembuat stress dari lingkungan rumah sakit.

2. Teori ini berfokus pada sistem interpersonal. Sehingga tujuan yang akan dicapai
sangat bergantung pada persepsi perawat dan klien yang terlibat dalam hubungan
interpersonal dan hanya pada saat itu saja.

3. Teori King belum menjelaskan metode yang aplikatif dalam penerapan konsep
interaksi, komunikasi, transaksi dan persepsi, misalnya pasien- pasien tidak dapat
berinteraksi secara kompeten dengan perawat, seperti bekerja dengan pasien koma, bayi
yang baru lahir, dan pasien psikiatrik.
G. Teori marta elizabeth

1.Definisi Keperawatan Menurut Martha E. Rogers


Keperawatan adalah ilmu humanistis atau humanitarian yang menggambarkan dan
memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis
secara umum dengan memperkirakan prinsip-prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan
praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan, mempelajari tentang alam dan
hubungannya dengan perkembangan manusia.
Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip – prinsip kreatifitas,
seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan dinyatakan Rogers merupakan aktifitas yang
berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani.
Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya
mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi
pengkajian, intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep
pemahaman manusia atau individu seutuhnya.
2.Asumsi Dasar
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers
berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang
mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung.
Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Rogers
(1970) ada lima dasar asumsi tentang manusia, yaitu:

a. Manusia adalah satu kesatuan, proses integritas individu dan mewujudkan karakteristik
yang lebih dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya. Manusia kelihatan seperti
bagian terkecil dan menghilang lenyap dari pandangan. Karena kesatuan ini
menghasilkan variabel dan secara konstan mengubah pola ini. Manusia merupakan
makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa
bagian. Secara signifikan mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat
secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila
seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan
terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.

b. Individu dan lingkungan terus mengalami perubahan materi dan energi. Berasumsi
bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama
lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada
seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
c. Mempercayai bahwa proses hidup manusia tidak dapat diulang dan tidak dapat
diprediksi sepanjang ruang dan waktu. Individu tidak pernah dapat mundur atau
jadilah sesuatu ia atau dia sebelumnya. Bahwa proses kehidupan manusia merupakan
hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus
menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti
yang diharapkan semula.

e. Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang


inovatif. Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif, pola
teladan ini mempertimbangkan pengaturan diri, ritme, dan teori pengaruh energi.
Mereka memberi kesatuan keanekaragaman dan mencerminkan suatu alam semesta
yang kreatif dan dinamis.
f.  Individu dicirikan oleh kapasitas abstraksi dan citra, bahasa dan berpikir, sensasi
dan emosi.Hanya manusia yang mampu untuk berfikir menjadi siapa dan keluasan
dari alam semesta ini. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang
mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Berdasarkan pada asumsi-asumsi, terdapat 4 batasan utama yang ditunjukkan
oleh Martha E. Roger :
1.      Sumber energi
2.      Keterbukaan
3.      Pola-pola perilaku
4.      Ukuran-ukuran 4 dimensi
Disini terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan pada ini adalah manusia
dan lingkungannya. Sebagai sistem hidup dan sumber energi, individu mampu
mengambil energi dan informasi dari lingkungan dan menggunakan energi dan informasi
untuk lingkungan. Karena pertukaran ini individu adalah sistem terbuka yang mendasari
dan membatasi asumsi-asumsi utama Martha E. Roger.
Terdapat persamaan kekuatan antara anggapan dasar Roger dan sistem teori umum
lainnya. Menurut von Bertalanffy (1968), sebuah sistem adalah kumpulan dari elemen-
elemen yang dihubungkan, wujud manusia dan lingkungannya. Seperti sebuah sistem
hidup dan energi dasar, individu memiliki kecakapan dalam memanfaatkan energi dan
informasi dari lingkungan dan energi bebas dan informasi kepada lingkungan.
Martha E. Roger mengemukakan empat konsep besar tersebut dan menghadirkan
lima asumsi tentang manusia. Tiap orang dikatakan sebagai suatu yang individu utuh.
Manusia dan lingkungan selalu saling bertukar energi. Proses yang terjadi dalam
kehidupan seseorang tidak dapat diubah dan berhubungan satu sama lain pada dimensi
ruang dan waktu. Hal tersebut merupakan pola kehidupan. Pada akhirnya seseorang
mampu berbicara, berfikir, merasakan, emosi, membayangkan dan memisahkan. Manusia
mempunyai empat dimensi, medan energi negentropik dapat diketahui dari kebiasaan dan
ditunjukkan dengan ciri-ciri dan tingkah laku yang berbeda satu sama lain dan tidak
dapat diduga dengan ilmu pengetahuan yaitu lingkungan, keperawatan dan kesehatan.
3. Prinsip Homeodinamika
Prinsip homeodinamika terdiri dari 3 pemisahan prinsip, yaitu integral, resonansi dan
helicy (Roger (1970,1988, 1992)). Dengan kombinasi prinsip homeodinamika dan konsep
manusia dari definisi perawat, sebuah teori menyatakan dapat dijadikan dalil. Sebuah teori
yang tepat mungkin menyatakan jika perawat menggunakan prinsip homeodinamika untuk
melayani umat manusia.
a. Integral
Prinsip pertama adalah integral. Badan manusia dan lingkungannya tidak dapat dipisahkan,
rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi pembaharuan interaksi antara badan
manusia dan lingkungannya. Keduanya saling berinteraksi yang konstan dan saling
bertukar dimana pembentukan keduanya ditempatkan dalam waktu yang sama.
Maka, integral adalah kelanjutan proses interaksi antara manusia dan lingkungan.
b. Resonansi
Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam antara manusia
dan bidang lingkungan. Pertukaran adalah pola manusia dan bidang lingkungan disebarkan
dari gelombang yang berpindah dari gelombang yang lebih tinggi dari frekuensi rendah ke
gelombang yang lebih pendek dari frekuensi yang lebih tinggi. Proses kehidupan dalam
badan manusia adalah simfoni dari ritme yang bergerak dalam frekuensi tertentu.
Pengalaman manusia di lingkungannya seperti segaris kompleks kesatuan gelombang
resonansi mereka dengan dunia istirahat.
c. Helicy
Terakhir, prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran langsung pada manusia-
lingkungan. Manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem terbuka dalam pertukaran
adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan antara manusia dan bidang lingkungan.
Pertukaran ini juga mengalami pembaharuan. Jika, pertukaran tidak dapat diprediksi.
Akhirnya, pertukaran langsung menuju peningkatan perbedaan dan kerumitan. Proses ini
dan polanya tidak dapat di prediksi, dinamis, dan peningkatan perbedaan.
Helicy meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh evolusioner, dan kesatuan bidang
lingkungan hidup manusia. Arah perubahan yang terjadi antara manusia dan lingkungan
terhadap peningkatkan keragaman dan kompleksitas dan ritme yang tidak tepat diulang.
Akibatnya, prinsip dari homeodynamics adalah cara melihat manusia dalam keutuhan
mereka. Perubahan dalam proses kehidupan manusia yang tidak dapat kembali,
nonrepeatable, berirama, dan menyajikan keragaman pola tumbuh.

Tujuan diagnosa keperawatan memberikan kerangka kerja dalam intervensi


keperawatan direncanakan dan dilaksanakan. Intervensi keperawatan akan tergantung pada
fokus diagnosa keperawatan. Fokus pada integralitas akan diimplementasikan dengan
lingkungan sama dengan pada individu. Diharapkan perubahan pada suatu hal yang akan
menyebabkan perubahan di sisi yang lain secara simultan terpisah dari dunia penyakit. Di
sana masalah tidak dapat disetujui dengan efektif dalam arti umumnya perubahan diterima,
ukuran penyakit. Kreativitas dan imaginasi menjadi sangat penting.
Resonansi menyatakan bahwa diagnosa keperawatan ditujukan untuk mendukung
atau memodifikasi variasi proses kehidupan sebagai manusia yang utuh. Karena proses
kehidupan manusia merupakan suatu fenomense.
Rencana keperawatan pada bagian helicy membutuhkan penerimaan individu
terhadap perubahan yang terjadi strategi untuk meningkatkan dan memodifikasi irama dan
tujuan hidup. Untuk itu dibutuhkan informasi dan partisipasi aktif klien pada proses
keperawatan. Konsep yang menyebutkan manusia adalah unik dan dapat dikenali karena
kemampuannya dalam merasakan, memberi kesempatan perawat untuk membantu
memecahkan masalah kesehatannya dan mengatur agar tujuannya dapat mencapai
kesehatan.
1. .Teori yang berkaitan dengan konsep menciptakan perbedaan cara pandang pada suatu
fenomena. Kerangka kerja Martha E Roger akan memberikan alternatif dalam
memandang manusia dan dunia. Teori yang menyatakan keperawatan menggunakan
prinsip hemodinamika dalam memberikan pelayanan kebutuhan manusia atau cara
memandang keperawatan dari satu sisi. Contoh adalah prinsip helicy yang
menekankan pada pola kebiasaan dan ritual.
2. Teori harus masuk akal, Mengetahui perkembangan yang masuk akal merupakan hal
pentingperkembangan yang logis menyebabkan mengenai asumsi pada prinsip
hemodinamika.
3. Teori harus sederhana dan dapat disosialisasikan. Teori dapat disosialisasikan sejak
tidak tergantung pada beberapa keadaan. Itu dinyatakan oleh Martha E Roger
konsepsi manusia sangatlah sederhana. Meskipun memberikan kaitan dalam
pemahaman. Ditambahkan teori ini dilandaskan pada penggunaan sistem terbuka yang
sangat kompleks.
4. Teori didasarkan pada hipotesa dan bisa diuji.
5. Teori memberi dan membantu peningkatan batang keilmuan dalam disiplin ilmu
melalui penelitian sehingga teori tersebut sah.
6. Teori bisa digunakan sebagai pedoman dan peningkatan dalam praktek.
7. Teori harus konsisten dengan teori lain yang sah, hukum dan prinsip-prinsip tetapi
harus menghindari pertanyaan terbuka yang perlu diperiksa.

4 .Kegunaan Prinsip Rogers Dalam Proses Keperawatan


Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia,
prinsip-prinsip homeodinamik memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan
arah perkembangan individu sebagai respon terhadap masalah kesehatan. Diharapkan,
praktik keperawatan profesional kemudian akan meningkatkan dinamika
integrasi manusia dan lingkungannya, untuk memperkuat hubungandan integritas bidang
manusia, dan untuk mengarahkan pola dari bidang manusia dan lingkungan untuk realisasi
maksimum kesehatan (Rogers, 1992).
Tujuan ini akan tercemin dalam proses keperawatan. Untuk berhasil menggunakan
prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat dan melibatkan perawat
dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah
bagian dari lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan
klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi,serta bersedia maju dalam proses
keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers(1992), mempertahankan
diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal dengan cara yang positif.
Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan
ini dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua
orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.
Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan
dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat pengumpulan data,
informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu pemisahan diri atau bagian
lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus dalam keadaan yang
mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai dengan menanyakan beberapa pertanyaan
dan mendapat respon dari data yang ada.
Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan
mencerminkan prinsip resonansi. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh
prinsip helicy.
Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa
pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa tanggapan
klien merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu. Akibatnya, pola yang
diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah, mencerminkan perubahan waktu dan
menambahkan pengalaman masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat
semua, tetapi menggunakan mereka sebagai referensi akan membantu memberikan
perawat dengan melihat klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi perbedaan individu dan
pola pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian
keperawatan, adalah penilaian dari seluruh keadaan manusia dan bukan penilaian yang
hanya berdasarkan fisik atau status mental. Ini merupakan penilaian potensi sehat dan
sehat secara mandiri dan bukan penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit.
Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan
penyakitnya.
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses keperawatan,
dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodinamik. Irama, pola, keanekaragaman,
interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian tersebut dalam proses
kehidupan yang mencakup hubungan manusia-lingkungan (Roger, 1970). Meskipun tidak
sempurna, diagnosa keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional Gordon memiliki
potensi yang lebih besar kegunaannya dengan kerangka Roger karena cenderung
mencerminkan pandangan yang lebih tentang keutuhan individu. Mengingat bersifat statis
dan kehilangan tradisi sepanjang diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem abstrak
dinamis bahkan mungkin tidak tepat (Smith, 1988).
Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat memberikan
asuhan keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan implementasi dalam
lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa perubahan yang satu ini akan
terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena integrasi individu dengan lingkungan,
masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan dari penyakit sosial di dunia. Oleh karena itu,
masalah ini tidak bisa ditangani dengan efektif dengan cara yang umumnya diterima secara
umum, transisi, tindakan penyakit berorientasi (Rogers, 1992). Dibutuhkan daya imajinasi
dan kreatifitas.
Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung
atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan
manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke
tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju ke
tingkat yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi.
Program keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan perbedaan
individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau memodifikasi irama
dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi dan aktif dari klien
dalam asuhan keperawatannya. Kesehatan tidak hanya tercapai dengan mempromosikan
homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individu.
 Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset Keperawatan
Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara langsung
memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan. Model
konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan tersebut.
Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya realita profesi keperawatan.
Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep Martha E Rogers akan
menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang seperti apakah sesungguhnya
bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam konsepnya Martha E Roger menunjukkan
bahwa kebutuhan kritis dalam keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan
dalam aktifitas penelitian keperawatan.
 Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Pendidikan Keperawatan

Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program
undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini adalah di
lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan.
Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa keperawatan
adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh pengetahuan, maka
ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh pendidikan dalam
keperawatan.
 Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan

Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari


konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski
(1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan, yang
kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E Rogers :
1. Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
2. Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
3. Penyesuaian terhadap pola
4. Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam proses
penyembuhan.
5. Menunjukkan suatu perubahan yang positif
6. Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
7. Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.
5. Kelemahan teori Martha E. Rogers tentang Homeodinamik
Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan universal, ada
keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak orang mengalami
kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun asumsi dasar yang diberikan dan
prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap abstrak. Persyaratan belum cukup untuk
dioperasionalkan untuk menyediakan pemahaman yang jelas. Kesulitan definisi
pengoperasian konsep serta membawa keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat
empiris untuk pengujian yang mengganggu banyak ilmuwan perawat (Kim, 1986).
Definisi operasional diperlukan untuk pengembangan hipotesis bahwa tes konsep teoritis
dan untuk pemilihan instrumen yang memadai akan mengukur konsep-konsep yang
terlibat (Hardy, 1974).
Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang cukup akan
menilai manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen tersebut, kemampuan
menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya adalah hampir tidak mungkin.
Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup menggunakan atau menguji sistem yang
membuat kesuksesan mengimplementasikan kesulitan keperawatan. Dengan demikian,
penggunaan prinsip-prinsip homeodynamics di dalamnya adalah totalitas terbatas. 
H. Teory lidia eloise hall
Lydia E. Hall memperkenalkan 3 teori lingkaran keperawatan dimana masing-
masing lingkaran menunjukkan proses keperawatannya yaitu: Lingkaran Kepedulian
(care), Lingkaran inti (core), dan Lingkaran keperawatan (cure).
1.  Lingkaran Kepedulian (care)
Pada lingkaran kepedulian ini perawat yang professional akan menyediakan kebutuhan
pasien. Ketika kepedulian (care) berfungsi, perawat menerapkan pengetahuan yang
alami dan ilmu pengetahuan biologi yang menjadi dasar ilmu keperawatan yang kuat.
Perawat harus menciptakan suasana yang nyaman pada diri pasien, sehingga pasien itu
menganggap perawat mampu  menghibur dan mampu memberi kenyamanan.
2.  Lingkaran Inti (core)
Pada lingkaran inti ini perawat yang profesional dalam hubungannya dengan pasien
bisa membantu pasien untuk menyatakan perasaan / penyakit yang dideritanya. Intinya
perawat harus memperdulikan pasien untuk kesembuhan pasien. Perawat yang
professional dengan menggunakan tehnik berhubungan / berhadapan langsung dengan
pasien guna untuk melihat status kesehatan sekarang dan yang akan datang.
3.  Lingkaran Keperawatan (cure)
Kepedulian perawat terhadap pasien yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, dan
cara pengobatan suatu penyakit, sehingga tidak hanya perduli, berhadapan langsung
dengan pasien tapi juga cara merawatnya. Perawat yang professional adalah perawat
yang bisa membantu si pasien agar cepat sembuh sehingga dapat meringankan beban
keluarga. 
 Empat Konsep Utama sesuai dengan Teori Lidya E. Hall :

Proses keperawatan yang dikenalkan meliputi hubungan antara manusia,


kesehatan, bersosialisasi dengan lingkungan dan keperawatan. Untuk lebih jelasnya
seperti dibawah ini:
1.Manusia atau seseorang yang berusia 16 tahun atau lebih yang mengalami
suatu penyakit membutuhkan bantuan/proses keperawatan yang lebih, individu ini
membutuhkan motivasi dari semua keluarganya agar cepat sembuh.
2. Kesehatan yang optimal dapat dilihat dari perilaku manusia itu sendiri.
3. Konsep lingkungan masyarakat yang dihadapkan dengan hubungan individu, akan
menciptakan kesehatan yang merata dan menyeluruh.
4. Proses keperawatan berhubungan dengan (kepedulian , inti , dan keperawatan). Tujuan
utama adalah untuk mencapai suatu hubungan antara individu dengan individu lain /
antara perawat dengan pasien.
 Proses Keperawatan Menurut Lidya E. hall

Lidya E. Hall memberikan motivasi pada pasien demi proses penyembuhan. Aspek ini
meliputi 5 proses keperawatan yaitu:
1.)Penilaian
Tahap pertama yaitu penilaian, meliputi tentang status kesehatan individu atau pasien.
Menurut teori Lidya E. Hall proses pengumpulan data ditujukan demi kepentingan
kesehatan pasien dibandingkan demi kepentingan perawat. Pengumpulan data ini
harus mengarah pada peningkatan kesehatan individu.
2.) Diagnosis / diagnosa
Tahap yang kedua adalah diagnosa keperawatan, dimana perawat
mengamati penyakit pasien sehingga dapat mengetahui penyakit yang dideritanya.
Sehingga proses penyembuhannya akan lebih mudah dan lebih cepat.
3.) Perencanaan
Perencanaan adalah tahap yang ketiga, melibatkan prioritas utama pada
pasien. Peran perawat adalah membantu pasien menjadi sadar dan mengerti akan
pentingnya kesehatan bagi kehidupannya. Inti dari perencanaan ini untuk membantu
pasien menjadi lebih mengerti dengan kebutuhan, perasaan dan motivasi. Perawat
bekerja sama dengan pasien untuk mencapai kesembuhan dengan pengobatan medis.
4.) Implementasi
     Tahap keempat implementasi, melibatkan institusi rencana kerja yang nyata.
Pada tahap ini merupakan tahap pemberian pelayanan yang nyata antara perawat
dengan pasien yang meliputi memandikan pasien, membalut luka, makan,
memberikan kebutuhan kenyamanan dan lain-lain. Perawat juga membantu pasien
dan keluarga untuk memahami dan menerapkan rencana medis untuk
kesembuhannya.
5.) Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk melihat kemajuan kondisi kesehatan
pada pasien. Tahap proses evaluasi diarahkan untuk melihat hasil dari perawatan,
condong kepada berhasil atau tidaknya pasien dalam mencapai suatu kesehatan atau
kesembuhan.

 Aplikasi dan Pembatasan Teori

Pada teori keperawatan Lidya E. Hall ada beberapa wilayah yang


membatasi aplikasi dan cara perawat kepada teori kepedulian pasien.
1.  Langkah suatu penyakit.
2.  Pasien membutuhkan perhatian yang lebih dari seorang perawat untuk proses
penyembuhannya.
3.   Masalah umur.
4.  Faktor  pembatasan adalah uraian bagaimana cara membantu seseorang ke arah yang
lebih mengerti tentang kesehatan. Keluarga hanya berada didalam perawatan
melingkar (care, core, cure).

I.Teory dorothea e.orem

1.Konsep dan Teori Keperawatan Menurut Dorothy Orem


Dorothea Orem adalah salah seorang teoritis keperawatan terkemuka di Amerika. Dorothe
Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia memperoleh gelar sarjana keperawatan
pada tahun 1939 dan Master Keperawatan pada tahun 1945. Selama karir profesionalnya,
dia bekerja sebagai seorang staf keperawatan, perawat pribadi, perawat pendidik dan
administrasi, serta perawat konsultan. Ia menerima gelar Doktor pada tahun 1976. Dorothea
Orem adalah anggota subkomite kurikulum di Universitas Katolik. Ia mengakui kebutuhan
untuk melanjutkan perkembangan konseptualisasi keperawatan. Ia pertama kali
mempubilkasikan ide-idenya dalam “Keperawatan : Konsep praktik”, pada tahun 1971,
yang kedua pada tahun 1980 dan yan g terakhir di tahun 1995.

Pengertian Keperawatan Menurut OremMenurutnya teori keperawatan adalah Pelayanan


manusia yang berpusat kepada kebutuhan manusia untuk mengurus diri bagaimana
mengaturnya secara terus menerus untuk dapat menunjang kesehatan dan kehidupan,
sembuh dari penyakit atau kecelakaan dan menanggulangi akibat-akibatnya (Orem, 1971).

Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
kabutuhan hidup, memlihara kesehatan dan kesejahteraannya, oleh karena itu teori ini
dikenal sebagai Self Care (perawatan diri) atau Self Care Defisit Teori. Orang dewasa dapat
merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia, dan orang sakit membutuhkan bantuan
untuk memenuhi aktivitas Self Care mereka.

Deskripsi Konsep Sentral Orem

1. Manusia :

Suatu kesatuan yang dipandang sebagai berfungsi secara biologis simbolik dan sosial serta
berinisiasi dan melakukan kegiatan asuhan/perawatan mandiri untuk mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Kegiatan asuhan keperawatan mandiri terkait
dengan

a. Udara
b. Air
c. Makanan
d. Eliminasi
e. Kegiatan dan istirahat
f. Interaksi sosial
g. Pencegahan terhadap bahaya kehidupan
h. Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia
2. Masyarakat/lingkungan :

Lingkungan sekitar individu yang membentuk sistem terintegrasi dan interaktif

3. Kesehatan :

Suatu keadaan yang dicirikan oleh keutuhan struktur manusia yang berkembang dan
berfungsi secara fisik dan jiwa yang meliputi aspek fisik, psikologik, interpersonal dan
sosial. Kesejahteraan digunakan untuk menjelaskan tentang kondisi persepsi individu
terhadap keberadaannya. Kesejahteraan merupakan suatu kedaan dicirikan oleh
pengalaman yang menyenangkan dan berbagai bentuk kebahagiaan lain, pengalaman
spiritual, gerakan untuk memenuhi ideal diri seseorang dan melalui personalisasi
berkesinambungan. Kesejahteraan berhubungan dengan kesehatan, keberhasilan dalam
usaha dan sumber yang memadai.

4. Keperawatan :

Pelayanan yang membantu manusia dengan tingkat ketergantungan sepenuhnya atau


sebagian pada bayi, anak dan orang dewasa, ketika mereka, orangtua mereka, wali atau
orang dewasa lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan atau perawatan pada
mereka tidak lagi mampu merawat atau mengasuh atau mengawasi mereka. Upaya kreatif
manusia ditujukan untuk menolong sesama. Keperawatan merupakan tindakan yang
dilakukan dengan sengaja dan mempunyai tujuan suatu fungsi yang dilakukan perawat
karena memiliki kecerdasan, serta tindakan yang memungkinkan pemulihan kondisi secara
manusiawi pada manusia dan lingkungannya.

Teori Sistem Keperawatan Orem

Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan menolong
keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self Care Deficit of
Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :
1. Self Care Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang The nepeutic
sesuai dengan kebutuhan.Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan
oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan
keberadannya , keadaan kesehatan dan kesempurnaan.

Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam memelihara
kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self
care dengan penerima self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori
/ persyaratan self care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan
persyaratan kesehatan.Penekanan teori self care secara umum :

a. Pemeliharaan intake udara

b. Pemeliharaan intake air

c. Pemeliharaan intake makanan

d. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi

e. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

f. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial

g. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia

h. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial sesuai
dengan potensinya.

2. Self Care Deficit

Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem. Yang menggambarkan
kapan keperawatan di perlukan.Oleh karena perencanaan keperawatan pada saat perawatan
yang dibutuhkan.Bila dewasa (pada kasus ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak
mampu atau keterbatasan dalam melakukan self care yang efektifTeori self care deficit
diterapkan bila ;
 Anak belum dewasa
 Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
 Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tapi diprediksi untukmasa yang akan datang.

3. Nursing system

Teori yang membahas bagaimana kebutuhan “Self Care” patien dapat dipenuhi
oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan atau direncanakan
berdasarkan kebutuhan “Self Care” dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas “Self
Care”.Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :

a. The Wholly compensatory system

Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara


penuh kepada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan
keperawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan
dan ambulasi, serta adanya manipulasi gerakan.

b. The Partly compensantory system

Merupakan system dalam memberikan perawatan diri secara sebagian saja dan
ditujukan pada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien
post op abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok
gigi, akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan
luka.

c. The supportive – Educative system

Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk


dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.Metode bantuan ,Perawat
membantu klien denagn mengguanakn sistem dan melalui lima metode bantuan yang
meliputi :
 Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
 Mengajarkan klien
 Menagarahkan klien
 Mensuport klien
 Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang

J.Teory sister calista roy

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy sebagai penerima asuhan keperawatan


adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic adaptif
system” dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan
untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.
System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik.
1.  Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi,
bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi
dalam tiga tingkatan yaitu :
a.    Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya
segera, misalnya infeksi.
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal
maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan
secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat
menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c.   Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang
ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada
yang tidak.

3
2.  Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan
subsistem.
a.  Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.
Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah
kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem
dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b.Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output
dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator
subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam
memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat.
Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan
kasih sayang.Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator
subsistem diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai
sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal
mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar
dapat berespon secara positif. Untuk subsistem kognator, Roy tidak membatasi
konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka untuk melakukan riset tentang proses
kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan dari konsep adaptasi
Roy.Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem
adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a)      Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis
tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu:
1.      Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transpor gas.
2.      Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan
fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri.
3.      Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
4.      Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
5.      Proteksi/perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan
struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
b)      Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan
dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.
Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the
personal self.
 The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
   The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal
yang berat dalam area ini.

c)      Mode Fungsi Peran


Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.
Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya.
d)     Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang,
perhatian dan saling menghargai.Interdependensi yaitu keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi
dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu
memberi dan menerima.
3.     Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secarakeseluruhan dapat terlihat bila seseorang
tersebut mampumelaksanakantujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup,
perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku
yang tidak mendukung tujuan ini.

a.Paradigma Keperawatan
Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : 1) Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan 2) Konsep lingkungan 3) Konsep sehat dan 4) Keperawatan. Dimana
antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan
suatu sistem.
 Manusia, merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang
menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana
“Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan
konsep adaptasi.
 LingkunganStimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy
adalah“Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok”. Dalam
hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan
kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada
individu terhadap adanya perubahan.
  Sehat,Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and
becoming an integrated and whole person”. Integritas individu dapat ditunjukkan
dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan
“mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
 KeperawatanSeperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan
menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon
inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan
kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk
mengantarkan individu meninggal dengan damai.Untuk mencapai tujuan tersebut,
perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada
pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan
stimulus tertinggi.

