TATA RUANG
DAN
PERENCANAAN WILAYAH
Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan
i
ii Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan iii
Buku Ajar
TATA RUANG
DAN
PERENCANAAN WILAYAH
Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan
SUTARYONO
RAKHMAT RIYADI
SUSILO WIDIYANTORO
STPN Press
Bekerja sama dengan
Program Studi DIV STPN, 2020
iv Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
KATA PENGANTAR
atau tidak boleh dan bisa atau tidak bisa untuk diselenggarakan di
suatu wilayah.
Buku ini disusun untuk menjadi buku ajar sekaligus buku
pegangan wajib bagi dosen dan mahasiswa yang mengambil Mata
Kuliah Tata Ruang dan Perencanaan Wilayah pada Program Studi D-IV
Pertanahan, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN). Buku juga
dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk mata kuliah-mata kuliah
terkait dengan penataan ruang dan pertanahan, baik di lingkungan
STPN maupun pada perguruan tinggi lainnya.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para
pihak yang telah berkenan memberikan dukungan dan fasilitasi dalam
penerbitan buku ini. Secara khusus ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Senthot Sudirman, M.S., Ketua Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional, yang telah memberikan kesempatan kepada
tim penulis untuk mengembangkan dan mengabdikan ilmunya
dalam situasi kampus yang aman, nyaman dan adhem ayem;
2. Pengelola Program Studi D-IV Pertanahan, yang telah menetapkan
Tata Ruang dan Perencanaan Wilayah sebagai salah satu mata
kuliah wajib di semester IV;
3. Penerbit STPN Press, yang telah memberikan fasilitasi dalam
penyusunan buku ajar ini;
4. Para kolega yang telah berkenan membuka ruang interaksi dan
diskusi konstruktif, sehingga memperkaya pemahaman dan
wawasan penulis sekaligus mewarnai materi buku ajar ini;
5. Para Taruna Program Studi D-IV Pertanahan, atas interaksi aktif
dan diskusi yang hangat sehingga memperkaya materi dalam
penyusunan buku;
6. Semua pihak yang telah berkontribusi hingga terwujudnya buku
ini.
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan adaalah tujuan, namun
demikian realitas menunjukkan hal yang berbeda, termasuk dalam
penulisan buku ajar ini. Oleh karena itu segala bentuk saran, kritik dan
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan vii
Tim Penulis
viii Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
SAMBUTAN
KETUA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
SAMBUTAN KETUA STPN viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR SINGKATAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Deskripsi Mata Kuliah 1
1.2. Prasyarat Mata Kuliah 2
1.3. Rencana Pembelajaran 2
1.4. Petunjuk Penggunaan Buku Ajar Bagi Mahasiswa 3
dan Dosen
1.5. Capaian Pembelajaran 4
1.6. Bentuk Evaluasi/Umpan Balik Aktivitas Belajar 5
Mahasiswa
BAB II PERENCANAAN WILAYAH DAN PENATAAN RUANG 7
2.1. Perencanaan Wilayah 7
2.2. Prinsip-Prinsip Perencanaan Wilayah 9
2.3. Penyelenggaraan Penataan Ruang 17
2.4. Tugas 21
2.5. Pustaka
BAB III PERKEMBANGAN WILAYAH 23
3.1. Dinamika Perkembangan Wilayah 23
3.2. Problematika Dalam Perkembangan Wilayah 28
3.3. Kebijakan Pertanahan Untuk Mengatasi Permasalahan 34
Perkembangan Wilayah
3.4. Tugas 52
3.5. Pustaka 53
BAB IV PRODUK-PRODUK PENATAAN RUANG 54
4.1. Perencanaan Tata Ruang 55
4.2. Pemanfaatan Ruang 72
4.3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang 74
4.3.1. Pencegahan pelanggaran tata ruang 80
4.3.2 Penertiban pelanggaran tata ruang 83
4.4. Tugas 89
4.5. Pustaka 90
BAB V PEMANFAATAN PRODUK-PRODUK PENATAAN 92
RUANG
x Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
Agraria
Wasmatlirik: Pengawasan, pengamatan, penelitian, dan pemeriksaan
WNI : Warga Negara Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PERENCANAAN WILAYAH DAN PENATAAN RUANG
dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus
diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut. Berdasarkan
pengertian itu tampak bahwa sebuah perencanaan adalah titik awal
sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Ini menun-
jukkan bahwa kemana sebuah organisasi bergerak, tujuan apa yang
ingin dicapai, sumber daya apa yang harus disiapkan untuk mencapai
tujuan tersebut, tergantung pada keberhasilan dalam perencanaan.
