Anda di halaman 1dari 2

F5.

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN


PENYAKIT TIDAK MENULAR

Penyuluhan Skabies di Desa Dongkala

A.Latar Belakang

Skabies merupakan salah satu infeksi parasit yang cukup banyak kejadiannya dan
menjadi isu penting terutama di daerah padat penduduk. Penyakit ini dapat menyerang segala
usia dan berbagai kalangan sosial. Beberapa penyebab tingginya angka kejadian skabies
adalah penularan yang cepat, siklus hidup Sarcoptes scabiei yang pendek, dan ketidakpatuhan
pasien pada terapi.

Prevalensi skabies di Indonesia menurut Depkes RI berdasarkan data dari puskesmas


seluruh Indonesia tahun 2008 adalah 5,6% - 12,95%. Insiden dan prevalensi skabies masih
sangat tinggi di Indonesia. Scabies di Indonesia menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit
kulit tersering

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan telurnya. Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis,
the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun
perempuan, di semua daerah, semua kelompok usia, ras, dan kelas sosial. Skabies ditularkan
melalui kontak fisik langsung. (skin-to-skin) ataupun tak langsung (pakaian, tempat tidur
yang dipakai bersama). Skabies menjadi masalah utama pada daerah yang padat dengan
masalah sosial, sanitasi yang buruk, dan negara miskin. Angka kejadian skabies tinggi di
Negara dengan iklim panas dan tropis. Skabies endemik terutama di lingkungan padat
penduduk dan miskin. Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain:
higiene buruk, salah diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologi. Penyakit ini
dapat termasuk PHS (Penyakit akibat Hubungan Seksual).

Skabies seringkali diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas


penanganannya rendah. Akan tetapi, penyakit ini dapat menjadi kronis dan berat serta
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Lesi pada skabies menimbulkan rasa tidak nyaman
karena sangat gatal sehingga penderita seringkali menggaruk dan mengakibatkan infeksi
sekunder terutama oleh bakteri Grup A Streptococcus dan Staphylococcus aureus.

B. Permasalahan

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit skabies ini dan menganggap


gejala yang timbul hanya gatal-gatal biasa sehingga jarang untuk memeriksakan diri.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2021 mulai
pukul 09.00 sampai selesai di Posyandu Lansia Desa Dongkala. Pemilihan Intervensi
yang dipilih adalah dengan edukasi tentang penyakit skabies dan ara pencegahan serta
penanganannya.

D. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan tentang Skabies ini dilakukan pada tanggal 23 Agustus


2021 pukul 09.00-11.00 WITA di Posyandu Lansia Desa Dongkala . Penyuluhan ini
disampaikan secara langsung atau dengan metode direct communication-face to face
communication. Materi yang diberikan tentang pengertian skabies, penyebab penyakit
skabies, gejala dan tanda manusia yang tertular penyakit skabies, cara penularan
penyakit scabies, dan pencegahan dan pengobatan penyakit skabies.

E. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan berjalan dengan baik, peserta dapat menyimak materi dengan baik selama
kegiatan berlangsung Setelah kegiatan penyuluhan berlangsung pun, warga aktif bertanya.
Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai pentingnya untuk
mengenali gejala-gejala penyakit skabies sehingga dapat dilakukan pencegahan penyebaran
penyakit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai