Anda di halaman 1dari 8

DEFINISI SKRINING (PENAPISAN)

Skrining/penapisan merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan pada populasi sehat


pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang akan dideteksi dini dengan upaya
meningkatkan kesadaran pencegahan dan diagnosis dini bagi kelompok yang termasuk resiko tinggi.
Pada negara maju, umumnya proses skrining/penapisan dilakukan pada penyakit tidak menular,
misalnya kanker payudara yang dilakukan pada kelompok beresiko seperti wanita terlahir kembar,
ada genetik keluarga, wanita yang tidak menikah, wanita yang tidak menyusui (red ngASI) anaknya
dan pola diet dan gaya hidup yang tidak sehat, wanita pengguna KB hormonal, wanita yang
menstruasi pertama dibawah 12 tahun dan menopause diatas 55 tahun. Berikut dijelaskan definisi
skrining/penapisan menurut beberapa ahli Epidemiologi.
Menurut Webb (2005), skrining/penapisan merupakan metode test sederhana yang digunakan secara
luas pada populasi sehat atau populasi yang tanpa gejala penyakit (asimptomatik).
Skrining/penapisan tidak dilakukan untuk mendiagnosa kehadiran suatu penyakit, tetapi untuk
memisahkan populasi subjek skrining/penapisan menjadi dua kelompok yaitu orang-orang yang lebih
beresiko menderita penyakit tersebut dan orang-orang yang cenderung kurang beresiko terhadap
penyakit tertentu. Mereka yang mungkin memiliki penyakit (yaitu, mereka yang hasilnya positif) dapat
menjalani pemeriksaan diagnostik lebih lanjut dan melakukan pengobatan jika diperlukan. (1)
Menurut Komisi Penyakit Kronis AS (1951) dalam kamus Epidemiologi (A Dictionary of Epidemiology),
skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi dugaan penyakit atau kecacatan yang belum
dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat diterapkan
dengan cepat. Tes skrining/penapisan memilah/memisahkan orang-orang yang terlihat sehat untuk
dikelompokkan menjadi kelompok orang yang mungkin memiliki penyakit dan kelompok orang yang
mungkin sehat. Sebuah tes skrining/penapisan ini tidak dimaksudkan untuk menjadi upaya diagnosa.
Orang dengan temuan positif menurut hasil skrining/penapisan atau suspek suatu kasus harus dirujuk
ke dokter untuk diagnosis dan menjalani pengobatan yang diperlukan (3).
Skrining/penapisan juga merupakan pemeriksaan untuk membantu mendiagnosa penyakit (atau
kondisi prekursor penyakit) dalam fase awal riwayat alamiah atau di ujung kondisi yang belum parah
dari spektrum dibanding yang dicapai dalam praktek klinis rutin. (4). Sedangkan menurut Bonita et.al
(2006), skrining/penapisan adalah proses menggunakan tes dalam skala besar untuk mengidentifikasi
adanya penyakit pada orang sehat. Tes skrining/penapisan biasanya tidak menegakkan diagnosis,
melainkan untuk mengidentifikasi faktor resiko pada individu, sehingga bisa menentukan apakah
individu membutuhkan tindak lanjut dan pengobatan. Untuk yang terdeteksi sebagai individu yang
sehat pun, bukan berarti terbebas 100% dari suatu penyakit karena tes skrining/penapisan dapat
salah.(5)
Inisiatif untuk skrining/penapisan biasanya berasal dari peneliti atau orang atau badan kesehatan dan
bukan dari keluhan pasien. Skrining/penapisan biasanya berkaitan dengan penyakit kronis dan
bertujuan untuk mendeteksi penyakit yang belum umum dalam pelayanan medis. Skrining/penapisan
dapat mengidentifikasi faktor - faktor risiko, faktor genetik, dan pencetus, atau indikasi suatu
penyakit(3)

PRINSIP DALAM SKRINING (PENAPISAN)