Terry dan Rue merumuskan berbagai tahapan yang merupakan kegia-
tan utama dalam perencanaan, yang meliputi:
1. self audit – menentukan keadaan organisasi sekarang, dalam
konteks sekarang lebih dikenal dengan istilah identifikasi potensi
diri, dalam hal ini cenderung menemukenali kekuatan
(strenghtness) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki;
2. survey lingkungan, dapat dimaknai sebagai upaya lanjutan dalam
identifikasi diri, tetapi kegiatan ini lebih berorientasi pada kondisi
lingkungan sekitar, lebih jauh lagi dapat diorientasikan pada
identifikasi tentang peluang (opportunities) dan ancaman (threats)
yang ada apabila akan melakukan sebuah kerja;
3. objectives – menentukan tujuan, kegiatan ini digunakan untuk
mengarahkan kemana organisasi akan berjalan, dalam hal ini
tujuan yang ditetapkan harus didefinisikan secara jelas sehingga
dapat digunakan untuk mengetahui ukuran keberhasilan dan
kegagalan secara objektif;
4. forecast – meramalkan keadaan-keadaan yang akan datang, mera-
malkan disini dimaknai sebagai tindakan memprediksikan
keadaan dan kondisi yang akan dihadapi berdasarkan pertim-
bangan-pertimbangan rasional dan objektif di masa mendatang;
5. melakukan tindakan-tindakan untuk dapat mengerahkan berbagai
sumber daya yang dimiliki;
6. evaluate – mempertimbangkan berbagai tindakan-tindakan yang
direncanakan untuk dilakukan, sebelum diimplementasikan ke
dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan;
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 11
2.4. Tugas
Berikut ini adalah tugas yang harus dikerjakan oleh masing-
masing peserta didik untuk memperdalam pemahaman konsep dan
prinsip-prinsip perencanaan wilayah serta pentingnya penataan ruang
dalam perencanaan dan pengembangan wilayah.
A. Tujuan Tugas
Menjelaskan konsep perencanaan wilayah, prinsip-prinsip peren-
canaan wilayah dan pentingnya penataan ruang dalam perencanaan
dan pengembangan wilayah.
22 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
B. Uraian Tugas
1. Objek garapan: Konsep dan Prinsip-prinsip Perencanaan wilayah
dan Penataan Ruang
2. Metode/cara pengerjaan (acuan cara/langkah pengerjaan):
a. Mencari naskah yang relevan
b. Menuliskan dalam bentuk makalah
c. Mempresentasikan di depan kelas
3. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan:
Paper mengenai summary semua konsep dan prinsip-prinsip
perencanaan wilayah dan tata ruang maksimal 5 halaman A4, diketik
dengan komputer dengan font: Arial (11) atau Calibri (12) atau Times
New Roman (12), dengan spasi tunggal.
2.5. Pustaka
Amler, B., Betke, D., Eger, H., Ehrich, C., Kohler, A., Kutter, A., von
Lossau, A., Muller, U., Seidemann, S., Steurer, R., dan
Zimmermann, W. 1999, Land Use Planning: Methods, Strategies
and Tools, Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit
(GTZ), Eschborn, Germany.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum
2012, Mengenal Lebih Dekat Penataan Ruang Bagi Generasi Muda,
Jakarta
Enemark, S, Williamson, I, dan Wallace, J 2005, 'Building Modern Land
Administration System in Developed Economies', Journal of
Spatial Science, vol. 50, no. 2, hlm. 51-58
Tarigan, Robinson 2004, Perencanaan Pembangunan Wilayah, Bumi
Aksara, Jakarta
Terry, George R dan Rue, Leslie W 1991, Dasar-dasar Manajemen,
cetakan ketiga, Bumi Aksara, Jakarta
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 23
BAB III
PERKEMBANGAN WILAYAH
Tidak berbeda jauh dengan isu strategis yang ada dalam Renstra
Tahun 2015-2019, dalam Renstra Tahun 2020-2024 terdapat 5 (lima) isu
strategis terkait dengan perkembangan wilayah dan penataang ruang,
yakni:
1. Regulasi tata ruang. Cakupan objek penataan ruang di
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
melibatkan dua aspek, yaitu tanah/lahan sebagai satuan unit
mandiri, dan tanah/lahan sebagai satuan yang saling terkait dan
melibatkan berbagai sektor yang disebut dengan ruang. Tata ruang
dalam hal ini dituntut untuk dapat mengakomodir penggunaan
tanah/lahan (Land Use) di tingkat detil di seluruh Indonesia yang
akan mendukung pembangunan tanah/lahan (Land Development).
