Anda di halaman 1dari 47

KUP

SANKSI ADMINISTRASI BERUPA - BUNGA

Batas CIPTAKER
Jangka Waktu
N Pasal Produk Hukum Penyebab Sanksi Bunga Waktu
o Awal (Dimulai Dari) Akhir
(s.d)
STP
sampai dengan tanggal Suku bunga awal
1 Pasal 8 (2) Sebelum Diperiksa, Lalu Pembetulan SPT Tahunan 2% saat penyampaian SPT berakhir -
pembayaran tahun + 5%
Pembetulan sendiri SPT Tahunan yang menyebabkan 12
Utang pajak jd lebih besar

STP
sampai dengan tanggal Suku bunga awal
2 Pasal 8 (2a) Sebelum Diperiksa, Lalu Pembetulan SPT Masa 2% sejak jatuh tempo pembayaran -
pembayaran tahun + 5%
12

STP
sampai dengan tanggal Suku bunga awal
3 Pasal 9 (2a) Terlambat Bayar Pajak Masa 2% tanggal jatuh tempo pembayaran -
pembayaran tahun + 5%
12

Suku bunga awal


STP berakhirnya batas waktu penyampaian Surat sampai dengan
4 Pasal 9 (2b) Terlambat Bayar Pajak Tahunan 2% - tahun + 5%
Pemberitahuan Tahunan tanggal pembayaran
12

Suku bunga awal


dihitung sejak saat terutangnya pajak atau sampai dengan
SKPKB tahun + 15%
5 Pasal 13 (2) Kurang Bayar Pajak Setelah Diperiksa 2% berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun diterbitkannya Surat 24 Bulan
12
Pajak, atau Tahun Pajak Ketetapan Pajak Kurang
Bayar
Diterbitkan NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP
secara jabatan
SKPKB
dari jumlah pajak yang tidak atau
6 Pasal 13 (5) diterbitkan SKPKB setelah j.w 5 Tahun (akibat ada 48% - -
kurang dibayar
Tindakan Pidana)
saat terutangnya pajak atau Suku bunga awal
STP diterbitkannya Surat
Diterbitkan STP karena PPh tidak atau kurang dibayar 2% berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun 24 Bulan tahun + 5%
Tagihan Pajak
Pajak, atau Tahun Pajak 12
7 Pasal 14 (3)
saat terutangnya pajak atau Suku bunga awal
STP diterbitkannya Surat
Dari hasil penelitian terdapat kekurangan 2% berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun 24 Bulan tahun + 5%
Tagihan Pajak
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan Pajak, atau Tahun Pajak 12
salah hitung
jumlah pajak yang ditagih kembali,
STP
dihitung dari tanggal penerbitan Surat
8 Pasal 14 (5) PKP Gagal Produksi & Sudah diberikan pengembalian 2% tanggal penerbitan STP -
Keputusan Pengembalian Kelebihan
PM
Pembayaran Pajak
SKPKBT
dari jumlah pajak yang tidak atau
9 Pasal 15 (4) diterbitkan SKPKBT setelah j.w 5 Tahun (akibat ada 48% - -
kurang dibayar
Tindakan Pidana)
tanggal pelunasan atau tanggal Suku bunga awal
STP Telat Bayar SKPKB, SK. Pembetulan, SK.
1 Pasal 19 (1) 2% tanggal jatuh tempo diterbitkannya Surat - tahun + 0%
Keberatan, Putusan Banding Yang
0 Tagihan Pajak 12
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus
dibayar bertambah, saat jatuh tempo tidak/
kurang di bayar
1 Pasal 19 (2) STP Mengangsur & Menunda Bayar Pajak 2% tanggal jatuh tempo (Sisa Angsuran) Pembayaran Angsuran - Suku bunga awal
1 tahun + 0%
12

Saat berakhirnya batas waktu tanggal dibayarnya Suku bunga awal


Pasal 19 (3) STP Menunda Penyampaian SPT Tahunan 2% -
1 penyampaian SPT kekurangan pembayaran tahun + 0%
2 12
tersebut

Ngitung Bunga atas SKP diitungnya darii akhir tahun pajak (diitung dr januari sampe terbit keputusan)

SPT  LB  Imbalan bunga  ngitung bunganya dari berakhirnya SPT Badab sampai dengan produk hukumnya diterbitkan

Produk hukum yang dapat diajukan keberatan oleh WP (Pasal 25 ayat (1) KUP):
 SKPKB
 SKPKBT
 SKPLB
 SKPN
 Potput

Susunan Pengadilan pajak : Pimpinan (Ketua, dan wakil ketua paling banyak 5 org) , hakim anggota, sekretaris dan panitera

Tanggapan : 7 hari, perpanjangan 3 hari


KUP
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA - DENDA

Produk
N Pasal Sanksi DENDA Basis Hitungan CIPTAKER
Hukum
o
SPT Masa PPN Rp 500.000 Per Masa Pajak
SPT Masa Selain PPN Rp 100.000 Per Masa Pajak
1 Pasal 7 (1) STP SPT Tahunan Orang Pribadi Rp 100.000 Per Tahun Pajak
SPT Tahunan Badan Rp 1.000.000 Per Tahun Pajak
Sudah Diperiksa, Lalu Pembetulan Sendiri dan Belum Disidik
2 Pasal 8 (3) SKPKB 150% Dari Pajak Kurang Dibayar 100%
Pasal 38 (Ada Indikasi
Pidana) dengan kemauan sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak 1%
membuat faktur pajak
atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu
3 Pasal 14 (4) STP Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak 2% DPP
mengisi faktur pajak
secara lengkap

PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa


penerbitan faktur pajak
jumlah pajak berdasarkan keputusan
SK.
4 Pasal 25 (9) Keputusan Keberatan di Tolak atau dikabulkan sebagian 50% keberatan - pajak yang telah dibayar
Keberatan
sebelum mengajukan keberatan
jumlah pajak berdasarkan putusan banding -
Putusan
5 Pasal 27 Putusan Banding di Tolak atau dikabulkan sebagian 100% pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
Banding
(5d) keberatan
KUP
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA - KENAIKAN

No Pasal Produk Sanksi Kenaikan Basis Hitungan ciptaker


Hukum
Sudah Diperiksa, Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum
1 Pasal 8 (5) SKPKB 50% Dari Pajak Kurang Dibayar Suku bungan acuan +10%,
terbitnya SKP (Tidak Ada Pidana)
12
Maksimal 24 bln
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf
c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
2 Pasal 13 (3) SKPKB b. Surat pemberitahuan tidak disampaikan,dan telah ditegur scr 50% Dari PPh Tidak/Kurang
tertulis Dibayar
c. PPN/PPnBM tidak seharusnya di kompensasikan selisih lebih pajak 100% Dari PPh yang tidak/
atau seharusnya tidak dikenai tarif 0% kurang dibayar/ dr PPN /
PPnBM tidak/ kurang
dibayar
d. Kewajiban dalam pasal 28 dan 29 (menyelenggarakan pembukuan 100% Dari PPN/PPnBM
dan meminjamkan dokumen saat ada pemeriksaan) tidak terpenuhi Tidak/Kurang Dibayar
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak terutang
3 Pasal 15 (2) SKPKBT Kekurangan Pajak pada SKPKBT 100% Dari Pajak Kurang Dibayar
kealpaannya tidak menyampaikan spt atau menyampaikan spt,
tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
4 Pasal 13A SKPKB 200% Dari Pajak Kurang Dibayar
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara
5 Pasal 17C SKPKB Wajib Pajak Kriteria Tertentu, Diperiksa Terdapat SKPKB 100% Dari Pajak Kurang Dibayar
6 Pasal 17D SKPKB Wajib Pajak Persyaratan Tertentu (pengembalian pendahuluan), 100% Dari Pajak Kurang Dibayar
Diperiksa Terdapat SKPKB
KUP
SANKSI ADMINISTRASI -
PIDANA

