Anda di halaman 1dari 21

1

Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Strategi Pengembangan Perdesaan Berbasis Tanaman Industri di Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
Penulis : Muhammad Anshar & Zulkifli
Tahun : 2019
Jurnal : Journal of Regional and Rural Development Planning, 3 (2): 95-104

Deskripsi Issue Pokok dan Latar Belakang


Pengembangan wilayah pada kawasan perdesaan adalah pembangunan antar desa
berdasarkan prioritas pada pengembangan potensi dan/atau pemecahan masalah yang
mengutamakan keterkaitan desa-kota dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.
(Muta’ali, 2015). Pembangunan desa akan semakin menantang di masa depan dengan kondisi
perekonomian daerah yang semakin terbuka dan adanya globalisasi serta kemajuan teknologi.
Akan tetapi desa sampai kini, masih belum beranjak dari profil lama, yakni terbelakang dan
miskin. Meskipun banyak pihak mengakui bahwa desa mempunyai peranan yang besar bagi
kota, namun tetap saja desa masih dipandang rendah dalam hal ekonomi ataupun yang lainnya.
Adanya kesenjangan antara kawasan perkotaan dan pedesaan serta kemiskinan di pedesaan
dapat mendorong upaya-upaya pembangungan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan
pedesaan. (Djakapermana, 2003:4).
Kebijakan pembangunan perdesaan selama ini disusun dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan dan mempercepat industrialisasi perdesaan.
Proses industrialisasi ini erat kaitannya dalam pembangunan, khususnya pengembangan
wilayah perdesaan berbasis komoditas pertanian. Menurut Undang-Undang nomor 5 tahun
1984, perindustrian sendiri dideskripsikan sebagai kegiatan ekonomi baik industri berupa
barang maupun industri jasa yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi. Agroindustri sebagai salah
satu kegiatan dalam pemanfaatan hasil pertanian sebagai bahan baku sudah banyak
berpengaruh pada peningkatan perekonomian masyarakat. Agroindustri yang semakin meluas
hingga masuk ke wilayah perdesaan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
perekonomian wilayah tersebut dengan aktivitas berbasis komoditas unggulan yang ada di
wilayah perdesaan tersebut.
Kabupaten Takalar merupakans alah satu kabupaten berbasis agroindustri yang terletak
di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Takalar terletak di lokasi geografis yang cukup
strategis dan memiliki iklim tropis. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang menguntungkan

2
bagi para petani disana. Kabupaten Takalar memiliki potensi yang strategis dalam
pengembangan sektor pertanian dan perkebunan, khususnya tanaman industri. Hal ini
dikarenakan tersedianya lahan yang luas dan iklim yang cocok. Selain itu, hal tersebut juga
didorong dengan banyaknya penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian, terutama
tanaman padi, jagung, dan perkebunan tebu. Tanaman tebu di Kabupaten Takalar merupakan
salah satu komoditas unggulan yang memiliki hasil produksi sekitar 1.500 ton. Dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Takalar juga disebutkan bahwa sektor perkebunan
tebu ini merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian di
Kabupaten Takalar. Hal tersebut semakin ditunjang dengan adanya Pabrik Gula Takalar yang
terdapat di Kecamatan Polombangkeng Utara. Pabrik ini dikelola oleh Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan telah beroperasi sejak tahun 1982. Perkembangan argoindustri di wilayah
perdesaan Kabupaten Takalar ini terfokus pada dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Polombangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan.
Terdapat dua desa di Kabupaten Takalar yang berbasi industri tebu dan terdapat satu
industri besar di Kecamatan Polombangkeng Utara. Sektor tanaman industri tebu ini
sebenarnya dapat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Takalar.
Namun, kenyataannya hanya sekitar 1.025 penduduk (6,53 %) yang bekerja di sektor industri
(BPS Kabupaten Takalar, 2017). Hal tersebut menunjukkan adanya ketimpangan antara luas
lahan tanaman industri dengan penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Selain itu, berbagai
permasalahan dan kendala juga banyak dihadapi oleh para petani yang berada di Kabupaten
Takalar. Permasalahan tersebut menyangkut infrastruktur yang masih terbatas, kesulitan dalam
permodalan, terbatasnya penguasaan teknologi baik dalam usaha tani maupun pengelolaan
hasilnya, dan kesulitan dalam pemasaran produk yang dihasilkan. (Tayibnapis et al., 2018).
Hal tersebut menyebabkan pengembangan perdesaan dengan sektor tanaman tebu dan
peningkatan perekonomian di Kabupaten Takalar masih belum maksimal.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada di Kabupaten Takalar tersebut, diperlukan
upaya untuk mengembangkan komoditas tanaman industri di Kabupaten Takalar. Tak hanya
itu, juga diperlukan sinkronisasi dengan upaya peningkatan/ pengembangan agroindustri,
pengembangan perdesaan serta pemberdayaan masyarakat tani. Berdasarkan permasalahan dan
potensi yang ada di sektor industri tebu Kabupaten Takalar, maka diperlukan strategi-strategi
untuk mengembangkan kawasan perdesaan yang berbasis tanaman industri berupa tanaman
tebu di Kabupaten Takalar.

