Anda di halaman 1dari 29

EQUITY

Vol. 23, No.1, 2020, 63-90


DOI: 10.34209/equ.v23i1.1919
P-ISSN 0216-8545 | E-ISSN 2684-9739

Diunggah : Agustus 2020


Diterima : November 2020
Dipublikasi : November 2020

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN PERILAKU ETIS


PENGEMUDI TRANSPORTASI ONLINE

Maulina Sadewi1, Lely Dahlia2*


1maulinas2107@gmail.com, 2lelydahlia@trilogi.ac.id

Universitas Trilogi, Indonesia


*Penulis Korespondensi

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian manajemen
(pengendalian hasil, pengendalian tindakan, pengendalian personel, dan pengendalian budaya)
mempengaruhi perilaku etis pengemudi transportasi online. Data dikumpulkan dengan observasi,
wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengemudi transportasi online di DKI Jakarta. Total sampel yang digunakan untuk penelitian ini
adalah 100 pengemudi transportasi online di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dan analisis verifikasi untuk menguji hipotesis dan pemodelan struktural dengan
Program SmartPLS Versi 3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian hasil,
pengendalian tindakan, pengendalian personel, dan pengendalian budaya yang diterapkan oleh
perusahaan tidak memiliki dampak signifikan terhadap perilaku etis pengemudi transportasi
online di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
proses pengendalian manajemen dalam rangka membangun perilaku etis pengemudi transportasi
online ketika pengemudi melakukan pekerjaan untuk menghasilkan kinerja maksimal untuk
mencapai tujuan perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan
referensi bagi peneliti masa depan di bidang yang sama.

Kata Kunci: Pengendalian Hasil; Pengendalian Tindakan; Pengendalian Personel; Pengendalian


Budaya; Perilaku Etis

Abstract
The purpose of this study is to determine how management control systems affect the ethical behavior
of online transportation drivers. Data collected by observation, interview, questionnaire, and
documentation. The respondents used in this study were online transportation drivers in DKI Jakarta.
The total sample used for this study was 100 online transportation drivers in DKI Jakarta. This study
uses descriptive analysis and verification analysis to test hypotheses and structural modeling with the
SmartPLS Version 3 Program. The result of this research showed that result control, action control,
personnel control, and cultural control implemented by the company does not have a significant
impact toward ethical behavior of online transportation drivers at DKI Jakarta. The results of this
research are expected to give contribution in the management control process in order to establish the
ethical behavior of online transportation drivers when the drivers do the job to bring out maximum
performance in order to achieve the company's goal. Moreover, the results of this research are also
expected to be a reference material for future researchers in the same field.

Keywords: Result Control; Action Control; Personnel Control; Cultural Control; Ethical Behavior

Mengutip ini sebagai: Sadewi, M. dan Dahlia, L. 2020. Sistem Pengendalian


Manajemen dan Perilaku Etis Pengemudi Transportasi Online. Equity, 23(1), 63-
90. doi.org/10.34209/equ.v23i1.1919
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

PENDAHULUAN

Jasa pemesanan transportasi berbasis online sudah tidak asing lagi untuk
warga Ibukota Jakarta. Jasa pemesanan transportasi berbasis online hadir sebagai
salah satu solusi yang sangat memudahkan kehidupan banyak masyarakat. Jasa
pemesanan layanan berbasis online ini hadir dalam bentuk suatu aplikasi dimana
layanan yang disediakan tidak hanya transportasi melainkan juga terdapat layanan
antar makanan, antar barang, hingga pembayaran. Begitu banyak kemudahan yang
diberikan hanya melalui suatu aplikasi yang dapat diakses pada smartphone
masyarakat, seperti masyarakat dapat memesan transportasi secara online pada
aplikasi di smartphone untuk dijemput di lokasi dimana ia berada hingga diantar
sampai lokasi yang dituju. Nilai tambah yang dirasakan para masyarakat selain
kemudahan dalam mendapatkan transportasi cepat melainkan harga yang
dipasang juga relatif terjangkau dibandingkan menggunakan transportasi
konvensional.
Selain itu berkat munculnya perusahaan pemesanan transportasi berbasis
online dalam bentuk aplikasi ini cukup berkontribusi mengurangi angka
pengangguran. Seperti yang dikutip dari Detik.com bahwa Kecuk Suhariyanto
selaku Kepala Badan Pusat Statistik pada bulan Agustus tahun 2016 tingkat
pengangguran terbuka mencapai 7,03 juta orang, jumlah ini turun 530.000 orang
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang dimana hal ini terjadi berkat
maraknya ojek online di beberapa kota-kota besar. Sehingga dengan adanya jasa
pemesanan transportasi berbasis online ini semakin meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang menjadi pengemudi transportasi online tersebut. Seperti yang
dikutip dari Liputan6.com pada tahun 2017 bahwa 84% warga lebih memilih
menggunakan transportasi online karena alasan murah. Alhasil, para masyarakat
yang menjadi pengemudi transportasi online dapat menghasilkan pendapatan
yang lebih lebih.
Namun, semakin banyaknya jumlah masyarakat yang beralih menjadi
pengemudi transportasi online ternyata menimbulkan beberapa tekanan
tersendiri bagi beberapa pengemudi yang berakibat mereka mengabaikan
tindakan-tindakan yang sesuai dengan etika yang berlaku hanya untuk memenuhi
tujuan pribadi atau dapat disebut dengan perilaku tidak etis. Seperti menurut
Arens (2012), orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk
keuntungan sendiri. Menurut Griffin dan J. Ebert (2015) perilaku etis adalah
perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum
sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat atau yang
membahayakan. Perilaku etis dalam suatu perusahaan merupakan prioritas yang
perlu diperhatikan karena apabila sumber daya manusia dalam suatu perusahaan
memiliki perilaku etis maka akan mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Suatu perilaku tidak etis dapat muncul dari adanya ketidakpuasan dari hasil yang
diperoleh.
Tidak lama ini karena begitu banyaknya jumlah pengemudi transportasi
online, beberapa pengemudi yang merasakan tekanan persaingan semakin tinggi
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan etika dan norma yang berlaku yaitu
melakukan kecurangan dengan orderan fiktif maupun fake GPS. Hal ini terjadi
karena dengan semakin banyaknya pengemudi yang bermunculan namun tidak

64
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

sebanding dengan pelanggan yang ada. Kecurangan orderan atau orderan fiktif
merupakan salah satu dari suatu tindakan yang tidak sesuai dengan etika dan
norma yang berlaku yang dilakukan pengemudi transportasi online dengan
bantuan alat lain agar mendapatkan penumpang dan seolah-olah mengantarnya
namun kenyataanya para pengemudi tidak mengantar siapapun.
Seperti yang dikutip pada bulan Februari tahun 2018 dari Kompas.com,
bahwa ditemukan setidaknya 10 pengemudi ojek online maupun taksi online yang
melakukan kecurangan orderan atau orderan fiktif dengan menggunakan aplikasi
yang disebut “tuyul” karena pengemudi transportasi online seolah-olah
mendapatkan penumpang, lalu mengantar sampai ke tempat tujuan padahal
nyatanya pengemudi transportasi online itu tidak mengantarkan penumpang
melainkan hanya duduk di tempat. Mekanisme dari aplikasi tuyul ini yaitu, para
pengemudi menggunakan fake GPS untuk menentukan lokasi awal, setelah itu
ponsel dimodifikasi dengan “tuyul” itu untuk membuat seolah-olah pengemudi
benar-benar melayani penumpang. Selain itu ponsel yang dimiliki oleh mitra ojek
online tersebut ternyata berjumlah 170 ponsel. Hal itu bertujuan untuk
mengelabui perusahaan. Sehingga dari kejadian seperti ini mereka yang
melakukan kecurangan orderan mendapatkan bonus banyak namun merugikan
perusahaan karena mereka hanya “duduk manis” tetapi seolah-olah melayani
pelanggan tetapi bonus dan upah tetap ditransfer perusahaan.
Kejadian orderan fiktif maupun penggunaan fake GPS yang dilakukan oleh
beberapa para pengemudi ini merupakan suatu perilaku yang tidak etis di samping
merugikan perusahaan, pelanggan, mitra pengemudi lain juga. Dimana perusahaan
penyedia layanan berbasis aplikasi merupakan perusahaan yang menyediakan
pelayanan maka penting sekali menjaga kepuasan pelanggan untuk mencapai
tujuan perusahaan dengan memastikan bahwa para mitra pengemudi berperilaku
maupun bertindak etis dalam menjalankan pekerjaannya. Sehingga, dengan begitu
penting adanya penerapan sistem pengendalian manajemen yang tepat agar dapat
memastikan para pengemudi dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan etika dan
norma yang berlaku.
Salah satu faktor untuk membangun terciptanya perilaku etis karyawan
yaitu dari penerapan sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian
manajemen menurut Merchant dan Stede (2014), merupakan suatu sistem yang
diterapkan manajemen untuk mengarahkan perilaku staf agar sesuai dengan
tujuan organisasi yang tertuang dalam visi, misi, dan strategi organisasi. Suatu
penerapan sistem pengendalian manajemen yang baik diharapkan dapat
mengendalikan organisasi serta meminimalkan atau meniadakan tindakan-
tindakan yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam perusahaan yang
mengganggu pencapaian tujuan perusahaan.
Sistem pengendalian manajemen terdiri dari pengendalian hasil,
pengendalian tindakan, pengendalian personel, dan pengendalian budaya.
Pengendalian hasil menjadi suatu upaya pencegahan hal-hal di luar ketentuan
perusahaan dimana apabila suatu hasil atau tujuan perusahaan dapat
dikomunikasikan kepada para karyawan dengan benar dan perusahaan dapat
mendorong para karyawan untuk melakukan tindakan yang memberikan hasil
sesuai dengan yang diinginkan maka tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai
(Merchant dan Stede, 2014). Lalu, pengendalian tindakan merupakan salah satu