Untuk menghasilkan program skrining/penapisan yang bermanfaat bagi masyarakat luas, harus ada
kriteria tertentu dalam memilih penyakit apa yang akan diskrining/penapisan. Berikut beberapa
katrakteristik penyakit yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan kebijkan skrining/penapisan.
(1, 11).
1. Jenis penyakit harus termasuk jenis penyakit yang parah, yang relatif umum dan dianggap sebagai masalah kesehatan
masyarakat oleh masyarakat. Pada umumnya memiliki prevalensi yang tinggi pada tahap pra-klinis. Hal ini berkaitan
dengan biaya relatif dari program skrining/penapisan dan dalam kaitannya dengan jumlah kasus yang terdeteksi serta nilai
prediksi positif. Pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk kegiatan skrining/penapisan harus selaras dengan mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas. Namun kriteria ini menjadi tidak berlaku pada kasus tertentu seperti keganasan/keparahan
dari suatu penyakit. Contohnya skrining/penapisan Fenilketouria atau Phenylketouria (PKU) pada bayi baru lahir.
Fenilketouria adalah gangguan desakan autosomal genetik yang dikenali dengan kurangnya enzim fenilalanin hidroksilase
(PAH). Enzim ini sangat penting dalam mengubah asam amino fenilalanina menjadi asam amino tirosina. Jika penderita
mengkonsumsi sumber protein yang mengandung asam amino ini, produk akhirnya akan terakumulasi di otak, yang
mengakibatkan retardasi mental. Meskipun hanya satu dari 15.000 bayi yang terlahir dengan kondisi ini, karena faktor
kemudahan, murah dan akurat maka skrining/penapisan ini sangat bermanfaat untuk dilakukan kepada setiap bayi yang baru
lahir.
2. Skrining/penapisan harus aman dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Dalam proses skrining/penapisan
membutuhkan partisipasi dari masyarakat yang dinilai cocok untuk menjalani pemeriksaan. Oleh karena itu
skrining/penapisan harus aman dan tidak mempengaruhi kesehatannya.
3. Skrining/penapisan harus akurat dan reliable. Tingkat akurasi menggambarkan sejauh mana hasil tes sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dari kondisi kesehatan/penyakit yang diukur. Sedangkan reliabilitas biasanya berhubungan salah
satu dengan standardisasi atau kalibrasi peralatan pengujian atau keterampilan dan keahlian dari orang-orang
menginterpretasikan hasil tes.
4. Harus mengerti riwayat alamiah penyakit dengan baik dan percaya bahwa dengan melakukan skrining/penapisan maka
akan menghasilkan kondisi kesehatan yang jauh lebih baik. Misalnya pada Kanker Prostat, secara biologis penderita kanker
tidak bisa dibedakan, namun kemungkinan banyak pria yang kanker bisa terdeteksi oleh pemeriksaan ini (PSA Test).
Meskipun demiikian, skrining/penapisan kanker prostat juga berbahaya sehingga umumnya skrining/penapisan ini tidak
dianjurkan, meskipun dapat digunakan.
5. Skrining/penapisan akan sangat bermanfaat jika dilakukan pada saat yang tepat. Periode antara kemungkinan diagnosis
awal dapat dilakukan dan periode kemunculan gejala merupakan waktu yang sangat tepat (lead time). Namun jika penyakit
berkembang dengan cepat dari tahap pra-klinis ke tahap klinis maka intervensi awal kurang begitu manfaat, dan akan jauh
lebih sulit untuk mengobati penyakit tersebut.
6. Kebijakan, prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus dirujuk untuk pemeriksaan,
diagnosis dan tindakan lebih lanjut.
Sistem pelayanan kesehatan dapat mengatasi banyaknya diagnosis dan pengobatan tambahan karena menemukan penyakit yang
umum yang positif palsu. Sebelum memulai program skrining/penapisan sangat penting untuk menilai infrastruktur yang
dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaannya. Fasilitas-fasilitas tersebut tentu dibutuhkan untuk proses skrining/penapisan tapi,
sama pentingnya juga untuk konfirmasi lanjutan mengenai pengujian dan diagnosis, pengobatan dan tindak lanjut bagi yang
positif. Perkiraan (Nilai Prediktif) sangat dibutuhkan dalam sebagai kemungkinan pengambilan skrining/penapisan, jumlah total
yang hasilnya positif (termasuk positif palsu), tersangka (berdasarkan prevalens penyakit dan sensitivitas serta spesifisitas hasil
pemeriksaan) dan kemungkinan dampak yang dihasilkan berupa peningkatan permintaan pelayanan medis.(1)

ujuan dari penapisan awal adalah untuk menentukan apakah ibu tersebut boleh bersalin di
PKD/BPM (bidan praktek mandiri) atau harus dirujuk. Apabila ...

PENAPISAN AWAL
 
Rujuk klien  ke Rumah Sakit bila menemukan salah satu gejala dibawah ini

 Pernah di operasi seksio sesaria (operasi caesar)

 Perdarahan dari jalan lahir selain lendir bercampur darah

 Persalinan kurang dari 37 minggu (kurang bulan)

 Ketuban pecah disertai dengan keluar mekonial kental (cairan warna keruh)

 Ketuban pecah disertai tidak terasa gerakan janin

 Ketuban telah pecah lebih dari 24 jam atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan

 Ada tanda gejala infeksi : Suhu tubuh tinggi, menggigil, nyeri perut dan cairan ketuban yang
berbau

 Tekanan darah lebih dari 160/110

 Tinggi fundus 41 cm atau lebih

 Ada tanda gerakan janin berkurang (10 gerakan dalam 1 hari)

 Kepala janin belum masuk panggul pada persalinan

 Letak sungsang atau lintang

 Bagian terendah bukan kepala saja, tapi ada bagian lain misalnya tangan/lengan

 Tali pusat keluar sebelum bayi lahir

 Syok

 Anemia
ENDOKUMENTASIAN KASUS KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

Manajemen Kebidanan ( Varney,1997)Adalah proses pemecahan masalah yg digunakan sebagai


metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan yg logis untuk pengambilan suatu keputusan yg
berfokus pd klien Kerangka berfikir seorang Bidan dalam mengambil keputusan.Manajemen
Kebidanan

3  7 langkah manajemen kebidanan


6/19/20187 langkah manajemen kebidananMengumpulkan data klienInterpretasi data untuk
mengidentifikasi diagnosa/ masalahMengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan
mengantisispasi penanganannyaMenetapkan kebutuhan tindakan segera,melakukan
tindakan,konsultasi,kolaborasi dg tenaga kes lainnyaMenyusun rencana asuhanImplementasi
asuhan sesuai dg rencanaMengevaluasi keefektifan asuhan dan modifikasi asuhanManajemen
Kebidanan

4  Proses Penatalaksanaan Kebidanan


6/19/2018Proses Penatalaksanaan KebidananManajemen Kebidanan

5  Proses manajemen kebidanan 5 langkah (Kompetensi Bidan)


6/19/2018Alur pikir bidanProses manajemen kebidanan5 langkah (Kompetensi Bidan)7 langkah
(Varney)Pengumpulan data dasarDiagnosisInterpretasi data dasarPerencanaanMengantisipasi
diagnosa/ masalah potensialmenetapkan kebutuhan penanganan segeraMerencanakan
asuhanImplementasiPelaksanaan asuhanEvaluasiManajemen Kebidanan

6  Langkah 1. Mengumpulkan data klien


6/19/2018Langkah 1. Mengumpulkan data klienJenis dataSumber dataCara pengumpulan
datalengkap,tepat, akuratManajemen Kebidanan

7  Langkah 2: Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah


6/19/2018Langkah 2: Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalahData di
interpretasiidentifikasi Masalah / DiagnosaRumusan Masalah dan diagnosa keduanya digunakan
karena masalah tdk dpt didefinisikan seperti diagnosa,tapi membutuhkan penangananContoh
:Diagnosa wanita hamil trimester IIIMasalah Merasa takut terhadap prosespersalinan dan
melahirkan.Manajemen Kebidanan

8  6/19/2018Lanjutan…Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada langkah
pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan diagnosa
atau masalah kebidanan.Rumusan DIAGNOSA merupakan kesimpulan dari kondisi klien, apakah
klien dalam kondisi hamil, inpartu, nifas, bayi baru lahir? Apakah kondisinya dalam keadaan normal?
Diagnosa ini dirumuskan menggunakan Nomenklatur Kebidanan.Sedangkan MASALAH dirumuskan
apabila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam
rumusan diagnosa yang ada, karena masalah tersebut membutuhkan penanganan/intervensi bidan,
maka dirumuskan setelah diagnosa.Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah tersebut juga sering
menyertai diagnosa.Manajemen Kebidanan
9  6/19/2018Langkah 3: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannyaIdentifikasi diagnosa atau masalah potensial berdasarkan diagnosa/masalah yg
telah diidentifikasi ( pd langkah 2 ).Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam
melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul
dari kondisi yang ada/sudah terjadi.Manajemen Kebidanan