3
Penjelasan Issue Pokok dan Critical Review
Pada penelitian ini terdapat dua jenis lokasi penelitian, yakni lokasi penelitian makro
dan mikro. Lokasi penelitian makro berada di Kabupaten Takalar, sedangkan lokasi penelitian
mikro fokus pada dua kecamatan yang menjadi basis pengembangan sektor tanaman industri
tebu, yaitu Kecamatan Polombangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini yakni melalui analisis SWOT dan analisis skoring.
Analisis SWOT merupakan suatu teknik perencanaan strategi yang bermanfaat untuk
mengevaluasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats). Sedangkan analisis skoring dalam penelitian ini dilakukan ntuk mengetahui
tingkat perkembangan desa-desa yang ada di Kabupaten Takalar.
Pada penelitian ini, penulis jurnal tidak hanya menganalisis strategi apa saja yang
diperlukan dalam mengembangkan kawasan perdesaan berbasis tanaman industri tebu, namun
juga menganalisis desa-desa mana saja yang memiliki potensi besar dalam industri tebu.
Dengan begitu, dapat diketahui desa mana saja yang masih dalam kategori tertinggal atau
memiliki perkembangan rendah, desa yang memiliki tingkat perkembangan sedang, dan desa
yang memiliki tingkat perkembangan tinggi. Dengan adanya analisis tersebut, tentunya dapat
menjadi rujukan untuk melakukan upaya pemerataan ekonomi dan industri dalam
mengembangkan perdesaan di Kabupaten Takalar. Analisis skoring ini dilakukan dengan
menggunakan penilaian pada setiap variabel dan sub-variabel. Variabel-variabel ini mengacu
pada Departemen PU Direktorat Jendral Ciptakarya tahun 2006. Di setiap variabel terdapat
sub-variabel yang memiliki skor 1 – 5. Dalam penelitian ini, terdapat 7 variabel yang digunakan
untuk analisis skoring tingkat perkembangan desa di Kabupaten Takalar, yaitu :
 Potensi desa
Ada beberapa sub-variabel yang digunakan untuk mengetahui desa yang memiliki potensi
yang baik dan berkembang, yakni klasifikasi desa, jumlah dominan rumah, pengelolaan
kegiatan, jumlah pabrik, dan sektor ekonomi potensial.
 Fasilitas untuk menunjang produksi dan jasa
Pada variabel ini terdapat empat sub variabel untuk mengetahui desa yang memiliki
potensi baik yang dapat menunjang perkembangan produksi dan jasa, yaitu pasar, listrik,
komunikasi, dan perkreditan.
 Kelembagaan masyarakat
Pada variabel ini, terdapat dua sub-variabel untuk mengetahui perkembangan desa, yaitu
tipe LKMD dan ada tidaknya badan keswadayaan masyarakat.

4
 Fasilitas untuk pelayanan jasa-jasa
Pada variabel ini terdapat beberpa sub-variabel yang digunakan untuk mengetahui desa
yang memiliki tingkat perkembangannya lebih tinggi. Sub-variabel tersebut adalah sarana
air bersih, sarana sanitasi lingkungan/persampahan, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas kantor pos, dan fasilitas rekreasi.
 Jumlah penduduk
Pada variabel ini hanya terdapat satu sub-variabel yang digunakan, yakni kepadatan
penduduk.
 Aksesibilitas
Variabel aksesibilitas terdiri dari empat sub variabel yang digunakan, yakni kualitas jalan,
sarana angkutan, dan moda angkutan.
 Gangguan bencana alam dan penyakit menular
Variabel ini hanya terdiri dari dua sub variabel yang digunakan, yaitu bencana alam dan
epidemi penyakit menular.

Terdapat 23 desa di berbasis tanaman industri tebu di Kabupaten Takalar, masing-


masing 8 desa di di Kecamatan Polombangkeng Selatan dan 15 desa di Polombangkeng Utara.
Berdasarkan hasil analisis skoring yang telah dilakukan menggunakan 7 variabel di atas, dapat
diketahui bahwa desa-desa yang ada di Kecamatan Polombangkeng Utara memiliki tingkat
perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa-desa di Kecamatan
Polombangkeng Selatan. Namun, yang menjadi kekurangan dalam analisis skoring di jurnal
ini adalah pada bab pembahasan ini penulis jurnal tidak menyebutkan bagaimana hasil
keseluruhan dari analisis tingkat perkembangan desa-desa di Kecamatan Polombangkeng
Utara dan Kecamatan Polombangkeng Selatan. Dalam jurnal ini hanya disebutkan desa di
kecamatan mana yang lebih unggul. Seharusnya, hasil analisis skoring dituliskan dalam 3
kategori, yakni desa yang memiliki tingkat perkembangan rendah, sedang, dan tinggi. Dengan
begitu, dapat diketahui secara pasti desa mana yang memiliki potensi terbesar dan desa mana
yang memiliki potensi rendah dalam perkembangan tanaman industri tebu.
Setelah melakukan analisis skoring, dilakukan analisis menggunakan faktor analisis
SWOT untuk merumuskan strategi pengembangan desa berbasis tanaman industri tebu.
Berikut merupakan hasil analisis tiap faktor dalam pengembangan perdesaan berbasis tanaman
industri tebu di Kabupaten Takalar.
 Strengths (Kekuatan)
1. Aksesibilitas tiap desa sangat strategis berdekatan dengan Ibukota Kabupaten.

5
2. Kondisi lahan yang 80% datar.
3. Kebijakan pemerintah dalam bentuk penetapan sebagai kawasan strategis provinsi
penghasil gula.
4. Kelembagaan tiap desa yang proaktif dalam bidang pertanian
 Weaknesses (Kelemahan)
1. Produktivitas tanaman pangan dan industri mengalami penurunan.
2. Kondisi pabrik yang sudah tua yang mempengaruhi aktivitas industri.
 Opportunities (Peluang)
1. Menjadi kawasan andalan penghasil tanaman pangan dan tanaman industri.
2. Pembukaan lapangan kerja yang lebih banyak akan mengurangi pengangguran.
3. Peningkatan pengelolaan kawasan industri yang akan berpengaruh dari aspek
perekonomian masyarakat.
 Threats (Ancaman)
1. Tingkat pengalihan fungsi lahan pertanian maupun perkebunan.
2. Masuknya pekerja dari luar yang mendominasi industri tebu.
3. Peningkatan kebutuhan pelayanan sarana dan prasarana masyarakat dari tahun ke tahun.

Setelah didapatkan faktor internal dan eksternal dari pengembangan perdesaan di Kabupaten
Takalar, dilakukan evaluasi strategis dari faktor-faktor internal dan eksternal yang disusun
untuk merumuskan strategi tersebut dalam kerangka SWOT. Analisis yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
 Strategi S-O
1. Memanfaatkan aksesibilitas kawasan sebagai pendukung utama kawasan andalan
tanaman pangan maupun industri tebu.
2. Pengembangan kawasan lahan sebagai pendukung perekonomian masyarakat.
3. Peningkatan sinergitas antara pemerintah dan petani tebu serta pihak investor/swasta
dalam pengembangan perdesaan berbasis tanaman industri tebu.
4. Melibatkan semua kalangan baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
pengembangan desa/kelurahan dari perencanaan hingga proses pembangunan.
 Strategi S-T
1. Mengadakan peraturan daerah/kawasan dan perencanaan mengenai fungsi lahan
pangan dan industri tebu.
2. Meningkatkan peran pemuda/masyarakat melalui peningkatan SDM dan
pemberdayaan dalam upaya siap menjadi tenaga kerja yang kompeten.

6
3. Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana permukiman dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan kelembagaan masyarakat
 Strategi W-O
1. Pembuatan program/pelatihan rutin kepada petani dan pekerja industri dalam
pengembangan produktivitas tanaman pangan maupun tanaman indutri.
2. Melakukan pembaharuan pabrik untuk menghindari kerusakan pada mesin sehingga
tidak terpengaruh terhadap aktivitas pekerja dan hasil industri.
3. Pengelolaan kawasan perdesaan berbasis tanaman industri dan pangan dalam
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
 Strategi W-T
1. Sosialisasi pentingnya pengaturan dan perencanaan kawasan yang akan berdampak
terhadap produktivitas lahan.
2. Peningkatan kualitas pelayanan sarana-prasarana tiap desa/kelurahan di Kabupaten
Takalar.
3. Pemberdayaan masyarakat pekerja di kawasan industri dan petani dalam
pengembangan SDM untuk pengembangan desa/kelurahan.

Strategi yang dirumuskan oleh penulis jurnal tersebut masih memiliki kekurangan,
yaitu terdapat beberapa strategi pengembangan yang masih kurang fokus dan masih terasa
umum. Salah satu contohnya adalah strategi terkait peningkatkan pelayanan sarana dan
prasarana permukiman. Strategi tersebut masih terlalu umum karena penulis jurnal tidak
dijelaskan pelayanan sarana dan prasarana apa yang akan ditingkatkan. Selain itu, strategi yang
masih tergolong umum adalah strategi terkait pengelolaan kawasan perdesaan berbasis
tanaman industri dan pangan dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Strategi
tersebut tidak memfokuskan mengenai pengelolaan dari segi apa yang akan dilakukan.
Di antara semua strategi yang telah terbentu, tidak semua strategi di atas merupakan
strategi yang diprioritaskan dalam pengembangan perdesaan berbasis tanaman industri tebu di
Kabupaten Takalar. Untuk mengetahui strategi yang menjadi prioritas, penulis jurnal
melakukan pembobotan pada faktor internal dan faktor eksternal yang telah disebutkan
sebelumnya. Pembobotan ini dinilai berdasarkan isu-isu yang berkembang di wilayah
penelitian untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh. Pembobotan ini merupakan
salah satu poin plus dalam penelitian ini karena dengan begitu dapat diketahui strategi yang
menjadi prioritas untuk dikembangkan di wilayah perencanaan. Berikut merupakan hasil
pembobotan dari setiap faktor internal dan eksternal yang ada.

7
Berdasarkan hasil bobot dikali rating pada table di atas, maka dapat diketahui bahwa skor akhir
dari pembobotan diatas adalah :
Faktor internal = Kekuatan – Kelemahan = 1.7 – 1.3 = 0.4 (+)
Faktor eksternal = Peluang – Ancaman = 1.4 – 1.7 = -0.3 (-)
Setelah didapatkan hasilnya, nilai tersebut kemudian di gambarkan ke dalam grafik analisis
SWOT untuk mengetahui titik akhir strategi yang diprioritaskan seperti gambar berikut.

8
Berdasarkan grafik pembobotan SWOT diatas, dapat diketahui bahwa pengembangan
perdesaan berbasis tanaman industri tebu berada pada posisi kuadran II (S-T). Dengan begitu,
strategi yang menjadi prioritas dalam pengembangan perdesaan berbasis tanaman industri tebu
di Kabupaten Takalar adalah strategi S-T, yaitu strategi diversifikasi.

Kesimpulan Pembahasan Issue Pokok


Kabupaten Takalar memiliki potensi dalam pengembangan perdesaan berbasis tanaman
industri tebu, dimana wilayah yang memiliki menjadi basis pengembangan sektor industri tebu
berada di Kecamatana Polombangkeng Utara dan Kecamatan Polombangkeng Selatan.
Berdasarkan hasil analisis skoring, didapatkan hasil bahwa desa-desa di Kecamatan
Polombangkeng Utara memiliki tingkat perkembangan paling tinggi, yakni di Desa Palleko
dan Desa Massamaru. Untuk mengembangkan potensi perdesaan berbasis tanaman industri
tebu, diperlukan strategi yang dianalisi dari kondisi eksternal dan internal di wilayah
perencanaan. Strategi yang menjadi prioritas dalam pengembangan perdesaan berbasis
tanaman industri tebu di Kabupaten Takalar yaitu mengadakan peraturan daerah/kawasan dan
perencanaan mengenai fungsi industri tebu, meningkatkan peran serta para pemuda/masyarakat
melalui peningkatan sumber daya manusia dan pemberdayaan dalam upaya siap menjadi
tenaga kerja yang kompeten, serta meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana permukiman
penunjang industri tebu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan
kelembagaan masyarakat.

Lesson Learned
 Peningkatan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah dirasakan sangat penting untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di perdesaan karena Indonesia
merupakan negara agraris. Namun, pembangunan dan pengembangan kawasan perdesaan

9
akan semakin menantang kedepannya karena adanya kemajuan teknologi dan globalisasi.
Oleh karena itu, kawasan perdesaan harus memiliki potensi dan keunggulan wilayah yang
dapat dikembangkan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pedesaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya dengan pengembangan kawasan perdesaan berbasis tanaman industri atau
agroindustri.
 Pengembangan kawasan perdesaan berbasis pada potensi wilayah merupakan hal penting
karena nilai tambah dari semua rangkaian produksi pertanian tercipta pada subsistem
budidaya, pemasaran dan pengolahan atau agroindustri pedesaan. Hal tersebut dapat
menjadi fase transisi menuju tranformasi struktural pertanian ke produksi pertanian yang
lebih maju dan berkembang.
 Untuk mengetahui tingkat perkembangan perdesaan berbasis tanaman industri dapat
ditinjau dari beberapa segi, yakni potensi yang ada di dalam desa seperti adanya pabrik
pengolahan, fasilitas dan utilitas untuk mendukung perkembangan produksi barang dan
jasa seperti fasilitas berupa pasar dan utilitas (jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih,
sanitasi, dan persampahan). Hal ini dikarenakan perdesaan sebagai pemasok hasil produksi
pertanian maupun perkebunan harus didorong menjadi desa-desa yang mampu
menghasilkan bahan olahan atau industri hasil pertanian sehingga menjadi kawasan
pertumbuhan ekonomi lokal. Selain itu, keberadaan lembaga masyarakat juga merupakan
faktor penting dalam pengembangan perdesaan.
 Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan untuk menyususn strategi melalui
evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal suatu wilayah. Faktor-faktor internal tersebut
terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal
terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Strategi yang dihasilkan akan
terdiri dari 4 jenis persilangan. Untuk mengetahui strategi yang diprioritaskan di suatu
wilayah, dapat dilakukan analisis pembobotan pada setiap faktor. Pembobotan yang
dilakukan mengacu pada isu-isu dan kondisi eksisting yang ada di suatu wilayah. Dengan
begitu, strategi yang dihasilkan merupakan strategi yang menjadi prioritas utama untuk
diterapkan dalam wilayah tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anshar M & Zulkifli. 2019. Strategi Pengembangan Perdesaan Berbasis Tanaman Industri di
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Journal of Regional and Rural
Development Planning Juni 2019, 3 (2): 95-104

Muttaqin Z & Haidir H. 2021. Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pangan
Pada Kawasan Agropolitan Di Kota Pagar Alam. Jurnal Tekno Global Volume 10 No. 1
Juli 2021

Dhiarto H C. 2017. Perencanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Berbasis Potensi Di


Kabupaten Bondowoso. Journal Ekuilibrium, 2017, Volume II (1) : 1-9

11
ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning
Juni 2019, 3 (2): 95-104
DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2019.3.2. 95-104

Strategi Pengembangan Perdesaan Berbasis Tanaman Industri


di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
Industrial Crop Based Rural Development Strategy in Takalar Regency,
South Sulawesi Province

Muhammad Anshar1* & Zulkifli1


1
Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar, Jalan H.M. Yasin Limpo Nomor 63, Gowa, 92113;
*
Penulis korespondensi. e-mail: ansharakhul@yahoo.co.id
(Diterima: 6 Desember 2018; Disetujui 19 Juni 2019)

ABSTRACT

This study aims to determine the level of development and strategies for rural development
based on industrial plants. This study uses primary and secondary data in the form of village
potential data, supporting facilities, population numbers, accessibility, service facilities,
institutions, disasters, and infectious diseases. Rural development based on industrial plants in
Takalar District is spread in most rural areas. Industry with leading commodity of sugar cane is
expected to be the spearhead of village development. However, based on BPS data, there was a
decrease in sugar cane productivity during 2012–2016. The result of the analysis shows that the
level of rural development based on industrial plants in North Polombangkeng district was higher
than that South Polombangkeng district. It can be seen from the result of the scoring analysis
which shows that two villages namely Palleko village and Massamaturu village, each weights 75
and 74, are located in North Polombangkeng district. This study recommends that in balancing the
level of village development based on sugarcane plants, the local government and private sector
should improve infrastructure and human resources as a whole.
Keywords: development, industry, sugarcane plants

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan dan strategi pengembangan
perdesaan berbasis tanaman industri. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder berupa
data Potensi Desa, fasilitas penunjang, jumlah penduduk, aksesibilitas, fasilitas pelayanan jasa-
jasa, kelembagaan, gangguan bencana, dan penyakit menular. Pengembangan perdesaan berbasis
tanaman industri di Kabupaten Takalar tersebar di sebagian besar wilayah perdesaan. Industri
dengan komoditas unggulan tanaman tebu diharapkan sebagai ujung tombak perkembangan desa.
Namun berdasarkan data BPS, terjadi penurunan produktivitas tanaman tebu selama tahun 2012–
2016. Dari hasil analisis diperoleh tingkat perkembangan perdesaan yang berbasis tanaman industri
di Kecamatan Polombangkeng Utara lebih tinggi dibandingkan dengan di Kecamatan
Polombangkeng Selatan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis skoring yang menunjukkan
bahwa dua desa yakni desa Palleko dan desa Massamaturu masing-masing memiliki bobot 75 dan
74 terletak di Kecamatan Polombangkeng Utara. Penelitian ini merekomendasikan agar dalam
menyeimbangkan tingkat perkembangan desa berbasis tanaman tebu, pemerintah dan swasta dapat
melakukan peningkatan infrastruktur dan sumber daya manusia secara menyeluruh.
Kata kunci: industri, perkembangan, tanaman tebu

95
Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 95-104

PENDAHULUAN masyarakat dan peningkatan perekonomian


nasional. (Diartho, 2018). Agroindustri yang
Pengembangan wilayah pada kawasan merambah ke wilayah perdesaan menimbulkan
perdesaan adalah pembangunan antar desa dampak diberbagai bidang seperti ekonomi,
berdasarkan prioritas pada pengembangan sosial, dan budaya. Dengan aktivitis berbasis
potensi dan/atau pemecahan masalah yang komoditas wilayah perdesaan tersebut.
mengutamakan keterkaitan desa-kota dengan Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
memperhatikan daya dukung lingkungan. khususnya Kabupaten Takalar merupakan salah
(Muta’ali, 2015). satu dari 23 Kabupaten/Kota yang terletak pada
Pemahaman pembangunan wilayah yang wilayah geografis dan lokasi yang cukup
holistik dan terpadu menjadi penting dan strategis dengan iklim yang tergolong iklim
mendasar yang berkaitan dengan perdesaan tropis menjadi hal yang menguntungkan bagi
maupun perkotaan agar terjadi sinergitas, petani. Penduduknya rata-rata bermata
sinkron dan terintegrasi terhadap perlakuan pencaharian di sektor pertanian, terutama
wilayah khususnya oleh pelaku pembangunan. pertanian tanaman padi, jagung, dan
(Anshar et al., 2019) perkebunan tebu. Rata-rata produktivitas
Proses industrialisasi sangat erat tanaman padi mencapai 4.51 ton/ha. Sedangkan
kaitannya dalam pembangunan khususnya produksi tanaman perkebunan yang terkenal
pengembangan wilayah perdesaan berbasis dan menjadi komoditas unggulan yaitu tanaman
komoditas pertanian. (Syahza & Suarman, tebu, yang memiliki produksi pertanian sekitar
2013). Industrialisasi pada hakekatnya suatu 1,500 ton. Dokumen Rencana Tata Ruang
proses perubahan sosial ekonomi yang Wilayah (RTRW) Kabupaten Takalar
merupakan proses pembangunan masyarakat menegaskan bahwa sektor ekonomi yang
dalam peningkatan kualitas serta membangun memberikan nilai kontribusi besar terhadap
potensi manusia Indonesia (Pramono, 2012). perekonomian Kabupaten Takalar adalah sektor
Dalam pandangan lain, pembangunan industri perkebunan ditunjang dengan adanya industri
merupakan aktivitas yang berdaya guna dan pengelolaan Pabrik Gula Takalar di Kecamatan
berhasil guna dalam mendorong pada Polombangkeng Utara. Tebu sebagai komoditas
peningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan unggulan yang didukung dengan Pabrik Gula
indikator tercapainya kualitas kehidupan yang (PG) Takalar. Pabrik ini dikelola oleh Badan
lebih baik sehingga pembangunan industri tidak Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikontrak
hanya dalam pencapaian kegiatan mandiri tetapi oleh PTPN XIV (Persero) yang telah beroperasi
mempunyai tujuan pokok untuk peningkatan sejak tahun 1982.
kesejahteraan masyarakat di wilayah sekitarnya Pengembangan Perdesaan berbasis
(Ishak, 2014). agroindustri di Kabupaten Takalar yang
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tersebar di sebagian besar wilayah perdesaan di
tentang Perindustrian mendeskripsikan dua kecamatan yakni Polombangkeng Utara
perindustrian sebagai kegiatan ekonomi baik dan Polombangkeng Selatan, baik industri
industri berupa barang maupun industri jasa rumah tangga, kecil sampai skala besar. Industri
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, dengan komoditas unggulan tanaman
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi perkebunan/industri (tebu) diharapkan sebagai
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi. ujung tombak perkembangan desa. Namun
Agroindustri sebagai kegiatan dalam berdasarkan data BPS terjadi penurunan
pemanfaatan hasil pertanian sebagai bahan baku produktifitas tanaman tebu tahun 2012–2016.
atau mendesain dan menyediakan peralatan dan Usaha tanaman industri belum begitu
jasa banyak diminati oleh sebagian masyarakat berkembang dimana usaha tanaman industri
desa karena eksistensinya sudah banyak dapat meningkatkan pendapatan dan
berpengaruh pada peningkatan perekonomian kesejahteraan bagi petani.

