Anda di halaman 1dari 47

BAB II

PEMBAHASAN

1. KESEHATAN ANAK
A. Definisi anak
Anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita bangsa. Anak memiliki
peran strategis dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara di masa mendatang. Agar
mereka mampu memikul tanggung jawab itu, mereka perlu mendapat kesempatan yang
seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun
spiritual.

Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan perkembangan


menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat yang paling
rendah dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whalex dan
Wone.2000)

Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak hanya
tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup dua
peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar,
ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat, panjang,
umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil antara lain proses pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang
optimal tergantung pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan
proses yang unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap
anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi, dimana imunisasi
merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin
ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin

1
BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi
adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit
tertentu.

B. Batas Usia Anak


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut
definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19
tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia
pada tahun 1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia
di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal

C. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak


1. Perkembangan anak

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yanag kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam
kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson
(Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi
empat aspek, yaitu : 

a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan


emosi;
b. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik;
c. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku
baru,seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam
suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis
d. Struktur fisik yang meliputi tnggi, berat dan proporsi

1) Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak 0-5 tahun

Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai


mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik ,

2
yaitu gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak,
melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar
sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu
perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan
secara proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan
koordinasi gerak dan keseimbanga berkembang dengan baik.

2) Karakteristik perkembangan fisik pada anak 5-11 tahun


Perkembangan:waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak
kanak,koordinasi mata berkembang dengan baik ,masih belum
mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak stabil dan
mudah sakit ,rentan dan daya tahan kurang
Usia 8-9 tahun     Terjadi perbaikan koordinasi tubuh,Ketahanan tubuh
bertambah,Anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti
berkelahi dan bergulat,Koordinasi mata dan tangan lebih baik,Sistim
peredaran darah masih belum kuat,Koordinasi otot dan syaraf masih kurang
baik,Dari segi psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari lelaki
Usia 10-11 tahun     Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari
wanita,Kenaikan tekanan darah dan metabolism yang tajam. Wanita mulai
mengalami kematangan seksual (12tahun), Lelaki hanya 5% yang mencapai
kematangan seksual.

2. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn
kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun,
adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan
sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.    
Jadi dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari
perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum
perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak berdaya.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat

3
dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan
badannya. Untuk memperhalus ketrampilan –ketrampilan motorik, anak – anak
terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam
aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
a. Motorik  Gerakan Kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti berlari,
berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meninkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat
mnyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari
tempat tinggi. Pada usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan
berbahaya bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti
balapan sepeda, atau kegiatan lain yng mengandung bahaya.
b. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7  tahun, koordinasi gerakan
berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu
mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerkan
mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat
dilihat saat anak menulis dan menggambar.
Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama periode ini,
antara lain :
a) Anak Usia 5 Tahun

 Mampu melompat dan menari


 Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
 Dapat menghitung jari – jarinya
 Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
 Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
 Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannyaMampu
membedakan besar dan kecil
b) Anak Usia 6 Tahun

 Ketangkasan meningkat
 Melompat tali

4
 Bermain sepeda
 Mengetahui kanan dan kiri
 Mungkin bertindak menentang dan tidak sopa
 Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c) Anak Usia 7 Tahun

 Mulai membaca dengan lancar


 Cemas terhadap kegagalan\
 Peningkatan minat pada bidang spiritual
 Kadang Malu atau sedih
d) Anak Usia 8 – 9 Tahun

 Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat


 Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
 Ketrampilan lebih individual
 Ingin terlibat dalam sesuatu
 Menyukai kelompok dan mode
 Mencari teman secara aktif.
e) Anak Usia 10 – 12 Tahun

 Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh  yang


berhubungan dengan pubertas mulai tampak
 Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur
pakaian sendiri , dll.
 Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
 Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Perkembangan Intelektual
Piaget membangi empat tahapan perkembangan intelektual/ kognitif, yaitu:
a. tahap sensori motoris, 
b. tahap praoperasional, 
c. tahap operasional konkret dan 
d. tahap operasional formal.

Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan


kemampuan intelek individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Adapun

5
karakteristik setiap tahapan perkembangan intelek tersebut adalah sebagai
berikut :

a. Karakteristik Tahap Sensori-Motoris


Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai
berikut :

 Segala tindakannya masih bersifat naluriah


 Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra
 Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum
mampu           untuk mengategorikan pengalaman
 Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui skema-
skema sensori motorisnya.
Sebagai upaya lebih memperjelas karakteristik tahap sensori-
motoris ini, Piaget  merinci lagi tahap sensori-motoris ke dalam enam fase
dan setiap fase memiliki karakteristik tersendiri.
a) Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Individu mampu bereaksi secara refleks


 Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum
terkoordinir
 Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai pesan
yang diterima dari lingkungannya.
b) Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mampu
memperluas skema yang dimilikinya berdasarkan hereditas
c) Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mulai
dapat memahami hubungan antara perlakuannya terhadap benda dengan
akibat yang terjadi pada benda itu.
d) Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk


sementara waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu lain.
 Individu mulai mampu mencoba sesuatu
 Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung
kepada orangtua
e) Fase kelima (12-18 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

6
 Individu mulai mampu untuk meniru
 Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan terhadap
lingkungannya secara  lancar
f) Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Individu mulai mampu untuk mengingat dan berpikir


 Individu mampu untuk berpikir dengan menggunakan simbol-simbol
bahasa sederhana
 Individu mampu berpikir untuk memecahkan masalah sederhana
sesuai dengan tingkat perkembangannya
 Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang
berkembang
b. Karakteristik Tahap Praoperasional

Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai


berikut :

 Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai


informasi
 Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan
ide-ide
 Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu
peristiwa konkret,  meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat
 Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku :-
berpikir imajinatif- berbahasa egosentris- memiliki aku yang tinggi-
menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi dan- perkembangan
bahasa mulai pesat. 
c. Karakteristik Tahap Operasional Konkret

Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol


bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau
sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu
belum menangkap yang abstrak meskipun cara berpikirnya sudah tampak
sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat
kepada proses mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep

7
kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan konsep tersebut.

d. Karakteristik Tahap Operasional Formal


Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai
berikut :

 Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan


abstraksi
 Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak
 Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat
hipotesis
 Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa
depan
 Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga
kesadaran diri sendiri tercapai
 Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan
diperankan sebagai orang dewasa
 Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan
kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam
masyarakat tersebut.
D. Masalah kesehatan pada Anak

1. GANGGUAN GIZI / MALNUTRISI


Malnutrisi, adalah gangguan absorbsi makanan yang dapat disebabkan oleh
faktor patologis atau non patologis sehingga pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak terganggu. Jika keadaan ini berlangsung kronik atau lama dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Sedangkan menurut WHO,
mendefinisikan malnutrisi sebagai “ketidakseimbangan seluler antara pasokan
nutrisi dan energi dan kebutuhan tubuh terhadap mereka untuk menjamin
pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi tertentu"
Gangguan gizi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kekurangan gizi
(undernutrition) atau kelebihan gizi (over nutrition) Beberapa kondisi kekurangan
gizi (undernutrition) yang serius dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang
terganggu seperti:

8
 Marasmus : Ditandai dengan gangguan pertumbuhan dan hilangnya lemak dan
otot di bawah kulit (atrofi)
 Kwarsiorkor : Ditandai dengan tidak adanya cukup protein dan karbohidrat di
dalam diet sehingga menimbulkan perubahan pigmen kulit, penurunan massa
otot, diare, kegagalan untuk mendapatkan kenaikan berat badan dan tumbuh,
kelelahan, perubahan rambut (warna atau tekstur), infeksi meningkat dan lebih
parah karena sistem kekebalan tubuh rusak, perut buncit, kelesuan atau apatis,
ruam (dermatitis), syok (tahap akhir) dan pembengkakan (edema).
 Marasmus – Kwarsiorkor ( Gabungan) : Etiology atau penyebab malnutrisi
sendiri sangatlah banyak, seperti contoh pada negara negara berkembang,
penyebab utama dari kekurangan gizi disebabkan oleh kurangnya supply
makanan pada daerah tersebut. Contoh pada daerah di Indonesia bagian timur,
sangatlah sulit bagi penduduk untuk mendapatkan makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi anak mereka hanya karena mereka tidak memiliki
makanan yang cukup untuk dikonsumsi. Berbeda dengan daerah-daerah yang
sudah berkembang, beberapa kasus kekurangan gizi disebabkan oleh faktor
faktor seperti :

 Pola diet yang tidak baik, seperti picky eater, eating disorder, kurangnya
edukasi dari orang tua atau pemerintah mengenai makanan yang sehat seperti
empat sehat lima sempurna.
 Gangguan mental / psikosomatis, gangguan kondisi mental pada seseorang
dapat mengakibatkan mereka tidak mengkonsumsi makanan sesuai dengan
kebutuhan badannya.
 Gangguan pencernaan atau masalah di usus.
 Ketergantungan alkohol atau drug abuse.

Beberapa kondisi Kelebihan gizi (over nutrition) yang dapat menyebabkan


gangguan kondisi kesehatan antaralain adalah :

 Overweight, diukur dengna BMI (Body Mass Index ) Berkisar antara 25 – 30


 Obesitas, diukur dengna BMI diatas 30 
 Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang kelebihan Gizi
 Faktor Keturunan
 Konsumsi Makanan yang berlebihan
 Pengeluaran energi yang kurang.

9
Untuk mengatasi masalah malnutrisi pada suatu daerah, dibutuhkan analisa yang
konprehensive dari berbagai aspek disertai dengan kerjasama oleh berbagai instansi,
terutama dinas kesehatan. Jika faktor yang menyebabkan adalah kurangnya supply
makanan pada suatu daerah, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan kesehatan
untuk menfasilitasi distribusi makanan baik dari daerah lain atau dari daerah sendiri
untuk mencukupi kebutuhan makanan di daerah tersebut.

Jika faktor yang menyebabkan adalah kurangnya edukasi kepada pihak masyarakat
mengenai pentingnya konsumsi makanan 4 sehat lima sempurna, dibutuhkan
kerjasama antara instansi dinas kesehatan dengan pihak pemerintah di segmen
kabupaten dan kecamatan agar segera dilakukan sosialisasi mengenai masalah ini dan
pencegahannya.

2. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)


Batuk dan pilek – disertai demam atau tidak – merupakan keluhan kesehatan yang sering
dialami oleh anak. Kebanyakan penyebarannya melalui droplet  yang keluar dari hidung atau
mulut anak lain yang sedang sakit melalui batuk atau bersin. Penularan penyakit ini sangat
mudah dan cepat.
Selain itu, jika anak tidak terbiasa cuci tangan sebelum memegang hidung dan
mulut, ia lebih mudah tertular batuk dan pilek. Hal ini terjadi karena bermain bersama
dengan anak lain yang sedang sakit.
3. Diare
Diare yang dialami anak ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar, atau
buang air besar yang konsistensinya cair. Penyakit anak ini dapat disertai dengan muntah,
demam, sakit perut, dan terkadang tidak terkendali, sehingga menyebabkan dehidrasi.
Diare paling sering terjadi pada anak, apalagi jika setelah bermain dan
bereksplorasi, anak tidak mencuci tangan sebelum makan. Atau, pada anak yang lebih
kecil, diare dapat terjadi karena anak senang memasukkan mainan atau berbagai
benda ke dalam mulut. Jika terkena diare, anak biasanya tidak ingin makan atau
minum, sehingga dapat membuat kondisinya semakin lemah.
4. Konstipasi
Gangguan pencernaan merupakan masalah kesehatan yang sering dialami anak selain
gangguan pernapasan. Selain diare dan muntah, anak juga sering mengalami konstipasi atau
sulit buang air besar.

10
Hal ini biasanya sering terjadi karena anak tidak mau makan sayur, buah atau
makanan berserat lainnya. Konstipasi ini pada akhirnya dapat membuat anak gelisah
karena rasa tidak nyaman pada perut dan kembung.
5. Ruam pada kulit
Kemerahan pada kulit juga merupakan masalah yang sering muncul pada anak. Tanda-
tanda kemerahan pada kulit anak bisa muncul karena masalah popok, biang keringat,
hingga infeksi virus.
6. Trauma
Meskipun tampak sepele, trauma merupakan masalah psikis yang bisa dialami anak-anak
yang sedang gemar mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Terjatuh dan luka, benjol, dan
memar merupakan contoh trauma yang bisa membuat orang tua khawatir membiarkan anak-
anaknya mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.

2. KESEHATAN RRMAJA
A. Definisi remaja

Remaja atau adolescence adalah periode perkembangan selama dimana


individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
biasanya antara usia 13-20 tahun. Masa remaja merupakan masa dimana seorang
individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami
perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan
masalah-masalah.
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak
dan masa ke dewasa, dimulai dari pubertas, yang ditandai dengan perubahan yang
pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Secara
harfiyah pubertas berasal dari bahasa latin pubescene (yang berarti “to grow
hairy”), yang berarti tumbuhnya bulu- bulu, seperti bulu di sekitar kelamin, ketiak,
dan muka. Secara istilah, kata pubertas berarti proses pencapaian kematangan
seksual dan kemampuan untuk bereproduksi.
Masa remaja merupakan bagian dari fase perkembangan dalam kehidupan
seorang individu. Masa yang merupakan periode transisi dari masa anak ke
dewasa ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional,
sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. WHO mendefinisikan
remaja merupakan anak usia 10 – 19 tahun. Undang-Undang No. 4 tahun 1979
mengenai kesejahteraan anak mengatakan remaja adalah individu yang belum
mencapai umur 21 tahun dan belum menikah.

11
Menurut Hurlock remaja adalah anak dalam rentang usia 12-18 tahun.
Berdasarkan batasan yang telah dikemukakan rentang usia remaja sangat
bervariasi, akan tetapi awal dari masa remaja relatif sama sedangkan masa
berakhirnya masa remaja lebih bervariasi. Awal usia masa remaja berkisar 10
tahun dan akhir masa remaja berkisar 21 tahun.

