id
SKRIPSI
YASMIN ZAHIRAH
G0013238
FAKULTAS KEDOKTERAN
Surakarta
2017
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Penguji
Surakarta, ..................................
Kusmadewi Eka Damayanti, dr., M.Gizi Sinu Andhi Jusup, dr., M.Kes.
commit to user NIP. 19700607 200112 1 002
NIP. 19830509 200801 2 005
ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yasmin Zahirah
NIM. G0013238
commit to user
iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalensi overweight dan obesitas pada anak meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah orang yang melewatkan sarapan. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa orang yang melewatkan sarapan cenderung mengonsumsi
makanan lebih banyak di luar waktu sarapan sehingga meningkatkan risiko
overweight dan obesitas. Obesitas dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi jangka
panjang. Meningkatnya prevalensi obesitas pada anak perlu dijadikan perhatian
karena anak yang obesitas cenderung menjadi dewasa yang obesitas pula. Oleh
karena itu, penatalaksanaan obesitas pada anak perlu diutamakan, seperti upaya
pencegahan melalui kebiasaan sarapan secara teratur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi anak usia sekolah dasar
di SDIT Nur Hidayah Surakarta.
Hasil Penelitian: Hasil uji t tidak berpasangan pada variabel kebiasaan sarapan dan
status gizi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik
pada z-score berdasarkan indeks IMT/U antara kelompok responden yang memiliki
kebiasaan sarapan teratur dan tidak teratur (p= 0,01). Perbandingan rata-rata z-score
pada kelompok dengan kebiasaan sarapan teratur (z-score= 0,12) dan tidak teratur (z-
score= 1,03) menunjukkan bahwa terdapat penurunan risiko overweight dan obesitas
pada kelompok orang yang memiliki kebiasaan sarapan teratur. Dengan demikian,
hipotesis penelitian ini diterima.
iv
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Methods: This research was observational analytic with cross sectional design. The
study was conducted in November 2016 by the research subjects were grade V of
primari school in SDIT Nur Hidayah Surakarta. Simple random sampling method is
used to select 71 samples. Nutritional status data obtained from weight and height,
and then processed into z-score based on BMI/age with WHO Anthroplus software.
Data of breakfast habits obtained through questionnaires. Food consumption other
than breakfast obtained through 24 hours food record and processed by Nutrisurvey
software. Data were analyzed using unpaired t test with α = 0.05.
Results: Results of the unpaired t test variables breakfast habits and nutritional status
indicates that there is a statistically significant difference in the z-score index based
on BMI/age between the group of respondents who have regular and irregular
breakfast habits (p = 0.01). Comparison of the average z-score in the group with
regular breakfast habit (z-score = 0.12) and irregular (z-score = 1.03) indicates that
there is a reduced risk of overweight and obesity in a group of people who have a
regular breakfast habit. Thus, this research hypothesis is accepted.
v
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Yasmin Zahirah
vi
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ......................................................................................................... vi
1. Sarapan...................................................... ....................................... 6
viii
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Obesitas ..................................................................................... 14
3. Anak ................................................................................................. 24
C. Hipotesis ................................................................................................ 29
A. Jenis Penelitian....................................................................................... 30
ix
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Simpulan ................................................................................................ 58
B. Saran ...................................................................................................... 58
LAMPIRAN
x
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Obat yang Berhubungan dengan Peningkatan Berat Badan .................... 17
Tabel 4.4 Karakteristik Data Status Gizi dan Konsumsi Makanan Selain Sarapan . 42
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi ........ 44
Tabel 4.8 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi . 45
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Kebiasaan Sarapan dengan Konsumsi Makanan
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Transformasi Data Kebiasaan Sarapan dengan
Tabel 4.11 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Kebiasaan Sarapan dengan Konsumsi
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Kondisi Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi ... 47
Tabel 4.13 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Kondisi Ekonomi Keluarga dengan Status
Gizi ........................................................................................................... 48
xi
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
xii
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Anak
xiii
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
perempuan dalam kurun waktu antara 1965 sampai dengan 1991 di Amerika
Serikat, yaitu berturut-turut 89,7% dan 84,4% di tahun 1965 menjadi 74,9%
dan 64,7% di tahun 1991 (Soedibyo dan Gunawan, 2009). Penelitian di negara
maju secara umum menyatakan prevalensi anak dan remaja yang melewatkan
penelitian mengenai sarapan yang dilakukan sejak tahun 2002 hingga 2011
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dubois et al. (2008) dan Croezen
sarapan tidak teratur dapat meningkatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) sehingga
abnormal yang terjadi tidak hanya overweight dan obesitas saja, tetapi juga
badan menurut umur pada anak usia di bawah 5 tahun di dunia menurun dari
25% pada tahun 1990 menjadi 14% pada tahun 2015. Di Asia, prevalensinya
menurun dari 32% menjadi 17% (WHO, 2016). Sementara itu, prevalensi kurus
berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut umur pada anak usia 5-12
tahun adalah 11,2%, terdiri dari 4% sangat kurus dan 7,2% kurus. Prevalensi
kurus pada remaja usia 13-15 tahun adalah 11,1%, terdiri dari 3,3% sangat
kurus dan 7,8% kurus. Adapun prevalensi kurus pada remaja usia 16-18 tahun
sebesar 9,4%, terdiri dari 1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus (Badan Penelitian
overweight dan obesitas pada anak di dunia mengalami peningkatan dari 4,2%
di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010 dan diperkirakan akan mencapai
9,1% di tahun 2020 (de Onis et al, 2010). Di Indonesia, menurut data Riskesdas
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3
2013, prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 5-12 tahun masih
tergolong tinggi pula, yaitu 18,8%, terdiri dari 10,8% overweight dan 8,8%
obesitas. Prevalensi overweight dan obesitas pada remaja usia 13-15 tahun di
Indonesia yaitu sebesar 10.8%, terdiri dari 8,3% overweight dan 2,5% obesitas.
Adapun prevalensi overweight dan obesitas pada remaja usia 16-18 tahun
sebanyak 7,3%, terdiri dari 5,7% overweight dan 1,6% obesitas. Pada tahun
2013, prevalensi overweight dan obesitas pada anak umur 5-12 tahun di Jawa
risiko lebih besar menjadi dewasa yang obesitas pula jika dibandingkan dengan
anak yang tidak obesitas. Sementara itu, penatalaksanaan obesitas pada orang
dewasa umumnya sulit dan sering tidak berhasil, terutama apabila tidak
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4
siswa yang gemuk dan tidak sarapan sebelum berangkat sekolah. Peneliti juga
kebiasaan sarapan dengan status gizi pada anak di Indonesia masih belum
kontradiktif dengan sebagian besar penelitian yang telah ada. Oleh karena itu,
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi anak
gizi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5
Surakarta.
Hidayah Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
dengan status gizi anak usia sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta.
2. Manfaat aplikatif
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sarapan
a. Definisi Sarapan
tidur, meliputi makanan dan minuman paling tidak dari satu kelompok
siang. Konsumsi air putih dan minuman tidak berkalori lainnya tidak
RI), sarapan sehat adalah sarapan yang mengikuti pola gizi seimbang,
b. Kebiasaan sarapan
atau lebih.
atau kurang.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8
1) Pengetahuan gizi
2) Ketersediaan sarapan
3) Pendidikan ibu
d. Pengaruh Sarapan
berikut:
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9
2) Meningkatkan konsentrasi
lainnya.
2. Status Gizi
menjadi beberapa kategori, yaitu status gizi buruk, gizi kurang, gizi
commit to user
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
tingkat pendapatan keluarga. Selain itu, faktor ibu juga berperan penting
commit to user
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Pangan)
makanan tertentu.
d) Pengamatan
lebih besar.
commit to user
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
(DKBM).