Sanksi Denda Sanksi


N Pasa Penyeba Pidana
o l b Sanksi Paling Sedikit Paling Banyak Paling Paling
Singkat Lama
Setiap orang yang karena kealpaannya : tidak
1 Pasal menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, 1 (satu) kali jumlah 2 (dua) kali jumlah 3 (tiga) 1 (satu)
38 tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau pajak terutang pajak terutang bulan tahun
melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar. perbuatan setelah perbuatan yang
pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13A
pasal setiap orang yang dengan sengaja (a s.d i) 2 (dua) kali jumlah pajak 4 (empat) kali 6 6 (enam)
39 (1) - tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh terutang jumlah pajak (enam) tahun
NPWP atau melaporkan usahanya untuk terutang bulan
2 dikukuhkan sbg PKP
- Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa
hak NPWP/PKP
- Tidak menyampaikan spt
- Menyampaikan spt tapi tidak lengkap
- Menolak untuk dilakukan pemeriksaan
- Memperlihatkan buku-buku atau dokumen
lain yang ternyata palsu/dipalsukan
- Tidak menyetorkan pajak yang telah
dipotong atau dipungut
Pasal ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan
39 (2) sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan pada ayat (1) --> Pengulangan
Kesengajaan
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk 2 (dua) kali jumlah 4 (empat) kali
Pasal melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau restitusi yang jumlah restitusi 6 2 (dua)
39 (3) menggunakan tanpa hak NPWP/NPPKP, dimohonkan dan/atau yang dimohonkan (enam) tahun
menyampaikan SPT keterangan yang isinya kompensasi atau dan/atau bulan
tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka pengkreditan yang kompensasi atau
mengajukan permohonan restitusi atau dilakukan pengkreditan yang
melakukan kompensasi pajak atau dilakukan
pengkreditan pajak
Setiap orang yang dengan sengaja : 6 (enam) kali jumlah
*menerbitkan dan/atau menggunakan faktur 2 (dua) kali jumlah pajak pajak dalam faktur
3 Pasal pajak, bukti pemungutan pajak, bukti dalam faktur pajak, pajak, bukti 2 (dua) 6 (enam)
39A pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran bukti pemungutan pemungutan pajak, tahun tahun
pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang pajak, bukti bukti pemotongan
sebenarnya pemotongan pajak, pajak, dan/atau
*menerbitkan faktur pajak tetapi belum dan/atau bukti setoran bukti setoran pajak
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pajak
Pejabat yang karena kealpaanya tidak
Pasal memenuhi kewajiban merahasiakan hal - Rp25.000.000,00 (dua - 1 (satu)
41 (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 puluh lima juta tahun
4 (Kerahasiaan Data Wajib Pajak) rupiah)
Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi
Pasal kewajibannya atau seseorang yang - Rp50.000.000,00 - 2 (dua)
41 (2) menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban (lima puluh juta tahun
pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 rupiah)
(Kerahasiaan Data Wajib Pajak)
Setiap orang yang wajib memberikan
5 Pasal keterangan atau bukti yang diminta - Rp25.000.000,00 (dua - 1 (satu)
41A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi puluh lima juta tahun
dengan sengaja tidak memberi keterangan atau rupiah)
bukti, atau memberi keterangan atau bukti
yang tidak benar
Setiap orang yang dengan sengaja Rp75.000.000,00
6 Pasal menghalangi atau mempersulit penyidikan - (tujuh - 3 (tiga)
41B tindak pidana di bidang perpajakan puluh lima tahun
juta
rupiah)

Setiap orang (Bank, Akuntan Publik, Notaris,


Pasal Konsultan Pajak, Kantor Administrasi, dan Pihak - Rp1.000.000.000,00 - 1 (satu)
41C Ketiga Lainnya) yang dengan sengaja tidak (satu miliar rupiah) tahun
(1) memenuhi kewajiban untuk memberikan data
dan informasi yang berkaitan dengan
7 perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak -->
Pasal 35A ayat (1)
Setiap orang (Bank, Akuntan Publik, Notaris,
Konsultan Pajak, Kantor Administrasi, dan Pihak
Pasal Ketiga Lainnya) yang dengan sengaja - Rp800.000.000,00 - 10
41C menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban (delapan ratus juta (sepuluh)
(2) pejabat dan pihak lain untuk memberikan data rupiah) bulan
dan informasi yang berkaitan dengan
perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak -->
Pasal 35A ayat (1)
Setiap orang yang dengan sengaja tidak
Pasal memberikan data dan informasi yang diminta - Rp800.000.000,00 - 10
41C oleh Dirjen Pajak sebagaimana dimaksud dalam (delapan ratus juta (sepuluh)
(3) Pasal 35A ayat (2) rupiah) bulan

Setiap orang yang dengan sengaja


8 Pasal menyalahgunakan data dan informasi - Rp500.000.000,00 - 1 (satu)
41C perpajakan, sehingga menimbulkan kerugian (lima ratus juta tahun
(4) pada negara rupiah)
DAFTAR OBJEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN

No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat


I PPh Pasal 4 ayat (2)
1. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI
Dasar Hukum : PP No. 131 Tahun 2000 jo
PP No. 123 Tahun 2015
Bunga dari deposito dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang dananya
bersumber dari Devisa Hasil Ekspor dan ditempatkan di dalam negeri pada bank
yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia :
 Untuk deposito dengan jangka waktu 1 bulan 10% Jumlah Bruto Bunga
 Untuk deposito dengan jangka waktu 3 bulan 7,5% Jumlah Bruto Bunga
 Untuk deposito dengan jangka waktu 6 bulan 2,5% Jumlah Bruto Bunga
 Untuk deposito dengan jangka waktu lebih dari 6 bulan 0% Jumlah Bruto Bunga

Bunga dari deposito dalam mata uang rupiah yang dananya bersumber dari
Devisa Hasil Ekspor dan ditempatkan di dalam negeri pada bank yang didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia : Final
 Untuk deposito dengan jangka waktu 1 bulan 7,5% Jumlah Bruto Bunga
 Untuk deposito dengan jangka waktu 3 bulan 5% Jumlah Bruto Bunga
 Untuk deposito dengan jangka waktu 6 bulan atau lebih dari 6 0% Jumlah Bruto Bunga
bulan

Bunga dari tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia, serta bunga dari 20% (untuk WPDN & Jumlah Bruto Bunga
deposito selain dari deposito diatas BUT);
20% atau Tarif P3B
(untuk WPLN)

Pengecualian:
a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah
deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,00
dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan
di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau
diperoleh Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan,
sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992
Tentang Dana Pensiun.
d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kapling siap bangun
untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun
sederhana sepanjang untuk dihuni sendiri.