B. Karakteristik Remaja
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), karakteristik remaja berdasarkan
umur adalah sebagai berikut :
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
a. Lebih dekat dengan teman sebaya
b. Ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
d. Mulai berpikir abstrak
2. Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)
a. Mencari identitas diri
b. Timbul keinginan untuk berkencan
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e. Berkhayal tentang aktivitas seks
3. Remaja akhir (17-21 tahun)
a. Pengungkapan kebebasan diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri
d. Dapat mewujudkan rasa cinta
C. Masa Transisi Remaja
Menurut Kusmiran (2012) pada usia remaja terdapat masa transisi yang akan
dialami. Masa transisi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Transisi fisik
Berkaitan sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya
menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan kebingungan
peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang konsisten.
b. Transisi dalam kehidupan emosi
Perubahan hormonal dalam bentuk tubuh remaja berhubungan erat

12
dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat
tersinggung.
D. Perubahan Fisik, Psikologi, Sosial pada Remaja
1) Perubahan Fisik Remaja

Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

a. Perubahan Eksternal

Perubahan yang terjadi selama masa remaja dibagi menjadi beberapa


tahap:
1. Tinggi badan

Rata-rata anak perempuan mencapai tingkat matang pada usia


antara 17 dan 18 tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun
setelahnya. Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan
makanan yang diberikan, pada anak yang diberikan imunisasi pada
masa bayi cenderung lebih tinggi dipada anak yang tidak mendapatkan
imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak
menderita sakit sehingga pertumbuhannya terlambat.
2. Berat badan

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan


perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat
penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung
sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan
ketidak idealan badan anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat
dari berat badan, maka bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi
kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari
perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk gilik
(gemuk pendek).
3. Proporsi tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan
yang tumbuh baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga
anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang.
4. Organ seks
Baik laki-laki maupun perempuan, organ seks mengalami ukuran

13
matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang
sampai beberapa tahun kemudian.
5. Organ seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang
pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain
ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jakun pada laki-laki, sedangkan
pada perempuan ditandai dengan membesarnya payudara.

b. Perubahan internal

Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak
tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian
remaja. Perubahan tersebut adalah :

1. Sistem pencernaan

Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk


pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-otot diperut
dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati
bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang

2. Sistem peredaran Darah

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17 atau 18,
beratnya 12 kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding
pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan
bilamana jantung sudah matang.

3. Sistem Pernapasan

Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17


tahu; anak laki-laki mencapai tingkat kematangan baru beberapa
tahun kemudian

4. Sistem Endokrin

Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan


ketidak seimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada
masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan
berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai
akhir masa remaja atau awal masa dewasa.

14
5. Jaringan Tubuh

Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun.


Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus
berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang
2) Perubahan Psikologi Remaja
1. Early Adolescent, terjadi pada usia usia 12-14 tahun. Karakteristik periode
remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis
seperti:

1) Krisis identitas

2) Jiwa yang labil

3) Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,

4) Pentingnya teman dekat/sahabat

5) Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-kadang


berlaku kasar
6) Menu njukkan kesalahan orangtua

7) Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua

8) Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan

9) Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi


dan cara berpakaian.
Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang,
bukan masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu,
ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan
mulai bereksperimen dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada
periode remaja awal, anak juga mulai melakukan eksperimen dengan
rokok, alkohol, atau narkoba. Peran per group sangat dominan, mereka
berusaha membentuk kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan
sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama.

2. Middle Adolescent terjadi antara usia 15-17 tahun, yang ditandai


dengan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut:
1) Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya

15
2) Sangat memperhatikan penampilan

3) Berusaha untuk mendapat teman baru

4) Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua

5) Sering sedih/moody

6) Mulai menulis buku harian

7) Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan


kompetitif

8) Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua.

Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas


dan karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai
mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap
lawan jenis. Sudah mulai mempunyai konsep role model dan mulai
konsisten terhadap cita-cita

3. Late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh tercapainya


maturitas fisik secarasempurna. Perubahan psikososial yang ditemui
antara lain:
1) Identitas diri menjadi lebih kuat

2) Mampu memikirkan ide

3) Mampu mengekspresikan perasaan dengan katakata

4) Lebih menghargai orang lain

5) Lebih konsisten terhadap minatnya

6) Bangga dengan hasil yang dicapai

7) Selera humor lebih berkembang

8) Emosi lebih stabil.

Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan,


termasuk peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam
berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan
kebiasaan lingkungan.

16
E. Perubahan sosial remaja

Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan
kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi.
1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh


terhadap berbagai aspek perkembangan anak termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi atau tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang yang kondusif bagi sosialisasi anak. Didalam keluarga
berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian
anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang
lebih luas ditetapkan dan diartikan oleh keluarga.
2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima
pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
Disamping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan
demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu
menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat
akan mmandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi
akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu.
“Ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak,
masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku
didalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan
banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh
keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan
senantiasa “menjaga” status sosial dalam ekonomi keluarganya. Dalam

17
hal tertentu, maksud “mejaga ststus dalam keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak
tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi”
dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit
dengan normanya sendiri.
4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.


Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
akan memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan
kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas
harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan
keluarga, masyarakat dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang
benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma- norma
lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma-norma kehidupan
bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa, titik pergaulan
membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkembang bahasa secara baik. Oleh
karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik,
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan
dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan
memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal
ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual
tinggi.
F. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Erickson tahap remaja merupakan tahap Identitas vs kekacauan


identitas, dimana tahap ini merupakan tahap adolescence (remaja), dimulai pada
saat masa puber dan berakhir pada usia 12-18 tahun. Di dalam tahap ini lingkup
lingkungan semakin luas, tidak hanya di lingkungan keluarga atau sekolah,
namun juga di masyarakat. Pencarian jati diri mulai berlangsung dalam tahap
ini. Apabila seorang remaja dalam mencari jati dirinya bergaul dengan