2) Pemeriksaan klinis
gigi, gusi, bibir, lidah, mata, dan (khusus laki-laki) alat kelamin.
3) Antropometri
umur (TB/U)
commit to user
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai berikut:
commit to user
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
e. Obesitas
1) Definisi Obesitas
commit to user
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
dan overweight perlu dibedakan. Pada anak usia 5-18 tahun, salah
2) Etiologi Obesitas
sebagai berikut:
a) Faktor herediter
defek pada gen, misalnya mutasi pada gen pengkode leptin atau
reseptornya. Selain itu, dapat juga terjadi defek pada gen yang
b) Faktor lingkungan
commit to user
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
commit to user
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
(5) Obat-obatan
(2015):
commit to user
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
3) Patofisiologi Obesitas
commit to user
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
commit to user
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
saat aktivitas.
b) Dietary Thermogenesis
kecil.
c) Konsumsi energi
commit to user
library.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
4) Komplikasi Obesitas
commit to user
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
a) Pencegahan primordial
pada rentang IMT normal, mulai dari usia anak-anak hingga usia
remaja.
b) Pencegahan primer
c) Pencegahan sekunder
commit to user
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
memungkinkan.
saji.
prevalensi obesitas.
commit to user
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
3. Anak
Sedangkan menurut WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam
tahun 1990, anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun,
yaitu:
commit to user
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
lemak, otot, dan subkutan, perubahan berat dan tinggi, eleminiasi obat di
(2014), pola makan yang tidak teratur, seperti tidak mengonsumsi sarapan
peran yang lebih utama mencegah obesitas daripada makan malam lebih
awal.
commit to user
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
energi melalui cemilan, terutama pada siang dan malam hari (Dubois et al,
2008).
berada dalam jumlah tertinggi pada 1-2 jam setelah makan dan tetap tinggi
commit to user
library.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
status gizi anak yang mengonsumsi sarapan secara teratur dan tidar teratur.
melakukan sarapan, berat badan semakin rendah dan status gizi cenderung
normal.
dengan status gizi belum banyak dibahas. Selain itu, masih ada beberapa
hasil penelitian dari seluruh dunia yang kontradiktif dengan sebagian besar
commit to user
library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Kebiasaan sarapan
Ghrelin PYY
Nafsu makan
Keterangan:
= Memengaruhi
commit to user
library.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis
selain sarapan.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pendekatan cross sectional. Pada penelitian cross sectional variabel bebas dan
November 2016.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
a. Populasi Sumber
Populasi sumber pada penelitian ini adalah siswa dan siswi SDIT
b. Populasi Target
obesitas dapat diatasi dengan lebih baik pada usia anak-anak sehingga
commit to user
30
library.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
komplikasi obesitas. Populasi target dipilih anak usia 5-12 tahun karena
berikut:
1) Kriteria Inklusi
consent.
2) Kriteria Eksklusi
tuberkulosis.
obesitas.
commit to user
library.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
2. Sampel
a. Teknik Sampling
diberi nomor dan dipilih sebagian dari mereka dengan bantuan tabel
angka random.
b. Besar Sampel
× ×
=
, × , × ,
= ,
= 70,07
Keterangan:
q : 1-p
commit to user
library.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
orang.
commit to user
library.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
D. Desain Penelitian
Populasi
Pemberian informed
consent, kuisioner, dan
food record 24 jam
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Simple Random
Sampling
Mengambil Kesimpulan
3. Variabel luar :
a. Diteliti
pendidikan ibu.
commit to user
library.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
b. Tidak diteliti
hormon
setelah bangun tidur, meliputi makanan dan minuman paling tidak dari satu
WHO Anthroplus
commit to user
library.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
Skala : Ordinal
jumlah kalorinya.
nutrisurvey
Skala : Rasio
c. Pendidikan ibu
commit to user
library.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
Skala : Ordinal
status gizi
7. Software Nutrisurvey
H. Prosedur Penelitian
1. Peneliti memohon ijin kepada pihak SDIT Nur Hidayah untuk mengambil
sampel penelitian.
commit to user
library.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
eksklusi.
dan tinggi badan. Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan
responden. Data yang dianalisis adalah hasil rata-rata dari tiga kali
pengukuran.