K.Teory betty neuman


Model mempunyai beberapa kesamaan dalam teori Gestalt. Teori Gestalt mempertahankan
bahwa cara hemoestatic adalah suatu cara yang mana tubuh mempertahankan
keseimbangan dan sebagai akibat dari kesehatan mengubah kondisi sehat atau sakit.
1.Teori model Betty Neuman juga menerapkan ide dari teori sistem umum tentang sifat dasar
kehidupan sistem terbuka yang merupakan gabungan semua elemen yang berinteraksi dalam
struktur organisasi tubuh kita yang kompleks. Neuman juga memilah konsep G. Kaplan
tentang tingkatan tindakan pemecahan.
2.Penggunaan Bukti Empiris dari Teori Model NeumanBetty Neuman mengemukakan teori
berdasarkan penelitian yang ia lakukan untuk mengetahui kondisi mental atau psikologi.
Evaluasi yang ia lakukan juga turut membantu dalam membangun suatu konsep tentang
kombinasi antara tindakan dan respon mental. Tetapi tidak selamanya hal diatas dapat
dijadikan evaluasi dan bukti statistik yang mendukung. Jadi empiris tidak terlalu diutamakan
dalam konsep ini.
3.Konsep Utama Dan Definsi Teori Model Neuman.Konsep yang dikemukakan oleh Betty
Newman adalah konsep “Healt care system” yaitu model konsep yang menggambarkan
aktifitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat
garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dnegan sasaran pelayana
adalah komunitas. Serta Betty Newman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan
gabungan dari konsep holistic dan pendekatan system terbuka.Neuman menggunakan
sejumlah orang untuk melakukan pendekatan yang termasuk dalam konsep mayor
menurutnya adalah :

1. Tekanan Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan Neuman


tentang tekanan yaitu :
Intar Personal         : Secara individu atau perorangan.
Inter Personal         : Antara individu yang satu dengan yang lain
Ekstra Personal       : Di luar individu
2. Struktur Pokok Sumber EnergiMerupakan penggerak untuk melakukan aktivitas.
3. Tingkat KetahananMerupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.
4.  Garis Normal PertahananTingkatan kemampuan adaptasi individu untuk
menghadapi tekanan di batas normal.
5.  Gangguan PertahananKerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari
tekanan.
6.  Tingkat Reaksi t indakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
7.   ntervensi Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.
8.  ingkat-Tingkat PencegahanDibagi menjadi :
a. Pencegahan primerSebelum terjadi tindakan
b. Pencegahan sekunderKetika terjadi tindakan
c.Pencegahan tersier
d.Adaptasi atau pengaruh kerusakan
9.      Penyesuain Kembali
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik interpersonal. Intra personal dan
ekstra personal.
Faktor yang perlu di perhatikan adalah :
a. Fisiologi individu.
b. Psikologi individu
c. Sosial cultural
d. Perkembangan individu
4.Asumsi Teori Model Betty Neuman
Asumsi yang dikemukakan oleh Betty Neuman dalam memberikan respon terhadap
t ekanan yaitu :
a. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan
merupakan satu kesatuan dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual.

b. Lingkungan
Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari sekitar
klien atau sistem klien.
c. Sehat
Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan sehat merupakan
keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau
mengatasi stressor.
5.Pernyataan Teori Sistem Model Neuman
Teori model Neuman menggambarkan partisipasi aktif perawat terhadap klien dengan
tingkatan yang menyangkut bermacam-macam pengaruh terhadap respon klien akibat
tekanan atau stress.Klien dalam hubungannya timbal balik dengan lingkungan sekitarnya
selalu membuat keputusan yang menyangkut hal atau sesuatu yang akan berakibat
kepadanya.
Ada 4 faktor yang merupakan konsep mental klien :
1. Individu atau pasien itu sendiri
2. Lingkungan sekitarnya
3. Kesehatan
4. Pelayanan
6. Bentuk Logika Teori Model Neuman
Bentuk Neuman menggunakan logika deduktif dan induktif dalam mengembangkan
teori modelnya yang telah dipertimbangkan terlebih dahulu.
Betty Neuman menemukan teori modelnya dari berbagai teori dan disiplin ilmu. Teori ini
juga merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman selama ia bekerja dipusat
kesehatan mental keperawatan.
7.Model Betty Neuman Dalam Lingkungan Komunitas
Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress dengan
cara memperkuat garis pertahanan diri keperawatan ditujukan untuk mempertahankan
keseimbangan tersebut dengan terfokus pada empat intervensi yaitu :
1. Intervensi yang bersifat promosi
Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan yang bersifat fleksibel
yang berupa :
a. Pendidikan kesehatan.
b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan
kliendirumah atau komonitas yang bertujuan meningkatkan kesehatan.
2. Intervensi yang bersifat prevensi dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu
a.  Deteksi dini gangguan kesehatan Misalnya deteksi tumbuh kembang balita, keluarga
dll
b.  Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu misalnya : konseling
pra nikah
3.  Intervensi yang bersifat kuratif Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.
4.  Intervensi yang bersifat rehabilitative,Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu
apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.Komunitas dilihat sebagai klien yang
dipengaruhi oleh dua aktor utama : komonitas yang merupakan klien dan penggunaan
proses keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari 5 tahapan :
a.  Pengkajian
b.  Diagnosis keperawatan komonitas
c.   Perencanaan
d.   Pelaksanaan
e.   Evaluasi

L.Teory manchine leinger

Medeline Leininger adalah pendiri dan pelopor keperawatan transkultural dan teori
perawatan manusia.  Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir perawat profesional
setelah lulus pendidikan dasar keperawatan dari St. Anthony School of Nursing di Denver,
Colorado tahun 1948. Bsc dari Benedectine Collage Atchison tahun 1950. Setelah lulus,
dia bekerja sebagai instruktur, staf keperawatan, dan kepala perawat di unit medikal bedah,
serta sebagai Direktur unit psikiatri di Rumah Sakit St. Joseph, Omaha, Nebraska.  Pada
saat bersamaan, dia mendalami ilmu keperawatan, administrasi keperawatan, mengajar dan
kurikulum keperawatan, test dan pengukuran di Universitas Creighton, Omaha.
          Tahun 1954, memperoleh gelar Master keperawatan psikiatri dari Universitas
Catholic, Woshington DC.  Dia dipekerjakan di sekolah kesehatan Universitas Cincinnati,
Ohio, disinilah dia menjadi master klinik, spesialis keperawatan psikiatri anak yang
pertama di dunia. Dia juga mengajukan dan memimpin program keperawatan psikiatri di
Universitas Cincinnati dan Pusat Keperawatan Psikiatri Terapeutik di Universitas
Hospital.  Pada saat bersamaan, dia menulis salah satu dasar keperawatan Psikiatri, yang
berjudul  Basic Psychiatri Concepts in Nursing, yang dipublikasikan tahun 1960 dalam 11
bahasa dan digunakan diseluruh dunia.
          Pertengahan tahun 1950-an, saat di child guidance home, Cincinnati, Leininger
menemukan kekurangfahaman akan faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak –
anak.  Mereka berasal dari bermacam – macam latar belakang budaya,  dia mengamati dan
merisaukan perbedaan perawatan dan penanganan.  Leininger mengalami cultural
shock pada saat itu.  Hal ini membuatnya membuat keputusan untuk mengambil doktoral
berfokus pada budaya, sosial, psikologi antropologi di Universitas Woshington, Seattle. 
Disana dia mempelajari berbagai budaya, dia menemukan sisi menarik dari antropologi
dan keyakinan dan dia berpendapat semua perawat seharusnya tertarik akan hal ini.  Dia
berfokus pada orang – orang Gadsup di timur Highlands, New Guinea, dimana dia tinggal
bersama orang pribumi selama 2 tahun dan mempelajari etnografikal dan etnonursing di
dua desa.  Selain menemukan ciri – ciri unik dari budaya, dia juga mengobservasi
perbedaan antara budaya barat dan non-barat berkaitan dengan perawatan kesehatan. 
Berdasarkan studi dan penelitian yang dia lakukan bersama orang Gadsup, dia
mengembangkan teori perawatan budaya dan metode etnonursing.  Teorinya membantu
para mahasiswa perawat untuk memahami perbedaan budaya manusia, sehat dan sakit.
          Selama tahun 1950 – 1960, Leininger mengidentifikasi beberapa ilmu pengetahuan
dan penelitian teoritikal terkait dengan perawat dan antropologi, formulasi konsep
transkultural nursing, teori, prinsip, dan praktis.  Tahun 1970 Leininger menerbitkan buku
Nursing and Anthropology: Two World to Blend, buku kedua dan tahun 1978 dengan
judul Transcultural Nursing: Concepts, Theory, and Practice.  Kursus pertama mengenai
transcultural nursing diadakan tahun 1966 di Universitas Colorado, dimana Leininger
sebagai Profesor Nursing dan Antropologi, serta sebagai Diektur program sarjana
keperawatan (Ph.D) di USA.  Pada tahun 1969, dia ditetapkan sebagai Dekan dan Profesor
Keperawatan dan Dosen Antropologi di Universitas Woshington, Seattle.  Disana Dia
mendirikan Akademi Keperawatan untuk pertama kalinya dalam perbandingan sistem
keperawatan dan untuk menunjang program master dan doktoral dalam trancultural
nursing.  Dibawah kepemimpinannya, kantor pusat penelitian didirikan tahun 1968 dan
1969.  Dia mengadakan beberapa kursus keperawatan transkultural dan panduan perawat
dalam program doktoral keperawatan transkultural. Di tahun yang sama, Dia juga
mendirikan Komite Keperawatan dan Antropologi.
          Leininger mendirikan National Transcultural Nursing Society (1974), dan di tahun
1978 dia mendirikan National Research Care Conference untuk membantu para perawat
fokus mempelajari fenomena perawatan manusia.  Jurnal Transcultural Nursing (1989) dan
sebagai editor sampai 1995.  Oleh karena itu Leininger menerima banyak penghargaan
untuk transcultural nursing.
          Teori Leininger berasal dari bidang antropologi dan keperawatan.  Dia
mendefinisikan transcultural nursing sebagai area mayor dari keperawatan yang berfokus
pada studi perbandingan dan analisis bermacam – macam budaya dan subkultur di seluruh
dunia dengan mempertimbangkan nilai , ucapan, dan keyakinan sehat – sakit, dan pola
kebiasaan.  Tujuan teori ini adalah menemukan bermacam – macam cara dalam merawat
klien dan universal dalam hubungan worldview (sudut pandang dunia),  struktur sosial,
dimensi lain, kemudian menemukan jalan yang sesuai untuk orang yang berbeda dengan
tujuan memelihara kesehatan, atau menghadapi kematian dengan pendekatan budaya.
          Leininger mengembangkan teorinya (care culture diversity and universality), yang
berbasis keyakinan seseorang terhadap budaya yang berbeda, sebagai informasi  dan
panduan perawat profesional dalam memberikan asuhan.  Budaya adalah pola dan nilai
kehidupan  seseorang yang mempengaruhi keputusan dan tindakan, oleh karena itu teori
ini mengarahkan perawat untuk menemukan dan mendokumentasikan klien di seluruh
dunia dan menggunakan sudut pandang pribumi, pengetahuan, dan praktik dengan
pendekatan etik, sebagai dasar profesional untuk mengambil keputusan dan bertindak
sesuai dengan kebutuhan. 

1.Hubungan Model Dan Paradigma Keperawatan

a. Manusia

Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut
Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun ia berada.

b. Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural
memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok
untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.
c. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi
sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan
d.  Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta
disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan
untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu
maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang
menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang
agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.

2.Definisi dan Konsep Mayor


Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada
analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto,
2007). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada
perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya
(Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
Teori ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan yang mempengaruhi
kesehatan, kesakitan dan kematian manusia sebagai upaya untuk meningkatkan dan
memajukan praktek keperawatan. Tujuan paling utama dari teori ini adalah memberikan
asuhan yang sesuai dengan budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai yang dipercaya oleh klien
(Parker, 2001).
Leininger telah mengembangkan beberapa istilah terkait dengan teorinya, yaitu:
1.  Perawatan manusia dan keperawatan
Manusia adalah induvidu atau kelompok yang memiliki nilai – nilai dan norma – norma
yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan.  Menurut
Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya setiap saat
dan dimanapun dia berada.
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien dengan landasan budaya
(Andrew, 1995).  Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual secara
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Konsep perawatan manusia dan keperawatan adalah ringkasan dan penjelasan dari
pendampingan, dukungan, kemungkinan, dan cara yang memudahkan untuk membantu diri
sendiri atau orang lain yang kekurangan atau sebagai upaya pencegahan untuk meningkatkan
kesehatan,  memperbaiki cara hidup, atau untuk menghadapi ketidakmampuan atau kematian
2. Budaya
       Budaya menggambarkan pola kehidupan, nilai, keyakinan, norma, simbol dan kebiasaan
individu, kelompok atau institusi yang dipelajari, dibagikan, dan biasanya diturunkan dari
satu generasi ke generasi lainnya.
Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal  sehingga tidak ada budaya yang sama
persis; budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada
generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan; dan budaya diisi dan ditentukan oleh
kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
3.Perawatan budaya
Cultural care didefinisikan sebagai nilai, kepercayaan, pengungkapan yang terpola yang
membantu, mendukung dan memungkinkan individu lain atau kelompok untuk memelihara
kesehatannya, meningkatkan kondisi manusia/kehidupan atau menghadapi kematian dan
kecatatan.  Berdasarkan asumsi bahwa cultural care adalah pengertian yang luas untuk
mengetahui, menjelaskan, menjumlahkan, dan memprediksi fenomena asuhan keperawatan
dan untuk mengarahkan praktik asuhan keperawatan.
4.  Culture care diversity
       Cultural care diversity adalah variasi makna, pola, nilai atau simbol asuhan yang
secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraannya atau untuk meningkatkan
kondisi manusia dan kehidupan menghadapi kematian
5.  Culture care universality
Culture care universality serupa atau seragam makna, pola, nilai atau simbol asuhan
yang secara budaya dibawa oleh masyarakat untuk kesejahteraan atau meningkatkan kondisi
manusia dan kehidupan atau menghadapi kematian.  Perawatan dapat diperlihatkan dengan
bermacam – macam ekspresi, tindakan, pola, gaya hidup dan arti.
6.   Worldview
       Worldview adalah cara seseorang atau kelompok untuk mencari tahu dan
memahami dunia mereka sebagai nilai, pendirian, dan gambaran tentang kehidupan dan
dunia.
7.      Dimensi struktur kebudayaan dan sosial
       Menggambarkan dinamis, holistik, dan keterkaitan pola dari struktur budaya
(subculture), meliputi aspek spiritual, sosial, politik (legal), ekonomi, pendidikan, tehnologi,
nilai budaya, filosofi, sejarah, dan bahasa.
8.      Konteks lingkungan
       Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
keyakinan, dan prilaku klien.  Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan klien
dengan budayanya.  Lingkungan meliputi lingkungan itu sendiri (fisik, geografis, sosial
budaya), situasi, atau peristiwa/pengalaman yang memberikan intepretasi terhadap arti
sebagai petunjuk untuk berekspresi dan  mengambil keputusan.
9.      Ethnohistori
       Ethnohistori adalah rangkaian fakta, peristiwa, atau perkembangan yang terjadi, 
atau catatan tentang budaya yang dipilih.
10.   Emic
       Emic berarti lokal, pribumi.
11.   Etnic
Etnic berarti orang luar.
12.   Kesehatan
       Suatu keadaan sehat yang secara budaya didefinisikan, dinilai, dan dipraktekkan,
yang  merefleksikan kemampuan individu/kelompok untuk melakukan peran aktivitas sehari
– hari secara mandiri.  Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dengan
mengisi kehidupannya, yang terletak pada rentang sehat-sakit
13.   Keperawatan transkultural
       Keperawatan transkultural adalah formal area dari humanistik dan ilmu
pengetahuan dan praktik yang berfokus pada perawatan budaya secara holistik dan
kompetensi atau kemampuan individu atau kelompok untuk mempertahankan/menjaga
kesehatannya dan untuk menerima kekurangan atau kecacatan, dan menghadapi kematian.
          Keperawatan transkultural adalah cabang dari keperawatan yang memfokuskan
pada studi komparatif dan analisis.  Budaya yang berkenaan dengan keperawatan, praktik
asuhan sehat sakit, keyakinan dan nilai – nilai dengan tujuan profesionalisme pelayanan
asuhan keperawatan untuk individu sesuai dengan budaya pasien.
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada
analisis dan studi pebandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto,
2007).  Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada
perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya
(Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
14.   Pemeliharaan perawatan budaya
       Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional
untuk berti ndak dan mengambil keputusan yang dapat membantu klien sebagai bagian dari
budaya untuk memelihara/menjaga makna nilai dan kehidupan, untuk kesembuhan, atau
menghadapi kematian.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan.  Perencanaan dan implementasi keperawatan  diberikan sesuai dengan nilai-nilai
relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan dan mempertahankan
status kesehatannya, misalnya budaya olahraga setiap pagi.
15.   Akomodasi/negosiasi perawatan budaya
       Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional
untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu bagian budaya tertentu
(subculture) untuk beradaptasi atau bernegosiasi dengan orang lain untuk menghasilkan
kesehatan yang bermakna.
       Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya.  Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan.
16.   Perbaikan perawatan budaya
       Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas, kemampuan profesional
untuk bertindak dan mengambil keputusan yang dapat membantu klien menangkap, merubah,
atau memodifikasi cara hidup mereka untuk memperoleh hasil kesehatan yang lebih baik. 
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatannnya.  Perawat berupaya merekonstruksi gaya hidup klien yang biasanya tidak baik
menjadi baik.
17.   Kemampuan perawatan secara budaya
       Merupakan sebuah penegasan  perawatan berbasis budaya dan ilmu pengetahuan
yang menggunakan perasaan, kreativitas, kehati-hatian untuk memenuhi kebutuhan individu
atau kelompok dengan tujuan mencapai kesehatan yang  bermakna, atau untuk menghadapi
kesakitan, kecacatan dan kematian.
2.3     Penjelasan Bagan

Teori Leininger dikembangkan dari antropologi dan keperawatan, namun diformulasikan


menjadi keperawatan transkultural dengan perspektif asuhan pada manusia. Leinenger
mengembangkan metode penelitian enthnonursing dan menegaskan pentingnya mempelajari
seseorang dari pengetahuan dan pengalaman lokal mereka, kemudian menghadapkan mereka
dengan perilaku dan kepercayaan yang ada di luar diri mereka (Alligood, 2006). Sunrise
model dikembangkan untuk memberikan gambar konseptual yang holistik dan komprehensif
dari faktor-faktor utama yang berperan penting dalam teori keragaman asuhan budaya &
kebersamaan asuhan budaya (Parker, 2001).

