Anda di halaman 1dari 76

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI ANAK

USIA SEKOLAH DI SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

YASMIN ZAHIRAH

G0013238

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2017
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi

Anak Usia Sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta

Yasmin Zahirah, NIM: G0013238, Tahun: 2017

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Rabu, Tanggal 11 Januari 2017

Pembimbing Utama

Nama : Drs.Widardo, M.Sc.


NIP : 196312161990031002 (......................................)

Pembimbing Pendamping

Nama : Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes


NIP : 198306212009122003 (......................................)

Penguji

Nama : Suhanantyo, drg., M.Si.Med


NIP : 195106060986011001 (......................................)

Surakarta, ..................................

Ketua Tim Skripsi Kepala Program Studi

Kusmadewi Eka Damayanti, dr., M.Gizi Sinu Andhi Jusup, dr., M.Kes.
commit to user NIP. 19700607 200112 1 002
NIP. 19830509 200801 2 005

ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 15 Februari 2017

Yasmin Zahirah
NIM. G0013238

commit to user

iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Yasmin Zahirah, G0013238, 2016. Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status


Gizi Anak Usia Sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta. Skripsi. Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Prevalensi overweight dan obesitas pada anak meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah orang yang melewatkan sarapan. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa orang yang melewatkan sarapan cenderung mengonsumsi
makanan lebih banyak di luar waktu sarapan sehingga meningkatkan risiko
overweight dan obesitas. Obesitas dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi jangka
panjang. Meningkatnya prevalensi obesitas pada anak perlu dijadikan perhatian
karena anak yang obesitas cenderung menjadi dewasa yang obesitas pula. Oleh
karena itu, penatalaksanaan obesitas pada anak perlu diutamakan, seperti upaya
pencegahan melalui kebiasaan sarapan secara teratur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi anak usia sekolah dasar
di SDIT Nur Hidayah Surakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan


cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan November 2016 dengan subjek
penelitian adalah siswi kelas V SD di SDIT Nur Hidayah Surakarta. Metode simple
random sampling digunakan untuk memilih 71 sampel penelitian. Data status gizi
diperoleh dari berat badan dan tinggi badan, kemudian diolah menjadi z-score
berdasarkan IMT/U dengan software WHO Anthroplus. Data kebiasaan sarapan
diperoleh melalui kuisioner. Data konsumsi makanan selain sarapan diperoleh
melalui formulir food record 24 jam dan diolah dengan software Nutrisurvey. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan dengan α = 0,05.

Hasil Penelitian: Hasil uji t tidak berpasangan pada variabel kebiasaan sarapan dan
status gizi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik
pada z-score berdasarkan indeks IMT/U antara kelompok responden yang memiliki
kebiasaan sarapan teratur dan tidak teratur (p= 0,01). Perbandingan rata-rata z-score
pada kelompok dengan kebiasaan sarapan teratur (z-score= 0,12) dan tidak teratur (z-
score= 1,03) menunjukkan bahwa terdapat penurunan risiko overweight dan obesitas
pada kelompok orang yang memiliki kebiasaan sarapan teratur. Dengan demikian,
hipotesis penelitian ini diterima.

Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada z-


score berdasarkan indeks IMT/U antara kelompok responden yang memiliki
kebiasaan sarapan teratur dan tidak teratur (p= 0,01).

Kata Kunci: kebiasaan sarapan, status gizi, obesitas

iv
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Yasmin Zahirah, G0013238, 2016. The Correlation of Breakfast Habits and


Nutritional Status of School Age Children in SDIT Nur Hidayah Surakarta. Mini
Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: The prevalence of overweight and obesity in children increased as the


increasing the number of people who skip breakfast. Several studies have shown that
people who skip breakfast tend to consume more food outside of breakfast so it
increases the risk of overweight and obesity. Obesity can lead to long term
complications. The increasing prevalence of obesity in children should be a concern
because obese children tend to become obese adults as well. Therefore, the
management of obesity in children need to be prioritized, such as prevention through
regular breakfast habit. This study aims to determine the relationship of breakfast
habits and nutritional status of school age children in SDIT Nur Hidayah Surakarta.

Methods: This research was observational analytic with cross sectional design. The
study was conducted in November 2016 by the research subjects were grade V of
primari school in SDIT Nur Hidayah Surakarta. Simple random sampling method is
used to select 71 samples. Nutritional status data obtained from weight and height,
and then processed into z-score based on BMI/age with WHO Anthroplus software.
Data of breakfast habits obtained through questionnaires. Food consumption other
than breakfast obtained through 24 hours food record and processed by Nutrisurvey
software. Data were analyzed using unpaired t test with α = 0.05.

Results: Results of the unpaired t test variables breakfast habits and nutritional status
indicates that there is a statistically significant difference in the z-score index based
on BMI/age between the group of respondents who have regular and irregular
breakfast habits (p = 0.01). Comparison of the average z-score in the group with
regular breakfast habit (z-score = 0.12) and irregular (z-score = 1.03) indicates that
there is a reduced risk of overweight and obesity in a group of people who have a
regular breakfast habit. Thus, this research hypothesis is accepted.

Conclusions: There are statistically significant differences in z-score index based on


BMI/age between the group of respondents who have a regular and irregular
breakfast habits (p = 0.01).

Keywords: breakfast habit, nutritional status, obesity

v
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah


SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan
Status Gizi Anak Usia Sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta”.
Penelitian dan penulisan skripsi ini terlaksana dengan baik berkat bantuan,
bimbingan, dan petunjuk berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Kusmadewi Eka Damayanti, dr. M.Gizi selaku Ketua Skripsi beserta tim
skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Widardo, M.Sc selaku Pembimbing Utama yang telah banyak
memberikan bimbingan, masukan, saran, dan arahan dalam penelitian ini.
4. Arsita Eka Prasetyawati, dr, M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang
telah banyak memberikan bimbingan, masukan, saran, dan arahan dalam
penelitian ini.
5. Suhanantyo, drg, M.Si.Med selaku Penguji Utama yang telah berkenan
menguji serta memberikan saran dan masukan dalam penelitian ini.
6. SDIT Nur Hidayah Surakarta yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian kepada peserta didiknya.
7. Seluruh keluarga (Ayah Mokhamad Soleh, SE, Ibu Dewi Restu Annita
Sulandari, dr., dan Munadhia) yang telah memberikan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
8. Abdul Aziz Maarif, selaku suami yang telah memberi semangat dalam
penyelesaian laporan peneliian ini.
9. Ana Erdina, Farha Naily Fauziah, Irma Kurniawati, Yani Dwi Pratiwi,
Septiana Karisma, Prima Dwi Cahyaning Pekerti, Inayah Hapsari, Safira
Widyaputri, yang telah membantu pengambilan data dalam penelitian ini.
10. Pengurus Harian Tetap (PHT) SKI FK UNS 2015-2016, PHT Bidang
Kaderisasi SKI FK UNS 2015-2016, dan teman-teman Departemen
Pembinaan SKI FK UNS 2015-2016 yang terus memberikan semangat
untuk menyelesaikan penelitian ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan
khususnya bagi pembaca umumnya.

Surakarta, 14 Februari 2017

Yasmin Zahirah

vi
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vii
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

PRAKATA ......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 6

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 6

1. Sarapan...................................................... ....................................... 6

a. Definisi Sarapan ......................................................................... 6

b. Kebiasaan Sarapan ..................................................................... 6

c. Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Sarapan ....................... 7

d. Pengaruh Sarapan ....................................................................... 8

2. Status Gizi ........................................................................................ 9

a. Definisi Status Gizi ................................................................... 9

viii
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ................................... 10

c. Penilaian Status Gizi ................................................................. 10

d. Klasifikasi Status Gizi Menurut Penilaian Antropometris ........ 13

e. Obesitas ..................................................................................... 14

3. Anak ................................................................................................. 24

4. Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi Anak................. 25

B. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 28

C. Hipotesis ................................................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 30

A. Jenis Penelitian....................................................................................... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 30

C. Subjek Penelitian ................................................................................... 30

D. Desain Penelitian ................................................................................... 34

E. Identifikasi Variabel Penelitian.............................................................. 34

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... 35

G. Instrumentasi dan Bahan Penelitian ....................................................... 37

H. Prosedur Penelitian ................................................................................ 37

I. Teknik Analisis Data.............................................................................. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 40

A. Karakteristik Sampel Penelitian ............................................................. 40

B. Analisis Data .......................................................................................... 44

ix
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 49

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 58

A. Simpulan ................................................................................................ 58

B. Saran ...................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60

LAMPIRAN

x
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Menurut Kemenkes ................................... 14

Tabel 2.2 Obat yang Berhubungan dengan Peningkatan Berat Badan .................... 17

Tabel 2.3 Komplikasi Obesitas pada Anak .............................................................. 21

Tabel 4.1 Karakteristik Data Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 40

Tabel 4.2 Karakteristik Data Berdasarkan Umur ..................................................... 41

Tabel 4.3 Karakteristik Data Kebiasaan Sarapan ..................................................... 41

Tabel 4.4 Karakteristik Data Status Gizi dan Konsumsi Makanan Selain Sarapan . 42

Tabel 4.5 Karakteristik Data Pendidikan Ibu ........................................................... 43

Tabel 4.6 Karakteristik Kondisi Ekonomi Keluarga ................................................ 43

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi ........ 44

Tabel 4.8 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi . 45

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Kebiasaan Sarapan dengan Konsumsi Makanan

Selain Sarapan .......................................................................................... 45

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Transformasi Data Kebiasaan Sarapan dengan

Konsumsi Makanan Selain Sarapan ......................................................... 46

Tabel 4.11 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Kebiasaan Sarapan dengan Konsumsi

Makanan Selain Sarapan .......................................................................... 47

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Kondisi Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi ... 47

Tabel 4.13 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Kondisi Ekonomi Keluarga dengan Status

Gizi ........................................................................................................... 48

xi
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................. 28

Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian ...................................................................... 34

xii
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Persetujuan Penelitian

Lampiran 4. Kuisioner Penelitian Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi

Anak

Lampiran 5. Formulir food record

Lampiran 6 Analisis Data

xiii
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belum banyak orang mengetahui manfaat sarapan secara teratur.

Sebuah survei melaporkan bahwa terdapat kecenderungan kebiasaan

mengkonsumsi sarapan yang semakin menurun pada anak laki-laki dan

perempuan dalam kurun waktu antara 1965 sampai dengan 1991 di Amerika

Serikat, yaitu berturut-turut 89,7% dan 84,4% di tahun 1965 menjadi 74,9%

dan 64,7% di tahun 1991 (Soedibyo dan Gunawan, 2009). Penelitian di negara

maju secara umum menyatakan prevalensi anak dan remaja yang melewatkan

sarapan berkisar antara 12-34% (Niswah, 2014). Di Indonesia, berbagai hasil

penelitian mengenai sarapan yang dilakukan sejak tahun 2002 hingga 2011

menunjukkan kisaran 16.9-59% anak sekolah di berbagai kota besar tidak

sarapan dengan berbagai faktor penyebab (Hardinsyah dan Aries, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dubois et al. (2008) dan Croezen

et al. (2009), kebiasaan sarapan berhubungan dengan status gizi, di mana

sarapan tidak teratur dapat meningkatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) sehingga

juga dapat meningkatkan risiko overweight dan obesitas. Prevalensi overweight

dan obesitas menurun seiring dengan peningkatan konsumsi sarapan.