2. Transaksi Saham Di Bursa Efek


Dasar Hukum : PP No. 41 Tahun 1994 jo. Final
PP No. 14 Tahun 1997
Penyetoran : max
a. Bukan Saham Pendiri 0,1% X Nilai Transaksi  Bukan saham Pendiri tgl20 bulan
(0,1% X Nilai Transaksi) + (0,5% X nilai saham pasar saat berukutnya
b. Saham Pendiri
Penawaran Umum Perdana (IPO)) Pelaporan
- Ipo : tgl 20
- Selain IPO : TGL
25
3. Bunga atau Diskonto Obligasi yang Diperdagangkan di Bursa Efek Dasar
Hukum : PP No. 55 TAHUN 2019
a. Bunga Obligasi dengan kupon (interest bearing bond)
1. WP DN & BUT 15 % Jumlah bruto bunga sesuai dengan
2. WP LN selain BUT 20 % atau Tarif masa kepemilikan obligasi
berdasarkan P3B

Final
b. Diskonto Obligasi dengan kupon 15 % Selisih lebih harga jual atau nilai
1. WP DN & BUT 20 % atau Tarif nominal di atas harga perolehan
2. WP LN selain BUT berdasarkan P3B obligasi, tidak termasuk bunga
berjalan

c. Diskonto Obligasi tanpa bunga (zero coupon bond) 15 % Selisih lebih harga jual atau nilai
1. WP DN & BUT 20 % atau Tarif nominal di atas harga perolehan
2. WP LN selain BUT berdasarkan P3B obligasi
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
d. bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh
Wajib Pajak reksadana dan Wajib Pajak dana investasi infrastruktur
berbentuk kontrak investasi kolektif, dan efek beragun asset yang
berbentuk kontrak investasi kolektif yang terdaftar atau tercatat pada Jumlah bruto bunga sesuai dengan
Otoritas Jasa Keuangan masa kepemilikan obligasi / Selisih
1. sampai dengan tahun 2020 5% lebih harga jual atau nilai nominal di
2. untuk tahun 2021 sampai dengan tahun seterusnya 10 % atas harga perolehan obligasi

4. Hadiah Undian
Dasar Hukum : PP No. 132 Tahun 2000
25% Jumlah Bruto Hadiah Undian Final
KEP-395/PJ./2001

5. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan Dasar


Hukum : PP Nomor 34 Tahun 2017 10% Jumlah Bruto Final

6. Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Dasar


Hukum : PP No. 34 Tahun 2016

a. Wajib Pajak yang melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah 2,5% Jumlah Bruto Nilai Pengalihan
dan/atau bangunan

b. Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau 0% Jumlah Bruto Nilai Pengalihan Final
bangunan kepada pemerintah, BUMN yang mendapat penugasan khusus
dari Pemerintah, atau BUMD yang mendapat penugasan khusus dari
kepala daerah, mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.

c. pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana 1% Jumlah Bruto Nilai Pengalihan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

7. Usaha Jasa Konstruksi


Dasar Hukum : PP No. 51 Tahun 2008 jo.
PP No. 40 Tahun 2009

a. Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang 2% Penghasilan bruto
memiliki kualifikasi usaha kecil

b. Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang 4% Penghasilan bruto
tidak memiliki kualifikasi usaha

c. Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain 3% Penghasilan bruto Final
Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b

d. Jasa Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang


dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha 4% Penghasilan bruto

e. Jasa Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang


dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha 6% Penghasilan bruto

8. Penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau


pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya Jumlah Bruto Nilai Transaksi
Dasar Hukum : PP No. 4 Tahun 1995 0,1 % Penjualan/ Pengalihan Penyertaan Final
Modal
Syarat :
a. merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang melakukan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
dan
b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

9. Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu
Dasar Hukum : PP No. 23 Tahun 2018
0,5% Penghasilan bruto Final
PMK No 99/PMK.03/2018

Syarat :
a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap; dan
b. menerima, penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu)
Tahun Pajak.

10. Diskonto Surat Perbendaharaan Negara Dasar 20% selisih lebih antara nilai nominal pada Final
Hukum : PP No. 27 Tahun 2008 saat jatuh tempo dengan harga
perolehan di Pasar Perdana atau di
Pasar Sekunder; atau harga jual di
Pasar Sekunder dengan harga
perolehan di Pasar Perdana atau di
Pasar Sekunder,

11. Dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam 10% Penghasilan Bruto Final
Negeri
Dasar Hukum : PP No. 19 Tahun 2009
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

12. Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Oleh Koperasi Kepada Anggota Penghasilan Bruto Final
Koperasi Orang Pribadi
Dasar Hukum : PP No. 15 Tahun 2009

a. Penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp 0%


240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan

b. jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih 10%
dari Rp 240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah)

13. Revaluasi Aktiva Tetap 10% Selisih lebih revaluasi Final


Dasar Hukum : PMK 79/PMK.03/2008

II PPh Pasal 15
Dasar Hukum : Pasal 15 UU Nomor 36 Tahun 2008 248/KMK.04/1995
416/KMK.04/1996
417/KMK.04/1996
475/KMK.04/1996
KEP-667/PJ./2001

1. Pelayaran Dalam Negeri


1,2% Peredaran Bruto Final
2. Penerbangan Dalam Negeri
1,8% Peredaran Bruto
3. Pelayaran dan atau Penerbangan Luar Negeri
2,64% Peredaran Bruto Final Final
4. WP LN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia
0,44% Nilai Ekspor Bruto
(Tarif berbeda apabila
terdapat Tax Treaty) Final bagi
5. Pihak-pihak yang melakukan kerjasama dalam bentuk Perjanjian Bangunan 5% WPOP
Guna Serah (Built Operate and Transfer) Jumlah Bruto dari Nilai Tertinggi
antara Nilai Pasar dengan NJOP Bagian
Bangunan yang Diserahkan
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

III PPh Pasal 21


Dasar Hukum : Pasal 21 UU Nomor 36 Tahun 2008
252/PMK.03/2008
PER-16/PJ/2016
PP No. 80 Tahun 2010 jo. 262/PMK.03/2010
16/PMK.03/2010
433/KMK.04/1994 jo. SE-17/PJ.43/1994
Pasal 17 UU PPh PKP = PB - (BJ + IP) – PTKP PKP = (PB
1. penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap
Pasal 17 UU PPh – BP) – PTKP
2. penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur (Biaya Pensiun sebesar 5% dari
(Penerima pensiun berkala) berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya penghasilan bruto,
setinggi-tingginya Rp200.000 sebulan
atau Rp2.400.000 setahun)
3. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas kecuali tenaga
ahli, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan
atau upah yang
a. dibayarkan secara bulanan
Pasal 17 UU PPh PKP = PB disetahunkan – PTKP
b. tidak dibayar secara bulanan

- Apabila penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari telah 5% jumlah penghasilan yang melebihi Rp
melebihi Rp 450.000 sehari sepanjang penghasilan kumulatif yang 200.000,00 (dua ratus ribu) sehari
diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp
4.500.000,00
PKP = PB – PTKP untuk jumlah hari
- Apabila telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan 5% kerja yang sebenarnya
kalender melebihi Rp 4.500.000,00 tetapi tidak melebihi Rp (PTKP sehari ditetapkan sebesar PTKP
10.200.000 setahun sesuai dengan statusnya
dibagi dengan 360))
PKP = PB disetahunkan – PTKP
- Apabila telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) Pasal 17 UU PPh
bulan kalender melebihi Rp 10.200.000
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
4. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan

a. imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan


b. imbalan yang bersifat berkesinambungan Pasal 17 UU PPh 50% dari jumlah penghasilan bruto PKP Kumulatif
- Memenuhi Ketentuan
Pasal 17 UU PPh = (50% x PB) – PTKP Kumulatif
- Tidak Memenuhi Ketentuan
Pasal 17 UU PPh 50% dari jumlah penghasilan bruto Kumulatif
Ketentuan PER - 16/PJ/2016Pasal 13 ayat (1):
yang bersangkutan telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan
hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan Pemotong
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 serta tidak memperoleh penghasilan
lainnya

5. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas 50% dari jumlah penghasilan bruto
Pasal 17 UU PPh
namanya sendiri Kumulatif

6. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang PB
Pasal 17 UU PPh
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun

7. honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau
diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak Pasal 17 UU PPh PB Kumulatif
merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama

8. jasa produksi , tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat
tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai Pasal 17 UU PPh PB Kumulatif

9. penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus
sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Pasal 17 UU PPh PB Kumulatif
Menteri Keuangan
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
10. Honorarium yang dananya dari keuangan negara/ daerah yang diterima oleh
Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/POLRI, serta para pensiunannya :

a. PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota POLRI
Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya; 0% PB Final

b. PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat
Perwira Pertama, dan Pensiunannya;
5% PB Final
c. Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI
Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan
Pensiunannya. 15% PB Final