Dalam model sunrisenya menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai konsep yang
signifikan ide pelayanan dan keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari
keperawatan dan merupakan karakteristik dasar dari keperawatan. Terdapat 7 komponen yang
ada pada "Sunrise Model" dan dapat menjadikan inspirasi dalam penelitian khususnya yang
berkaitan dengan asuhan transkultural yaitu :

     a.    Faktor teknologi (tecnological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji lebih dalam
tentang persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini.
     b.    Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
    c.    Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
    d.    Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.    
F. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
    g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Empat prinsip atau ajaran utama dari teori keperawatan transkultural adalah sebagai berikut
(Alligood, 2006):
1. Ekspresi, arti, pola dan perilaku asuhan budaya bermacam-macam namun masih ada nilai-
nilai yang bersifat umum dan universal.
2. budayamempunyai pengaruh sangat besar terhadap pola asuhan budaya untuk memprediksi
kesehatan, kesejahteraan manusia, penyakit, penyembuhan dan cara orang dalam menghadapi
kecacatan maupun kematian.
3.  Nilai generik dan nilai professional dalam konteks lingkungan yang berbeda akan
berpengaruh besar terhadap pencapaian derajad kesehatan dan kesakitan
4.      Dari penjelasan ketiga prinsip diatas, maka diperlukan cara untuk memberikan asuhan
yang sesuai dengan budaya, aman dan bermanfaat. Ada 3 model keputusan dan intervensi
yang didasarkan pada budaya yaitu: (1) preservasi asuhan budaya atau mempertahankan, (2)
akomodasi asuhan budaya atau negosiasi, dan (3) Restrukturisasi asuhan budaya atau
merubah pola. Model keputusan dan intervensi yang didasarkan pada budaya dianggap
sebagai kunci keberhasilan dari asuhan yang aman, bermanfaat dan sesuai dengan budaya.

2.4     Asumsi Mayor


Asumsi Mayor (Parker, 2001 dan Alligood, 2006)
1.      Asuhan (Care) sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia untuk
bertahan hidup, bahkan sampai manusia menjelang ajalnya.
2.      Asuhan (Care) penting dalam pengobatan dan penyembuhan. Tidak akan
ada curing tanpa caring.
3.      Bentuk, ekspresi, pola dan proses dari cara perawatan manusia bervariasi diantara
seluruh budaya yang ada di dunia.
4.      Setiap budaya pasti mempunyai nilai asuhan generik (tradisional) dan kadang-kadang
mempunyai nilai professional
5.      Nilai dan kepercayaan asuhan budaya ditanamkan dalam agama, keluarga, sosial,
politik, budaya, ekonomi, bahasa, konteks lingkungan dan dimensi sejarah dari sebuah
struktur sosial.
6.      Asuhan keperawatan terapeutik hanya dapat terjadi ketika nilai asuhan budaya, ekspresi
dan perilaku klien diketahui dan digunakan secara eksplisit dalam perawatan.
7.      Perbedaan antara harapan pemberi perawatan dan penerima perawatan harus dipahami
untuk menyediakan pelayanan yang bermanfaat, memuaskan dan sesuai dengan yang
diharapkan.
8.      Konflik budaya, praktik budaya yang tidak sesuai, stress budaya dan budaya yang tidak
sehat merefleksikan kekurangan tentang pengetahuan asuhan budaya untuk mnyediakan
perawatan yang bertanggungjawab, aman dan sesuai dengan budaya.
9.      Model perawatan yang sesuai dengan budaya, spesifik dan universal penting untuk
kesehatan dan kesejahteraan manusia yang harus disediakan oleh perawat.
10.   Keperawatan merupakan profesi dan disiplin yang memberikan perawatan transkultural.

2.5     Penerimaan oleh Keperawatan


1.      Praktik
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi
yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien.
a.    Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b.    Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c.    Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengankeyakinan yang dianut.
2.      Pendidikan
Dalam teori keperawatan memandang manusia sebagai manusia holistik  Bio-Psiko-Sosial-
Spiritual, namun dengan adanya perbedaan nilai – nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat sehingga kultural merupakan bagian dari manusia holistik. Asumsi mendasar dari
teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan,
mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan
sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.
Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan
pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana
ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. 
3.      Penelitian
          Sampai saat ini fokus pelayanan keperawatan masih diperdebatkan, masih rancu antara
asuhan keperawatan dengan asuhan medis dan asuhan keperawatan dengan pengobatan
tradisional.  Perkembangan ilmu kedokteran modern juga turut mempengaruhi fokus
pelayanan keperawatan.  Hal ini disebabkan karena keperawatan bersifat multiparadigmatik. 
Teori asuhan keperawatan diversitas dan universalitas hendaknya digunakan sebagai panduan
dalam mengembangkan penelitian keperawatan terkait dengan budaya pasien, karena budaya
seseorang mempengaruhi perspektif terhadap keadaan sehat sakit sehingga mempengaruhi
proses penyembuhan.

2.6     Kelemahan Teori


1.      Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya
dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien tetapi keanekaragaman
budaya yang dimiliki oleh klien sering kali belum dapat dimengerti oleh perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Idealnya perawat perlu memahami norma-norma, dan
cara hidup budaya dari klien sehingga klien dapat mempertahankan kesejahteraannya,
memperbaiki cara hidupnya atau kondisinya.

2.Sulitnya dalam memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien oleh perawat
akan menyebabkan Cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi
dimana perawat tidak mampu  beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan.
Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika
klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang
untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat
memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau
menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau
berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya
berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya.
Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.
   Kelebihan :
1.    Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2.    Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3.    Penggunakan teori ini  dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4.    Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan
yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5.    Teori ini banyak  digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan .

M.Teori rose marie rizzo

Teori Rosemarie Rizzo Parse


Parse menyusun teori human becoming dari prinsip-prinsip dan konsep-konsep dari
Rogers. Dia juga memasukkan konsep dan prinsip-prinsip dari phenomenologic eksistensial
seperti yang diungkapkan oleh Heidegger, Sartre, dan Merleau-Ponty. Teori ini berasal dari
pengalamannya dalam keperawatan dan dari sintesis prinsip-prinsip teoritis dari ilmu manusia
(McEwen & Wills, 2014).

2.3 Teori Human Becoming Rosemarie Rizzo Parse


            Menurut McEwen & Wills (2014) Teori Human Becoming diperoleh dari
pengalaman Rosemarie Rizzo Parse di bidang keperawatan, prinsip teoritis dari ilmu manusia,
prinsip dan konsep teori Rogers dan phenomenologic eksistensial seperti yang diungkapkan
oleh Heidegger, Sartre, dan Merleau-Ponty. Teori Human Becoming  merupakan alternative
pendekatan bio-psyco-social-spiritual.
Human Becoming Theory popular pada tahun 1992. Teori ini berasal dari Man-living-
health theory. Teori ini dikembangkan berdasarkan teori keperawatan tradisional mengacu
pada teori pakar keperawatan Eropa yaitu dari Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty, dan
Gadamer yang bekerja sama dengan pakar keperawatan dari Amerika Martha Rogers.
Terdapat tiga prinsip pada teori Human Becoming. Setiap prinsip berisi 3 konsep yang
diperlukan untuk mengeksplorasi pengertian yang lebih mendalam tentang theory human
becoming. Teori ini terdiri dari 3 bagian besar yaitu: structuring, cocreating rhythmical
pattern, and cotranscendence. (McEwen & Wills, 2014).
Parse tidak memisahkan secara spesifik asumsinya tentang alam semesta karena dia
yakin bahwa alam semesta adalah multidimensi dan proses yang saling menguntungkan pada
manusia dan juga tidak dapat dipisahkan dari manusia. Kejadian ini membuktikan bahwa
asumsi tentang manusia dan prosesnya adalah sebagai berikut (McEwen & Wills, 2014):
1.       Manusia adalah ada selama pola secara teratur dari pembentukan (proses) alam semesta
(keberadaan, pembentukan, dan pola).
2.       Manusia adalah mahluk terbuka, menentukan makna situasi secara bebas, bertanggung jawab
untuk keputusan (situasi bebas, terbuka, dan energi).
3.       Manusia adalah unit terkecil, terjadi pola hubungan yang teratur (energi, pola, dan
pembentukkan).
3.       Manusia adalah mempunyai cakupan yang luas (melihat lebih jauh) secara multidimensi
terhadap berbagai kemungkinan-kemungkinan (terbuka, pandimensional, dan situasi yang
bebas).
4.       Menjadi unit terkecil dari kehidupan kesehatan manusia (terbuka, situasi bebas dan
pembentukkan).
5.       Menjadi bagian proses pembentukkan manusia-alam semesta secara terarur (pola
pembentukan dan pandimensional).
6.       Menjadi adalah pola yang terbentuk dari prioritas nilai dari hubungan (siatusi bebas, pola,
dan keterbukaan).
7.       Menjadi adalah proses dalam diri terhadap berbagai kemungkinan (keterbukaan, situasi
bebas, dan keberadaan).
8.       Menjadi adalah proses menjadi manusia sebagai suatu unit (keberadaan, energi, dan
pandimensional).
                        Parse (1998) mensintesis 9 asumsi dasar tentang manusia dan prosesnya
menjadi 3 asumsi dasar, yaitu :
1.       Proses menjadi manusia adalah pilihan setiap individu secara bebas terhadap makna akan
suatu situasi dalam proses nilai kehidupan manusia.
2.       Proses manusia menjadi adalah pola yang diciptakan secara teratur dalam hubungan proses
menguntungkan antara manusia dan alam semesta.
3.       Proses menjadi manusia adalah proses multidimensi yang menggabungkan berbagai
kemungkinan-kemungkinan (McEwen & Wills, 2014).
2.4  Prinsip dan Konsep teori Human Becoming
Tiga prinsip pada teori Human Becoming. Setiap prinsip berisi 3 konsep yang
diperlukan untuk mengeksplorasi pengertian yang lebih mendalam tentang theory human
becoming. Teori ini terdiri dari 3 bagian besar yaitu: structuring, cocreating rhythmical
pattern, and cotranscendence (McEwen & Wills, 2014).
1.      Structuring
Pada komponen ini terdapat tiga bagian penting antara lain
a.      Imaging
Menurut Parse manusia memiliki rasa ingin tahu yang luarbiasa tinggi.Dalam
memenuhi hasratnya akan suatu hal tersebut manusia mencoba untuk mencari tahu ataupun
menduga jawabanya. Jawaban dari pertanyaan muncul dari penggalian manusia terhadap
realita dan pandangannya terhadap suatu fenomena. Imaging adalah intepretasi personal dari
arti, kemungkinan dan konsekuensi. Perawat tidak dapat mengetahui imaging secara lengkap
tetapi perawat mampu mengungkap, menghormati, dan memberi kesaksian sebagai
pertahanan manusia dengan proses membentuk, mencari, mengintegrasi, menolak dan
mengintepretasi
b.      Valuing
Valuing merupakan konsep tentang bagaimana seseorang menegaskan kepercayaanya
atau tidak mengenai perspektif personal atau pandangan dunia. Manusia
menegaskan pemikiran mereka tentang bagaimana manusia berpikir, betindak dan merasakan
dan pilihan mereka mungkin menjadi menetap sebagai pilihan utama dan mereka mungkin
berbeda secara radikal dan mencari perpindahan nilai.
c.       Languaging
Manusia berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Setiap tindakan seperti
cara berbicara, melihat, bergerak, bahkan ketika mereka diam mengisyaratkan terjadinya
komunikasi. Perawat dapat memahamibeberapa bahasa dimana manusia tersebut
memperlihatkan, tetapi mereka tidak mampu mengetahui arti dari bahasa tersebut. Untuk
mengerti bahasa, perawat harus bertanya kepada orang tersebut apa maksud dari kata-kata,
tindakan dan gerak-gerik tersebut. Sesuatu yang mungkin terjadi ketika seseorang belum
mengetahui maksud dari bahasa mereka, dimana perawat menghormati proses yang sedang
berjalan untuk mengerti maksud dari situasi tersebut. Jelaslah bahwa untuk mengerti itu
membutuhkan waktu, dan manusia tahu kapan untuk menjelaskan arti yang sesuai pada saat
itu.
2.      Cocreating
Maksud dari prinsip ini adalah kehidupan manusia menciptakan pola-pola dari hari ke hari
dan pola-pola tersebut memberitahukan tentang arti dan nilai secara personal. Dalam pola
yang saling berhubungan manusia menciptakan, banyak kebebasan dan pembatasan pada
pilihan; semua pola terlibat dalam ikatan yang komplek dan tidak terikat dengan manusia,
pikiran dan pilhan. Prinsip kedua ini memiliki 3 konsep yaitu :
a.    Mengutarakan–menyembunyikan (Revealing-Concealing)
Mengutarakan-membunyikan adalah cara seseorang untuk memperlihatkan dan
sembunyi, sekaligus, untuk menjadi manusia (Parse, 1981, 1998). Digunakan untuk
menceritakan dan lebih mengenalkan tentang diri sendiri kepada orang lain. Terkadang
manusia mengetahui apa yang ingin dikatakan dan mereka menyalurkannya dengan begitu
jelas dan terkadang juga manusia memiliki hal yang mengejutkan diri mereka sendiri dengan
kata-kata yang mereka lontarkan.