M. Anshar & Zulkifli 96


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 95-104

Wilayah studi memiliki potensi yang Di sisi lain sektor tanaman pangan, penyerapan
strategis dalam pengembangan sektor pertanian tenaga kerja dari tahun ke tahun terus
khususnya tanaman industri yaitu tersedianya mengalami peningkatan namun mengalami
lahan yang luas dan cocok serta SDM petani penurunan produktivitas pada lima tahun
yang beraktivitas di sektor ini dengan terakhir (BPS Kabupaten Takalar, 2017).
memperhatikan tipologi wilayah. (Maulana et Untuk mengatasi permasalahan tersebut
al., 2011). di atas, maka upaya pengembangan komoditas
Berbagai permasalahan dan kendala tanaman industri di Kabupaten Takalar perlu
selama ini banyak dihadapi petani yang berada disinkronkan dengan upaya peningkatan/
di Kabupaten Takalar, baik menyangkut pengembangan agroindustri, pengembangan
infrastruktur yang masih terbatas, kesulitan perdesaan serta pemberdayaan masyarakat tani
dalam permodalan, terbatasnya penguasaan (Astati et al., 2019). Dengan melihat hal
teknologi baik dalam usaha tani maupun tesebut, peneliti perlu melakukan penelitian
pengelolaan hasilnya, dan kesulitan dalam dengan judul “Strategi Pengembangan
pemasaran produk yang dihasilkan. (Tayibnapis Perdesaan Berbasis Tanaman Tebu di
et al., 2018). Kabupaten Takalar”.
Hal demikian menyebabkan kegiatan
perekonomian di sebagian besar daerah METODOLOGI
perdesaan belum berkembang sebagaimana
yang diharapkan dan banyaknya kantong- Lokasi penelitian ditentukan dengan
kantong kemiskinan di daerah perdesaan dan pertimbangan masih banyaknya desa yang
kecamatan pada wilayah studi masih berada pengembangannya sangat lambat sehingga
pada angka kemiskinan tertinggi di Kabupaten masih tertinggal dari desa atau kelurahan yang
Takalar. lainnya.
Kabupaten Takalar dibagi sembilan Berdasarkan pertimbangan tersebut,
Kecamatan dimana terdapat dua desa berbasis maka penelitian dilakukan di Kabupaten
tanaman industri (tebu). Di lokasi studi terdapat Takalar (untuk level makro) dan dua kecamatan
satu industri besar di Kecamatan sesuai basis perkembangan desa yang sudah
Polombangkeng Utara. Dalam hal penyerapan ditetapkan (level mikro) secara sengaja
tenaga kerja sektor tanaman industri (purposive) dengan pertimbangan data
mempunyai peranan yang strategis. Pada tahun diperoleh bisa lebih representatif. Teknik
2016, berdasarkan data BPS Kabupaten Takalar analisis data melalui Analisis skoring.
(2017) penduduk yang bekerja di industri yang Pengukuran tingkat perkembangan desa dalam
berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor kajian ini berdasarkan pada hasil publikasi BPS
industri yakni sebanyak 1,025 orang (6.53%) melalui Data Potensi desa tahun 2018 di desa
dari jumlah penduduk. Penyerapan Tenaga se-Kabupaten Takalar.
kerja yang tidak mementingkan masyarakat Berdasarkan pada definisi Kementerian
sekitar terkhusus pada sektor industri gula dapat Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
menjadi faktor perkembangan dan Transmigrasi Republik Indonesia (2018),
kesejahteraan desa. Berdasarkan hal tersebut daerah tertinggal adalah sebuah daerah yang
terdapat ketimpangan, dimana luas lahan perkembangannya berada pada titik di bawah
tanaman industri yang luas, namun penyerapan angka rataan perkembangan nasional. Indikator
tenaga kerja tidak seimbang. Tenaga kerja di penilaian dengan standar berdasarkan
sektor industri yang sangat sedikit menyerap Departemen Pekerjaan Umum (PU).
penduduk di sekitar industri.

97 Strategi Pengembangan Perdesaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 95-104

a. Potensi Desa Tabel 2 Penilaian berdasarkan fasilitas penunjang


Salah satu variabel yang digunakan perkembangan produksi dan jasa
Variabel/Kriteria Penilaian
dalam menentukan tingkat perkembangan desa
a. Fasilitas Pasar
yakni potensi desa. Ada beberapa sub-variabel Pasar/Pertokoan/Pasar Khusus 5
yang digunakan untuk mengetahui desa yang Hotel/penginapan 5
memiliki potensi yang baik dan berkembang, Restoran/rumah makan 3
yang dapat dilihat pada Tabel 1. Kios/warung 1
b. Perkreditan
Bank 5
Tabel 1 Penilaian berdasarkan potensi desa KUD 3
Variabel/Kriteria Penilaian Koperasi Lainnya 3
a. Klasifikasi Desa c. Sarana listrik
Swadaya 1 Jumlah Rumah Tangga dilayani 3
Swakarya 3 PLN
Swasembada 5 Jumlah Rumah Tangga dilayani 2
b. Jumlah Dominan Rumah Non PLN
Dibidang Pertanian 1 Lainnya 1
Dibidang Industri dan Kerajinan 5 d. Sarana Telepon
Dibidang Perdagangan dan Jasa 3 Pelanggan Telepon 2
Dibidang Lainnya 2 Wartel 1
c. Pengelolaan Kegiatan (0-5)
Total Penilaian 33
Organisasi Pertanian/ Nelayan 3
Badan Usaha/Perusahaan 5 Sumber: Berdasarkan Departemen PU Direktorat
Tidak ada organisasi 1 Jendral Ciptakarya, Tahun 2006
d. Jumlah pabrik ( 0-5 )
> 5 buah 5 c. Kelembagaan Masyarakat
2 - 4 buah 3 Variabel kelembagaan Masyarakat
< 2 buah 1 terdapat dua sub-variabel yang digunakan untuk
e. Sektor Ekonomi Potensial (0-5)
Sawah/Perkebunan/ Perikanan/ 1 mengetahui desa yang memiliki potensi
Lahan kering perkembangan yang baik, yaitu tipe LKMD dan
Industri Kecil 3 lembaga LMD. Penjelasan dapat dilihat pada
Industri Besar dan Sedang 5 Tabel 3.
Perdagangan dan Jasa 5
Lainnya 2
Total Penilaian 49 Tabel 3 Penilaian berdasarkan kelembagaan
masyarakat
Sumber: Berdasarkan Departemen PU Direktorat
Jendral Ciptakarya, Tahun 2006 Variabel/Kriteria Penilaian
a. Tipe LKMD
1. Tipe 1 1
b. Fasilitas untuk Menunjang
2. Tipe 2 2
Perkembangan Produksi dan Jasa 3. Tipe 3 3
Pada variabel ini terdapat empat sub b. Badan Keswadayaan Masyarakat
variabel untuk mengetahui desa yang memiliki (Ada/Tidak ada)
1. Ada 3
potensi baik yang dapat menunjang
2. Tidak Ada 0
perkembangan produksi dan jasa, yaitu pasar, Total Penilaian 6
listrik, komunikasi, dan perkreditan [Tabel 2]. Sumber: Berdasarkan Departemen PU Direktorat
Jendral Ciptakarya, Tahun 2006

M. Anshar & Zulkifli 98


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 95-104

d. Fasilitas untuk Pelayanan Jasa-jasa f. Aksesibilitas


Variabel ini terdapat beberpa sub- Variabel aksesibilitas terdiri dari empat
variabel yang digunakan untuk mengetahui desa sub variabel yang digunakan, yakni kualitas
yang memiliki tingkat perkembangannya lebih jalan, sarana angkutan, dan moda angkutan.
tinggi. Penjelasan dapat dilihat pada Tabel 4. Untuk hal tersebut mengenai variabel dan
indikator dalam penelitian ini, dapat dilihat
Tabel 4 Penilaian berdasarkan fasilitas untuk pada Tabel 6.
pelayanan jasa-jasa
Variabel/Kriteria Penilaian
Tabel 6 Penilaian berdasarkan aksesibilitas
a. Sarana Air Bersih Variabel/Kriteria Penilaian
1. PAM 5 a. Kualitas Jalan (0-5)
2. Air Sumur 3 1. Aspal 5
3. Lainnya (sungai dan Air 1 2. Diperkeras 3
Hujan) 3. Tanah 1
b. Sarana Sanitasi Lingk/Persampahan b. Sarana Angkutan
1. Diangkut dengan Truk ke 2 1. Terminal 5
TPA 2. Lainnya 0
2. Lainnya (Tanpa Lokasi 1 c. Moda Angkutan (0-5)
Pembuangan) 1. Kendaraan bermotor 5
c. Fasilitas Pendidikan TK/SD/SLTP/SLTA / roda 4/3
Kejuruan sederajat Akademi / Universitas 2. Sepeda motor 3
1. <3 1 3. Delman/dokar/gerobak/ 2
2. ¾ 3 pedati
3. >5 5 4. Lainnya 1
d. Fasilitas Kesehatan d. Jarak Desa ke Ibukota Kabupaten (0-5)
1. Rumah Sakit/RSB 5 1. > 25 km 1
2. Puskesmas/Puskesmas 3 2. 10 - 25 km 3
Pembantu 3. < 10 km 5
3. Poliklinik 1 Total Penilaian 34
e. Fasilitas Kantor apos Sumber: Berdasarkan Departemen PU Direktorat
1. Ada Kantor Pos 2 Jendral Ciptakarya, Tahun 2006
2. Tidak Ada Kantor Pos 0
f. Fasilitas Rekreasi g. Ganguan Bencana Alam dan Penyakit
1. Bioskop/teater 2 Menular
2. Taman Hiburan 1 Variabel ini hanya terdiri dari dua sub
3. Lainnya 0 variabel yang digunakan, yaitu bencana alam
Total Penilaian 35
dan epidemi penyakit menular [Tabel 7].
Sumber: Berdasarkan Departemen PU Direktorat
Jendral Ciptakarya, Tahun 2006
Tabel 7 Penilaian berdasarkan gangguan bencana
alam dan penyakit menular
e. Jumlah Penduduk
Variabel/Kriteria Penilaian
Variabel jumlah penduduk hanya satu a. Bencana Alam
sub variabel yang digunakan, yaitu kepadatan 1. Kekeringan 5
penduduk [Tabel 5]. 2. Banjir 3
3. Gempa bumi 2
Tabel 5 Penilaian berdasarkan kelembagaan 4. Gunung meletus 1
masyarakat 5. Lainnya 0
Variabel/Kriteria Penilaian b. Epidemi penyakit menular
a. Kepadatan penduduk 1. Muntaber 5
1. > 50 jiwa per km2 5 2. Demam berdarah 3
2. 25 - 49 jiwa per km2 3 3. Lainnya. 1
3. < 25 jiwa per km2 1
Total Penilaian 19
Total Penilaian 9
Sumber: Berdasarkan Departemen PU Direktorat
Sumber: Berdasarkan Departemen PU Direktorat
Jendral Ciptakarya, Tahun 2006
Jendral Ciptakarya, Tahun 2006