11. Uang Pesangon yang diterima atau diperoleh Pegawai yang dibayarkan
sekaligus (sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender) :
a. s.d. Rp. 50 juta
b. > Rp. 50 juta s.d. Rp. 100 juta
0% PB Final
c. > Rp. 100 juta s.d. Rp. 500 juta
5% PB Final
d. > Rp. 500 juta
15% PB Final
Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang 25% PB Final
diterima atau diperoleh Pegawai yang dibayarkan sekaligus (sebagian atau
seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)
tahun kalender)
a. s.d. Rp. 50 juta
b. > Rp. 50 juta
0% PB Final
5% PB Final
12. Penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang diterima oleh Tenaga
Asing (Expatriate) yang telah berstatus sebagai WPDN
Pasal 17 UU PPh PKP= (PB - (BJ + BP) - PTKP
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
13. Penghasilan dari pekerjaan yang diterima oleh Tenaga Asing (Expatriate)
yang bekerja pada Perusahaan Pengeboran Migas :
a. General Manager Pasal 17 UU PPh US$ 11.275 per bulan
b. Manager Pasal 17 UU PPh US$ 9.350 per bulan
c. Supervisor/ Tool Pusher Pasal 17 UU PPh US$ 5.830 per bulan
d. Assisten Supervisor/ Tool Pusher Pasal 17 UU PPh US$ 4.510 per bulan
e. Crew Lainnya Pasal 17 UU PPh US$ 3.245 per bulan

Catatan :
Bagi Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih
tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
Ket :
PKP : Penghasilan Kena Pajak
PB : Penghasilan Bruto
BJ : Biaya Jabatan
IP : Iuran Pensiun
BP : Biaya Pensiun
IV PPh Pasal 22
Dasar Hukum : Pasal 22 UU Nomor 36 Tahun 2008
34/PMK.010/2017 Jo. PMK 110/PMK.03/2018
1. Pembelian Barang oleh Bendaharawan pemerintah, Bendahara Pengeluaran, 1,5% Harga Pembelian
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), dan BUMN
2. Impor Barang :
a) barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I 10% Nilai Impor
PMK 110/PMK.03/2018 dengan atau tanpa menggunakan
Angka Pengenal Impor (API)

b) barang barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam 7,5% Nilai Impor
Lampiran II PMK 110/PMK.03/2018dengan atau tanpa
menggunakan API
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
c) barang berupa kedelai, gandum, dan tepung terigu 0,5% Nilai Impor
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III PMK PMK
110/PMK.03/2018dengan menggunakan API

d) selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya sebagaimana 2,5% Nilai Impor
dimaksud pada huruf a) dan huruf b) dan huruf c), yang
menggunakan API

e) barang sebagaimana dimaksud pada huruf c) dan huruf d) yang 7,5% Nilai Impor
tidak menggunakan API

f) barang yang tidak dikuasai 7,5% Harga Jual Lelang

3. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan 1,5% Nilai Ekspor
logam, sesuai uraian barang dan pos tarif/Harmonized System (HS)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 34/PMK.010/2017 oleh
eksportir kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang terikat dalam
perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya

4. Industri Semen
0,25% DPP PPN
5. Industri farmasi
0,3% DPP PPN
6. Industri Kertas
0,1% DPP PPN
7. Industri Baja
0,3% DPP PPN
8. Industri Otomotif
0,45% DPP PPN
9. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM) 0,45% DPP PPN
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
10. Pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, 0,25% Harga Pembelian
peternakan, dan perikanan yang belum melalui industir manufaktur oleh (tidak termasuk PPN)
badan usaha industry atau eksportir yang bergerak dalam sector
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan

11. Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan
1,5% Harga Pembelian
atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan oleh industri atau
(tidak termasuk PPN)
badan usaha

12. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang memproduksi emas
0,45% harga jual emas batangan
batangan, termasuk badan usaha yang memproduksi emas batangan melalui
pihak ketiga

13. Bahan Bakar Minyak dan Gas SPBU


Swastanisasi Pertamina

a. Premium 0,3% 0,25% Penjualan


- Penyalur/Agen
b. Solar 0,3% 0,25% Penjualan
= Final
c. Premix/Super TT 0,3% 0,25% Penjualan
- Selain
Penyalur/Agen
d. Minyak Tanah 0,3% Penjualan
= Tidak Final
0,3% Penjualan
e. Gas/LPG
0,3% Penjualan Pelumas
f. Pelumas
=Tidak Final
14. Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah Dasar
Hukum : Pasal 22 UU Nomor 36 Tahun 2008
PMK 92/PMK.03/2019

a. Rumah pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi; 5%


b. kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya; 5%
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

c. rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga 1%


pengalihannya lebih dari Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar
rupiah) atau luas bangunan lebih dari 400m2 (empat ratus meter
persegi);

d. apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau 1% Harga jual
pengalihannya lebih dari Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar
rupiah) atau luas bangunan lebih dari 150m2 (seratus lima puluh
meter persegi);

e. kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 5%


10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi
purpose vehicle (MPV), minibus, dan sejenisnya, dengan harga
jual lebih dari Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) atau dengan
kapasitas silinder lebih dari 3.000cc; dan/atau

f. kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih 5%
dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) atau dengan
kapasitas silinder lebih dari 250cc.

V PPh Pasal 23 Tidak Final


Dasar Hukum : Pasal 23 UU Nomor 36 Tahun 2008
141/PMK.03/2015

1. Dividen 15% Jumlah Bruto

2. Bunga 15% Jumlah Bruto

15% Jumlah Bruto


3. Royalti

15% Jumlah Bruto


4. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali 2% Jumlah Bruto tidak termasuk PPN
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang
telah dikenai PPh Final pasal 4 (2)

6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa 2% Jumlah Bruto tidak termasuk PPN
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong PPh Pasal 21

7. Jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21, yang terdiri dari 2% Jumlah Bruto tidak termasuk PPN
(141/PMK.03/2015):
a. Jasa penilai (appraisal)
b. Jasa aktuaris
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
d. Jasa hukum
e. Jasa arsitektur
f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
g. Jasa perancang (design)
h. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap

i. Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan


minyak dan gas bumi (migas), berupa :
1) jasa penyemenan dasar (primary cementing) yaitu penempatan
bubur semen secara tepat diantara pipa selubung dan lubung
sumur
2) jasa penyemenan perbaikan (remedial cementing), yaitu
penempatan bubur semen untuk maksud-maksud :
a) penyumbatan kembali formasi yang sudah kosong;
b) penyumbatan kembali zona yang berproduksi air;
c) perbaikan dari penyemenan dasar yang gagal;
d) penutupan sumur;
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