b.   Tidak ada batasan–terbatas (Enabling-Limiting)


Kemungkinan–keterbatasan adalah tentang memilih dari kemungkinan  dan hidup
dengan konsekuen  pada pilihan yang telah dipilih. Perawat dapat membantu untuk oranglain
seperti merenungkan pilihan dan antisipasi dari konsekuen pada pilihan yang sulit.
c.    Berhubungan– terpisah (Connecting-Separating)
Konsep ini berhubungan dengan bagaimana manusia menciptakan pola dari yang
berhubungan dan terpisah antara manusia dan  proyek. Pola ini menciptakan nilai prioritas
yang diungkapkan. Saling berhubungan dan terpisah ini adalah tentang  komunitas-
kesendirian dan orang yang terpisah dari perkumpulan untuk bergabung bersama. Berhungan-
terpisah juga menjelaskan antara 2 orang dapat lebih dekat dan belum terpisahkan antara 2.
Kadang-kadang terhubungkan ketika orang terpisah karena seseorang dapat
menghuni atau mendiami  dengan kehadiran seseorang dengan kedekatan yang besar,
terutama ketika berduka untuk orang lain. (Burnes, 200a; Cody, 1995b; Pilkington, 1993).
Nurses belajar mengenai pola seseorang dari terhubung-terpisah dengan menanyakan tentang
pentingnya arti suatu hubungan dan proyek.
3.      Cotranscending
Dalam pengambilan keputusan pastilah akan ada keterlibata norang lain baik
mengenai bagaimana menjadi, sikap apa atau pendekatan untuk memiliki, untuk berhubungan
dengan siapa, minat apa atau keprihatinan untuk diganggu. Pilihan mencerminkan cara orang
bergerak dan berubah dalam proses menjadi.
Tiga konsep prinsip ini adalah sebagai berikut
a.      Powering
Makna tentang kehidupan dan perjuangan dan kemauan untuk terus berjuang
meskipun menemui  kesulitan dan ancaman.  Parse (1981, 1998) menggambarkan powering
sebagai proses mendorong - menolak yang selalu terjadi dan yang menegaskan keberadaan
kita dalam kemungkinan ketidakberadaan. Orang secara  terus-menerus terlibat dan
ketidakberadaan (tentang hilang dan risiko kematian dan penolakan). Powering adalah gaya
yang diberikan, yang mendorong untuk bertindak dan kemungkinan hidup dengan tujuan di
tengah untuk menegaskan dan memegang apa yang disayangi, sementara secara bersamaan
hidup dengan kehilangan dan ancaman ketidakberadaan (nonbeing). Selalu ada perlawanan
dengan kekuatan mendorong powering, karena orang-orang yang hidup dengan orang lain
yang juga menghadapi terhadap berbagai kemungkinan.
b.      Originating
Konsep tentang keunikan manusia dan memegang dua paradoks berikut: (1) sesuai-
tidak sesuai dan (2) kepastian-ketidakpastian. Orang berjuang untuk menjadi seperti orang
lain, namun mereka juga berusaha untuk menjadi unik. Pilihan tentang originating terjadi
dengan realitas kepastian-ketidakpastian. Tidak mungkin mengetahui semua yang mungkin
datang dari memilih untuk menjadi berbeda atau dari memilih untuk menjadi seperti orang
lain.  Originating dan menciptakan lagi adalah pola yang berdampingan dengan keteguhan
dan kesesuaian (Parse, 1981, 1998). Pola originating kerajinan manusia yang unik ketika
kemungkinan mereka terlibat kehidupan sehari-hari. Perawat saksi  originating bersama
orang-orang yang sedang dalam proses memilih bagaimana mereka akan dengan mengubah
pola kesehatan.
c.       Transforming
Transforming adalah tentang perubahan yang disengaja dan pergeseran pandangan
bahwa orang-orang memiliki tentang hidup mereka. Orang selalu berjuang untuk
mengintegrasikan yang tidak biasa dengan yang biasa terjadi dalam keseharian kehidupan
mereka. Ketika penemuan-penemuan yang baru dibuat, orang mengubah  pemahaman
mereka, kadang-kadang, pola hidup dan pandangan dunia dapat bergeser dari wawasan
misteri dan situasi yang sering terjadi dalam kehidupan mereka. Transformasi adalah
perubahan yang berkelanjutan dengan karakteristik mutual process dan kecerdikan manusia
sebagai orang-orang yang  menemukan cara untuk mengubah arah harapan dan impian
mereka (Parse, 1981, 1998). Perawat, dengan  cara mereka hadir dengan orang lain,
membantu atau menghalangi upaya orang untuk mengklarifikasi harapan, impian, dan arah
yang diinginkan mereka.

2.5  Kelemahan dan Kelebihan Teori Human Becoming


Berbeda dengan model yang lain yang sudah establish, Human Becoming belum
digunakan secara luas dalam prakteknya. Bagaimanapun juga sebuah teori tentunya
mempunyai kelemahan dan kelebihan, seperti halnya teori “Human Becoming” dari parse
ini :
a. Kekuatan
1.      Membedakan keperawatan dari disiplin lain
2.      Praktek - Menyediakan pedoman perawatan dan administrasi yang berguna
3.      Berguna dalam Pendidikan
4.      Model ini menyediakan metodologi penelitian
5.      Menyediakan kerangka kerja untuk membimbing penyelidikan teori lain
b.      Kelemahan
1.    Penelitian dianggap berada dalam "lingkaran tertutup"
2.    Jarang kuantitatif hasil - Sulit untuk membandingkan dengan studi penelitian lain, tidak ada
kelompok kontrol, pertanyaan standar, dll
3.    Tidak dimanfaatkan proses keperawatan / diagnosa
4.    Meniadakan gagasan bahwa setiap orang terlibat dalam pengalaman hidup yang unik
5.    Tidak dapat diakses oleh perawat pemula
6.    Tidak berlaku untuk akut

2.6  Asumsi Dasar Paradigma Keperawatan


McEwen & Wills (2014) menyatakan asumsi dasar paradigma keperawatan berdasarkan
konsep Parse yaitu:
1.      Perawat
Keperawatan  adalah  sebuah  ilmu  pengetahuan  manusia  dan  seni  yang
menggunakan badan abstrak pengetahuan untuk melayani orang. Keperawatan dilihat sebagai
komponen yang harus ada (dihadirkan) untuk dapat memfasilitasi proses menjadi sehat dari
setiap komponen yang lain. Menulis secara luas tentang keyakinan mengenai keperawatan
sebagai ilmu pengetahuan dasar selama lebih dari 30 tahun. Parse telah mengembangkan
keyakinannya bahwa keperawatan adalah ilmu pengetahuan dasar dan bahwa perawat
memerlukan teori yang berbeda dari disiplin ilmu lain.
2.      Kesehatan
Kesehatan dipandang sebagai proses yang berubah secara terus menerus untuk
menjadi tetap sehat. Kesehatan manusia berhubugan erat dengan bagaimana perilaku dalam
hidupnya mengembangkan powering, originating, dan transforming.
3.      Manusia
Manusia merupakan komponen terbuka, unik dan berbeda dari komponen yang lain
secara terpisah. Parse memandang konsep manusia universal dan kesehatan sebagai suatu
kesatuan. Parse mengatakan bahwa walaupun tiap hal ini dideskripsikan secara terpisah tetapi
mereka berhubungan dalam suatu proses. Manusia mempengaruhi dan dipengaruhi orang
lain. Manusia menjadi tau dan mengerti saat mereka bekerja dengan alam melalui orang lain
dengan ide-ide,sejarah, budaya dan harapan-harapan. Konsep manusia menurut Parse
diantaranya:
1.      Manusia yang hidup berdampingan sambil coconstituting pola ritmis dengan alam semesta.
2.      Manusia adalah kesatuan, terus coconstituting pola berhubungan.
3.      Manusia terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, yang bertanggung jawab atas
keputusan.
4.      Manusia ini melampaui multidimensional dengan possibles
5.     Becoming adalah proses terbuka, dipengaruhi oleh pengalaman manusia (konsep
terbuka, coconstituting dan situasi kebebasan).

4.      Lingkungan
Lingkungan dipandang sebagai pemberi stimulus dalam proses timbal balik dalam
hubungan dengan manusia. Segala sesuatu secara pribadi dan pengalamannya yang mampu
memberikan hubungan timbal balik dengan manusia.
N. Teori margat newman
.   
1.      Kesehatan sebagai kesadaran mengembangkan.
Kesehatan Newman sebagai Memperluas Kesadaran dipengaruhi oleh Martha Rogers.
Newman (2003) menulis:
Teori kesehatan sebagai perluasan batang kesadaran dari teori Rogers 'dari Manusia
Kesatuan. Asumsi Rogers 'mengenai pola orang dalam interaksi dengan lingkungan
sekitarnya merupakan dasar bagi pandangan bahwa kesadaran merupakan perwujudan dari
pola berkembang dari orang-interaksi lingkungan. Consciouness tidak hanya mencakup
kesadaran kognitif dan afektif biasanya terkait dengan kesadaran, tetapi juga keterkaitan
sistem Libing keseluruhan, yang mencakup pemeliharaan physiochemical dan proses
pertumbuhan serta sistem kekebalan tubuh. Pola informasi, yang merupakan kesadaran dari
sistem, merupakan bagian dari pola yang lebih besar, tak terbagi dari alam semesta yang
mengembang.
Teori Newman pengenalan pola menyediakan dasar untuk proses perawat-klien interaksi.
Newman menyarankan bahwa tugas dalam intervensi adalah pengenalan pola dilakukan oleh
profesional kesehatan menjadi sadar akan pola orang lain dengan menjadi berhubungan
dengan pola mereka sendiri. Newman menyarankan bahwa profesional harus fokus pada pola
orang lain, bertindak sebagai "balok acuan dalam hologram".
2.      ASUMSI
a.       Kesehatan meliputi kondisi sampai sekarang digambarkan sebagai penyakit, atau,
dalam istilah medis, patologi
b.      Kondisi patologis dapat dianggap sebagai manifestasi dari pola total individu
c.       Pola individu yang akhirnya memanifestasikan dirinya sebagai patologi primer dan
ada sebelum perubahan struktural atau fungsional
d.      Penghapusan patologi itu sendiri tidak akan mengubah pola indivdual
e.       Jika menjadi sakit adalah satu-satunya cara pola individu dapat terwujud, maka itu
adalah kesehatan untuk orang tersebut
f.       Kesehatan merupakan perluasan kesadaran.
3.      Konsep Utama Newman
1.      Kesehatan: menyangkut penyakit dan non penyakit, ekspilasi pola yang mendasari
individu dan lingkungan. Sebagai suatu proses perkembangan kesadaran diri dan
lingkungan bersama-sama dengan  peningkatan kemampuan untuk mempersepsikan
alternatif dan berespon dalam berbagai cara.
2.      Pola: apa yang mengidentifikasi individual sebagai seseorang yang khusus
3.      Kesadaran: kapasitas informasional sistem: kemampuan sistem berinteraksi
dengan lingkungannya (waktu, pergerakan dan ruang)

C.      PARADIGMA KEPERAWATAN
1. Hubungan dengan Konsep paradigma

Newman telah ditunjuk "peduli dalam pengalaman kesehatan manusia" sebagai fokus


disiplin keperawatan dan telah ditetapkan fokus sebagai paradigma dari disiplin.

a.       Perawatan
Untuk membantu klien mendapatkan berhubungan dengan makna kehidupan mereka dengan
identifikasi pola mereka berhubungan. Intervensi ini adalah bukan bentuk intervensi di mana
kehadiran perawat membantu klien untuk mengenali pola mereka sendiri berinteraksi dengan
lingkungan. Memfasilitasi pengenalan pola pada klien dengan membentuk hubungan dengan
mereka pada titik kritis dalam kehidupan mereka dan menghubungkan dengan mereka dengan
cara yang otentik. Hubungan perawat dengan klien ditandai oleh "berirama datang bersama-
sama dan bergerak terpisah sebagai klien mengalami
gangguan yang terorganisir dan diprediksi mereka. Perawat dilihat sebagai mitra dalam
proses perluasan kesadaran tentang kesehatan.
b.      Individu
Manusia sebagai individu yang diidentifikasi oleh pola masing-masing kesadaran.
Manusia lebih lanjut didefinisikan sebagai "pusat kesadaran" dalam pola
keseluruhan memperluas kesadaran kesehatan " Definisi individu juga telah diperluas untuk
mencakup keluarga dan masyarakat.
c.       Lingkungan
Lingkungan tidak secara eksplisit didefinisikan tetapi digambarkan sebagai keseluruhan yang
lebih besar, yang berada di luar kesadaran individu.
d.      Kesehatan
Sebuah penyakit dan non-penyakit menciptakan sintesis yang dianggap sebagai kesehatan.
Penyakit dan non-penyakit masing-masing refleksi dari keseluruhan yang lebih besar,
sehingga konsep "pola keseluruhan" baru terbentuk.
Newman telah menyatakan bahwa pengenalan pola adalah inti dari kesehatan muncul.
Manifest kesehatan, penyakit mencakup dan non-penyakit dapat dianggap sebagai penjelasan
dari pola yang mendasari orang-lingkungan.

D.      Pengkajian Keperawatan

1.      Kesehatan:
menyangkut penyakit dan non penyakit, ekspilasi pola yang mendasari
individu dan lingkungan. Sebagai suatu proses perkembangan kesadaran diri dan lingkungan
bersama-sama dengan  peningkatan kemampuan untuk mempersepsikan alternatif dan
berespon dalam berbagai cara.
2.      Pola
Apa yang mengidentifikasi individual sebagai seseorang yang khusus
3.      Kesadaran:
Kapasitas informasional sistem: kemampuan sistem berinteraksi dengan lingkungannya
(waktu, pergerakan dan ruang)
O. Teori ida jean ordo
Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan menurut Orlando, keperawatan
bersifat unik dan independent karena berhubungan langsung dengan kebutuhan pasien yang
harus dibantu, nyata atau potensial serta pada situasi langsung. Teori Orlando berfokus pada
pasien sebagai individu, artinya masing – masing orang berada pada situasi yang berbeda.
Orlando mendefinisikan kebutuhan sebagai permintaan/kebutuhan pasien dimana bila
disuplai, dikurangi, atau menurunkan distress secara langsung atau bahkan meningkatkan
perasaan tercukupi/wellbeing.

Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan
perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Perawat sebagai
orang  pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses
keperawatan serta hal-hal kritis penting dari partisipasi  pasien dalam proses keperawatan.
Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang . Ketika
perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat
pasien, orlando menyebutnya sebagai ”nursing procces discipline”. Hal ini merupakan alat
yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.
Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi
perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegeraan, disiplin
proses keperawatan serta kemajuan:
1.   Tanggung jawab perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam
mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui  kebutuhan
pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran 
profesionalnya, aktivitas perawat  profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara
bebas dan bertanggung jawab guna mencapai  tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa
aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan
oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada  aktivitas-aktivitas
yang benar-benar menjadi kewenangannya.
 2.   Mengenal perilaku pasien
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien
maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
3.   Reaksi segera
Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera
adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien , berfikir
dan merasakan.
4.   Disiplin proses keperawatan
Menurut George  (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai 
interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara
perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap
perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien
untuk  membantunya serta untuk melakukan  tidakan yang tepat.
5.   Kemajuan / peningkatan
Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.

Disiplin Proses Keperawatan Dalam Teori Proses Keperawatan Orlando


Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin proses keperawatan dalam nursing
procces theory dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin
proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera,
mengidentifikasi  permasalahan klien  yang disampaikan  kepada perawat,  menanyakan 
untuk validasi atau perbaikan. Disiplin proses keperawatan didasarkan pada ” proses
bagaimana seseorang bertindak”. Tujuan dari proses disiplin ketika digunakan antara perawat
dan pasien  adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien. Peningkatan perilaku
pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan sebagai hasil yang diharapkan.

                                1.     Perilaku Pasien
Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan  perilaku pasien . seluruh
perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi yang
membutuhkan pertolongan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi gawat harus
dipahami. Orlando menekankan hal ini pada prinsip pertamanya ”Dengan diketahuinya
perilaku pasien , atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut menunjukkan
pasien membutuhkan suatu bantuan”.
Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi antara dua perilaku ini
dapat dijadikan faktor  kesiapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal
yang menunjukkan perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan
dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas
motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya. Walaupun seluruh
perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak
dikomunikasikan dapat menimbulkan masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak
efektifnya perilaku pasien merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-pasien,
ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang diperlukan perawat, atau
reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian masalah tidak efektifnya
perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat harus dirancang  untuk
menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan yang emergency.

                                2.     Reaksi Perawat
Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat , reaksi ini terdiri dari 3 bagian yaitu 
pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis,
dan ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat
pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian memberikan
perhatian
Persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara otomatis dan hampir simultan. Oleh
karena itu perawat harus belajar mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya. Hal ini akan
membantu dalam menganalisis reaksi yang menentukan mengapa ia berespon demikian.
Perawat harus dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien.
Displin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat membagi reaksinya
dengan pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam hal
berbagi “ beberapa observasi dilakukan  dan dieksplorasi dengan pasien adalah penting untuk
memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak dapat dipenuhi oleh
pasien pada waktu itu.
Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan
keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu :
a)      Perawat harus menemuinya dan konsisten terhadap apa yang dikatakannya dan
mengatakan  perilaku nonverbalnya kepada pasien
b)      Perawat harus dapat mengkomunikasikannya  dengan jelas terhadap apa yang akan
diekspresikannya
c)      Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau
klarifikasi.

                   3. Tindakan Perawat
Setelah memvalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat
dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan bahwa
apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perawat dengan atau untuk kebaikan pasien adalah
merupakan suatu tidakan profesional perawatan. Perawat harus menentukan tindakan yang
sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan
menurut Orlando yaitu perawat harus mengawali dengan mengekplorasi untuk memastikan
bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata-katanya.
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan
terencana. Hanya tindakan terencana  yang memenuhi fungsi profesional perawat. Sedangkan
tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan
pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan
yang direncanakan:
                        1. Tindakan merupakan hasil dari indentifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi
perawat terhadap perilaku pasien.
2.Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi
kebituhan pasien.
                    3.  Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap
                        4.  perawat  membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika
melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan
otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan
secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi  reaksi perawat
                   
                                4.     Fungsi Profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat  perawat dalam menyelesaikan
fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien. Perawat
harus tetap menyadari bahwa aktivitas termasuk profesional jika aktivitas tersebut
direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.
Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku pasien
yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien dengan
mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya dengan pasien,
meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten dengan reaksinya, dan
mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, dan perawat mengunjungi pasien untuk
memvalidasi reaksinya. Membagi reaksinya oleh perawat membantu pasien untuk
menggunakan proses yang sama agar lebih efektif perlu komunikasinya. Selajutnya tindakan
yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling menguntungkan antar pasien dan
perawat. Setelah perawat bertindak, perawat segera katakan kepada pasien jika tindakannya
berhasil interaksi. Secara keseluruhan interaksi , perawat meyakinkan bahwa perawat bebas
terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien.

 PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT JEAN ORLANDO

Asumsi Orlando terhadap metaparadigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung


dalam teorinya. Sama dengan teori-teori keperawatan pendahulunya asumsinya tidak spesifik,
namun demikian Schmieding (1993) mendapatkan dari tulisan Orlando mengenai  empat area
yang ditekuninya :
                     1.  Keperawatan
Keperawatan adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan
sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu membantu mengenali dan
menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat
untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang
disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku pasien,  reaksi perawat
dan tindakan perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien. Asumsi lain Orlando adalah
bahwa perawat harus menurunkan ketidaknyamanan baik fisik maupun mental pasien serta
tidak boleh menyebabkan pasien distress.

                     2. Manusia
Manusia bertindak atau berperilaku  secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang
dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan bantuan, dan
akan mengalami distress jika mereka tidak dapat memenuhinya. Hal ini dijadikan dasar
pernyataan bahwa perawat profesional harus berhubungan dengan seseorang yang tidak dapat
menemukan sendiri kebutuhan mereka untuk dibantu. Dia juga menyatakan bahwa masing –
masing pasien unik dan perawat profesional dapat mengenali perilaku yang sama pada pasien
yang berbeda dimana tiap pasien memberikan tanda perbedaan kebutuhan.          

                     3. Sehat
Orlando tidak mendefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari
ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap
sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya berkontribusi terhadap
sehat.

                     4. Lingkungan
Orlando juga tidak mendefinisikan lingkungan. Dia berasumsi bahwa lingkungan
merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan
antara perawat-pasien mempersepsikan, berfikir, merasakan dan bertindak dalam situasi yang
bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan therapeutik dalam
mencapai tujuannya, perawat perlu mengobservasi perilaku pasien untuk mengetahui tanda-
tanda distress.
Perbandingan Disiplin Proses Keperawatan Orlando dengan Proses Keperawatan
Sebenarnya pada umumnya kedua proses tersebut memiliki karakteristik yang sama,
sebagai contoh keduanya bersifat interpersonal dan membutuhkan interaksi antara pasien dan
perawat. Kedua proses tersebut juga melihat pasien sebagai ”total person”/individu secara
keseluruhan, termasuk proses penyakit atau bagian – bagian tubuh. Orlando tidak
menggunakan istilah ”holistic” namun dia mendeskripsikannya dengan menggunakan
pendekatan holistik.
Ada beberapa perbedaan  antara disiplin proses keperawatan Orlando dengan proses
keperawatan, antara lain :
A.      Assesment
                1.  Tahap pengkajian pada proses keperawatan sesuai dengan reaksi perawat terhadap perilaku
pasien pada disiplin proses Orlando. Perilaku pasien merupakan inisiasi untuk melakukan
pengkajian
              2. Pengumpulan data menurut Orlando hanya meliputi informasi yang relevan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien yang perlu dibantu
                3. Orlando mendefinisikan observasi sebagai beberapa informasi yang menyangkut pasien
dimana perawat memperolehnya ketika dia melakukan pekerjannya
              4. Reaksi perawat dari disiplin proses Orlando merupakan beberapa komponen untuk
menganalisa proses keperawatan
                5.Produk dari analisis terhadap proses keperawatan disebut sebagai diagnosa keperawatan.
Eksplorasi reaksi perawat dengan pasien dari disiplin proses Orlando mengarahkan pada
proses identifikasi kebutuhan perawat untuk membantu pasien
               6.  Orlando sepakat dengan interaksi antara perawat – pasien secara langsung hanya satu
kebutuhan pada satu waktu
B.      Planning
                1.  Tahap planning/perencanaan pada proses keperawatan meliputi penulisan tujuan dan
sasaran serta memutuskan tindakan keperawatan yang sesuai
                2.   Tujuan perencanaan Orlando selalu berusaha untuk mengurangi atau menurunkan
kebutuhan pasien untuk minta bantuan : sasaran berkaitan dengan usaha peningkatan perilaku
pasien
                3.   Pada Proses keperawatan, partisipasi terjadi paling banyak pada penyusunan tujuan,
sedangkan proses disiplin Orlando melihat pasien sebagai partisipan aktif untuk menentukan
tindakan keperawatan yang actual
C.       Implementation
Implementasi meliputi seleksi akhir dan melaksanakan rencana tindakan. Merupakan
tahap reaksi perawat dari disiplin proses Orlando.
Proses keperawatan mengharapkan perawat untuk mempertimbangkan semua dampak
yang mungkin terjadi atas tindakan terhadap pasien, sedangkan disiplin proses Orlando hanya
berkaitan dengan efektifitas suatu tindakan untuk mengurangi kebutuhan pertolongan secara
langsung

D.     Evaluation
Evaluasi pada kedua proses berdasar pada kriteria objective. Pada proses keperawatan,
evaluasi menanyakan apakah ditemukan perubahan tingkah laku secara objective, namun
pada disiplin proses Orlando perawat mengobservasi perilaku pasien untuk melihat apakah
pasien tersebut butuh untuk dibantu.Kegagalan didalam mengevaluasi dapat menyebabkan
tindakan yang inefektif seperti kegagalan dalam menemukan kebutuhan pasien dan
meningkatkan biaya serta bahan perawatan.

P.Teori jean watson


Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada
unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia
memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan di antaranya kebutuhan
dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional)
yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual,
kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk
pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia


adalah mahluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga
dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik,
mental dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa
sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meninggalkan
status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tolok ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan
teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian  kebutuhan dasar
manusia yang saling berhubungan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang  lain.
Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, Jean
Watson  memahami  bahwa  manusia  adalah makhluk  yang sempurna dan memiliki berbagai
ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seha-rusnya dalam
keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta spiritual.
Selain itu ada 7 (tujuh) asumsi dalam ilmu keperawatan, antara lain :
1.      Asuhan keperawatan dapat secara efektif didemonstrasikan dan
dipraktekkan  hanya  secara interpersonal.
2.      Asuhan keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang hasilnya dapat
memuaskan kebutuhan manusia yang memerlukan bantuan.
3.      Asuhan keperawatan yang efektif meningkatkan kesehatan dan berkembang ke arah
perbaikan bagi individu, serta keluarga.
4.      Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada saat di rawat saja,
tetapi juga kemungkinan yang akan terjadi setelah pasien pulang.
5.      Asuhan keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien, sehingga  bisa  menawarkan
kepada pasien untuk  mengembangkan  potensinya  untuk  memilih apa  yang terbaik untuk
dirinya saat  itu.
6.      Asuhan  keperawatan  lebih “ healthogenic” dari pada  pengobatan. Praktek  asuhan
keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal
dengan  pengetahuan  tentang  perilaku  manusia untuk meningkatkan kesehatan dan untuk
memberikan bantuan / pertolongan kepada mereka yang sakit.
7.      Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.
B.     Hubungan Teori Jean Watson dengan Konsep Utama Keperawatan
Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
1.
Menurut pandangan Watson orang yang bernilai nb agi dirinya atau orang lain dalam
memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai, mengasuh, mau
mengerti dan membantu orang yang sedang sakit. Dalam pandangan filosofi umum, manusia
itu mempunyai fungsi yang kompleks yang terintegrasi dalam dirinya. Selain itu manusia juga
dinilai sempurna, karena bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang sempurna; tetapi
dalam fungsi perkembangannya dia  harus selalu  beradaptasi dengan  lingkungan  sosialnya.
Jika  adaptasi  tersebut tidak berhasil, maka akan terjadi ko nflik (terutama kngi.onflik
psikososial), yang berdampak pada terjadinya krisis disepanjang  kehidupannya. Hal tersebut
perlu mendapatkan asuhan, agar dapat ditanggulangi.
2.  Kesehatan
Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental , dan sosial yang baik. Akan
tetapi Watson juga mempercayai bahwa  ada beberapa faktor lain yang dibutuhkan untuk
dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu:
a.   Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial seimbang/serasi.
b.    Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan lingkungannya.
c.   Tidak adanya penyakit.
d. Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan lingkungan :
a.       Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
b.      Kesehatan  juga  dihubungkan  dengan  tingkat  kesesuaian  antara apa  yang
dirasakan dengan  apa yang dialami.
3. Lingkungan sosial
Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan sosial.
Masyarakat memberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana seharusnya berkelakuan,
dan tujuan apa yang harus dicapai. Nilai -nilai tersebut  dipengaruhi oleh  lingkungan  sosial,
kultural, dan spiritual. 
Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena  setiap masyarakat biasanya
mempunyai seseorang yang care terhadap orang lain. Watson menyatakan bahwa merawat,
dan keperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan oleh setiap lingkungan sosial yang
mempunyai beberapa orang yang saling peduli dengan yang lainnya. Sikap merawat tidak
diturunkan dari generasi ke generasi, melalui gen, tetapi diturunkan dari kebudayaan profesi
sebagai suatu koping yang unik terhadap lingkungan.
4.      Keperawatan
Menurut Watson keperawatan  fokusnya lebih pada promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik. Keperawatan pada promosi
kesehatan awalnya sama dengan mengobati penyakit. Dia melihat keperawatan dapat
bergerak dari  dua area, yaitu: masalah penanganan  stres dan penanganan konflik. Hal
ini
a.   Membentuk sistem nilai humanistic altruistic.
b.   Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
c.   Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.
d.   Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”.
e.   Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif, maupun negative.
f.   Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk mengambil
keputusan.
g.  Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”.
h.  Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki kondisi
mental,fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
i.   Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia.
j.   Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.

dapat menunjang tersedianya perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat
menjadi pusat dari praktik keperawatan. Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa
kondisi sosial, moral, dan ilmu pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi kesehatan
manusia dan masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian asuhan
kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.
Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
C.    Hubungan Teori Jean Watson dengan Proses Keperawatan
Watson merekomendasikan suatu pendekatan penelitian keperawatan yang lebih
dalam, agar menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik dengan keb utuhan
manusia. Agar hasilnya sempurna, maka perawat perlu melakukan metoda pemecahan
masalah secara ilmiah. Watson juga menyatakan proses keperawatan  terdiri atas langkah-
langkah yang sama dengan proses ilmiah. Watson kemudian mengkolaborasikannya dalam
dokumentasi (tulisan yang dicetak miring mengidikasikan adanya keterkaitan  dengan adanya
penelitian dalam proses keperawatan).
1.      Pengkajian
a.       Pengkajian  meliputi: tindakan   pengamatan, melakukan identifikasi, dan menelaah
masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi literature.
b.      Untuk  dapat  menelaah dan  memprediksi suatu  masalah dengan  baik
sesuai  kerangka kerja yang telah dibuat, maka  perlu menggali  lebih
dalam  pengetahuan yang terkait secara konseptual.
c.   Dalam  pengkajian  juga  mencakup  formulasi  hipotesis  mengenai  hubungan dan
factor-faktor yang mempengaruhi masalah.
d.  Selain itu juga dalam menilai situasi perlu mencantumkan definisi dari   variable-variable
yang akan diperiksa dalam pemecahan masalah ini.
2.   Perencanaan
a.   Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan bagaimana
variabel-variabel dapat diuji atau diukur.
b.   Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu pada  rencana  asuhan
keperawatan tetap melalui pendekatan konseptual.
c.   Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang telah dikumpulkan & sesuai.
3.   Intervensi
Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan
4. Evaluasi
a.  Evaluasi  merupakan  sebuah  metoda dan  proses untuk menganalisa hasil pelaksanaan
inter-vensi dari setiap masalah yang ada.
b.terhadap hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian yang  mungkin akan terjadi untuk
mendorong teori keperawatan secara umum didasarkan pada studi pemecahan masalah.

