Anda di halaman 1dari 12

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OVERDOSIS DAN KERACUNAN

A. PENGKAJIAN
1. Primary survey

Sebelum penyalahgunaan terjadi biasanya dalam bentuk pendidikan,


penyebaran informasi mengenai bahaya berlebihnya obat, pendekatan melalui
kekuarga, dan lain-lain. Instansi pemerintah kesehatan, lebih banyak berperan
pada tahap intervensi ini, Kegiatan yang dilakukan seputar pemberian informasi
melalui berbagai bentuk materi yang di tunjukkan kepada remaja langsung dan
keluarga.

B1 : Breath, kaji pernapasana klien. Apakah klien mengalami gangguan dalam


bernapas

B2 : Blood, kaji apakah terjadi perdarahan yang menyumbat jalan napas dan cek
tekanan darah pasien.

B3 : Brain, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses berfikir.

B4 : Bladder, kaji apakah ada terjadi kerusakan pada daerah ginjal yang
dikarenakan overdosis karna keasaman obat tersebut.

B5 : Bowel, kaji intake dan output pasien

a. Airway support

Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan adalah ada tidaknya
sumbatan pada jalan napas seperti lidah. Lidah merupakan penyebab utama
tertutupnya jalan napas pada klien tidak sadar karena pada kondisi ini lidah klien
akan terjatuh ke belakang rongga mulut. Hal ini akan mengakibatkan tertutupnya
trakea sebagai jalan napas. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas
harus terbuka. Teknik yg dapat digunakan adalah cross finger (silang jari). Jika
terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik finger sweep (sapuan jari)

Adapun Teknik untuk membuka jalan napas :

1) Head tilt / chin lift, Teknik ini dapat digunakan jika penderita tidak
mengalami cedera kepala, leher dan tulang belakang
2) Jaw trust
b. Breathing support

Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan penilaian status pernapasan klien, apakah masih bernapas atau tidak.
Teknik yg digunakan adalah LOOK, LISTEN and FEEL (LLF). LLF dilakukan
tidak lebih dari 10 menit, jika klien masih bernapas, tindakan yg dilakukan adalah
pertahankan jalan napas agar tetap terbuka, jika klien tidak bernapas, berikan 2 x
bantuan pernapasan dgn volume yg cukup.

c. Circulation support

Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar
yang diberikan pada klien yang mengalami henti jantung. Selain itu untuk
mempertahankan sirkulasi spontan dan mempertahankan sistem jantung paru agar
dapat berfungsi optimal dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support).

d. Disability

Pemantauan status neurologis secara cepat meliputi tingkatan kesadaran dan GCS,
dan ukur reaksi pupil serta tanda-tanda vital.

e. Exposure, Lakukan pengkajian head to toe.


f. Folley kateter, Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya dilakukan untuk
melakukan perhitungan balance cairan.
g. Gastric tube

Salah satu Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah kumbah lambung yang
bertujuan untuk membersihkan lambung serta menghilangkan racun dari dalam
lambung

h. Eliminasi racun.
Racun yang ditelan, dilakukan dengan cara:
 Rangsang muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam
pertama sesudah menelanbahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak
perlu dilakukan rangsangmuntah kecuali bila bahan beracun tersebut
mempunyai efek yang menghambat motilitas (memperpanjang
pengosongan) lambung. 10 Rangsang muntah dapat dilakukan secara
mekanis dengan merangsang palatum mole atau dinding belakang
faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan :
 Sirup Ipecac, diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan.
 Apomorphine Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir
100%,dapat menyebabkanmuntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan
dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.

Kontraindikasi rangsang muntah : Keracunan hidrokarbon, kecuali bila


hidrokarbon tersebut mengandung bahan-bahan yang berbahaya seperti
camphor, produk-produk yang mengandung halogenat atau aromatik,
logam berat dan pestisida. Keracunan bahan korossif Keracunan bahan-
bahan perangsang CNS ( CNS stimulant, seperti strichnin). Penderita
kejang. Penderita dengan gangguan kesadaran.

