Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Strategi Pengembangan Perdesaan Berbasis Tanaman Industri di Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
Penulis : Muhammad Anshar & Zulkifli
Tahun : 2019
Jurnal : Journal of Regional and Rural Development Planning, 3 (2): 95-104
2
bagi para petani disana. Kabupaten Takalar memiliki potensi yang strategis dalam
pengembangan sektor pertanian dan perkebunan, khususnya tanaman industri. Hal ini
dikarenakan tersedianya lahan yang luas dan iklim yang cocok. Selain itu, hal tersebut juga
didorong dengan banyaknya penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian, terutama
tanaman padi, jagung, dan perkebunan tebu. Tanaman tebu di Kabupaten Takalar merupakan
salah satu komoditas unggulan yang memiliki hasil produksi sekitar 1.500 ton. Dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Takalar juga disebutkan bahwa sektor perkebunan
tebu ini merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian di
Kabupaten Takalar. Hal tersebut semakin ditunjang dengan adanya Pabrik Gula Takalar yang
terdapat di Kecamatan Polombangkeng Utara. Pabrik ini dikelola oleh Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan telah beroperasi sejak tahun 1982. Perkembangan argoindustri di wilayah
perdesaan Kabupaten Takalar ini terfokus pada dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Polombangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan.
Terdapat dua desa di Kabupaten Takalar yang berbasi industri tebu dan terdapat satu
industri besar di Kecamatan Polombangkeng Utara. Sektor tanaman industri tebu ini
sebenarnya dapat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Takalar.
Namun, kenyataannya hanya sekitar 1.025 penduduk (6,53 %) yang bekerja di sektor industri
(BPS Kabupaten Takalar, 2017). Hal tersebut menunjukkan adanya ketimpangan antara luas
lahan tanaman industri dengan penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Selain itu, berbagai
permasalahan dan kendala juga banyak dihadapi oleh para petani yang berada di Kabupaten
Takalar. Permasalahan tersebut menyangkut infrastruktur yang masih terbatas, kesulitan dalam
permodalan, terbatasnya penguasaan teknologi baik dalam usaha tani maupun pengelolaan
hasilnya, dan kesulitan dalam pemasaran produk yang dihasilkan. (Tayibnapis et al., 2018).
Hal tersebut menyebabkan pengembangan perdesaan dengan sektor tanaman tebu dan
peningkatan perekonomian di Kabupaten Takalar masih belum maksimal.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada di Kabupaten Takalar tersebut, diperlukan
upaya untuk mengembangkan komoditas tanaman industri di Kabupaten Takalar. Tak hanya
itu, juga diperlukan sinkronisasi dengan upaya peningkatan/ pengembangan agroindustri,
pengembangan perdesaan serta pemberdayaan masyarakat tani. Berdasarkan permasalahan dan
potensi yang ada di sektor industri tebu Kabupaten Takalar, maka diperlukan strategi-strategi
untuk mengembangkan kawasan perdesaan yang berbasis tanaman industri berupa tanaman
tebu di Kabupaten Takalar.
3
Penjelasan Issue Pokok dan Critical Review
Pada penelitian ini terdapat dua jenis lokasi penelitian, yakni lokasi penelitian makro
dan mikro. Lokasi penelitian makro berada di Kabupaten Takalar, sedangkan lokasi penelitian
mikro fokus pada dua kecamatan yang menjadi basis pengembangan sektor tanaman industri
tebu, yaitu Kecamatan Polombangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini yakni melalui analisis SWOT dan analisis skoring.
Analisis SWOT merupakan suatu teknik perencanaan strategi yang bermanfaat untuk
mengevaluasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats). Sedangkan analisis skoring dalam penelitian ini dilakukan ntuk mengetahui
tingkat perkembangan desa-desa yang ada di Kabupaten Takalar.
Pada penelitian ini, penulis jurnal tidak hanya menganalisis strategi apa saja yang
diperlukan dalam mengembangkan kawasan perdesaan berbasis tanaman industri tebu, namun
juga menganalisis desa-desa mana saja yang memiliki potensi besar dalam industri tebu.
