Anda di halaman 1dari 2

Anda adalah auditor Inspektorat kabupaten X.

Kabupaten X terdiri dari 12 kecamatan yang masing2


terdiri dari 10 desa. Topografi kabupaten X adalah kabupaten pantai dengan 50% daerahnya berupa
tanah dataran rendah bekas hutan dan lahan gambut dengan sebagian masih berupa rawa. Daerah
rawa ini merupakan pusat penyebaran demam berdarah.

Anda ditugaskan sebagai ketua tim dalam penugasan audit kinerja pada Dinas Kesehatan. Salah satu
program yang dijlankan oleh Dinkes adalah program penanggulangan penyebaran demam berdarah.
Program ini dijabarkan dalam 3 kegiatan: 1) kegiatan fogging; 2) kegiatan pembagian bubuk abate;
dan 3) kegiatan pemantauan jentik. Sasaran dari program ini adalah “menurunnya kasus demam
berdarah di kabupaten X”. Dinkes tidak menetapkan lebih lanjut sasaran program dan kegiatan
tersebut ke dalam ukuran kinerja yang lebih spesifik. Pada tahun ini, sd. Bulan September saat
dilakukan evaluasi, jumlah kasus demam berdarah tahun ini telah mencapai 600 kasus. Jumlah kasus
demam berdarah tahun sebelumnya adalah 400 kasus.

Kegiatan fogging dilakukan 2x dalam satu tahun untuk setiap desa dengan pelaksanaan bergilir
setiap bulan dilakukan pada 1 kecamatan. Atas kegiatan ini tim saudara telah mengumpulkan data
dengan hasil analisis bahwa kegiatan tersebut tidak efektif. Menurut penjelasan penduduk kegiatan
fogging hanya mengusir tetapi tidak mematikan nyamuk. Hal ini bisa dipahami karena pada satu
kecamatan pun fogging tidak dapat dilakukan serentak pada seluruh kecamatan karena keterbatasan
SDM dan alat fogging. Dengan fakta ini, anda menyimpulkan bahwa kegiatan fogging sebaiknya tidak
dilanjutkan pada tahun anggaran berikutnya.

Kegitan pembagian abate dilakukan dengan membagi rata jumlah pengadaan abate ke 12
kecamatan dan ke masing2 desa dengan pembagian secara merata. Kegiatan penyebaran abate
berdasarkan hasil analis tim menunjukkan hasil yang lebih baik pada beberapa kecamatan. Namun
warga desa dengan topografi rawa dan lahan gambut menyampaikan bahwa abate yang diterima
kurang efektif menekan penyebaran kasus demam berdarah karena jumlahnya kurang banyak.

Demikian juga halnya dengan kegiatan jumantik. Penetapan jumlah yang sama rata pada seluruh
desa dirasa tidak efektif karena topografi masing2 desa sebenarnya berbeda. Secara keseluruhan
kegiatan penyebaran abate dan kegiatan jumantik dinilai sangat berhasil, bahkan berlebihan pada
desa2 yang wilayahnya bukan eks lahan gambut dan rawa, sementara dinilai tidak efektif untuk
desa2 dengan topografi eks lahan gambut dan daerah rawa.

Anda ditugaskan untuk membuat simpulan atas kasus ini dengan target usulan perbaikan
pelaksanaan kegiatan guna meningkatkan efektifitas program di tahun yad. Laporan dibuat untuk
mencapai tujuan menginformasikan, meyakinkan, dan menghasilkan. Anda dibebaskan untuk
membuat ilustrasi data sendiri, sepanjang sejalan dengan uraian kasus di atas, dalam rangka
mencapai tujuan pelaporan tersebut.
Heading – conclusion – evidence

Meningkatkan efektivitas program penanggulangan penyebaran DB

Kegiatan fogging dalam program penanggulangan penyebaran DB dapat dihapuskan karena


efektivitasnya dalam mendukung pencapaian tujuan program tidak memadai. Anggaran untuk
kegiatan tersebut agar diajukan untuk direvisi dan dialihkan ke dua kegiatan lainnya guna menekan
penyebaran DB. Disamping itu, Dinkes perlu menetapkan ukuran kinerja keberhasilan program
sehingga dapat melakukan penilaian sendiri tingkat ketercapaian tujuan program. Penetapan ukuran
kinerja program juga akan dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan atas
penyelenggaran program.

Uraian bukti yang mendukung simpulan di atas!!!

Misalnya:

1) Penjabaran inefektivitas kegiatan fogging


2) Penjabaran perbaikan peaksanaan kegiatan pembagian abate, sbb:

Kondisi desa di kabupaten X beragam. Desa dengan topografi eks lahan gambut dan rawa
merupakan daerah utama sebaran DB. Data kasus DB dari RS dan Puskesmas menunjukkan bahwa
80% pasien DB berdomisili di daerah dengan topografi eks lahan gambut dan rawa. Banyaknya
genangan di desa dengan topografi tersebut menjadikan daerah tersebut menjadi pusat derah hidup
dan berkembangnya nyamuk aedes aegipty yang merupakan penyebar virus DB. Kebijakan
membagikan bubuk abate secara merata dengan jumlah yang sama besar untuk seluruh desa dapat
menyebabkan penanggulangan pertumbuhan nyamuk sebagai penyebar virus DB tiak efektif. Di
daerah dengan topografi bukan eks lahan gambut atau rawa seperti desa-desa di sekitar pusat
pemerintahan kabupaten, jumlah abate yang diterima menjadi berlebih. Hal ini terlihat dari jumlah
kasus DB di daerah tersebut yang menurut data RS dan Puskesmas hanya mencakup 20% dari
keseluruhan jumlah kasus. Sementara itu di desa-desa dengan topografi eks lahan gambut dan rawa,
jumlah pembagian abate menjadi tidak memadai untuk jumlah luasan pusat konsentrasi nyamuk.
Dengan kondisi ini, maka kebijakan pembagian bubuk abate secara merata dengan jumlah yang
sama untuk semua desa dapat diperbaiki dengan membagi sesuai kebutuhan desa dengan
memperhatikan luasan daerah konsentrasi tempat tumbuh dan berkembangnya nyamuk. Disamping
itu, tambahan alokasi anggaran dari penggeseran kegiatan fogging akan dapat meningkatkan
efektivitas penanggulangan penyebaran DB. Untuk keperluan ini, Dinkes perlu menyusun peta
konsentrasi kasus penyebaran DB serta memperhatikan topografi daerah. Hasil pemetaan tersebut
agar digunakan sebagai dasar penetapan jumlah abate yang dialokasikan ke masing-masing desa.
Dengan pemetaan ini, maka pembagian serbuk abate akan menjadi sesuai dengan kebutuhan
masing-masing desa sesuai dengan topografinya. Hal ini akan memungkinkan penanganan
penyebaran virus DB menjadi efektif.

Dst…

Anda mungkin juga menyukai