18
lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik pula. Namun
sebaliknya, jika remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka akan
timbul kekacauan identitas pada diri remaja tersebut.
Berikut adalah beberapa tugas-tugas perkembangan remaja menurut
Havighust yang seharusnya dicapai pada periode remaja, yaitu sebagai berikut :
1. Menguasai kemampuan membina hubungan baru dan lebih matang
dengan teman sebaya yang sama atau pun berlawanan jenis.
Kemampuan membina hubungan baik baru tersebut adalah
kemampuan berpikir positif, empati, altruistik dan kontrol emosi.
Kemampuan berpikir positif dapat diartikan sebagai kebiasaan
memahami orang lain pada dasarnya baik. Remaja yang berpikir positif
terhadap teman sebayanya suka menonjolkan aspek-aspek positif dari
teman sebayanya tersebut. Remaja ini terhindar dari tingkah laku
berburuk sangka atau hanya melihat sisi negatif teman sebayanya.
Remaja yang memiliki kemampuan empati mudah memahami
perasaan teman sebaya, sehingga mereka cepat tanggap dan saling
mereaksi secara positif perasaan temannya tersebut. Remaja yang
bertingkah laku altruistik mengutamakan kepentingan orang lain daripada
kepentingan dirinya sendiri. Dan remaja yang memilki kontrol emosi
tinggi memperlihatkan tingkah laku sabar , dan bersikap humor ketika
teman sebayanya bertingkah laku yang kurang menyenangkan.
2. Menguasai kemampuan melaksanakan peranan sosial sesuai dengan jenis
kelamin
Sebagai laki-laki mampu melaksanakan peranan sebagai berikut

a. Mampu membina pergaulan yang harnonis dengan teman


perempuan
b. Mau melindungi wanita dan orang-orang yang lemah, misalnya
anak kecil, orang tua, dan sebagainya
c. Memiliki rasa percaya diri dalam bergaul
d. Memiliki kemampuan berpikir positif terhadap orang lain
e. Menyukai dan menampilkan cara-cara berkomunikasi yang sopan,
suka mendengarkan atau memberi rasa penghormatan kepada orang
lain
Sebagai perempuan, mau dan mampu melaksanakan peranan sebagai

19
berikut:
a) Mampu membina hubungan dan bekerja sama dengan sebaya laki-
laki
b) Bertingkah laku lembut, ramah dan berbaik hati kepada orang lain
c) Menampakkan kasih sayang teerhadap anak-anak dan orang- orang
yang lemah
d) Mampu melakukan komunikasi yang sopan, suka mendengarkan,
mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dan menimbulkan
perasaan hormat pada orang lain
e) Berpikir positif terhadap orang lain
3. Menerima keadaan fisik dan mengaktualisasikan secara efektif.
Remaja yang mencapai tugas perkembangan akan dapat menerima
keadaan fisiknya sesuai dengan jenis kelamin yang dimilkinya, apakah
sebagai pria atau wanita.
4. Mencapai kemerdekaan emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
Remaja yang telah mencapai tugas perkembangan ini, mampu
mengembangkan kasih sayang terhadap orang tua, perasaan hormat
terhadap orang dewasa dan ikatan emosional dengan lawan jenis

5. Memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi.


Remaja yang matang memiliki dorongan untuk mencari biaya hidup
sendiri. Mereka ingin berbuat sesuatu yang bisa menghasilkan uang,
seperti dengan ikut kerja paruh waktu.
6. Memiliki kemampuan memilih dan mempersiapkan diri untuk karier.
Sebagai remaja yang berkembang, mereka sudah memiliki keyakinan
nilai-nilai untuk bekal hidup dalam karier, memiliki ketetapan karier yang
akan ditekuni dan mengarahkan diri dalam pendidikan dan kepribadian
yang sesuai dengan tuntutan karier yang mereka pilih.
7. Berkembangnya keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang perlu
untuk menjadi warga negara yang baik.
Sebagai remaja yang berkembang, maka dari aspek intelektual, dia
memperlihatkan kemampuan menerapkan atau mempergunakan ilmu
yang mereka pelajari dalam menghadapi kehidupan mereka.
8. Memiliki keinginan untuk bertanggung jawab terhadap tingkah laku

20
sosial.
Sebagai remaja yang telah mencapai tugas perkembangan ini, remaja
benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, mencintai dan ingin
bertingkah laku sosial yang manusiawi.
9. Memiliki perangkat nilai dan sistem etika dalam bertingkah laku.
Remaja telah memiliki sikap dan nilai-nilai sebagai dasar dalam
bertingkah laku atau filsafat hidup. Mereka mempedomani nilai-nilai
agama, budaya dan ilmu pengetahuan dalam bertingkah laku.
G. Masalah Kesehatan pada remaja
Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase
anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif,
biologis, dan emosi. untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu
memang berubah sesuai perkembangan zaman. ditinjau dari segi pubertas 100
tahun terakhir usia remaja putri mendapatkan haid pertama semakin berkurang
dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun demikian pula remaja pria. Kebanyakan orang
menggolongkan remaja dari usia 12 - 24 tahun dan beberapa literatur yang
menyebutkan 5 - 24 tahun. hal yang terpenting adalah seseorang mengalami
perubahan pesat dalam hidupnya di berbagai aspek.
1. Kesehatan Reproduksi

Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re yang berarti kembali


dan production yang berarti membuat atau menghasilkan jadi reproduksi
(reproduction) mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Kesehatan Reproduksi
adalah keadaan Sejahtera fisik mental dan sosial yang utuh dalam segala hal
yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan sistem reproduksi (ICPD,1994).
cakupan Pelayanan Kesehatan Reproduksi adalah sebagai berikut.
a) konseling dan informasi Keluarga Berencana atau KB

b) pelayanan kehamilan dan persalinan termasuk pelayanan aborsi yang


aman serta pelayanan bayi baru lahir dan neonatal
c) pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular
seksual (PMS) termasuk pencegahan kemandulan.
d) konseling dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

e) konseling informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesehatan reproduksi


mengenai kesehatan reproduksi.

21
Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem,fungsi, dan Proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit, atau bebas
dari kecacatan, namun juga sehat secara mental dan sosial budaya. remaja
perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya.
pengetahuan dasar yang perlu diberikan pada remaja agar mereka mempunyai
kesehatan reproduksi yang baik adalah sebagai berikut.
a) pengenalan mengenai Sistem proses dan fungsi alat reproduksi (aspek
tumbuh kembang remaja)
b) perlunya remaja mendewasakan usia menikah serta Bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginan dirinya dan
pasangan. Penyakit menular seksual dan HIV AIDS srta dampaknya
terhadap kondisi kesehatan reproduksi.
c) Penyakit menular seksual yang brdampak pada kesehatan seksual
d) bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang
(narkoba) juga minuman keras pada kesehatan reproduksi.
e) pengaruh sosial dan medis terhadap perilaku seksual
f) kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
g) hak-hak reproduksi
Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang
menjadi tanggung jawab bersama antar pihak pria maupun wanita. Oleh
karena itu baik pihak pria maupun wanita harus tahu dan mengerti
Bagaimana aspek kesehatan reproduksi.
2. Kehamilan remaja
Aktivitas seksual remaja dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan
yang serius. Remaja yang aktif secara seksual rentan mengalami hamil di luar nikah
dan tertular penyakit menular seksual. Remaja yang hamil dan bayinya berisiko
tinggi mengalami morbiditas, mortalitas, kemiskinan, dan residivisme. Selain itu,
penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan di usia muda (usia kurang dari 20
tahun) sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Hal ini berkaitan erat
dengan belum sempurnanya perkembangan dinding uterus. Kehamilan yang tidak
diinginkan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya
pengetahuan mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode pencegahan
kehamilan, akibat terjadinya tindak pemerkosaan, dan kegagalan alat kontrasepsi.

