Tugas Final Farmakologi Insulin Su Edit
Tugas Final Farmakologi Insulin Su Edit
B. Efek Insulin
1. Seberapa lama tubuh merespon insulin mulai dari berefek sampai durasi
5. Umur
a. Lispro (Humanolog)
Berbeda dengan Insulin manusia pada urutan B28 dan B29.Insulin analog tipe ini
mengurangi glukosa sampai 20-30%.Onset : 15 – 30 menit. Peak : 30 – 90 menit.
Durasi : 3 – 5 jam. Salah satu contoh insulin lispro yang ramai di pasaran
yaituHumalog/Humalog Mix 25. Komposisi :Humalog insulin lispro. Humalog mix
lispro 25%, insulin lispro protamine susp (rDNA origin) 75%. Indikasi : untuk
pasien DM yang memerlukan insulin. Kontra Indikasi : Hipoglikemia. Perhatian :
peralihan dari insulin. Durasi DM yang lama, terapi insulin intensif, neuropati
diabetes, penggunaan B-blockers.Reaksi hipoglikemia atau hiperglikemia tak
terkendali.Dosis kurang memadai atau penghentian terapi.Gangguan penyakit
atau emosi.Gangguan ginjal atau hati.Perubahan aktifitas atau pola makan.Anak-
anak.kehamilan dan menyusui. Dosis : dosis bersifat individual.
Kemasan :Cartridge Humalog 100 UI/ml x 3 ml x 5.
b. Aspart (Novolog)
Dibentuk dari penggantian Prolin B28 dengan aspartat.Onset 10 – 20
menit.Peak : 40 – 50 menit. Durasi : 3-5 jam.
Contoh Insulin aspart :
1. Novomix 30
Insulin aspart 30%, protaminated insulin aspart 70%.Indikasi :terapi DM tipe 1
dan 2. Kontra indikasi : hipoglikemia. Perhatian : penyakit atau obat yang dapat
memperlambat absorpsi makanan dan atau meningkatkan kebutuhan insulin.
Pengurnagan jadwal makan, aktivitas fisik yang berat, preparat yang
mengandung metakresol yang dapat menyebabkan alergi.Dapat mengganggu
kemampuan mengemudi dan menjalankan mesin.Hamil.Efek samping :
Hipoglikemia, odema. Interaksi Obat : obat hipoglikemik oral, oktreotid, MAOI,
penyekat alfa adrenergik non selektif, inhibitor ACE, salisilat, alkohol, steroid
anabolik, kontrasepsi oral, tiazid, glukokortikoid, hormon tiroid, simpatomimetik,
danazol. Dosis :0,5-1 iu/kgBB/hari. Kemasan : FlexPen 100u/ml, 3ml x 5.
2. Novorapid
Insulin aspart 100 iu/ml. Indikasi :terapi DM tipe 1 dan 2. Kontra indikasi :
hipoglikemia. Perhatian :penyakit atau obat yang dapat memperlambat absorpsi
makanan dan atau meningkatkan kebutuhan insulin. Pengurangan jadwal makan,
aktivitas fisik yang berat, preparat yang mengandung metakresol yang dapat
menyebabkan alergi.Dapat mengganggu kemampuan mengemudi dan
menjalankan mesin, hamil.Efek samping :hipoglikemia. Interaksi Obat : obat
hipoglikemi oral, tiazid, glukokortikoid, hormon tiroid, simpatomimetik, danazol.
Dosis : 0,5-1 iu/kg/BB/hari.
c. Glulisine (Apidra)
Pada senyawa ini, asam glutamat menggantikan lisin pada B29, dan lisin
menggantikan asparagin pada B23.Onset : 20-30 menit. Peak : 30-90 menit.
Durasi : 1-2,5 jam
Telah ditemukan insulin inhaled yang bisa diberikan tanpa menggunakan suntik.
Insulin ini bernama Affreza dan telah disetujui oleh FDA.Insulin ini bisa digunakan
untuk diabetes tipe 1 dan 2.Peak : 15 – 20 menit dan dibersihkan dari tubuh dalam
waktu 2 – 3 jam. Insulin ini bukan untuk diabetes tapi untuk keadaan emergency
seperti Ketoasidosis Diabetes (KDA).
Konsekwensi klinisnya adalah bahwa jika insulin reguler diberikan saat makan,
glukosa darah meningkat lebih cepat dari pada insulin sehingga terjadi hiperglikemia
pasca makan dini dan meningkatnya resiko hipoglikemia pasca makan lanjut. Karena
itu insulin reguler seyogyanya disuntukan 30-40 menit atau lebih sebelum makan
untuk memperkecil ketidaksesuaian tersebut. Seperti sediaan- sediaan insulin lama,
masa kerja serta masa awitan dan intensitas efek puncak meningkat seiring dengan
ukuran dosis. Secara klinis, hal ini merupakan masalah penting karena
farmakokinetika dan farmakodinamika dan dosis kecil insulin reguler dan NPH sangat
berbeda dari dosis besarnya. Tertundanya penyerapan, masa kerja yang dependen
dosis, dan variabilitas absorbsi (sekitar 25%) insulin manusia reguler sering
menyebabkan ketidaksesuaian antara ketersediaan insulin dengan kebutuhan, dan
pemakaian obat ini mulai menurun.