65
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

pengendalian manajemen dalam bentuk paling langsung karena tindakan


karyawan menjadi fokus pengendalian dibanding dengan bentuk pengendalian
lainnya dimana pengendalian tindakan ini suatu pengendalian yang diambil untuk
memastikan bahwa karyawan bertindak sesuai dengan keinginan perusahaan dan
tidak melakukan hal-hal yang melanggar ketentuan perusahaan (Merchant dan
Stede, 2014). Apabila, suatu pengendalian tindakan dalam penerapannya tidak
optimal maka dapat berpotensi memunculkan dampak-dampak yang tidak
diinginkan (Merchant dan Stede, 2014).
Pengendalian personel yaitu bentuk pengendalian manajemen yang
berusaha membangun kecenderungan alami dari masing-masing karyawan untuk
memotivasi diri mereka sendiri agar masing-masing karyawan secara mandiri
dapat melaksanakan tugas yang diinginkan perusahaan dengan hasil yang
memuaskan sehingga menghasilkan realisasi kepuasan tersendiri pada diri
karyawan (Merchant dan Stede, 2014). Terakhir yaitu pengendalian budaya, suatu
pengendalian yang diciptakan guna mendorong karyawan untuk melakukan
tindakan sesuai dengan norma perilaku perusahaan yang berlaku dan
mempengaruhi perilaku satu karyawan dan karyawan lainnya (Merchant dan
Stede, 2014). Jadi, apabila masing-masing dari pengendalian manajemen ini
diterapkan dengan baik maka dapat membantu terciptanya perilaku etis atau
dengan kata lain sebagai sistem yang dapat mencegah perilaku tidak etis yang
tidak sesuai dengan tujuan perusahaan seperti kecurangan yang muncul dari
kepentingan pribadi karena tidak memiliki kesamaan tujuan dengan perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Palomino dan
Martinez (2011) terkait dengan variabel pengendalian personel yaitu memberikan
hasil bahwa pelatihan etika memiliki hubungan positif dengan niat perilaku etis
karyawan atau ethical behavior intention; Arifiyani (2012) terkait dengan variabel
pengendalian hasil yaitu memberikan hasil bahwa kompensasi berpengaruh
terhadap perilaku etis karyawan; Wulandari (2016) terkait dengan variabel
pengendalian hasil yaitu memberikan hasil bahwa kompensasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap perilaku etis karyawan; Muntadhiroh (2018) terkait dengan
variabel pengendalian hasil yaitu memberikan hasil bahwa kompensasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis karyawan; Setiawan
(2013) terkait dengan variabel pengendalian budaya yaitu memberikan hasil
bahwa budaya etis berpengaruh positif terhadap perilaku etis; Datrini dkk (2018)
terkait dengan variabel pengendalian budaya yaitu memberikan hasil bahwa etika
budaya organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis.
Motivasi penelitian ini adalah dikarenakan dari seluruh penelitian tersebut
masih terdapat adanya perbedaan hasil penelitian, selain itu alasan objek
penelitian ini pada perusahaan pemesanan layanan berbasis aplikasi karena
perusahaan ini menyediakan layanan sehingga penting sekali memastikan para
mitra pengemudi berperilaku maupun bertindak sesuai dengan norma dan etika
yang diberlakukan pada saat memberikan pelayanan kepada pelanggan. Maka dari
itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang mendukung
atau mungkin memberikan hasil yang berbeda sehingga dapat mengembangkan
penelitian sejenis kedepannya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam proses pengendalian manajemen dalam rangka
membangun terciptanya perilaku etis pengemudi transportasi online dalam

66
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

melaksanakan pekerjaan agar menghasilkan kinerja yang maksimal dalam


mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan
diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah pengendalian
hasil, pengendalian tindakan, pengendalian personel dan pengendalian budaya
berpengaruh terhadap perilaku etis pengemudi transportasi online.

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pengendalian Manajemen


Menurut Merchant dan Stede (2014) sistem pengendalian manajemen
merupakan suatu sistem yang diterapkan manajemen untuk mengarahkan
perilaku staf agar sesuai dengan tujuan organisasi yang tertuang dalam visi, misi,
dan strategi organisasi. Apabila strateginya tidak tepat maka sistem pengendalian
manajemen harus dapat menjamin bahwa strategi tersebut dapat dimodifikasi.
Pentingnya keberadaan sistem pengendalian manajemen dalam suatu perusahaan
agar memastikan para anggota organisasi dapat melakukan pekerjaan sesuai
dengan etika dan aturan yang berlaku, karena terkadang beberapa anggota
organisasi memiliki kepentingan tersendiri yang tidak sejalan dengan tujuan
perusahaan.
Sehingga suatu sistem pengendalian diperlukan untuk mencegah atau
memperbaiki suatu tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan. Sistem
pengendalian manajemen terdiri dari empat bentuk menurut Merchant dan Stede
(2014) yaitu pengendalian hasil, pengendalian tindakan, pengendalian personel
dan pengendalian budaya.

Perilaku Etis dan Tidak Etis


Menurut Griffin dan J. Ebert (2015) perilaku etis perilaku etis adalah perilaku
yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan
dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat atau yang membahayakan. Sedangkan,
perilaku tidak etis menurut Griffin dan J. Ebert (2015) ialah perilaku yang tidak
sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan
dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat atau membahayakan. Menurut Pride
et al. (2014) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi tingkat perilaku etis
dalam suatu organisasi yaitu pertama faktor individu, terdapat beberapa faktor
individu yang memengaruhi tingkat perilaku etis dalam suatu organisasi (1)
pengetahuan individu tentang sebuah isu; (2) nilai-nilai pribadi; (3) tujuan
pribadi., faktor sosial dan faktor peluang.
Kedua yaitu faktor sosial, terdapat beberapa faktor sosial yang
memengaruhi tingkat perilaku etis dalam suatu organisasi (1) norma-norma
budaya; (2) rekan kerja; (3) orang lain yang berpengaruh; (4) penggunaan
internet. Ketiga yaitu faktor peluang, adanya peluang mengacu pada sejumlah
kebebasan yang diberikan organisasi kepada karyawan untuk berperilaku tidak
etis jika ia membuat pilihan itu. Dalam beberapa organisasi, kebijakan dan
prosedur tertentu perusahaan mengurangi kesempatan untuk menjadi tidak etis.
Kode etik, dengan adanya kode etik dan pemaksaan yang ditempatkan manajemen
dalam kode perusahaan merupakan penentu lain adanya peluang. Melalui tingkat

67
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

penegakan kebijakan perusahaan, prosedur, dan kode etik merupakan kekuatan


utama yang memengaruhi peluang. Ketika pelanggaran ditangani dengan
konsisten dan tegas maka kesempatan untuk menjadi tidak etis dapat berkurang.
Pengendalian Hasil dan Perilaku Etis Pengemudi Transportasi Online
Pengendalian hasil merupakan salah satu pengendalian manajemen yang
menitikberatkan pada hasil yang dicapai para pegawai. Pengendalian hasil
digunakan untuk memastikan apakah para pegawai mengerti atau tidak apa yang
diinginkan suatu organisasi dan melakukan suatu tindakan yang memberikan hasil
memuaskan sesuai dengan tujuan organisasi (Merchant dan Stede, 2014). Menurut
Merchant dan Stede (2014) implementasi dari pengendalian hasil melibatkan
empat elemen (1) mendefinisikan dimensi-dimensi dari hasil yang diinginkan; (2)
mengukur kinerja dari dimensi yang telah dipilih; (3) menentukan target kinerja
karyawan pada tiap-tiap ukuran pencapaian; (4) menyediakan imbalan bagi
pencapaian target dan mendorong perilaku yang akan membawa pada hasil yang
diinginkan.
Dalam hal ini ketika karyawan mengetahui perilaku seperti apa yang
diinginkan perusahaan dan mereka mengetahui apa yang harus dilakukan
sekaligus didorong dengan pemberian imbalan atau hukuman maka akan
mempengaruhi motivasi karyawan untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin
dan memberikan hasil yang memuaskan untuk perusahaan (Merchant dan Stede,
2014). Dengan kata lain pengendalian hasil dapat mendorong karyawan maupun
mitra pengemudi transportasi online untuk berperilaku sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku dalam rangka memperoleh hasil yang diinginkan perusahaan.
Sebaliknya, apabila penerapan pengendalian hasil seperti pendefinisian dimensi
kerja, pemberian imbalan atau hukuman tidak optimal maka cenderung akan
memunculkan potensi kurangnya pengarahan dan kurangnya motivasi karyawan
sehingga memicu karyawan maupun mitra pengemudi transportasi online
berperilaku tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam memperoleh
hasil yang diinginkan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Arifiyani, 2012) kompensasi berpengaruh
terhadap perilaku etis karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh (Muntadhiroh,
2018) kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis
karyawan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari, 2016)
memberikan hasil bahwa kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
perilaku etis karyawan. Berdasarkan kajian teori dan beberapa hasil penelitian
diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis yaitu:
H1: Pengendalian hasil berpengaruh terhadap perilaku etis
pengemudi transportasi online