22
Perawat dapat menganjurkan kepada orangtua untuk melakukan pengawasan
terhadap perilaku anak dengan menanyakan aktivitas harian mereka

3. Rokok
Bahaya merokok pada setiap tingkat usia tidak diragukan lagi; namun
demikian, pendekatan pencegahan terhadap remaja yang merokok sangat
penting. Merokok di kalangan remaja merupakan perilaku kompleks yang
tidak dapat dijelaskan oleh satu faktor penyebab. Dampak yang paling
berbahaya dari merokok adalah terjadinya adiksi seumur hidup. Sekitar 90%
dari semua pengguna tembakau mulai merokok ketika mereka masih anak-
anak dan remaja di bawah usia 18 tahun (Office of Smoking and Health,
1996 dalam Wong, 2008). Selain itu, hasil riset menunjukkan adanya
hubungan yang jelas antara penggunaan tembakau, penggunaan alkohol dan
obat-obatan lain, dan perilaku berisiko tinggi (Willard dan Schoenborn, 1995
dalam Wong, 2008). Banyak penyebab yang membuat para remaja mulai
merokok, yaitu karena meniru sifat orang dewasa, tekanan dari sebaya, dan
meniru sifat orang yang terkenal yang biasanya merokok.
Program paling efektif yang dilakukan oleh perawat adalah program
komunitas luas yang melibatkan orangtua, teman sebaya, media cetak, dan
organisasi masyarakat. Dua area fokus program antirokok adalah program
mengajak teman sebaya untuk menekankan akibat-akibat dari merokok dan
menggunakan media, seperti film, untuk pencegahan merokok.
4. Penyalagunaan Zat
Pemakaian zat, terutama obat-obatan oleh anak-anak dan remaja untuk
mengakibatkan perubahan status kesadaran diyakini dapat merefleksikan
perubahan yang terjadi dalam hidup mereka dan stres yang ditimbulkan oleh
perubahan tersebut. Secara tidak langsung, narkoba dan alkohol biasanya
terkait erat dengan pergaulan seksual bebas. Penyalahgunaan obat adalah
pemakaian teratur obat-obatan selain untuk tujuan pengobatan dan sampai
tingkat penyalahgunaan yang menyebabkan cedera fisik atau psikologik pada
pengguna dan/atau merusak masyarakat. Pada akhirnya, remaja dapat
ketagihan terhadap narkotik dengan atau tanpa kebergantungan secara fisik,
dan seseorang mungkin secara fisik bergantung pada narkotik tanpa merasa
ketagihan. Beberapa jenis penyalahgunaan obat dapat berupa alkohol, kokain,
narkotik (meliputi opiat seperti heroin, morfin, fentanil, hidromorfon, dan

23
kodein), depresan dan stimulan sistem saraf pusat, dan obat-obatan yang
memengaruhi pikiran (halusinogen). Perawat sekolah dan perawat yang
bekerja di komunitas berperan penting dalam mengidentifikasi keluarga
dengan masalah penyalahgunaan zat. Identifikasi awal pada keluarga dengan
masalah penyalahgunaan zat adalah hal penting untuk mencegah
penyalahgunaan zat pada anak-anak dan remaja (Werner, Joffe, dan Graham,
1999 dalam Wong, 2008).
5. Kecelakaan
Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada adolesens
(sekitar 70%). Kecelakaan kendaraan bermotor, yang merupakan penyebab
umum terbanyak, mengakibatkan hamper setengah kematian pada usia 16 sampai
19 tahun (Edelmen da Mandel, 1994). Kecelakaan ini sering dikaitkan dengan
intoksikasi alcohol atau penyalahgunaan obat.
6. Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan penyebab utama kemtian ketiga pad adolesens
usia antara 15 dan 24 tahun (Hawton, 1990); kecelakaan dan pembunuhan
merupakan penyebab utama. Depresi dan isolasi social biasanya mendahului
usha diri, tetapi bunuh diri mungkin juga sebagai akibat dari kombinasi
beberapa factor
H. Remaja dan Peran Orang Tua

Perilaku orang tua yang merokok, minum minuman alkohol, atau gagal
menjaga kesehatan dengan baik dapat mempengaruhi anak mereka untuk
melakukan yang serupa, orang tua dengan perilaku buruk seperti itu juga
membuat anak memliki keinginan utuk berhubungan seksual di usia dini.
Selain meniru perilaku merokok orangtua, anak juga minum alkohol dan
menggunakan narkoba atau apapun yang biasa digunakan sebayanya. Selain
itu, mereka juga mudah terjerumus dalam tindak kejahatan. Tapi jangan
dengan mudah menyimpulkan bahwa orangtua perokok menyebabkan anak
aktif secara seksual dimasa remaja. Hubungan perilaku anatar orangtua dengan
anaknya sebenarnya sudsh diketahui luas. Sebagai contoh, remaja yang
memiliki orangtua pecandu alkohol, kebanyakan meniru perilaku tersebut dan
umumnya jika remaja mengomsumsi alkohol, mereka juga berhubungan
seksual di saat bersamaan. Karena orangtrua menjadi figur penutan untuk
tendensi perilakunya serupa.

24
Pakar pendidikan sudah lama memberitahu para orangtua bahwa anak
akan berperilaku seperti apa yang mereka lihat setiap hari, bukan apa yang
diperintahkan atau diajarkan oleh orangtua untuk dilakukan. Wilder dan Watt
juga menemukan bahwa remaja pris lebih banyak memliki perilaku seksual
aktif sejak dini, jika orangtua mereka sering lalai menggunakan sabuk
pengaman ketika berkendara. Nemun, kecenderungan yang sama tidak
ditemukan pada remaja wanita. Wilder menyatakan bahwa sangat mungkin
orangtua secara tidak langsung menagajari anak bahwa melakukan perilaku
beriko itu menantang atau menyenagkan. Jika orangtua melakukan sebuah
perilaku berbahaya, itu akan memulai sebuah rantai situasi yang mendorong
anak untuk melakukan perilaku berbahaya yang lain.

I. Tingkatan Pencegahan
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan.
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi
dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan
kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit.
Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi, dan bimbingan dini
dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosis dini dan
intervensi yang tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan
sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan.

c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada
pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya kecacatan
atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk mengembalikan ke
fungsi semula dan menghambat proses penyakit.