Melewatkan sarapan menyebabkan perpanjangan periode tubuh berpuasa

sehingga meningkatkan jumlah hormon ghrelin dan menurunkan jumlah

commit to1 user


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2

hormon Peptide YY (PYY). Peningkatan ghrelin memicu inisiasi memulai

makan, sedangkan penurunan PYY menyebabkan berkurangnya sinyal rasa

kenyang (Huang et al, 2010; Leidy et al, 2013).

Permasalahan gizi di dunia pun masih kompleks. Permasalahan gizi

abnormal yang terjadi tidak hanya overweight dan obesitas saja, tetapi juga

underweight. Prevalensi underweight yang diukur berdasarkan indeks berat

badan menurut umur pada anak usia di bawah 5 tahun di dunia menurun dari

25% pada tahun 1990 menjadi 14% pada tahun 2015. Di Asia, prevalensinya

menurun dari 32% menjadi 17% (WHO, 2016). Sementara itu, prevalensi kurus

pada anak usia sekolah di dunia tidak banyak dibahas.

Di Indonesia, menurut data Riskesdas 2013, prevalensi underweight

berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut umur pada anak usia 5-12

tahun adalah 11,2%, terdiri dari 4% sangat kurus dan 7,2% kurus. Prevalensi

kurus pada remaja usia 13-15 tahun adalah 11,1%, terdiri dari 3,3% sangat

kurus dan 7,8% kurus. Adapun prevalensi kurus pada remaja usia 16-18 tahun

sebesar 9,4%, terdiri dari 1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus (Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

Berlainan dengan prevalensi underweight yang cenderung menurun,

prevalensi overweight dan obesitas cenderung meningkat. Prevalensi

overweight dan obesitas pada anak di dunia mengalami peningkatan dari 4,2%

di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010 dan diperkirakan akan mencapai

9,1% di tahun 2020 (de Onis et al, 2010). Di Indonesia, menurut data Riskesdas

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3

2013, prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 5-12 tahun masih

tergolong tinggi pula, yaitu 18,8%, terdiri dari 10,8% overweight dan 8,8%

obesitas. Prevalensi overweight dan obesitas pada remaja usia 13-15 tahun di

Indonesia yaitu sebesar 10.8%, terdiri dari 8,3% overweight dan 2,5% obesitas.

Adapun prevalensi overweight dan obesitas pada remaja usia 16-18 tahun

sebanyak 7,3%, terdiri dari 5,7% overweight dan 1,6% obesitas. Pada tahun

2013, prevalensi overweight dan obesitas pada anak umur 5-12 tahun di Jawa

Tengah berturut-turut adalah 10,1% dan 7,9%, sedangkan prevalensinya di

Surakarta berturut-turut adalah 7,6% dan 5% (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, 2013).

Meningkatnya prevalensi overweight dan obesitas pada anak perlu

menjadi perhatian karena anak yang mengalami overweight dikhawatirkan akan

berlanjut menjadi obesitas, sedangkan anak yang obesitas cenderung memiliki

risiko lebih besar menjadi dewasa yang obesitas pula jika dibandingkan dengan

anak yang tidak obesitas. Sementara itu, penatalaksanaan obesitas pada orang

dewasa umumnya sulit dan sering tidak berhasil, terutama apabila tidak

diketahui etiopatogenesis organiknya, seperti defisiensi leptin dan abnormalitas

hormonal lainnya (Pandita et al, 2016).

Obesitas dapat menyebabkan beberapa dampak negatif bagi kesehatan,

yaitu hipertensi, hiperlipidemia, depresi, hiperkolesterolemia, stroke, penyakit

jantung iskemik, dan lain-lain. Oleh karena itu, penatalaksanaan overweight

dan obesitas pada anak-anak perlu diutamakan (Pandita et al, 2016).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4

Penelitian ini dilakukan di SDIT Nur Hidayah karena berdasarkan hasil

wawancara dengan guru di sekolah tersebut saat survei pendahuluan, banyak

siswa yang gemuk dan tidak sarapan sebelum berangkat sekolah. Peneliti juga

menjumpai sendiri banyak siswa yang terlihat gemuk.

Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai hubungan antara

kebiasaan sarapan dengan status gizi pada anak di Indonesia masih belum

banyak dilakukan. Beberapa penelitian serupa telah dilakukan namun hasilnya

kontradiktif dengan sebagian besar penelitian yang telah ada. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara

kebiasaan sarapan dengan status gizi anak usia sekolah.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi anak

usia sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta?

2. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan konsumsi

makanan di luar sarapan?

3. Apakah terdapat hubungan antara kondisi ekonomi keluarga dengan status

gizi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi

anak usia sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta.

2. Tujuan khusus

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5

a. Mengetahui status gizi anak usia sekolah di SDIT Nur Hidayah

Surakarta.

b. Mengetahui kebiasaan sarapan pada anak usia sekolah di SDIT Nur

Hidayah Surakarta.

c. Menganalisis hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi

anak usia sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan mengenai status gizi anak

usia sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta.

b. Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan mengenai kebiasaan sarapan

pada anak usia sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta.

c. Menjadi bukti empiris adanya hubungan antara kebiasaan sarapan

dengan status gizi anak usia sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta.

2. Manfaat aplikatif

a. Menjadi masukan dalam tata laksana preventif status gizi abnormal

dengan mengonsumsi sarapan secara teratur.

b. Menjadi dorongan kepada orangtua untuk membiasakan anaknya

sarapan secara teratur sejak dini.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sarapan

a. Definisi Sarapan

Sarapan adalah makanan yang dikonsumsi 2-3 jam setelah bangun

tidur, meliputi makanan dan minuman paling tidak dari satu kelompok

makanan berkalori dan dapat dikonsumsi di mana saja. Waktu untuk

melakukan sarapan ditentukan 2-3 jam setelah bangun tidur ditetapkan

untuk membedakan antara sarapan dengan cemilan pagi dan makan

siang. Konsumsi air putih dan minuman tidak berkalori lainnya tidak

dianggap sebagai sarapan (O’Neil et al, 2014).

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes

RI), sarapan sehat adalah sarapan yang mengikuti pola gizi seimbang,

yakni terdiri dari sumber karbohidrat (60-68%), protein (12-15%),

lemak (25%), dan vitamin/mineral (Kemenkes RI, 2011).

b. Kebiasaan sarapan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Banun dan Ani (2014),

kebiasaan sarapan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

commit to6 user


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id7

1) Kebiasaan sarapan teratur

Kelompok orang yang mengonsumsi sarapan setiap hari (7

kali per minggu).

2) Kebiasaan sarapan tidak teratur

Kelompok orang yang tidak pernah sarapan atau jarang

mengonsumsi sarapan (kurang dari 7 kali per minggu).

Dalam peneitian lain yang dilakukan oleh Froydis NV et al

(2016), kebiasaan sarapan terbagi menjadi lima kelompok, yaitu a)

Tidak pernah, b) Sekali/pekan, c) Dua-empat kali/pekan, d) Lima-enam

kali/pekan, e) Setiap hari. Kelompok-kelompok tersebut kemudian

diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu:

1) Kebiasaan sarapan teratur

Kelompok orang yang mengonsumsi sarapan 5-6 kali/pekan

atau lebih.

2) Kebiasaan sarapan tidak teratur

Kelompok orang yang mengonsumsi sarapan 2-4 kali/pekan

atau kurang.

c. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan

Menurut Hermina et al (2009), kebiasaan sarapan dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain:

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8

1) Pengetahuan gizi

Anak yang terbiasa sarapan pagi cenderung memiliki

pengetahuan gizi yang lebih baik. Sementara itu, pengetahuan

mengenai tubuh yang ideal tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap kebiasaan sarapan.

2) Ketersediaan sarapan

Anak yang terbiasa sarapan pagi sebagian besar karena

tersedia sarapan di rumah.

3) Pendidikan ibu

Ibu yang berpendidikan tinggi (lebih dari SMA) cenderung

memiliki anak yang terbiasa sarapan dibanding ibu yang

berpendidikan rendah (kurang dari atau sama dengan SMA).

Sementara itu, tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ayah dengan kebiasaan sarapan anak.

d. Pengaruh Sarapan

Sarapan memiliki beberapa pengaruh, di antaranya adalah sebagai

berikut:

1) Mengurangi risiko anemia defisiensi besi

Menurut penelitian Kalsum dan Halim (2016), orang yang

tidak memiliki kebiasaan sarapan mempunyai risiko dua kali lebih

besar untuk terkena anemia defisiensi besi dibandingkan dengan

orang yang melakukan sarapan.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9

2) Meningkatkan konsentrasi

Orang yang mengonsumsi sarapan cenderung memiliki

konsentrasi lebih baik dibanding orang yang tidak mengonsumsi

sarapan. Hal ini karena sarapan dapat menyediakan karbohidrat

yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah.

Pemeliharaan kadar glukosa darah merupakan faktor yang amat

penting, khususnya untuk menjaga fungsi sistem saraf terutama

berkaitan dengan pekerjaan yang memerlukan konsentrasi otak

(Muchtar et al, 2011).

3) Menurunkan risiko overweight dan obesitas

Menurut Leidy et al (2013), mengonsumsi sarapan secara

teratur akan menurunkan hormon perangsang rasa lapar, yaitu

ghrelin, meningkatkan hormon perangsang rasa kenyang, yaitu

PYY, dan menurunkan keinginan mengonsumsi cemilan di waktu

lainnya.

2. Status Gizi

a. Definisi Status Gizi

Status gizi adalah gambaran keadaan tubuh sebagai akibat dari

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan

menjadi beberapa kategori, yaitu status gizi buruk, gizi kurang, gizi

baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2009).

commit to user
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

b. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik langsung

maupun tidak langsung. Menurut Pahlevi (2012), faktor penyebab

langsung yang mempengaruhi status gizi adalah keseimbangan gizi

dalam makanan yang dikonsumsi dan penyakit infeksi. Penyebab tidak

langsung adalah ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak,

dan pelayanan kesehatan. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan

tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga, serta

tingkat pendapatan keluarga. Selain itu, faktor ibu juga berperan penting

dalam menyediakan makanan bergizi dalam keluarga sehingga

berpengaruh terhadap status gizi anak.

c. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan proses penilaian keadaan gizi

seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik objektif

maupun subjektif kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia.