99 Strategi Pengembangan Perdesaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 95-104

Interpretasi penilaian untuk mengetahui Untuk mendapatkan alternatif strategi


tingkat perkembangan desa berdasarkan total 7 pengembangan perdesaan dilanjutkan dengan
(tujuh) variabel di atas dilakukan dengan Analisis SWOT yang merupakan metode
melakukan penskoran terhadap 3 kategori
perencanaan strategis yang digunakan untuk
berdasarkan distribusi data sebagai berikut,
a. Nilai 74–100 sebagai desa/kelurahan mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
tingkat perkembangannya tinggi. (weaknesses), peluang (opportunities) dan
b. Nilai 45–73 sebagai desa/kelurahan tingkat ancaman (threats).
perkembangannya sedang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Nilai <45 sebagai desa/kelurahan tingkat
perkembangannya rendah.
Analisis tingkat perkembangan perdesaan
Dari skoring nilai sesuai dengan variabel
berbasis tanaman industri
dengan memperhatikan indikator masing-
masing akan menghasilkan kategori dan tolok Secara spasial penyebaran tanaman
ukur perkembangan desa. Hasil skoring tersebut industri tebu terkonsentrasi di bagian timur
dideskripsikan sehingga mendapatkan informasi Kabupaten Takalar, yakni di Kecamatan
tingkat perkembangan perdesaan berbasis Polombangkeng Utara dan Polombangkeng
tanaman industri tebu. Selatan.

Gambar 1 Peta wilayah kawasan tanaman industri


Sumber: RTRW Kabupaten Takalar, 2016

Hasil Analisis skoring ini menunjukkan desa-desa di Kecamatan Polombangkeng Utara


bahwa desa yang berbasis tanaman industri tebu perkembangannya lebih tinggi dibandingkan
terdapat dua kecamatan yakni Kecamatan dengan desa-desa di Kecamatan
Polombangkeng Utara dan Polombangkeng Polombangkeng Selatan. Terdapat 23 desa yang
Selatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa berbasis tanaman industri tebu di Kabupaten

M. Anshar & Zulkifli 100


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 95-104

Takalar, masing-masing 8 desa di Kecamatan kerangka SWOT. Analisis yang diperoleh


Polombangkeng Selatan dan 15 desa di adalah sebagai berikut.
Polombangkeng Utara. a. Strategi SO:
1. Memanfaatkan Aksesibilitas kawasan
Analisis strategi pengembangan perdesaan sebagai pendukung utama kawasan
berbasis tanaman industri Tebu andalan tanaman pangan maupun industri
Metode perencanaan melalui analisis tebu.
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and 2. Pengembangan kawasan lahan sebagai
Threat) untuk mengevaluasi dalam menyusun pendukung perekonomian masyarakat.
strategi pengembangan perdesaan berbasis 3. Peningkatan sinergitas antara pemerintah
tanaman industri tebu, dilakukan dengan faktor- dan petani tebu serta pihak
faktor analisis sebagai berikut. investor/swasta dalam pengembangan
a. Kekuatan (S): perdesaan berbasis tanaman industri tebu.
1. Aksesibilitas tiap desa sangat strategis 4. Melibatkan semua kalangan baik
berdekatan dengan Ibukota Kabupaten. pemerintah, swasta, dan masyarakat
2. Kondisi lahan yang 80% datar. dalam pengembangan desa/kelurahan
3. Kebijakan pemerintah dalam bentuk dari perencanaan hingga proses
penetapan sebagai kawasan strategis pembangunan.
provinsi penghasil gula. b. Strategi ST:
1. Mengadakan peraturan daerah/kawasan
4. Kelembagaan tiap desa yang proaktif
dan perencanaan mengenai fungsi lahan
dalam bidang pertanian.
pengan dan industri tebu.
b. Kelemahan (W):
2. Meningkatkan peran pemuda/masyarakat
1. Produktivitas tanaman pangan dan
melalui peningkatan SDM dan
industri mengalami penurunan.
pemberdayaan dalam upaya siap menjadi
2. Kondisi pabrik yang sudah tua yang
tenaga kerja yang kompeten.
mempengaruhi aktivitas industri.
3. Meningkatkan pelayanan sarana dan
c. Peluang (O):
prasarana permukiman dalam memenuhi
1. Menjadi kawasan andalan penghasil
kebutuhan masyarakat dengan
tanaman pangan dan tanaman industri.
memanfaatkan kelembagaan masyarakat.
2. Pembukaan lapangan kerja yang lebih
c. Strategi WO:
banyak akan mengurangi pengangguran.
1. Pembuatan program/pelatihan rutin
3. Peningkatan pengelolaan kawasan
kepada petani dan pekerja industri dalam
industri yang akan berpengaruh dari
pengembangan produktivitas tanaman
aspek perekonomian masyarakat.
pangan maupun tanaman indutri.
d. Ancaman (T):
2. Melakukan pembaharuan pabrik untuk
1. Tingkat pengalihan fungsi lahan
menghindari kerusakan pada mesin
pertanian maupun perkebunan.
sehingga tidak terpengaruh terhadap
2. Masuknya pekerja dari luar yang
aktivitas pekerja dan hasil industri.
mendominasi industri tebu.
3. Pengelolaan kawasan perdesaan berbasis
3. Peningkatan kebutuhan pelayanan sarana
tanaman industri dan pangan dalam
dan prasarana masyarakat dari tahun ke
meningkatkan kualitas kehidupan
tahun.
masyarakat.
d. Strategi WT:
Analisis Faktor Strategi Internal (IFAS) dan
1. Sosialisasi pentingnya pengaturan dan
Analisis Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
perencanaan kawasan yang akan
Evaluasi strategis dari faktor-faktor berdampak terhadap produktivitas lahan.
internal dan eksternal diidentifikasi dan disusun
untuk merumuskan strategi tersebut dalam

101 Strategi Pengembangan Perdesaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 95-104

2. Peningkatan kualitas pelayanan sarana- pengembangan SDM untuk


prasarana tiap desa/kelurahan di pengembangan desa/kelurahan.
Kabupaten Takalar. Berdasarkan isu-isu yang berkembang di
3. Pemberdayaan masyarakat pekerja di wilayah penelitian, yang paling berpengaruh
kawasan industri dan petani dalam sebagai berikut.