Peraturan atau regulasi terkait tata ruang yang ada masih belum
berimbas atau memberi dampak pada proses pemanfaatan ruang,
salah satunya untuk mendukung kemudahan investasi dan
berusaha.
2. Kewenangan tata ruang yang terbagi. Selama ini kewenangan
penataan ruang tidak sepenuhnya berada di Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, karena dalam
pengaturannya berada di Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, namun dalam pengimplemen-
36 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
3.4. Tugas
Berikut ini adalah tugas tugas yang harus dikerjakan oleh masing-
masing peserta didik untuk memperdalam pemahaman dan
kemampuan mengidentifikasi problematika perkembangan wilayah
yang terjadi disekeliling kita.
A. Tujuan Tugas
Mengidentifikasi problematika perkembangan wilayah.
B. Uraian Tugas
1. Objek garapan: Dinamika Perkembangan Wilayah
2. Metode/cara pengerjaan (acuan cara/langkah pengerjaan):
a. Mengidentifikasi problematika perkembangan wilayah dari
naskah yang relevan
b. Menuliskan dan menganalisis secara singkat
c. Men-submit secara online pada ruang diskusi yang ada pada
www.manajemenpertanahan.blogspot.com selambat lambat-
nya 14 hari setelah tugas ini diberikan
3. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan:
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 53
3.5. Pustaka
Archer, Ray W 1994. Urban Land Consolidation for Metropolitan Jakarta
Expansion, 1990-2010. Habitat International, vol. 18, no. 4, hlm 37-
52.
Budiharjo, Eko 1996, Tata Ruang Perkotaan, PT. Alumni, Bandung.
Catanese, Anthony J, dan Snyder, James C 1988, Perencanaan Kota,
Erlangga, Jakarta.
Direktorat Konsolidasi Tanah Direktorat Jenderal Penataan Agraria
2017, Konsolidasi Tanah, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Jakarta
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2017,
Konsolidasi Tanah Sebagai Instrumen Untuk Mendukung Tata
Ruang Berkelanjutan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN,
Jakarta
Sutaryono, 2007. Dinamika Penataan Ruang dan Peluang Otonomi
Daerah, TuguJogja Grafika, Yogyakarta.
Widyatmoko, Djarot S 1998, 'Dinamika Wilayah Dalam Perspektif
Geografis', Proseding Seminar Nasional: Konsep dan Analisis
Spasiotemporal, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta
Wijaya, G.P., Silviana A., dan Triyono 2016, 'Praktik Konsolidasi Tanah
Perkotaan Sebagai Alternatif Model Pembangunan Wilayah
Perkotaan Tanpa Pembebasan Tanah', Diponegoro Law Review,
vol. 5, no. 2
Yunus, Hadi S 2000, Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 25 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Tahun 2015-2019
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 12 Tahun 2019 tentang Konsolidasi Tanah.
54 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
BAB IV
PRODUK-PRODUK PENATAAN RUANG
mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam ren-
cana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum
dioperasionalkan. Adapun produk-produk yang termasuk ke dalam
rencana rinci tata ruang adalah sebagai berikut:
a. rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang
kawasan strategis nasional;
b. rencana tata ruang kawasan strategis provinsi (Gambar 14); dan
c. rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang
kawasan strategis kabupaten/kota.
Secara substansial produk-produk rencana tata ruang berisi
muatan struktur ruang dan pola ruang sebagaimana tersaji dalam
Gambar 15.
jaringan prasarana dalam skala BWP atau dengan kata lain merupakan
pendetailan dari struktur ruang yang telah ada dalam RTRW sesuai
dengan skala pelayanannya. Rencana struktur ini meliputi rencana
pengembangan pusat pelayanan, rencana jaringan transportasi, dan
rencana jaringan prasarana.
Perumusan struktur ruang didasarkan pada rencana struktur
ruang dalam RTRW, kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi
BWP, dan ketentuan peraturan perundangan terkait. Dari ketiga dasar
tersebut kemudian dibentuk 6 (enam) kriteria dalam perumusan struk-
tur ruang, yaitu: (1) keterkaitan struktur ruang antar BWP dalam satu
kabupaten/kota; (2) keterkaitan struktur ruang kabupaten/kota lain
yang berbatasan langsung dengan BWP; (3) keterpaduan pelaksanaan
pembangunan prasarana dan utilitas pada BWP; (4) kebutuhan
pelayanan prasarana dan utilitas dalam BWP; (5) kebutuhan perge-
rakan manusia dan barang; dan (6) inovasi dan/atau rekayasa tek-
nologi.
