Batas CIPTAKER
Jangka Waktu
N Pasal Produk Hukum Penyebab Sanksi Bunga Waktu
o Awal (Dimulai Dari) Akhir
(s.d)
STP
sampai dengan tanggal Suku bunga awal
1 Pasal 8 (2) Sebelum Diperiksa, Lalu Pembetulan SPT Tahunan 2% saat penyampaian SPT berakhir -
pembayaran tahun + 5%
Pembetulan sendiri SPT Tahunan yang menyebabkan 12
Utang pajak jd lebih besar
STP
sampai dengan tanggal Suku bunga awal
2 Pasal 8 (2a) Sebelum Diperiksa, Lalu Pembetulan SPT Masa 2% sejak jatuh tempo pembayaran -
pembayaran tahun + 5%
12
STP
sampai dengan tanggal Suku bunga awal
3 Pasal 9 (2a) Terlambat Bayar Pajak Masa 2% tanggal jatuh tempo pembayaran -
pembayaran tahun + 5%
12
Ngitung Bunga atas SKP diitungnya darii akhir tahun pajak (diitung dr januari sampe terbit keputusan)
SPT LB Imbalan bunga ngitung bunganya dari berakhirnya SPT Badab sampai dengan produk hukumnya diterbitkan
Produk hukum yang dapat diajukan keberatan oleh WP (Pasal 25 ayat (1) KUP):
SKPKB
SKPKBT
SKPLB
SKPN
Potput
Susunan Pengadilan pajak : Pimpinan (Ketua, dan wakil ketua paling banyak 5 org) , hakim anggota, sekretaris dan panitera
Produk
N Pasal Sanksi DENDA Basis Hitungan CIPTAKER
Hukum
o
SPT Masa PPN Rp 500.000 Per Masa Pajak
SPT Masa Selain PPN Rp 100.000 Per Masa Pajak
1 Pasal 7 (1) STP SPT Tahunan Orang Pribadi Rp 100.000 Per Tahun Pajak
SPT Tahunan Badan Rp 1.000.000 Per Tahun Pajak
Sudah Diperiksa, Lalu Pembetulan Sendiri dan Belum Disidik
2 Pasal 8 (3) SKPKB 150% Dari Pajak Kurang Dibayar 100%
Pasal 38 (Ada Indikasi
Pidana) dengan kemauan sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak 1%
membuat faktur pajak
atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu
3 Pasal 14 (4) STP Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak 2% DPP
mengisi faktur pajak
secara lengkap
Bunga dari deposito dalam mata uang rupiah yang dananya bersumber dari
Devisa Hasil Ekspor dan ditempatkan di dalam negeri pada bank yang didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia : Final
Untuk deposito dengan jangka waktu 1 bulan 7,5% Jumlah Bruto Bunga
Untuk deposito dengan jangka waktu 3 bulan 5% Jumlah Bruto Bunga
Untuk deposito dengan jangka waktu 6 bulan atau lebih dari 6 0% Jumlah Bruto Bunga
bulan
Bunga dari tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia, serta bunga dari 20% (untuk WPDN & Jumlah Bruto Bunga
deposito selain dari deposito diatas BUT);
20% atau Tarif P3B
(untuk WPLN)
Pengecualian:
a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah
deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,00
dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan
di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau
diperoleh Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan,
sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992
Tentang Dana Pensiun.
d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kapling siap bangun
untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun
sederhana sepanjang untuk dihuni sendiri.
Final
b. Diskonto Obligasi dengan kupon 15 % Selisih lebih harga jual atau nilai
1. WP DN & BUT 20 % atau Tarif nominal di atas harga perolehan
2. WP LN selain BUT berdasarkan P3B obligasi, tidak termasuk bunga
berjalan
c. Diskonto Obligasi tanpa bunga (zero coupon bond) 15 % Selisih lebih harga jual atau nilai
1. WP DN & BUT 20 % atau Tarif nominal di atas harga perolehan
2. WP LN selain BUT berdasarkan P3B obligasi
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
d. bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh
Wajib Pajak reksadana dan Wajib Pajak dana investasi infrastruktur
berbentuk kontrak investasi kolektif, dan efek beragun asset yang
berbentuk kontrak investasi kolektif yang terdaftar atau tercatat pada Jumlah bruto bunga sesuai dengan
Otoritas Jasa Keuangan masa kepemilikan obligasi / Selisih
1. sampai dengan tahun 2020 5% lebih harga jual atau nilai nominal di
2. untuk tahun 2021 sampai dengan tahun seterusnya 10 % atas harga perolehan obligasi
4. Hadiah Undian
Dasar Hukum : PP No. 132 Tahun 2000
25% Jumlah Bruto Hadiah Undian Final
KEP-395/PJ./2001
a. Wajib Pajak yang melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah 2,5% Jumlah Bruto Nilai Pengalihan
dan/atau bangunan
b. Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau 0% Jumlah Bruto Nilai Pengalihan Final
bangunan kepada pemerintah, BUMN yang mendapat penugasan khusus
dari Pemerintah, atau BUMD yang mendapat penugasan khusus dari
kepala daerah, mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.
c. pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana 1% Jumlah Bruto Nilai Pengalihan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
a. Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang 2% Penghasilan bruto
memiliki kualifikasi usaha kecil
b. Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang 4% Penghasilan bruto
tidak memiliki kualifikasi usaha
c. Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain 3% Penghasilan bruto Final
Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b
9. Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu
Dasar Hukum : PP No. 23 Tahun 2018
0,5% Penghasilan bruto Final
PMK No 99/PMK.03/2018
Syarat :
a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap; dan
b. menerima, penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu)
Tahun Pajak.
10. Diskonto Surat Perbendaharaan Negara Dasar 20% selisih lebih antara nilai nominal pada Final
Hukum : PP No. 27 Tahun 2008 saat jatuh tempo dengan harga
perolehan di Pasar Perdana atau di
Pasar Sekunder; atau harga jual di
Pasar Sekunder dengan harga
perolehan di Pasar Perdana atau di
Pasar Sekunder,
11. Dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam 10% Penghasilan Bruto Final
Negeri
Dasar Hukum : PP No. 19 Tahun 2009
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
12. Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Oleh Koperasi Kepada Anggota Penghasilan Bruto Final
Koperasi Orang Pribadi
Dasar Hukum : PP No. 15 Tahun 2009
b. jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih 10%
dari Rp 240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah)
II PPh Pasal 15
Dasar Hukum : Pasal 15 UU Nomor 36 Tahun 2008 248/KMK.04/1995
416/KMK.04/1996
417/KMK.04/1996
475/KMK.04/1996
KEP-667/PJ./2001
- Apabila penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari telah 5% jumlah penghasilan yang melebihi Rp
melebihi Rp 450.000 sehari sepanjang penghasilan kumulatif yang 200.000,00 (dua ratus ribu) sehari
diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp
4.500.000,00
PKP = PB – PTKP untuk jumlah hari
- Apabila telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan 5% kerja yang sebenarnya
kalender melebihi Rp 4.500.000,00 tetapi tidak melebihi Rp (PTKP sehari ditetapkan sebesar PTKP
10.200.000 setahun sesuai dengan statusnya
dibagi dengan 360))
PKP = PB disetahunkan – PTKP
- Apabila telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) Pasal 17 UU PPh
bulan kalender melebihi Rp 10.200.000
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
4. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
5. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas 50% dari jumlah penghasilan bruto
Pasal 17 UU PPh
namanya sendiri Kumulatif
6. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang PB
Pasal 17 UU PPh
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun
7. honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau
diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak Pasal 17 UU PPh PB Kumulatif
merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama
8. jasa produksi , tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat
tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai Pasal 17 UU PPh PB Kumulatif
9. penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus
sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Pasal 17 UU PPh PB Kumulatif
Menteri Keuangan
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
10. Honorarium yang dananya dari keuangan negara/ daerah yang diterima oleh
Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/POLRI, serta para pensiunannya :
a. PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota POLRI
Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya; 0% PB Final
b. PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat
Perwira Pertama, dan Pensiunannya;
5% PB Final
c. Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI
Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan
Pensiunannya. 15% PB Final
11. Uang Pesangon yang diterima atau diperoleh Pegawai yang dibayarkan
sekaligus (sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender) :
a. s.d. Rp. 50 juta
b. > Rp. 50 juta s.d. Rp. 100 juta
0% PB Final
c. > Rp. 100 juta s.d. Rp. 500 juta
5% PB Final
d. > Rp. 500 juta
15% PB Final
Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang 25% PB Final
diterima atau diperoleh Pegawai yang dibayarkan sekaligus (sebagian atau
seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)
tahun kalender)
a. s.d. Rp. 50 juta
b. > Rp. 50 juta
0% PB Final
5% PB Final
12. Penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang diterima oleh Tenaga
Asing (Expatriate) yang telah berstatus sebagai WPDN
Pasal 17 UU PPh PKP= (PB - (BJ + BP) - PTKP
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
13. Penghasilan dari pekerjaan yang diterima oleh Tenaga Asing (Expatriate)
yang bekerja pada Perusahaan Pengeboran Migas :
a. General Manager Pasal 17 UU PPh US$ 11.275 per bulan
b. Manager Pasal 17 UU PPh US$ 9.350 per bulan
c. Supervisor/ Tool Pusher Pasal 17 UU PPh US$ 5.830 per bulan
d. Assisten Supervisor/ Tool Pusher Pasal 17 UU PPh US$ 4.510 per bulan
e. Crew Lainnya Pasal 17 UU PPh US$ 3.245 per bulan
Catatan :
Bagi Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih
tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
Ket :
PKP : Penghasilan Kena Pajak
PB : Penghasilan Bruto
BJ : Biaya Jabatan
IP : Iuran Pensiun
BP : Biaya Pensiun
IV PPh Pasal 22
Dasar Hukum : Pasal 22 UU Nomor 36 Tahun 2008
34/PMK.010/2017 Jo. PMK 110/PMK.03/2018
1. Pembelian Barang oleh Bendaharawan pemerintah, Bendahara Pengeluaran, 1,5% Harga Pembelian
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), dan BUMN
2. Impor Barang :
a) barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I 10% Nilai Impor
PMK 110/PMK.03/2018 dengan atau tanpa menggunakan
Angka Pengenal Impor (API)
b) barang barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam 7,5% Nilai Impor
Lampiran II PMK 110/PMK.03/2018dengan atau tanpa
menggunakan API
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
c) barang berupa kedelai, gandum, dan tepung terigu 0,5% Nilai Impor
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III PMK PMK
110/PMK.03/2018dengan menggunakan API
d) selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya sebagaimana 2,5% Nilai Impor
dimaksud pada huruf a) dan huruf b) dan huruf c), yang
menggunakan API
e) barang sebagaimana dimaksud pada huruf c) dan huruf d) yang 7,5% Nilai Impor
tidak menggunakan API
3. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan 1,5% Nilai Ekspor
logam, sesuai uraian barang dan pos tarif/Harmonized System (HS)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 34/PMK.010/2017 oleh
eksportir kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang terikat dalam
perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya
4. Industri Semen
0,25% DPP PPN
5. Industri farmasi
0,3% DPP PPN
6. Industri Kertas
0,1% DPP PPN
7. Industri Baja
0,3% DPP PPN
8. Industri Otomotif
0,45% DPP PPN
9. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM) 0,45% DPP PPN
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
10. Pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, 0,25% Harga Pembelian
peternakan, dan perikanan yang belum melalui industir manufaktur oleh (tidak termasuk PPN)
badan usaha industry atau eksportir yang bergerak dalam sector
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan
11. Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan
1,5% Harga Pembelian
atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan oleh industri atau
(tidak termasuk PPN)
badan usaha
12. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang memproduksi emas
0,45% harga jual emas batangan
batangan, termasuk badan usaha yang memproduksi emas batangan melalui
pihak ketiga
d. apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau 1% Harga jual
pengalihannya lebih dari Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar
rupiah) atau luas bangunan lebih dari 150m2 (seratus lima puluh
meter persegi);
f. kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih 5%
dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) atau dengan
kapasitas silinder lebih dari 250cc.
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa 2% Jumlah Bruto tidak termasuk PPN
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong PPh Pasal 21
7. Jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21, yang terdiri dari 2% Jumlah Bruto tidak termasuk PPN
(141/PMK.03/2015):
a. Jasa penilai (appraisal)
b. Jasa aktuaris
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
d. Jasa hukum
e. Jasa arsitektur
f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
g. Jasa perancang (design)
h. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap
aa. Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut dan
udara
ab. Jasa maklon; yaitu jasa pemberian jasa dalam rangka proses
penyelesaian suatu barang tertentu yang proses pengerjaannya
dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan), yang
spesifikasi, bahan baku dan atau barang setengah jadi dan atau
bahan penolong/pembantu yang akan diproses sebagian atau
seluruhnya disediakan oleh pengguna jasa, dan kepemilikan atas
barang jadi berada pada pengguna jasa
ac. Jasa penyelidikan dan keamanan
ad. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer; yaitu kegiatan
usaha yang dilakukan oleh pengusaha jasa penyelenggara
kegiatan meliputi antara lain penyelenggaraan pameran,
konvensi, pagelaran musik, pesta, seminar, peluncuran produk,
konferensi pers, dan kegiatan lain yang memanfaatkan jasa
penyelenggara kegiatan
ae. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa
periklanan
af. Jasa pembasmian hama
ag. Jasa kebersihan atau cleaning service ah.
Jasa sedot septic tank
ai. Jasa pemeliharaan kolam aj.
Jasa katering atau tata boga
No Obyek Tarif Dasar Perhitungan Sifat
ak. Jasa freight forwarding, yaitu kegiatan usaha yang ditujukan untuk
mewakili kepentingan pemilik untuk mengurus semua/sebagian
kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan
penerimaan barang melalui transportasi darat, laut, dan/atau
udara, yang dapat mencakup kegiatan penerimaan,
penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan, pengukuran,
penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan
dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim, asuransi
atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-
biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang
tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak
menerimanya.
al. Jasa logistik
am. Jasa pengurusan dokumen an.
Jasa pengepakan
ao. Jasa loading dan unloading
ap. Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh
lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;
aq. Jasa pengelolaan parker ar.
Jasa penyondiran tanah
as. Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan at.
Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit au. Jasa
pemeliharaan tanaman
av. Jasa pemanenan
aw. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan,
dan/atau perhutanan
ax. Jasa dekorasi
ay. Jasa pencetakan/penerbitan az.
Jasa penerjemahan
Catatan :
Dalam hal penerima imbalan sehubungan dengan jasa sebagaimana dimaksud di
atas tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah
lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif sebagaimana dimaksud di atas
VI
PPh Pasal 26
Pengalihan saham pembeli/pemotong (penjualan saham di Indonesia) 20% x 25% = 5% Harga Jual
Premi Asuransi
1. Pembayar/ Pemotong Tertanggung
20% x 50% = 10% Premi Contoh : PT. ABC
membayar premi asuransi
kepada perusahaan
asuransi x.Ins yang
berkedudukan di Australia
sebesar Rp.500.000.000.
Atas pembayaran premi ini
wajib di potong oleh PT.
ABC sebesar 20% x 50% x
500.000.000 = Rp.
50.000.000.000
2. Pembayar/ Pemotong Perusahaan Asuransi
20% x 10% = 2% Premi Perusahaan Asuransi
ABDA Indonesia
membayar premi asuransi
kepada Y. Corp yang
berkedudukan di Malaysia
sebesar 700.000.000. Atas
pembayaran premi tersebut
wajib dipotong PPh26 oleh
ABDA sebesar 20% x 10%
x 700.000.000 =
14.00.000.000
Angsuran Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam Tahun Pajak berjalan yang Harus menyampaikan laporan berkala besarnya angsuran PPh 25 untuk
PPh 25 – masih harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dihitung bulan-bulan sebelum SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2020 disampaikan
berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam:
Pasal 11 sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahun Pajak 2020 sama dengan
besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir Tahun Pajak 2020 setelah
pemanfaatan insentif angsuran PPh Pasal 25
a. Pasal 25 Undang-Undang PPh; dan/atau
b. Peraturan Menteri mengenai penghitungan angsuran Pajak
Penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak baru, bank, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, Wajib Pajak masuk bursa, Wajib Pajak lainnya
yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala dan Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu.
BEA METERAI
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d; dan
2. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak
berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf e.
c. Dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa Dokumen tersebut dibuat, untuk:
d. Dokumen diajukan ke pengadilan, untuk Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di
pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b.
e. Dokumen digunakan di Indonesia, untuk Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) yang dibuat di luar negeri.