Dengan begitu, dapat diketahui desa mana saja yang masih dalam kategori tertinggal atau
memiliki perkembangan rendah, desa yang memiliki tingkat perkembangan sedang, dan desa
yang memiliki tingkat perkembangan tinggi. Dengan adanya analisis tersebut, tentunya dapat
menjadi rujukan untuk melakukan upaya pemerataan ekonomi dan industri dalam
mengembangkan perdesaan di Kabupaten Takalar. Analisis skoring ini dilakukan dengan
menggunakan penilaian pada setiap variabel dan sub-variabel. Variabel-variabel ini mengacu
pada Departemen PU Direktorat Jendral Ciptakarya tahun 2006. Di setiap variabel terdapat
sub-variabel yang memiliki skor 1 – 5. Dalam penelitian ini, terdapat 7 variabel yang digunakan
untuk analisis skoring tingkat perkembangan desa di Kabupaten Takalar, yaitu :
Potensi desa
Ada beberapa sub-variabel yang digunakan untuk mengetahui desa yang memiliki potensi
yang baik dan berkembang, yakni klasifikasi desa, jumlah dominan rumah, pengelolaan
kegiatan, jumlah pabrik, dan sektor ekonomi potensial.
Fasilitas untuk menunjang produksi dan jasa
Pada variabel ini terdapat empat sub variabel untuk mengetahui desa yang memiliki
potensi baik yang dapat menunjang perkembangan produksi dan jasa, yaitu pasar, listrik,
komunikasi, dan perkreditan.
Kelembagaan masyarakat
Pada variabel ini, terdapat dua sub-variabel untuk mengetahui perkembangan desa, yaitu
tipe LKMD dan ada tidaknya badan keswadayaan masyarakat.
4
Fasilitas untuk pelayanan jasa-jasa
Pada variabel ini terdapat beberpa sub-variabel yang digunakan untuk mengetahui desa
yang memiliki tingkat perkembangannya lebih tinggi. Sub-variabel tersebut adalah sarana
air bersih, sarana sanitasi lingkungan/persampahan, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas kantor pos, dan fasilitas rekreasi.
Jumlah penduduk
Pada variabel ini hanya terdapat satu sub-variabel yang digunakan, yakni kepadatan
penduduk.
Aksesibilitas
Variabel aksesibilitas terdiri dari empat sub variabel yang digunakan, yakni kualitas jalan,
sarana angkutan, dan moda angkutan.
Gangguan bencana alam dan penyakit menular
Variabel ini hanya terdiri dari dua sub variabel yang digunakan, yaitu bencana alam dan
epidemi penyakit menular.
5
2. Kondisi lahan yang 80% datar.
3. Kebijakan pemerintah dalam bentuk penetapan sebagai kawasan strategis provinsi
penghasil gula.
4. Kelembagaan tiap desa yang proaktif dalam bidang pertanian
Weaknesses (Kelemahan)
1. Produktivitas tanaman pangan dan industri mengalami penurunan.
2. Kondisi pabrik yang sudah tua yang mempengaruhi aktivitas industri.
Opportunities (Peluang)
1. Menjadi kawasan andalan penghasil tanaman pangan dan tanaman industri.
2. Pembukaan lapangan kerja yang lebih banyak akan mengurangi pengangguran.
3. Peningkatan pengelolaan kawasan industri yang akan berpengaruh dari aspek
perekonomian masyarakat.
Threats (Ancaman)
1. Tingkat pengalihan fungsi lahan pertanian maupun perkebunan.
2. Masuknya pekerja dari luar yang mendominasi industri tebu.
3. Peningkatan kebutuhan pelayanan sarana dan prasarana masyarakat dari tahun ke tahun.
Setelah didapatkan faktor internal dan eksternal dari pengembangan perdesaan di Kabupaten
Takalar, dilakukan evaluasi strategis dari faktor-faktor internal dan eksternal yang disusun
untuk merumuskan strategi tersebut dalam kerangka SWOT. Analisis yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Strategi S-O
1. Memanfaatkan aksesibilitas kawasan sebagai pendukung utama kawasan andalan
tanaman pangan maupun industri tebu.