9. Peneliti mengolah data berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan
IMT/U.
commit to user
library.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
10. Peneliti mengolah data food record 24 jam dengan menggunakan software
Sebelum dilakukan analisis data, data yang telah didapat dilakukan uji
tidak. Data yang tidak terdistribusi normal dilakukan transformasi data. Jika
data baru hasil transformasi terdistribusi normal, digunakan uji hipotesis yang
memiliki syarat data terdistribusi normal. Jika data baru hasil transformasi tidak
terdistribusi normal, dipakai uji hipotesis yang memiliki syarat data tidak
ekonomi keluarga dengan status gizi, diuji dengan menggunakan uji t tidak
statistik apabila nilai p <0,05 yang berarti hipotesis nol ditolak dan dikatakan
tidak bermakna apabila nilai p>0,05 yang berarti hipotesis nol diterima
(Dahlan, 2015).
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi Anak Usia
Sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta telah dilakukan pada bulan November 2016
di SDIT Nur Hidayah Surakarta melalui pengisian kuisioner, formulir food record 24
jam, serta pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pengambilan sampel dilakukan
secara simple random sampling dan besar sampel yang digunakan dalam penelitian
commit to
40 user
library.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
sarapan tidak teratur, yaitu kurang dari 2-4 kali dalam sepekan dan kebiasaan
commit to user
library.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4 Karakteristik Data Status Gizi dan Konsumsi Makanan Selain
Sarapan
Data Median Rerata Simpang
(Minimum–Maksimum) Baku
Z-Score IMT/U 0,15 ((-2,15)‒4,3) 0,39 1,42
Energi (kkal) 706,7 (355‒1830,1) 749,84 243,37
(Data Primer, 2016)
Tabel 4.4 menunujukkan hasil penelitian berupa nilai median, rata-rata,
simpang baku dari status gizi dan konsumsi makanan selain sarapan. Status gizi
didapatkan melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Data berat badan
dan tinggi badan kemudian digunakan untuk mencari nilai z-score berdasarkan
ibu seperti pada tabel 4.5. Data yang didapatkan kemudian dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar, yaitu pendidikan tinggi dan rendah. Disebut
kurang dari atau sama dengan SMA. Dari hasil penelitian, didapatkan 11 orang
commit to user
library.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
penghasilan orang tua seperti pada tabel 4.6. Data dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar, yaitu penghasilan orang tua rendah dan tinggi. Disebut
penghasilan orang tua rendah apabila penghasilan di bawah atau sama dengan
commit to user
library.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
B. Analisis Data
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Kebiasaan Sarapan dengan Status
Gizi
Kebiasaan
n p Keterangan
sarapan
Z-Score Teratur 50 0,20 Distribusi
berdasarkan normal
indeks
IMT/U
Tidak Teratur 21 0,20 Distribusi
normal
(Data Primer, 2016).
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa uji normalitas data z-score
commit to user
library.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
kebiasaan sarapan dan status gizi mendapatkan nilai p sebesar 0,01 sehingga
Sarapan
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Kebiasaan Sarapan dengan Konsumsi
Makanan Selain Sarapan
Kebiasaan
n p Keterangan
sarapan
Energi Teratur 50 0,032 Distribusi
(kkal) tidak normal
Tidak Teratur 21 0,20 Distribusi
normal
(Data Primer, 2016).
commit to user
library.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
0,032 yang berarti distribusi data tidak normal, sedangkan pada responden
dengan kebiasaan sarapan tidak teratur memiliki nilai p yaitu 0,20 yang
berarti distribusi data normal. Oleh karena salah satu data memiliki
berikut:
0,20 sehingga dapat diartikan bahwa kedua data terdistribusi normal. Oleh
commit to user
library.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
teratur.