25
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Proses Keperawatan Komunitas Agregat Anak


1. PENGKAJIAN
a. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN X
untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin
dan golongan umur 6-7 25%, 8-9 20%, 10-11 30%, 12 30%. Status perkawinan
100% dari anank usia sekolah belum kawin dan berkepercayaan islam.
b. Data Subsystem
1) Lingkungan
Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.
Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1
kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin
kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang
sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya. Terdapat
2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki dan
perempuan. Kondisi terawat dengan baik dan terdapat kegiatan
ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan seperti olahraga meliputi sepak
bola dan senam, kesenian meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan
seperti pengajian.
2) Pelayanan kesehatan dan layanan sosial
Pelayanan kesehatan di sekolah terdapat UKS untuk tempat istirahat dan
pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK
(Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa.
3) Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para
siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk
mencari nafkah.
4) Keamanan dan tranportasi

26
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan

raya, akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan anak usia

sekolah

 Kebiasaan jajan sembarangan

kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai

berikut :

mayoritas anak usia sekolah memiliki kebiasaan jajan sembarangan

sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang negatif bagi kesehatan

anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan kandungan gizi yang

ada di dalam makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam

masalah kesehatan untuk anak usia sekolah

 Jenis jajana yang sering dikonsumsi usia anak sekolah


Mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak
(40,6 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi kesehatan gigi anak usia
sekolah karena dalam permen mengandung kandungan gula yang tinggi
sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies gigi pada anak usia
sekolah.
 Kebiasaan menggisak gigi sebelum tidur
mayoritas anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebanyak
92 anak (75 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi perilaku anak usia
sekolah karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak dini, selain itu
apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai macam
masalah kesehatan gigi dan mulut.. Berdasarkan wawancara dari petugas
UKS menyatakan bahwa anak-anak sudah mendapat pengetahuan tentang
cara menggosok gigi dengan alasan tertidur dan tidak disuruh orang
tuanya.
 Tranportasi
Anak usia sekolah biasanya diatar oleh orang tua menggunakan sepeda
motor dan sepeda kadang ada yang jalan kaki

27
5) Komunikasi
Komunikasi yang digunakan anak usia sekolah adalah media dan orang uanya
secara formal dan informal
6) Pendidikan

Semua anak bersekolah

7) Rekreasi
Tempat rekreasi yang biasa anak usia datangi adalah pantai , taman kota, dan
biasa orang tua mengajak anaknya ke lapangan olahraga agar dapat
mengembang bakat terutama dibidang olahraga.
c. Analisa data

Data Masalah
1. Lingkungan Pemeliharaan kesehatan tidak
- Adanya kebiasaan anak efektif
sekolah yang kirang baik bagi
perkembangan anak sekolah
yang tidak dibiasakan unutk
enggosok gigi sebelum tidur
- Kebiasaan jajan sembarangan

2. Komunikasi Ketidak efektifan komunikasi anak


Anak sudah mengetahui mengenai dan orang tua
informasi menggosok gigi dari
berbagai media terutama dari
pelayanan sekolah, namun orang
tua kurang mengedukasi anaknya
dirmah mengenai manfaat
menggosok gig sebelum tidur

Prioritas masalah

Perubahan Penyelesaian
Pentingnya
positif untuk untuk Totas
Diagnosa penyelesaian
penyesuaian peningkatan score
masalah
dikomunitas kualitas hidup

28
1. Tidak ada 1. Tidak ada
1. Rendah
2. Rendah 2. Rendah
2. Sedang
3. Sedang 3. Sedang
3. Tinggi
4. Tinggi 4. Tinggi
Pemeliharaan
kesehatan 3 3 3 9
tidak efektif
Ketidak
efektifan
komunikasi 3 2 3 8
anak dan
orang tua

Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan Rencana keperawatan
Pemeliharaan 1. Jangka panjang 1. Lakukan pendekatan
kesehatan tidak Terbentuknya secara formal dengan
efektif kelompok anak usia kepala sekolah dan
sekolah yang peduli petugas uks, seta orang
terhadap kesehatan tua
gigi 2. Berikan penyuluhan
2. Jangka pendek kesehtan gigi pada
Anak usia sekolah kelompok anak usia
mendapatkan sekolah
pengetahuan uang 3. Demonstrasikan cara
cukup mengenai menggosok gig yang
masalah kesehtan baik dan benar
gigi 4. Berikan kesempatan
kepada anak untuk
mempraktikkan cara
menggosok gigi

Implementasi
Diagnosa Hari/tanggal Rencana keperawatan
Pemeliharaan Kamis 3 juni 2021 1. Melakukan pendekatan
kesehatan tidak secara formal dengan
efektif kepala sekolah, dan
petugas uks serta orang
tuan
2. Memerikan
penyuluhan kesehtan
gigi pada kelompok
anak usia sekolah
3. mendemonstrasikan

29
cara menggosok gig
yang baik dan benar
4. memberikan
kesempatan kepada
anak untuk
mempraktikkan cara
menggosok gigi

30
B. Proses Keperawatan Komunitas Agregat Remaja
1. Pengkajian
Inti Komunitas
a. Sejarah
Terdapat 137 warga yang berusia antara 13-18 tahun di Desa x. Hasil
distribusi remaja berdasarkan kebiasaan merokok didapatkan bahwa Sebagian
remaja tidak memiliki kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 83 orang (60,58%)
dan remaja sebanyak 54 orang (39,42%) memiliki kebiasaan merokok. Hasil
distribusi remaja berdasarkan alasan remaja tidak merokok didapatkan bahwa
untuk menjaga kesehatan, yaitu sebanyak 57 orang (68,67%) karena dimarahi
orang tua sebanyak 15 orang (18,07%), karena pemborosan sebanyak 1 orang
(1,20%) dan karena lain – lain 10 orang (12,05%).
b. Demografi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, terdapat 504 KK yang
dikaji yang terdiri dari 1697 penduduk. Perbandingan sex ratio dari jumlah
penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar penduduk berjenis
kelamin perempuan sebanyak 825 orang (48,62%) dan jenis kelamin laki – laki
sebanyak 872 orang (51,38%). Hal ini menggambarkan pertumbuhan penduduk
perempuan lebih tinggi, komposisi jumlah penduduk berdasarkan rentang usia
dari 1697 penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar penduduk yang
dikaji terdiri dari kelompok usia dewasa sebanyak 931 (54,9%) dan sebagian
kecil terdiri dari kelompok bayi, balita, balita sejumlah 164 orang (9.7%). Data
tersebut menjelaskan data usia produktif menempati urutan jumlah tertinggi
sehingga angka ketergantungan semakin kecil.
c. Etnisitas
Suku gorontalo
d. Nilai dan Keyankinan
Penduduk di Desa berlian beragama Islam. Banyak berdiri mesjid dan
musholla di sekitar pemukiman warga.