Meterai elektronik
Memiliki Kode Uni dan keterangan tertentu
KETENTUAN PIDANA
Setiap Orang yang:
a. meniru atau memalsu Meterai yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
dengan maksud untuk memakai atau meminta orang lain memakai Meterai tersebut
sebagai Meterai asli, tidak dipalsu, atau sah; atau
b. dengan maksud yang sama sebagaimana dimaksud dalam huruf a, membuat Meterai
dengan menggunakan cap asli secara melawan hukum, termasuk membuat Meterai
elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Meterai dalam bentuk lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, secara melawan hukum,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
a. Meterai yang dipalsu atau dibuat secara melawan hukum seolah-olah asli, tidak
dipalsu, dan dibuat secara tidak melawan hukum; atau
b. barang yang dibubuhi Meterai sebagaimana dimaksud dalam huruf a, seolah-olah
barang tersebut asli, tidak dipalsu, dan dibuat secara tidak melawan hukum,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
a. menghilangkan tanda yang gunanya untuk menunjukkan suatu Meterai tidak dapat
dipakai lagi pada Meterai Pemerintah Republik Indonesia yang telah dipakai dengan
maksud untuk memakai atau meminta orang lain memakainya seolah-olah Meterai
tersebut belum dipakai;
b. dengan maksud yang sama sebagaimana dimaksud dalam huruf a, menghilangkan
Tanda Tangan, ciri, atau tanda saat dipakainya Meterai Pemerintah Republik Indonesia
yang telah dipakai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku harus dibubuhkan di atas atau pada Meterai tersebut; atau
c. memakai, menjual, menawarkan, menyerahkan, mempunyai persediaan untuk
dijual, atau memasukkan ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Meterai yang
tandanya, Tanda Tangannya, cirinya, atau tanggal dipakainya dihilangkan, seolah-olah
Meterai tersebut belum dipakai,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
PPN dan PPnBM
DPP PPN : Nilai Impor, Nilai Ekspor, Harga Jual, Penggantian, DPP Nilai Lain
Ayat (1) Pengertian penyerahan BKP Ayat (2) Bukan Penyerahan BKP
PASAL 1A
a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada
karena suatu perjanjian; makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab
b. pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena Undang-undang Hukum Dagang;
suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk
sewa guna usaha (leasing); jaminan utang-piutang;
c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada c. Penyerahan Barang Kena Pajak
pedagang perantara atau melalui juru lelang; sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f
d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma- dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan
cuma atas Barang Kena Pajak; pemusatan tempat pajak terutang;
e. Barang Kena Pajak berupa persediaan d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak penggabungan, peleburan, pemekaran,
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan
saat pembubaran perusahaan; syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke yang menerima pengalihan adalah Pengusaha
cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Kena Pajak; dan
Barang Kena Pajak antar cabang; e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang
g. penyerahan Barang Kena Pajak secara menurut tujuan semula tidak untuk
konsinyasi; dan diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh pembubaran perusahaan, dan yang Pajak
Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian Masukan atas perolehannya tidak dapat
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
syariah, yang penyerahannya dianggap langsung 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.”
dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang
membutuhkan Barang Kena Pajak.
Batasan pengusaha kecil 4,8M (pmk 197/ tahun 2013) berlaku 1 januari 2014 Pengusaha apabila telah melebihi 4,8M wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP paling lama akhir bulan berikutnya
Dikredtikan
Pajak Masukan (PM)
Dibebankan
Kalau ga ada hubungannya sama usaha ga bisa dibebankan (sedan/ station wagon)
Pengkreditan pajak masukan tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk: (Pasal 9 ayat 8)
a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;
c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak;
e. dihapus;
f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat
(9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
g. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan
j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a).
a. untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
b. untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
c. dihapus;
d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran
f. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;
g. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok
penjualan atau harga perolehan;
h. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli;
i. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
j. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
k. untuk penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata berupa paket wisata, pemesanan sarana angkutan, dan pemesanan sarana
akomodasi, yang penyerahannya tidak didasari pada pemberian komisi/imbalan atas penyerahan jasa perantara penjualan adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah
tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;
l. dihapus;
m. untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi
(freight charges) adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih.
a.
1.
1.
1. Tax on consumption
2. Income tax article 4 (2), rate 0%
3. Budgetair
4. Certanity
5. 4,8m
6. Progresif Rate
7. Withholding tax
8. 11 tahun 2020
9. Tax credit
10. The 15th in the following month
11. IDR 125,000,000
12. 10 Tahun 2020
13. IDR 200,000,000
14. Tax ID Number
15. 30 April
16. Dont know
17. Area Pabean