Pengendalian Tindakan dan Perilaku Etis Pengemudi Transportasi Online


Pengendalian tindakan merupakan suatu pengendalian yang digunakan
untuk memastikan agar karyawan melakukan atau tidak melakukan tindakan
tertentu yang dinilai dapat menguntungkan atau merugikan perusahaan
(Merchant dan Stede, 2014). Di dalam pengendalian tindakan menitikberatkan
pada pembatasan akses karyawan untuk menghindari tindakan-tindakan yang
tidak sesuai dengan keinginan perusahaan. Seperti pembatasan perilaku yang
merupakan bagian dari pengendalian tindakan sangat membantu menghilangkan

68
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

masalah motivasional dimana karyawan awalnya mungkin sempat tergoda untuk


terlibat dalam perilaku yang tidak diinginkan dapat terhindar agar tidak berbuat
demikian (Merchant dan Stede, 2014).
Menurut Merchant dan Stede (2014) pengendalian tindakan memiliki
empat bentuk dasar yaitu (1) pembatasan perilaku; (2) penilaian pratindakan; (3)
akuntabilitas tindakan; (4) redundansi. Apabila suatu bentuk pengendalian
tindakan diterapkan secara optimal dapat membantu karyawan agar berperilaku
sesuai dengan keinginan perusahaan atau dengan kata kata lain sesuai dengan
norma dan etika yang berlaku. Sebaliknya, apabila suatu pengendalian tindakan
dalam penerapannya tidak optimal maka dapat berpotensi memunculkan dampak-
dampak yang tidak diinginkan (Merchant dan Stede, 2014). Berdasarkan kajian
teori dan beberapa hasil penelitian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis
yaitu:
H2: Pengendalian tindakan berpengaruh terhadap perilaku etis
pengemudi transportasi online

Pengendalian Personel dan Perilaku Etis Pengemudi Transportasi Online


Pengendalian personel merupakan suatu pengendalian yang mendorong
kesadaran seorang karyawan agar dapat memotivasi diri mereka sendiri untuk
bekerja dan memberikan hasil yang terbaik (Merchant dan Stede, 2014).
Pengendalian personel memiliki beberapa tujuan. Pertama, membantu karyawan
untuk memahami apa yang diinginkan perusahaan. Kedua, membantu memastikan
tiap karyawan bahwa mereka mempunyai kemampuan yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan dengan baik. Ketiga, yaitu dengan adanya pengendalian
personel para karyawan akan terlibat dengan self-monitoring. Self-monitoring
terbilang efektif karena mayoritas orang memiliki hati nurani yang membimbing
mereka untuk melakukan hal-hal yang baik dan mampu melahirkan perasaan
positif akan rasa hormat kepada diri sendiri dan kepuasan saat mereka melakukan
pekerjaan dengan baik serta menyaksikan keberhasilan perusahaan (Merchant
dan Stede, 2014).
Menurut Merchant dan Stede (2014) pengendalian personel memiliki
beberapa bentuk seperti seleksi dan penempatan, pelatihan, serta desain kerja dan
sumber daya yang dibutuhkan. Pelaksanaan program pelatihan etika dianggap
sebagai instrumen yang tepat untuk mempromosikan perilaku etis di antara
karyawan, yang juga didukung secara empiris dalam literature (Palomino dan
Martinez, 2011). Menurut wood et al. (dalam Palomino dan Martinez, 2011)
program pelatihan dianggap sebagai instrumen yang baik untuk memperkuat
sistem nilai karyawan. Menurut Dolan et al. (dalam Palomino dan Martinez, 2011)
jika pelatihan digunakan secara luas dalam konteks bisnis untuk mengatasi
kemungkinan kekurangan teknis karyawan dalam hal pengetahuan, kemampuan,
sikap, dan bahkan perilaku tidak ada alasan untuk meragukan keampuhannya
dalam meningkatkan moralitas perilaku karyawan.
Weber (dalam Palomino dan Martinez, 2011) menjelaskan bahwa pelatihan
bahkan jika hanya jangka pendek memiliki dampak positif terhadap etika individu.
Penelitian yang dilakukan oleh (Palomino dan Martinez, 2011) menunjukkan
bahwa pelatihan etika memiliki hubungan positif dengan niat perilaku etis
karyawan atau ethical behavior intention. Penerapan pengendalian personel ini

69
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

bertujuan untuk membantu dan memastikan bahwa setiap mitra pengemudi


transportasi online memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan
sebaik mungkin serta membangun kecenderungan mitra pengemudi transportasi
online untuk memilih perilaku yang baik atau sesuai dengan etika yang berlaku
berdasarkan hati nurani yang dimiliki. Berdasarkan kajian teori dan beberapa hasil
penelitian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis yaitu:
H3: Pengendalian personel berpengaruh terhadap perilaku etis
pengemudi transportasi online

Pengendalian Budaya dan Perilaku Etis Pengemudi Transportasi Online


Pengendalian budaya didesain untuk mendukung pemantauan bersama,
sebuah tekanan kuat dari suatu kelompok terhadap individu yang menyimpang
dari norma dan nilai kelompok (Merchant dan Stede, 2014). Penerapan norma di
dalam perusahaan menjadi suatu faktor penting untuk meningkatkan perilaku baik
karyawan dengan karyawan lainnya dan berperan untuk mencegah perilaku yang
tidak selaras dengan norma perusahaan. Dalam hal ini, budaya perusahaan yang
kuat dan fungsional memengaruhi karyawan untuk bekerja sama dalam model
yang sinergis. Menurut Merchant dan Stede (2014) budaya perusahaan dapat
dibentuk dengan berbagai cara, baik melalui kata maupun contoh. Terdapat lima
bentuk pengendalian budaya yang dapat diterapkan yaitu (1) kode etik; (2)
imbalan kelompok; (3) transfer antarperusahaan; (4) pengaturan fisik; (5) tone at
the top.
Dalam Palomino dan Martinez, 2011, faktor budaya organisasi menjadi
penting seperti transmisi nilai-nilai etika yang biasanya dicapai melalui
penggunaan mekanisme tertentu seperti kode etik, memo, bulletin, program
pelatihan, mitos, sejarah dan hotline. Semua mekanisme itu ketika dijalankan
secara teratur maka akan membentuk program etika yang fungsi utamanya adalah
untuk mempromosikan kesadaran akan masalah etika di antara karyawan untuk
meningkatkan etika di tempat kerja. Menurut Schein (dalam Palomino dan
Martinez, 2011) budaya organisasi adalah mekanisme kunci yang berpengaruh
dalam mentransmisikan nilai kepada karyawan dan dalam memengaruhi perilaku
organisasi sehari-hari.
Penelitian yang dilakukan oleh (Setiawan, 2013) menunjukkan bahwa
budaya etis berpengaruh positif terhadap perilaku etis. Penelitian yang dilakukan
oleh (Datrini dkk, 2018) menunjukkan bahwa etika budaya organisasi memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis auditor. Penerapan
pengendalian budaya oleh perusahaan ini bertujuan untuk membantu
mengarahkan dan memengaruhi agar mitra pengemudi transportasi online
berperilaku atau bertindak sesuai dengan norma dan etika yang berlaku dalam
melaksanakan tanggung jawab sehari-harinya. Berdasarkan kajian teori dan
beberapa hasil penelitian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis yaitu:
H4: Pengendalian budaya berpengaruh terhadap perilaku etis
pengemudi transportasi online

METODOLOGI PENELITIAN

70
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

Populasi dan Sampel


Menurut Sugiyono (2010) populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas subyek atau obyek yang memiliki karakter dan kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik sebuah
kesimpulan. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh pengemudi transportasi
online pada salah satu perusahaan teknologi penyedia layanan berbasis aplikasi
yang berada di wilayah DKI Jakarta.
Sampel merupakan bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010) pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Insidental sampling. Insidental sampling merupakan teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan
terdapat pada waktu penelitian dan cocok sebagai sumber data maka dapat
digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010). Teknik insidental sampling ini
digunakan untuk mendapatkan anggota sampel dari populasi pengemudi
transportasi online pada salah satu perusahaan teknologi penyedia layanan
berbasis aplikasi yang berada di wilayah DKI Jakarta. Penentuan jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
Structural Equation Modeling (SEM), dimana rumusnya adalah lima dikali jumlah
variabel independen indikator (Ferdinand, 2014). Pada penelitian ini jumlah
indikator pada variabel independen adalah 15 maka jumlah minimal yang
dibutuhkan adalah 75 sampel (dalam penelitian terdapat 100 orang sampel).

Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan peneliti dengan melakukan tinjauan langsung
ke lapangan yaitu melalui pertama observasi, wawancara dan kuesioner. Peneliti
melakukan observasi terkait tata letak kantor dan kondisi kantor serta observasi
terhadap bentuk sistem pengendalian manajemen yang diterapkan pada beberapa
pengemudi transportasi online. Kedua melalui wawancara, menurut Sugiyono
(2010) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Pada penelitian ini
yang menjadi narasumber wawancara yaitu salah satu staf perusahaan yang
mengetahui profil perusahaan, sistem pengendalian manajemen yang diterapkan
perusahaan terhadap para pengemudi transportasi online serta pengemudi
transportasi online pada salah satu perusahaan teknologi penyedia layanan
berbasis aplikasi terkait pemahaman sistem pengendalian manajemen yang
diterapkan perusahaan. Selain itu beberapa konsumen pengguna layanan berbasis
aplikasi terkait pandangan terhadap perilaku dalam pelayanan yang diberikan
pengemudi transportasi online pada salah satu perusahaan teknologi penyedia
layanan berbasis aplikasi. Ketiga data diperoleh melalui kuesioner, menurut
Sugiyono (2010) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab.