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Anamnesis Asupan pangan

Menurut Arisman (2010), anamnesis asupan makanan

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

commit to user
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

a) Food recall (Ingatan Pangan 24 Jam)

Mengingat kembali serta mencatat jumlah, jenis makanan,

dan minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam sebelumnya.

b) Food Frequency Questionnaire/ FFQ (Kuisioner Frekuensi

Pangan)

Subjek akan dimintai data frekuensi, yaitu berapa kali

sehari, seminggu, atau sebulan orang tersebut mengonsumsi

makanan tertentu.

c) Food Record (Catatan Pangan)

Subjek diminta mencatat semua makanan dan minuman

setiap selesai dikonsumsi. Catatan harus memuat cara

menyiapkan dan memasak makanan, jumlah bahan mentahnya,

dan resep pembuatannya.

d) Pengamatan

Peneliti mengamati langsung apa yang dikonsumsi oleh

subjek, namun hal tersebut membutuhkan waktu dan biaya yang

lebih besar.

e) Konsumsi Pangan Keluarga

Cara ini dilakukan dengan kunjungan keluarga secara

berkala untuk mencatat jumlah dan jenis makanan yang dibeli

dan mencatat lamanya bahan makanan tersebut habis. Bahan

makanan yang sudah tidak ada dianggap sudah dimakan. Data

commit to user
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan nilai kandungan

gizi yang tercantum dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan

(DKBM).

2) Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan fisik dan riwayat

kesehatan. Bagian tubuh yang harus lebih diperhatikan adalah kulit,

gigi, gusi, bibir, lidah, mata, dan (khusus laki-laki) alat kelamin.

Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan adalah kemampuan

mengunyah dan menelan, nafsu makan, makanan yang digemari dan

dihindari, serta masalah saluran pencernaan (Arisman, 2010).

3) Antropometri

Menurut Kemenkes (2010), penilaian antopometris pada anak

memiliki beberapa indeks, di antaranya:

a) Berat badan menurut umur (BB/U)

b) Panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut

umur (TB/U)

c) Berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB)

d) Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)

Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus tanpa

alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong

commit to user
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Alat

ukur yang digunakan sebaiknya mampu mengukur hingga 0,1 cm.

Berat badan diukur dalam keadaan berpakaian atau pakaian

seminimal mungkin. Alat penimbang yang digunakan harus akurat

hingga 100 gr.

IMT adalah indeks sederhana berat badan terhadap tinggi

badan. Nilai IMT didapatkan dengan rumus sebagai berikut:

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m) x tinggi badan m

d. Klasifikasi Status Gizi Menurut Penilaian Antropometris

Pada anak, klasifikasi status gizi melalui penilaian antropometris

dilakukan berdasarkan beberapa indeks. Menurut Kemenkes (2010),

kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai berikut:

commit to user
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Menurut Kemenkes


Indeks Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
BB/U Gizi Buruk < -3 SD
(Anak Umur 0-60 Gizi Kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
Bulan) Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
PB/U atau TB/U Sangat Pendek < -3 SD
(Anak Umur 0-60 Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
Bulan) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2 SD
BB/PB atau BB/TB Sangat Kurus < -3 SD
(Anak Umur 0-60 Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Bulan) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U Sangat Kurus < -3 SD
(Anak Umur 0-60 Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Bulan) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U Sangat Kurus < -3 SD
(Anak Umur 5-18 Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Tahun) Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
(overweight)
Obesitas >2 SD
(Kemenkes, 2010)

e. Obesitas

1) Definisi Obesitas

Obesitas dan overweight adalah suatu keadaan di mana tubuh

memiliki akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang dapat

commit to user
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

mengganggu kesehatan (WHO, 2015). Meskipun begitu, obesitas

dan overweight perlu dibedakan. Pada anak usia 5-18 tahun, salah

satu hal yang dapat membedakan obesitas dan overweight adalah

Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur. Disebut overweight

apabila z-score >1 SD sampai dengan 2 SD dan disebut obesitas

apabila z-score >2 SD (Kemenkes, 2010).

2) Etiologi Obesitas

Menurut Baqai dan Wilding (2015), terdapat beberapa faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya obesitas, di antaranya adalah

sebagai berikut:

a) Faktor herediter

Faktor herediter yang dapat menyebabkan obesitas adalah

defek pada gen, misalnya mutasi pada gen pengkode leptin atau

reseptornya. Selain itu, dapat juga terjadi defek pada gen yang

menjadi sinyal penghambat produksi leptin, terutama gen

proopiomelanocortic (POMC) dan reseptor melanokortin-4.

Orang yang mengalami defek tersebut akan kesulitan

mengontrol rasa lapar, kemudian keadaan tersebut dapat

berkembang menjadi obesitas pada usia yang sangat muda.

b) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko

obesitas antara lain:

commit to user
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

(1) Diet tinggi energi

Peranan diet terhadap terjadinya obesitas sangat besar,

terutama diet tinggi energi yang berasal dari karbohidrat dan

lemak, seperti soft drinks.

(2) Aktivitas fisik

Berkurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan

risiko terjadinya obesitas. Pada tahun 2015, rata-rata

masyarakat Inggris berjalan kaki 40 km lebih sedikit,

menggunakan mobil lebih sering, dan menghabiskan

waktunya lebih banyak untuk aktivitas yang menetap,

dibandingkan pada tahun 1950.

(3) Kelainan endokrin

Orang yang mengalami defisiensi hormon

pertumbuhan cenderung memiliki lemak tubuh lebih

banyak. Keadaan hipotiroidisme juga dapat meningkatkan

berat badan, sebaliknya pemberian hormon tiroksin juga

dapat menurunkan berat badan.

(4) Gangguan psikiatri dan gangguan makan

Beberapa orang yang sedang mengalami stress

psikologis sering memunculkan reaksi makan berlebihan.

commit to user
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

(5) Obat-obatan

Berikut ini adalah obat-obatan yang berhubungan

dengan peningkatan berat badan menurut Baqai dan Wilding

(2015):

Tabel 2.2 Obat yang Berhubungan dengan Peningkatan Berat Badan


No Kelompok Contoh
a) Antikonvulsan Sodium valproat, gabapentin
b) Antidepresan Citalopram, mirtazapin,
amitriptilin
c) Antipsikotik Clozepin, chlorpromazin,
risperidon, olanzapine
d) Beta bloker Atenolol
e) Kortikosteroid Prednisolon, dexamethasone
f) Insulin Semua bentuk
g) Seks steroid Medroxiprogesteron acetat,
progesteron, kontrasepsi oral
kombinasi
h) Hipoglikemik oral Glibenklamid, gliklazid,
repaglinid, pioglitazone
i) Protease inhibitor Indinavir, ritonavir
j) Antagonis Pizotifen
serotonin
(Baqai dan Wildings, 2014)

Penjelasan mengenai mekanismenya dalam

menyebabkan obesitas masih belum banyak dibahas. Pasien

yang mengonsumsi obat-obatan tersebut perlu dijelaskan

commit to user
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

mengenai efek samping obat dan diintevensi gaya hidupnya

untuk mencegah adanya peningkatan berat badan

berlebihan. Jika memungkinkan, pasien dapat diberikan

alternatif obat lain yang tidak menimbulkan efek

peningkatan berat badan.

(6) Gangguan hipotalamus

Tumor pada hipotalamus, terutama kraniofaringioma

dan makroadenoma pituitari, dapat merusak bagian

hipotalamus yang mengatur pemasukan dan pengeluaran

energi. Selain akibat tumor hipotalamus, gangguan

hipotalamus dapat disebabkan oleh trauma atau operasi.

Gangguan hipotalamus ditunjukkan dengan adanya gejala

hiperfagi yang dapat mengarah kepada peningkatan berat

badan yang cepat.

3) Patofisiologi Obesitas

Obesitas terjadi akibat pemasukan energi lebih besar daripada

pengeluaran energi selama beberapa waktu (pada umumnya

beberapa tahun) sehingga menyebabkan akumulasi jaringan adiposa

bersamaan dengan peningkatan massa tubuh, yaitu pembesaran otot,

tulang, dan jaringan ikat (Baqai dan Wilding, 2015).

Pemasukan dan pengeluaran energi diregulasi oleh tubuh.

Pemasukan energi terjadi ketika tubuh mengonsumsi makanan.

commit to user
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Menurut Baqai dan Wilding (2015), keinginan mengonsumsi

makanan diregulasi oleh dua sistem pengaturan, yaitu:

a) Sistem pengaturan jangka pendek

Pada sistem pengaturan jangka pendek, rasa lapar

menyebabkan penurunan konsentrasi glukosa darah, asam

lemak, dan asam amino. Akibatnya, ghrelin disekresikan oleh

lambung sehingga merangsang sinyal lapar. Setelah

mengonsumsi makanan yang cukup, hormon pengatur rasa

kenyang meningkat. Hormon tersebut antara lain,

cholecystokinin, glucagon-like peptide 1, oxyntomodulin,

pancreatic polypeptide, dan peptide YY (PYY).

b) Sistem pengaturan jangka panjang

Sistem pengaturan jangka panjang berkaitan dengan

cadangan lemak dalam tubuh. Sel-sel adiposit menghasilkan

hormon leptin. Apabila massa lemak berkurang, hormon leptin

pun dapat berkurang bahkan hingga di bawah tingkat kritis. Jika

hal tersebut terjadi, sinyal lapar akan diaktifkan dengan sangat

kuat di hipotalamus. Ketika massa lemak meningkat kembali,

hormon leptin juga akan meningkat kembali.

Pengeluaran energi juga diatur oleh tubuh. Menurut Baqai dan

Wilding (2015), pengeluaran energi tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain:

commit to user
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

a) Laju Metabolik Basal

Laju metabolik basal adalah energi yang dibutuhkan untuk

menjaga kelangsungan proses metabolisme normal. Orang yang

obesitas memiliki laju metabolik basal yang lebih tinggi

daripada orang yang tidak obesitas, baik saat istirahat maupun

saat aktivitas.

b) Dietary Thermogenesis

Dietary thermogenesis adalah energi yang dibutuhkan

untuk mencerna dan menyimpan makanan. Dietary

thermogenesis yang paling besar adalah untuk mencerna

makanan tinggi protein, dietary thermogenesis sedang

digunakan untuk mencerna karbohidrat, dan dietary

thermogenesis yang paling kecil adalah untuk mencerna lemak.

