i
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................................................ii
Bab I Tinjauan teori
A. Teori florance nightingale....................................................................................
B. Teori mary seacole...............................................................................................
C. Teori hildegard peplau........................................................................................
D. Teori virginia hendeston....................................................................................
E. Teori dorothy jhonson........................................................................................
F. Teori imogone king...........................................................................................
G. Teori marta elizabeth.............................................................................................
H. Teori lidia eloise hall.................................................................................
I. Teori dorothea e.orem...........................................................................................
J. Teori sister calista roy..........................................................................................
K. Teori betty neuman..............................................................................................
L. Teori medeline leininger......................................................................................
M. Teori rosemanie rizzo............................................................................................
N. Teori margaret newman........................................................................................
O. Teori ida jean orlando...........................................................................................
P. Teori jean watson................................................................................................
Bab II pembahasan
A. Devinisi dan karakteristik ilmu ............................................................................
B. Keperawatan sebagai ilmu...................................................................................
C. Devinisi teori dan teori keperawatan....................................................................
D. Komponen-komponen suatu teori keperawatan ...................................................
E. Jenis-jenis dan tingkatan teori................................................................................
F. Perbedaan teori dan model khusus keperawatan.....................................................
G. Devinisi pradigma...................................................................................................
H. Komponen pradigma khusus keperawatan .............................................................
I. Hubungan pradigma keperawatan dengan teori keperawatan...................................
klien
perawat kesehatan
lingkungan
Mary Seacole adalah seorang perawat Jamaika yang belajar seni peduli dan
penyembuhan dari ibunya. Di tanah asalnya dari Jamaika, British West Indies, dia dijuluki
"Doctress" karena administrasi nya perawatan k e sickin rumah penginapan di Kingston
(Carnegie, 1995). Seacole belajar dari Perang Krimea dan menulis kepada pemerintah
Inggris meminta untuk bergabung dengan grup Nightingale perawat. Namun, ia ditolak
hak untuk bergabung karena dia hitam. Dia bingung tentang penolakan ini karena banyak
tentara Inggris telah tinggal di Jamaika, di mana ia telah memberikan perawatan kesehatan
kepada mereka. Seacole sebelumnya menjabat sebagai perawat di Kuba dan Panama
selama kuning demam dan kolera epidemi. Dia juga telah melakukan studi forensik pada
bayi yang meninggal karena kolera di Panama. Dia merasa bahwa pengalamannya.akan
berharga dalam mengobati penyakit dalam Perang Krimea, dan dia berlayar ke Inggris
dengan biaya sendiri. Dia memberikan surat pengantar ke Nightingale, yang diblokir
karena Seacole hitam, meskipun dia telah dilatih oleh dokter tentara Inggris (Carnegie,
1995).Setelah beberapa upaya untuk bergabung dengan grup Nightingale gagal, Seacole,
yang bukan seorang wanita kekayaan, membeli perlengkapan sendiri dan melakukan
perjalanan lebih dari 3000 mil ke Crimea, di mana ia membangun dan membuka rumah
penginapan. Di lantai bawah rumah itu restoran, dan di lantai atas daerah diatur seperti
rumah sakit untuk perawat tentara yang sakit (Carnegie, 1995).Ketika Seacole akhirnya
bertemu Nightingale, respon itu masih sama: "tidak ada lowongan".(Carnegie, 1995).
Namun, ditolak pendaftaran tidak menghalangi Seacole; dia tetap setia dan merawat orang
sakit di seluruh Perang Crimean. Usahanya tidak diketahui oleh orang-orang Inggris. Lama
setelah perang usai, pemerintah Inggris akhirnya dihormati Seacole dengan medali sebagai
pengakuan atas usahanya dan layanan dia memberikan kepada para prajurit yang sakit dan
terluka.
“I have always noticed what actors children are……….whatever disease was most
prevalent in Kingston, be sure my poor doll soon contracted it…….before long it was
very natural that I should seek to extend my practice, and so I found other patients in
the cats and dogs around me.”
C.Teori hildegard peplau
Teori yang dikembangkan Hildegard E Peplau adalah keperawatan spikodinamik
(Psychodynamyc Nursing). Teori ini dipengaruhi oleh model hubungan interpesonal yang
bersifat terapeutik (significant therapeutic interpersonal process). Hildegard E. Peplau
mendefenisikan teori keperawatan psikodinamikanya sebagai berikut:
Perawatan psikodinamik adalah kemampuan untuk memahami perilaku seseorang
untuk membantu mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dan untuk
mengaplikasikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah-masalah
yang muncul dari semua hal atau kejadian yang telah dialami.
Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu,perawat, dan proses
interaktif (Peplau, 1952) ; yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien (Torres,
1986 ; Marriner-Tomey, 1994).
Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan
keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan adalah untuk
mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kematangan
perkembangan kepribadian (Chinn dan Jacobs, 1995). Oleh sebab itu perawat berupaya
mengembangkan hubungan antara perawat dan klien, dimana perawat bertugas sebagai
narasumber, konselor, dan wali.
Pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan
menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara
perawat dan klien, perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan
kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan
dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan
perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan
masalah kesehatannya. Teori Peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan
kolaborasi perawat-klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubungan
interpersonal yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien (Beeber,
Anderson dan Sills, 1990). Ketika kebutuhan dasar telah diatasi, kebutuhan yang baru
mungkin muncul. Hubungan interpersonal perawat-klien digambarkan sebagai fase-fase
yang saling tumpang tindih seperti berikut ini : orientasi, identifikasi, penjelasan, dan
resolusi (Chinn dan Jacobs, 1995).
Peplau menerbitkan Buku Interpersonal Relation in Nursing pada tahun 1952
Artikel-artikel di majalah-majalah profesional dan topik konsep-konsep interpersonal
sampai pada isu-isu keperawatan yang terbaru. Dan selanjutnya Peplau mengembangkan
teori keperawatan yang dikenal dengan Psychodynamic Nursing.
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan
tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral :
1. Pasien
2. Perawat
3. Masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit
4. Proses interpersonal
1) Pasien
Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,
interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan
mengintegrasikan belajar pengalaman. Pasien adalah subjek yang langsung dipengaruhi.
.Oleh adanya proses interpersonal.
2) Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien
yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Hal
ini berarti dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai mitra kerja,
pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase
proses interpersonal.
3) Masalah Kecemasan yang terjadi akibat sakit / Sumber Kesulitan
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman
interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi
dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam model
peplau ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan langsung
dengan kondisi sakit.
4) Proses Interpersonal
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini
menggambarkan metode transpormasi energi atau ansietas pasien oleh perawat yang
terdiri dari 4 fase. Peplau mengidentifikasi empat tahapan hubungan interpersonal yang
saling berkaitan yaitu: (1) orientasi, (2) identifikasi, (3) eksploitasi, (4) resolusi
(pemecahan masalah). Setiap tahap saling melengkapi dan berhubungan sebagai satu
proses untuk penyelesaian masalah.
Tahapan Inter Personal Menurut Peplau dalam Keperawatan
Untuk mencapai tujuan dari hubungan interpersonal tersebut maka harus melalui
penggunaan step-step atau fase-fase sebagai berikut:
1). Fase Orientasi
Pada fase ini perawat dan klien masih sebagai orang yang asing. Pertemuan diawali
oleh pasien yang mengekspresikan perasaan butuh, perawat dan klien malakukan kontrak
awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data. Pada fase ini
yang paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan pasien dan
keluarganya dalam menganalisis situasi yang kemudian bersama-sama mengenali,
memperjelas dan menentukan masalah untuk ada setelah masalah diketahui, diambil
keputusan bersama untuk menentukan tipe bantuan apa yang diperlukan. Perawat sebagai
fasilitator dapat merujuk klien ke ahli yang lain sesuai dengan kebutuhan
2). Fase Identifikasi
Fase ini fokusnya memilih bantuan profesional yang tepat, pada fase ini pasien
merespons secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya. Setiap
pasien mempunyai respons berbeda-beda pada fase ini.
Respons pasien terhadap perawat:
a. Berpartisipasi dan interpendent dengan perawat
b. Anatomy dan independent
c. Pasif dan dependent
3). Fase Eksploitasi
Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan profesional untuk alternatif
pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat dan kebutuhan dari
pasien. Pasien mulai merasa sebagai bagian integral dari lingkungan pelayanan. Pada fase
ini pasien mulai menerima informasi-informasi yang diberikan padanya tentang
penyembuhannya, mungkin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
perawat, mendengarkan penjelasan-penjelasan dari perawat dan sebagainya.
4). Fase Resolusi
Terjadi setelah fase-fase sebelumnya telah berjalan dengan sukses. Fokus pada fase
ini mengakhiri hubungan profesional pasien dan perawat dalam fase ini perlu untuk
mengakhiri hubungan teraupetik meraka. Dimana pasien berusaha untuk melepaskan rasa
ketergantungan kepada tim medis dan menggunakan kemampuan yang dimilikinya agar
mampu menjalankan secara sendiri.
Tabel Fase-Fase Peplau dengan Fokusnya
Fase Fokus
Orientasi perawat bekerja sama dengan pasien dalam menganalisis masalah
Identifikasi Pemilihan bantuan profesional yang tepat
Eksploitasi Penggunaan bantuan profesional untuk pemecahan masalah
Resolusi Pemutusan hubungan profesional pasien dengan perawat
2. Lingkungan
Peplau mendefenisikan lingkungan sebagai bentuk di luar organisme dalam
konteks kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan. budaya dan
adat istiadat merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan
3. Keperawatan
Keperawatan adalah alat pendidikan untuk kekuatannya bertujuan untuk
mendukung kekuatan seseorang dalam kreativitas langsung, produktivitas, dan sikap
individual dari kehidupan masyarakat. sebagai perkembangan kepribadian dan proses
kemanusiaan yang berkesinambungan kearah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan
produktif.
4. Kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif individu dan proses
makhluk lain secara terus menerus dalam kelangsungan kreativitas, produktivitas dan sikap
individual dari kehidupan masyarakat. Sebagai proses interpersonal yang bermakna. Proses
interpersonal merupakan materina force dan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun
klien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang penting
untuk memahami klien dan mencapai resolusi masalah.
Penerimaan Teori oleh Komunitas Keperawatan
1. Praktek Keperawatan
Grace Sills menyatakan bahwa, Peplau memberikan perspektif baru, arahan baru,
teori – teori yang dijadikan dasar praktek keperawatan untuk tindakan terapeutik dengan
pasien. Ide Peplau menjelaskan desain untuk praktek keperawatan jiwa dengan lengkap
(Tomey & Alligood, 1998).
