Untuk menghasilkan program skrining/penapisan yang bermanfaat bagi masyarakat luas, harus ada
kriteria tertentu dalam memilih penyakit apa yang akan diskrining/penapisan. Berikut beberapa
katrakteristik penyakit yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan kebijkan skrining/penapisan.
(1, 11).
1. Jenis penyakit harus termasuk jenis penyakit yang parah, yang relatif umum dan dianggap sebagai masalah kesehatan
masyarakat oleh masyarakat. Pada umumnya memiliki prevalensi yang tinggi pada tahap pra-klinis. Hal ini berkaitan
dengan biaya relatif dari program skrining/penapisan dan dalam kaitannya dengan jumlah kasus yang terdeteksi serta nilai
prediksi positif. Pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk kegiatan skrining/penapisan harus selaras dengan mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas. Namun kriteria ini menjadi tidak berlaku pada kasus tertentu seperti keganasan/keparahan
dari suatu penyakit. Contohnya skrining/penapisan Fenilketouria atau Phenylketouria (PKU) pada bayi baru lahir.
Fenilketouria adalah gangguan desakan autosomal genetik yang dikenali dengan kurangnya enzim fenilalanin hidroksilase
(PAH). Enzim ini sangat penting dalam mengubah asam amino fenilalanina menjadi asam amino tirosina. Jika penderita
mengkonsumsi sumber protein yang mengandung asam amino ini, produk akhirnya akan terakumulasi di otak, yang
mengakibatkan retardasi mental. Meskipun hanya satu dari 15.000 bayi yang terlahir dengan kondisi ini, karena faktor
kemudahan, murah dan akurat maka skrining/penapisan ini sangat bermanfaat untuk dilakukan kepada setiap bayi yang baru
lahir.
2. Skrining/penapisan harus aman dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Dalam proses skrining/penapisan
membutuhkan partisipasi dari masyarakat yang dinilai cocok untuk menjalani pemeriksaan. Oleh karena itu
skrining/penapisan harus aman dan tidak mempengaruhi kesehatannya.
3. Skrining/penapisan harus akurat dan reliable. Tingkat akurasi menggambarkan sejauh mana hasil tes sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dari kondisi kesehatan/penyakit yang diukur. Sedangkan reliabilitas biasanya berhubungan salah
satu dengan standardisasi atau kalibrasi peralatan pengujian atau keterampilan dan keahlian dari orang-orang
menginterpretasikan hasil tes.
4. Harus mengerti riwayat alamiah penyakit dengan baik dan percaya bahwa dengan melakukan skrining/penapisan maka
akan menghasilkan kondisi kesehatan yang jauh lebih baik. Misalnya pada Kanker Prostat, secara biologis penderita kanker
tidak bisa dibedakan, namun kemungkinan banyak pria yang kanker bisa terdeteksi oleh pemeriksaan ini (PSA Test).
Meskipun demiikian, skrining/penapisan kanker prostat juga berbahaya sehingga umumnya skrining/penapisan ini tidak
dianjurkan, meskipun dapat digunakan.
5. Skrining/penapisan akan sangat bermanfaat jika dilakukan pada saat yang tepat. Periode antara kemungkinan diagnosis
awal dapat dilakukan dan periode kemunculan gejala merupakan waktu yang sangat tepat (lead time). Namun jika penyakit
berkembang dengan cepat dari tahap pra-klinis ke tahap klinis maka intervensi awal kurang begitu manfaat, dan akan jauh
lebih sulit untuk mengobati penyakit tersebut.
6. Kebijakan, prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus dirujuk untuk pemeriksaan,
diagnosis dan tindakan lebih lanjut.
Sistem pelayanan kesehatan dapat mengatasi banyaknya diagnosis dan pengobatan tambahan karena menemukan penyakit yang
umum yang positif palsu. Sebelum memulai program skrining/penapisan sangat penting untuk menilai infrastruktur yang
dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaannya. Fasilitas-fasilitas tersebut tentu dibutuhkan untuk proses skrining/penapisan tapi,
sama pentingnya juga untuk konfirmasi lanjutan mengenai pengujian dan diagnosis, pengobatan dan tindak lanjut bagi yang
positif. Perkiraan (Nilai Prediktif) sangat dibutuhkan dalam sebagai kemungkinan pengambilan skrining/penapisan, jumlah total
yang hasilnya positif (termasuk positif palsu), tersangka (berdasarkan prevalens penyakit dan sensitivitas serta spesifisitas hasil
pemeriksaan) dan kemungkinan dampak yang dihasilkan berupa peningkatan permintaan pelayanan medis.(1)
ujuan dari penapisan awal adalah untuk menentukan apakah ibu tersebut boleh bersalin di
PKD/BPM (bidan praktek mandiri) atau harus dirujuk. Apabila ...