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Data Kondisi Ekonomi Keluarga dengan
Status Gizi
Penghasilan
n p Keterangan
Orang Tua
Z-Score Rendah 40 0,17 Distribusi
normal
Tinggi 31 0,20 Distribusi
normal
(Data Primer, 2016).
commit to user
library.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa uji normalitas data status gizi pada
sedangkan status gizi pada kelompok yang memiliki penghasilan orang tua
tinggi memiliki nilai p yaitu 0,20 sehingga dapat diartikan bahwa data
berpasangan.
kondisi ekonomi keluarga dan status gizi mendapatkan nilai p sebesar 0,84
secara statistik pada status gizi antara kelompok responden yang memiliki
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian mengenai hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi anak usia
sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta dilakukan pada 71 siswa kelas V, yang terdiri
dari 28 siswa laki-laki dan 43 siswi perempuan. Dari 71 responden tersebut, terdapat
21 orang (29,6%) memiliki kebiasaan sarapan tidak teratur dan 50 orang (70,4%)
Peneliti memperoleh data melalui kuisioner, formulir food record 24 jam, serta
pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi
score terendah yaitu -2,15 yang berarti termasuk kategori underweight, sedangkan nilai
z-score tertinggi yaitu 4,3 yang berarti termasuk kategori obesitas. Rata-rata seluruh z-
score yang didapatkan adalah 0,39 yang berarti termasuk kategori normal.
status gizi anak usia sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta dan dianalisis dengan
menggunakan uji t tidak berpasangan, didapatkan nilai p yaitu 0,01 sehingga dapat
diartikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada z-score
sarapan teratur dan tidak teratur. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata z-
score berdasarkan IMT/U pada responden yang memiliki kebiasaan sarapan teratur
commit to
49 user
library.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
adalah 0,12. Hasil tersebut lebih rendah dibanding rata-rata z-score berdasarkan IMT/U
pada responden yang memiliki kebiasaan sarapan tidak teratur, yaitu 1,03.
Kemenkes (2010), rata-rata z-score pada responden yang memiliki kebiasaan sarapan
teratur termasuk kategori status gizi normal, di mana rentang z-score status gizi normal
adalah antara -2 sampai 1. Sedangkan rata-rata z-score pada responden yang memiliki
kebiasaan sarapan tidak teratur termasuk kategori status gizi overweight, di mana
rentang z-score status gizi overweight adalah antara 1 sampai 2. Perbandingan rata-rata
z-score pada kelompok responden yang memiliki kebiasaan sarapan teratur dan tidak
teratur dapat menunjukkan bahwa terdapat penurunan risiko overweight dan obesitas
pada kelompok orang yang memiliki kebiasaan sarapan teratur. Hal ini sesuai dengan
hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa kebiasaan sarapan teratur dapat
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Dubois et al (2008) pada 1549 anak usia 44 bulan sampai 56 bulan. Penelitian Dubois
menggunakan formulir food recall 24 jam untuk mengetahui konsumsi energi di luar
Sarapan seiap hari, 2) Sarapan teratur namun tidak setiap hari, 3) Sarapan hanya apabila
sempat, dan 4) Tidak pernah sarapan. Kategori 1 dan 2 termasuk memiliki kebiasaan
sarapan teratur, sedangkan kategori 3 dan 4 termasuk memiliki kebiasaan sarapan tidak
commit to user
library.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
teratur. Pengelompokan status gizi didasarkan pada kurva pertumbuhan US Centers for
Disease Control (CDC) untuk anak usia 2-18 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa anak-anak yang sarapan kurang dari 7 hari dalam seminggu memiliki
peningkatan konsumsi makanan dengan kandungan energi lebih besar di siang dan