2. Pendidikan Keperawatan
Buku Peplau yang berjudul “Interpersonal Relation in Nursing” ditulis khusus
untuk membantu lulusan perawat dan mahasiswa keperawatan. Tulisan – tulisan Peplau
berampak pada tokoh – tokoh keperawatan lain yang juga menulis buku. Mereka
menyatakan bahwa ide Teori Peplau, terutama definisi terhadap keperawatan dan proses
keperawatan, pengembangan dari teori kecemasan dan pembelajaran, serta metode
psikoterapeutik, menjadi bagian dari seleksi alam dari disiplin ilmu keperawatan (Tomey
& Alligood, 1998)
3. Penelitian Keperawatan
Statement Sills mengenai hasil kerja Peplau dipengaruhi oleh pekerjaannya di
klinik dan hasil studi, dimana hasil tersebut digunakan dalam penlitian sebagai alat untuk
meningkatkan batang tubuh pengetahuan keperawatan. Pada penelitian – penelitian awal
mengikuti asumsi bahwa masalah pasien terjadi pada fenomena individu dan dieksplorasi
dalam hubungan perawat – pasien. Thomas, Baker dan Estes menggunakan konsep
kecemasan Peplau sebagai suatu makna untuk memecahkan perasaan marah secara
konstruktif melalui proses pembelajaran pada hubungan perawat – pasien (Tomey &
Alligood, 1998).
Kelebihan dan Kekurangan Teori Peplau
Kelebihan :
a.) Dapat meningkatkan kejiwaan pasien untuk lebih baik.
b.) Dapat menurunkan kecemasan klien dalam teori keperawatan.
c.) Dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik.
d.) Dapat medorong pasien untuk lebih mandiri
Kekurangan :
a.) Kurangnya penekanan pada health promotion dan pemeliharaan kesehatan: dinamika
intra keluarga, pertimbangan ruang individu, serta layanan sumberdaya sosial
komunitas/masyarakat juga kurang diperhatikan.
b.) Teori Peplau tidak dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa mengekspresikan
kebutuhannya.
Contoh kasus:
Ibu T,umur 45,yang dirumah sakit xx 2 minggu yang lalu,diagnosis mengalami Ca
stadium lanjut (stadium IV ). Kondisi ibu T seorang wanita karier yang bekerja sebagai
karyawandisebuah perusahaan terkemukaka,mempinyai 3 orang anak yang masih
menjalani pendidikan.Setelah ibu T mendapat informai dari tim medis tentang penyakitnya
(Ca servix stadium IV) setelah itu kondisi ibu T mulai menurun, tidak mau makan,
mengurung diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak dan suaminya,
kadang marah tanpa sebab,eksperesi wajah terlihat sedih, kadang terlihat menangis, ibu T
menolak pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh perawat. Ibu T mengatakan dia
tidak perlu diperhatikan karena umurnya tidak akan lama lagi.
Dalam kasus yang digambarkan diatas maka perawat perlu memahami perilaku yang
ditunjukkan oleh ibu T yaitu dengan membantu ibu T dalam mengatasi masalah yang
dirasakan dan menerapkan prinsip hubungan manusia pada masalah yang muncul pada ibu
T selama pengalaman tersebut. Berdasarkan diatas ibu T berada dalam kondisi
depresi.Perawat perlu untuk melakukan hubungan interpersonal dengan ibu T yang sedang
mengalami konndisi depresi maka sebenarnya dia membutuhkan orang lain yang dapat
mendengarkan,menerima dan memahami dirinya.
Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang penting yang telah
memberi pengaruh besar pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. Ia membuat
model konseptualnya pada awal 1960-an, ketika profesi keperawatan mulai mencari
identitasnya sendiri. Masalah intinya adalah apakah perawat cukup berbeda dari profesi
lain dalam layanan kesehatan dalam hal kinerja?. Pertanyaan ini merupakan hal yang
penting sampai 1950-an, perawat lebih sering melakuakan instruksi dokter.
“ The nurse is temporarily the consciousnees of the unconscious,the love of life for the
suicidal, the leg of the amputee, the eyes of the newly blind,a means of locomotion for
the infant,the knowledge and confidence of he young mother, and a voice for those
too weak to speak”(virginia henderson ).
Virginia Henderson adalah orang pertama yang mencarifungsi unik dalam keperawatan.
Pada saat ia menulis pada 1960-an ia dipengaruhi oleh aspek negatif dan positif dari
praktik keperawatan pada masa itu. Hal tersebut mencakup:
a) Authoritarian dan struktur hierarki di rumahsakit
b) Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi fisik semata.
c) Fakta bahwa mempertahankan kontak pribadi dengan pasien merupakan hal yang tidak
mungkin dilakukan pada masa itu.
d) Adanya keanekaragaman pengalaman yang ia miliki selama karier keperawatannya di
Amerika Serikat di berbagai bidang layanan kesehatan. Selain keinginan untuk
menemukan fungsi unik dari keperawatan, perubahan sosial tidak diragukan lagi untuk
memainkan peranan besar dalam perkembangan pandangan dan ide-idenya. Sebagai
contoh, bukanlah suatu kebetulan bahwa ilmu perilaku memiliki pengaruh besar pada
pandangan dan pendapat kita tentang masyarakat pada tahun 1960-an. Oleh karena itu,
inisiatifnya diarahkan untuk memberikan perhatian yang lebih pada aspek-aspek
psikososial dari perawatan pasien. Virginia Henderson diminta untuk mempublikasikan
model konseptual oleh International Council of Nurses (ICN).
Konstribusi penting oleh Henderson (1966) adalah definisi keperawatan berikut yang saat
ini menjadi definisi yang sudah diterima secara umum :
“Fungsi unik dari keperawatan adalah untuk membantu individu sehat atau sakit, dalam hal
memberikan kesehatan atau pemulihan (kematian yang damai) yang dapat dilakukan tanpa
bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan atau pengetahuan. Dan melakukannya dengan
cara tersebut dapat membantunya mendapatkan kemandirian secepat mungkin”.
Henderson sangat dipengaruhi Edward Thorndyke, yang banyak melakukan penelitian
dalam bidang kebutuhan manusia. Berdasarkan teori-teori Thorndyke dan definisinya
sendiri tentang keperawatan, Henderson memberi tugas keperawatan menjadi empatbelas
tugas yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembagian asuhan keperawatan
menjadi empatbelas kebutuhan manusia ini menjadi pilar dari model keperawatannya. Ia
menyatakan bahwa :
1. Perawat harus selalu mengakui bahwa terdapat pola kebutuhan pasien yang harus
dipenuhi.
2. Perawat harus selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi pasien sebanyak
mungkin.
3. Sayangnya, tidak selalu memungkinkan bagi seseorang untuk menempatkan diri pada
posisi pasien, dan kalaupun memungkinkan hal tersebut tidak selalu pas. Pada situasi
ini kebutuhan pasien sulit untuk dipenuhi.
Ketika Henderson berbicara mengenai kebutuhan, ia merujuk pada semua kebutuhan
dasar dari setiap manusia. Agar perawat dapat membantu pasien memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut, diperlukan asuhan keperawatan dasar. Oleh karena itu,
Henderson menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan dasar ada pada setiap situasi
keperawatan. Situasi tersebut sebagai contoh adalah :
a) Rumahsakit Umum
b) Rumahsakit Jiwa
c) Institusi untuk penderita cacat mental
d) Rumah perawatan
e) Perawatan di rumah
Jadi menurut Hendeson, lapangan kerja perawat tidak terbatas hanya di rumahsakit
umum. Henderson juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan. Dalam
modelnya ia menggambarkan rencana keperawatan, metode eskematik untuk
pengawasan asuhan. Perencanaan yang cermat akan mengklarifikasi hal-hal berikut :
a. Urutan aktifitas yang harus dilakukan.
b. Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan
c. Perubahan-perubahan yang harus dibuat
a. Manusia
individu sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, jiwa dan raga adalah satu
kesatuan. Lebih lanjut lagi, individu dan keluarganya dipandang sebagai unit tunggal.
Setiap manusia harus berupaya untuk mempertahankan keseimbangan fisiologi dan
emosional
b. Lingkungan
Henderson mendefinisikan lingkungan sebagai seluruh faktor eksternal dan kondisi
yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
c. Sehat dan sakit
Sehat adalah kualitas hidup tertentu yang oleh Henderson dihubungkan dengan
kemandirian. Karakteristik utama dari sakit adalah ketergantungan dan berbagai
tingkat inkapasitas individu (pasien) untuk memuaskan kebutuhan manusianya.
Menganggap bahwa sehat adalah kemandirian dan sakit adalah ketergantungan dapat
dipandang sebagai simplifikasi. Dapat juga dikatakan bahwa sakit adalah keterbatasan
kemandirian.
d. Keperawatan
Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu, baik apakah ia sakit atau
sehat, dalam peran tambahan atau peran pendukung. Tujuan dari keperawatan adalah
untuk membantu individu memperoleh kembali kemandiriannya sesegera mungkin.
Namun demikian, keputusan Henderson untuk meningkatkan kemandirian dan hanya
melakukan sesuatu untuk pasien, jika ia tidak dapat melakukannya maka sendiri tidak
disetujui oleh profesi sebagai prinsip dasar asuhan keperawatan sebelum Henderson
menjelaskan lebih lanjut.
a. Manusia
b.Keperawatan
c.Kesehatan
Sehat adalah siklus hidup yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi bagi
kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting dari pada mengobati penyakit.
Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan.
Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki
kekuatan, kehendak serta pengetahuan yang cukup.
d.lingkungan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan.
a.Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi sakit
akan menghambat kemampuan tersebut.
b. Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.
c. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungan.
d. Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar dalam
memberikan resep.
e. Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui saran-saran tentang
konstruksi bangunan dan pemeliharaannya.
f. Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan untuk
memperkirakan adanya bahaya.
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dan klien.
Menurut Henderson, hubungan perawat dengan klien terbagi menjadi tiga tingkatan, mulai
dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
1) Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien.
2) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.
3) Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.
Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti (substitute) di dalam
memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan atau kemauan pasien
yang berkurang. Dalam hubungan antara perawat dan pasien ini perawat berfungsi untuk
“melengkapinya”. Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada pada fase pemulihan,
perawat berperan sebagai penolong (helper), untuk menolong atau membantu pasien
mendapatkan kembali kemandiriannya.kemandirian ini sifatnya relatif, sebab tidak ada
satu pun manusia yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, perawat
berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien. Sebagai mitra
(partner), perawat dan pasien bersama-sama menerusakan rencana perawatan bagi pasien.
Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis
dan faktor lainnya seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta
kekuatan fisik dan intelektual.
Kaitannya dengan hubungan perawat dan dokter, Henderson berpendapat bahwa perawat
tidak boleh selalu melaksanakan perintah dokter. Henderson sendiri mempertanyakan
filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada pasien atau tenaga
kerja lainnya. Tugas perawat adalah membantu pasien dalam melakukan manajemen
kesehatan ketika tidak ada tenaga dokter. Rencana perawatan yang dirumuskan oleh
perawat dan pasien tetap harus dijalankan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
rencana pengobatan yang ditentukan oleh dokter.