PENAPISAN AWAL
Rujuk klien ke Rumah Sakit bila menemukan salah satu gejala dibawah ini
Ketuban pecah disertai dengan keluar mekonial kental (cairan warna keruh)
Ketuban telah pecah lebih dari 24 jam atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan
Ada tanda gejala infeksi : Suhu tubuh tinggi, menggigil, nyeri perut dan cairan ketuban yang
berbau
Bagian terendah bukan kepala saja, tapi ada bagian lain misalnya tangan/lengan
Syok
Anemia
ENDOKUMENTASIAN KASUS KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
8 6/19/2018Lanjutan…Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada langkah
pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan diagnosa
atau masalah kebidanan.Rumusan DIAGNOSA merupakan kesimpulan dari kondisi klien, apakah
klien dalam kondisi hamil, inpartu, nifas, bayi baru lahir? Apakah kondisinya dalam keadaan normal?
Diagnosa ini dirumuskan menggunakan Nomenklatur Kebidanan.Sedangkan MASALAH dirumuskan
apabila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam
rumusan diagnosa yang ada, karena masalah tersebut membutuhkan penanganan/intervensi bidan,
maka dirumuskan setelah diagnosa.Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah tersebut juga sering
menyertai diagnosa.Manajemen Kebidanan
9 6/19/2018Langkah 3: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannyaIdentifikasi diagnosa atau masalah potensial berdasarkan diagnosa/masalah yg
telah diidentifikasi ( pd langkah 2 ).Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam
melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul
dari kondisi yang ada/sudah terjadi.Manajemen Kebidanan
10 6/19/2018Lanjutan…Pada langkah antisipasif ini diharapkan Bidan selalu waspada dan bersiap-
siap mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar tidak terjadi.Langkah ini,
penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman, dan langkah ini perlu dilakukan secara cepat,
karena sering terjadi dalam kondisi emergensi.Manajemen Kebidanan
13 6/19/2018Lanjutan…Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik
sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang ada, sehingga diperlukan tindakan segera
untuk mengetahui penyebab masalah. Jadi tindakan segera bisa juga berupa
observasi/pemeriksaan.Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana
bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya
menghentikan perdarahan kala III, atau mengatasi distosia bahu pada kala II).Pada tahap ini
mungkin juga klien memerlukan tindakan dari seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat,
sehingga perlu tindakan rujukan dengan segera.Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari
pre-eklamsi, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius,
maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.Manajemen Kebidanan
17 6/19/2018Lanjutan…Begitu pula tindakan rujukan yang dibutuhkan klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan
lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua
aspek asuhan kesehatan.Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan
rencana tersebut (Informed Consent).Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya, baik lisan ataupun
tertulis.Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar nyata berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta telah dibuktikan bahwa
tindakan tersebut bermanfaat/efektif berdasarkan penelitian (Evidence Based).Manajemen
Kebidanan
20 6/19/2018Lanjutan…Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh
dokter atau tim kesehatan yang lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan
kesinambungan asuhan berikutnya.(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana, dan sesuai dengan kebutuhan klien).Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana bersama yang menyeluruh tersebut.Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.Kaji ulang apakah semua rencana asuhan
telah dilaksanakan.Manajemen Kebidanan
21 6/19/2018Langkah VII : EvaluasiPada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan
diagnosa.Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Manajemen Kebidanan
23 SOAPS : Subjektif dataData yang didapatkan dari hasil pengkajian langsung kepada pasien,
keluargaBerhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasienData yang tidak mempunyai
parameter/ ukurEkspresi pasien, keluhan dari pasien
26 P : Planning/ perencanaan
Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datangRencana disusun berdasarkan hasil
analisis dan interpretasi dataRencana asuhan bertujuan untuk tercapainya asuhan sesuai dengan
kondosi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannyaMencakup langkah 5,6,7
di dalam manajemen asuhan kebidanan menurut Helen Varney
30 Jam Partus kala IVS : Ibu merasa lelah tetapi senangO : TD110/70 mmHg, N 80 x/ menit,
kontraksiuterus baik, TFU : 2 Jr dibawah pusat,perineum utuh, perdarahan dalam batasnormalA :
Partus kala IVP :Mengukur Tanda tanda vital , Suhu 36,6 0C,nadi 84 x/menit, TD 120/80
mmHgmemeriksa kontraksi uterus, perdarahan,TFU : 2 Jr bawah pusatmemberikan nutrisi yang
cukup