Tabel 8 Pembobotan SWOT ditinjau dari faktor internal


No Faktor Bobot Rating BxR
1 Kekuatan
Aksesibilitas tiap desa sangat strategis 0.1 2 0.2
berdekatan dengan Ibukota Kabupaten.
Kondisi lahan yang 80% datar. 0.1 2 0.2
Kebijakan pemerintah dalam bentuk 0.2 4 0.8
penetapan sebagai kawasan strategis provinsi
penghasil gula.
Kelembagaan tiap desa yang proaktif dalam 0.1 3 0.3
bidang pertanian.
Jumlah 0.5 9 1.7
2 Kelemahan
Produktivitas tanaman pangan dan industri 0.3 3 0.9
mengalami penurunan.
Kondisi pabrik yang sudah tua mempengaruhi 0.2 2 0.4
aktivitas industri.
Jumlah 0.5 5 1.3
Total 14 3.0
Sumber: Hasil analisis, 2017

Tabel 9 Pembobotan analisis SWOT ditinjau dari faktor eksternal


No Faktor Bobot Rating BxR
1 Peluang
Menjadi kawasan andalan penghasil tanaman pangan dan 0.3 3 0.9
tanaman industri tebu
Pembukaan lapangan kerja yang lebih banyak akan
mengurangi pengangguran. 0.1 3 0.3
Peningkatan pengelolaan kawasan industri yang akan 0.1 2 0.2
berpengaruh dari aspek perekonomian masyarakat.
Jumlah 0.5 9 1.4
2 Ancaman
Tingkat pengalihan fungsi lahan yang pertanian maupun 0.2 4 0.8
perkebunan.
Masuknya pekerja dari luar yang mendominasi industri tebu 0.2 3 0.6
Peningkatan kebutuhan pelayanan sarana dan prasarana 0.1 3 0.3
masyarakat dari tahun ke tahun.
Jumlah 0.5 8 1.7
Jumlah 17 3.1
Total 31 6.1
Sumber: Hasil analisis, 2017
Faktor Internal: Kekuatan – Kelemahan = 1.7 – 1.3 = 0.4 ( + )
Faktor Eksternal: Peluang –Ancaman = 1.4 – 1.7 = -0.3 ( - )

M. Anshar & Zulkifli 102


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 95-104

Gambar 2 Grafik Analisis SWOT


Sumber: Hasil analisis, 2017

Dari grafik analisis SWOT di atas Strategi yang dapat dilakukan dalam
menunjukkan bahwa pengembangan perdesaan upaya pengembangan perdesaan berbasis
berbasis tanaman industri tebu berada pada tanaman industri tebu yakni; (1) Mengadakan
posisi kuadran II (positif, Negatif). Alternatif peraturan daerah/kawasan dan perencanaan
rekomendasi strategi yang dihasilkan adalah mengenai fungsi industri tebu; (2)
Strategi S-T. Hasil analisis SWOT tersebut di Meningkatkan peran pemuda/masyarakat
atas digunakan Strategi (ST) yang dapat melalui peningkatan SDM dan pemberdayaan
dijabarkan sebagai berikut: (1) Mengadakan dalam upaya siap menjadi tenaga kerja yang
peraturan daerah/kawasan dan perencanaan kompeten; (3) Meningkatkan pelayanan sarana
mengenai fungsi lahan pangan dan industri dan prasarana permukiman dalam memenuhi
tebu; (2) Meningkatkan peran kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan
pemuda/masyarakat melalui peningkatan SDM kelembagaan masyarakat.
dan pemberdayaan dalam upaya siap menjadi
tenaga kerja yang kompeten; (3) Meningkatkan DAFTAR PUSTAKA
pelayanan sarana dan prasarana permukiman
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan Anshar, M., Astati, & Wahida, N. (2019). The
memanfaatkan kelembagaan masyarakat. potential for rural resources development,
specifically livestock commodities based
KESIMPULAN on Geographic Information System (GIS)
in Patukku Village, Bontocani District,
Wilayah Kecamatan yang tingkat per- Bone Regency. IOP Conf. Series: Earth
kembangannya tinggi adalah Polombangkeng and Environmental Science, 247, 1-9.
Utara pada Desa Pallekko sebagai desa berbasis Astati, Paly, M. B., Suarda, A., Asgaf, K.,
tanaman industri tebu yang mempunyai skor Anshar, M., Mursidin, Rusny, & Arfah.
tertinggi dan Desa Massamaturu. (2019). Empowerment and increasing the
Desa-desa yang berada di Kecamatan scale of beef cattle in Bonto Manai
Polombangkeng Utara tingkat per- Village Bisappu District Bantaeng
kembangannnya lebih tinggi. Hal ini diperkuat Regency. IOP Conf. Series: Earth and
dengan letak industri gula yang memang berada Environmental Science, 247, 1-8.
di Kecamatan Polombangkeng Utara, sebagai
penunjang ekonomi masyarakat.

103 Strategi Pengembangan Perdesaan…


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2019, 3 (2): 95-104

BPS Kabupaten Takalar. (2017). Kabupaten


Takalar dalam Angka 2016. Takalar:
Badan Pusat Statistik.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Ciptakarya. (2006).
Pengembangan Permukiman.
Diartho, H. C. (2018). Pengembangan Wilayah
Perdesaan Berbasis Pada Potensi Sumber
Daya Alam di Kabupaten Bondowoso.
EKONOMIKAWAN: Jurnal Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan, 18
(2), 102-122.
Pramono, R. W. D. (2018). Pengaruh Fluktuasi
Industrialisasi Terhadap Kapabilitas
Masyarakat Pedesaan di Magelang.
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota,
14 (2), 95-107.
Ishak, A. F. (2014). Pengaruh Pertumbuhan
Industri Terhadap Kesejahteraan
Masyarkat di Provinsi Kalimantan Timur.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 24 (1), 1-6.
Maulana, M. & Yana, E. P. S. (2011).
Penetapan Tipologi Wilayah Sebagai
Kriteria Alternatif Pemekaran Kecamatan
(Studi Kasus di Kabupaten Mesuji).
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan
Pembangunan "Administratio" , 2 (2).
Muta’ali, L. (2012). Daya Dukung Lingkungan
untuk Perencanaan Pengembangan
Wilayah. Yogyakarta: Badan Penerbit
Fakultas Geografi (BPFG) Universitas
Gadjah Mada.
Syahza, A. S. (2013). Strategi Pengembangan
Daerah Tertinggal dalam Upaya
Percepatan Pembangunan Ekonomi
Pedesaan. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 14 (1), 26-130.
Tayibnapis, A. Z., Sundari, M. S., &
Wuryaningsih, L. E. (2018).
Meningkatkan Daya Saing Pabrik Gula di
Indonesia Era Masyarakat Ekonomi
Asean. Jurnal Riset Ekonomi dan
Manajemen, 16 (2), 225-236.

M. Anshar & Zulkifli 104

Anda mungkin juga menyukai