5.Contoh kasus
Klien “Tn A” Umur 38 Tahun, pekerjaan petani dengan latar belakang pendidikan
petani Masuk di Ruang Interne Bougenvil Rumah sakit X pada tanggal 16 Desember 2011
Pukul 15.00 wib dengan keluhan pusing sesak nafas, dan kelemahan Sesak dirasakan
sejak tanggal 13 Desember 2011 dan dirasakan semakin berat bila klien duduk di tempat
tidur. Sesak nafas dirasakan berkurang bila klien berbaring di tempat tidur, namun sesak
tidak hilang. Sesak dirasakan hingga membuat klien tidak mampu untuk berdiri atau
berjalan dari tempat tidur. Sesak dirasakan pada seluruh lapang dada namun tidak
mengalami nyei pada saat bernafas. Nafsu makan menurun,Klien sering mual,muntah dan
Pusing,Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/90 mmHg, Nadi.130x /menit
RR,30x/menit. BB 50 Kg TB 160,napas bau keton, Pola makan klien yaitu ¼ porsi dari
yang dianjurkan berdasrkan diet DM, Bab baru 1x sehari,Bak menggunakan pispot
dengan urine output 1400cc/24 jam,dan adanya Gangren (+) pada extremtas bawah.
6. Hubungan Perawat-pasien-dokter
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dank lien.
Menurut Henderson ( dalam asmadi, 2008), hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga
tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri :
Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pannganti (substitute)
didalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau
kemauan pasien yang berkurang. Disini perawat berfungsi untuk melengkapi.
b.) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.
Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada pada fase pemulihan, perawat
berperan sebagai penolong (helper) untuk menolong atau membantu pasien untuk
mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirian ini bersifat relative, sebab tidak
ada satupun manusia yang tidak bergantung kepada orang lain. Meskipun demikian,
perawat berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien.
“It's best to take a potted plant or flowers already arranged in a vase. Avoid arriving
with an unarranged bouquet of flowers, as the host will have to find a vase, trim the
stems, and arrange the flowers. This unexpected chore, coupled with answering the door
and checking on dinner, can be stressful for even the most seasoned host.”
(Dorothea Johnson)
b. Konsep Perilaku
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting dan perlu
dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat di dalam setiap aspek
kehidupan manusia. Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau mental dan
tingkah laku (attitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri
manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa,
sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap
keadaan atau situasi yang dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat bersifat positif dapat pula
negatif. Individu dalam merespon atau menanggapi suatu peristiwa atau keadaan, selain
dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi juga dipengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada
saat itu. Selain pengertian tersebut, pengertian perilaku dapat pula ditinjau dari aspek
biologis. Pengertian perilaku dari segi biologis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau
aktivitas individu yang bersangkutan. Adapun perilaku manusia dapat diartikan sebagai
aktivitas manusia yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku dalam berbicara,
berpakaian, berjalan dan sebagainya. Perilaku ini umumnya dapat diamati oleh orang lain.
Namun ada pula perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain atau biasa disebut
sebagai internal activities seperti persepsi, emosi, pikiran, dan motivasi.
Dalam dunia kesehatan, ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Kedua
faktor tersebut adalah faktor keturunan atau genetik dan faktor lingkungan (enviromental).
Faktor keturunan atau genetik memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh warisan
biologis dari kedua orang tua. Sedangkan faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku,
pada hakikatnya identik dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan individu. Faktor
yang dimaksud dapat berupa faktor pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah, faktor
lingkungan yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses
perkembangan, dan faktor waktu yaitu saat tibanya masa peka atau kematangan.
Pandangan Johnson tentang manusia seperti mempunyai dua sistem utama, sistem
biologi dan sistem tingkah laku. Klien dalam hal ini adalah manusia yang mendapat bantuan
perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidakseimbangan
penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang
mampu berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
Dorothy Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya
penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari dua sistem yaitu sistem biologi
dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem eksternal yag
berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons
adaktif baik fisik, mental, emosi dan sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan
harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika
ia sakit.
Menurut Johnson, ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu agar
tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap
perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif seta
mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
Johnson mengidentifikasi tujuh subsistem pada sistem tingkah laku. Model dari
Johnson mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung. Gangguan yang terjadi pada
subsistem dapat mengganggu subsistem lainya. Masing-masing subsistem mempunyai fungsi
yang unik atau tugas khusus yang penting untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruhan
subsistem dan masing-masing mempunyai struktur dan fungsi. Adapun tujuh komponen
subsistem menurut Dorothy Johnson, yaitu sebagai berikut:
1. Ketergantungan
Ketergantungan merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam mendapatkan
bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan. Johnson mencirikan subsistim
ketergantungan dari lampiran atau subsistem affiliative. Hasil dari perilaku ketergantungan
adalah persetujuan, perhatian atau bantuan pengenalan dan fisik. Sulit untuk memisahkan
subsistem ketergantungan dari affiliative atau subsistem lampiran karena tanpa seseorang
diinvestasikan atau terlampir ke perorangan untuk menjawab ke individu
itu merupakan perilaku ketergantungan, subsistem ketergantungan harus menghidupkan
lingkungan yang berfungsi atau berguna.
2. Ingestif
Ingestif yaitu berhubungan dengan bagaimana, kapan, cara, dan banyaknya makan dan
minum sebagai suatu subsistem tingkah laku. Sumber dalam memelihara integritas serta
mencapai kesenangan dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan. Subsistem ingestif
berhubungan ke perilaku mengepung masukan dari makanan. Ini berhubungan ke sistem
biologi. Bagaimanapun penekanan untuk keperawatan dari perspektifnya Johnson adalah
berarti dan struktur dari peristiwa sosial untuk memperoses makanan ketika makanan
dimakan. Perilaku berhubungan ke proses pencernaan dari makanan mungkin berhubungan
lebih untuk menginginkan secara sosial bisa diterima pada satu budaya tertentu dibandingkan
ke kebutuhan biologi dari perorangan. Ingestif mengambil dari lingkungan sumber-sumber
yang diperlukan untuk mempertahankan integritas, mencapai kepuasan, dan menginternalisasi
lingkungan eksternal (Gruubs, 1980).
3. Eliminasi (eliminative)
Eliminasi merupakan bentuk pengeluaran segala sesuatu dari sampah atau barang yang
tidak berguna secara biologis atau dapat dikatakan bahwa eliminasi mengeluarkan produk-
produk sisa biologis dari sistem. Subsistem eliminasi berhubungan ke perilaku mengepung
eksresi dari sisa buangan dari tubuh. Johnson mengakui ini mungkin sulit terpisah dari satu
perspektif sistem biologi. Bagaimanapun, seperti dengan proses pencernaan sekitar perilaku
dari makanan, ada secara sosial perilaku bisa diterima untuk waktu dan tempat
untuk manusia ke eksresi dari limbah, telah mendefinisikan berbeda secara sosial
perilaku yang dapat diterima untuk eksresi dari limbah, tetapi keberadaan dari hal itu
pola yang tersisa dari budaya ke budaya.
4. Seksual
Seksual digunakan dalam pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai. Maka hilang dan
terpenuhinya kebutuhan ini juga akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses
keperawatan. Seksual menciptakan dan memuaskan perasaan tertarik dan mengasihi orang
lain. Subsistem seksual mencerminkan tingkah laku berhubungan ke prokreasi. Biologi
berdua dan pengaruh faktor kemasyarakatan perilaku pada subsistim seksual. Perilaku juga
akan bervariasi sesuai dengan genus dari perorangan. Kunci adalah itu merupakan suatu
masukan pada semua masyarakat yang mempunyai hasil yang sama perilaku bisa
diterima oleh masyarakat luas.
5. Agresif
Agresif merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dari berbagai
ancaman yang ada di lingkungan sekitar. Agresif melindungi diri dan orang lain dari benda-
benda, orang, ide-ide yang memiliki potensi mengancam serta berfungsi sebagai mekanisme
perlingdungan diri.
Subsistem agresif berhubungan ke perilaku mengaitkan dengan perlindungan dan
penyelamatan. Johnson melihat subsistim agresif seperti sesuatu bahwa menghasilkan
tanggapan bertahan dari perorangan ketika hidup atau wilayah diancam. Subsistim agresif
tidak meliputi perilaku itu dengan satu penggunaan primer untuk melukai individu lain.
6. Gabungan atau Tambahan
Gabungan atau tambahan merupakan pemenuhan kebutuhan tambahan dalam
mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan sosial,
keamanan, dan kelangsungan hidup. Tujuannya adalah mencapai inklusi sosial, keakraban,
dan ikatan sosial yang kuat untuk amanah dan akhirnya untuk bertahan.
Akhirnya, subsistem perampungan menimbulkan perilaku coba itu untuk mengontrol
lingkungan. Intelektual, fisik, kreatif, mekanik, dan perampungan keterampilan sosial adalah
beberapa area yang Johnson kenali. Area lain dari pemenuhan pribadi atau sukses juga boleh
diliputi di subsistem ini.
7. Pencapaian (Achievement)
Achievement merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui keterampilan yang kreatif
dalam perilaku kehidupan seseorang. Pencapaian menguasai atau mengendalikan diri atau
lingkungan melalui pencarian beberapa standar kesempurnaan, seperti keterampilan fisik,
sosial, atau kreatif.
Masing-masing subsistem mengharuskan bahwa kebutuhan-kebutuhan fungsi harus
dipenuhi dan mekanisme pengaturan tetap utuh untuk mempetahankan kestabilan dan
keseimbangan. Kebutuhan fungsi dipenuhi melalui upaya individual sendiri atau melalui
bantuan dari lingkungan. Kebutuhan ini mencangkup perlindungan, pemeliharaan, dan
stimulasi.
Masing-masing sistem dan subsistem mengembangkan respon respon yang berpola,
berulang dan bertujuan untuk membentuk suatu unit fungsional yang terorganisasi dan
terintegrasi. Respon-respon yang berpola ini menentukan interaksi dari subsistem, system,
dan lingkungan. Pola perilaku menetapkan hubungan system atau orang dengan benda-
benda, peristiwa, dan situasi dalam lingkungan. Pola-pola ini teratur, bertujuan dan dapat
diprediksi yang mempertahankan efesiensi sistem.
Dalam pandangan Johnson, tujuan keperawatan adalah mempertahankan,
memulihkan, atau mencapai keseimbangan stabilitas dalam sistem perilaku klien. Jika sistem
seseorang tidak dapat beradaptasi atau menyesuaikan dengan tekanan lingkungan eksternal,
maka perawat bertindak sebagai kekuatan pengatur eksternal untuk memodifikasi atau
mengubah struktur atau memandu kebutuhan fungsi guna memulihkan kestabilan.