yang dilakukan pada 1268 anak perempuan usia 7-9 tahun di Polandia. Pengukuran
antropometri dilakukan oleh tim peneliti. Klasifikasi kebiasaan sarapan dibagi menjadi
dua, yaitu kebiasaan sarapan teratur dan tidak teratur. Dianggap sarapan teratur apabila
selalu sarapan setiap hari dan dianggap sarapan tidak teratur apabila sarapan kurang
dari 7 hari sepekan atau tidak pernah sarapan. Trzciakowska et al (2012) menyatakan
bahwa risiko obesitas lebih besar dimiliki oleh anak-anak perempuan yang sarapan
Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Tin et al (2011)
perkembangan responden selama dua tahun. Dua tahun setelahnya, data yang
didapatkan hasil penelitian bahwa anak-anak yang melewatkan sarapan memiliki IMT
lebih tinggi dibanding yang melakukan sarapan. Pada analisis kohort prospektif, anak
yang melewatkan sarapan mengalami peningkatan IMT yang lebih besar selama dua
commit to user
library.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian dari Croezen et al (2009) yang
dilakukan pada 25.176 remaja usia 13-16 tahun di Belanda. Pada penelitian Croezen et
al (2009), berat badan dan tinggi badan tidak diukur sendiri oleh peneliti, tetapi
yaitu orang yang memiliki kebiasaan sarapan 0-7 hari per minggu. Croezen et al (2009)
menyatakan bahwa terdapat relasi yang kuat antara kebiasaan melewatkan sarapan
Kebiasaan sarapan tidak hanya mempengaruhi status gizi anak saja, namun juga
pada orang dewasa bahkan lansia, seperti pada hasil penelitian Watanabe et al (2014)
yang dilakukan pada 766 responden usia 30-79 tahun di Jepang. Watanabe et al (2014)
menyatakan bahwa pola makan yang tidak teratur, seperti melewatkan sarapan dan
makan malam terlalu larut menyebabkan metabolisme tubuh yang abnormal dan
obesitas.
sarapan menurunkan risiko overweight dan obesitas pada semua kelompok umur, mulai
dari balita hingga lanjut usia. Namun, menurut Pandita et al (2016) pencegahan
obesitas pada anak-anak perlu diutamakan karena anak-anak yang obesitas cenderung
akan menjadi dewasa yang obesitas pula. Penatalaksanaan obesitas pada dewasa sulit
commit to user
library.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Niswah et al (2014) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara
siswa yang biasa sarapan dengan siswa yang tidak biasa sarapan. Namun, terdapat
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anuar dan Masuri (2011) di Malaysia dengan melibatkan 168 responden berusia 18-
25 tahun. Kebiasaan sarapan pada penelitian ini diteliti berdasarkan konsumsi sarapan
pada hari di mana data diambil, pekan di mana data diambil, pekan sebelum data
diambil, serta selama liburan. Berdasarkan keempat waktu sarapan tersebut, tidak
terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi. Hipotesis penelitian
Anuar dan Masuri (2011) ditolak mungkin disebabkan karena status gizi hanya
diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu BMI <25 kg/m2 dan BMI ≥25 kg/m2.
Sementara itu, proporsi masing-masing kelompok berbeda jauh. Dari 168 responden
yang termasuk dalam kelompok BMI <25 kg/m2 adalah 148 orang, sedangkan yang
cenderung memiliki aktivitas fisik yang kurang sehingga pengeluaran energi juga
commit to user
library.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
teratur berkontribusi dalam terjadinya overweight dan obesitas yaitu karena orang yang
waktu sarapan melalui cemilan ataupun makan siang dan makan malam. (Huang et al,
2010)
keadaan puasa, yaitu antara waktu makan malam terakhir hingga waktu sarapan,
pencetus rasa lapar. Menurut Baqai dan Wildings (2015), pada saat muncul rasa lapar,
terjadi penurunan konsentrasi glukosa darah, asam lemak, dan asam amino. Akibatnya,
sarapan (Dubois et al, 2008; Huang et al, 2010; Leidy et al, 2013).