Subsistem komunitas

a. Lingkungan
Sebagian besar rumah penduduk telah memenuhi persyaratan lantai
rumah sehat dengan lantai berupa ubin atau semen yang kedap air dan mudah

31
dibersihkan. Mayoritas penduduk yang dilakukan pengkajian menyatakan
nyamuk sebagai vaktor penyakin terbesar sebanyak 392 rumah (77.93%) dan
sebagian kecil diakibatkan oleh kecoa sebanyak 16 rumah (2.98%). Kondisi ini
mendukung fakta di lapangan bahwa Desa x dengan insiden penyakit Demam
Berdarah Tergolong tinggi akibat Vaktor penyakit akibat nyamuk.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Distribusi kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
Puskesmas sebanyak 261 warga (42,86%). Kebiasaan warga untuk minta
tolong bila sakit ke dokter praktik sebanyak 64 warga (12,70%). Kebiasaan
keluarga untuk minta tolong bila sakit ke perawat sebanyak 101 warga
(20,01%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke bidan
sebanyak 107 warga (21,23%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila
sakit ke fasilitas lain sebanyak 9 warga (1,79%).
c. Ekonomi
Sebagia besar mata pencaharian peduduk yaitu buruh tani sebanyak
807 orang dan karyawan sebesar 654 orang.
d. Transfortasi dan keamanan
Transfortasi di Desa x mayoritas menggunakan kendaraan roda dua.
Sebagian penduduk juga ada yang menggunakan kendaraan roda empat dalam
melakuka mobilisasi, dan ada juga yang hanya berjalan kaki dalam mengakses
pelayanan kesehatan.
e. Politik dan Pemerintahan
Untuk meminimalkan terjadinya peningkatan jumlah Perokok remaja
di Kecamatan x banyak dilakuka program kesehatan mengenai bahaya
dari merokok.
f. Komunikasi
Desa x tidak memiliki telepon umum, karena masyarakan sebagian
besar menggunakan ponsel untuk saling berkomunikasi antar masyarakat.
g. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa x sebagian besar adalah yang
sedang sekolah yaitu sejumlah 530 orang (76,3%). Sedangkan penduduk yang
belum TK sebesar 26 orang, penduduk TK 96 orang dan tamat S-1 43 orang.
h. Rekreasi

32
Desa x tidak memiliki tempat rekreasi atau fasilitas rekreasi.
Masyarakat x biasanya pergi ke pantai, atau ke taman hiburan lain yang
letaknya berada di Kecamatan lain.

 Data Subyektif
 Alasan remaja putus sekolah
o Dana tidak cukup
o Malas belajar
o Merasa tidak mampu menerima pelajaran
 Kebiasaan remaja
o Sering menonton tv
o Begadang
o Merokok
o Pacaran
o Hubungan seks bebas
o Konsumsi narkotika
 5-6 orang remaja mengaku pernah melakukan hubungan seksual dengan
pacarnya
 Alasan remaja melakukan hubungan seksual di luar nikah
o Coba-coba
o Dapat pengalaman baru
o Menguji kadar cinta pasangannya
 Data Obyektif
1 Sebagian besar remaja komunitas didesa adalah remaja
2 Banyak remaja perokok
3 Tiga remaja putri hamil di luar nikah
4 2 orang melakukan aborsi dan 1 orang gagal aborsi
 Winshield Survey

I.Inti Observasi Data


Komunitas
Nilai dan Warga didesa X Terdapat seorang remaja hamil
Keyakinan secara umum yang mengaku masih
menganggap hamil di menggunakan baju ketat dan
luar nikah adalah malas makan karena malu karena

33
sesuatu hal yang terlihat hamil
memalukan
II.Subsistem
Pelayanan Terdapat pemberi Terdapat remaja putri yang
Kesehatan dan pelayanan kesehatan mengaku melakukan aborsi
Sosial di daerah tersebut dibantu oleh oknum petugas
kesehatan
Sebagian besar - Terdapat beberapa remaja
masyarakat memiliki yang mengaku putus sekolah
status ekonomi dengan alasan keterbatasan
menengah ke bawah dana
Ekonomi
- Terdapat remaja hamil yang
mengaku melakukan aborsi
karena tidak punya cukup
dana menghidupi bayinya
Pendidikan dianggap - Beberapa pelajar mengaku
suatu hal yang belum putus sekolah dengan alasan
penting bagi masa o Malas belajar
Pendidikan depan para remaja o Merasa tidak mampu
menerima pelajaran
o Kurang dana
Bentuk rekreasi yang Remaja didesa x sering menonton
dilakukan remaja TV, mengaku memiliki pacar dan
masih kurang melakukan hubungan seksual
Rekreasi
memiliki manfaat dengan pacar mereka. Konsumsi
yang positif bagi narkotika
kesehatan mereka
III.Persepsi

Remaja di dessa x Remaja di desa x mengaku


sebagian besar o Sering menonton TV
memiliki kebiasaan o Begadang
yang kurang baik bagi o Melakukan hubungan
kesehatan seksual
o Konsumsi narkotika
- Remaja di desa x - Beberapa remaja yang
kurang melakukan hubungan seksual
pengetahuan mengaku karena
Persepsi tentang bahaya o Coba-coba
merokok, seks o Dapat pengalaman
bebas, narkoba, baru
dan tindakan o Menguji kadar cinta
aborsi
pasangannya
- Tiga remaja putri hamil di luar
- Meningkatnya
nikah
kasus hamil di luar
- 2 orang melakukan aborsi
nikah dan aborsi di
- 1 orang gagal aborsi
remaja putri desa x

34
PENAPISAN MASALAH
Dari hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun
penapisan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Jumla
Diagnosa Kriteria Keterangan
No h
Keperawatan
A B C D E F G H I J K L
1 Defisit kesehatan 5 5 5 5 4 3 3 2 3 3 2 3 44 Keterangan kriteria :
komunitas. Perilaku A. Sesuai dengan peran perawat
remaja yang
cenderung merokok komunitas
dari mula usia B. Resiko terjadi
10,3tahun dan
menghabiskan rokok C. Resiko parah
sehari sekitar 1-5 D. Potensi untuk pendidikan
batang.dengan alasan
kesehatan
coba-coba, ikut
-ikutan dan ingin E. Interest untuk komunitas
terlihat gaul.

35
2 Koping komunitas 5 5 5 5 4 2 3 2 3 3 2 3 42 F. Kemungkinan diatasi
tidak efektif
Tidak adanya program G. Relevan dengan program
untuk menghilangkan H. Tersedianya tempat
satu atau lebih
masalah kesehatan I. Tersedianya waktu
bagi suatu populasi dd J. Tersedianya dana
belum pernah
mendapatkan K. Tersedianya fasilitas
pendidikan kesehatan
L. Tersedianya sumberdaya
terutama masalah
bahaya merokok.

Diagnosa Keperawatan Pentingnya Perubahan Positif Penyelesaian Total Score


Penyelesaian Untuk Penyelesaian Di Untuk
Masalah Komunitas Peningkatan
Kualitas Hidup
0 : tidak ada
1: rendah 0 : tidak ada
1 : rendah
2: sedang 1 : rendah
2 : sedang
3: tinggi 2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi

Defisit kesehtan komunitas . 3 3 3 9


akibat Perilaku remaja yang
cenderung merokok dari mula
usia 10,3tahun dan
menghabiskan rokok sehari
sekitar 1-5 batang.dengan alasan
coba-coba, ikut -ikutan dan ingin

36
terlihat gaul.
Koping komunitas tidak efektif
Tidak adanya program untuk
menghilangkan satu atau lebih
masalah kesehatan bagi suatu 3 3 2 8
populasi dd belum pernah
mendapatkan pendidikan
kesehatan terutama masalah
bahaya merokok.

37
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan skoring diatas, maka prioritas diagnosa keperawatan komunitas di RW 08 Desa Suka Maju adalah sebagai berikut :
No
Priorita Diagnosa Keperawatan Jumlah
s
1 Defisit kesehatan komunitas akibat Perilaku remaja yang cenderung merokok dari mula usia
10,3tahun dan menghabiskan rokok sehari sekitar 1-5 batang.dengan alasan coba-coba, ikut
44
-ikutan dan ingin terlihat gaul.

2 Koping komunitas tidak efektif Tidak adanya program untuk menghilangkan satu atau lebih
masalah kesehatan bagi suatu populasi dd belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
42
terutama masalah bahaya merokok.

No
Priorita Diagnosa Keperawatan Jumlah
s
1 Defisit kesehatan komunitas akibat Perilaku remaja yang cenderung merokok dari mula usia
10,3tahun dan menghabiskan rokok sehari sekitar 1-5 batang.dengan alasan coba-coba, ikut
9
-ikutan dan ingin terlihat gaul.

2 Koping komunitas tidak efektif Tidak adanya program untuk menghilangkan satu atau lebih
masalah kesehatan bagi suatu populasi dd belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
8
terutama masalah bahaya merokok.

38
39
Intervensi Keperawatan Komunitas

Data Diagnosis Keperawatan Kriteria hasil Intervensi


Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Hasil
Data pendukung masalah kesehatan komunitas : Perilaku beresiko pada remaja; Merokok
Hasil pengkajian D.011 Defisit Prevensi Primer Prevensi primer
menunjukkan bahwa 0 kesehatan
Pengetahuan; perilaku sehat . Identifikasi risiko Pendidikan
masyarakat desa x komunitas
Pengetahuan; promosi kesehatan. kesehatan Perlindungan
didapatkan data 47% lindungan berisiko
remaja pernah mencoba Pengetahuan; gaya hidup sehat . Pengembangan program
merokok, rerata usia Pendidikan kesehatan Fasilitasi
Kepatuhan perilaku
belajar Mendengarkan secara
pertama merokok 10,3
Perilaku promosi kesehatan . aktif Peningkatan/penambahan
tahun. Saat ini 32% remaja
peran
Pencarian perilaku sehat .
masih merokok, jumlah
rokok yang dihabiskan Partisipasi dalam pengambilan
keputusan
dalam sehari 1-5 batang.
Alasan remaja merokok perawatan kesehatan. Health beliefs;
perceived threat
15% karena coba-coba,
42% karena ikut-ikutan
teman, 43% agar terlihat Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
gaul. Masyarakat sekitar Kontrol resiko Konsultasi
menyatakan banyak remaja Status kesehatan pelajar Terapi aktifitas

40
yang nongkrong di warung- Kompetensi komunitas Latihan asertifness
warung sambil merokok. Health beliefs Manajemen perilaku
Health orientation Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku; kemampuan
sosial
Terapi musik
Terapi bermain Mood
management
Klarifikasi nilai
Terapi kelompok
Dukungan kelompok
Prevensi Tersier Prevensi tertier

Status kenyamanan; sosialkultur Mediasi konflik


Kualitas hidup Distraksi
Status kesehatan pelajar

Kesehatan spiritual

Tidak adanya program D.009 Koping Prevensi Primer Primer


untuk menghilangkan satu 5 komunitas tidak Primer Community Health
atau lebih masalah efektif Community Health Status Development
kesehatan bagi suatu indikator 1 2 3 4 5 1. Identifikasi masalah
Status
41
populasi dd belum pernah kesehatan bayi kekuatan dan prioritas
mendapatkan pendidikan dan anak kesehatan dengan
kesehatan terutama masalah Status bekerjasama antar
bahaya merokok. kesehatan anggota komunitas
remaja 2. Dampingi anggota
Status
komunitas dalam
kesehatan
meningkatkan
dewasa
Status kewaspadaan terhadap
kesehatan masalah kesehatan
lansia 3. Gunakan dialog untuk
Tingkat menetapkan masalah
merokok kesehatan dan rencana
pengembangan aktivitas
4. Meningkatkan jaringan
support dalam komunitas
mengenai kesehatan
5. Jaga komunikasi terbuka
dengan anggota
kemonitas
Sekunder Health Screening
Community Health Screening 1. Tentukan target populasi
Effectiveness untuk health screening

42
indikator 1 2 3 4 5 2. Promosikan health
Identifikasi screening service untuk
prevalensi meningkatkan
resiko tinggi di kewaspadaan masyarakat
populasi 3. Sediakan akses yang
Memilih
mudah untuk screening
screening yang
service (waktu dan
tepat untuk
tempat)
deteksi awal
Edukasi 4. Beritahu rasional dan
komunitas tujuan dari health
tentang screening dan self-
pentingnya monitoring
screening 5. Lakukan pengkajian fisik
Koordinasi 6. Konsultasikan apabla
dengan nakes ditemukan hasil abnormal
untuk pada screening untuk
menyediakan pemeriksaan selanjutnya
screening
Identifikasi
dampak budaya
terhadap
screening

43
Tersier Tersier
Community Risk control : Communicable Disease
Communicable disease Management
indikator 1 2 3 4 5 1. Monitor populasi dengan
Mendukung kelompok resiko untuk
kebijakan pemenuhan pencegahan
pengontrolan dan pengobatan
penyakit 2. Monitor insiden
menular persebaran terjangkitnya
Monitor tingkat
penyakit menular
morbiditas
3. Monitor sanitasi
penyakit
4. Monitor faktor
menular
Monitor tingkat lingkungan yang
mortalitas mempengaruhi transmisi
penyakit dari penyakit menular
menular 5. Promosi akses yang
Monitor adekuat untuk pendidikan
komplikasi dari kesehatan berhubungan
penyakit dengan pencegahan dan
menular
44
pengobatan dari penyakit
menular serta mencegah
kekambuhan
6. Meningkatkan sistem
pertahanan terhadap
penyakit menular

45
Implementasi

Masalah Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Penanggung


Keperawatan Jawab
Defisit 1. Memberikan Remaja Sabtu , 5 juni Lingkungan desa x Masyarakat
kesehatan 2021 Pukul
pendidikan
komunitas 08.00 Posyandu desa x
kesehatan tentang Minggu 6 juni
2021
definisi merokok
Pukul 09.00
2. Memberikan Sabtu, 12 juni
2021
pendidikan
Pukul 10.00
kesehatan tentang Minggu 13 juni
2021
bahaya merokok
Pukul 10.00
bagi
kesehatan/meroko
k di dalam rumah
3. Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
cuci tangan 6
langkah

46
Koping 1.   Kemitraan (bekerja Remaja Jumat, 18 juni Lingkungan desa Masyarakat
komunitas tidak sama dengan 2021
efektif masyarakat dalam Pukul 08.00 Posyandu
menentukan masalah
tentang kesehatan saat Jumat, 25 juni
group discussion) 2021
2.   Pemberdayaan Pukul 10.30
(memberdayakan Sabtu 26 juni
masyarakat dengan 2021
meningkatkan Pukul 19.30
pengetahuan mengenai
status kesehatan,
bagaimana bahaya
merokok pada remaja)

47

Anda mungkin juga menyukai