3. Perencanaan
Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan model konseptual
keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola intervensi dari model
konseptualyang digunakan.
4. Implementasi
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang bukan
merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan menunjukkan apa yang harus
dilakukan oleh perawat yang langsung mempengaruhi intervensi keperawatan yang
direncanakan, tetapi tidak menunjukkan pada perawat bagaimana menerapkan rencana itu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut. Evaluasi berhubungan dengan
bagaimana cara klien beradaptasi dan bereaksi, kebutuhan klien serta tujuan klien. Jika
perawat sudah dapat menjawabnya, akan membantu perawat menilai keefektifan dari proses
perawat secara keseluruhan dan model keperawatan.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis bahwa perawatan
merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum, selama dan
sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi,
stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku untuk mengembangkan teorinya.
f.Contoh kasus
Bapak Elder bekerja di sebuah kebun binatang. Dia di serang oleh harimau hingga
mendapat luka di bagian kepala dan di rujuk ke balai pengobatan untuk penanganan lukanya.
Dalam penanganan luka, diketahui ternyata luas luka mencapai hingga ke tulang tengkorak,
hal ini membuatnya harus berheti sementara dari pekerjaan. Sering bertemu dengan teman-
teman sekerjanya, agaknya membuat dia tertekan. Istri Bapak Elder setiap hari meluangkan
waktu membuatkannya makanan kecil karena memang istrinya suka memasak dan ternyata
dengan kegiatan memasak itu istri bapak Elder dapat menekan kecemasannya sehubungan
dengan keadaannya. Setelah 3 minggu berlalu penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan
walaupun tidak terjadi infeksi luka. Pada kunjungan pemeriksaan, istrinya dengan yakin
mengatakan bahwa selama perawatan di rumah, suaminya sering minum air banyak sehingga
berakibat sering kencing walaupun tengah malam dan itu membuat dia agak cemas hal
tersebut akan berakibat fatal terhadap pak Elder. Dia bertanya, apakah ada obat yang dapat
membantu pak Elder tidur di malam hari. ü Penyelesaian masalah menggunakan teori
Tingkah laku. Menggunakan teori system tingkah laku, kita membantu menyelesaikan
masalah.Menilai pola tingkah laku yang berlangsung saat itu pada keluarga pak Elder melalui
7 subsistem tingkah laku, berdasarkan data di atas kita mendapatkan bahwa ada perubahan
pada 3 subsistem : 1. Achievement subsistem, perubahan perubahan pola interaksi social dan
depresi. 2. Eliminasi Subsistem, perubahan pola eliminasi dikarenakan banyak minum
( Polidipsi ) berakibat seringnya kencing ( Poliuri ). 3. Ingestive Subsistem, perubahan pola
makan dikarenakan banyak makan makanan yang manis dan minum air yang juga banyak.
Dengan menggunakan teori Tingkah laku, apa yang harus dilakukan untuk membantu pak
Elder. Berdasarkan asumsi yang kita bisa tarik dari cerita di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa bapak tersebut mungkin menderita penyakit Diabetes Mellitus. Dengan ditentukannya
diagnosis, perawat membantu bapak tersebut memperbaiki system keseimbangan dengan
memodifikasi pola tingkah lakuuntuk mencapai homeostasis. Pada akhirnya luka pak Elder
mulai mengalami kemajuan setelah penyakit diabetesnya diidentifikasi dan dikendalikan. Dia
sudah bisa kembali bekerja dan bertemu dengan teman- temannya lagi. Istrinya senang karena
mendapat resep makanan sesuai dengan penyakit diabetes suaminya dan pengalaman
memasak bagi dirinya. Masalah teratasi dengan menggunakan model dan teori keperawatan
tingkah laku menurut Dorothy E. Johnson
1. Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai sistemterbuka, mampu
berinteraksi, mengubah energi, dan informasi denganlingkungannya. Individu merupakan
anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional, dan kemampuan dalam bereaksi,
menerima,mengontrol, mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai dengan hak danrespon
yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan waktu.Sistem personal dapat dipahami
dengan memperhatikan konsep yang berinteraksi yaitu: persepsi, diri, gambaran diri,
pertumbuhan dan perkembangan, waktu dan jarak.
2. Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi. Interaksi ini
dapat dipahami dengan melihat lebih jauh konseptentang peran, interaksi, komunikasi,
transaksi, stress, koping.
3. Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatanlingkungan. Ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilakumasyarakat, interaksi, persepsi, dan
kesehatan. Sistem sosial dapatmengantarkan organisasi kesehatan dengan memahami
konsep organisasi,kekuatan, wewenang, dan pengambilan keputusan.
1.Konsep Interaksi Imogene M. King
King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia
seutuhnya ( Human Being) sebagai sistem terbuka yang secarakonsisten berinteraksi
dengan lingkungannya. Asumsi dasar King tentangmanusia seutuhnya ( Human Being)
meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi,kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi
pada waktu.Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivatasumsi
tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat – klien:
Diagnosa Keperawatan
1. Dibuat setelah melakukan pengkajian.
2. Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan pasien/klien.
3. Stress merupakan konsep yang penting dalam hubungannya dengan diagnosa
keperawatan.
Perencanaan
1. Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan.
2. Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk memecahkan masalahtersebut
dilakukan.
3. Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan menetapkantujuan dan
membuat keputusan.
4. Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi pasien/klien yang dianjurkan ikut
serta dalam pengambilan keputusan tapi tidak harus bertanggung jawab.
Implementasi
1. Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi kegiatan aktualuntuk mencapai
tujuan.
2. Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari transaksi.
Evaluasi
Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil tujuan yang dicapai danmembahas tentang
pencapaian tujuan dan keefektifan proses keperawatan(Perry & Potter, 2005).
Teori King berfokus pada interaksi perawat - klien dengan pendekatan sistem. Kekuatan
pada model ini adalah partisipasi klien dalam menentukan tujuan yang akan dicapai,
mengambil keputusan, dan interaksi dalam menerima tujuan dari klien. Teori ini sangat
penting pada kolaborasi antara tenaga kesehatan professional.Teori ini juga dapat
digunakan pada individu, keluarga, atau kelompok dengan penekanan pada psikologi,
sosialkultural, dan konsep interpersonal.
Beberapa contoh kasus yang menggunakan teori King dalam praktik klinik adalah (Meleis,
1997) :
Pengkajian :
Pengkajian meliputi : Persepsi, peran, pertumbuhan dan perkembangan, ruang, waktu,
komunikasi, interaks, transaksi, stress dan koping.
Persepsi
4.Apakah anda pernah berobat ke dokter untuk mengobati nyeri dada anda?
3.Apakah anda merasakan penting bila perawat mendiskusikan dengan anda setiap kan
memberikan asuhan keperawatan?
4.Bagaimana perawaan anda ketika dokter dan perawat berdiskusi mengenai proses
perawatan?
Stress dan Koping
3.Bagaimana perasaan anda ketika anda kontak dengan perawat dan dokter?
4.Apakah anda merasa nyaman dengan interaksi pasien lain diruang rawat anda?
Diri sendiri
3.Apakah anda merasa diri anda dapat menyelesaikan masalah anda sendiri?aksi- reaksi
antara perawat-klien
Diagnosis Keperawatan
Analisis kelompok terhadap teori Imogene King mengacu pada tujuhkategori atau prosedur
yaitu sumber teori, makna teori, kecukupan logika dariteori, manfaat teori, derajat
kemampuan menggeneralisasi, parsimony teoridan kemampuan untuk diujikan dari teori.
Berikut ini kami akan menguraikananalisis teori tersebut yaitu:
Sumber Teori
Makna Teori
Kelompok menganalisis bahwa teori keperawatan Imogene King sangat mudah untuk
dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Teori ini membangun tubuh ilmu
pengetahuan keperawatan(Body of Knowledge).
Manfaat dari teori ini adalah:
4. Sebagai pendekatan untuk menyeleksi dan memilih konsep yangdijadikan dasar praktek
keperawatan profesional.
7. Konsep yang satu dengan konsep yang lainnya cukup jelas dalam membentuk suatu teori.
Hal tersebut didasarkan bahwa interaksi antara perawat dan klien itu sangat penting.
Kendala yang sering dihadapi adalah kesulitan komunikasi dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh perawat di dunia.
Kecukupan logika teori
Berdasarkan analisa kelompok, Konsep teori ini diprediksi dapat menyesuaikan pada setiap
perubahan, perkembangan iptek, sosial,ekonomi dan politik, karena sistem ini terbuka dan
dinamis. Teori ini cukup adekuat dan logis karena beberapa konsep yang ada didukung oleh
beberapa riset. Teori King menyatakan bahwa manusia mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi, berpartisipasi dalam membuat keputusan untuk mempengaruhi kehidupan,
kesehatan, maupun mendapatkan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal diatas maka kelompok menyimpulkan bahwa teori King adalah cukup logis
dipandang dari cakupan teori atau pernyataan yang dikemukakan karena teori King ini sangat
sesuai karena keberhasilan perawatan adalah adanya interaksi yang terus menerus antara
perawat dan klien serta lingkungan eksternal yang mempengaruhinya. King juga menyatakan
bahwa intervensi keperawatan adalah adanya interaksi perawat dengan klien yang meliputi
komunikasi, persepsi yang menimbulkan aksi dan reaksi serta menetapkan tujuan dengan
maksud tercapainya persetujuan dan adanya traksaksi.
Manfaat Teori
Teori ini dapat digunakan pada praktek keperawatan baik pada lingkup klinik maupun pada
lingkup komunitas. Banyak riset dan studiyang mendukung teori ini berpusat pada aspek
teknis perawatan klien dan system pelayanan keperawatan. Dalam praktek baik di lahan
klinik maupun lahan komunitas interaksi yang terjadi sangat penting bagi klien dan perawat.
Jadi untuk aplikasi di klinik maupun di komunitas teori dari King ini sangat relevan karena
kesembuhan klien sangat dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dan klien.
Kemampuan menggeneralisasi
Teori King menurut kelompok memiliki cakupan isi teori yang sangat luas dan cukup dan
komplek untuk diaplikasikan pada tatanan praktek keperawatan. Teori ini cocok diterapkan
pada keperawatan klinik maupun komunitas karena berfokus pada interaksi antara manusia
dan lingungannya. Manusia sebagai individu dapat melakukan penyesuaian terhadap stressor
internal maupun eksternal dalam rentang sehat sakit dengan menggunakan sumber-sumber
yang dimiliki seseorang untuk mencapai kesehatan optimal.
Parsimony
Konsep-konsep dari teori pencapaian tujuan dapat dijelaskan secara mudahdan dapat
dipahami meskipun cukup komplek dan defenisi yangdikemukakan cukup jelas.