Rencana pola ruang terdiri dari zona lindung dan zona budi daya.
Gambar 17 menunjukkan produk RDTR Kota Bandung yang berupa
peta rencana pola ruang. Di dalam peta tersebut tergambarkan rencana
zona lindung (terdiri dari zona perlindungan kawasan bawahannya,
zona perlindungan setempat, zona lindung alami, dan zona rawan
bencana) dan rencana zona budidaya (terdiri dari zona perumahan,
zona perdagangan dan jasa, zona campuran, zona kantor pemerin-
tahan, zona industri dan pergudangan, zona wisata, zona sarana
pelayanan umum, zona pertahanan dan keamanan, zona pertanian,
dan zona khusus).
d. Penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
Penetapan prioritas sub BWP merupakan upaya dalam rangka
operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan dalam rencana
penanganan sub BWP yang diprioritaskan. Tujuan adanya penetapan
adalah untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memper-
baiki, mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau
melaksanakan revitalisasi di kawasan yang dianggap memiliki prioritas
pembangunan/fokus penanganan lebih tinggi dibandingkan sub BWP
yang lainnya. Penetapan prioritas sub BWP sendiri didasarkan pada
tujuan penataan BWP, nilai penting keberadaan sub BWP, kondisi
sosial-ekonomi-budaya-lingkungan, daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup, dan ketentuan peraturan perundangan terkait.
Penetapan prioritas sub BWP setidaknya memuat unsur lokasi dan
tema. Lokasi digambarkan dalam bentuk deliniasi kawasan sub BWP,
dengan mempertimbangkan aspek batas fisik, fungsi kawasan, wilayah
administrasi, kultur budaya tradisional, karakteristik tematik, dan jenis
kawasan. Berikutnya tema penanganan terdiri atas: (1) perbaikan
sarana, prasarana, dan blok/kawasan; (2) pengembangan kembali sara-
na, prasarana, dan blok/kawasan; (3) pembangunan baru sarana, prasa-
rana, dan blok/kawasan; dan (4) pelestarian/perlindungan blok/ka-
wasan.
Gambar 18 adalah salah satu contoh penetapan sub BWP di Kota
Bandung, yaitu Sub Wilayah Kota (SWK) Bojonegara. Wilayah
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 67
a. Aturan dasar
Aturan dasar merupakan muatan yang bersifat wajib karena beri-
sikan persyaratan dasar yang berlaku dalam pemanfaatan ruang.
Aturan ini meliputi:
(1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan tanah, yang diwujudkan
dalam bentuk tabel ITBX (Gambar 20). Kegiatan dengan kriteria I
berarti kegiatannya diperbolehkan/diizinkan karena sesuai dengan
peruntukan ruang yang direncanakan. Kegiatan dengan kriteria T
berarti dapat dimanfaatkan bersyarat secara terbatas, misalnya
pembatasan dalam durasi atau jangka waktu beroperasinya
kegiatan, pembatasan luas maksimum penggunaan tanah, pemba-
tasan jumlah pemanfaatan, dan lainnya. Kegiatan dengan kriteria
B berarti dapat dimanfaatkan dengan syarat tertentu, misalnya
kegiatan yang mensyaratkan dokumen AMDAL, UKL UPL,
ANDALIN, pengadaan RTH, dan lainnya. Kegiatan dengan kriteria
X berarti tidak dapat dimanfaatkan karena tidak sesuai dengan
rencana peruntukan tanah dan berpotensi menimbulkan dampak
besar bagi lingkungan sekitar.
(a) (b)
Gambar 21. Ilustrasi (a) KDB dan (b) GSB
(Sumber: Permen ATR/Kepala BPN Nomor 16 Tahun 2018)
(4) Ketentuan prasarana dan sarana minimal, mengatur tentang jenis
parasarana dan sarana pendukung minimal yang harus ada di
setiap zona peruntukan dalam upaya menciptakan lingkungan
yang nyaman dan optimalnya fungsi suatu zona. Jenis sarana
prasarana yang disediakan mempertimbangkan sifat dan tuntutan
kegiatan utama, sedangkan volume atau kapasitas memper-
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 71
1. Peraturan Zonasi
Arahan peraturan zonasi adalah seperangkat ketentuan yang
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Persyaratan dan
ketentuan sebagaimana dimaksud meliputi: (1) jenis kegiatan yang
diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan tidak diperbolehkan;
(2) intensitas pemanfaatan ruang; (3) prasarana dan saran minimum;
dan (4) ketentuan lain yang dibutuhkan. Peraturan zonasi digunakan
sebagai pedoman dalam implementasi instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang yang lain. Pemberian insentif dan disinsentif,
pemberian izin, dan pengenaan sanksi tidak dapat dilepaskan dari
pertimbangan arahan zonasi.