Namun, insulin reguler kerja singkat adalah satu-satunya jenis yang harus diberikan
secara intravena karena pengenceran menyebabkan hexamer insulin segera terurai
menjadi monomer. Hal ini sangat berguna untuk terapi intravena dalam
penatalaksanaan ketoasidosis , diabetes, dan ketika kebutuhan insulin cepat
berubah, misalnya setelah pembedahan atau selama infeksi akut.
Gambar 3.Profi l farmakokinetik insulin kerja pendek (short acting). Terlihat lama
kerja relatif 5-8 jam, dengan awitan kerja 30 – 60 menit, dan puncak kerja 2-4 jam.
Penderita Dm tipe-1 yang berusia balita sebaiknya menggunakan insulin jenis
ini untuk menghindari efek hipoglikemia akibat pola hidup dan pola makan yang
seringkali tidak teratur. Fleksibilitas penatalaksanaan pada usia balita menuntut
pemakaian insulin kerja pendek atau digabung dengan insulin kerja menengah.
Gambar 2. Profi l farmakokinetik insulin kerja panjang (long acting). Terlihat lama kerja relatif 20-30 jam,
dengan awitan kerja 4-8 jam, dan puncak kerja 12-24 jam.
1. Insulin Glargine (Lantus)
Merupakan analog insulin manusia rekombinan, ditujukan untuk meningkatkan kontrol
glikemik pada orang dewasa dengan diabetes melitus tipe 1 atau 2.
Pertimbangan dosis: dapat diberikan setiap saat sepanjang hari dengan ketentuan diberikan
sekali sehari pada waktu yang sama setiap hari. Untuk dosis individual dapat diberikan sesuai
respon klinis sehingga pemantauan kadar gula darah perlu diperhatikan. Pada pasien dengan
diabetes melitus tipe 1, insulin glargine harus digunakan dalam rejimen dengan short-acting
insuln.Sebaiknya tidak diberikan secara intravena atau melalui pompa insulin.pemberian
dengan intavena dalam dosis biasa dapat mengakibatkan hipoglikemia berat. Perlu
diperhatikan bahwa tingkat penyerapan dan durasi dari aksi insulin dapat dipengaruhi oleh
latihan dan variabel lain (mis: stres, penyakit penyerta, dan pola makan).
Dosis awal:
Diabetes Mellitus tipe 1: dosis awal harus kira-kira sepertiga dari total kebutuhan
insulin sehari-hari. Short acting insulin dan premeal insulin harus digunakan untuk
memenuhi sisa dua pertiga dari kebutuhan insulin sehari-hari. Penggunaan insulin
glargine harus digunakan kombinasi dengan short acting insulinn atau rapid acting
insulin. Kisaran pemeliharaan harian adalah 0,5-1 unit/kg/hari dalam dosis terbagi.
Non obes mungkin membutuhkan 0,4-0,6 unit/kg/hari. Pada obesitas mungkin
membutuhkan 0,6-1,2 unit/Kg?hari.
Diabetes Melitus tipe 2: dosis awal pada pasien yang sedang tidak diobati dengan
insulin adalah 10 unit (atau 0,2 unit/kg) sekali sehari. Dosis individual harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan disesuaikan dengan pengukuran
glukosa darah.
Konversi dari insulin lain: jika perubahannyadari intermediate atau long acting insulin
(Levemir) ke insulin glargine dosisnya perlu disesuaikan.
Dari insulin NPH (Neutral Protamine Hagedorn) sekali sehari: dosis awal sama dengan dosis
NPH yang sedang dikonsumsi.
Dari insulin NPH dua kali sehari untuk insulin gargline satu kali sehari: dosis awal adalah 80%
dari total dosis harian NPH. Pengurangan dosis ini bertujuan untuk mengurangi risiko
hipoglikemia
Interaksi Obat: akan terjadi peningkatan efek penurunan gula darah jika digunakan
bersamaan dengan antidiabetik oral, ACE inhibitor, disopiramid, fibrat, fluoksetin, MAOI,
pentoksifilin, propoksifen, salisilat, antibiotik sulfonamid. Efek penurunan gila darah akan
berkurang jika digunakan bersama kortikosteroid, danazol, dizoksid, diuretik, glukagon,
isoniazid, estrogen dan progesteron, derivat fenotiazin, somatotropi, simpatomimetik,
hormon tiroid. Beta blocker, kionidin, garam lithium atau alkohol dapat memperlemah efek
penurunan gula darah.
Efek Samping: sakit kepala, influenza like-symptoms, dyspepsia, diare, sakit punggung,
pharyngitis, lipodystrophy, lipohypertrophy, pallor, takikardi, reaksi alergi lokal, hipokalemia,
peripheral edema.