Hal ini dapat menjelaskan bahwa diet tinggi lemak dapat

berisiko lebih besar meningkatkan berat badan karena

pencernaan dan penyimpanannya membutuhkan energi paling

kecil.

c) Konsumsi energi

Pada jenis aktivitas yang sama, pengeluaran energi pada

orang obesitas lebih besar daripada orang yang tidak obesitas.

commit to user
library.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

4) Komplikasi Obesitas

Menurut Pandita et al (2016), obesitas pada anak dapat

menyebabkan komplikasi, baik jangka pendek maupun jangka

panjang. Komplikasi tersebut antara lain:

Tabel 2.3 Komplikasi Obesitas pada Anak


Jenis Nama Penyakit
Akut Diabetes tipe 2, hipertensi,
hiperlipidemia, pubertas
prekoks, hiperandrogenisme
ovarium, ginekomastia,
kolesistitis, pankreatitis,
pseudotumor cerebri,
perlemakan hati, penyakit ginjal
Gangguan ortopedi Tibia vara
Gangguan liver dan empedu Peningkatan transaminase,
kolesistitis
Gangguan fisik dan psikologis Depresi, gangguan makan,
isolasi sosial, gangguan tidur
Gangguan kardiovaskuler dan Hiperinsulinisme, resistensi
endokrin insulin, hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia, hipertensi,
sindrom polikistik ovarium,
penyakit arteri koroner,
hipertrofi ventrikel kiri
Kanker Karsinoma kolorektal
Jangka panjang Stroke, penyakit jantung iskemik
(Pandita et al, 2016)

commit to user
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

5) Penatalaksanaan Obesitas pada Anak

Penatalaksanaan obesitas pada orang dewasa umumnya sulit

dan sering tidak berhasil, terutama apabila tidak diketahui

etiopatogenesis organiknya, seperti defisiensi leptin dan

abnormalitas hormonal lainnya. Oleh karena itu, penatalaksanaan

obesitas pada anak-anak perlu diutamakan karena memiliki

kesempatan lebih besar untuk menurunkan risiko komplikasi jangka

panjang (Pandita et al, 2016).

Menurut Pandita et al (2016), terdapat tiga tingkat pencegahan

obesitas pada anak-anak:

a) Pencegahan primordial

Pencegahan ini berfungsi menjaga status gizi tetap berada

pada rentang IMT normal, mulai dari usia anak-anak hingga usia

remaja.

b) Pencegahan primer

Pencegahan ini berfungsi mencegah anak-anak yang sudah

overweight untuk berlanjut menjadi obesitas.

c) Pencegahan sekunder

Pencegahan ini berfungsi mencegah anak-anak yang sudah

mengalami obesitas untuk mendapatkan penyakit komorbid.

Selain itu, pencegahan ini juga berfungsi mengembalikan anak-

commit to user
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

anak yang obesitas tersebut menjadi normal kembali apabila

memungkinkan.

Menurut Davis et al (2007), obesitas pada anak-anak dapat

dicegah dengan cara mengatur kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan

aktivitas menetap (sedentary activity). Pencegahan obesitas pada

anak-anak dapat dilakukan dengan cara:

a) Membatasi aktivitas menatap layar, seperti menonton televisi

dan bermain computer. The American Academy of Pediatrics

(AAP) merekomendasikan agar anak-anak tidak dikenalkan

dengan aktivitas menonton televisi sebelum usia 2 tahun.

Setelah usia 2 tahun, waktu menonton televisi dibatasi maksimal

2 jam sehari. Selain itu, direkomendasikan juga untuk tidak

meletakkan televisi di ruang tidur. Hal-hal tersebut secara tidak

langsung dapat meningkatkan penggunaan energi sehingga

mengurangi risiko obesitas.

b) Mengonsumsi sarapan setiap hari.

c) Mengurangi kegiatan makan di restoran, terutama restoran cepat

saji.

d) Membiasakan makan bersama satu keluarga. Selain memiliki

keuntungan psikologis, penelitian sebelumnya mengatakan

bahwa makan bersama satu keluarga juga menurunkan

prevalensi obesitas.

commit to user
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

e) Mengurangi porsi makan.

f) Mengonsumsi makanan tinggi kalsium.

g) Mengonsumsi makanan tinggi serat.

h) Mengonsumsi diet makronutrien yang seimbang.

i) Melakukan ASI eksklusi hingga usia 6 bulan dan tetap menyusui

selama pemberian MP-ASI hingga usia 12 bulan.

j) Melakukan aktivitas fisik sedang, minimal 60 menit per hari.

k) Mengurangi konsumsi makanan tinggi energi.

3. Anak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

pasal 1 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang

belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Sedangkan menurut WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam

kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak

bagian 1 pasal 1 yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-

bangsa pada tanggal 20 November 1989 dan diratifikasi Indonesia pada

tahun 1990, anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun,

kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan

bahwa usia dewasa dicapai lebih awal (Kemenkes RI, 2014).

Menurut WHO (2007), anak-anak terbagi menjadi beberapa kategori,

yaitu:

a. Premature Newborn : Anak usia gestasi kurang dari 38 minggu.

commit to user
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

b. Term Newborn : Anak usia gestasi lebih dari 38 minggu.

c. Neonatus : Anak berusia 0-30 hari.

d. Infant : Anak berusia 1 bulan-2 tahun.

e. Young Child : Anak berusia 2-6 tahun.

f. Child : Anak usia 6-12 tahun.

g. Adolescent : Anak berusia 12-18 tahun.

Klasifikasi tersebut dibuat berdasarkan komposisi tubuh, jaringan

lemak, otot, dan subkutan, perubahan berat dan tinggi, eleminiasi obat di

ginjal dan hati, absorbsi obat, stigma sosial, dan lain-lain.

4. Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi Anak

Menurut hasil penelitian sebelumnya, kebiasaan sarapan tidak teratur

berkaitan dengan status gizi, yaitu peningkatan prevalensi overweight dan

obesitas (Dubois et al, 2008; Croezen et al, 2009). Menurut Watanabe et al

(2014), pola makan yang tidak teratur, seperti tidak mengonsumsi sarapan

dan makan malam terlalu larut akan menyebabkan metabolisme tubuh

menjadi abnormal. Namun, mengonsumsi sarapan secara teratur memiliki

peran yang lebih utama mencegah obesitas daripada makan malam lebih

awal.

Prevalensi obesitas menurun seiring dengan peningkatan konsumsi

sarapan. Menurut Huang et al (2010), melewatkan sarapan memperpanjang

periode tubuh berada dalam keadaan puasa sehingga memicu peningkatan

jumlah ghrelin. Peningkatan ghrelin memicu inisiasi memulai makan.

commit to user
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Orang yang tidak mengonsumsi sarapan akan mengonsumsi lebih banyak

energi melalui cemilan, terutama pada siang dan malam hari (Dubois et al,

2008).

Menurut Leidy et al (2013), mengonsumsi sarapan secara teratur akan

menurunkan hormon perangsang rasa lapar, yaitu ghrelin, meningkatkan

hormon perangsang rasa kenyang, yaitu PYY, dan menurunkan keinginan

mengonsumsi cemilan di waktu lainnya.

Ghrelin merupakan peptide dengan 28 asam amino yang diproduksi

oleh sel-sel neuroendokrin pada mukosa fundus lambung dan traktus

gastrointestinal (Solomou dan Korbonits, 2014). Ghrelin dikenal sebagai

hormon pencetus rasa lapar. Rasa lapar menyebabkan penurunan

konsentrasi glukosa darah, asam lemak, dan asam amino. Akibatnya,

ghrelin disekresikan oleh lambung sehingga merangsang sinyal lapar

(Baqai dan Wildings, 2015).

PYY merupakan peptide dengan 36 asam amino yang diproduksi oleh

sel enteroendokrin bernama L-sel yang banyak ditemukan di bagian distal

saluran gastrointestinal. Jumlah PYY rendah dalam keadaan puasa,

meningkat secara cepat sebagai respon dari pemasukan makanan, serta

berada dalam jumlah tertinggi pada 1-2 jam setelah makan dan tetap tinggi

dalam beberapa jam (Efthimia et al, 2009).

Sementara itu, penelitian dari Adesola OA et al (2014) di Nigeria

menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

commit to user
library.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

kebiasaan sarapan dengan status gizi. Namun, penelitian tersebut sepakat

dengan hasil penelitian lainnya bahwa orang yang tidak mengonsumsi

sarapan akan mengonsumsi makanan tinggi energi di waktu lainnya.

Penelitian Anuar K dan Masuri MG (2011) yang dilakukan di Malaysia,

juga menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kebiasaan sarapan dengan status gizi.

Begitu juga dengan hasil penelitian Niswah I et al (2014) di Indonesia

yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada

status gizi anak yang mengonsumsi sarapan secara teratur dan tidar teratur.

Namun penelitian tersebut menyebutkan bahwa semakin sering subjek

melakukan sarapan, berat badan semakin rendah dan status gizi cenderung

normal.

Penelitian-penelitian di Indonesia mengenai kebiasaan sarapan lebih

banyak dikaitkan dengan konsentrasi dan prestasi, sementara hubungannya

dengan status gizi belum banyak dibahas. Selain itu, masih ada beberapa

hasil penelitian dari seluruh dunia yang kontradiktif dengan sebagian besar

penelitian lainnya. Hal-hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi anak.

commit to user
library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Kebiasaan sarapan

Glukosa darah Asam lemak Asam amino

Ghrelin PYY

Nafsu makan

Konsumsi cemilan dan makanan


tinggi energi selain sarapan

Variabel luar tidak diteliti


Pemasukan energi 1. Aktivitas fisik
2. Herediter
3. Gangguan hormon
4. Kondisi kesehatan
Status gizi 5. Konsumsi obat-
obatan

Variabel luar diteliti:


1. Kondisi ekonomi
keluarga
2. Pendidikan ibu

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

= Area yang diteliti

= Area yang tidak diteliti

= Memengaruhi

commit to user
library.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis

1. Kebiasaan sarapan secara teratur dapat menurunkan risiko status gizi

overweight dan obesitas.

2. Terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan konsumsi makanan

selain sarapan.

3. Terdapat hubungan antara kondisi ekonomi keluarga dengan status gizi.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Pada penelitian cross sectional variabel bebas dan

variabel tergantung diobservasi hanya sekali (Taufiqurrahman, 2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SDIT Nur Hidayah Surakarta pada bulan

November 2016.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian disimpulkan (Sugiyono, 2009).

a. Populasi Sumber

Populasi sumber pada penelitian ini adalah siswa dan siswi SDIT

Nur Hidayah Surakarta.

b. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V

SDIT Nur Hidayah Surakarta. Populasi anak-anak dipilih karena

obesitas dapat diatasi dengan lebih baik pada usia anak-anak sehingga

commit to user
30
library.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

menjadi upaya prevensi yang lebih baik pula terhadap komplikasi-

komplikasi obesitas. Populasi target dipilih anak usia 5-12 tahun karena

prevalensi obesitas dan overweight terbanyak pada anak-anak adalah

pada kelompok usia tersebut. Populasi target dipilih kelas V karena

termasuk dalam rentang usia tersebut serta dianggap sudah mampu

menerima instruksi pengisian kuisioner dan formulir food record. Dari

populasi target, akan ditarik sampel berdasarkan kriteria sebagai

berikut:

1) Kriteria Inklusi

a) Siswa dan siswi kelas V SDIT Nur Hidayah Surakarta.

b) Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed

consent.

c) Responden mengisi kuisioner dengan lengkap.

d) Responden mengembalikan kuisioner yang telah diisi.