10  6/19/2018Lanjutan…Pada langkah antisipasif ini diharapkan Bidan selalu waspada dan bersiap-
siap mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar tidak terjadi.Langkah ini,
penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman, dan langkah ini perlu dilakukan secara cepat,
karena sering terjadi dalam kondisi emergensi.Manajemen Kebidanan

11  6/19/2018Lanjutan…Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang


akan terjadi berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah ada, bidan dapat merumuskan tindakan
apa yang perlu diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah /diagnosa potensial yang akan
terjadi.Manajemen Kebidanan

12  6/19/2018Langkah 4 : Mengidentifikasi & Menetapkan Kebutuhan Penanganan


Segera/Tindakan Emergensi.Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya yang
sesuai dengan kondisi klien.Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik
tindakan intervensi , tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter lain, atau rujukan berdasarkan
Kondisi Klien.Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan yang terjadi dalam kondisi emergensi. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi
klien membutuhkan tindakan segera untuk menangani/mengatasi diagnosa/masalah yang
terjadi.Manajemen Kebidanan

13  6/19/2018Lanjutan…Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik
sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang ada, sehingga diperlukan tindakan segera
untuk mengetahui penyebab masalah. Jadi tindakan segera bisa juga berupa
observasi/pemeriksaan.Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana
bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya
menghentikan perdarahan kala III, atau mengatasi distosia bahu pada kala II).Pada tahap ini
mungkin juga klien memerlukan tindakan dari seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat,
sehingga perlu tindakan rujukan dengan segera.Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari
pre-eklamsi, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius,
maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.Manajemen Kebidanan

14  6/19/2018Lanjutan…Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan


konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli
gizi.Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan klien.Pada penjelasan
diatas menunjukan bahwa dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah /
kebutuhan yang dihadapi kliennya.Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan
tindakan emergency / segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan
bayi.Manajemen Kebidanan

15  Lanjutan… Observasi perdarahan, tanda-tanda vital


6/19/2018Lanjutan…Contoh Kasus Tindakan segeraContoh I > Dari kasus perdarahan antepartum
tindakan segera yang harus dilakukanadalah :Observasi perdarahan, tanda-tanda vitalPeriksa / chek
kadar hbObservasi DJARujuk ke RS ( bila di masyarakat ) atau kolaborasi dengan dokter ( bila di
Rumah Sakit )Contoh II > Tindakan segera yang dilakukan pada kasus perdarahan karena atonia
uteri:Cari penyebab perdarahanMasase uterus untuk merangsang kontraksiBerikan
uterotonikaLakukan kompresi bimanual interna (KBI)Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-
benar dibutuhkan.Manajemen Kebidanan

16  Langkah V : Merencanakan Asuhan Yg Menyeluruh


6/19/2018Langkah V : Merencanakan Asuhan Yg MenyeluruhMerencanakan asuhan yang
menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Pada langkah ini data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh meliputi apa yang sudah
teridentifikasi, apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apa yang dibutuhkan dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah.Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera ataupun
rutin.Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi dengan merumuskan
tindakan yang sifatnya mengevaluasi/memeriksa kembali. Atau perlu tindakan yang sifatnya follow
up.Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi penanganan masalah yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga tindakan yang
bentuknya antisipasi (dibutuhkan penyuluhan, konseling).Manajemen Kebidanan

17  6/19/2018Lanjutan…Begitu pula tindakan rujukan yang dibutuhkan klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan
lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua
aspek asuhan kesehatan.Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan
rencana tersebut (Informed Consent).Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya, baik lisan ataupun
tertulis.Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar nyata berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta telah dibuktikan bahwa
tindakan tersebut bermanfaat/efektif berdasarkan penelitian (Evidence Based).Manajemen
Kebidanan

18  6/19/2018Lanjutan…Contoh Rencana komprehensif pada kasus dengan peradarahan ante


partum :Beri tahu kondisi klien dan hasil pemeriksaanBerikan dukungan bagi ibu dan
keluargaBerikan infus RLObservasi tanda-tanda vital , perdarahan, DJA dan tanda-tanda syokChek
kadar HBSiapkan darahRujuk klien ke RS / kolaborasi dengan dokterFollow up ke rumah
( kunjungan rumah )Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan
kesehatan terhadap klien.Manajemen Kebidanan