Teori King menurut kelompok, sudah ada gambaran yang jelas dan sangat sesuai dengan
kondisi teknologi dan informasi pada saat sekarang. Teori ini dapat memprediksi suatu
kejadian/phenomena dalam keperawatan melalui penetapan hypothesis dalam penelitian.
1. Teori ini dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, teori ini dapatdipergunakan dan
menjelaskan atau memprediksi sebagian besar phenomena dalam keperawatan.
2. Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungandengan jelas dan
dapat diamati dalam praktek keperawatan.
1. Beberapa definisi konsep dasar kurang jernih. Misalnya konsep mengenaistres yang
kurang jelas karena ia menyatakan bahwa stres memilikikonsekuensi positif dan
menyarankan para perawat harus menghapus pembuat stress dari lingkungan rumah sakit.
2. Teori ini berfokus pada sistem interpersonal. Sehingga tujuan yang akan dicapai
sangat bergantung pada persepsi perawat dan klien yang terlibat dalam hubungan
interpersonal dan hanya pada saat itu saja.
3. Teori King belum menjelaskan metode yang aplikatif dalam penerapan konsep
interaksi, komunikasi, transaksi dan persepsi, misalnya pasien- pasien tidak dapat
berinteraksi secara kompeten dengan perawat, seperti bekerja dengan pasien koma, bayi
yang baru lahir, dan pasien psikiatrik.
G. Teori marta elizabeth
a. Manusia adalah satu kesatuan, proses integritas individu dan mewujudkan karakteristik
yang lebih dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya. Manusia kelihatan seperti
bagian terkecil dan menghilang lenyap dari pandangan. Karena kesatuan ini
menghasilkan variabel dan secara konstan mengubah pola ini. Manusia merupakan
makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa
bagian. Secara signifikan mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat
secara bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila
seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan
terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
b. Individu dan lingkungan terus mengalami perubahan materi dan energi. Berasumsi
bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama
lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada
seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
c. Mempercayai bahwa proses hidup manusia tidak dapat diulang dan tidak dapat
diprediksi sepanjang ruang dan waktu. Individu tidak pernah dapat mundur atau
jadilah sesuatu ia atau dia sebelumnya. Bahwa proses kehidupan manusia merupakan
hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus
menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti
yang diharapkan semula.
Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program
undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini adalah di
lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan.
Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa keperawatan
adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh pengetahuan, maka
ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh pendidikan dalam
keperawatan.
Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan
Lidya E. Hall memberikan motivasi pada pasien demi proses penyembuhan. Aspek ini
meliputi 5 proses keperawatan yaitu:
1.)Penilaian
Tahap pertama yaitu penilaian, meliputi tentang status kesehatan individu atau pasien.
Menurut teori Lidya E. Hall proses pengumpulan data ditujukan demi kepentingan
kesehatan pasien dibandingkan demi kepentingan perawat. Pengumpulan data ini
harus mengarah pada peningkatan kesehatan individu.
2.) Diagnosis / diagnosa
Tahap yang kedua adalah diagnosa keperawatan, dimana perawat
mengamati penyakit pasien sehingga dapat mengetahui penyakit yang dideritanya.
Sehingga proses penyembuhannya akan lebih mudah dan lebih cepat.
3.) Perencanaan
Perencanaan adalah tahap yang ketiga, melibatkan prioritas utama pada
pasien. Peran perawat adalah membantu pasien menjadi sadar dan mengerti akan
pentingnya kesehatan bagi kehidupannya. Inti dari perencanaan ini untuk membantu
pasien menjadi lebih mengerti dengan kebutuhan, perasaan dan motivasi. Perawat
bekerja sama dengan pasien untuk mencapai kesembuhan dengan pengobatan medis.
4.) Implementasi
Tahap keempat implementasi, melibatkan institusi rencana kerja yang nyata.
Pada tahap ini merupakan tahap pemberian pelayanan yang nyata antara perawat
dengan pasien yang meliputi memandikan pasien, membalut luka, makan,
memberikan kebutuhan kenyamanan dan lain-lain. Perawat juga membantu pasien
dan keluarga untuk memahami dan menerapkan rencana medis untuk
kesembuhannya.
5.) Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk melihat kemajuan kondisi kesehatan
pada pasien. Tahap proses evaluasi diarahkan untuk melihat hasil dari perawatan,
condong kepada berhasil atau tidaknya pasien dalam mencapai suatu kesehatan atau
kesembuhan.
Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi
kabutuhan hidup, memlihara kesehatan dan kesejahteraannya, oleh karena itu teori ini
dikenal sebagai Self Care (perawatan diri) atau Self Care Defisit Teori. Orang dewasa dapat
merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia, dan orang sakit membutuhkan bantuan
untuk memenuhi aktivitas Self Care mereka.
1. Manusia :
Suatu kesatuan yang dipandang sebagai berfungsi secara biologis simbolik dan sosial serta
berinisiasi dan melakukan kegiatan asuhan/perawatan mandiri untuk mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Kegiatan asuhan keperawatan mandiri terkait
dengan
a. Udara
b. Air
c. Makanan
d. Eliminasi
e. Kegiatan dan istirahat
f. Interaksi sosial
g. Pencegahan terhadap bahaya kehidupan
h. Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia
2. Masyarakat/lingkungan :
3. Kesehatan :
Suatu keadaan yang dicirikan oleh keutuhan struktur manusia yang berkembang dan
berfungsi secara fisik dan jiwa yang meliputi aspek fisik, psikologik, interpersonal dan
sosial. Kesejahteraan digunakan untuk menjelaskan tentang kondisi persepsi individu
terhadap keberadaannya. Kesejahteraan merupakan suatu kedaan dicirikan oleh
pengalaman yang menyenangkan dan berbagai bentuk kebahagiaan lain, pengalaman
spiritual, gerakan untuk memenuhi ideal diri seseorang dan melalui personalisasi
berkesinambungan. Kesejahteraan berhubungan dengan kesehatan, keberhasilan dalam
usaha dan sumber yang memadai.
4. Keperawatan :
Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan menolong
keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self Care Deficit of
Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :
1. Self Care Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang The nepeutic
sesuai dengan kebutuhan.Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan
oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan
keberadannya , keadaan kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam memelihara
kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self
care dengan penerima self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori
/ persyaratan self care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan
persyaratan kesehatan.Penekanan teori self care secara umum :
h. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial sesuai
dengan potensinya.
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem. Yang menggambarkan
kapan keperawatan di perlukan.Oleh karena perencanaan keperawatan pada saat perawatan
yang dibutuhkan.Bila dewasa (pada kasus ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak
mampu atau keterbatasan dalam melakukan self care yang efektifTeori self care deficit
diterapkan bila ;
Anak belum dewasa
Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tapi diprediksi untukmasa yang akan datang.
3. Nursing system
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan “Self Care” patien dapat dipenuhi
oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan atau direncanakan
berdasarkan kebutuhan “Self Care” dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas “Self
Care”.Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
Merupakan system dalam memberikan perawatan diri secara sebagian saja dan
ditujukan pada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien
post op abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok
gigi, akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan
luka.
3
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan
subsistem.
a. Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.
Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah
kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem
dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b.Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output
dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator
subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam
memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat.
Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan
kasih sayang.Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator
subsistem diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai
sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal
mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar
dapat berespon secara positif. Untuk subsistem kognator, Roy tidak membatasi
konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka untuk melakukan riset tentang proses
kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan dari konsep adaptasi
Roy.Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem
adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a) Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis
tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu:
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transpor gas.
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan
fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri.
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
5. Proteksi/perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan
struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
b) Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan
dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.
Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the
personal self.
The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal
yang berat dalam area ini.
a.Paradigma Keperawatan
Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : 1) Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan 2) Konsep lingkungan 3) Konsep sehat dan 4) Keperawatan. Dimana
antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan
suatu sistem.
Manusia, merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang
menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana
“Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan
konsep adaptasi.
LingkunganStimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy
adalah“Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok”. Dalam
hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan
kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada
individu terhadap adanya perubahan.
Sehat,Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and
becoming an integrated and whole person”. Integritas individu dapat ditunjukkan
dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan
“mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
KeperawatanSeperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan
menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon
inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan
kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk
mengantarkan individu meninggal dengan damai.Untuk mencapai tujuan tersebut,
perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada
pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan
stimulus tertinggi.
b. Lingkungan
Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari sekitar
klien atau sistem klien.
c. Sehat
Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan sehat merupakan
keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau
mengatasi stressor.
5.Pernyataan Teori Sistem Model Neuman
Teori model Neuman menggambarkan partisipasi aktif perawat terhadap klien dengan
tingkatan yang menyangkut bermacam-macam pengaruh terhadap respon klien akibat
tekanan atau stress.Klien dalam hubungannya timbal balik dengan lingkungan sekitarnya
selalu membuat keputusan yang menyangkut hal atau sesuatu yang akan berakibat
kepadanya.
Ada 4 faktor yang merupakan konsep mental klien :
1. Individu atau pasien itu sendiri
2. Lingkungan sekitarnya
3. Kesehatan
4. Pelayanan
6. Bentuk Logika Teori Model Neuman
Bentuk Neuman menggunakan logika deduktif dan induktif dalam mengembangkan
teori modelnya yang telah dipertimbangkan terlebih dahulu.
Betty Neuman menemukan teori modelnya dari berbagai teori dan disiplin ilmu. Teori ini
juga merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman selama ia bekerja dipusat
kesehatan mental keperawatan.
7.Model Betty Neuman Dalam Lingkungan Komunitas
Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress dengan
cara memperkuat garis pertahanan diri keperawatan ditujukan untuk mempertahankan
keseimbangan tersebut dengan terfokus pada empat intervensi yaitu :
1. Intervensi yang bersifat promosi
Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan yang bersifat fleksibel
yang berupa :
a. Pendidikan kesehatan.
b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan
kliendirumah atau komonitas yang bertujuan meningkatkan kesehatan.
2. Intervensi yang bersifat prevensi dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu
a. Deteksi dini gangguan kesehatan Misalnya deteksi tumbuh kembang balita, keluarga
dll
b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu misalnya : konseling
pra nikah
3. Intervensi yang bersifat kuratif Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.
4. Intervensi yang bersifat rehabilitative,Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu
apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.Komunitas dilihat sebagai klien yang
dipengaruhi oleh dua aktor utama : komonitas yang merupakan klien dan penggunaan
proses keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari 5 tahapan :
a. Pengkajian
b. Diagnosis keperawatan komonitas
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
Medeline Leininger adalah pendiri dan pelopor keperawatan transkultural dan teori
perawatan manusia. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir perawat profesional
setelah lulus pendidikan dasar keperawatan dari St. Anthony School of Nursing di Denver,
Colorado tahun 1948. Bsc dari Benedectine Collage Atchison tahun 1950. Setelah lulus,
dia bekerja sebagai instruktur, staf keperawatan, dan kepala perawat di unit medikal bedah,
serta sebagai Direktur unit psikiatri di Rumah Sakit St. Joseph, Omaha, Nebraska. Pada
saat bersamaan, dia mendalami ilmu keperawatan, administrasi keperawatan, mengajar dan
kurikulum keperawatan, test dan pengukuran di Universitas Creighton, Omaha.