2. Pengembangan kawasan lahan sebagai pendukung perekonomian masyarakat.
3. Peningkatan sinergitas antara pemerintah dan petani tebu serta pihak investor/swasta
dalam pengembangan perdesaan berbasis tanaman industri tebu.
4. Melibatkan semua kalangan baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
pengembangan desa/kelurahan dari perencanaan hingga proses pembangunan.
Strategi S-T
1. Mengadakan peraturan daerah/kawasan dan perencanaan mengenai fungsi lahan
pangan dan industri tebu.
2. Meningkatkan peran pemuda/masyarakat melalui peningkatan SDM dan
pemberdayaan dalam upaya siap menjadi tenaga kerja yang kompeten.
6
3. Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana permukiman dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan kelembagaan masyarakat
Strategi W-O
1. Pembuatan program/pelatihan rutin kepada petani dan pekerja industri dalam
pengembangan produktivitas tanaman pangan maupun tanaman indutri.
2. Melakukan pembaharuan pabrik untuk menghindari kerusakan pada mesin sehingga
tidak terpengaruh terhadap aktivitas pekerja dan hasil industri.
3. Pengelolaan kawasan perdesaan berbasis tanaman industri dan pangan dalam
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Strategi W-T
1. Sosialisasi pentingnya pengaturan dan perencanaan kawasan yang akan berdampak
terhadap produktivitas lahan.
2. Peningkatan kualitas pelayanan sarana-prasarana tiap desa/kelurahan di Kabupaten
Takalar.
3. Pemberdayaan masyarakat pekerja di kawasan industri dan petani dalam
pengembangan SDM untuk pengembangan desa/kelurahan.
Strategi yang dirumuskan oleh penulis jurnal tersebut masih memiliki kekurangan,
yaitu terdapat beberapa strategi pengembangan yang masih kurang fokus dan masih terasa
umum. Salah satu contohnya adalah strategi terkait peningkatkan pelayanan sarana dan
prasarana permukiman. Strategi tersebut masih terlalu umum karena penulis jurnal tidak
dijelaskan pelayanan sarana dan prasarana apa yang akan ditingkatkan. Selain itu, strategi yang
masih tergolong umum adalah strategi terkait pengelolaan kawasan perdesaan berbasis
tanaman industri dan pangan dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Strategi
tersebut tidak memfokuskan mengenai pengelolaan dari segi apa yang akan dilakukan.
Di antara semua strategi yang telah terbentu, tidak semua strategi di atas merupakan
strategi yang diprioritaskan dalam pengembangan perdesaan berbasis tanaman industri tebu di
Kabupaten Takalar. Untuk mengetahui strategi yang menjadi prioritas, penulis jurnal
melakukan pembobotan pada faktor internal dan faktor eksternal yang telah disebutkan
sebelumnya. Pembobotan ini dinilai berdasarkan isu-isu yang berkembang di wilayah
penelitian untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh. Pembobotan ini merupakan
salah satu poin plus dalam penelitian ini karena dengan begitu dapat diketahui strategi yang
menjadi prioritas untuk dikembangkan di wilayah perencanaan. Berikut merupakan hasil
pembobotan dari setiap faktor internal dan eksternal yang ada.
7
Berdasarkan hasil bobot dikali rating pada table di atas, maka dapat diketahui bahwa skor akhir
dari pembobotan diatas adalah :
Faktor internal = Kekuatan – Kelemahan = 1.7 – 1.3 = 0.4 (+)
Faktor eksternal = Peluang – Ancaman = 1.4 – 1.7 = -0.3 (-)
Setelah didapatkan hasilnya, nilai tersebut kemudian di gambarkan ke dalam grafik analisis
SWOT untuk mengetahui titik akhir strategi yang diprioritaskan seperti gambar berikut.