(2013) yang dilakukan pada responden usia 15-20 tahun di Columbia, mengonsumsi
sarapan secara teratur dapat meningkatkan hormon perangsang rasa kenyang, yaitu
PYY. Menurut Efthimia et al (2009), jumlah PYY rendah dalam keadaan puasa,
meningkat secara cepat sebagai respon dari pemasukan makanan, serta berada dalam
jumlah tertinggi pada 1-2 jam setelah makan dan tetap tinggi dalam beberapa jam.
commit to user
library.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
sebesar 0,46 sehingga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna
secara statistik pada konsumsi makanan selain sarapan antara kelompok responden
pada 21 anak usia 8-10 tahun di Philadelpia. Pada penelitian tersebut, 21 anak
mengikuti dua uji, yaitu uji sarapan dan tidak sarapan. Saat uji sarapan, responden
diberikan sarapan dengan jumlah dan jenis yang sama. Setelah sarapan, responden
dimakan dihitung jumlah karorinya. Dari hasil penelitian Kral et al (2011), tidak
terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada konsumsi makanan selain
Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Dubois et al (2008) yang
menyatakan bahwa kebiasaan sarapan kurang dari 7 kali per minggu memiliki kualitas
diet yang buruk, yaitu mengalami peningkatan konsumsi makanan tinggi protein pada
siang hari dan konsumsi cemilan tinggi energi pada sore dan malam hari. Orang yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada
commit to user
library.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
status gizi antara kelompok responden yang memiliki penghasilan oran tua rendah dan
tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Trzciakowska et al (2012) yang
Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Pahlevi (2012) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penghasilan orang tua dengan status gizi.
Pendapatan yang baik menunjang tumbuh kembang anak karena dapat memenuhi
kebutuhan primer dan sekunder yang menunjang tumbuh kembang anak. Selain itu,
semakin baik pendapatan suatu keluarga, maka semakin baik pula jumlah dan jenis
Analisis mengenai hubungan pendidikan ibu terhadap status gizi tidak dapat
dilakukan karena proporsi sampel pada kelompok ibu berpendidikan tinggi dan rendah
terlalu jauh. Dari data yang diperoleh, terdapat 11 anak yang ibunya berpendidikan
rendah, yaitu 1 orang ibu berpendidikan SMP dan 10 orang ibu berpendidikan SMA.
Sedangkan 60 anak lainnya memiliki ibu berpendidikan tinggi, yaitu 9 orang ibu
ibu dengan kebiasaan sarapan di mana ibu yang berpendidikan tinggi memiliki anak
yang lebih biasa sarapan dibanding ibu yang berpendidikan rendah. Berbeda dengan
commit to user
library.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
sarapan secara teratur menurunkan risiko obesitas. Sementara itu, penelitian tersebut
menyebutkan bahwa risiko obesitas pada anak tidak dipengaruhi oleh pendidikan ibu.
Dalam penelitian ini, sarapan adalah segala makanan dan minuman yang dikonsumsi
sampai maksimal 3 jam setelah bangun tidur. Sarapan dalam penelitian ini tidak
memperhatikan jumlah nutrisi sehingga jumlah energi dalam sarapan dianggap sama.
Sedangkan definisi sarapan menurut Kemenkes (2014) adalah kegiatan makan dan
minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai pukul 09.00 untuk memenuhi 15-
30% kebutuhan gizi per hari. Oleh karena itu, penilaian kandungan energi dalam
sarapan perlu dilakukan dalam pengelompokan responden yang termasuk sarapan dan
tidak sarapan.
