Skenario A Blok 18 THN 2021 Utk Dosen
Skenario A Blok 18 THN 2021 Utk Dosen
Seorang anak laki-laki, 13 tahun datang berobat ke Puskesmas dengan keluhan bercak merah
menebal di wajah, lengan dan badan disertai mati rasa dan demam sejak 1 pekan lalu. Kisaran 1
tahun lalu pasien merasakan telapak kaki kanannya berkurang rasa. Kisaran 2 bulan lalu timbul 2
buah bercak merah menebal pada di wajah ukuran biji jagung disertai mati rasa. Kisaran 1 pekan
timbul beberapa bercak merah menebal baru pada wajah bertambah banyak dan badan ukuran biji
jagung sampai uang logam. Bercak merah juga timbul di badan dan kedua lengan. Pasien ada
demam. Pasien mengeluhkan telapak kaki kanan terasa kebas. Pasien seorang pelajar. Pasien
tinggal serumah dengan saudara laki-laki yang pernah mengalami bercak putih mati rasa di tangan
dan kaki telah mendapatkan pengobatan selama 12 bulan.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign:
Nadi: 84 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 38,0oC
BB 50 kg, TB 158 cm
Keadaan spesifik: dalam batas normal
Pemeriksaan saraf tepi:
Palpasi: teraba penebalan saraf pada nervus tibialis posterior dekstra
Tes fungsi saraf:
- Ada gangguan fungsi sensorik rasa raba, nyeri dan suhu pada plantar pedis dextra.
- Tes otonom tidak dilakukan
- Tidak ada gangguan motorik
Status dermatologikus:
Regio facialis, truncus, extremitas superior dextra
plak eritem: multipel, numular-plakat, non homogen sebagian bagian sentral lebih pucat, diskret
sebagian konfluen,.
Learning objective:
Mahasiswa memahami tentang:
1. Menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi kulit
2. Menjelaskan efloresensi kulit dan pemeriksaan saraf tepi
3. Menjelaskan etiologi Morbus Hansen
4. Menjelaskan faktor risiko Morbus Hansen
5. Menjelaskan patogenesis Morbus Hansen
6. Menjelaskan respon imun terhadap infeksi Morbus Hansen
7. Menjelaskan manifestasi klinik Morbus Hansen
8. Menjelaskan manifestasi klinik reaksi Morbus Hansen
9. Membuat diagnosis dan diagnosis banding Morbus Hansen
10. Menjelaskan cara melakukan pemeriksaan penunjang pada kasus Morbus Hansen
11. Menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang tersebut
12. Menjelaskan penatalaksanaan Morbus Hansen dan reaksi
13. Menjelaskan farmakologi obat-obatan Morbus Hansen dalam dermatologi
14. Menjelaskan komplikasi Morbus Hansen
15. Menjelaskan prognosis Morbus Hansen
16. Menjelaskan kompetensi dokter umum dalam kasus ini
Klarifikasi Istilah
1. Mati rasa
2. plak
3. eritem
4. Multipel
5. Numular
6. Plakat
7. Diskret
8. Konfluen
9. Skuama
10. non homogen
11. sentral
Identifikasi Masalah
1. Seorang anak laki-laki, 13 tahun datang berobat ke Puskesmas dengan keluhan bercak merah
menebal di wajah, lengan dan badan disertai mati rasa dan demam sejak 1 pekan lalu. Kisaran
1 tahun lalu pasien merasakan telapak kaki kanannya berkurang rasa. Kisaran 2 bulan lalu
timbul 2 buah bercak merah menebal pada di wajah ukuran biji jagung disertai mati rasa.
Kisaran 1 pekan timbul beberapa bercak merah menebal baru pada wajah bertambah banyak
dan badan ukuran biji jagung sampai uang logam. Bercak merah juga timbul di badan dan
kedua lengan. Pasien ada demam. Pasien seorang pelajar. Pasien tinggal bersama kakak laki-
laki yang pernah mengalami bercak putih mati rasa di tangan dan kaki telah mendapatkan
pengobatan selama 12 bulan.
2. Pasien mengeluhkan telapak kaki kanan terasa kebas
3. Saudara laki-laki pasien memiliki riwayat keluhan bercak putih disertai mati rasa dan telah
menyelesaikan pengobatan rutin (12 bulan) kisaran 6 bulan lalu.
4. Pemeriksaan saraf tepi:
Palpasi: teraba penebalan saraf pada nervus tibialis posterior
Tes fungsi saraf:
- Ada gangguan fungsi sensorik rasa raba, nyeri dan suhu pada plantar pedis dextra
- Tes otonom tidak dilakukan
5. Tidak ada gangguan motorik
6. Status dermatologikus:
Regio facialis, truncus, extremitas superior dextra et sinistra:
plak eritem: multipel, numular-plakat, non homogen sebagian bagian sentral lebih pucat,
diskret sebagian konfluen,.
Analisis Masalah
1. Seorang anak laki-laki, 13 tahun datang berobat ke Puskesmas dengan keluhan bercak merah
menebal di wajah, lengan dan badan disertai mati rasa dan demam sejak 1 pekan lalu. Kisaran
1 tahun lalu pasien merasakan telapak kaki kanannya berkurang rasa. Kisaran 2 bulan lalu
timbul 2 buah bercak merah menebal pada di wajah ukuran biji jagung disertai mati rasa.