Tahun 1954, memperoleh gelar Master keperawatan psikiatri dari Universitas
Catholic, Woshington DC. Dia dipekerjakan di sekolah kesehatan Universitas Cincinnati,
Ohio, disinilah dia menjadi master klinik, spesialis keperawatan psikiatri anak yang
pertama di dunia. Dia juga mengajukan dan memimpin program keperawatan psikiatri di
Universitas Cincinnati dan Pusat Keperawatan Psikiatri Terapeutik di Universitas
Hospital. Pada saat bersamaan, dia menulis salah satu dasar keperawatan Psikiatri, yang
berjudul Basic Psychiatri Concepts in Nursing, yang dipublikasikan tahun 1960 dalam 11
bahasa dan digunakan diseluruh dunia.
Pertengahan tahun 1950-an, saat di child guidance home, Cincinnati, Leininger
menemukan kekurangfahaman akan faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak –
anak. Mereka berasal dari bermacam – macam latar belakang budaya, dia mengamati dan
merisaukan perbedaan perawatan dan penanganan. Leininger mengalami cultural
shock pada saat itu. Hal ini membuatnya membuat keputusan untuk mengambil doktoral
berfokus pada budaya, sosial, psikologi antropologi di Universitas Woshington, Seattle.
Disana dia mempelajari berbagai budaya, dia menemukan sisi menarik dari antropologi
dan keyakinan dan dia berpendapat semua perawat seharusnya tertarik akan hal ini. Dia
berfokus pada orang – orang Gadsup di timur Highlands, New Guinea, dimana dia tinggal
bersama orang pribumi selama 2 tahun dan mempelajari etnografikal dan etnonursing di
dua desa. Selain menemukan ciri – ciri unik dari budaya, dia juga mengobservasi
perbedaan antara budaya barat dan non-barat berkaitan dengan perawatan kesehatan.
Berdasarkan studi dan penelitian yang dia lakukan bersama orang Gadsup, dia
mengembangkan teori perawatan budaya dan metode etnonursing. Teorinya membantu
para mahasiswa perawat untuk memahami perbedaan budaya manusia, sehat dan sakit.
Selama tahun 1950 – 1960, Leininger mengidentifikasi beberapa ilmu pengetahuan
dan penelitian teoritikal terkait dengan perawat dan antropologi, formulasi konsep
transkultural nursing, teori, prinsip, dan praktis. Tahun 1970 Leininger menerbitkan buku
Nursing and Anthropology: Two World to Blend, buku kedua dan tahun 1978 dengan
judul Transcultural Nursing: Concepts, Theory, and Practice. Kursus pertama mengenai
transcultural nursing diadakan tahun 1966 di Universitas Colorado, dimana Leininger
sebagai Profesor Nursing dan Antropologi, serta sebagai Diektur program sarjana
keperawatan (Ph.D) di USA. Pada tahun 1969, dia ditetapkan sebagai Dekan dan Profesor
Keperawatan dan Dosen Antropologi di Universitas Woshington, Seattle. Disana Dia
mendirikan Akademi Keperawatan untuk pertama kalinya dalam perbandingan sistem
keperawatan dan untuk menunjang program master dan doktoral dalam trancultural
nursing. Dibawah kepemimpinannya, kantor pusat penelitian didirikan tahun 1968 dan
1969. Dia mengadakan beberapa kursus keperawatan transkultural dan panduan perawat
dalam program doktoral keperawatan transkultural. Di tahun yang sama, Dia juga
mendirikan Komite Keperawatan dan Antropologi.
Leininger mendirikan National Transcultural Nursing Society (1974), dan di tahun
1978 dia mendirikan National Research Care Conference untuk membantu para perawat
fokus mempelajari fenomena perawatan manusia. Jurnal Transcultural Nursing (1989) dan
sebagai editor sampai 1995. Oleh karena itu Leininger menerima banyak penghargaan
untuk transcultural nursing.
Teori Leininger berasal dari bidang antropologi dan keperawatan. Dia
mendefinisikan transcultural nursing sebagai area mayor dari keperawatan yang berfokus
pada studi perbandingan dan analisis bermacam – macam budaya dan subkultur di seluruh
dunia dengan mempertimbangkan nilai , ucapan, dan keyakinan sehat – sakit, dan pola
kebiasaan. Tujuan teori ini adalah menemukan bermacam – macam cara dalam merawat
klien dan universal dalam hubungan worldview (sudut pandang dunia), struktur sosial,
dimensi lain, kemudian menemukan jalan yang sesuai untuk orang yang berbeda dengan
tujuan memelihara kesehatan, atau menghadapi kematian dengan pendekatan budaya.
Leininger mengembangkan teorinya (care culture diversity and universality), yang
berbasis keyakinan seseorang terhadap budaya yang berbeda, sebagai informasi dan
panduan perawat profesional dalam memberikan asuhan. Budaya adalah pola dan nilai
kehidupan seseorang yang mempengaruhi keputusan dan tindakan, oleh karena itu teori
ini mengarahkan perawat untuk menemukan dan mendokumentasikan klien di seluruh
dunia dan menggunakan sudut pandang pribumi, pengetahuan, dan praktik dengan
pendekatan etik, sebagai dasar profesional untuk mengambil keputusan dan bertindak
sesuai dengan kebutuhan.
a. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut
Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun ia berada.
b. Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural
memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok
untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.
c. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi
sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan
d. Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta
disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan
untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu
maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang
menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang
agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.
Dalam model sunrisenya menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai konsep yang
signifikan ide pelayanan dan keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari
keperawatan dan merupakan karakteristik dasar dari keperawatan. Terdapat 7 komponen yang
ada pada "Sunrise Model" dan dapat menjadikan inspirasi dalam penelitian khususnya yang
berkaitan dengan asuhan transkultural yaitu :
2.Sulitnya dalam memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien oleh perawat
akan menyebabkan Cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi
dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan.
Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika
klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang
untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat
memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau
menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau
berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya
berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya.
Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.
Kelebihan :
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan
yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan .
4. Lingkungan
Lingkungan dipandang sebagai pemberi stimulus dalam proses timbal balik dalam
hubungan dengan manusia. Segala sesuatu secara pribadi dan pengalamannya yang mampu
memberikan hubungan timbal balik dengan manusia.
N. Teori margat newman
.
1. Kesehatan sebagai kesadaran mengembangkan.
Kesehatan Newman sebagai Memperluas Kesadaran dipengaruhi oleh Martha Rogers.
Newman (2003) menulis:
Teori kesehatan sebagai perluasan batang kesadaran dari teori Rogers 'dari Manusia
Kesatuan. Asumsi Rogers 'mengenai pola orang dalam interaksi dengan lingkungan
sekitarnya merupakan dasar bagi pandangan bahwa kesadaran merupakan perwujudan dari
pola berkembang dari orang-interaksi lingkungan. Consciouness tidak hanya mencakup
kesadaran kognitif dan afektif biasanya terkait dengan kesadaran, tetapi juga keterkaitan
sistem Libing keseluruhan, yang mencakup pemeliharaan physiochemical dan proses
pertumbuhan serta sistem kekebalan tubuh. Pola informasi, yang merupakan kesadaran dari
sistem, merupakan bagian dari pola yang lebih besar, tak terbagi dari alam semesta yang
mengembang.
Teori Newman pengenalan pola menyediakan dasar untuk proses perawat-klien interaksi.
Newman menyarankan bahwa tugas dalam intervensi adalah pengenalan pola dilakukan oleh
profesional kesehatan menjadi sadar akan pola orang lain dengan menjadi berhubungan
dengan pola mereka sendiri. Newman menyarankan bahwa profesional harus fokus pada pola
orang lain, bertindak sebagai "balok acuan dalam hologram".
2. ASUMSI
a. Kesehatan meliputi kondisi sampai sekarang digambarkan sebagai penyakit, atau,
dalam istilah medis, patologi
b. Kondisi patologis dapat dianggap sebagai manifestasi dari pola total individu
c. Pola individu yang akhirnya memanifestasikan dirinya sebagai patologi primer dan
ada sebelum perubahan struktural atau fungsional
d. Penghapusan patologi itu sendiri tidak akan mengubah pola indivdual
e. Jika menjadi sakit adalah satu-satunya cara pola individu dapat terwujud, maka itu
adalah kesehatan untuk orang tersebut
f. Kesehatan merupakan perluasan kesadaran.
3. Konsep Utama Newman
1. Kesehatan: menyangkut penyakit dan non penyakit, ekspilasi pola yang mendasari
individu dan lingkungan. Sebagai suatu proses perkembangan kesadaran diri dan
lingkungan bersama-sama dengan peningkatan kemampuan untuk mempersepsikan
alternatif dan berespon dalam berbagai cara.
2. Pola: apa yang mengidentifikasi individual sebagai seseorang yang khusus
3. Kesadaran: kapasitas informasional sistem: kemampuan sistem berinteraksi
dengan lingkungannya (waktu, pergerakan dan ruang)
C. PARADIGMA KEPERAWATAN
1. Hubungan dengan Konsep paradigma
a. Perawatan
Untuk membantu klien mendapatkan berhubungan dengan makna kehidupan mereka dengan
identifikasi pola mereka berhubungan. Intervensi ini adalah bukan bentuk intervensi di mana
kehadiran perawat membantu klien untuk mengenali pola mereka sendiri berinteraksi dengan
lingkungan. Memfasilitasi pengenalan pola pada klien dengan membentuk hubungan dengan
mereka pada titik kritis dalam kehidupan mereka dan menghubungkan dengan mereka dengan
cara yang otentik. Hubungan perawat dengan klien ditandai oleh "berirama datang bersama-
sama dan bergerak terpisah sebagai klien mengalami
gangguan yang terorganisir dan diprediksi mereka. Perawat dilihat sebagai mitra dalam
proses perluasan kesadaran tentang kesehatan.
b. Individu
Manusia sebagai individu yang diidentifikasi oleh pola masing-masing kesadaran.
Manusia lebih lanjut didefinisikan sebagai "pusat kesadaran" dalam pola
keseluruhan memperluas kesadaran kesehatan " Definisi individu juga telah diperluas untuk
mencakup keluarga dan masyarakat.
c. Lingkungan
Lingkungan tidak secara eksplisit didefinisikan tetapi digambarkan sebagai keseluruhan yang
lebih besar, yang berada di luar kesadaran individu.
d. Kesehatan
Sebuah penyakit dan non-penyakit menciptakan sintesis yang dianggap sebagai kesehatan.
Penyakit dan non-penyakit masing-masing refleksi dari keseluruhan yang lebih besar,
sehingga konsep "pola keseluruhan" baru terbentuk.
Newman telah menyatakan bahwa pengenalan pola adalah inti dari kesehatan muncul.
Manifest kesehatan, penyakit mencakup dan non-penyakit dapat dianggap sebagai penjelasan
dari pola yang mendasari orang-lingkungan.
D. Pengkajian Keperawatan
1. Kesehatan:
menyangkut penyakit dan non penyakit, ekspilasi pola yang mendasari
individu dan lingkungan. Sebagai suatu proses perkembangan kesadaran diri dan lingkungan
bersama-sama dengan peningkatan kemampuan untuk mempersepsikan alternatif dan
berespon dalam berbagai cara.
2. Pola
Apa yang mengidentifikasi individual sebagai seseorang yang khusus
3. Kesadaran:
Kapasitas informasional sistem: kemampuan sistem berinteraksi dengan lingkungannya
(waktu, pergerakan dan ruang)
O. Teori ida jean ordo
Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan menurut Orlando, keperawatan
bersifat unik dan independent karena berhubungan langsung dengan kebutuhan pasien yang
harus dibantu, nyata atau potensial serta pada situasi langsung. Teori Orlando berfokus pada
pasien sebagai individu, artinya masing – masing orang berada pada situasi yang berbeda.
Orlando mendefinisikan kebutuhan sebagai permintaan/kebutuhan pasien dimana bila
disuplai, dikurangi, atau menurunkan distress secara langsung atau bahkan meningkatkan
perasaan tercukupi/wellbeing.
Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan
perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Perawat sebagai
orang pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses
keperawatan serta hal-hal kritis penting dari partisipasi pasien dalam proses keperawatan.
Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang . Ketika
perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat
pasien, orlando menyebutnya sebagai ”nursing procces discipline”. Hal ini merupakan alat
yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.
Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi
perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegeraan, disiplin
proses keperawatan serta kemajuan:
1. Tanggung jawab perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam
mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan
pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran
profesionalnya, aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara
bebas dan bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa
aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan
oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada aktivitas-aktivitas
yang benar-benar menjadi kewenangannya.
2. Mengenal perilaku pasien
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien
maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
3. Reaksi segera
Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera
adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien , berfikir
dan merasakan.
4. Disiplin proses keperawatan
Menurut George (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai
interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara
perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap
perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien
untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat.
5. Kemajuan / peningkatan
Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.
1. Perilaku Pasien
Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perilaku pasien . seluruh
perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi yang
membutuhkan pertolongan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi gawat harus
dipahami. Orlando menekankan hal ini pada prinsip pertamanya ”Dengan diketahuinya
perilaku pasien , atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut menunjukkan
pasien membutuhkan suatu bantuan”.
Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi antara dua perilaku ini
dapat dijadikan faktor kesiapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal
yang menunjukkan perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan
dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas
motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya. Walaupun seluruh
perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak
dikomunikasikan dapat menimbulkan masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak
efektifnya perilaku pasien merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-pasien,
ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang diperlukan perawat, atau
reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian masalah tidak efektifnya
perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat harus dirancang untuk
menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan yang emergency.
2. Reaksi Perawat
Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat , reaksi ini terdiri dari 3 bagian yaitu
pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis,
dan ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat
pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian memberikan
perhatian
Persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara otomatis dan hampir simultan. Oleh
karena itu perawat harus belajar mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya. Hal ini akan
membantu dalam menganalisis reaksi yang menentukan mengapa ia berespon demikian.
Perawat harus dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien.
Displin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat membagi reaksinya
dengan pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam hal
berbagi “ beberapa observasi dilakukan dan dieksplorasi dengan pasien adalah penting untuk
memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak dapat dipenuhi oleh
pasien pada waktu itu.
Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan
keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu :
a) Perawat harus menemuinya dan konsisten terhadap apa yang dikatakannya dan
mengatakan perilaku nonverbalnya kepada pasien
b) Perawat harus dapat mengkomunikasikannya dengan jelas terhadap apa yang akan
diekspresikannya
c) Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau
klarifikasi.
3. Tindakan Perawat
Setelah memvalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat
dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan bahwa
apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perawat dengan atau untuk kebaikan pasien adalah
merupakan suatu tidakan profesional perawatan. Perawat harus menentukan tindakan yang
sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan
menurut Orlando yaitu perawat harus mengawali dengan mengekplorasi untuk memastikan
bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata-katanya.
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan
terencana. Hanya tindakan terencana yang memenuhi fungsi profesional perawat. Sedangkan
tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan
pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan
yang direncanakan:
1. Tindakan merupakan hasil dari indentifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi
perawat terhadap perilaku pasien.
2.Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi
kebituhan pasien.
3. Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap
4. perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika
melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan
otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan
secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat
4. Fungsi Profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan
fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien. Perawat
harus tetap menyadari bahwa aktivitas termasuk profesional jika aktivitas tersebut
direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.
Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku pasien
yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien dengan
mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya dengan pasien,
meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten dengan reaksinya, dan
mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, dan perawat mengunjungi pasien untuk
memvalidasi reaksinya. Membagi reaksinya oleh perawat membantu pasien untuk
menggunakan proses yang sama agar lebih efektif perlu komunikasinya. Selajutnya tindakan
yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling menguntungkan antar pasien dan
perawat. Setelah perawat bertindak, perawat segera katakan kepada pasien jika tindakannya
berhasil interaksi. Secara keseluruhan interaksi , perawat meyakinkan bahwa perawat bebas
terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien.
2. Manusia
Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang
dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan bantuan, dan
akan mengalami distress jika mereka tidak dapat memenuhinya. Hal ini dijadikan dasar
pernyataan bahwa perawat profesional harus berhubungan dengan seseorang yang tidak dapat
menemukan sendiri kebutuhan mereka untuk dibantu. Dia juga menyatakan bahwa masing –
masing pasien unik dan perawat profesional dapat mengenali perilaku yang sama pada pasien
yang berbeda dimana tiap pasien memberikan tanda perbedaan kebutuhan.
3. Sehat
Orlando tidak mendefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari
ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap
sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya berkontribusi terhadap
sehat.
4. Lingkungan
Orlando juga tidak mendefinisikan lingkungan. Dia berasumsi bahwa lingkungan
merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan
antara perawat-pasien mempersepsikan, berfikir, merasakan dan bertindak dalam situasi yang
bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan therapeutik dalam
mencapai tujuannya, perawat perlu mengobservasi perilaku pasien untuk mengetahui tanda-
tanda distress.
Perbandingan Disiplin Proses Keperawatan Orlando dengan Proses Keperawatan
Sebenarnya pada umumnya kedua proses tersebut memiliki karakteristik yang sama,
sebagai contoh keduanya bersifat interpersonal dan membutuhkan interaksi antara pasien dan
perawat. Kedua proses tersebut juga melihat pasien sebagai ”total person”/individu secara
keseluruhan, termasuk proses penyakit atau bagian – bagian tubuh. Orlando tidak
menggunakan istilah ”holistic” namun dia mendeskripsikannya dengan menggunakan
pendekatan holistik.
Ada beberapa perbedaan antara disiplin proses keperawatan Orlando dengan proses
keperawatan, antara lain :
A. Assesment
1. Tahap pengkajian pada proses keperawatan sesuai dengan reaksi perawat terhadap perilaku
pasien pada disiplin proses Orlando. Perilaku pasien merupakan inisiasi untuk melakukan
pengkajian
2. Pengumpulan data menurut Orlando hanya meliputi informasi yang relevan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien yang perlu dibantu
3. Orlando mendefinisikan observasi sebagai beberapa informasi yang menyangkut pasien
dimana perawat memperolehnya ketika dia melakukan pekerjannya
4. Reaksi perawat dari disiplin proses Orlando merupakan beberapa komponen untuk
menganalisa proses keperawatan
5.Produk dari analisis terhadap proses keperawatan disebut sebagai diagnosa keperawatan.
Eksplorasi reaksi perawat dengan pasien dari disiplin proses Orlando mengarahkan pada
proses identifikasi kebutuhan perawat untuk membantu pasien
6. Orlando sepakat dengan interaksi antara perawat – pasien secara langsung hanya satu
kebutuhan pada satu waktu
B. Planning
1. Tahap planning/perencanaan pada proses keperawatan meliputi penulisan tujuan dan
sasaran serta memutuskan tindakan keperawatan yang sesuai
2. Tujuan perencanaan Orlando selalu berusaha untuk mengurangi atau menurunkan
kebutuhan pasien untuk minta bantuan : sasaran berkaitan dengan usaha peningkatan perilaku
pasien
3. Pada Proses keperawatan, partisipasi terjadi paling banyak pada penyusunan tujuan,
sedangkan proses disiplin Orlando melihat pasien sebagai partisipan aktif untuk menentukan
tindakan keperawatan yang actual
C. Implementation
Implementasi meliputi seleksi akhir dan melaksanakan rencana tindakan. Merupakan
tahap reaksi perawat dari disiplin proses Orlando.
Proses keperawatan mengharapkan perawat untuk mempertimbangkan semua dampak
yang mungkin terjadi atas tindakan terhadap pasien, sedangkan disiplin proses Orlando hanya
berkaitan dengan efektifitas suatu tindakan untuk mengurangi kebutuhan pertolongan secara
langsung
D. Evaluation
Evaluasi pada kedua proses berdasar pada kriteria objective. Pada proses keperawatan,
evaluasi menanyakan apakah ditemukan perubahan tingkah laku secara objective, namun
pada disiplin proses Orlando perawat mengobservasi perilaku pasien untuk melihat apakah
pasien tersebut butuh untuk dibantu.Kegagalan didalam mengevaluasi dapat menyebabkan
tindakan yang inefektif seperti kegagalan dalam menemukan kebutuhan pasien dan
meningkatkan biaya serta bahan perawatan.
dapat menunjang tersedianya perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat
menjadi pusat dari praktik keperawatan. Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa
kondisi sosial, moral, dan ilmu pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi kesehatan
manusia dan masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian asuhan
kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.
Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
C. Hubungan Teori Jean Watson dengan Proses Keperawatan
Watson merekomendasikan suatu pendekatan penelitian keperawatan yang lebih
dalam, agar menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik dengan keb utuhan
manusia. Agar hasilnya sempurna, maka perawat perlu melakukan metoda pemecahan
masalah secara ilmiah. Watson juga menyatakan proses keperawatan terdiri atas langkah-
langkah yang sama dengan proses ilmiah. Watson kemudian mengkolaborasikannya dalam
dokumentasi (tulisan yang dicetak miring mengidikasikan adanya keterkaitan dengan adanya
penelitian dalam proses keperawatan).