71
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

Pada penelitian ini yang menjadi responden yaitu para Pengemudi


Transportasi Online pada salah satu perusahaan teknologi penyedia layanan
berbasis aplikasi. Alat ukur yang digunakan pada kuesioner dalam penelitian ini
yaitu menggunakan Skala Likert. Menurut Sugiyono (2010), Skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini, peneliti memodifikasi penilaian
kuesioner dengan menggunakan Skala Likert enam poin yang menghilangkan poin
netral sehingga terdiri dari “Sangat tidak setuju sekali”, “Sangat tidak setuju”,
“Tidak Setuju”, “Setuju”, “Sangat setuju”, dan “Sangat setuju sekali”. Penambahan
dua poin “Sangat tidak setuju sekali” dan “Sangat setuju sekali” dilakukan dari yang
sebelumnya empat poin saja, agar para responden diharapkan dapat memilih
jawaban lebih spesifik. Alasan menghilangkan poin netral karena penggunaan
Skala Likert tanpa poin netral menurut Hadi (dalam Hertanto, 2017) untuk
menghilangkan kelemahan yang terkandung dalam skala lima tingkat. Data
sekunder diperoleh peneliti melalui dokumentasi, dalam penelitian ini
pengumpulan data melalui dokumentasi berupa profil perusahaan, jurnal serta
dokumen-dokumen lain yang mendukung penelitian ini.

Definisi Variabel Operasional


Dalam penelitian ini yang menjadi variabel eksogen atau variabel
independen adalah pengendalian hasil, pengendalian tindakan, pengendalian
personel, dan pengendalian budaya. Variabel endogen atau variabel dependen
dalam penelitian ini yaitu perilaku etis.
Pengendalian hasil digunakan untuk memastikan apakah para pegawai
mengerti atau tidak apa yang diinginkan suatu organisasi dan melakukan suatu
tindakan yang memberikan hasil memuaskan sesuai dengan tujuan organisasi
(Merchant dan Stade, 2014). Indikator dari variabel pengendalian hasil adalah
menentukan pengetahuan dari hasil yang diinginkan, memengaruhi hasil yang
diinginkan, serta mengukur efektivitas dan efisiensi hasil yang dapat dikendalikan.
Pengendalian tindakan merupakan suatu pengendalian dengan
pengambilan langkah-langkah tertentu untuk memastikan karyawan bertindak
sesuai dengan diinginkan perusahaan dengan membuat tindakan karyawan sendiri
sebagai fokus pengendalian (Merchant dan Stede, 2014). Indikator dari variabel
pengendalian tindakan adalah pembatasan perilaku, penilaian pratindakan,
akuntabilitas tindakan dan redundansi.
Pengendalian personel merupakan suatu pengendalian yang mendorong
kesadaran setiap individu karyawan untuk memotivasi diri mereka sendiri
(Merchant dan Stade, 2014). Indikator dari variabel pengendalian personel adalah
seleksi dan penempatan, pelatihan, serta desain pekerjaan dan persediaan sumber
daya yang dibutuhkan.
Pengendalian budaya didesain untuk mendukung pemantauan bersama,
sebuah tekanan kuat dari suatu kelompok terhadap individu yang menyimpang
dari norma dan nilai kelompok (Merchant dan Stade, 2014). Indikator dari variabel
pengendalian budaya adalah kode etik, imbalan kelompok, rotasi karyawan,
pengaturan fisik dan tone at the top.
Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang
diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat

72
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

atau yang membahayakan (Griffin dan J. Ebert, 2015). Indikator dari perilaku etis
adalah faktor individu, faktor sosial dan faktor peluang.

73
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

Metode Analisis Data


Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umur atau generalisasi (Sugiyono, 2010). Analisis ini
dimaksudkan untuk melihat kecenderungan distribusi frekuensi variabel dan
menentukan tingkat ketercapaian responden pada masing-masing variabel.
Pengujian bergantung pada jenis data yaitu data nominal, ordinal, interval atau
rasio.

Analisis Verifikatif
Analisis verifikatif yaitu analisis yang digunakan untuk membuktikan dan
mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square (PLS) yang dibantu
menggunakan program SmartPLS versi 3.2.8 yang telah dirancang khusus untuk
mengestimasi persamaan struktural. Metode ini memiliki keunggulan tersendiri
yaitu tidak memerlukan asumsi dan dapat diestimasi dengan jumlah sampel yang
relatif kecil. Analisa dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu analisa
outer model, analisis inner model, dan pengujian hipotesis.

Analisa Outer Model


Outer model menunjukkan bagaimana variabel manifest atau observed
variable merepresentasi variabel laten untuk diukur (Ghozali, 2015). Dalam
penelitian ini pengujian validitas terdiri dari (1) Convergent validity, nilai dari
convergent validity dari measurement model dengan indikator reflektif dapat
dilihat dari korelasi antara nilai item atau indikator dengan nilai konstruknya. Nilai
convergent validity dapat dilihat dari nilai loading factor pada tiap indikator
konstruk. Nilai yang diharapkan yaitu di atas 0.70 (Ghozali, 2015). (2) Discriminant
validity, nilai dari discriminant validity dapat dilihat pada cross loading factor yang
berguna untuk mengetahui apakah konstruk laten dapat memprediksi indikator
pada blok yang dituju lebih baik dibandingkan dengan indikator blok lainnya yaitu
caranya dengan membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju harus
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai loading konstruk yang lain (Gozali, 2015).
(3) Average variance extracted (AVE), nilai AVE dapat digunakan untuk menilai
validitas dari konstruk, dipersyaratkan model dapat dikatakan baik apabila AVE
masing-masing konstruk nilainya lebih besar dari 0.50 (Ghozali, 2015).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini terdiri dari (1) Composite reliability,
konstruk yang dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability di atas 0.70
(Ghozali, 2015). (2) Cronbach’s alpha, digunakan untuk memperkuat uji
reliabilitas, dimana konstruk dinyatakan reliabel apabila nilai cronbach alpha
diatas 0.70 (Ghozali, 2015).

Analisa Inner Model


Inner model atau model struktural menunjukkan kekuatan estimasi antar
variabel laten atau konstruk atau dengan kata lain analisa inner model dilakukan

74
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

untuk memastikan bahwa model struktural yang dibangun akurat. Analisa inner
model dapat lakukan melalui pengujian path coefficient, koefisien determinasi (R²),
dan predictive relevance (q²) (Ghozali, 2015). Nilai R-Square 0.67 dikatakan kuat,
0.33 dikatakan sedang, dan 0.19 dikatakan lemah (Ghozali, 2015). Nilai Predictive
relevance (q²) 0.02 menunjukkan bahwa model lemah, 0.15 menunjukkan bahwa
model sedang, dan 0.35 menunjukkan bahwa model kuat (Ghozali, 2015).
Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai probabilitas p-value
menggunakan alpha 5% adalah kurang dari 0.05 (Ghozali, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif
Berikut analisis deskriptif pada seluruh variabel dalam penelitian ini guna
mengetahui frekuensi dan persentase dari tanggapan responden terhadap seluruh
variabel dalam penelitian ini. Tabel 1. menunjukkan mengenai tanggapan
responden secara keseluruhan terhadap variabel pengendalian hasil.

Tabel 1. Tanggapan Responden terhadap Variabel Pengendalian Hasil

Tanggapan Jumlah Persentase


Tidak Setuju 140 20.00%
Setuju 560 80.00%
Total 700 100.00%
Sumber: Pengolahan data kuesioner, 2019.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 80.00% responden yang


artinya melebihi sebagian jumlah total responden setuju terhadap variabel
pengendalian hasil. Maka artinya sebagian besar mitra pengemudi transportasi
online merasa bahwa perusahaan dapat mendefinisikan serta mengkomunikasikan
hasil yang diharapkan secara baik khususnya dalam memberikan informasi
mengenai hasil seperti apa yang diharapkan oleh perusahaan, dan memberikan
arahan kepada mitra pengemudi untuk mendorong mitra pengemudi melakukan
tindakan yang sesuai dengan standar layanan dalam mencapai hasil yang
diinginkan perusahaan. Selanjutnya, tanggapan responden terhadap variabel
pengendalian tindakan terlihat pada Tabel 2. menunjukkan bahwa sebesar
(88.80%) atau lebih dari sebagian jumlah total responden menyatakan kesetujuan.
Artinya sebagian besar mitra pengemudi merasakan bahwa perusahaan
dapat memengaruhi mitra pengemudi mengenai perilaku serta tindakan apa yang
seharusnya dimiliki dan dilakukan atau tidak dimiliki dan tidak dilakukan dalam
melaksanakan tanggung jawab pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan. Sehingga perusahaan dapat terus mengawasi perilaku maupun
tindakan mitra pengemudi agar perilaku maupun tindakan yang dimiliki dan
dilakukan oleh mitra pengemudi dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan

75
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

dan meminimalkan perilaku maupun tindakan yang melanggar atau tidak sesuai
dengan ketentuan yang menyebabkan dampak kerugian bagi perusahaan.

Tabel 2. Tanggapan Responden terhadap Variabel Pengendalian Tindakan

Tanggapan Jumlah Persentase


Tidak Setuju 56 11.20%
Setuju 444 88.80%
Total 500 100.00%
Sumber: Pengolahan data kuesioner, 2019.

Selanjutnya pada Tabel 3. Menunjukkan tanggapan responden secara


keseluruhan terhadap variabel pengendalian personel bahwa sebesar 85.33%
responden menyatakan kesetujuan.