D.    Hubungan dengan Ciri Teori


Menurut Watson, bahwa sebuah teori itu merupakan sebuah pengelompokkan dari
ide-ide, dan pengalaman yang memberikan penjelasan mengenai fenomena-fenomena. Dia
menolak konsep tradisional, dan moetodologi kuantitatif harus dikorbankan saat mendapatkan
pengetahuan baru dari tingkah laku manusia. Dia melihat bahwa keperawatan dapat
dikembangkan dengan melibatkan prosedur-prosedur, dan manipulasi variabel sementara
yang terbaik adalah dengan melakukan penelitian untuk melihat berbagai alternatif dalam
merawat manusia, baik sehat, maupun sakit, serta mendorong peningkatan kesehatan. Karya
Watson telah dikembangkan dalam konteks tradisional:
1.      Teori-teori tersebut berhubungan dengan konsep seperti dalam membangun solusi
berbeda dalam  melihat fenomena tertentu.
2.      Teori harus logis secara alami.
3.      Teori seharusnya sederhana sebelum digeneralisasikan.
4.      Teori dapat didasarkan pada hipotesis yang dapat diuji
5.      Teori berkontribusi dan membantu dalam  pengembangan  pengetahuan secara umum
sesuai disiplin ilmunya melalui penelitian untuk mencapai sesuatu yag valid.
6.      Teori dapat digunakan oleh para praktisi untuk menjadi pedoman dan  meningkatkan
mutu dari tindakan pelayanan ataupun asuhan keperawatan yang diberikan.
7.      Teori tersebut harus konsisten dengan teori-teori lainnya, dengan hukum, dan prinsip-
prinsip lainnya; tetapi  masih meninggalkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa
dijawab, kemudian diinvestigasi.
 
BAB II
PEMBAHASAN

A.DEFINISI DAN KARAKTERISTIK ILMU

1.Pengertian Ilmu

Ilmu merupakan sebuah pengetahuan tentang sebab akibat atau asal usul yang
memiliki ciri adanya suatu metodologi yang harus dicapai secara logis dan koheren,
memiliki hubungan dengan tanggung jawab ilmuwan, bersifat universal, dapat
dikomunikasikan, kritis dimana tidak ada teori ilmiah yang definitif, terbuka bagi
peninjauan kritis dan berguna sebagai wujud hubungannya antara teori dan praktek.
(Hidayat, 2009: 35)
    Karakteristik Ilmu
Suatu kegiatan dikatakan sebuah ilmu apabila memiliki enam karakteristik, di
antaranya:
a.         Masalah
Masalah merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertitik tolak dari persoalan yang
dapat menarik perhatian. Apabila tidak terdapat suatu masalah, maka juga tidak
terdapat sebuah ilmu, sebab ilmu tumbuh dari suatu permasalahan yang ada untuk
dipecahkan. Rasa ingin tahu dari masalah itulah yang akan menimbulkan sebuah
ilmu.
b.        Sikap
Karena adanya suatu masalah, maka seseorang harus memilki sikap terhadap
masalah tersebut agar masalah tersebut dapat teratasi. Sikap ingin tahu inilah yang
harus dimiliki seseorang untuk menghadapi suatu masalah untuk menghasilkan
sebuah ilmu.
c.         Metode
Metode merupakan sebuah cara yang digunakan dalam menyelesaikan persoalan.
Tanpa memiliki cara-cara tertentu, masalah sulit terselesaikan, cara-cara yang
dimaksud harus dapat dipertanggungjawabkan untuk menghasilkan sebuah ilmu.
d.        Aktivitas
Merupakan seluruh aktivitas manusia dalam menghadapi permasalahan yang jelas
dan terencana. Dengan aktivitas inilah dapat digunakan untuk membangun sebuah
ilmu, dan aktivitas ini tergantung kepada kemampuan yang dimiliki seseorang,
keterampilan, adanya kesadaran moral dan usaha bagi seseorang yang ingin
menghasilkan sebuah ilmu.
e.         Solusi
Solusi merupakan ciri yang menandakan bahwa sebuah ilmu akan dapat
memecahkan persoalan dengan menggunakan sebuah prinsip umum atau hukum-
hukum tertentu.
f.         Pengaruh
Pengaruh merupakan bagian dari kegiatan ilmiah yang dapat memperlihatkan sejauh
mana pengaruh ilmu terhadap masalah-masalah kehidupan. Apakah berpengaruh
positif atau juga dapat berpengaruh negatif. Hasil pemecahan masalah dan pengaruh
tersebut merupakan konsekuensi dari masing-masing ilmu. (Hidayat, 2009: 35)
       Sifat-Sifat Ilmu

           Memiliki objek


Setiap ilmu memiliki objek yang menjadi pusat kajian. Objek yang dikaji dalam
mempelajari suatu ilmu biasanya bersifat spesifik. Contohnya ilmu matematia,
ilmu biologi, kesenian dll.
           Memiliki metode
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan tidak dilakukan secara asal-asalan, tetapi
memerlukan metode khusus. Metode yang digunakan untuk mempelajari ilmu
pengetahuan disebut metode ilmiah. Metode ilmiah digunakan untuk meneliti
dan mempelajari suatu objek sehingga ditemukan kebenaran. Ilmu yang
dikembangkan dengan menggunakan metode ini kebenarannya akan diakui
secara ilmiah oleh seluruh pakar ilmu pengetahuan yang berlaku sampai ada
bukti baru yang menentang atau menggugurkannya.
           Bersifat sistematis
Ilmu pengetahuan harus bersifat sistematis. Maksudnya adalah ilmu
pengetahuan harus tersusun secara sistematis dari yang sederhana hingga yang
kompleks yang diatur sedemikian rupa sehingga yang satu dan yang lainnya
dapat saling mendukung. Sifat sistematis ini bertujuan untuk mempermudah
dalam mempelajari ilmu tersebut.
           Bersifat Universal
Ilmu pengetahuan harus bersifat universal, maksudnya adalah kebenaran yang
disajikan dalam ilmu pengetahuan harus berlaku secara umum dan diterima di
semua institusi pendidikan. Sifat universal ini selain bertujuan untuk
mempermudah dalam pembelajaran juga agar tercipta suatu keseragaman.
Sehingga kebenaran yang diungkapkan dapat diterima diseluruh pelosok dunia.
           Bersifat Objektif
Ilmu pengetahuan harus bersifat objektif maksudnya adalah semua pernyataan
yang dikemukakan harus bersifat jujur, sesuai dengan kondisi yang sebenarnya,
mengandung data dan informasi yang akurat, bebas dari prasangka, tidak
menimbulkan kesenjangan dan tidak berhubungan dengan kepentingan pribadi
orang perorangan.
           Bersifat Analitis
Ilmu pengetahuan harus bersifat analitis, artinya  ilmu yang dipelajari akan
menuju hal-hal yang lebih khusus seperti bagian, sifat, peranan dan berbagai
hubungan. Untuk memahami hal yang bersifat khusus perlu pengkajian secara
khusus pula, sehingga terdapat antar hubungan bagian yang dikaji sebagai hasil
analisa.
           Bersifat Verifikatif
Artinya pernyataan yang berupa kebenaran dalam ilmu pengetahuan tidak
bersifat mutlak, tetapi bersifat terbuka atau verifikatif. Sehingga bila suatu masa
ditemukan bukti-bukti baru yang tidak mendukung kebenaran yang semula,
maka teori tersebut dapat ditumbangkan untuk memberi tempat pada kebenaran
yang baru yang lebih relevan.

7.         Fungsi Ilmu


Ilmu memiliki beberapa fungsi. Dalam Asmadi,2008: 87, dijelaskan mengenai
fungsi ilmu sebagai berikut:
           Fungsi Deskripsi
Ilmu dapat menjelaskan berbagai gejala alam yang terjadi. Idealnya, suatu
disiplin ilmu harus mampu menjelaskan berbagai hal yang masuk dalam bidang
garapannya. Fungsi deskripsi membuat suatu ilmu bisa diterima oleh
masyarakat umum, bukan sebatas kalangan yang berkecimpung di bidang
keilmuan itu saja, sebab ilmu bersifat universal.

           Prediksi
Ilmu dapat meramalkan kejadian yang akan terjadi secara ilmiah. Salah satu cara
untuk memperolah ilmu adalah melalui pengalaman dan upaya uji coba yang
kemudian disimpulkan hasilnya. Kesimpulan ini menjadi pedoman dalam
menjelaskan berbagai fenomena alam.
           Fungsi kontrol
Ilmu dapat mengendalikan gejala alam. Fungsi ini baru bisa berlaku jika ilmu
telah mampu menjelaskan dan meramalkan berbagai fenomena alam. Tujuan
fungsi kontrol adalah untuk mencegah peristiwa yang tidak diinginkan.

           Fungsi eksplanasi


Ilmu dapat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia
melakukan serangkaian kegiatan untuk menguasai gejala tersebut.

B.Keperawatan sebagai ilmu


keperawatan sebagai ilmu memiliki objek formal dan material, sebagai objek
formal dan material, sebagai opjek formal, keperawatan memikiki cara pandangan pada
respon manusia terhadap masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya,
kemudian bantuan pada manusia diberikan pada individu, kelompok atau masyarakat yang
tidak mampu berfungsi secara sempurna dalam masalah kesehatan dan proses
penyambuhan, dimana ilmu keperawatan sangat memperhatikan masalah masalah
keperawatan yang di lakukan dengan mencari kebenaran secara ilmiah.Sebagai objek
material, keperawatan memiliki Bahasa yang disusun secara sistematis dan menggunakan
metode ilmiah dimana asuhan keperawatan pada manusia ditujukan kepada bagian yang
tidak dapat berfungsi secara sempurna yang berkaitan dengan kondisi kesehatan itu sendiri
dan manusia sebagai makhluk yang utuh dan unik.
1.Perkembabgan teori
Pada perkembangannya, ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan illmu lain
mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu teraan ya g selalu berubah menurut tuntutan
zaman.Sebagai ilmu yang mulai berkembang ilmu keperawatan, banyak mendapat tekanan
diantaranya tekanan dari luar dan tekanan dari dalam.
2.Kelompok cabang keperawatan
1.Ilmu Keperawatan Dasar ada dua yaitu:
a.Kebutuhan dasar manusia
b. pendidikan keperawatan
2. Ilmu keperawatan anak
a.Keperawatan Klinik
b. keperawatan maternitas
3. Ilmu Keperwatan Komunitas
a. keperawatan keluarga
b. keperawatan gerontik
4. Ilmu Penunjang
a. Ilmu perilaku
b. ilmu sosial
Untuk mencapai tingkat perkembangan yang diinginkan oleh komunitas professional, maka
upaya yag dapat dilakukan menurut Prof. Ma’rifin Husin adalah dengan menghasilkan
masalah baru dalam keperawatan melalui proses berkelanjutan.
Dalam proses perkembangannya ilmu keperawtan dituntut adanya riset dan
perkembangan ilmu keperawatan sehingga diharapkan perawat dapat melakukan penelitian,
selain dilihat juga adanya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan,
adanya pusat penapis dan adaptasi teknologi keperawatan serta adanya pengembangan modal
pemberian asuhan keperawatan.
3.Proses keperawatan
Manfaat bagi penggunaan proses keperawatan dapat dilihat dari dua sisi yaitu
manfaat bagi pelayanan kesehatan dan manfaat dari pelaksanaan keperawatan. Untuk yang
pertama, maka manfaat bagi pelayanan kesehatan itu dilihat dari dua sisi yaitu:
Sebagai pedoman yang sistimatis bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan
Sebagai alat untuk mengikatan mutu pelayan ksehatan, khususnya pelayanan keperawatan.
Selanjutnya manfaat terhadap penggunaan proses keperawatan terhadap pelaksanaan
keperawatan adalah:
Menimbulkan kepuasan kerja
Menibulkan profesionalisme
Tindakan illegal terhadap pasien,
Proses keperawatan mengandung tanggung gugat dan gtanggung jawab perawat untuk
mengkaji, menganalisis, merencanakan, melaksanakan dan menilai asuhan klien.