8
Berdasarkan grafik pembobotan SWOT diatas, dapat diketahui bahwa pengembangan
perdesaan berbasis tanaman industri tebu berada pada posisi kuadran II (S-T). Dengan begitu,
strategi yang menjadi prioritas dalam pengembangan perdesaan berbasis tanaman industri tebu
di Kabupaten Takalar adalah strategi S-T, yaitu strategi diversifikasi.
Lesson Learned
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah dirasakan sangat penting untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di perdesaan karena Indonesia
merupakan negara agraris. Namun, pembangunan dan pengembangan kawasan perdesaan
9
akan semakin menantang kedepannya karena adanya kemajuan teknologi dan globalisasi.
Oleh karena itu, kawasan perdesaan harus memiliki potensi dan keunggulan wilayah yang
dapat dikembangkan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pedesaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya dengan pengembangan kawasan perdesaan berbasis tanaman industri atau
agroindustri.
Pengembangan kawasan perdesaan berbasis pada potensi wilayah merupakan hal penting
karena nilai tambah dari semua rangkaian produksi pertanian tercipta pada subsistem
budidaya, pemasaran dan pengolahan atau agroindustri pedesaan. Hal tersebut dapat
menjadi fase transisi menuju tranformasi struktural pertanian ke produksi pertanian yang
lebih maju dan berkembang.
Untuk mengetahui tingkat perkembangan perdesaan berbasis tanaman industri dapat
ditinjau dari beberapa segi, yakni potensi yang ada di dalam desa seperti adanya pabrik
pengolahan, fasilitas dan utilitas untuk mendukung perkembangan produksi barang dan
jasa seperti fasilitas berupa pasar dan utilitas (jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih,
sanitasi, dan persampahan). Hal ini dikarenakan perdesaan sebagai pemasok hasil produksi
pertanian maupun perkebunan harus didorong menjadi desa-desa yang mampu
menghasilkan bahan olahan atau industri hasil pertanian sehingga menjadi kawasan
pertumbuhan ekonomi lokal. Selain itu, keberadaan lembaga masyarakat juga merupakan
faktor penting dalam pengembangan perdesaan.
Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan untuk menyususn strategi melalui
evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal suatu wilayah. Faktor-faktor internal tersebut
terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal
terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Strategi yang dihasilkan akan
terdiri dari 4 jenis persilangan. Untuk mengetahui strategi yang diprioritaskan di suatu
wilayah, dapat dilakukan analisis pembobotan pada setiap faktor. Pembobotan yang
dilakukan mengacu pada isu-isu dan kondisi eksisting yang ada di suatu wilayah. Dengan
begitu, strategi yang dihasilkan merupakan strategi yang menjadi prioritas utama untuk
diterapkan dalam wilayah tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Anshar M & Zulkifli. 2019. Strategi Pengembangan Perdesaan Berbasis Tanaman Industri di
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Journal of Regional and Rural
Development Planning Juni 2019, 3 (2): 95-104
Muttaqin Z & Haidir H. 2021. Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pangan
Pada Kawasan Agropolitan Di Kota Pagar Alam. Jurnal Tekno Global Volume 10 No. 1
Juli 2021
11
ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning
Juni 2019, 3 (2): 95-104
DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2019.3.2. 95-104
ABSTRACT
This study aims to determine the level of development and strategies for rural development
based on industrial plants. This study uses primary and secondary data in the form of village
potential data, supporting facilities, population numbers, accessibility, service facilities,
institutions, disasters, and infectious diseases. Rural development based on industrial plants in
Takalar District is spread in most rural areas. Industry with leading commodity of sugar cane is
expected to be the spearhead of village development. However, based on BPS data, there was a
decrease in sugar cane productivity during 2012–2016. The result of the analysis shows that the
level of rural development based on industrial plants in North Polombangkeng district was higher
than that South Polombangkeng district. It can be seen from the result of the scoring analysis
which shows that two villages namely Palleko village and Massamaturu village, each weights 75
and 74, are located in North Polombangkeng district. This study recommends that in balancing the
level of village development based on sugarcane plants, the local government and private sector
should improve infrastructure and human resources as a whole.