19  Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan


6/19/2018Langkah VI : Melaksanakan PerencanaanPada langkah keenam ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien, efektif dan
aman.Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian di lakukan oleh bidan
dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.Manajemen Kebidanan

20  6/19/2018Lanjutan…Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh
dokter atau tim kesehatan yang lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan
kesinambungan asuhan berikutnya.(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana, dan sesuai dengan kebutuhan klien).Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana bersama yang menyeluruh tersebut.Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.Kaji ulang apakah semua rencana asuhan
telah dilaksanakan.Manajemen Kebidanan

21  6/19/2018Langkah VII : EvaluasiPada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan
diagnosa.Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Manajemen Kebidanan

22  6/19/2018Lanjutan…Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan


sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses penatalaksanaan ini merupakan suatu kegiatan
yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
melalui pengkajian ulang (memeriksa kondisi klien).Proses avaluasi ini dilaksanakan untuk menilai
apakah proses penatalaksanaan efektif/tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana
asuhan tersebut.Contoh EvaluasiEvaluasi perdarahan ; berhenti atau tidak, jika belum berhenti
jumlahnya berapa banyak ?Kondisi janin dan ibu ?Kadar Hb ?Manajemen Kebidanan

23  SOAPS : Subjektif dataData yang didapatkan dari hasil pengkajian langsung kepada pasien,
keluargaBerhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasienData yang tidak mempunyai
parameter/ ukurEkspresi pasien, keluhan dari pasien

24  O : Objektif dataHasil observasi/ pengamatan langsungHasil pemeriksaan fisik


paisenPemeriksaan lab, pemeriksaan diagnostik lainData yang mempunyai paramer/ tolak ukurData
yang mempunyai fakta/ kenyataan

25  A : Analysis/ Assessment/ Analisa


Hasil analisis dan interpretasi/ kesimpulan dari data subjektif dan objektifBerisikan langkah 2,3,4 di
dalam manajemen asuhan kebidanan menurut Helen Varney

26  P : Planning/ perencanaan
Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datangRencana disusun berdasarkan hasil
analisis dan interpretasi dataRencana asuhan bertujuan untuk tercapainya asuhan sesuai dengan
kondosi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannyaMencakup langkah 5,6,7
di dalam manajemen asuhan kebidanan menurut Helen Varney

27  Jam 02.00 G1 P0 A0 H aterm Inpartu kala 1 fase aktif


Contoh SOAP pada kasus gawatdarurat maternalJam G1 P0 A0 H aterm Inpartu kala 1 fase aktifS :
Mules sering, ibu ingin meneranO :His kuat, 4 x 10 menit, lamanya 55 detikDJJ 158 x / menitAnus /
vulva membuka, perineummenonjol, lendIr darah bertambah banyak,PD : pembukaan lengkap,
ketubanmenonjol, kepala Hd III, kepala sudahmasuk

28  A : Partus kala IIP :Menganjurkan keluarga / suami untukmendampingi klien dan


suamiMendampinginyaMengajar cara meneranMelakukan pencegahan ketuban,
warnajernihMemimpin meneran, bayi lahir spontanjam jenis dan segera menangis→ mengklem dan
menotong tali pusat(dan mengahangatkan)Bayi segera disusukan
29  S : Ibu merasa lelah, perut terasa mules
Jam Partus kala IIIS : Ibu merasa lelah, perut terasa mulesO : TD110/80 mmHg, N 88 x/ menit,
kontraksiuterus baik, tampak tali pusat divaginadarah mengalir dan darah mengalirA : Partus kala
IIIP :Memberikan oksitoksin 10 UI intramusculermelakukan peregangan tali pusat terkendali
placenta lahir spontan lengkap jam 03.00melakukan masase uterus

30  Jam Partus kala IVS : Ibu merasa lelah tetapi senangO : TD110/70 mmHg, N 80 x/ menit,
kontraksiuterus baik, TFU : 2 Jr dibawah pusat,perineum utuh, perdarahan dalam batasnormalA :
Partus kala IVP :Mengukur Tanda tanda vital , Suhu 36,6 0C,nadi 84 x/menit, TD 120/80
mmHgmemeriksa kontraksi uterus, perdarahan,TFU : 2 Jr bawah pusatmemberikan nutrisi yang
cukup

Anda mungkin juga menyukai