Secara etik, perawatan kesehatan memiliki empat prinsip yaitu (1) penghargaan terhadap
otonomi perawatan, hal ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya ketergantungan
antara tenaga professional terhadap klien (2) tidak bertentangan dengan teori perawatan (3)
memberikan keuntungan baik kepada klien maupun tenaga professional, dan (4) keadilan
yaitu sesuatu diletakkan seimbang antara hak dan kewajibannya
Sifat dan Karakteristik Proses Keperawatan
Dinamis, setiap proses keperawatan selalu dapat diperbarui seiring dengan terjadi berbagai
perubahan dalam masyarakat.
Siklus, proses keperawatan berjalan sesuai dengan kebutuhan orang yang dirawat .
Saling interdependen artinya setiap proses keperawatan saling tergantung dengan satu
dengan yang lain misalnya apabila data yang dikumpulkan kurang lengkap maka dapat
berakibat diagnosis yang dilakukan salah demikian pula apabila sudah berkaitan dengan
perencanaan dan tindakan keperawatan.
Fleksibel , proses pendekatan dalam keperawatan yang tidak kaku dapat berubah ketika
terjadi perubahan akibat perubahan objek dan kondisi yang mengitarinya.
Bersifat individu untuk setiap kebutuhan pribadi klien.
f. Terencana , artinya proses keperawatan tidak melalui factor kebetulan akan tetapi ada
perencanaan sebelumnya.
g. Mengarah kepada tujuan.
h. Memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk menerapkan
fleksibilitas dan kreativitas maksimal dalam dalam merancang cara memecahkan masalah
kesehatan.
i. Menekankan umpan balik yaitu memberi arah kepada pengkajian ulang masalah atau
memperbaiki rencana terjadinya kasus yang memiliki kesamaan diagnosisnya.
j. Menekankan validasi yaitu setiap masalah divalidasi dengan data agar membuktikan
bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan benar.
B.DEFINISI TEORI DAN TEORI KEPERAWATAN
1. Pengertian teori dan teori keperawatan
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau kerangka konsep, atau definisi yang
memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenomena
dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud
untuk menguraikan,menerangkan meramaikan dan atau mengendalikan suatu fenomena.
Teori keperawatan di definisikan oleh steven(1984), sebagai usaha untuk menguraikan dan
menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan.
2. Tujuan dan teori keperawatan
Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan
sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan
3. Karakteristik teori dan teori keperawatan
Teori Keperawatan Bersifat Ilmiah Artinya teori keperawatan tidak digunakan dengan
alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan mengunakan caraa berfikir yang
logis.
Teori Keperawatan Yang Bersifat Sederhana Dan Umum Artinya teori keperawatan
dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks
sesuai dengan situasi praktek keperawatan.
Teori Keperawatan Berperan Dalam Memperkaya Body Of Knowledge Keperawatan
Yang Dilakukan Melalui Penelitian.
Teori Keperawatn Menjadi Pedoman Dan Berperan Dalam Memperbaiki Kualitas
Praktek Keperawatan.

4.Macam-macam model teori menurut beberapa ilmu keperawatan


a. Model Konsep Dan Teori Keperawatan Florence Nigtingale
b. Model Konsep Dan Teori Keperawatan Marta E.Rongers
c. Model Konsep Dan Teori Keperawatan Myra Levine
 Teori Perawat Klien Menjadi 3 Tingkatan Yaitu:
- Perawat sebagai pengganti (Substitute) bagi pasien
- Perawat sebagai penolong (Helper) bagi pasien
- Perawat sebagai mitra (Partner) bagi pasien
e.Imogene King (Teori King)
Berdasarkan hal tersebut manusia memiliki 3 kebutuhan dasar yaitu:
1.Informasi Kesehatan
2.Pencegah Penyakit
3.Kebutuhan Terhadap Perawat Ketika Sakit
f.Dorothe E.Orem (Teori Orem)
g.Jean Watson (Teori Watson)
h.Sister Calista Roy (Teori Roy)

 Element-element keperawatan:
a. element keperawatan
b. element manusia
c. element lingkungan
d. element sehat
C.Komponen- Komponen suatu teori keperawatan
Komponen teori
• Konsep
• Definisi
• Asumsi
• fenomena
Konsep
• Formulasi tentang obyek/kejadian yang dapat diamati/dirasakan
• Konsep = abstrak à perlu dijabarkan dalam bentuk variabel
• Variabel à konsep yang dapat diukur/dianalisiS
Misal: konsep stres-adaptasi, konsep manusia, dll

Definisi
• Menjelaskan/menggambarkan teori, konsep atau komponen yang menyusun teori
tersebut
• Tidak dapat dikatakan salah atau benar
Asumsi
• Pernyataan yang menjelaskan konsep-konsep atau menggabungkan konsep-konsep
• Merupakan suatu kenyataan, diterima sebagai kebenaran
• Misal: manusia adalah makhluk sosial
Fenomena
• Kejadian yang ada di alam, praktik, aspek yang dirasakan atau dialami
• Sesuatu yang dapat disaksikan atau dilihat dengan panca indra, kenyataan-kenyataan
yang ada, tanda-tanda, gejala-gejala, sesuatu yang luar biasa, keajaiban, fakta (KBBI)
Misal: fenomena à LGBT, penjualan bayi
konsep àperilaku menyimpang, penyakit masyarakat .
Komponen untuk mengevaluasi teori
a.Scope(lingkup keluasan)
Di dasari pada keluasan perilaku komunikasi yang di cakup oleh teori. Meski teori harus
bisa menjelaskan komunikasi menjadi bermakna namun tetap harus ada batasan pada
keluasan lingkup atau cakupannya

b.Logical consistency
Teori harus masuk akal dan memiliki konsistensi logis yang tidak bertentangan. Teori
harus dapat membuat penjelasan yang
c.Parasimony
Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitian.
d.Utility
Apakah teori bisa di gunakan ?teori seharusnya dapat menjelaskan elemen-elemen
komunikasi yang tadinya tidak jelas.
e.Testability
Mengacu pada kemampuan untuk menginvestigasi keakuratan teori
D. Jenis-jenis tingkatan keperawatan

Teori keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan, menggambarkan atau


memprediksi hubungan antara konsep yg sistem matik dan terorganisir tentang beberapa
fenomena.
Profesi keperawatan mengenal empat tingkat teori, yg terdiri dari:
1.Meta-theory (level 4)
Meta-theory adalah tingkatan yang paling abstrak dari semua level teori. Isu dari
teori ini berhubungan dengan mengarahkan pada pencarian jawaban dari sebuah pertanyaan
ilmiah (Higgins& Moore, 2004). Meta-theory berhubungan dengan isu-isu ilmiah dan di
kenal dengan filsafat ilmu, yang memfokuskan pada pengujian dari sebuah ilmu, proses dan
hasil produknya. Teori ini menghasilkan dasar dari ilmu pengetahuan.
Sebagai teori yang paling kuat/kokoh diantara semua level teori, Meta-theory dalam ilmu
keperawatan berfungsi mengungkapkan sebagian dari isu-isu yang ditujukan melalui
proses :
1. Klarifikasi hubungan antara ilmu keperawatan dan praktek.
2. Mendefinisikan, mengembangkan, dan menguji teori.
3. Menciptakan dasar ilmu dari keperawatan, dan
4. Memeriksa dan menginterpretasikan pandangan dasar filosofi dan      hubungannya
dengan keperawatan.
2.Grand theory (level 3)
Teori keperawatan grand theory adalah paradigma umum tentang ilmu keperawatan
( Higgins & Moore,2004).  Teori ini bersifat formal, merupakan sistem teori yang bersifat
abstrak dari kerangka disiplin keilmuan.
Grand theory memerlukan spesifikasi lebih lanjut dalam banyak kasus, serta pemisahan
pernyataan-pernyataan teoritisnya supaya bisa diuji dan dibuktikan secara teoritis. Para
ahli grand theory menyatakan rumusan-rumusan teoritis mereka pada tingkat abstraksi yang
sangat umum, dan sering dijumpai kesulitan-kesulitan mengaitkan rumusan-rumusan itu
dengan realitas.
3.Middle range theory (level 2)
Menurut Higgins & Moore (2004) sejarah perkembangan dari middle
theory termasuk baru dalam ilmu keperawatan. Sama halnya dengan grand theory, middle-
range theory menjelaskan mengenai dunia empiris dalam keperawatan, tetapi hal itu lebih
spesifik dan sedikit formal dibanding  grand teory yang lebih abstrak. Middle range
theory membutuhkan diskusi tentang“what it is” dan “what comes before and after in its
range”.
4.Micro theory (practice theory)
Micro range theory merupakan tingkatan teori yang tidak formal dan bersifat
sementara dibandingkan tingkatan teori lainnya. dan sangat terbatas dalam hal waktu dan
lingkup aplikasinya (Higgins & Moore 2004).
Meskipun biasanya menggunakan pendekatan penilaian, para ilmuan dan praktisi selalu
memberikan gambaran, mengorganisir dan melakukan test terhadap ide-ide mereka.Micro
range theory memiliki dua tingkatan, yaitu higher level dan lower level
E.Perbedaan teori dan model konsep keperawatan
Perbedaan teori dan model konsep keperawatan
 Pengertian Teori dan Model Konsep Keperawatan
 Tujuan Teori dan Model Keperawatan
 Karakteristik Teori dan Model Keperawatan
 Perbedaan dari Teori dan Konsep Keperawatan
Teori
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta fakta
yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.
Konsep
Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu objek, benda, suatu
peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan presepsi seseorang berupa ide,
pandangan atau keyakinan.
Model
Model adalah kumpulan beberapa konsep kedalam suatu kerangka yang dapat dipahami
membentuk suatu model atau kerangka konsep.

Tujuan Teori dan Model Keperawatan :


1. Diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan yang
dihadapi dalam pelayanan keperawatan
2. Membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan memberikan arah
yang jelas
3. Memberikan dasar dari asumsi dan filsofi keperawatan
4. Untuk memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan

Karakteristik Teori dan Model Keperawatan


1. Teori keperawatan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan.
2. Teori keperawatan bersifat ilmiah.
3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum.
4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge.
5. Teori keperawatan menjadi pedoman.

Perbedaan dari Teori dan Konsep Keperawatan


1. Teori keperawatan
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu
lain
dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, dan mengontrol
hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
2. Model konsep keperawatan

Model konsep keperawatan merupakan cara pandang secara menyeluruh perawat


dalam menganalisa dan meramalkan fenomena yang berkaitan dengan masalah
pelayanan keperawatan.
F.Defenisi pradigma
Paradikma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.
Paradikma menjelaskan sesuatu dalam memahami suatu tingkah laku. Paradikma
memberikan dasar dalam melihat, memandang, memberi makna, menyekapi dan memiliki
tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.
1. Pradigma keperawatan
Paradikma merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu
faktor yang memenuhi tercapainya membangunan nasional, oleh karena itu tenaga
keperawatan berada di tatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan
terlama dan klien, baik yaitu selama 24 jam per hari dan 7 hari per minggu, maka perawat
perlu mengetahui dan memahami tentang paradikma keperawatan, peran, fungsi dan
tanggungjawab sebagai perawat professional agar dapat memberikan pelayanan
keperawata yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

2. Pendekatan Paradigma Keperawatan

 Paradigma keperawatan merupakan suatu pedoman yang menjadi acuan dan


mendasari pelaksanaan praktek keperawatan diberbagai tatanan kesehatan. Seperti
halnya definisi paradigma secara umum, maka paradigma keperawatan merupakan
serangkaian konsep yang bisa sama dan terdapat dalam berbagai disiplin keilmuan
lain, tetapi tidak memiliki definisi umum yang dapat berlaku secara universal.
Paradigma ini terdiri dari empat komponen yaitu manusia, sehat dan kesehatan,
masyarakat dan lingkungan, serta komponen keperawatan
Ada beberapa definisi keperawatan menurut tokoh – tokoh dibawah ini :
 Florence Nightingale 1895
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling
baik untuk beraktivitas.
 Faye Abdellah (Twenty one nursing problems,1960)
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kepada individu dan keluarga, serta
masyarakat dengan ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang dimilki seorang perawat untuk membantu manusia baik dalam keadaan sehat
atau sakit sesuai dengan tingkat kebutuhannya
 Virginia Henderson (Fourteen Basic needs, 1960)
Keperawatan adalah suatu fungsi yang unik dari perawat untuk menolong klien
yang sakit atau sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan
kemampuan, kekuatan, pengetahuan dan kemandirian pasien secara rasional, sehingga
pasien dapat sembuh atau meninggal dengan tenang.Definisi ini merupakan awal
terpisahnya ilmu keperawatan dan medik dasar. Fungsi yang unik dari perawat adalah
memabntu individu sehat ataupun sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan
pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mampu melaksanakan
aktivitas sehari – harinya, sembuh dari penyakit atau meninggal dengan tenang.
 Dorothy E. Johnson (Behavioral System Theory, 1981)
Keperawatan adalah seperangkat tindakan – tindakan yang memiliki kekuatan
untuk melindungi kesatuan atau integritas prilaku klien berada pada level yang
optimal untuk kesehatannya

G.Komponen pradigma keperawatan


1. Manusia
2. Keparawatan
3. lingkungan
4. kesehatan
Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan
mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau kita melihat,
memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena yang ada
dalam keperawatan.
1.Konsep manusia
Manusia sebagai sistem terbuka, sistem adaptif, personal dan interpersonal yang secara
umum dapat dikatakan holistik utuh.
2. Konsep keperawatan
1.Keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap manusia.
2.Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik.
3.Keperawatan bersifat uiversal
4.Keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan.
5.Keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif
3. Konsep lingkungn
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan
menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan.
Lingkungan terbagi 2 yaitu lingkungan dalam dan lingkungan luar.
4.Konsep kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri
dengan perubahan – perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk memepertahankan
keadaan kesehatannya.

5. Konsep lingkungan
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan
menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan.
Lingkungan terbagi 2 yaitu lingkungan dalam dan lingkungan luar.
1. Lingkungan Dalam
a.Lingkungan Fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara.
b.Lingkungan Psikologi (Psychologi environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama hubungan yang spesifik, kumpulan data-data
yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan
penyakit.
c.Lingkungan Sosial (Social Environment)
Florance Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien.
2.Lingkungan Luar
( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara, pendidikan, pekerjaan dan
sosial ekonomi budaya )
 Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi
lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap
penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
 Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak
bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit – penyakit.

H. Hubungan antara paradigma keperawatan dan teori keperawatan


Paradigma keperawatan di jadikan dalam satu kelompok berdasarkan urutan ilmu
pengetahuan yaitu:
1. Metaparadigma: orang,lingkungan,kesehatan dan keperawatan
2. Philosopi: konsep dan nightingle
3. Model konsep tual: konsep bettly neuman sistem model
4. Teori: grand teori,medale tori,dan micro teori
 Paradigma berasal dari sebuah asumsi Bahwa terdapar sebuah realita/ kenyatan, yang
mana dapat diverifikasi melelui indra.
 Dalam paradigma ini, pengetahuan didirikan dengan mengontrol keadaan dosekitar
variabel untuk membentuk hubungannya.
 paradigma kontribusi pada peneltian keperawatan yang mana para digma ini
memfasilitasi perkembangan dan menguji hipotesis, mengembangkan intervensi dan
mendirikan hubungan antara variabel.

Dimungkinkan untuk memprediksi tipe teori yang dapat dikembangkan dari setiap paradigma
keperawatan, berdasarkan pandangan dunia terhadap kehadiran paradigma terbut
Contoh pandangan paeradigma keperawatan terhadap teori keperawatan:
Paradigma keperwaran ibarat sebuah petunjuk arah yang diberikan seseorang,misaknya
bagaiamana bepergian ke surabaya kemudian turun di terminal bungurasih. Orang tersebut
mengatakan perjalan ini akan memekan waktu kurang lebih 20 jam

Anda mungkin juga menyukai