Keywords: development, industry, sugarcane plants
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan dan strategi pengembangan
perdesaan berbasis tanaman industri. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder berupa
data Potensi Desa, fasilitas penunjang, jumlah penduduk, aksesibilitas, fasilitas pelayanan jasa-
jasa, kelembagaan, gangguan bencana, dan penyakit menular. Pengembangan perdesaan berbasis
tanaman industri di Kabupaten Takalar tersebar di sebagian besar wilayah perdesaan. Industri
dengan komoditas unggulan tanaman tebu diharapkan sebagai ujung tombak perkembangan desa.
Namun berdasarkan data BPS, terjadi penurunan produktivitas tanaman tebu selama tahun 2012–
2016. Dari hasil analisis diperoleh tingkat perkembangan perdesaan yang berbasis tanaman industri
di Kecamatan Polombangkeng Utara lebih tinggi dibandingkan dengan di Kecamatan
Polombangkeng Selatan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis skoring yang menunjukkan
bahwa dua desa yakni desa Palleko dan desa Massamaturu masing-masing memiliki bobot 75 dan
74 terletak di Kecamatan Polombangkeng Utara. Penelitian ini merekomendasikan agar dalam
menyeimbangkan tingkat perkembangan desa berbasis tanaman tebu, pemerintah dan swasta dapat
melakukan peningkatan infrastruktur dan sumber daya manusia secara menyeluruh.
Kata kunci: industri, perkembangan, tanaman tebu
95
Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 95-104
Wilayah studi memiliki potensi yang Di sisi lain sektor tanaman pangan, penyerapan
strategis dalam pengembangan sektor pertanian tenaga kerja dari tahun ke tahun terus
khususnya tanaman industri yaitu tersedianya mengalami peningkatan namun mengalami
lahan yang luas dan cocok serta SDM petani penurunan produktivitas pada lima tahun
yang beraktivitas di sektor ini dengan terakhir (BPS Kabupaten Takalar, 2017).
memperhatikan tipologi wilayah. (Maulana et Untuk mengatasi permasalahan tersebut
al., 2011). di atas, maka upaya pengembangan komoditas
Berbagai permasalahan dan kendala tanaman industri di Kabupaten Takalar perlu
selama ini banyak dihadapi petani yang berada disinkronkan dengan upaya peningkatan/
di Kabupaten Takalar, baik menyangkut pengembangan agroindustri, pengembangan
infrastruktur yang masih terbatas, kesulitan perdesaan serta pemberdayaan masyarakat tani
dalam permodalan, terbatasnya penguasaan (Astati et al., 2019). Dengan melihat hal
teknologi baik dalam usaha tani maupun tesebut, peneliti perlu melakukan penelitian
pengelolaan hasilnya, dan kesulitan dalam dengan judul “Strategi Pengembangan
pemasaran produk yang dihasilkan. (Tayibnapis Perdesaan Berbasis Tanaman Tebu di
et al., 2018). Kabupaten Takalar”.
Hal demikian menyebabkan kegiatan
perekonomian di sebagian besar daerah METODOLOGI
perdesaan belum berkembang sebagaimana
yang diharapkan dan banyaknya kantong- Lokasi penelitian ditentukan dengan
kantong kemiskinan di daerah perdesaan dan pertimbangan masih banyaknya desa yang
kecamatan pada wilayah studi masih berada pengembangannya sangat lambat sehingga
pada angka kemiskinan tertinggi di Kabupaten masih tertinggal dari desa atau kelurahan yang
Takalar. lainnya.
Kabupaten Takalar dibagi sembilan Berdasarkan pertimbangan tersebut,
Kecamatan dimana terdapat dua desa berbasis maka penelitian dilakukan di Kabupaten
tanaman industri (tebu). Di lokasi studi terdapat Takalar (untuk level makro) dan dua kecamatan
satu industri besar di Kecamatan sesuai basis perkembangan desa yang sudah
Polombangkeng Utara. Dalam hal penyerapan ditetapkan (level mikro) secara sengaja
tenaga kerja sektor tanaman industri (purposive) dengan pertimbangan data
mempunyai peranan yang strategis. Pada tahun diperoleh bisa lebih representatif. Teknik
2016, berdasarkan data BPS Kabupaten Takalar analisis data melalui Analisis skoring.