 Kumbah Lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah
menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat
menghambat pengosonganl ambung. Kumbah lambung seperti pada
rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
• Keracunan bahan korosif
• Keracunan hidrokarbon
• Kejang pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita-
penderita dengan resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi
dengan cara pemasangan pipa endotracheal.
Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri,
kemudian di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran yang sesuai dengan
pasien, pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam fisiologis
( normal saline/ PZ ) atau ½ normal saline 100 ml atau kurang berulang-
ulang sampai bersih.
 Pemberian Norit (activated charcoal) jangan diberikan bersama obat
muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit
sesudah emesis.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan:
• Obat2 analgesik/anti inflammasi : acetamenophen, salisilat, anti
inflamasi non steroid, morphine, propoxyphene.
• Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine,
chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate.
• Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis,
quinine, theophylline, cyclic anti-depressants Norit tidak efektif
pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan alkohol.
• Catharsis Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan
bila ada gagal ginjal, diare yang berat (severe diarrhea), ileus
paralitik atau trauma abdomen.
• Diuretika paksa (Forced diuretic) Diberikan pada keracunan
salisilat dan phenobarbital (alkalinisasi urine). Tujuan adalah untuk
mendapatkan produksi urine 5,0ml/kg/jam, hati-hati jangan sampai
terjadi overload cairan. Harus dilakukan monitor dari elektrolit
serum pada pemberian diuresis paksa. Kontraindikasi : udema otak
dan gagal ginjal 4. Pemberian antidotum kalau mungkin.
• Pengobatan Supportif Pemberian cairan dan elektrolit Perhatikan
nutrisi penderita pengobatan simtomatik (kejang, hipoglikemia,
kelainan elektrolit, dsb).
i. Heart monitor

Lakukan pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan darah dan


kerusakan sistem kardiovaskuler. Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai,
perawat harus mengkaji riwayat pasien

A: Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan informasi perawat bisa menanyakan
keluarga atau teman dekat tentang riwayat alergi pasien )

M : Medication ( overdosis obat : ekstasi )

P : Past medical history ( riwayat medis lalu seperti masalah kardiovaskuler atau
pernapasan

L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi)

E : Even ( kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala, keluhan utama, dan


mekanisme overdosis)

2. Secondary survey
Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatmen).
Fase ini meliputi : fase penerimaan awal (intialintek) antara 1-3 hari dengan melakukan
pemeriksaan fisik dan mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic, antara 1-3
minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara
bertahap. Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan tindakan keperawatan head to
toe
B. Rencana Keperawatan

No DX DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


D.000 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan Tindakan Pemantauan Respirasi
1 efektif keperawatan selama 1x24 (I.010114)
jam dengan kriteria hasil : Definisi : mengumpulkan dan
Definisi : ketidakmampuan  Mangi menurun menganalissi data untuk
membersihkan secret atau  Wheezing menurun memastikan kepatenan jalan
obstruksi jalan napas untuk  Dispnua menurun napas da keefektifan
mempertahankan jalan  Ortopnua menurun pertukaran gas.
napas tetap paten. Tindakan
 Sulit bicara menurun
Observasi
 Sianosis menurun
Gejala tanda mayor  Monitor frekuensi, irama,
 Gelisah menurun
Ds: - kedalaman dan upaya
 Frekuensi napas
Do: - Batuk tidak efektif napas
membaik
 Tidak mampu batuk  Monitor adanya produksi
 Pola napas membaik
 Sputum berlebih sputum
 Mengi, wheezing  Monitor adanya sumbatan
dan atai ronkhi jalan naps
kering  Palpasi kesimetrisan
 Meconium dijalan ekspansi paru
napas (pada  Auskultasi bunyi napas
neonates)  Monitor saturasi oksigen
Gejala tanda minor  Monitor nilai AGD
Ds: - dispnea  Monitor hasil x-ray toraks
 Sulit bicara Terapeutik
 Ortopnua  Atur interval pemantauan
Do: - gelisah respirasi sesuai kodisi
 Sianosis pasien
 Bunyi napas  Dokumentasikan hasil
menurun pemantauan
 Frekuensi napas Edukasi
berubah  Jelaskan tujuan dan
 Pola napas berubah prosedur pemantauan
 Iinformasikan hasil
pemantauan jika perlu