2) Kriteria Eksklusi

a) Memiliki penyakit kronis, seperti keganasan, HIV/AIDS, dan

tuberkulosis.

b) Memiliki penyakit psikologis, seperti depresi.

c) Sedang mengonsumsi obat-obatan yang berkaitan dengan

obesitas.

commit to user
library.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

2. Sampel

a. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan simple random sampling. Menurut Sastroasmoro S

(2011), simple random sampling adalah teknik sampling yang

dilakukan dengan cara menghitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam

populasi yang akan dipilih menjadi sampel penelitian. Setiap subjek

diberi nomor dan dipilih sebagian dari mereka dengan bantuan tabel

angka random.

b. Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

menggunakan rumus Lemeshow (1997) sebagai berikut:

× ×
=

, × , × ,
= ,

= 70,07

Keterangan:

n : jumlah sampel minimal yang diperlukan

: derajat kepercayaan. Jika α=0,05, maka Zα= 1,96

p : proporsi kelompok menurut sumber pustaka, yaitu 0,24

q : 1-p

d : limit dari error atau presisi absolut, ditetapkan 0,1

commit to user
library.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Dari hasil perhitungan, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah sebanyak 70,07 atau dibulatkan menjadi 71

orang.

commit to user
library.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

D. Desain Penelitian
Populasi

Pemberian informed
consent, kuisioner, dan
food record 24 jam
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Simple Random
Sampling

Penentuan status gizi


dengan pengukuran tinggi
badan dan berat badan

Uji Analisis Data

Mengambil Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Kebiasaan sarapan

2. Variabel terikat : Status gizi

3. Variabel luar :

a. Diteliti

Kondisi ekonomi keluarga, konsumsi makanan selain sarapan,

pendidikan ibu.

commit to user
library.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

b. Tidak diteliti

1) Terkendali : Kondisi kesehatan, konsumsi obat-obatan.

2) Tidak terkendali :Aktivitas fisik, faktor herediter, gangguan

hormon

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Kebiasaan sarapan

Dalam penelitian ini, sarapan adalah makanan yang dikonsumsi 3 jam

setelah bangun tidur, meliputi makanan dan minuman paling tidak dari satu

kelompok makanan berkalori dan dapat dikonsumsi di mana saja.

Kebiasaan sarapan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu

kebiasaan sarapan teratur dan tidak teratur. Disebut memiliki kebiasaan

sarapan teratur apabila mengonsumsi sarapan 5-6 kali/pekan atau lebih,

sedangkan disebut memiliki kebiasaan sarapan tidak teratur apabila

mengonsumsi sarapan 2-4 kali/pekan atau kurang.

Alat pengukur : Kuisioner

Skala pengukuran : Nominal

2. Variabel terikat : Status Gizi

Dalam penelitian ini, status gizi dihitung dengan menggunakan IMT

yang kemudian dikonversi ke dalam nilai z-score berdasarkan indeks

IMT/U untuk anak usia 5-18 tahun menurut WHO 2007.

Alat pengukur : Timbangan berat badan, microtoise, software

WHO Anthroplus

commit to user
library.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Skala pengukuran : Rasio

3. Variabel luar yang diteliti

a. Kondisi ekonomi keluarga

Kondisi ekonomi keluarga dalam penelitian ini adalah

kemampuan keluarga memenuhi kebutuhan hidup seluruh anggota

keluarga. Kondisi ekonomi keluarga dalam penelitian ini dilihat dari

jumlah pendapatan kedua orangtua per bulan yang terbagi menjadi

empat kelompok, yaitu 1) < Rp 1.000.000, 2) Rp 1.000.000 – Rp

5.000.000, 3) Rp 6.000.000 – Rp 10.000.000, 4) >Rp 10.000.000

Alat pengukur : Kuisioner

Skala : Ordinal

b. Konsumsi makanan selain sarapan

Konsumsi makanan selain sarapan pada penelitian ini adalah

konsumsi makanan di luar 3 jam setelah bangun tidur, di antaranya

adalah makan siang, makan malam, dan cemilan, kemudian dilihat

jumlah kalorinya.

Alat pengukur : Formulir food record 24 jam, software

nutrisurvey

Skala : Rasio

c. Pendidikan ibu

Pendidikan ibu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pendidikan formal yang pernah didapat oleh ibu. Pendidikan ibu

commit to user
library.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

terbagi menjadi lima kelompok, yaitu 1) SD, 2) SMP, 3) SMA, 4)

Diploma 5) Strata-1, 5) Strata-2/Spesialis atau yang lebih tinggi.

Disebut berpendidikan tinggi apabila pendidikan ibu lebih dari SMA

dan disebut berpendidikan rendah apabila pendidikan ibu kurang dari

atau sama dengan SMA.

Alat pengukur : Kuisioner

Skala : Ordinal

G. Instrumentasi dan Bahan Penelitian

1. Lembar informed consent

2. Lembar persetujuan penelitian

3. Formulir identitas responden dan kuisioner faktor yang mempengaruhi

status gizi

4. Formulir food record 24 jam

5. Timbangan berat badan

6. Microtoise dengan ketepatan 0,1 mm

7. Software Nutrisurvey

8. Software WHO Anthroplus

H. Prosedur Penelitian

1. Peneliti memohon ijin kepada pihak SDIT Nur Hidayah untuk mengambil

sampel penelitian.

2. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden.

commit to user
library.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

3. Peneliti melakukan edukasi cara pengisian formulir food record 24 jam

yang akan dibawa pulang responden. Ketentuan pengisian food record:

a. Responden diminta untuk mencatat semua makanan yang dikonsumsi

dalam satu hari tersebut hingga keesokan harinya.

b. Satuan yang digunakan adalah Unit Rumah Tangga (URT).

c. Waktu makan dan bahan makanan juga harus dicatat (University of

Rochester Medical Center, 2009).

4. Peneliti meminta responden mengisi lembar informed consent, kuisioner,

dan formulir food record di rumah bersama orangtua.

5. Peneliti mengambil lembar persetujuan, kuisioner, dan formulir food record

24 jam pada waktu 24 jam kemudian.

6. Peneliti menyeleksi hasil kuisioner berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi.

7. Peneliti memilih sampel dengan cara simple random sampling.

8. Peneliti melakukan pemeriksaan status gizi dengan pengukuran berat badan

dan tinggi badan. Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan

masing-masing tiga kali menggunakan alat yang sama untuk semua

responden. Data yang dianalisis adalah hasil rata-rata dari tiga kali

pengukuran.

9. Peneliti mengolah data berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan

software WHO Anthroplus untuk mengetahui nilai z-score berdasarkan

IMT/U.

commit to user
library.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

10. Peneliti mengolah data food record 24 jam dengan menggunakan software

nutrisurvey untuk mengetahui jumlah energi dari makanan selain sarapan.

11. Peneliti menganalisis data yang didapat.

I. Teknik Analisis Data

Sebelum dilakukan analisis data, data yang telah didapat dilakukan uji

normalitas terlebih dahulu untuk mengetahui data terdistribusi normal atau

tidak. Data yang tidak terdistribusi normal dilakukan transformasi data. Jika

data baru hasil transformasi terdistribusi normal, digunakan uji hipotesis yang

memiliki syarat data terdistribusi normal. Jika data baru hasil transformasi tidak

terdistribusi normal, dipakai uji hipotesis yang memiliki syarat data tidak

terdistribusi normal (Dahlan, 2015).

Hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi, hubungan kebiasaan

sarapan dengan konsumsi makanan selain sarapan, serta hubungan kondisi

ekonomi keluarga dengan status gizi, diuji dengan menggunakan uji t tidak

berpasangan apabila data terdistribusi normal. Apabila data tidak terdistribusi

normal, digunakan uji Mann-Whitney.

Interpretasi uji hipotesis antara dua variabel dikatakan bermakna secara

statistik apabila nilai p <0,05 yang berarti hipotesis nol ditolak dan dikatakan

tidak bermakna apabila nilai p>0,05 yang berarti hipotesis nol diterima

(Dahlan, 2015).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi Anak Usia

Sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta telah dilakukan pada bulan November 2016

di SDIT Nur Hidayah Surakarta melalui pengisian kuisioner, formulir food record 24

jam, serta pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pengambilan sampel dilakukan

secara simple random sampling dan besar sampel yang digunakan dalam penelitian

sebanyak 71 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

A. Karakteristik Sampel Penelitian

1. Karakteristik Data Jenis Kelamin

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, didapatkan jumlah sampel laki-

laki sebanyak 28 orang (39,4%) dan perempuan sebanyak 43 orang (60,6%).

Tabel 4.1 Karakteristik Data Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%)
Laki-laki 28 39,4
Perempuan 43 60,6
Total 71 100
(Data Primer, 2016)
2. Karakteristik Data Umur

Berdasarkan karakteristik umur, didapatkan jumlah sampel berumur 10

tahun sebanyak 59 orang (83,1%) dan 11 tahun sebanyak 12 orang (16,9%).

Rerata umur subjek penelitian adalah 10, 17 tahun.

commit to
40 user
library.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2 Karakteristik Data Berdasarkan Umur


Umur Frekuensi (orang) Persentase (%)
10 tahun 59 83,1
11 tahun 12 16,9
Total 71 100
(Data Primer, 2016)
3. Karakteristik Data Kebiasaan Sarapan

Tabel 4.3 Karakteristik Data Kebiasaan Sarapan


Kebiasaan Sarapan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Tidak teratur 21 29,6
1 kali dalam sepekan 3 4,2
2-4 kali dalam sepekan 18 25,4
Teratur 50 70,4
5-6 kali dalam sepekan 11 15,5
7 kali dalam sepekan 39 54,9
Total 71 100
(Data Primer, 2016)
Berdasarkan karakteristik kebiasaan sarapan dalam sepekan, didapatkan

sampel sejumlah yang tertera pada tabel 4.3. Kategori-kategori tersebut

kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kebiasaan

sarapan tidak teratur, yaitu kurang dari 2-4 kali dalam sepekan dan kebiasaan

sarapan teratur, yaitu lebih dari 5-6 kali dalam sepekan.