(2017) penduduk yang bekerja di industri yang Pengukuran tingkat perkembangan desa dalam
berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor kajian ini berdasarkan pada hasil publikasi BPS
industri yakni sebanyak 1,025 orang (6.53%) melalui Data Potensi desa tahun 2018 di desa
dari jumlah penduduk. Penyerapan Tenaga se-Kabupaten Takalar.
kerja yang tidak mementingkan masyarakat Berdasarkan pada definisi Kementerian
sekitar terkhusus pada sektor industri gula dapat Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
menjadi faktor perkembangan dan Transmigrasi Republik Indonesia (2018),
kesejahteraan desa. Berdasarkan hal tersebut daerah tertinggal adalah sebuah daerah yang
terdapat ketimpangan, dimana luas lahan perkembangannya berada pada titik di bawah
tanaman industri yang luas, namun penyerapan angka rataan perkembangan nasional. Indikator
tenaga kerja tidak seimbang. Tenaga kerja di penilaian dengan standar berdasarkan
sektor industri yang sangat sedikit menyerap Departemen Pekerjaan Umum (PU).
penduduk di sekitar industri.
Dari grafik analisis SWOT di atas Strategi yang dapat dilakukan dalam
menunjukkan bahwa pengembangan perdesaan upaya pengembangan perdesaan berbasis
berbasis tanaman industri tebu berada pada tanaman industri tebu yakni; (1) Mengadakan
posisi kuadran II (positif, Negatif). Alternatif peraturan daerah/kawasan dan perencanaan
rekomendasi strategi yang dihasilkan adalah mengenai fungsi industri tebu; (2)
Strategi S-T. Hasil analisis SWOT tersebut di Meningkatkan peran pemuda/masyarakat
atas digunakan Strategi (ST) yang dapat melalui peningkatan SDM dan pemberdayaan
dijabarkan sebagai berikut: (1) Mengadakan dalam upaya siap menjadi tenaga kerja yang
peraturan daerah/kawasan dan perencanaan kompeten; (3) Meningkatkan pelayanan sarana
mengenai fungsi lahan pangan dan industri dan prasarana permukiman dalam memenuhi
tebu; (2) Meningkatkan peran kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan
pemuda/masyarakat melalui peningkatan SDM kelembagaan masyarakat.
dan pemberdayaan dalam upaya siap menjadi
tenaga kerja yang kompeten; (3) Meningkatkan DAFTAR PUSTAKA
pelayanan sarana dan prasarana permukiman
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan Anshar, M., Astati, & Wahida, N. (2019). The
memanfaatkan kelembagaan masyarakat. potential for rural resources development,
specifically livestock commodities based
KESIMPULAN on Geographic Information System (GIS)
in Patukku Village, Bontocani District,
Wilayah Kecamatan yang tingkat per- Bone Regency. IOP Conf. Series: Earth
kembangannya tinggi adalah Polombangkeng and Environmental Science, 247, 1-9.
Utara pada Desa Pallekko sebagai desa berbasis Astati, Paly, M. B., Suarda, A., Asgaf, K.,
tanaman industri tebu yang mempunyai skor Anshar, M., Mursidin, Rusny, & Arfah.
tertinggi dan Desa Massamaturu. (2019). Empowerment and increasing the
Desa-desa yang berada di Kecamatan scale of beef cattle in Bonto Manai
Polombangkeng Utara tingkat per- Village Bisappu District Bantaeng
kembangannnya lebih tinggi. Hal ini diperkuat Regency. IOP Conf. Series: Earth and
dengan letak industri gula yang memang berada Environmental Science, 247, 1-8.
di Kecamatan Polombangkeng Utara, sebagai
penunjang ekonomi masyarakat.