Peraturan zonasi ditetapkan dengan: (1) peraturan pemerintah
untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional; (2) peraturan daerah
provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan (3)
peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi sistem
kabupaten/kota. Adanya arahan zonasi di setiap tingkat pemerintahan
menunjukkan bahwa arahan zonasi tidak bisa dilepaskan dari setiap
produk rencana tata ruang, baik yang bersifat umum maupun rinci. Di
tingkat nasional dan provinsi, arahan peraturan zonasi meliputi arahan
peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang di masing-
masing tingkat yang terdiri atas sistem perkotaan, sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi,
sistem jaringan sumber daya air, kawasan lindung, dan kawasan budi-
daya. Arahan zonasi pada tingkat nasional dan provinsi tesebut
kemudian menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan dalam
penyusunan zonasi kabupaten/kota, selain rencana rinci tata ruang
kabupaten/kota yaitu rencana kawasan strategis kabupaten/kota
dan/atau RDTR.
2. Perizinan
Perizinan adalah merupakan upaya untuk memperbolehkan atau
tidak memperbolehkan suatu kegiatan berlangsung pada suatu wilayah
82 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
dan non fiskal. Kebijakan secara fiskal adalah dalam hal pajak dan
retribusi. Keringanan pajak dan pengurangan retribusi untuk insentif,
sedangkan untuk disinsentif dalam bentuk pembebanan pajak dan
retribusi yang tinggi. Dalam hal non fiskal dapat diterapkan dalam
berbagai macam bentuk seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Pemberian Insentif dan Disinsentif Dalam Bentuk
Kebijakan Non Fiskal
Pemberi /
Jenis Bentuk non fiskal
Penerima
subsidi silang, kemudahan perizinan, penye-
Pemerintah /
diaan sarana dan prasarana, pemberian kom-
pemerintah
pensasi, penghargaan dan fasilitasi, dan/atau
daerah
publikasi atau promosi daerah
pemberian kompensasi, penyediaan sarana
pemerintah
dan prasarana pendukung, kemudahan per-
daerah /
izinan bagi investor yang berasal dari daerah
Insentif pemerintah
lain (daerah penerima manfaat), dan/atau
daerah lain
publikasi atau promosi daerah
Pemerintah
keringanan pajak, pemberian kompensasi,
dan/atau
pengurangan retribusi, imbalan, sewa ruang,
pemerintah
urun saham, penyediaan sarana dan pra-
daerah /
sarana, dan/atau kemudahan perizinan
masyarakat
Pemerintah / persyaratan khusus dalam perizinan, pemba-
pemerintah tasan penyediaan sarana dan prasarana,
daerah dan/atau pemberian status tertentu
Pemerintah pengajuan pemberian kompensasi, pemba-
daerah / tasan penyediaan sarana dan prasarana,
Pemerintah dan/atau persyaratan khusus bagi investor
Disinsentif
daerah lain yang berasal dari daerah lain
Pemerintah
kewajiban memberi kompensasi, persyaratan
dan/atau
khusus dalam perizinan, kewajiban memberi
pemerintah
imbalan, dan/atau pembatasan penyediaan
daerah /
sarana dan prasarana
Masyarakat
Sumber: PP Nomor 15 Tahun 2010
Gambar 25. Contoh produk peta hasil analisis overlay antara kondisi
eksisting dan data rencana tata ruang
(Sumber: Permen ATR/Kepala BPN Nomor 17 Tahun 2017)
3. Audit kesesuaian terhadap persyaratan izin, yaitu pemeriksaan
terhadap kondisi eksisting pemanfaatan di lapangan dengan hal-
hal yang dipersyaratkan dalam izin pemanfaatan ruang. Data-data
yang dikumpulkan antara lain peta penggunaan tanah eksisting,
sketsa penggunaan tanah eksisting, riwayat penggunaan tanah,
status kepemilikan tanah, dokumen izin pemanfaatan ruang yang
disyaratkan, dokumen izin lain yang dimiliki sesuai peraturan
perundangan, dan keterangan pendukung lainnya. Dari data-data
yang terkumpul kemudian dilakukan analisis terhadap persyaratan
yang tertuang dalam izin, misalnya batas sempadan, KLB, KDB,
KDH, perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi bangunan dan
tanah, penyediaan fasos fasum, dan persyaratan lain yang telah
disetujui pejabat yang berwenang dalam pemberian izin.