Jumlah sampel yang memiliki kebiasaan sarapan tidak teratur berjumlah

21 orang (29,6%), sedangkan sampel yang memiliki kebiasaan sarapan teratur

berjumlah 50 orang (70,4%).

commit to user
library.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

4. Karakteristik Data Status Gizi dan Konsumsi Makanan Selain Sarapan

Tabel 4.4 Karakteristik Data Status Gizi dan Konsumsi Makanan Selain
Sarapan
Data Median Rerata Simpang
(Minimum–Maksimum) Baku
Z-Score IMT/U 0,15 ((-2,15)‒4,3) 0,39 1,42
Energi (kkal) 706,7 (355‒1830,1) 749,84 243,37
(Data Primer, 2016)
Tabel 4.4 menunujukkan hasil penelitian berupa nilai median, rata-rata,

simpang baku dari status gizi dan konsumsi makanan selain sarapan. Status gizi

didapatkan melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Data berat badan

dan tinggi badan kemudian digunakan untuk mencari nilai z-score berdasarkan

indeks IMT/U. Konsumsi makanan selain sarapan dituliskan dalam bentuk

energi dengan satuan kkal yang perhitungannya didapatkan melalui pengisian

formulir food record 24 jam.

5. Karakteristik Data Pendidikan Ibu

Berdasarkan karakteristik data pendidikan ibu didapatkan data pendidikan

ibu seperti pada tabel 4.5. Data yang didapatkan kemudian dikelompokkan

menjadi dua kelompok besar, yaitu pendidikan tinggi dan rendah. Disebut

pendidikan tinggi apabila ibu mengenyam pendidikan lebih dari SMA,

sedangkan disebut pendidikan rendah apabila ibu mengenyam pendidikan

kurang dari atau sama dengan SMA. Dari hasil penelitian, didapatkan 11 orang

(15,5%) memiliki ibu dengan pendidikan rendah dan 60 orang (84,5%)

memiliki ibu dengan pendidikan tinggi.

commit to user
library.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5 Karakteristik Data Pendidikan Ibu


Pendidikan Ibu Frekuensi (orang) Persentase (%)
Rendah 11 15,5
SMP 1 1,4
SMA 10 14,1
Tinggi 60 84,5
Diploma 9 12,7
Strata-1 43 60,6
Strata 2/ spesialis/ lebih 8 11,3
Total 71 100
(Data Primer, 2016)
6. Karakteristik Data Kondisi Ekonomi Keluarga

Tabel 4.6 Karakteristik Data Kondisi Ekonomi Keluarga


Penghasilan Orang Tua Frekuensi Persentase
(per bulan) (orang) (%)
Rendah 40 56,3
< Rp 1.000.000 4 5,6
Rp 1.000.000- Rp 5.000.000 36 50,7
Tinggi 31 43,7
Rp 6.000.000 – Rp 10.000.000 13 18,3
>Rp 10.000.000 18 25,4
Total 71 100
(Data Primer, 2016)
Berdasarkan karakteristik data penghasilan orang tua didapatkan data

penghasilan orang tua seperti pada tabel 4.6. Data dikelompokkan menjadi dua

kelompok besar, yaitu penghasilan orang tua rendah dan tinggi. Disebut

penghasilan orang tua rendah apabila penghasilan di bawah atau sama dengan

commit to user
library.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Rp 5.000.000, sedangkan disebut penghasilan orang tua tinggi apabila

penghasilan di atas atau sama dengan Rp 6.000.000.

B. Analisis Data

1. Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi

a. Uji Normalitas Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Kebiasaan Sarapan dengan Status
Gizi
Kebiasaan
n p Keterangan
sarapan
Z-Score Teratur 50 0,20 Distribusi
berdasarkan normal
indeks
IMT/U
Tidak Teratur 21 0,20 Distribusi
normal
(Data Primer, 2016).
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa uji normalitas data z-score

berdasarkan IMT/U pada responden dengan kebiasaan teratur dan tidak

teratur masing-masing mendapatkan nilai probabilitas (p) yaitu 0,20

sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi normal. Oleh karena itu,

hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi dapat dianilisis dengan

menggunakan uji t tidak berpasangan.

commit to user
library.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

b. Uji T Tidak Berpasangan

Tabel 4.8 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Kebiasaan Sarapan dengan


Status Gizi
Kebiasaan Simpang
n Rerata p
Sarapan Baku
Z-score Teratur 50 0,12 1,28 0,01
berdasarkan Tidak teratur 21 1,03 1,58
IMT/U
(Data Primer, 2016)

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa uji t tidak berpasangan terhadap

kebiasaan sarapan dan status gizi mendapatkan nilai p sebesar 0,01 sehingga

dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik

pada z-score berdasarkan indeks IMT/U antara kelompok responden yang

memiliki kebiasaan sarapan teratur dan tidak teratur.

2. Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Konsumsi Makanan Selain Sarapan

a. Uji Normalitas Kebiasaan Sarapan dengan Konsumsi Makanan Selain

Sarapan

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Kebiasaan Sarapan dengan Konsumsi
Makanan Selain Sarapan
Kebiasaan
n p Keterangan
sarapan
Energi Teratur 50 0,032 Distribusi
(kkal) tidak normal
Tidak Teratur 21 0,20 Distribusi
normal
(Data Primer, 2016).

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa uji normalitas data energi pada

responden yang memiliki kebiasaan sarapan teratur memiliki nilai p yaitu

commit to user
library.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

0,032 yang berarti distribusi data tidak normal, sedangkan pada responden

dengan kebiasaan sarapan tidak teratur memiliki nilai p yaitu 0,20 yang

berarti distribusi data normal. Oleh karena salah satu data memiliki

distribusi tidak normal, dilakukan transformasi data terlebih dahulu.

Setelah dilakukan transformasi data, didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Transformasi Data Kebiasaan Sarapan


dengan Konsumsi Makanan Selain Sarapan
Kebiasaan
n p Keterangan
sarapan
Energi Teratur 50 0,20 Distribusi
(kkal) normal
Tidak Teratur 21 0,20 Distribusi
normal
(Data Primer, 2016).

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa uji normalitas transformasi data

konsumsi makanan selain sarapan pada kelompok yang memiliki kebiasaan

sarapan teratur dan tidak teratur masing-masing mendapatkan nilai p yaitu

0,20 sehingga dapat diartikan bahwa kedua data terdistribusi normal. Oleh

karena itu, hubungan kebiasaan sarapan dengan konsumsi makanan selain

sarapan dapat dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan.

commit to user
library.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

b. Uji T Tidak Berpasangan

Tabel 4.11 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Kebiasaan Sarapan dengan


Konsumsi Makanan Selain Sarapan
Kebiasaan Simpang
n Rerata p
Sarapan Baku
Energi Teratur 50 763,83 247,69 0,46
(kkal) Tidak teratur 21 716,54 235,24
(Data Primer, 2016)

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa uji t tidak berpasangan terhadap

kebiasaan sarapan dan konsumsi makanan selain sarapan mendapatkan nilai

p sebesar 0,46 sehingga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

bermakna secara statistik pada konsumsi makanan selain sarapan antara

kelompok responden yang memiliki kebiasaan sarapan teratur dan tidak

teratur.

3. Hubungan Kondisi Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi

a. Uji Normalitas Data Kondisi Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Data Kondisi Ekonomi Keluarga dengan
Status Gizi
Penghasilan
n p Keterangan
Orang Tua
Z-Score Rendah 40 0,17 Distribusi
normal
Tinggi 31 0,20 Distribusi
normal
(Data Primer, 2016).

commit to user
library.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa uji normalitas data status gizi pada

kelompok yang memiliki penghasilan orang tua rendah memiliki nilai p

yaitu 0,17 sehingga dapat diartikan bahwa data terdistribusi normal,

sedangkan status gizi pada kelompok yang memiliki penghasilan orang tua

tinggi memiliki nilai p yaitu 0,20 sehingga dapat diartikan bahwa data

terdistribusi normal. Oleh karena itu, hubungan kondisi ekonomi keluarga

dengan status gizi dapat dianalisis dengan menggunakan uji t tidak

berpasangan.

b. Uji T Tidak Berpasangan

Tabel 4.13 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Kondisi Ekonomi Keluarga


dengan Status Gizi
Penghasilan Simpang
n Rerata p
Orang tua Baku
Z-Score Rendah 40 0,43 1,51 0,84
Tinggi 31 0,36 1,34
(Data Primer, 2016)

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa uji t tidak berpasangan terhadap

kondisi ekonomi keluarga dan status gizi mendapatkan nilai p sebesar 0,84

sehingga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna

secara statistik pada status gizi antara kelompok responden yang memiliki

penghasilan orang tua rendah dan tinggi.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi anak usia

sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta dilakukan pada 71 siswa kelas V, yang terdiri

dari 28 siswa laki-laki dan 43 siswi perempuan. Dari 71 responden tersebut, terdapat

21 orang (29,6%) memiliki kebiasaan sarapan tidak teratur dan 50 orang (70,4%)

memiliki kebiasaan sarapan teratur.

Peneliti memperoleh data melalui kuisioner, formulir food record 24 jam, serta

pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi

badan, didapatkan nilai z-score berdasarkan IMT/U masing-masing responden. Nilai z-

score terendah yaitu -2,15 yang berarti termasuk kategori underweight, sedangkan nilai

z-score tertinggi yaitu 4,3 yang berarti termasuk kategori obesitas. Rata-rata seluruh z-

score yang didapatkan adalah 0,39 yang berarti termasuk kategori normal.

Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan kebiasaan sarapan dengan

status gizi anak usia sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta dan dianalisis dengan

menggunakan uji t tidak berpasangan, didapatkan nilai p yaitu 0,01 sehingga dapat

diartikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada z-score

berdasarkan indeks IMT/U antara kelompok responden yang memiliki kebiasaan

sarapan teratur dan tidak teratur. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata z-

score berdasarkan IMT/U pada responden yang memiliki kebiasaan sarapan teratur

commit to
49 user
library.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

adalah 0,12. Hasil tersebut lebih rendah dibanding rata-rata z-score berdasarkan IMT/U

pada responden yang memiliki kebiasaan sarapan tidak teratur, yaitu 1,03.