3) jasa pengontrolan pasir (sand control), yaitu jasa yang menjamin


bahwa bagian-bagian formasi yang tidak terkonsolidasi tidak
akan ikut terproduksi ke dalam rangkaian pipa produksi dan
menghilangkan kemungkinan tersumbatnya pipa
4) jasa pengasaman (matrix acidizing), yaitu pekerjaan untuk
memperbesar daya tembus formasi yang menaikan produktivitas
dengan jalan menghilangkan material penyumbat yang tidak
diinginkan
5) jasa peretakan hidrolika (hydraulic), yaitu pekerjaan yang
dilakukan dalam hal cara pengasaman tidak cocok, misalnya
perawatan pada formasi yang mempunyai daya tembus sangat
kecil
6) jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing), yaitu
jasa yang dikerjakan untuk menghilangkan cairan buatan yang
berada dalam sumur baru yang telah selesai, sehingga aliran yang
terjadi sesuai dengan tekanan asli formasi dan kemudian menjadi
besar sebagai akibat dari gas nitrogen yang telah dipompakan ke
dalam cairan buatan dalam sumur
7) jasa uji kandung lapisan (drill stem testing), penyelesaian
sementara suatu sumur baru agar dapat mengevaluasi
kemampuan berproduksi
8) jasa reparasi pompa reda (reda repair)
9) jasa pemasangan instalasi dan perawatan
10) jasa penggantian peralatan/material
11) jasa mud logging, yaitu memasukkan lumpur ke dalam sumur
12) jasa mud engineering
13) jasa well logging & perforating
14) jasa stimulasi dan secondary decovery
15) jasa well testing & wire line service
16) jasa alat kontrol navigasi lepas pantai yang berkaitan dengan
drilling
17) jasa pemeliharaan untuk pekerjaan drilling
18) jasa mobilisasi dan demobilisasi anjungan drilling
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

19) Jasa directional drilling dan surveys


20) Jasa exploratory drilling;
21) Jasa location stacking/positioning
22) Jasa penelitian pendahuluan;
23) Jasa pembebasan lahan
24) Jasa penyiapan lahan pengeboran seperti pembukaan
lahan, pembuatan sumur air, penggalian
lubang cadangan, dan lain-lain
25) Jasa pemasangan peralatan rig
26) Jasa pembuatan lubang utama dan pembukaan lubang rig
27) Jasa pengeboran lubang utama dengan mesin bor kecil
28) Jasa penggalian lubang tambahan
29) Jasa penanganan penempatan sumur dan akses
transportasi
30) Jasa penanganan arus pelayanan (service line) dan
komunikasi
31) Jasa pengelolaan air (water system)
32) Jasa penanganan rigging up dan/atau rigging down
33) Jasa pengadaan sumber daya manusia dan sumber daya lain
seperti peralatan (tools), perlengkapan (equipment) dan
kelengkapan lain
34) Jasa penyelaman dan/atau pengelasan
35) Jasa proses completion untuk membuat sumur siap
digunakan
36) Jasa pump fees
37) Jasa pencabutan peralatan bor
38) Jasa pengujian kadar minyak
39) Jasa pengurusan legalitas usaha
40) Jasa sehubungan dengan lelang
41) Jasa seismic reflection studies
42) Jasa survey geomagnetic, gravity, dan survey lainnya; dan
43) Jasa lainnya yang sejenisnya yang terkait di bidang
pengeboran migas, produksi dan/atau penutupan
pertambangan minyak dan gas bumi (migas)
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

j. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas


bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas)
1) jasa pengeboran
2) jasa penebasan
3) jasa pengupasan dan pengeboran
4) jasa penambangan
5) jasa pengangkutan/ sistem transportasi, kecuali jasa
angkutan umum
6) jasa pengolahan bahan galian
7) jasa reklamasi tambang
2% Jumlah Bruto tidak termasuk PPN
8) jasa pelaksanaan mekanikal, elektrikal, manufaktur,
fabrikasi dan penggalian/pemindahan tanah
9) Jasa pelaksanaan mekanikal, elektrikal, manufaktur,
fabrikasi, dan penggalian/pemindahan tanah
10) Jasa mobilisasi dan/atau demobilisasi
11) Jasa pengurusan legalitas usaha
12) Jasa peminjaman dana
13) Jasa pembebasan lahan
14) Jasa stockpiling; dan
15) jasa lainnya yang sejenis di bidang pertambangan umum
k. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara:
1) bidang aeronautika, termasuk :
a) jasa pendaratan, penempatan, penyimpanan pesawat udara
dan jasa lain sehubungan dengan pendaratan pesawat
udara
b) jasa penggunaan jembatan pintu (avio bridge)
c) jasa pelayanan penerbangan
d) jasa ground handling, yaitu pengurusan seluruh atau
sebagian dari proses pelayanan penumpang dan bagasinya
serta kargo, yang diangkut dengan pesawat, udara baik
yang berangkat maupun yang datang, selama pesawat
udara di darat
e) jasa penunjang lain di bidang aeronautika
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
2) bidang non-aeronatika, termasuk :
a) jasa catering di pesawat dan jasa pembersihan pantry
pesawat;
b) jasa penunjang lain di bidang non-aeronautika
l. Jasa penebangan hutan
m. Jasa pengolahan limbah
n. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
o. Jasa perantara dan/atau keagenan
p. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI
q. Jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
KSEI
r. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara
s. Jasa mixing film
t. Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise,
banner, pamphlet, baliho dan folder
u. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan
v. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website
w. Jasa internet termasuk sambungannya
x. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data,
informasi, dan/atau program
y. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
z. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin,perawatan,listrik,
telepon,air, gas, AC, TVKable,alat transportasi/ kendaraan dan/atau
bangunan selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya
di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

aa. Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut dan
udara
ab. Jasa maklon; yaitu jasa pemberian jasa dalam rangka proses
penyelesaian suatu barang tertentu yang proses pengerjaannya
dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan), yang
spesifikasi, bahan baku dan atau barang setengah jadi dan atau
bahan penolong/pembantu yang akan diproses sebagian atau
seluruhnya disediakan oleh pengguna jasa, dan kepemilikan atas
barang jadi berada pada pengguna jasa
ac. Jasa penyelidikan dan keamanan
ad. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer; yaitu kegiatan
usaha yang dilakukan oleh pengusaha jasa penyelenggara
kegiatan meliputi antara lain penyelenggaraan pameran,
konvensi, pagelaran musik, pesta, seminar, peluncuran produk,
konferensi pers, dan kegiatan lain yang memanfaatkan jasa
penyelenggara kegiatan
ae. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa
periklanan
af. Jasa pembasmian hama
ag. Jasa kebersihan atau cleaning service ah.
Jasa sedot septic tank
ai. Jasa pemeliharaan kolam aj.
Jasa katering atau tata boga
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat

ak. Jasa freight forwarding, yaitu kegiatan usaha yang ditujukan untuk
mewakili kepentingan pemilik untuk mengurus semua/sebagian
kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan
penerimaan barang melalui transportasi darat, laut, dan/atau
udara, yang dapat mencakup kegiatan penerimaan,
penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan, pengukuran,
penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan
dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim, asuransi
atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-
biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang
tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak
menerimanya.
al. Jasa logistik
am. Jasa pengurusan dokumen an.
Jasa pengepakan
ao. Jasa loading dan unloading
ap. Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh
lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;
aq. Jasa pengelolaan parker ar.
Jasa penyondiran tanah
as. Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan at.
Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit au. Jasa
pemeliharaan tanaman
av. Jasa pemanenan
aw. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan,
dan/atau perhutanan
ax. Jasa dekorasi
ay. Jasa pencetakan/penerbitan az.
Jasa penerjemahan

No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat


ba. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15
Undang-Undang Pajak Penghasilan
bb. Jasa pelayanan kepelabuhanan
bc. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa bd.
Jasa pengelolaan penitipan anak
be. Jasa pelatihan dan/atau kursus
bf. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM bg.
Jasa sertifikasi
bh. Jasa survey
bi. Jasa tester, dan
bj. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.