88 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
4.4. Tugas
Berikut ini adalah tugas yang harus dikerjakan oleh seluruh
peserta didik untuk memperkaya dan memperdalam kemampuan
dalam menganalisis produk-produk penataan ruang.
A. Tujuan Tugas
Menganalisis produk-produk penataan ruang dalam rangka
pelayanan pertanahan dan penyelesaian konflik.
90 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
B. Uraian Tugas
1. Objek garapan: Produk-produk penataan ruang
2. Metode/cara pengerjaan (acuan cara/langkah pengerjaan):
a. Mahasiswa membentuk kelompok dengan anggota 3 – 4
orang per kelompok
b. Masing-masing kelompok mencari contoh produk-produk
penataan ruang: perencanaan, pemanfaatan maupun
pengendalian pemanfaatan ruang
c. Mencermati sekurang-kurangnya dua produk
d. Mengidentifikasi perbedaan
e. Membuat paparan dalam bentuk grafis/peta dan
mempresentasikan di depan kelas
3. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan:
Poster atau Peta produk penataan ruang yang memuat penjelasan
dan perbedaan antar produk.
4.5. Pustaka
Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN t.t., Manual Membaca Rencana Tata Ruang Wilayah,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional,
Jakarta
Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN t.t., Penertiban
Pemanfaatan Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, Jakarta
Direktur Penertiban Pemanfaatan Ruang 2020, Audit Tata Ruang-
Sebagai salah satu instrumen penertiban pemanfaatan ruang,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional,
Jakarta
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 91
BAB V
PEMANFAATAN PRODUK-PRODUK PENATAAN RUANG
Gambar 29. Perbedaan batas terluar Danau Limboto antara Peta Dasar
Teknik 1994/1995 dan Peta KSP Danau Limboto sesuai Perda Provinsi
Gorontalo Nomor 9/2017
Permasalahan terkait penguasaan dan pemilikan tanah dapat
diselesaikan melalui mekanisme pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) Undang-undang Pokok
Agraria meliputi:
a. pengukuran, pemetaan dan pembukuan hak;
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 99
1. Izin Lokasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
BPN Nomor 17 Tahun 2019 tentang Izin Lokasi, yang dimaksud dengan
Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada pelaku usaha untuk
memperoleh tanah yang diperlukan untuk usaha dan/atau kegiatannya
dan berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk
menggunakan tanah tersebut untuk keperluan usaha dan/atau
kegiatannya. Secara sederhana izin lokasi adalah izin yang diberikan
oleh Pemerintah Daerah kepada pelaku usaha untuk kegiatan
perolehan tanah dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya. Dalam
hal ini pelaku usaha dapat perseorangan maupun non perseorangan
(PT, Perum, BLU, koperasi, dll). Izin lokasi tersebut digunakan oleh
pelaku usaha sebagai dasar untuk menindaklanjuti dengan proses
perolehan tanah untuk usaha (Gambar 30).
Objek Izin Lokasi merupakan tanah yang menurut rencana tata
ruang wilayah diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan
rencana kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh Pelaku Usaha.
Rencana kegiatan usaha tersebut berdasarkan izin/persetujuan/pendaf-
taran atau yang serupa itu untuk Penanaman Modal yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang. Dalam hal ini sangat jelas bahwa izin
lokasi hanya diberikan apabila izin yang diajukan lokasi tanahnya
sesuai dengan RTRW atau dalam regulasi ini harus sesuai dengan
RDTR.
104 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
Gambar 30. Skema cara perolehan tanah oleh pelaku usaha swasta
4. Penetapan Lokasi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang
Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum, yang dimaksud dengan Penetapan Lokasi adalah
penetapan atas lokasi pembangunan untuk kepentingan umum yang
ditetapkan dengan keputusan gubernur, yang dipergunakan sebagai
izin untuk pengadaan tanah, perubahan penggunaan tanah, dan pera-
lihan hak atas tanah dalam pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, dalam rangka penetapan lokasi pengadaan tanah
tidak mensyarakat adanya Pertimbangan Teknis Pertanahan terlebih
dahulu namun demikian dalam proses penetapan lokasi tetap
didasarkan pada produk penataan ruang. Kajian atau analisis terhadap
kelayakan penetapan lokasi yang mengacu pada produk penataan
ruang, baik berupa RTRW maupun dan Rencana Pembangunan
Nasional dan Daerah, diuraikan dalam bentuk dokumen perencanaan
pengadaan tanah.
daan tanah yang meliputi kerugian fisik dan kerugian non fisik
yang dapat disetarakan dengan nilai uang;
8. Rencana anggaran biaya (RAB), berisikan uraian tentang besarnya
dana dan alokasi dana untuk kegiatan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, penyerahan hasil, administrasi dan pengelolaan,
serta sosialisasi dalam keseluruhan proses pengadaan tanah; dan
9. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan, berisikan
uraian tentang perkiraan waktu untuk pelaksanaan pembangunan
fisik setelah proses pengadaan tanah selesai dilakukan.
hutan alam primer dan lahan gambut (Tobing 2020). Kebijakan terse-
but mengalami beberapa kali perubahan, terakhir ditetapkan melalui
Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2019 tentang Penghentian Pembe-
rian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan
Lahan Gambut pada era Presiden Joko Widodo. Melalui peraturan yang
sering disebut dengan Inpres penghentian pemberian izin baru,
pemerintah menunjukkan sikap konsisten dalam perlindungan terha-
dap Kawasan hutan primer dan lahan gambut.
Gambar 37. Peta kesesuaian antara PIPPIB dan pola ruang di Provinsi
Riau
(Sumber: Tobing 2020)
Inkonsistensi kebijakan penataan ruang tersebut salah satunya
ditunjukkan oleh Tobing (2020) sebagaimana terdapat pada Gambar
37. Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat overlapping antara
pola ruang dalam RTRW Provinsi dengan Zonasi PIPPIB. Tidak
digunakannya produk penataan ruang daerah sebagai dasar dalam
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 121
strategi, indikasi
program, serta
program dan rencana
pembiayaan.
Gambar 38. Peta sebaran lahan baku sawah nasional tahun 2019
(Sumber: SK Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 686/SK-
PG.03.03/XII/2019)
Sejalan dengan perubahan RTRW Provinsi DIY, sejumlah penga-
turan mengenai PLP2B secara eksplisit mulai dimasukkan dalam Perda
Provinsi DIY Nomor 5 Tahun 2019 tentang RTRW DIY Tahun 2019-
2039. Alokasi total luas kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (P2B)
yang secara spasial tersebar di seluruh kabupaten adalah seluas
104.905,76 Ha dan penetapan objek LP2B akan ditetapkan kemudian
oleh Bupati. Luasan tersebut merupakan penggabungan antara luas
LP2B seluas 72.409,79 Ha dan luas lahan cadangan P2B seluas 32.495,97
Ha. Perubahan luasan LP2B dari tahun ke tahun tersebut menunjukkan
130 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
5.7. Tugas
Berikut ini adalah tugas yang harus dikerjakan oleh seluruh
peserta didik untuk memperdalam kemampuan dalam penerapan
produk-produk penataan ruang untuk berbagai kebijakan dan perijinan
di bidang pertanahan.
134 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
A. Tujuan Tugas
Memanfaatkan produk-produk penataan ruang dalam pelayanan
pertanahan.
B. Uraian Tugas
1. Objek garapan: Produk-produk penataan ruang
2. Metode/cara pengerjaan (acuan cara/langkah pengerjaan):
a. Mahasiswa membentuk kelompok dengan anggota 3 – 4
orang per kelompok
b. Masing-masing kelompok mencari contoh produk-produk
penataan ruang: perencanaan, pemanfaatan maupun
pengendalian pemanfaatan ruang
c. Mensimulasikan pemanfaatan produk penataan ruang untuk
pelayanan pertanahan.
d. Memaparkan hasil simulasi di kelas.
3. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan:
Paparan hasil simulasi pemanfaatan produk penataan ruang.
5.8. Pustaka
Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah 2018, Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Jakarta.
Irawan, Bambang 2008, Meningkatkan Efektifitas Kebijakan Konversi
Lahan, Forum Penelitian Agro Ekonomi, vol. 26, no. 2, hlm. 116-131.
Kartasasmita, Ginandjar 1996, Pembangunan untuk Rakyat:
Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, CIDES, Jakarta.
Muryono, Slamet 2016, 'Kajian upaya pengendalian penggunaan tanah
di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah', BHUMI:Jurnal
Agraria dan Pertanahan, vol. 2, hlm. 85-101
Saputra, Maryono D. 2020, 'Inkonsistensi Kebijakan Penghentian
Pemberian Izin Baru Dengan Kebijakan Percepatan Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Di Kabupaten Siak Provinsi
Riau', Skripsi pada Program Diploma IV Pertanahan, Sekolah
Tinggi Pertanahan Nasional.