Berdasarkan klasifikasi status gizi melalui penilaian antopometri menurut

Kemenkes (2010), rata-rata z-score pada responden yang memiliki kebiasaan sarapan

teratur termasuk kategori status gizi normal, di mana rentang z-score status gizi normal

adalah antara -2 sampai 1. Sedangkan rata-rata z-score pada responden yang memiliki

kebiasaan sarapan tidak teratur termasuk kategori status gizi overweight, di mana

rentang z-score status gizi overweight adalah antara 1 sampai 2. Perbandingan rata-rata

z-score pada kelompok responden yang memiliki kebiasaan sarapan teratur dan tidak

teratur dapat menunjukkan bahwa terdapat penurunan risiko overweight dan obesitas

pada kelompok orang yang memiliki kebiasaan sarapan teratur. Hal ini sesuai dengan

hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa kebiasaan sarapan teratur dapat

menurunkan risiko overweight dan obesitas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Dubois et al (2008) pada 1549 anak usia 44 bulan sampai 56 bulan. Penelitian Dubois

et al (2008) menyatakan bahwa mengonsumsi sarapan setiap hari berkaitan dengan

terbentuknya berat badan ideal. Pada penelitian Dubois et al (2008), peneliti

menggunakan formulir food recall 24 jam untuk mengetahui konsumsi energi di luar

sarapan. Klasifikasi kebiasaan sarapan terbagi menjadi empat kelompok, yaitu 1)

Sarapan seiap hari, 2) Sarapan teratur namun tidak setiap hari, 3) Sarapan hanya apabila

sempat, dan 4) Tidak pernah sarapan. Kategori 1 dan 2 termasuk memiliki kebiasaan

sarapan teratur, sedangkan kategori 3 dan 4 termasuk memiliki kebiasaan sarapan tidak

commit to user
library.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

teratur. Pengelompokan status gizi didasarkan pada kurva pertumbuhan US Centers for

Disease Control (CDC) untuk anak usia 2-18 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa anak-anak yang sarapan kurang dari 7 hari dalam seminggu memiliki

peningkatan konsumsi makanan dengan kandungan energi lebih besar di siang dan

malam hari sehingga meningkatkan risiko overweight dan obesitas.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Trzciakowska et al (2012)

yang dilakukan pada 1268 anak perempuan usia 7-9 tahun di Polandia. Pengukuran

antropometri dilakukan oleh tim peneliti. Klasifikasi kebiasaan sarapan dibagi menjadi

dua, yaitu kebiasaan sarapan teratur dan tidak teratur. Dianggap sarapan teratur apabila

selalu sarapan setiap hari dan dianggap sarapan tidak teratur apabila sarapan kurang

dari 7 hari sepekan atau tidak pernah sarapan. Trzciakowska et al (2012) menyatakan

bahwa risiko obesitas lebih besar dimiliki oleh anak-anak perempuan yang sarapan

teratur dibanding anak-anak perempuan yang sarapan tidak teratur.

Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Tin et al (2011)

yang dilakukan pada 113.457 anak kelas 4 SD di Hongkong. Peneliti mengikuti

perkembangan responden selama dua tahun. Dua tahun setelahnya, data yang

didapatkan dari 68.608 responden di antaranya dianalisis. Pada analisis cross-sectional,

didapatkan hasil penelitian bahwa anak-anak yang melewatkan sarapan memiliki IMT

lebih tinggi dibanding yang melakukan sarapan. Pada analisis kohort prospektif, anak

yang melewatkan sarapan mengalami peningkatan IMT yang lebih besar selama dua

tahun dibanding anak yang mengonsumsi sarapan.

commit to user
library.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian dari Croezen et al (2009) yang

dilakukan pada 25.176 remaja usia 13-16 tahun di Belanda. Pada penelitian Croezen et

al (2009), berat badan dan tinggi badan tidak diukur sendiri oleh peneliti, tetapi

diperoleh melalui laporan responden. Klasifikasi kebiasaan sarapan ada 8 kategori,

yaitu orang yang memiliki kebiasaan sarapan 0-7 hari per minggu. Croezen et al (2009)

menyatakan bahwa terdapat relasi yang kuat antara kebiasaan melewatkan sarapan

dengan overweight dan obesitas.

Kebiasaan sarapan tidak hanya mempengaruhi status gizi anak saja, namun juga

pada orang dewasa bahkan lansia, seperti pada hasil penelitian Watanabe et al (2014)

yang dilakukan pada 766 responden usia 30-79 tahun di Jepang. Watanabe et al (2014)

menyatakan bahwa pola makan yang tidak teratur, seperti melewatkan sarapan dan

makan malam terlalu larut menyebabkan metabolisme tubuh yang abnormal dan

obesitas.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebiasaan

sarapan menurunkan risiko overweight dan obesitas pada semua kelompok umur, mulai

dari balita hingga lanjut usia. Namun, menurut Pandita et al (2016) pencegahan

obesitas pada anak-anak perlu diutamakan karena anak-anak yang obesitas cenderung

akan menjadi dewasa yang obesitas pula. Penatalaksanaan obesitas pada dewasa sulit

dilakukan, kecuali jika diketahui etiopatogenesis organiknya, seperti defisiensi leptin.

Pencegahan obesitas pada anak-anak akan menurunkan risiko terjadinya komplikasi

jangka panjang dari obesitas.

commit to user
library.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Niswah et al (2014) yang

dilakukan pada 60 remaja beusia 13-15 tahun di Indonesia. Penelitian tersebut

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara

siswa yang biasa sarapan dengan siswa yang tidak biasa sarapan. Namun, terdapat

kecenderungan bahwa semakin tinggi frekuensi sarapan berat badan cenderung

semakin rendah dan status gizi cenderung normal.

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Anuar dan Masuri (2011) di Malaysia dengan melibatkan 168 responden berusia 18-

25 tahun. Kebiasaan sarapan pada penelitian ini diteliti berdasarkan konsumsi sarapan

pada hari di mana data diambil, pekan di mana data diambil, pekan sebelum data

diambil, serta selama liburan. Berdasarkan keempat waktu sarapan tersebut, tidak

terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi. Hipotesis penelitian

Anuar dan Masuri (2011) ditolak mungkin disebabkan karena status gizi hanya

diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu BMI <25 kg/m2 dan BMI ≥25 kg/m2.

Sementara itu, proporsi masing-masing kelompok berbeda jauh. Dari 168 responden

yang termasuk dalam kelompok BMI <25 kg/m2 adalah 148 orang, sedangkan yang

termasuk dalam kelompok BMI ≥25 kg/m2 adalah 20 orang.

Mekanisme kebiasaan sarapan tidak teratur berkontribusi dalam terjadinya

overweight dan obesitas belum ditentukan. Namun, beberapa gagasan mengenai

mekanisme tersebut diusulkan, di antaranya, orang yang tidak mengonsumsi sarapan

cenderung memiliki aktivitas fisik yang kurang sehingga pengeluaran energi juga

berkurang. Gagasan lain menyebutkan bahwa mekanisme kebiasaan sarapan tidak

commit to user
library.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

teratur berkontribusi dalam terjadinya overweight dan obesitas yaitu karena orang yang

tidak mengonsumsi sarapan cenderung mengonsumsi makanan tinggi energi di luar

waktu sarapan melalui cemilan ataupun makan siang dan makan malam. (Huang et al,

2010)

Menurut Huang et al (2010) dalam penelitiannya pada responden usia 18-64

tahun di Taiwan, melewatkan sarapan memperpanjang periode tubuh berada dalam

keadaan puasa, yaitu antara waktu makan malam terakhir hingga waktu sarapan,

sehingga memicu peningkatan jumlah ghrelin. Ghrelin dikenal sebagai hormon

pencetus rasa lapar. Menurut Baqai dan Wildings (2015), pada saat muncul rasa lapar,

terjadi penurunan konsentrasi glukosa darah, asam lemak, dan asam amino. Akibatnya,

ghrelin disekresikan oleh lambung sehingga merangsang sinyal lapar. Peningkatan

ghrelin menyebabkan sesorang mengonsumsi lebih banyak energi di luar waktu

sarapan (Dubois et al, 2008; Huang et al, 2010; Leidy et al, 2013).

Selain berkaitan dengan hormon ghrelin, berdasarkan penelitian Leidy et al

(2013) yang dilakukan pada responden usia 15-20 tahun di Columbia, mengonsumsi

sarapan secara teratur dapat meningkatkan hormon perangsang rasa kenyang, yaitu

PYY. Menurut Efthimia et al (2009), jumlah PYY rendah dalam keadaan puasa,

meningkat secara cepat sebagai respon dari pemasukan makanan, serta berada dalam

jumlah tertinggi pada 1-2 jam setelah makan dan tetap tinggi dalam beberapa jam.

Peningkatan PYY karena konsumsi sarapan dapat menurunkan keinginan seseorang

mengonsumsi cemilan dan makanan tinggi energi di waktu lainnya.

commit to user
library.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

Analisis mengenai hubungan kebiasaan sarapan dengan konsumsi makanan

selain sarapan dengan menggunakan uji t tidak berpasangan mendapatkan nilai p

sebesar 0,46 sehingga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna

secara statistik pada konsumsi makanan selain sarapan antara kelompok responden

yang memiliki kebiasaan sarapan teratur dan tidak teratur.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian eksperimental Kral et al (2011)

pada 21 anak usia 8-10 tahun di Philadelpia. Pada penelitian tersebut, 21 anak

mengikuti dua uji, yaitu uji sarapan dan tidak sarapan. Saat uji sarapan, responden

diberikan sarapan dengan jumlah dan jenis yang sama. Setelah sarapan, responden

diberikan kebebasan untuk makan sebanyak-banyaknya. Jumlah makanan yang

dimakan dihitung jumlah karorinya. Dari hasil penelitian Kral et al (2011), tidak

terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada konsumsi makanan selain

sarapan antara saat sarapan dan tidak sarapan.

Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Dubois et al (2008) yang

menyatakan bahwa kebiasaan sarapan kurang dari 7 kali per minggu memiliki kualitas

diet yang buruk, yaitu mengalami peningkatan konsumsi makanan tinggi protein pada

siang hari dan konsumsi cemilan tinggi energi pada sore dan malam hari. Orang yang

melewatkan sarapan cenderung mengalami peningkatan IMT seiring dengan

peningkatan konsumsi makanan tinggi energi di luar waktu sarapan.

Analisis mengenai kondisi ekonomi keluarga dan status gizi dengan

menggunakan uji t tidak berpasangan mendapatkan nilai p sebesar 0,84 sehingga

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada

commit to user
library.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

status gizi antara kelompok responden yang memiliki penghasilan oran tua rendah dan

tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Trzciakowska et al (2012) yang

menyatakan bahwa kondisi sosial-ekomoni keluarga tidak berkontribusi dalam

terjadinya obesitas pada anak.

Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Pahlevi (2012) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penghasilan orang tua dengan status gizi.

Pendapatan yang baik menunjang tumbuh kembang anak karena dapat memenuhi

kebutuhan primer dan sekunder yang menunjang tumbuh kembang anak. Selain itu,

semakin baik pendapatan suatu keluarga, maka semakin baik pula jumlah dan jenis

makanan yang dikonsumsinya.

Analisis mengenai hubungan pendidikan ibu terhadap status gizi tidak dapat

dilakukan karena proporsi sampel pada kelompok ibu berpendidikan tinggi dan rendah

terlalu jauh. Dari data yang diperoleh, terdapat 11 anak yang ibunya berpendidikan

rendah, yaitu 1 orang ibu berpendidikan SMP dan 10 orang ibu berpendidikan SMA.

Sedangkan 60 anak lainnya memiliki ibu berpendidikan tinggi, yaitu 9 orang ibu

berpendidikan diploma, 43 orang ibu berpendidikan strata-1, dan 8 orang ibu

berpendidikan lebih dari strata-1.

Berdasarkan penelitian Hermina (2009), terdapat hubungan antara pendidikan

ibu dengan kebiasaan sarapan di mana ibu yang berpendidikan tinggi memiliki anak

yang lebih biasa sarapan dibanding ibu yang berpendidikan rendah. Berbeda dengan

hasil penelitian Trzciakowska et al (2012) yang sebelumnya menyatakan bahwa

commit to user
library.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

sarapan secara teratur menurunkan risiko obesitas. Sementara itu, penelitian tersebut

menyebutkan bahwa risiko obesitas pada anak tidak dipengaruhi oleh pendidikan ibu.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan penelitian.

Dalam penelitian ini, sarapan adalah segala makanan dan minuman yang dikonsumsi

sampai maksimal 3 jam setelah bangun tidur. Sarapan dalam penelitian ini tidak

memperhatikan jumlah nutrisi sehingga jumlah energi dalam sarapan dianggap sama.

Sedangkan definisi sarapan menurut Kemenkes (2014) adalah kegiatan makan dan

minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai pukul 09.00 untuk memenuhi 15-

30% kebutuhan gizi per hari. Oleh karena itu, penilaian kandungan energi dalam

sarapan perlu dilakukan dalam pengelompokan responden yang termasuk sarapan dan

tidak sarapan.

Selain itu, pengukuran food record 24 jam dalam penelitian ini dilakukan hanya

satu hari. Penelitian food record 24 jam sebaiknya dilakukan dalam 3 hari yang

berbeda, yaitu dua hari aktif dan satu hari libur supaya dapat menggambarkan

kebiasaan konsumsi responden (Universitas Rochester, 2016). Penentuan jumlah

makanan yang dikonsumsi dengan satuan URT juga hanya berupa estimasi. Untuk

mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi secara pasti, dapat dilakukan

penimbangan makanan (food weighing), meskipun metode food weighing kurang

praktis dilakukan.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada z-score berdasarkan

indeks IMT/U antara kelompok responden yang memiliki kebiasaan sarapan

teratur dan tidak teratur (p= 0,01). Perbandingan rata-rata z-score pada

kelompok responden yang memiliki kebiasaan sarapan teratur (z-score= 0,12)

dan tidak teratur (z-score= 1,03) menunjukkan bahwa terdapat penurunan

risiko overweight dan obesitas pada kelompok orang yang memiliki kebiasaan

sarapan teratur.

2. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada konsumsi

makanan selain sarapan antara kelompok responden yang memiliki kebiasaan

sarapan teratur dan tidak teratur (p= 0,46).

3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada status gizi antara

kelompok responden yang memiliki penghasilan orantua rendah dan tinggi (p=

0,84).

B. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian, analisis data dan simpulan yang

diperoleh, berikut ini adalah saran yang dapat diberikan oleh penulis:

1. Oleh karena pada hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan

yang bermakna secara statistik pada z-score berdasarkan indeks IMT/U

commit to user
58
library.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

antara kelompok responden yang memiliki kebiasaan sarapan teratur dan

tidak teratur, peneliti menganjurkan kepada orangtua untuk membiasaan

anaknya sarapan teratur sejak dini supaya mencegah terjadinya

overweight dan obesitas.

2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan instrumen penelitian

yang lebih akurat, yaitu melakukan food record 24 jam selama tiga hari

berbeda dan penentuan jumlah makanan dengan menggunakan food

weighing.

3. Peneliti selanjutnya yang berminat meneliti hubungan kebiasaan sarapan

dengan status gizi anak disarankan mempertimbangkan jumlah energi

yang dikonsumsi selama sarapan dalam pengelompokan sarapan dan

tidak sarapan, serta mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti

aktivitas fisik, orangtua obesitas, dan lain-lain.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Adesola OA, Ayodeji RAM, Akorede QJ, Oluranti O (2014). Breakfast habit and
nutritional status of undergraduates in ekiti state, nigeria. Science Journal of
Public Health, 2(4): 252-256.

Almatsier (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anuar K, Masuri MG (2011). The association of breakfast consumption habit,


snacking behavior and body mass index among university students. Am. J.
Food. Nutr, 1(2): 55-60.

Arisman MB (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC, pp:
205-32.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf – Diakses Mei 2016.

Banun L, Ani M (2014). Hubungan kebiasaan sarapan dan status hidrasi dengan
konsentrasi berpikir pada remaja. Journal of Nutrition College, 3(4): 631-637.

Baqai N, Wilding JPH (2014). Pathophysiology and aetiology of obesity. Medicine,


43(2): 73-76.

Croezen S, Visscher TL, Ter Bogt NC, Veling ML, Haveman-Nies A (2009).
Skipping breakfast, alcohol consumption and physical inactivity as risk factors
for overweight and obesity in adolescents: Results of the E-MOVO project.
Eur J Clin Nutr, 63: 405–412.

Dahlan, MS (2015). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat,


dan multivariat, dilengkapi aplikasi menggunakan spss. Jakarta: Epidemiologi
Indonesia

Davis MM, Gance-Cleveland B, Hassink S, Johnson R, Paradis G, Resnicow G


(2007). Recommendations for prevention of childhood obesity. Pediatrics,
120(suppl 4):228–252.

de Onis M, Blössner M, Borghi E (2010). Global prevalence and trends of overweight


and obesity among preschool children. Am J Clin Nutr, 92: 1257-64.

commit to
60 user
library.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

Dubois L, Girard M, Potvin Kent M, Farmer A, Tatone-Tokuda F (2008). Breakfast


skipping is associated with differences in meal patterns, macronutrient intakes
and overweight among pre-school children. Public Health Nutr, 12: 19–28.

Efthimia K, Keval C, Rachel LB (2009). The role of peptide YY in appetite


regulation and obesity. J Physiol 587(1): 19–25

Frøydis NV, Saskia JTV, Wendy VL, Yannis M, Eva K, Natasa Jan, Luis AM,
Bettina BI, Johannes B, Elling B (2016). Regular family breakfast was
associated with children's overweight and parental education: Results from the
ENERGY cross-sectional study. Elsevier, 91: 197-203

Hardinsyah, Aries M (2012). Jenis pangan sarapan dan perannya dalam gizi harian
anak usia 6-12 tahun di Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan,7(2): 89-96.

Hermina, Novitasari A, Anggorodi R (2009). Faktor-faktor yang memengaruhi


kebiasaan makan pagi pada remaja putri di sekolah menengah pertama (SMP).
PGM, 32(2): 94-100.

Huang C-J, Hu H, Fan Y-C, Liao Y-M, Tsai P-S (2010). Associations of breakfast
skipping with obesity and health-related quality of life: Evidence from a
national survey in taiwan. International Journal of Obesity, 34: 720-725.

Kalsum U, Halim R (2016). Kebiasaan sarapan pagi berhubungan dengan kejadian


anemia pada remaja di sma negeri 8 muaro jambi. Jurnal Penelitian Universitas
Jambi Seri Sains, 18 (1), 9-19.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) (2010). Keputusan


menteri kesehatan republik indonesia nomor: 1995/menkes/sk/XII/2010
tentang standar antropometri penilaian status gizi anak. Kemenkes RI.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/buku-sk-antropometri-
2010.pdf - Diakses September 2016.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) (2011). Mengapa sarapan


pagi itu penting? Kemenkes RI. http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2011/11/LEMBAR-INFORMASI-NO-2-2011.pdf - Diakses
Juni 2016

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) (2014). Kondisi


pencapaian program kesehatan anak indonesia. Kemenkes RI.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/info
datin-anak.pdf - Diakses Juni 2016

commit to user
library.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Kral TVE, Whiteford LM, Heo M, Faith MS (2011). Effects of eating breakfast
compared with skipping breakfast on ratings of appetite and intake at
subsequent meals in 8- to 10-y-old children. Am J Clin Nutr, ;93:284–91.

Leidy HJ, Ortinau LC, Douglas SM, Hoertel HA (2013). Beneficial effects of a
higher-protein breakfast on the appetitive, hormonal, and neural signals
controlling energy intake regulation in overweight/obese, “breakfast-skipping,”
late-adolescent girls. Am J Clin Nutr ;97:677–88.

Lemeshow S dan David WH (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan


(Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muchtar M, Julia M, Gamayanti IL (2011). Sarapan dan jajan berhubungan dengan


kemampuan konsentrasi pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 8(1): 28-
35.

Niswah I, Damanik MRM, Ekawidyani KR (2014). Kebiasaan sarapan, status gizi,


dan kualitas hidup siswa bosowa bina insani bogor. Jurnal Gizi dan Pangan,
9(2): 97—102.

O’Neil C, Bredbenner C, Hayes D, Jana L, Klinger S, dan Martin S (2014). The role
of breakfast in health: Definition and criteria for a quality breakfast. Academy
of Nutrition and Dietitics, 114(12 Suppl):S8-S26.

Pahlevi AE (2012). Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar. Kemas, 7(2):
122-126.

Pandita A, Sharma D, Pandita D, Pawar S, Tariq M, Kaul A (2016). Childhood


obesity: Prevention is better than cure. Dove press, 9: 83-89.

Sastroasmoro S (2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: CV


Sagung Seto.

Soedibyo S, Gunawan H (2009). Kebiasaan sarapan di kalangan anak usia sekolah


dasar di poliklinik umum departemen ilmu kesehatan anak fkui-rscm. Sari
Pediatri, 11(1): 66-70.

Solomou S, Korbonits M (2014). The role of ghrelin in weight-regulation


disorders:Implications in clinical practice. Hormones, 13(4):458-475.

Sugiyono (2009). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung: CV.


Alfabeta.

commit to user
library.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Taufiqurrohman MA (2008). Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan


cetakan I. Surakarta; LPP UNS dan UNS Press.

Tin SPP, Ho SY, Mak KH, Wan KL, Lam TH (211). Breakfast skipping and change
in body mass index in young children. International Journal of Obesity,
35:899-906.

Trzciakowska AJ, Tendera EM, Klimek K, Matusik P (2012). Obesity risk factors in
a representative group of polish prepubertal children. Arch Med Sci, 10(5):
880-885.

University of Rochester Medical Center (2009). Food record instructions. University


of Rochester Medical Center.
https://www.urmc.rochester.edu/crc/documents/3DayFoodRecordInstructions1
2-01-09forWebsite.pdf -Diakses Juli 2016

Wanatabe Y, Saito I, Henmi I, Yoshimura K, Maruyama K, Yamauchi K, Matsuo T,


et al (2014). Skipping breakfast is correlated with obesity. J Rural Med, 9(2):
51–58.

WHO (2007). Paediatric age categories to be used in differentiating between listing


on a model essential medicines list for children. World Health Organization.
http://archives.who.int/eml/expcom/children/Items/PositionPaperAgeGroups.p
df - Diakses September 2016

WHO (2015). Obesity and overweight. World Health Organization.


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/ - Diakses Juni 2016

WHO (2016). Underweight in children. World Health Organization.


http://www.who.int/gho/mdg/poverty_hunger/underweight_text/en/- Diakses
Oktober 2016

commit to user

Anda mungkin juga menyukai