Catatan :
Dalam hal penerima imbalan sehubungan dengan jasa sebagaimana dimaksud di
atas tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah
lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif sebagaimana dimaksud di atas

VI
PPh Pasal 26
Pengalihan saham pembeli/pemotong (penjualan saham di Indonesia) 20% x 25% = 5% Harga Jual

Premi Asuransi
1. Pembayar/ Pemotong  Tertanggung
20% x 50% = 10% Premi Contoh : PT. ABC
membayar premi asuransi
kepada perusahaan
asuransi x.Ins yang
berkedudukan di Australia
sebesar Rp.500.000.000.
Atas pembayaran premi ini
wajib di potong oleh PT.
ABC sebesar 20% x 50% x
500.000.000 = Rp.
50.000.000.000
2. Pembayar/ Pemotong  Perusahaan Asuransi
20% x 10% = 2% Premi Perusahaan Asuransi
ABDA Indonesia
membayar premi asuransi
kepada Y. Corp yang
berkedudukan di Malaysia
sebesar 700.000.000. Atas
pembayaran premi tersebut
wajib dipotong PPh26 oleh
ABDA sebesar 20% x 10%
x 700.000.000 =
14.00.000.000

3. Pembayar/ Pemotong  Perusahaan ReAsuransi 20% x 5% = 1% Premi Perusahaan re-asuransi


raksa membayar premi
asuransi kepada XYZ.
Corp Insurance yang
berkedudukan di Selandia
Baru sebesar 800.000.000.
Atas pembayaran premi ini
wajib dipotong PPh 26
oleh RAKSA sebessar
20% x 5% x 800.000.000 =
8.000.000
INSENTIF PAJAK
PMK 9 Tahun 2021

JENIS KETENTUAN NOTES


INSENTIF
PPh 21 DTP Diterima oleh pegawai dengan kriteria tertentu: Dikecualikan dalam pemerian insentif ini dalam hal penghasilan yang
– Pasal 2 A. Menerima atau memperoleh penghasilan dari pemberi kerja yang: diterima oleh pegawai berasal dari APBD/APBN, karena telah ditanggung
1. Memiliki KLU oleh pemerintah pemajakannya.
2. Telah ditetapkan sebagai perusahaan KITE
3. Telah mendapatkan izin penyelenggara kawasan berikat atau PPh 21 DTP tidak diperhitungkan sebagai penghasilan kena pajak
izin PD KB
B. Memiliki NPWP Hanya atas penghasilan teratur, contoh GAJI + THR maka yang dapat insentif
C. Pada masa pajak yang bersangkutan menerima atau memperoleh hanya atas GAJI
penghasilan bruto yang bersifat tetap dan teratur yang
disetahunkan tidak lebih dari Rp. 200.000.000 Pegawai harus menyampaikan laporan realisasinya tiap bulan, dan saat awal
menggunakan insentif harus menyampaikan pemberitahuan penggunaan
insentif pajak (max tgl 20 bulan berikutnya)
PPh final PPh final yang ditanggung pemerintah tidak diperhitungkan sebagai
(UMKM) – penghasilan kena pajak
Pasal 5
Harus menyampaikan laporan realisasi tiap bulannya
Jasa PPh final sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas penghasilan yang diterima Harus menyampaikan laporan realisasi paling lambat tanggal 20 bulan
Konstruksi atau diperoleh Wajib Pajak Penerima P3-TGAI ditanggung Pemerintah. berikutnya
(Pasal 7)
Pemotong Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a yang melakukan
pembayaran dalam pelaksanaan P3-TGAI kepada Wajib Pajak Penerima P3-TGAI
tidak melakukan pemotongan PPh final.
PPh 22 1. PPh Pasal 22 Impor dipungut oleh Bank Devisa atau Direktorat Pembebasan dari pemungutan PPh sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Impor – Jenderal Bea dan Cukai pada saat Wajib Pajak melakukan impor diberikan melalui Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor.
Pasal 10 barang.
WP mengajukan surat keterangan bebas
3. PPh Pasal 22 Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebaskan dari
Wajib menyampaikan laporan realisasi
pemungutan kepada Wajib Pajak yang:

a. memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana tercantum


dalam Lampiran Kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak yang
Mendapatkan Insentif Pembebasan PPh Pasal 22 Impor yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
b. telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE; atau
c. telah mendapatkan izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izin Pengusaha
Kawasan Berikat, atau izin PDKB, pada saat pengeluaran barang dari
Kawasan Berikat ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean.

Angsuran Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam Tahun Pajak berjalan yang Harus menyampaikan laporan berkala besarnya angsuran PPh 25 untuk
PPh 25 – masih harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dihitung bulan-bulan sebelum SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2020 disampaikan
berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam:
Pasal 11 sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahun Pajak 2020 sama dengan
besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir Tahun Pajak 2020 setelah
pemanfaatan insentif angsuran PPh Pasal 25
a. Pasal 25 Undang-Undang PPh; dan/atau
b. Peraturan Menteri mengenai penghitungan angsuran Pajak
Penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak baru, bank, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, Wajib Pajak masuk bursa, Wajib Pajak lainnya
yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala dan Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu.

Wajib Pajak yang:

a. memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana


tercantum dalam Lampiran Kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)
Wajib Pajak yang Mendapatkan Insentif Pengurangan Besarnya
Angsuran PPh Pasal 25 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini;
b. telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE; atau
c. telah mendapatkan izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izin
Pengusaha Kawasan Berikat, atau izin PDKB;

diberikan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 sebesar 50%


(lima puluh persen) dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya
terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.
PPN – 1) PKP dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan PKP yang telah mendapatkan fasilitas KITE sebagaimana dimaksud
Pasal 15 pembayaran pajak sebagai PKP berisiko rendah sebagaimana pada ayat (2) huruf b harus melampirkan Keputusan Menteri mengenai
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang PPN. penetapan sebagai perusahaan yang mendapat fasilitas KITE, dalam
(2 PKP yang diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan Surat Pemberitahuan Masa PPN yang diajukan permohonan pengembalian
) pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendahuluan.
harus memenuhi syarat:
PKP yang telah mendapatkan izin Penyelenggara Kawasan Berikat,
izin Pengusaha Kawasan Berikat, atau izin PDKB sebagaimana dimaksud
a. memiliki Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana tercantum dalam
pada ayat (2) huruf c harus melampirkan Keputusan Menteri mengenai
izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izin Pengusaha Kawasan Berikat,
Lampiran Kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak yang atau izin PDKB, dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN yang
diajukan permohonan pengembalian pendahuluan.
Mendapatkan Insentif Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
PKP berisiko rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pembayaran PPN yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari diberikan pengembalian pendahuluan berdasarkan kriteria tertentu.
Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (12) meliputi:
Peraturan Menteri ini;
a. PKP dimaksud tidak perlu menyampaikan permohonan penetapan
b. telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE; atau
c. telah mendapatkan izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izin Pengusahasebagai
KawasanPKP berisiko rendah;
Berikat, atau izin PDKB.
b. Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan keputusan penetapan
4 Selain syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PKP harus
) menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN lebih bayar restitusi secara jabatan sebagai PKP berisiko rendah; dan
dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
c. PKP memiliki Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana tercantum

dalam Lampiran Kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak

yang Mendapatkan Insentif Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayara


yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini,

fasilitas KITE atau izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izin

Pengusaha Kawasan Berikat, atau izin PDKB yang diberikan kepada

PKP masih berlaku pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan lebih


bayar restitusi.

BEA METERAI
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Bea Meterai adalah pajak atas Dokumen.


2. Dokumen adalah sesuatu yang ditulis atau tulisan, dalam bentuk tulisan tangan, cetakan, atau elektronik, yang dapat dipakai sebagai alat bukti atau keterangan.
3. Tanda Tangan adalah tanda sebagai lambang nama sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan
atau cap nama, atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan, atau tanda tangan elektronik sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang informasi
dan transaksi elektronik.
4. Meterai adalah label atau carik dalam bentuk tempel, elektronik, atau bentuk lainnya yang memiliki ciri dan mengandung unsur pengaman yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia, yang digunakan untuk membayar pajak atas Dokumen.
5. Pihak Yang Terutang adalah pihak yang dikenai Bea Meterai dan wajib membayar Bea Meterai yang terutang.
6. Pemeteraian Kemudian adalah pemeteraian yang memerlukan pengesahan dari pejabat yang ditetapkan oleh Menteri.
7. Setiap Orang adalah orang perseorangan dan/atau badan, baik yang berbentuk badan hukum maupun tidak berbadan hukum.
8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.