1. Pengkajian
a. Pengkajian meliputi: tindakan pengamatan, melakukan identifikasi, dan menelaah
masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi literature.
b. Untuk dapat menelaah dan memprediksi suatu masalah dengan baik
sesuai kerangka kerja yang telah dibuat, maka perlu menggali lebih
dalam pengetahuan yang terkait secara konseptual.
c. Dalam pengkajian juga mencakup formulasi hipotesis mengenai hubungan dan
factor-faktor yang mempengaruhi masalah.
d. Selain itu juga dalam menilai situasi perlu mencantumkan definisi dari variable-variable
yang akan diperiksa dalam pemecahan masalah ini.
2. Perencanaan
a. Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan bagaimana
variabel-variabel dapat diuji atau diukur.
b. Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu pada rencana asuhan
keperawatan tetap melalui pendekatan konseptual.
c. Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang telah dikumpulkan & sesuai.
3. Intervensi
Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan
4. Evaluasi
a. Evaluasi merupakan sebuah metoda dan proses untuk menganalisa hasil pelaksanaan
inter-vensi dari setiap masalah yang ada.
b.terhadap hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian yang mungkin akan terjadi untuk
mendorong teori keperawatan secara umum didasarkan pada studi pemecahan masalah.
1.Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan sebuah pengetahuan tentang sebab akibat atau asal usul yang
memiliki ciri adanya suatu metodologi yang harus dicapai secara logis dan koheren,
memiliki hubungan dengan tanggung jawab ilmuwan, bersifat universal, dapat
dikomunikasikan, kritis dimana tidak ada teori ilmiah yang definitif, terbuka bagi
peninjauan kritis dan berguna sebagai wujud hubungannya antara teori dan praktek.
(Hidayat, 2009: 35)
Karakteristik Ilmu
Suatu kegiatan dikatakan sebuah ilmu apabila memiliki enam karakteristik, di
antaranya:
a. Masalah
Masalah merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertitik tolak dari persoalan yang
dapat menarik perhatian. Apabila tidak terdapat suatu masalah, maka juga tidak
terdapat sebuah ilmu, sebab ilmu tumbuh dari suatu permasalahan yang ada untuk
dipecahkan. Rasa ingin tahu dari masalah itulah yang akan menimbulkan sebuah
ilmu.
b. Sikap
Karena adanya suatu masalah, maka seseorang harus memilki sikap terhadap
masalah tersebut agar masalah tersebut dapat teratasi. Sikap ingin tahu inilah yang
harus dimiliki seseorang untuk menghadapi suatu masalah untuk menghasilkan
sebuah ilmu.
c. Metode
Metode merupakan sebuah cara yang digunakan dalam menyelesaikan persoalan.
Tanpa memiliki cara-cara tertentu, masalah sulit terselesaikan, cara-cara yang
dimaksud harus dapat dipertanggungjawabkan untuk menghasilkan sebuah ilmu.
d. Aktivitas
Merupakan seluruh aktivitas manusia dalam menghadapi permasalahan yang jelas
dan terencana. Dengan aktivitas inilah dapat digunakan untuk membangun sebuah
ilmu, dan aktivitas ini tergantung kepada kemampuan yang dimiliki seseorang,
keterampilan, adanya kesadaran moral dan usaha bagi seseorang yang ingin
menghasilkan sebuah ilmu.
e. Solusi
Solusi merupakan ciri yang menandakan bahwa sebuah ilmu akan dapat
memecahkan persoalan dengan menggunakan sebuah prinsip umum atau hukum-
hukum tertentu.
f. Pengaruh
Pengaruh merupakan bagian dari kegiatan ilmiah yang dapat memperlihatkan sejauh
mana pengaruh ilmu terhadap masalah-masalah kehidupan. Apakah berpengaruh
positif atau juga dapat berpengaruh negatif. Hasil pemecahan masalah dan pengaruh
tersebut merupakan konsekuensi dari masing-masing ilmu. (Hidayat, 2009: 35)
Sifat-Sifat Ilmu
Prediksi
Ilmu dapat meramalkan kejadian yang akan terjadi secara ilmiah. Salah satu cara
untuk memperolah ilmu adalah melalui pengalaman dan upaya uji coba yang
kemudian disimpulkan hasilnya. Kesimpulan ini menjadi pedoman dalam
menjelaskan berbagai fenomena alam.
Fungsi kontrol
Ilmu dapat mengendalikan gejala alam. Fungsi ini baru bisa berlaku jika ilmu
telah mampu menjelaskan dan meramalkan berbagai fenomena alam. Tujuan
fungsi kontrol adalah untuk mencegah peristiwa yang tidak diinginkan.
Secara etik, perawatan kesehatan memiliki empat prinsip yaitu (1) penghargaan terhadap
otonomi perawatan, hal ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya ketergantungan
antara tenaga professional terhadap klien (2) tidak bertentangan dengan teori perawatan (3)
memberikan keuntungan baik kepada klien maupun tenaga professional, dan (4) keadilan
yaitu sesuatu diletakkan seimbang antara hak dan kewajibannya
Sifat dan Karakteristik Proses Keperawatan
Dinamis, setiap proses keperawatan selalu dapat diperbarui seiring dengan terjadi berbagai
perubahan dalam masyarakat.
Siklus, proses keperawatan berjalan sesuai dengan kebutuhan orang yang dirawat .
Saling interdependen artinya setiap proses keperawatan saling tergantung dengan satu
dengan yang lain misalnya apabila data yang dikumpulkan kurang lengkap maka dapat
berakibat diagnosis yang dilakukan salah demikian pula apabila sudah berkaitan dengan
perencanaan dan tindakan keperawatan.
Fleksibel , proses pendekatan dalam keperawatan yang tidak kaku dapat berubah ketika
terjadi perubahan akibat perubahan objek dan kondisi yang mengitarinya.
Bersifat individu untuk setiap kebutuhan pribadi klien.
f. Terencana , artinya proses keperawatan tidak melalui factor kebetulan akan tetapi ada
perencanaan sebelumnya.
g. Mengarah kepada tujuan.
h. Memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk menerapkan
fleksibilitas dan kreativitas maksimal dalam dalam merancang cara memecahkan masalah
kesehatan.
i. Menekankan umpan balik yaitu memberi arah kepada pengkajian ulang masalah atau
memperbaiki rencana terjadinya kasus yang memiliki kesamaan diagnosisnya.
j. Menekankan validasi yaitu setiap masalah divalidasi dengan data agar membuktikan
bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan benar.
B.DEFINISI TEORI DAN TEORI KEPERAWATAN
1. Pengertian teori dan teori keperawatan
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau kerangka konsep, atau definisi yang
memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenomena
dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud
untuk menguraikan,menerangkan meramaikan dan atau mengendalikan suatu fenomena.
Teori keperawatan di definisikan oleh steven(1984), sebagai usaha untuk menguraikan dan
menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan.
2. Tujuan dan teori keperawatan
Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan
sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan
3. Karakteristik teori dan teori keperawatan
Teori Keperawatan Bersifat Ilmiah Artinya teori keperawatan tidak digunakan dengan
alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan mengunakan caraa berfikir yang
logis.
Teori Keperawatan Yang Bersifat Sederhana Dan Umum Artinya teori keperawatan
dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks
sesuai dengan situasi praktek keperawatan.
Teori Keperawatan Berperan Dalam Memperkaya Body Of Knowledge Keperawatan
Yang Dilakukan Melalui Penelitian.
Teori Keperawatn Menjadi Pedoman Dan Berperan Dalam Memperbaiki Kualitas
Praktek Keperawatan.
Element-element keperawatan:
a. element keperawatan
b. element manusia
c. element lingkungan
d. element sehat
C.Komponen- Komponen suatu teori keperawatan
Komponen teori
• Konsep
• Definisi
• Asumsi
• fenomena
Konsep
• Formulasi tentang obyek/kejadian yang dapat diamati/dirasakan
• Konsep = abstrak à perlu dijabarkan dalam bentuk variabel
• Variabel à konsep yang dapat diukur/dianalisiS
Misal: konsep stres-adaptasi, konsep manusia, dll
Definisi
• Menjelaskan/menggambarkan teori, konsep atau komponen yang menyusun teori
tersebut
• Tidak dapat dikatakan salah atau benar
Asumsi
• Pernyataan yang menjelaskan konsep-konsep atau menggabungkan konsep-konsep
• Merupakan suatu kenyataan, diterima sebagai kebenaran
• Misal: manusia adalah makhluk sosial
Fenomena
• Kejadian yang ada di alam, praktik, aspek yang dirasakan atau dialami
• Sesuatu yang dapat disaksikan atau dilihat dengan panca indra, kenyataan-kenyataan
yang ada, tanda-tanda, gejala-gejala, sesuatu yang luar biasa, keajaiban, fakta (KBBI)
Misal: fenomena à LGBT, penjualan bayi
konsep àperilaku menyimpang, penyakit masyarakat .
Komponen untuk mengevaluasi teori
a.Scope(lingkup keluasan)
Di dasari pada keluasan perilaku komunikasi yang di cakup oleh teori. Meski teori harus
bisa menjelaskan komunikasi menjadi bermakna namun tetap harus ada batasan pada
keluasan lingkup atau cakupannya
b.Logical consistency
Teori harus masuk akal dan memiliki konsistensi logis yang tidak bertentangan. Teori
harus dapat membuat penjelasan yang
c.Parasimony
Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitian.
d.Utility
Apakah teori bisa di gunakan ?teori seharusnya dapat menjelaskan elemen-elemen
komunikasi yang tadinya tidak jelas.
e.Testability
Mengacu pada kemampuan untuk menginvestigasi keakuratan teori
D. Jenis-jenis tingkatan keperawatan
5. Konsep lingkungan
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan
menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan.
Lingkungan terbagi 2 yaitu lingkungan dalam dan lingkungan luar.
1. Lingkungan Dalam
a.Lingkungan Fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara.
b.Lingkungan Psikologi (Psychologi environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama hubungan yang spesifik, kumpulan data-data
yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan
penyakit.
c.Lingkungan Sosial (Social Environment)
Florance Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien.
2.Lingkungan Luar
( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara, pendidikan, pekerjaan dan
sosial ekonomi budaya )
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi
lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap
penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak
bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit – penyakit.
Dimungkinkan untuk memprediksi tipe teori yang dapat dikembangkan dari setiap paradigma
keperawatan, berdasarkan pandangan dunia terhadap kehadiran paradigma terbut
Contoh pandangan paeradigma keperawatan terhadap teori keperawatan:
Paradigma keperwaran ibarat sebuah petunjuk arah yang diberikan seseorang,misaknya
bagaiamana bepergian ke surabaya kemudian turun di terminal bungurasih. Orang tersebut
mengatakan perjalan ini akan memekan waktu kurang lebih 20 jam