D.000 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
5 Definisi: inspirasi atau keperawatan 1x24jam Definisi: mengidentifikasi
ekspirasi yang tidak dengan kriteria hasil: dan mengelola kepatenan
memberikan fentilasi - Dispnea membaik janan napas
adekuat - Penggunaan otot bantu
napas membaik Tindakan:
Gejala dan tanda mayor - Pemanjangan fase Observasi
Ds: - Dipsnea ekspirasi membaik  Monitor pola napas
Do: - Frekuensi napas [frekuensi, kedalaman,
 Penggunaan otot membaik usaha napas]
bantu pernapasan - Kedalaman napas  Monitor bunyi napas
 fase ekspirasi membaik tambahan [mis. Gurgling,
memanjang megi, wheezing, ronkhi
 pola nafas apnormal kering]
[mis. Takipnea,  Monitor sputum [ jumlah,
bradipnea, warna, aroma]
hiperventilasi, Terapeutik:
hussmaul, cheyni-  Pertahankan kapatenan
stokes] jalan napas dengan head-
lid dan chin-lid [ jaw-
Gejala dan tanda mayor thrust jika curiga trauma
Ds; - ortopnua tervikal]
Do:  Posisikan semifowler atau
 pernapasan pursed- fowler
lip  Berikan minum hangat
 pernapasan cuping  Lakukan fisoterapi dada
hidung jika perlu
 diameter thoraks  Lakukan penghisapan
anterior-posterior lendir kurang dari 15 detik
meningkat
 fentilasi semenit  Lakukan hiperosigenasi
menurun sebelum penghisapan
 kapasitas vital endotrakea
menurun  Keluarkan sumbatan
 tekanan ekspirasi benda padat dengan forsep
menurun mcgill
 tekanan inspirasi  Berikan oksigen jika perlu
menrun Edukasi:
 ekskursi dada  Anjurkan asupan cairan
berubah 2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan tehnik batuk
efektif
Kolaborasi:
 Pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
jika perlu
D.003 Risiko syok Setelah melakukan Tindakan Pencegahan syok
9 Definisi : berisiko keperawatan 1x24 jam Definisi : mengidentifikasi
mengalami ketidakcakupan dengan kriteria hasil : dan menurunkan risiko
aliran darah kejaringan  Kekuatan nadi meningkat terjadinya ketidakmampuan
tubuh, yang dapat  Tingkat kesadaran tubuh menyediakan oksigen
mengakobatkan disfungsi meningkat dan nutrient untuk mencukupi
seluler yang mengancam  Saturasi oksigen kebutuhan jaringan.
jiwa. meningkat Tindakan

 Akral dingin menurun Observasi

 Pucat menurun  Monitor status

 Tekanan nadi membaik kardiopulmonal


(frekuensi dan kekuatan
 Frekuensi nadi membaik
nadi, frekuensi napas,
 Frekuensi napas
TD,MAP)
membaik
 Monitor status
oksigenasi (oksimetri
nadi AGD )
 Monitor status cairan
(masuk dan keluar,
turgor kulit, CRT)
 Monitor tingkat
kesadaran dan respon
pupil
 Periksa Riwayat alergi
Terapeutik
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
 Persipkan intubasi dan
ventilasi mekanis jika
perlu
 Pasang jalur IV
 Pasang kateter urine
untuk menilai produksi
urine
 Lakikan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi
 Jelaskan penyebab/risiko
syok
 Jelaskan tanda da gejala
syok
 Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal
syok
 Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
IV
 Kolaborasi pemberian
transfuse darah
 Kolaborasi pemberian
antiinfalamasi.

Anda mungkin juga menyukai