Anda di halaman 1dari 3

Struktur dan Fungsi Gigi

Gigi adalah alat pencernaan yang amat penting untuk membantu makanan agar mudah
dicerna. Umumnya, gigi terdiri dari beberapa bagian utama yaitu: enamel, dentin, pulpa dan
cementum/ tulang penyangga. Enamel merupakan substansi yang melapisi bagian gigi yang
terlihat, dan merupakan jaringan gigi yang terkeras (berwarna putih kekuningan). Dentin
adalah bagian tertebal dari jaringan gigi, dan mempunyai sifat yang menyerupai tulang. Pulpa
gigi merupakan suatu jaringan lunak, berisi syaraf dan pembuluh darah. Pulpa sangat peka
terhadap stimulasi zat kimia dan termis. Sedangkan akar gigi merupakan suatu jaringan ikat
yang menyerupai tulang yang dilapisi cementum (Combe,1992).

Fungsi dari enamel adalah untuk melindungi gigi dari kerusakan yang diakibatkan
oleh suasana mulut yang bersifat asam yang dapat menyebabkan gigi mengalami
pengeroposan atau aus atau karies. Enamel mempunyai struktur yang padat dan keras tetapi
masih permeabel (dapat ditembus) oleh ion dan molekul melalui struktur hipomineralisasi
(Combe, 1992).

Dentin adalah zat antara email (zat mahkota) atau semen dari gigi dan ruang pulpa.
Dentin merupakan bagian terluas dari struktur gigi yang meliputi seluruh panjang gigi dan
sangat peka terhadap sentuhan dan stimulan. Dentin lebih lembut daripada enamel, dan
membusuk lebih cepat serta lebih mudah untuk mengalami kerusakan jika tidak dirawat
sebagaimana mestinya. Namun tetap berfungsi sebagai lapisan protektif/pelindung dan
menyokong mahkota gigi. (Combe, 1992).

Ruang pulpa merupakan suatu jaringan lunak yang berisi saraf dan pembuluh darah
pada gigi bagian dalam. Pulpa sangat peka terhadap stimulasi/pengaruh rangsangan zat kimia
atau termis. Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras sehingga tidak memiliki ruang yang
cukup untuk membengkak jika terjadi peradangan atau luka. (Combe, 1992).

Bagian gigi berikutnya adalah Sementum gigi yang strukturnya menyerupai tulang
dan melapisi permukaan akar. Fungsi utamanya sebagai perekat serabut ligament periodontal
yang menahan gigi untuk tetap berhubungan dengan jaringan sekitarnya. Sementum
merupakan jaringan ikat kalsifikasi yang menyelubungi dentin akar dan tempat berinsersinya
bundle serabut kolagen. Kandungan zat organik dalam sementum sekitar 45-50% (Krstic,
1997).

Klasifikasi Gigi

Menurut Paramita (2000), jenis gigi terdiri dari:

a. Gigi seri (Incisivus)

Gigi ini letaknya berada di depan, bentuknya seperti pahat dan berfungsi untuk
memotong makanan dan mengiris makanan. Jumlahnya ada delapan, dengan
pembagian empat berada di rahang atas dan empat berada di rahang bawah. Gigi seri
rahang bawah erupsi pada usia lima - enam tahun dan gigi seri rahang atas erupsi pada
usia enam - tujuh tahun.

b. Gigi taring (Caninus)


Posisi gigi ini terletak pada sudut mulut, bentuknya runcing di sebelah gigi seri, dan
merupakan gigi yang paling panjang dalam rongga mulut. Fungsinya adalah untuk
mengiris makanan. Jumlahnya ada empat, dengan pembagian dua di tiap rahang, satu
dikiri dan satu dikanan, gigi caninus erupsi pada usia 11–13 tahun.

c. Gigi geraham kecil (Premolar)

Gigi ini jumlahnya delapan, dengan pembagian empat di tiap rahang, dua di sebelah
kiri dan dua di sebelah kanan. Gigi ini hanya ada pada gigi dewasa, dan letaknya
berada di belakang caninus. Erupsi pada usia 10–11 tahun. Gigi ini berfungsi untuk
melumatkan makanan.

d. Gigi geraham (Molar)

Gigi molar permanen berjumlah 12 dengan pembagian enam di tiap rahang, tiga di
tiap sisi kanan, dan tiga di sisi kiri letaknya dibelakang gigi premolar. Gigi molar
pertama erupsi pada usia enam-tujuh tahun, gigi molar kedua erupsi pada usia 11-13
tahun, gigi molar ketiga erupsi pada usia 17-21 tahun. Gigi ini berfungsi untuk
menggiling, menghaluskan, dan mengunyah makanan. Geraham ini mempunyai
permukaan yang berlekuk dengan benjolan–benjolan (cups) serta fissure sehingga
rentan terhadap karies.

Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

Perkembangan gigi dibagi dalam 3 tahap, yaitu : tahap pra-erupsi, tahap pra- fungsional
(tahap erupsi), dan tahap fungsional

1. Tahap Pra-Erupsi

Tahap pra-erupsi, yaitu saat mahkota gigi terbentuk dan posisinya dalam tulang
rahang cukup stabil (intraosseus), ketika akar gigi mulai terbentuk dan gigi mulai
bergerak di dalam tulang rahang ke arah rongga mulut, penetrasi mukosa, dan pada
saat akar gigi terbentuk setengah sampai tiga perempat dari panjang akar (Bhaskar,
S.N. 1980)

2. Tahap Pra-Fungsional/Pra-Oklusal (Tahap Erupsi)

Erupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin ‘erumpere’, yang berarti
menetaskan. Erupsi gigi adalah suatu proses pergerakan gigi secara aksial yang
dimulai dari tempat perkembangan gigi di dalam tulang alveolar sampai akhirnya
mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi merupakan suatu
proses yang berkesinambungan dimulai dari tahap pembentukan gigi sampai gigi
muncul ke rongga mulut. (Bhaskar, S.N. 1980)

3. Tahap Fungsional/Tahap Oklusal

Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal dan
berlangsung bertahun-tahun. Selama tahap ini gigi bergerak ke arah oklusal, mesial,
dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap ini bertujuan untuk mengimbangi
kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik
kontak proksimal dipertahankan. (Bhaskar, S.N. 1980)

Daftar Pustaka

Bhaskar, S.N. Development and Growth of Teeth 9th Edition. London : The CV Mosby Co

Combe, E. C. 1992. Notes On Dental Material 6th Edition. Edinburg : Churchill Livingstone

Kristic, R. V. 1997. Human Microscopic Anatomu An Atlas For Student And Biology.
Switzerland : Springer

Paramitha, P. 2000. Memahami Pertumbuhan dan Kelainan Anak. Jakarta : Trubus


Agriwidya.

Anda mungkin juga menyukai