Selain itu, pengukuran food record 24 jam dalam penelitian ini dilakukan hanya
satu hari. Penelitian food record 24 jam sebaiknya dilakukan dalam 3 hari yang
berbeda, yaitu dua hari aktif dan satu hari libur supaya dapat menggambarkan
makanan yang dikonsumsi dengan satuan URT juga hanya berupa estimasi. Untuk
praktis dilakukan.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
A. Simpulan
teratur dan tidak teratur (p= 0,01). Perbandingan rata-rata z-score pada
risiko overweight dan obesitas pada kelompok orang yang memiliki kebiasaan
sarapan teratur.
3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada status gizi antara
kelompok responden yang memiliki penghasilan orantua rendah dan tinggi (p=
0,84).
B. Saran
diperoleh, berikut ini adalah saran yang dapat diberikan oleh penulis:
commit to user
58
library.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
yang lebih akurat, yaitu melakukan food record 24 jam selama tiga hari
weighing.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Adesola OA, Ayodeji RAM, Akorede QJ, Oluranti O (2014). Breakfast habit and
nutritional status of undergraduates in ekiti state, nigeria. Science Journal of
Public Health, 2(4): 252-256.
Almatsier (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Arisman MB (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC, pp:
205-32.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf – Diakses Mei 2016.
Banun L, Ani M (2014). Hubungan kebiasaan sarapan dan status hidrasi dengan
konsentrasi berpikir pada remaja. Journal of Nutrition College, 3(4): 631-637.
Croezen S, Visscher TL, Ter Bogt NC, Veling ML, Haveman-Nies A (2009).
Skipping breakfast, alcohol consumption and physical inactivity as risk factors
for overweight and obesity in adolescents: Results of the E-MOVO project.
Eur J Clin Nutr, 63: 405–412.
commit to
60 user
library.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
Frøydis NV, Saskia JTV, Wendy VL, Yannis M, Eva K, Natasa Jan, Luis AM,
Bettina BI, Johannes B, Elling B (2016). Regular family breakfast was
associated with children's overweight and parental education: Results from the
ENERGY cross-sectional study. Elsevier, 91: 197-203
Hardinsyah, Aries M (2012). Jenis pangan sarapan dan perannya dalam gizi harian
anak usia 6-12 tahun di Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan,7(2): 89-96.
Huang C-J, Hu H, Fan Y-C, Liao Y-M, Tsai P-S (2010). Associations of breakfast
skipping with obesity and health-related quality of life: Evidence from a
national survey in taiwan. International Journal of Obesity, 34: 720-725.
commit to user
library.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
Kral TVE, Whiteford LM, Heo M, Faith MS (2011). Effects of eating breakfast
compared with skipping breakfast on ratings of appetite and intake at
subsequent meals in 8- to 10-y-old children. Am J Clin Nutr, ;93:284–91.
Leidy HJ, Ortinau LC, Douglas SM, Hoertel HA (2013). Beneficial effects of a
higher-protein breakfast on the appetitive, hormonal, and neural signals
controlling energy intake regulation in overweight/obese, “breakfast-skipping,”
late-adolescent girls. Am J Clin Nutr ;97:677–88.
O’Neil C, Bredbenner C, Hayes D, Jana L, Klinger S, dan Martin S (2014). The role
of breakfast in health: Definition and criteria for a quality breakfast. Academy
of Nutrition and Dietitics, 114(12 Suppl):S8-S26.
Pahlevi AE (2012). Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar. Kemas, 7(2):
122-126.
commit to user
library.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
Tin SPP, Ho SY, Mak KH, Wan KL, Lam TH (211). Breakfast skipping and change
in body mass index in young children. International Journal of Obesity,
35:899-906.
Trzciakowska AJ, Tendera EM, Klimek K, Matusik P (2012). Obesity risk factors in
a representative group of polish prepubertal children. Arch Med Sci, 10(5):
880-885.
commit to user