Asas Pengenaan Bea Meterai :


 Kesederhanaan
 Efisiensi
 Keadilan
 Kepastian Hukum
 Kemanfaatan

Tujuan Pengaturan Bea Meterai:


 mengoptimalkan penerimaan negara guna membiayai pembangunan nasional secara mandiri menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera;
 memberikan kepastian hukum dalam pemungutan Bea Meterai;
 menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat;
 menerapkan pengenaan Bea Meterai secara lebih adil; dan
 menyelaraskan ketentuan Bea Meterai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Objek Bea Meterai :


 Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu kejadian yang bersifat perdata, meliputi:
a. surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis, beserta rangkapnya;
b. akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya;
c. akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya;
d. surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
e. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
f. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah lelang, salinan risalah lelang, dan grosse risalah lelang;
g. Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang:
1. menyebutkan penerimaan uang; atau
2.berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan;

h. Dokumen lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

 Dokumen sebagai alat bukti di pengadilan

Tarif Bea Meterai:


(Bea meterai hanya dikenakan 1x untuk setiap dokumen, dengan tarif tetap 10.000)

Dokumen yang dikecualikan dalam pengenaan Bea Meterai:


a) Dokumen yang terkait lalu lintas orang dan barang:
1. Surat penyimpanan barang
2. Konosemen
3. Surat angkutan penumpang dan barang
4. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
5. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim, dan;
6. Surat lainnya yang dapat dipersamakan dengan surat sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5
b) Segala bentuk ijazah
c) Tanda terima pembayaran gaji, uangtunggu, uang tunjangan dan pembayaran lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja, serta surat yang diserahkan
untuk mendapatkan pembayaran dimaksud
d) Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah, bank, dan lembaga lainnya yang ditunjuk oleh negara berdasarjan ketentuan
peraturan perundang-undangan
e) kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu yang berasal dari kas negara, kas pemerintahan daerah,
bank, dan lembaga lainnya yang ditunjuk berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f) tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi;
g) Dokumen yang menyebutkan simpanan uang atau surat berharga, pembayaran uang simpanan kepada penyimpan oleh bank, koperasi, dan badan lainnya yang
menyelenggarakan penyimpanan uang, atau pengeluaran surat berharga oleh kustodian kepada nasabah;
h) surat gadai;
i) tanda pembagian keuntungan, bunga, atau imbal hasil dari surat berharga, dengan nama dan dalam bentuk apa pun; dan
j) Dokumen yang diterbitkan atau dihasilkan oleh Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan kebijakan moneter.
Saat Terutang Bea Meterai:
(1) Bea Meterai terutang pada saat:
a. Dokumen dibubuhi Tanda Tangan, untuk:

1. surat perjanjian beserta rangkapnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat


(2) huruf a;
2. akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b; dan
3. akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c.

b. Dokumen selesai dibuat, untuk:

1. surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d; dan
2. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak
berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf e.

c. Dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa Dokumen tersebut dibuat, untuk:

1. surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis,


beserta rangkapnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a;
2. Dokumen lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf f; dan
3. Dokumen yang menyatakan jumlah uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf g.

d. Dokumen diajukan ke pengadilan, untuk Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di
pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b.
e. Dokumen digunakan di Indonesia, untuk Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) yang dibuat di luar negeri.

(2) Menteri dapat menentukan saat lain terutangnya Bea Meterai.


(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan saat lain terutangnya Bea Meterai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pihak yang terutang bea meterai:
(1) Dokumen yang dibuat sepihak, Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima Dokumen.
(2) Dokumen yang dibuat oleh 2 (dua) pihak atau lebih, Bea Meterai terutang oleh masing-
masing pihak atas Dokumen yang diterimanya.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Dokumen
berupa surat berharga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d, Bea Meterai
terutang oleh pihak yang menerbitkan surat berharga.
(4) Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf b, Bea Meterai terutang oleh pihak yang mengajukan Dokumen.
(5) Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 yang dibuat di luar negeri dan digunakan di
Indonesia, Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima manfaat atas Dokumen.
(6) Ketentuan Pihak Yang Terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), dan ayat (5) tidak menghalangi pihak atau para pihak untuk bersepakat atau
menentukan mengenai pihak yang membayar Bea Meterai.

Pemungut bea meterai wajib : mungut, setor, lapor

Pembayaran bea meterai melalui : meterai atau SSP


Meterainya meliputi :
 Meterai tempel
Ciri-Ciri Umumnya :
1) Gambar lambang garuda pancasila
2) Frasa “meterai tempel”
3) Angka yang menunjukan nilai nominal
Ciri Khususnya meliputi : bersifat tebuka, semi tertutup, tertutup

 Meterai elektronik
Memiliki Kode Uni dan keterangan tertentu

 Meterai dalam bentuk lain yang ditetapkan oleh menteri


Merupakan meterai yang dibuat dengan menggunakan mesin teraan digital, sistem
komputerisasi, teknologi percetakan dan atau sistem teknologi lainnya.

PEEMETERAIAN KEMUDIAN, dilakukan atas:


1) BM nya tidak atau kurang dibayar
2) Dokumen yg digunakan sebagai alat bukti di pengadilan
BM yang dibayar melalui PEMETERAIAN KEMUDIAN ditentukan sebesar:
1) BM yang terutang ditambah sanksi administratif (100% dari BM terutang)
2) BM terutang atas dokumen di pengadilan

KETENTUAN PIDANA
Setiap Orang yang:

a. meniru atau memalsu Meterai yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
dengan maksud untuk memakai atau meminta orang lain memakai Meterai tersebut
sebagai Meterai asli, tidak dipalsu, atau sah; atau
b. dengan maksud yang sama sebagaimana dimaksud dalam huruf a, membuat Meterai
dengan menggunakan cap asli secara melawan hukum, termasuk membuat Meterai
elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Meterai dalam bentuk lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, secara melawan hukum,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Setiap Orang yang memakai, menjual, menawarkan, menyerahkan, mempunyai


persediaan untuk dijual, atau memasukkan ke wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia:

a. Meterai yang dipalsu atau dibuat secara melawan hukum seolah-olah asli, tidak
dipalsu, dan dibuat secara tidak melawan hukum; atau
b. barang yang dibubuhi Meterai sebagaimana dimaksud dalam huruf a, seolah-olah
barang tersebut asli, tidak dipalsu, dan dibuat secara tidak melawan hukum,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Setiap Orang yang:

a. menghilangkan tanda yang gunanya untuk menunjukkan suatu Meterai tidak dapat
dipakai lagi pada Meterai Pemerintah Republik Indonesia yang telah dipakai dengan
maksud untuk memakai atau meminta orang lain memakainya seolah-olah Meterai
tersebut belum dipakai;
b. dengan maksud yang sama sebagaimana dimaksud dalam huruf a, menghilangkan
Tanda Tangan, ciri, atau tanda saat dipakainya Meterai Pemerintah Republik Indonesia
yang telah dipakai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku harus dibubuhkan di atas atau pada Meterai tersebut; atau
c. memakai, menjual, menawarkan, menyerahkan, mempunyai persediaan untuk
dijual, atau memasukkan ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Meterai yang
tandanya, Tanda Tangannya, cirinya, atau tanggal dipakainya dihilangkan, seolah-olah
Meterai tersebut belum dipakai,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
PPN dan PPnBM

