Tayangan JWBN Kasus Hari 1
Tayangan JWBN Kasus Hari 1
Misalnya:
Kondisi desa di kabupaten X beragam. Desa dengan topografi eks lahan gambut
dan rawa merupakan daerah utama sebaran DB. Data kasus DB dari RS dan
Puskesmas menunjukkan bahwa 80% pasien DB berdomisili di daerah dengan
topografi eks lahan gambut dan rawa. Banyaknya genangan di desa dengan
topografi tersebut menjadikan daerah tersebut menjadi pusat derah hidup dan
berkembangnya nyamuk aedes aegipty yang merupakan penyebar virus DB.
Kebijakan membagikan bubuk abate secara merata dengan jumlah yang sama
besar untuk seluruh desa dapat menyebabkan penanggulangan pertumbuhan
nyamuk sebagai penyebar virus DB tiak efektif. Di daerah dengan topografi bukan
eks lahan gambut atau rawa seperti desa-desa di sekitar pusat pemerintahan
kabupaten, jumlah abate yang diterima menjadi berlebih. Hal ini terlihat dari
jumlah kasus DB di daerah tersebut yang menurut data RS dan Puskesmas hanya
mencakup 20% dari keseluruhan jumlah kasus. Sementara itu di desa-desa dengan
topografi eks lahan gambut dan rawa, jumlah pembagian abate menjadi tidak
memadai untuk jumlah luasan pusat konsentrasi nyamuk. Dengan kondisi ini,
maka kebijakan pembagian bubuk abate secara merata dengan jumlah yang sama
untuk semua desa dapat diperbaiki dengan membagi sesuai kebutuhan desa
dengan memperhatikan luasan daerah konsentrasi tempat tumbuh dan
berkembangnya nyamuk. Disamping itu, tambahan alokasi anggaran dari
penggeseran kegiatan fogging akan dapat meningkatkan efektivitas
penanggulangan penyebaran DB. Untuk keperluan ini, Dinkes perlu menyusun
peta konsentrasi kasus penyebaran DB serta memperhatikan topografi daerah.
Hasil pemetaan tersebut agar digunakan sebagai dasar penetapan jumlah abate
yang dialokasikan ke masing-masing desa. Dengan pemetaan ini, maka pembagian
serbuk abate akan menjadi sesuai dengan kebutuhan masing-masing desa sesuai
dengan topografinya. Hal ini akan memungkinkan penanganan penyebaran virus
DB menjadi efektif.
Dst…