Tabel 3. Tanggapan Responden terhadap Variabel Pengendalian Personel

Tanggapan Jumlah Persentase


Tidak Setuju 88 14.67%
Setuju 512 85.33%
Total 600 100.00%
Sumber: Pengolahan data kuesioner, 2019.

Artinya menunjukkan sebagian besar mitra pengemudi merasakan bahwa


perusahaan melakukan pengendalian personel yang membantu membangun
kesadaran setiap individu mitra pengemudi untuk mengendalikan dan memotivasi
diri mereka sendiri. Berikut dijabarkan lebih lanjut tanggapan responden terhadap
variabel pengendalian personel melalui masing-masing indikator variabel
pengendalian personel.
Selanjutnya, tanggapan responden secara keseluruhan terhadap variabel
pengendalian budaya pada Tabel 4. menunjukkan bahwa sebesar (85.14%)
responden menyatakan kesetujuan. Artinya sebagian besar mitra pengemudi
merasakan bahwa perusahaan melakukan pengendalian budaya untuk
menghindari perilaku menyimpang dari mitra pengemudi dan meningkatkan
hubungan yang baik diantara mitra pengemudi, serta sebagai upaya melakukan
pemantauan bersama.

Tabel 4. Tanggapan Responden terhadap Variabel Pengendalian Budaya

Tanggapan Jumlah Persentase


Tidak Setuju 104 14.86%
Setuju 596 85.14%
Total 700 100.00%
Sumber: Pengolahan data kuesioner, 2019.

76
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

Selanjutnya dapat dilihat dari Tabel 5. yang menunjukkan tanggapan


responden secara keseluruhan terhadap variabel perilaku etis sebesar (77.28%)
responden yang menyatakan kesetujuan. Artinya sebagian besar mitra pengemudi
merasakan kesetujuan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi serta
mendorong mitra pengemudi untuk berperilaku sesuai norma dan etika yang
berlaku dalam menjalankan pekerjaanya. Dalam hal ini, mitra pengemudi
menyediakan pemberian layanan sehingga diperlukan kesadaran dari dalam diri
untuk dapat berperilaku sesuai etika atau aturan dalam menjalankan pekerjaan.
Berikut dijabarkan lebih lanjut tanggapan responden terhadap variabel perilaku
etis melalui masing-masing indikator variabel perilaku etis.

Tabel 5. Tanggapan Responden terhadap Variabel Perilaku Etis

Tanggapan Jumlah Persentase

Tidak Setuju 409 22.72%

Setuju 1,391 77.28%

Total 1,800 100.00%


Sumber: Pengolahan data kuesioner, 2019.

Analisis Verifikatif
Teknik pengolahan data yang data dilakukan dengan menggunakan metode
Partial least Square (PLS) Versi 3.2.8 dengan indikator refleksif. Tahap-tahap
analisis outer model, inner model dan pengujian hipotesis akan disediakan di
bawah ini.

Uji Validitas
Convergent validity
Convergent validity dengan indikator refleksif dinilai berdasarkan
hubungan antara item score yang diestimasi dengan menggunakan SmartPLS versi
3. Nilai convergent validity dapat dilihat dari nilai loading factor pada variabel laten
dengan indikator-indikatornya dengan nilai yang diharapkan yaitu di atas 0,70
(Ghozali, 2015). Berikut hasil pengolahan data menggunakan SmartPLS versi 3.2.8
pada Gambar 1.

77
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

Gambar 1. Nilai Loading Factor

Sumber: Pengolahan data kuesioner dengan SmartPLS versi 3.2.8, 2019.

Dari Gambar 1. menunjukkan bahwa nilai loading factor antara konstruk


dengan variabel masih belum memenuhi convergent validity karena masih
terdapat indikator yang memiliki nilai loading factor dibawah 0.70 yaitu indikator
PB2 yaitu imbalan kelompok dengan nilai loading factor sebesar 0.575.
Sehingga dari total keseluruhan indikator yaitu berjumlah 18 indikator,
terdapat 1 indikator yang masih belum memenuhi batas nilai convergent validity.
Maka agar dapat memenuhi kriteria convergent validity, diperlukan modifikasi
terhadap model struktur tersebut dengan menghilangkan indikator yang memiliki
nilai loading factor dibawah 0.70 (Ghozali, 2015). Jadi, agar dapat memenuhi
kriteria convergent validity selanjutnya dilakukan tahap modifikasi model struktur
dengan menghilangkan indikator PB2 yang memiliki nilai loading factor 0.575
dibawah kriteria nilai loading factor yaitu 0.70. Indikator PB2 memiliki loading
factor yang tidak memenuhi kriteria dikarenakan pernyataan dari indikator tidak
dapat mewakili atau sesuai dengan konstruk eksogen yaitu variabel pengendalian
budaya yang diterapkan perusahaan karena imbalan kelompok memang tidak
diterapkan perusahaan terhadap mitra pengemudi.
Setelah di modifikasi model struktural dengan menghilangkan salah satu
indikator maka menghasilkan nilai loading factor seluruh indikator yang
memenuhi kriteria nilai loading factor sebesar 0.70. Sehingga indikator-indikator
pada penelitian ini dikatakan valid karena telah memenuhi kriteria convergent
validity dimana memiliki nilai loading factor diatas 0.70 mulai dari 0.70 hingga
0.91. Hasil loading factor setelah menghilangkan indikator PB2 dapat dilihat pada
Gambar 2.

78
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

Gambar 2. Nilai Loading Factor Setelah Pengujian Kedua

Sumber: Pengolahan data kuesioner dengan SmartPLS versi 3.2.8, 2019.

Discriminant validity dan Average variance extracted (AVE)


Nilai dari discriminant validity dapat dilihat pada cross loading factor yang
berguna untuk mengetahui apakah konstruk laten dapat memprediksi indikator
pada blok yang dituju lebih baik dibandingkan dengan indikator blok lainnya yaitu
caranya dengan membandingkan nilai loading pada konstruksi yang dituju harus
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai loading konstruk yang lain (Gozali, 2015).
Berikut Tabel 4.38 menunjukkan hasil pengujian discriminant validity diperoleh
dengan menggunakan SmartPLS versi 3.2.8.

Tabel 6. Cross Loading

Pengendalian Pengendalian Pengendalian Pengendalian Perilaku


Budaya Hasil Personel Tindakan Etis
PB1 0.898 0.678 0.759 0.766 0.409
PB3 0.746 0.456 0.622 0.628 0.321
PB4 0.820 0.554 0.700 0.589 0.394
PB5 0.703 0.452 0.594 0.463 0.291
PE1 0.402 0.262 0.408 0.418 0.865
PE2 0.415 0.259 0.352 0.402 0.910
PE3 0.293 0.186 0.189 0.235 0.719
PH1 0.665 0.872 0.661 0.615 0.282
PH2 0.521 0.804 0.415 0.480 0.188
PH3 0.428 0.737 0.454 0.318 0.205
PP1 0.700 0.561 0.822 0.669 0.263
PP2 0.733 0.529 0.879 0.628 0.365

79
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

Pengendalian Pengendalian Pengendalian Pengendalian Perilaku


Budaya Hasil Personel Tindakan Etis
PP3 0.658 0.533 0.771 0.476 0.332
PT1 0.591 0.411 0.579 0.791 0.366
PT2 0.549 0.455 0.399 0.770 0.373
PT3 0.662 0.548 0.604 0.750 0.287
PT4 0.592 0.437 0.632 0.744 0.280
Sumber: Pengolahan data kuesioner dengan SmartPLS versi 3.2.8, 2019

Berikut ini adalah tabel 7. Yang menunjukkan nilai Average Variance


Extracted (AVE)

Tabel 7. Nilai Average Variance Extracted (AVE)

Cronbach's Composite Average Variance


rho_A
Alpha Reliability Extracted (AVE)
Pengendalian
0.804 0.825 0.872 0.633
Budaya
Pengendalian
0.732 0.770 0.847 0.650
Hasil
Pengendalian
0.765 0.779 0.864 0.681
Personel
Pengendalian
0.764 0.773 0.849 0.584
Tindakan
Perilaku Etis 0.783 0.825 0.873 0.697
Sumber: Pengolahan data kuesioner dengan SmartPLS versi 3.2.8, 2019.

Selain melalui nilai cross loading, discriminant validity juga dapat diukur
dengan menggunakan nilai Average Variance Extracted (AVE) dengan kriteria
apabila nilai Average Variance Extracted (AVE) masing-masing konstruk nilainya
lebih besar dari 0.50 (Ghozali, 2015).
Nilai cross loading yang diuji menggunakan SmartPLS versi 3.2.8 pada Tabel
6. berikut menunjukkan bahwa dari seluruh indikator yang berjumlah 17
indikator, jika diukur dari nilai cross loading hasilnya masing-masing indikator
memiliki nilai loading pada konstruk yang dituju lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai loading konstruk yang lain. Serta Tabel 7. menunjukkan nilai Average
Variance Extracted (AVE) seluruh konstruk, masing-masing indikator dengan
konstruknya melebihi 0.50. Sehingga dapat dikatakan korelasi antara indikator
dengan konstruk yang dituju memiliki discriminant validity yang baik.

80
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

Uji Reliabilitas
Composite reliability
Composite reliability merupakan uji yang dilakukan untuk menilai apakah
masing-masing indikator yang membangun konstruk memiliki reliabilitas atau
tidak. Konstruk yang dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability di atas 0.70
(Ghozali, 2015). Artinya apabila indikator masing-masing konstruk memiliki nilai
sesuai kriteria nilai composite reliability yaitu lebih dari 0.70 maka dapat dikatakan
data dari hasil kuesioner yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. berikut ini.

Tabel 8. Nilai Composite Reliability

Cronbach's Composite Average Variance


rho_A
Alpha Reliability Extracted (AVE)
Pengendalian
0.804 0.825 0.872 0.633
Budaya
Pengendalian
0.732 0.770 0.847 0.650
Hasil
Pengendalian
0.765 0.779 0.864 0.681
Personel
Pengendalian
0.764 0.773 0.849 0.584
Tindakan
Perilaku Etis 0.783 0.825 0.873 0.697
Sumber: Pengolahan data kuesioner dengan SmartPLS versi 3.2.8, 2019.

Tabel 8. menunjukkan bahwa nilai composite reliability masing-masing


konstruk dikatakan reliabel karena memenuhi kriteria dari nilai composite
reliability yaitu lebih dari 0.70. Sehingga data yang digunakan dapat dikatakan
memiliki reliabilitas yang tinggi.

Cronbach's alpha
Cronbach's alpha adalah salah satu pengujian selain composite reliability
yang digunakan untuk memperkuat uji reliabilitas dari masing-masing konstruk.
Konstruk dinyatakan reliabel apabila nilai cronbach’s alpha di atas 0.70 (Ghozali,
2015). Nilai Cronbach's alpha pada Tabel 8. menunjukkan bahwa masing-masing
konstruk memenuhi kriteria cronbach alpha yaitu memiliki nilai yang melebihi
0.70 maka dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi.

Uji inner model


Uji inner model atau model struktural menunjukkan kekuatan estimasi
antar variabel laten atau konstruk atau dengan kata lain analisa inner model
dilakukan untuk memastikan bahwa model struktural yang dibangun akurat.
Beberapa uji yang dilakukan dalam pengujian model struktural sebagai berikut:

81
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

Path Coefficient
Path coefficient yaitu nilai koefisien jalur atau besarnya hubungan atau
pengaruh konstruk laten (Ghozali, 2015). Nilai path coefficient diperoleh dengan
menggunakan SmartPLS versi 3.2.8 seperti pada Tabel 9. Hasilnya menunjukkan
bahwa konstruk pengendalian budaya memiliki pengaruh positif terhadap
konstruk perilaku etis dengan nilai sebesar 0.302. Konstruk pengendalian hasil
memiliki pengaruh negatif terhadap konstruk perilaku etis dengan nilai sebesar -
0.070. Konstruk pengendalian personel memiliki pengaruh atau hubungan positif
terhadap konstruk perilaku etis dengan nilai sebesar 0.027. Lalu, konstruk
pengendalian tindakan memiliki pengaruh atau hubungan positif terhadap
konstruk perilaku etis dengan nilai sebesar 0.223. Sehingga dapat dikatakan
bahwa dari seluruh konstruk laten memiliki pengaruh positif kecuali konstruk
pengendalian hasil terhadap konstruk perilaku etis.

Tabel 9. Nilai Path Coefficient

Perilaku Etis

Pengendalian Budaya 0.302

Pengendalian Hasil -0.070

Pengendalian Personel 0.027

Pengendalian Tindakan 0.223


Sumber: Pengolahan data kuesioner dengan SmartPLS versi 3.2.8, 2019.

R Square (R²)
R Square (R²) yaitu nilai yang digunakan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varian dari variabel terikatnya.
Atau dengan kata lain digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten
eksogen terhadap variabel laten endogen apakah mempunyai pengaruh yang
substantif. Kriteria dari nilai R-Square yaitu 0.67 dikatakan kuat, 0.33 dikatakan
sedang, dan 0.19 dikatakan lemah (Ghozali, 2015).

Tabel 10. Nilai R Square (R²)


R Square
R Square
Adjusted
Perilaku Etis 0.223 0.190
Sumber: Pengolahan data kuesioner dengan SmartPLS versi 3.2.8, 2019.

Tabel 10. menunjukkan hasil nilai R Square (R²) untuk konstruk endogen
yaitu Perilaku Etis sebesar 0.223 dimana jika disesuaikan dengan kriteria R Square
(R²) termasuk dalam kategori lemah. Sehingga menunjukkan bahwa hanya sebesar
22.3% variabel perilaku etis dapat dipengaruhi oleh variabel eksogen yaitu

82
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

pengendalian hasil, pengendalian tindakan, pengendalian personel, dan


pengendalian budaya dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel eksogen memiliki pengaruh namun
besaran pengaruhnya lemah terhadap variabel endogen karena nilai R Square (R²)
diatas 0.19 (lemah) tetapi dibawah 0.33 (sedang).

Predictive relevance (q²)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebuah konstruk
eksogen dapat memprediksi relevansi untuk sebuah konstruk endogen. Kriteria
dari nilai predictive relevance (q²) yaitu 0.02 menunjukkan bahwa model lemah,
0.15 menunjukkan bahwa model sedang, dan 0.35 menunjukkan bahwa model
kuat (Ghozali, 2015). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur
blindfolding dalam SmartPLS versi 3.2.8.
Dari Tabel 11. dibawah menunjukkan hasil predictive relevance (q²) pada
konstruk endogen yaitu perilaku etis sebesar 0.120. Artinya konstruk eksogen
yaitu pengendalian hasil, pengendalian tindakan, pengendalian personel dan
pengendalian budaya memiliki relevansi prediktif yang lemah karena menurut
kriteria diatas 0.02 (lemah) namun masih dibawah 0.15 (sedang) dimana hanya
dapat memprediksi relevansi konstruk endogen yaitu perilaku etis sebesar 0.120.

Tabel 11. Hasil Blindfolding Calculation

SSO SSE Q² (=1-SSE/SSO)


Pengendalian Budaya 400.000 400.000
Pengendalian Hasil 300.000 300.000
Pengendalian
300.000 300.000
Personel
Pengendalian
400.000 400.000
Tindakan
Perilaku Etis 300.000 264.048 0.120
Sumber: Pengolahan data kuesioner dengan SmartPLS versi 3.2.8, 2019.

Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan melihat output uji
hipotesis pada path coefficient yang dilakukan dengan menggunakan prosedur
bootstrapping pada SmartPLS versi 3.2.8. Pengujian dengan bootstrapping dapat
berguna untuk meminimalkan masalah ketidaknormalan dalam penelitian. Berikut
ditunjukkan dalam Tabel 12. mengenai hasil dari pengujian bootstrapping
menggunakan SmartPLS versi 3.2.8.

83
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

Tabel 12. Hasil Bootstrapping Calculation

Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
PB -> PE 0.302 0.318 0.195 1.544 0.123
PH -> PE -0.070 -0.056 0.118 0.598 0.550
PP -> PE 0.027 0.029 0.168 0.160 0.873
PT -> PE 0.223 0.216 0.148 1.510 0.132
Sumber: Pengolahan data kuesioner dengan SmartPLS versi 3.2.8, 2019.

Pengujian hipotesis pengendalian hasil berpengaruh terhadap perilaku etis


pengemudi transportasi online
Dalam Tabel 12. hasil pengujian bootstrapping menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel pengendalian hasil terhadap variabel perilaku etis pada
nilai Original Sample sebesar -0.070. Artinya variabel pengendalian hasil memiliki
arah pengaruh yang negatif terhadap variabel perilaku etis. Tetapi memiliki nilai t-
statistik sebesar 0.598 dimana nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.96.
Serta nilai p-value antara variabel pengendalian hasil terhadap perilaku etis
sebesar 0.550 dimana nilai tersebut lebih besar dari kriteria yang ditentukan
(kurang dari 0.05). Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa
hipotesis satu ditolak, variabel pengendalian hasil tidak berpengaruh signifikan
terhadap perilaku etis pengemudi transportasi online. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari, 2016) bahwa kompensasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis karyawan. Artinya bahwa antara
variabel pengendalian hasil yang diterapkan oleh perusahaan dan dirasakan oleh
mitra pengemudi memiliki pengaruh tetapi besaran pengaruhnya rendah sehingga
tidak dapat memengaruhi secara signifikan perilaku mitra pengemudi untuk sesuai
etika atau norma yang berlaku.
Hal ini didukung oleh beberapa faktor, dalam rangka memengaruhi kinerja
yang diharapkan dari mitra pengemudi dengan pemberian imbalan berupa bonus
yang bertujuan agar mitra pengemudi dapat termotivasi dalam bekerja
menjadikan beberapa mitra pengemudi melakukan segala cara untuk mencapai
target dan mendapatkan bonus tersebut. Hal ini sesuai dengan tanggapan mitra
pengemudi dari hasil kuesioner pada menyatakan bahwa (80.00%) mitra
pengemudi menyatakan perusahaan dapat mendorong motivasi mitra pengemudi
untuk bekerja dengan pemberian imbalan. Didukung dengan tanggapan mitra
pengemudi pada Lampiran 5. pernyataan nomor 5 bahwa (55.00%) mitra
pengemudi menyetujui melakukan orderan fiktif demi mencapai target
pendapatan sedangkan yang menyatakan tidak setuju hanya (45.00%). Jadi,
penerapan pengendalian hasil yang dilakukan perusahaan dengan pemberian
imbalan berupa bonus ternyata menjadikan mitra pengemudi melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan norma dan etika perusahaan guna memenuhi target poin
untuk mendapatkan bonus, sehingga pemberian imbalan sebagai bentuk
pengendalian hasil yang diterapkan perusahaan belum dapat memberikan hasil
yang sesuai diinginkan oleh perusahaan atau dengan kata lain berlawanan.