DPP PPN : Nilai Impor, Nilai Ekspor, Harga Jual, Penggantian, DPP Nilai Lain

Ayat (1) Pengertian penyerahan BKP Ayat (2) Bukan Penyerahan BKP
PASAL 1A
a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada
karena suatu perjanjian; makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab
b. pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena Undang-undang Hukum Dagang;
suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk
sewa guna usaha (leasing); jaminan utang-piutang;
c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada c. Penyerahan Barang Kena Pajak
pedagang perantara atau melalui juru lelang; sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f
d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma- dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan
cuma atas Barang Kena Pajak; pemusatan tempat pajak terutang;
e. Barang Kena Pajak berupa persediaan d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak penggabungan, peleburan, pemekaran,
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan
saat pembubaran perusahaan; syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke yang menerima pengalihan adalah Pengusaha
cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Kena Pajak; dan
Barang Kena Pajak antar cabang; e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang
g. penyerahan Barang Kena Pajak secara menurut tujuan semula tidak untuk
konsinyasi; dan diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh pembubaran perusahaan, dan yang Pajak
Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian Masukan atas perolehannya tidak dapat
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
syariah, yang penyerahannya dianggap langsung 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.”
dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang
membutuhkan Barang Kena Pajak.
Batasan pengusaha kecil  4,8M (pmk 197/ tahun 2013)  berlaku 1 januari 2014  Pengusaha apabila telah melebihi 4,8M wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP paling lama akhir bulan berikutnya

Tidak Dipungut  PM dapat dikreditkan


PPN
Dibebaskan  PM tidak dapat dikreditkan

Jasa yang kena tarif 0% (PMK 32/2019) :


 Jasa Maklon
 Perbaikan dan Perawatan
 Pengurusan Transportasi fright forwading

E- Faktur berlaku secara nasional sejak 1 Juli 2016

Dikredtikan
Pajak Masukan (PM)

Dibebankan

Antara dikreditkan dan dibebankan pilih salah satu


Kalau PM tidak bisa dikreditkan (Karena FP ga lengkap), maka pilihannya hanya dibebankan:
1. Kurang dari 1 tahun  ga dikapitalisir  Langsung jadi biaya
2. Lebih dari 1 tahun  dikapitalisir  Penyusutan

Kalau ga ada hubungannya sama usaha ga bisa dibebankan (sedan/ station wagon)

OBJEK PAJAK (Pasal 4) NON- OBJEK PAJAK (Pasal 4A)


a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan 1. Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah
barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut:
oleh Pengusaha;
A) barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
b. impor Barang Kena Pajak;
diambil langsung dari sumbernya;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
B) barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
oleh Pengusaha;
rakyat banyak;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
C) makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
di dalam Daerah Pabean;
rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; oleh usaha jasa boga atau katering; dan
dan D) uang, emas batangan, dan surat berharga.
h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. 2. Jenis Jasa yang tidak dikenakan PPN adalah Jasa tertentu dalam
kelompok jasa sebagai berikut:

a. asa pelayanan kesehatan medik;


b. jasa pelayanan sosial;
c. jasa pengiriman surat dengan perangko;
d. jasa keuangan;
e. jasa asuransi;
f. jasa keagamaan;
g. jasa pendidikan;
h. jasa kesenian dan hiburan;
i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara
dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
jasa angkutan udara luar negeri;
k. jasa tenaga kerja;
l. jasa perhotelan;
m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum;
n. Jasa penyediaan tempat parkir;
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
q. Jasa boga atau katering

Pengkreditan pajak masukan tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk: (Pasal 9 ayat 8)

a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;
c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak;
e. dihapus;
f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat
(9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
g. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan  Nilai, yang
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan
j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a).

Saat Terutangnya PPN:

a. penyerahan Barang Kena Pajak;


b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau
h. ekspor Jasa Kena Pajak.

DPP Nilai Lain (PMK 121/ Tahun 2015)

Nilai Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditetapkan sebagai berikut:

a. untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
b. untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
c. dihapus;
d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran
f. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;
g. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok
penjualan atau harga perolehan;
h. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli;
i. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
j. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
k. untuk penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata berupa paket wisata, pemesanan sarana angkutan, dan pemesanan sarana
akomodasi, yang penyerahannya tidak didasari pada pemberian komisi/imbalan atas penyerahan jasa perantara penjualan adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah
tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;
l. dihapus;
m. untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi
(freight charges) adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih.

a.
1.
1.

o. Jenis Pajak Batas Pembayaran (Paling Lambat ...) Batas Pelaporan


Undang Undang di
(Pasal 2 PMK 242/PMK.03/2014)
bidang Perpajakan
tgl 20 bulan
1 PPh pasal 4(2) setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
2 PPh pasal 4(2) pemotongan tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
3 PPh pasal 15 setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
4 PPh pasal 15 pemotongan tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
5 PPh pasal 21 tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
6 PPh pasal 23/26 tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
7 PPh pasal 25 tgl 15 bulan berikutnya
berikutnya
PPh pasal 22 impor setor sendiri (dilunasi
8 saat penyelesaian dokumen PIB  
bersamaan dg bea masuk, PPN, PPnBM)
hari kerja terakhir
9 PPh pasal 22 impor yang pemungutan oleh BC 1hari kerja berikutnya
minggu berikutnya
hari yang sama dg pembayaran atas 14 hari setelah masa
10PPh pasal 22 pemungutan oleh bendaharawan
penyerahan barang pajak berakhir
tgl 20 bulan
11PPh pasal 22 migas tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
12PPh pasal 22 pemungutan oleh WP badan tertentu tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
akhir bulan berikutnya setelah masa pajak akhir bulan
13PPN & PPnBM berakhir & sebelum SPT masa PPN berikutnya setelah
disampaikan masa pajak berakhir
akhir bulan
tgl 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
14PPN atas kegiatan membangun sendiri berikutnya setelah
berakhir
masa pajak berakhir
akhir bulan
PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud tgl 15 bulan berikutnya setelah saat
15 berikutnya setelah
dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean terutangnya pajak
Masa Pajak berakhir
akhir bulan
16PPN & PPnBM Pemungutan Bendaharawan tgl 7 bulan berikutnya berikutnya setelah
masa pajak berakhir
PPN dan/ atau PPnBM pemungutan oleh Pejabat harus disetor pada hari yang sama dengan
17 Penandatanganan Surat Perintah Membayar pelaksanaan pembayaran kepada PKP  
sebagai Pemungut PPN Rekanan Pemerintah melalui KPPN
akhir bulan
tgl 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
18PPN & PPnBM Pemungutan selain bendaharawan berikutnya setelah
berakhir
masa pajak berakhir
PPh 25 WP kriteria tertentu yang dapat melaporkan 20 hari setelah
harus dibayar paling lama pada akhir Masa
19 beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa. (Pasal berakhirnya Masa
Pajak terakhir.
3 ayat (3B) UU KUP) Pajak terakhir
Pembayaran masa selain PPh 25 WP kriteria
harus dibayar paling lama sesuai dengan 20 hari setelah
tertentu yang dapat melaporkan beberapa Masa
20 batas waktu untuk masing-masing jenis berakhirnya Masa
Pajak dalam satu SPT Masa. (Pasal 3 ayat (3B) UU
pajak. Pajak terakhir.
KUP)

2. Ketentuan terkait SPT Masa PPh Pasal 25 :

1. Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 adalah :


 WP OP yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjan bebas.
 WP OP yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi PTKP (kepada WP ini juga
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan)

1. Tax on consumption
2. Income tax article 4 (2), rate 0%
3. Budgetair
4. Certanity
5. 4,8m
6. Progresif Rate
7. Withholding tax
8. 11 tahun 2020
9. Tax credit
10. The 15th in the following month
11. IDR 125,000,000
12. 10 Tahun 2020
13. IDR 200,000,000
14. Tax ID Number
15. 30 April
16. Dont know
17. Area Pabean

Anda mungkin juga menyukai