Kisaran 1 pekan timbul beberapa bercak merah menebal baru pada wajah bertambah banyak
dan badan ukuran biji jagung sampai uang logam. Bercak merah juga timbul di badan dan
kedua lengan. Pasien ada demam. Pasien mengeluhkan telapak kaki kanan terasa kebas.
a. Bagaimana anatomi, histologi dan fisiologi kulit?
b. Bagaimana mekanisme terjadinya bercak merah menebal di kulit?
c. Mengapa disertai mati rasa?
d. Bagaimana mekanisme mati rasa?
e. Bagaimana mekanisme demam?
f. Mengapa disertai demam?
3. Kakak laki-laki pasien memiliki riwayat keluhan bercak putih disertai mati rasa dan telah
menyelesaikan pengobatan rutin (12 bulan) kisaran 6 bulan lalu.
a. Apa hubungan riwayat sakit bercak putih disertai mati rasa yang pernah diderita kakak
laki-laki pasien dengan penyakit pasien?
Kerusakan nervus tibialis posterior pada MH akan menyebabkan anestesi pada telapak kaki,
dan bila tidak segera diobati dapat menyebabkan paralisis otot intrinsik kaki sehingga tidak
dapat menggunakan alas kaki biasa dan membutuhkan alas kaki khusus.
Kerusakan saraf (gangguan - Hilang sensasi yang jelas - Hilang sensasi kurang jelas
sensasi/ kelemahan otot yang - Hanya mengenai satu cabang - Banyak cabang saraf yang terkena
dipersarafi oleh saraf yang saraf
terkena)
Pemeriksaan SSS Tidak ditemukan BTA (BTA Ditemukan BTA (BTA positif)
negatif)
Reaksi tipe 2
Reaksi tipe 2 / eritema nodosum leprosum (ENL) merupakan reaksi hipersensitivitas tipe III
menurut Coomb dan Gell. Antigen berasal dari produk kuman yang telah mati dan bereaksi
dengan antibody membentuk kompleks antigen – antibodi. Kompleks antigen – antibody ini
akan mengaktivasi komplemen sehingga terjadi ENL. Jadi ENL merupakan reaksi humoral
yang merupakan manifestasi sindrom kompleks imun. Biasanya disertai gejala sistemik. Baik
reaksi tipe 1 maupun tipe 2 ada hubungannya dengan pemberian pengobatan antikusta, hanya
saja reaksi tipe 2 tidak lazim terjadi dalam 6 bulan pertama pengobatan, tetapi justru terjadi
pada akhir pengobatan karena basil telah menjadi granular.
Fenomena Lucio
Fenomena Lucio merupakan varian yang tidak biasa dari ENL. Fenomena Lucio terjadi pada
MH tipe LL difus. Timbul pada kasus MH yang tidak diobati. Etiopatogenesis belum dapat
dipahami seutuhnya. M.leprae ditemukan dalam jumlah banyak di endotel pembuluh darah
superfisial. Vaskulitis dan trombosis pada pembuluh darah superfisial dan deep menyebabkan
perdarahan dan kerusakan kulit.
ii. Selalu memeriksa dengan teliti apakah ada luka atau lecet sekecil apapun pada tangan dan
kaki
iii. Jika terjadi luka atau lecet, istirahatkan tangan atau kaki hingga sembuh.
Khusus
- MDT MB Hari pertama (supervisi) : 2 kapsul rifampisin 150 mg dan 300 mg, klofazimin
150 mg, dapson 50 mg.
- Hari ke 2 : klofazimin 50 mg selang sehari, dapson 50mg/hari)
Diasabilitas Okular
Keratitis dapat disebabkan berbagai faktor seperti mata kering, insensitivitas kornea dan lagoftalmus.
Keratitits dan lesi pada kamera okuli anterior, paling sering iritis, dapat menyebabkan kebutaan.
- Kelemahan dari hilangnya inervasi otot merupakan penyebab disabilitas. Saat benda tajam atau
panas tidak dapat dirasakan, terjadi trauma. Karena trauma lebih berat dibandingkan pada pasien
dengan sensasi normal, infeksi lebih mudah terjadi dan dapat menjadi lebih berat karena tidak ada
sensasi nyeri. Siklus berulang trauma dan infeksi menyebabkan destruksi jaringan yang berat.
Kontraktur sekunder akibat kelemahan otot atau pembentukan skar dapat menyebabkan
deformitas. Kulit telapak tangan dan kaki yang kering memperburuk kondisi ini.
- Insufisiensi vena, terjadi akibat keterlibatan endotel vena dalam, menyebabkan dermatitis stasis
dan ulkus tungkai.
3. Apa prognosis?
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanational : bonam
4. Bagaimana pencegahan?
Pencegahan penularan: Hindari kontak langsung terhadap anggota keluarga lainnya
Pencegahan cacat sekunder: Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka dan latihan
fisioterapi.
Hipotesis
Seorang anak laki-laki, 13 tahun mengalami bercak merah menebal disertai mati rasa pada regio
facialis, truncus, extremitas inferior sejak 2 bulan lalu akibat Morbus Hansen Multibasiler (MB)
dengan reaksi kusta tipe 1;