84
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

Pengujian hipotesis pengendalian tindakan berpengaruh terhadap perilaku


etis pengemudi transportasi online
Dalam Tabel 12. hasil pengujian bootstrapping menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel pengendalian tindakan terhadap variabel perilaku etis
pada nilai Original Sample sebesar 0.233. Artinya variabel pengendalian tindakan
memiliki arah pengaruh yang positif terhadap variabel perilaku etis. Tetapi
memiliki nilai t-statistik sebesar 1.510 dimana nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel
sebesar 1.96. Serta nilai p-value antara variabel pengendalian tindakan terhadap
perilaku etis sebesar 0.132 dimana nilai tersebut lebih besar dari kriteria yang
ditentukan (kurang dari 0.05). Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan
hasil bahwa hipotesis dua ditolak, variabel pengendalian tindakan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku etis pengemudi transportasi
online. Artinya variabel pengendalian tindakan yang diterapkan oleh perusahaan
memang memiliki hubungan pengaruh yang positif namun besaran pengaruhnya
rendah sehingga tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap perilaku etis
pengemudi transportasi online.
Hal ini didukung dengan beberapa faktor. Dikarenakan masih dalam tahap
meningkatkan sistem berdasarkan penuturan pihak perusahaan maka pembatasan
perilaku mitra pengemudi untuk tidak berperilaku menyimpang masih kurang
optimal karena masih ada celah dimana sistem perusahaan belum bisa 100%
mencegah mitra pengemudi melakukan orderan fiktif. Sesuai dengan hasil
wawancara yang dilakukan dengan salah satu mitra pengemudi, bahwa sistem
perusahaan masih dikatakan belum optimal dalam mendeteksi kecurangan yang
dilakukan sebagian mitra pengemudi. Hal ini juga sesuai dengan tanggapan mitra
pengemudi dari hasil kuesioner pada Lampiran 2. bahwa (90.00%) mitra
pengemudi mengetahui bahwa perusahaan memiliki sistem yang dapat membatasi
mitra pengemudi untuk berperilaku atau bertindak tidak sesuai norma dan etika
yang berlaku. Tetapi didukung dengan tanggapan responden pada hasil kuesioner
Lampiran 5. pernyataan nomor 15 bahwa (50.00%) mitra pengemudi menyatakan
setuju jika sistem yang dimiliki perusahaan masih memudahkan mitra pengemudi
untuk melakukan order fiktif atau dengan penggunaan fake GPS tetapi (50.00%)
mitra pengemudi lain merasa sistem yang dimiliki perusahaan tidak memudahkan
mitra pengemudi untuk melakukan orderan fiktif maupun penggunaan fake GPS.
Sehingga celah peluang yang masih ada pada saat perusahaan dalam proses tahap
meningkatkan sistem ini dirasa masih memudahkan sebagian mitra pengemudi
untuk melakukan order fiktif maupun penggunaan fake GPS.
Namun dari sisi perusahaan dalam tahap terus meningkatkan sistem
sebagian pengemudi lainnya merasa bahwa sistem yang dimiliki perusahaan
semakin ketat dan sulit untuk melakukan orderan fiktif atau penggunaan fake GPS.
Didukung dengan yang dikutip dari Kumparan.com bahwa pada tahun 2018
dengan adanya pengembangan sistem yang dilakukan perusahaan didukung
dengan program #HapusTuyul, salah satu mitra pengemudi yang melakukan
perbuatan curang dengan menggunakan fake GPS secara langsung diberi notifikasi
oleh pihak perusahaan agar tidak menggunakannya lagi dan apbila masih
menggunakannya maka mitra pengemudi akan kehilangan bonus harian, hal
tersebut memang benar-benar membuat jera beberapa mitra pengemudi untuk
melakukan tindakan kecurangan.

85
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

Jadi, bentuk pengendalian tindakan yang diterapkan perusahaan dikatakan


belum optimal terkait dari segi sistem maupun dari segi akuntabilitas tindakan.
Dimana sistem yang dimiliki masih dalam tahap peningkatan yang menjadikan
masih adanya celah atau peluang yang memengaruhi sebagian mitra pengemudi
berperilaku tidak sesuai dengan norma dan etika yang berlaku seperti melakukan
order fiktif dan penggunaan fake GPS. Lalu dari segi akuntabilitas tindakan
sebagian besar mitra pengemudi memang telah memahami perilaku atau tindakan
seperti apa yang harus dimiliki dan dilakukan dan tidak harus dimiliki dan
dilakukan sesuai dengan yang diterapkan oleh perusahaan dalam menjalankan
pekerjaan, namun sebagian mitra pengemudi lainnya masih merasa hal tersebut
belum dapat memengaruhi agar mitra berperilaku atau bertindak sesuai dengan
norma dan etika yang diberlakukan oleh perusahaan dalam menjalankan
pekerjaanya karena masih merasa sanksi yang diberikan belum terlalu membuat
jera.

Pengujian hipotesis pengendalian personel berpengaruh terhadap perilaku


etis pengemudi transportasi online
Dalam Tabel 12. hasil pengujian bootstrapping menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel pengendalian personel terhadap variabel perilaku etis
pada nilai Original Sample sebesar 0.027. Artinya variabel pengendalian personel
memiliki arah pengaruh yang positif terhadap variabel perilaku etis. Tetapi
memiliki nilai t-statistik sebesar 0.160 dimana nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel
sebesar 1.96. Serta nilai p-value antara variabel pengendalian personel terhadap
perilaku etis sebesar 0.873 dimana nilai tersebut lebih besar dari kriteria yang
ditentukan (kurang dari 0.05). Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan
hasil bahwa hipotesis tiga ditolak, variabel pengendalian personel tidak
berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis pengemudi transportasi online. Hal
ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Palomino dan Martinez, 2011)
yang menghasilkan bahwa pelatihan etika memiliki hubungan positif dengan niat
perilaku etis karyawan atau ethical behavior intention. Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, pihak mitra
pengemudi, dan hasil tanggapan mitra pengemudi melalui kuesioner dapat
dikatakan bahwa pengendalian personel yang diterapkan perusahaan memiliki
pengaruh namun besaran pengaruhnya rendah maka pengendalian personel yang
diterapkan belum dapat memengaruhi secara signifikan agar mitra pengemudi
berperilaku sesuai norma dan etika yang berlaku. Hal ini disebabkan dari segi
pelatihan sebagai bentuk pengendalian personel yang diadakan perusahaan belum
dapat diimplementasikan dengan optimal, dimana mitra pengemudi yang
mengikuti pelatihan belum secara keseluruhan. Hal ini didukung dengan
tanggapan mitra pengemudi dari hasil kuesioner pada Lampiran 3. pernyataan
nomor 3 yang menunjukkan bahwa (88.00%) mitra pengemudi selalu
mendapatkan dan mengetahui informasi mengenai pelatihan yang diberikan
perusahaan. Namun pernyataan nomor 4 hanya sebesar (81.00%) mitra
pengemudi yang mengikuti pelatihan, tetapi dari (81.00%) mitra pengemudi yang
mengikuti pelatihan pun artinya merasakan bahwa dari hasil pelatihan yang
diikuti belum dapat memengaruhi secara signifikan mitra pengemudi untuk

86
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

menentukan atau memilih berperilaku atau bertindak sesuai etika dan norma
dalam menjalankan pekerjaan.
Didukung dari hasil wawancara dengan salah satu konsumen pengguna
layanan yaitu bernama ibu Ani dimana ia mengalami kecelakaan dengan mitra
pengemudi, hal tersebut menandakan bahwa beberapa mitra pengemudi belum
dapat mengutamakan keselamatan dan keamanan dalam berkendara pada saat
menjalankan pekerjaannya sehingga menimbulkan kekecewaan dan
ketidaknyaman konsumen pengguna layanan terhadap pelayanan yang diberikan
oleh mitra pengemudi. Serta dari segi penyediaan sumber daya yang dibutuhkan
untuk mitra pengemudi, perusahaan kurang memberikan himbauan kepada mitra
pengemudi untuk mewajibkan pengambilan seperti masker dan penutup kepala
yang berguna menunjang layanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai standar
layanan yang diberlakukan perusahaan. Didukung dari penuturan mitra
pengemudi bahwa untuk masker dan penutup kepala jarang sekali diambil karena
tempat pengambilannya cukup jauh dari lokasinya.

Pengujian hipotesis pengendalian budaya berpengaruh terhadap perilaku


etis pengemudi transportasi online
Dalam Tabel 12. hasil pengujian bootstrapping menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel pengendalian budaya terhadap variabel perilaku etis
pada nilai Original Sample sebesar 0.302. Artinya variabel pengendalian budaya
memiliki arah pengaruh yang positif terhadap variabel perilaku etis. Tetapi
memiliki nilai t-statistik sebesar 1.544 dimana nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel
sebesar 1.96. Serta nilai p-value antara variabel pengendalian budaya terhadap
perilaku etis sebesar 0.123 dimana nilai tersebut lebih besar dari kriteria yang
ditentukan (kurang dari 0.05). Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan
hasil bahwa hipotesis empat ditolak, variabel pengendalian budaya tidak
berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis pengemudi transportasi online. Hal
ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Setiawan, 2013) bahwa
budaya etis berpengaruh positif terhadap perilaku etis. Serta penelitian yang
dilakukan (Datrini dkk., 2018) bahwa etika budaya organisasi memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap perilaku etis.
Hal ini didukung oleh beberapa faktor. Tanggapan mitra pengemudi dari
hasil kuesioner pada Lampiran 4. yang menunjukkan bahwa (86.00%) mitra
pengemudi merasa perilaku staf maupun petinggi kantor cabang operasional
sudah melayani dengan cepat dan ramah sesuai dengan budaya yang diterapkan,
namun (14.00%) mitra pengemudi masih merasa bahwa perilaku para staf
maupun petinggi kantor dalam melayani mitra pengemudi belum cepat dan ramah
sesuai dengan budaya yang diterapkan. Hal tersebut sesuai dengan Lampiran 5.
penyataan nomor 9 yang menunjukkan bahwa (76.00%) mitra pengemudi merasa
setiap keluhan dan pendapat selalu didengarkan oleh perusahaan sekaligus
diberikan solusi namun masih terdapat (24.00%) yang merasa bahwa setiap
keluhan dan pendapat dari mitra pengemudi belum secara optimal didengarkan
dan diberikan solusi. Sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu mitra
pengemudi yang menyatakan bahwa, mitra pengemudi merasa bahwa perilaku staf
kantor cabang operasional dalam melayani pendapat maupun keluhan mitra
pengemudi belum sesuai dengan budaya yang diterapkan.

87
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

Selain itu didukung dari hasil wawancara dengan salah satu konsumen
pengguna layanan berbasis aplikasi bernama Peggy yang menyatakan bahwa,
mengalami beberapa kejadian yang membuat kecewa dan tidak nyaman akan
perilaku beberapa mitra pengemudi dimana ia pernah mendapati salah satu mitra
pengemudi mengirimi pesan secara pribadi untuk memintanya agar jika ingin
pergi ke suatu tujuan agar dapat menghubunginya, lalu ia juga mendapat kejadian
dimana ditelepon oleh salah satu mitra pengemudi yang sehabis mengantarnya
dimana ia merasa tindakan maupun perilaku tersebut sangat memberi
ketidaknyamanan.
Jadi, bentuk pengendalian yang diterapkan dirasa belum optimal, dimana
kode etik yang diterapkan perusahaan dalam bentuk standar layanan belum dapat
memengaruhi beberapa mitra pengemudi agar mematuhi dan menerapkannya
pada saat menjalankan pekerjaan. Seperti didukung dari hasil wawancara dengan
salah satu konsumen pengguna layanan di atas. Selain itu sebagian mitra
pengemudi juga masih merasa bahwa perilaku staf kantor cabang operasional
belum dapat melayani sebagian keluhan dan pendapat mitra pengemudi dengan
baik sesuai dengan budaya perusahaan dengan kata lain sebagian mitra
pengemudi merasa staf kantor belum dapat mencerminkan perilaku yang baik
sesuai dengan norma dan etika yang diterapkan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa


pengendalian hasil, pengendalian tindakan, pengendalian personel dan
pengendalian budaya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku etis
pengemudi transportasi online pada salah satu perusahaan teknologi penyedia
layanan berbasis aplikasi yang berada di wilayah DKI Jakarta.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk perusahaan
penyedia layanan berbasis aplikasi agar lebih mengoptimalkan penerapan sistem
pengendalian manajemen yang terdiri dari pengendalian hasil, pengendalian
tindakan, pengendalian personel, dan pengendalian budaya untuk membangun
perilaku etis pengemudi transportasi online. Dikarenakan hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pengendalian hasil, pengendalian tindakan, pengendalian
personel dan pengendalian budaya yang diterapkan memiliki pengaruh namun
besaran pengaruhnya masih rendah sehingga tidak dapat secara signifikan
memengaruhi perilaku etis pengemudi transportasi online.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah seluruh hipotesis yang dibangun
ditolak, bahwa pengendalian hasil, pengendalian tindakan, pengendalian personel
dan pengendalian budaya yang diterapkan perusahaan tidak dapat memengaruhi
secara signifikan perilaku etis pengemudi transportasi online. Pemilihan objek
penelitian ini yaitu perusahaan teknologi penyedia layanan berbasis aplikasi yang
merupakan perusahaan yang masih menjaga kerahasiaan yang sangat ketat
sehingga menjadikan masih terbatasnya hasil wawancara dengan narasumber dari
perusahaan. Selain itu pemilihan sampel penelitian ini yaitu pengemudi
transportasi online yang berada di wilayah DKI Jakarta, dimana karena
keterbatasan waktu dan pengetahuan terdapat sebagian mitra pengemudi yang

88
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

kurang membaca dengan teliti setiap pernyataan pada kuesioner. Saran untuk
penelitian selanjutnya adalah mempertimbangkan variabel yang tidak
berpengaruh bisa tidak diuji atau diuji kembali, selain itu perlunya
mempertimbangkan jumlah sisi sampel, dan penelitian selanjutnya perlu
mengevaluasi indikator yang ditanyakan pada kuesioner agar responden lebih
mudah memahami isi dari pernyataan pada kuesioner yang peneliti berikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifiyani, H. A. 2012. “Pengaruh Pengendalian Intern, Kepatuhan dan Kompensasi


Manajemen Terhadap Perilaku Etis Karyawan (Studi Kasus PT. ADI SATRIA
ABADI Yogyakarta)”. Jurnal Nominal Volume. 1, No. 1, 2012, 5-21.
Arens, A., Randal, J. E., dan Mark, S. B. 2012. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan
Terpadu, Jilid I. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Chandra, A. A., 2016. Ojek Online Kurangi Pengangguran di Indonesia.
https://inet.detik.com/cyberlife/d-3339287/ojek-online-kurangi-
pengangguran-di-indonesia.
Ebert, R. J., Dan Griffin, R. W. 2015. Business Essentials (Tenth Edition). Essex,
England: Pearson Education Limited.
Fauwzi, M. G. H. 2011. Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal,
Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku
Tidak Etis Dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Program Sarjana
Fakultas Ekonomi UNDIP: Skripsi tidak diterbitkan.
Ferdinand, A. 2014. Metode Penelitian Manajemen (edisi 5). Semarang: Seri
Pustaka Kunci 12.
Ghozali, I., dan Latan, H. (2013). Partial Least Square: Konsep, Teknik dan Aplikasi
Menggunakan Program SmartPLS 3.0 (edisi Kedua). Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes, dan Skala Nilai.
Yogyakarta: FP UGM.
Hertanto, E. 2017. PERBEDAAN SKALA LIKERT LIMA SKALA DENGAN MODIFIKASI
SKALA LIKERT EMPAT SKALA.
http://www.academia.edu/34548201/PERBEDAAN_SKALA_LIKERT_LIMA_
SKALA_DENGAN_MODIFIKASI_SKALA_LIKERT_EMPAT_SKALA.
Hussein, A. S. 2015. Penelitian Bisnis dan Manajemen Menggunakan Partial
Least Square (PLS) dengan SmartPLS 3.0. Program studi manajemen
Universitas Brawijaya.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjM9sLoxJHhAhXjmuYKHQBQDpEQFjAAegQ
IBhAC&url=https%3A%2F%2Fwww.researchgate.net%2Ffile.PostFileLoad
er.html%3Fid%3D5786f4c94048544b3332e123%26assetKey%3DAS%3A
383572759334914%401468462280965&usg=AOvVaw3M_mCrbAJUloZjpY
SfXlRB.
Merchant, K. A. dan Van der Stede, W. 2014. Management Control System (3 rd
edition).
Salemba Empat.

89
EQUITY, Vol. 23, No.1, 2020, 63-90

Noor, J. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


Normadewi, L. P. A. P., Riasning, N. P., dan Datrini, L. K. 2018. “Pengaruh
Kecerdasan Dan Budaya Etis Organisasi Terhadap Perilaku Etis Auditor Di
Provinsi Bali”. Jurnal KRISNA Vol. 9, No. 2, 63-70.
Palomino, P. R. Dan Martinez, R. 2011. “Human resources Management and Ethical
Behaviour: Exploring the Role of Training in the Spanish Banking Industry”,
Ramon Lull Journal of applied ethics 2011 Issue 2, 70-88.
Praditya, I. I. 2017. 84 persen warga pakai transportasi online karena alasan
murah. https://www.liputan6.com/bisnis/read/2950137/84-persen-
warga-pakai-transportasi-online-karena-alasan-murah.
Pride, W. M., Hughes, R. J., dan Kapoor, J. R. (2014). Pengantar Bisnis. (Alih Bahasa
Abdillah, W., Angelica, D) Jakarta: Salemba Empat.
Puspita, S. 2018. Begini Cara Taksi dan Ojek “Online” Buat Order Fiktif.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/04/08433971/begini-
cara-taksi-dan-ojek-online-buat-order-fiktif-pakai-tuyul.
Setiawan, A. S. 2013. Pengaruh Budaya Etis, Orientasi Etis Terhadap Perilaku Etis
(Studi
Pada Alumni STIE Musi Palembang).
https://www.academia.edu/8526759/PENGARUH_BUDAYA_ETIS_ORIENT
ASI_ETIS_TERHADAP_PERILAKU_ETIS_Studi_Pada_Alumni_STIE_Musi_Pale
mbang.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Tatang, M. A. 2010. Skala Likert: Penggunaannya dan Analisis Datanya.
https://tatangmanguny.wordpress.com/2010/11/01/skala-likert-
penggunaan-dan-analisis-datanya/.
Wulandari, E. 2016. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Dan Kompensasi
Terhadap
Perilaku Etis Karyawan Pada PT. Pegadaian (PERSERO) Cabang Syariah
Palembang. Program Studi Ekonomi Islam UIN Raden Fatah Palembang :
Skripsi tidak diterbitkan.

90
Sadewi & Dahlia, Sistem Pengendalian Manajemen…

Halaman ini sengaja dikosongkan


untuk kepentingan penggenapan halaman

91

Anda mungkin juga menyukai