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 135
BAB VI
PENUTUP
(a) (b)
Gambar 42. Artikel di Harian Kedaulatan Rakyat tentang (a) dilema
pengaturan ruang antara Tata Ruang vs Tata Uang dan (b) tanah
sebagai sebuah ruang komersial
(Sumber: dapat diakses melalui
(a) https://www.krjogja.com/angkringan/analisis/tata-ruang-vs-tata-
uang/ dan
(b) http://manajemenpertanahan.blogspot.com/2016/03/kontestasi-
ruang-komersial.html)
140 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
(a) (b)
Gambar 43. Artikel di Harian Kedaulatan Rakyat tentang (a)
keberlanjutan lingkungan melalui tata guna tanah dan (b) tanah
sebagai sebuah ruang komersial
(Sumber: dapat diakses melalui
(a) https://www.krjogja.com/angkringan/opini/tata-guna-tanah/
dan (b) http://manajemenpertanahan.blogspot.com/2020/08/tata-
ruang.html)
(a) (b)
Gambar 44. Artikel di Harian Kedaulatan Rakyat tentang (a) urgensi
pengarusutamaan tata ruang di wilayah DIY dan (b) kebutuhan
penataan ruang berbasis bencana di wilayah DIY
(Sumber: dapat diakses melalui (a)
http://manajemenpertanahan.blogspot.com/2014/08/pengarusutamaan
-tata-ruang.html dan (b)
http://manajemenpertanahan.blogspot.com/2015/01/penataan-ruang-
berbasis-bencana_6.html)
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 141
(a) (b)
Gambar 45. Artikel di Harian Kedaulatan Rakyat tentang (a) urgensi
pengendalian pemanfaatan ruang dan (b) momentum Hari Tata Ruang
Nasional untuk percepatan penyusunan RDTR
(Sumber: dapat diakses melalui (a)
http://manajemenpertanahan.blogspot.com/2016/01/urgensi-
pengendalian-pemanfaatan-ruang_7.html
dan (b) https://www.academia.edu/41610084/Percepatan_RDTR)
142 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
INDEKS
A
Acquisition and management 79
Agents of change 24
Agraria 4-5, 34-35, 37, 42, 57, 62-63, 84, 89, 95, 98, 103-104, 106, 108, 121-122, 128, 139
Aksesibilitas 23, 38, 71, 88-89
Alih fungsi tanah 34, 35, 79
Audit tata ruang 84-85
B
Bargaining 28
Basis data 4, 36
Bottom up 14
BPHTB 47
C
Collaborative learning 1
Conflict of interest 30
D
Data pertanahan 37, 103-104
Dinamika wilayah 24-26
Disinsentif 36, 56, 58, 71, 81-83,
E
Ease of Doing Business 36
G
Garis sempadan bangunan 70
I
Incentive and charge 79
Insentif 36, 56, 58, 71, 81-83, 130
Izin lokasi 82, 87, 96, 103-108
Izin mendirikan bangunan 82, 87
K
Kawasan budidaya 16, 25, 56, 58, 74, 76, 81, 101, 131
Kawasan lindung 16, 25, 56, 58, 74, 76, 81, 101
Konflik tata ruang 30
L
Land Development 35, 96
Land use planning 13
M
Manajemen pertanahan 2
Tata Ruang & Perencanaan Wilayah: Implementasi Dalam Kebijakan Pertanahan 143
N
Non urban 26
O
Organisasi Perangkat Daerah 41
P
Penertiban pemanfaatan ruang 75, 83-84
Penetapan lokasi 1, 43-44, 57, 59, 85, 105, 111
R
RDTR 36, 43, 62-63, 65-69, 71-72, 76, 81, 85-86, 101, 103, 106-107, 113, 132, 141
Reward and punishment 31
RTRW 38, 40, 43, 57-59, 63-65, 85-86, 95-97, 99-103, 105-106, 108-111, 113-114, 117-121,
126-130
S
Sanksi 56, 58, 81, 83-84, 89, 99
Struktur ruang 12, 15-16, 55-56, 58-59, 62-65, 72-73, 81-82
Sustainable Development 9, 37, 96
T
Tata guna tanah 13, 140
Tertib tata ruang 16, 75, 79-80
U
Urban sprawl 26
Z
Zonasi 19, 56, 58, 63, 67, 71, 74, 76-77, 80-82, 85, 92, 108, 117-120, 126, 130
144 Sutaryono, Riyadi, & Widiyantoro
TENTANG PENULIS