Mekanisme Aksi: mengatur metabolisme glukosa. Insulin dan analog yang menurunkan
kadar glukosa darah dengan merangsang penyerapan glukosa perifer, terutama oleh otot
rangka dan lemak dan menghambat glukoneogenesis di hati. Insulin juga menghambat
lipolisis dan proteolisis dan meningkatkan sintesis protein.
Absorpsi:
Metabolisme: insuli glargine dimetabolisme oleh jaringan adiposa atau otot. Sebagian
dimetabolisme di ujung karboksil rantai B di depot subkutan membentuk 2 metabolit aktif
dengan aktivitas in vitro mirip dengan insulin metabolit (aktif): M1 (21A-Gly-insulin) dan M2
(21A-Gly-des-30 Thr insulin)
Ekskresi: urin
Instruksi: penyuntikan dapat dilakukan sekali sehari ke daerah perut, paha atau deltoid pada
waktu yang sama setiap hari. Putar situs injeksi di wilayah yang sama dari 1 injeksi ke depan
untuk mengurangi risiko lipodistrofi. Dosis individual berdasarkan kebutuhan metabolisme
individu, hasil pemantauan glukosa darah, dan tujuan kontrol glikemik. Dosis berkisar 1-80
unit perinjeksi. Untuk meminimalkan risiko hipoglikemia titrasi dosis tidak lebih sering
daripada 3-4 hari. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan dengan perubahan aktivitas fisik,
perubahan pola makan, perubahan fungsi ginajl atau hati atau selama penyakit akut untuk
meminimalkan risiko hipoglikemia atau hiperglikemia. Untuk menghindari risiko
hypoglicemia, hindari pemberian secara IV, IM atau via insulin pump serta jangan diencerkan
atau dicampur dengan produk insulin lain.
Penyimpanan:
Dosis Awal:
Diabetes mellitus tipe 1: dosis awal harus kira-kira sepertiga dari total kebutuhan
insulin sehari-hari. Short acting insulin dan premeal insulin harus digunakan untuk
memenuhi sisa dua pertiga dari kebutuhan insulin sehari-hari. Penggunaan insulin
glargine harus digunakan kombinasi dengan short acting insulinn atau rapid acting
insulin. Kisaran pemeliharaan harian adalah 0,5-1 unit/kg/hari dalam dosis terbagi.
Non obes mungkin membutuhkan 0,4-0,6 unit/kg/hari. Pada obesitas mungkin
membutuhkan 0,6-1,2 unit/Kg/hari.
Diabetes melitus tipe 2yang tidak cukup terkontrol pada obat oral: 10 unit/hari (atau
0,1-0,2 unit/kg/hari)
Diabtes melitus tipe 2 yang tidak cukup terkontrol pada agonist GLP-1 Receptor: 10
unit/hari, diberikan sekali sehari di malam. Selanjutna dosis dilanjutkan sesuai kadar
glukosa darah.
Jika mengkonversi dari insulin glargine: perubahan dapat dicapai secara unit ke unit.
Jika mengkonversi dari NPH insulin: perubahan dapat dicapai secara unit ke unit.
Namun, beberapa pasien dengan DM tipe 2 mungkin membutuhkan lebig banyak
insulin detemir daripada NPH insulin.
Pertimbangan dosis: dosis insulin manusia yang selalu dinyatakan dalam satuan USP, harus
didasarkan pada hasil tes darah dan glukosa urin dan hrus berhati-hati terhadap efek
optimal individual. Penyesuaian dosis harus didasarkan pada pengujian glukosa darah secara
teratur.
Interaksi Obat: obat antidiabetik oral, MAOI, penyekat beta non selektif, ace inhibitor,
salisilat, alkohol, tiazid, glukokortoid, hormon tirod, simpatomimetik beta, GH, danazol,
oktreotide dan lanreotide dapat meningkatkan atau menurunkan efeknya.
Perhatian: long acting insulin tidak digunakan pada keadaan dimana dibutuhkan short acting
insulin. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan kebutuhan insulin menurun,
termasuk diare, mual/muntah, malabsorpsi, hipotiroidisme, gangguan ginjal dan hati.
Perubahan yang cepat pada glukosa serum dapat menyebabkan gejala hipoglikemi.
Pemantauan kadar glukosa darah dan pengurangan dosis insulin mungkin diperlukan pada
gangguan ginjal atau hati, tidak dianjurkan selama periode ginjal menurun dengan cepat
karena adanya risiko hipoglikemia berkepanjangan. Dapat menyebabkan pergeseran kalium
ekstrasel ke intrasel yang dapat menginduksi hipoglikemia; hati-hati ketika diberikan
bersama obat-obatan atau kondisi yang dapat menurunkan kadar kalium. gunakan dengan
hati-hati pada pasien dengan kebutuhan insulin meningkat, termasuk demam,
hipertirodisme, trauma, atau infeksi.
Mekanisme Aksi: mengatur metabolisme glukosa. Insulin dan analog yang menurunkan
kadar glukosa darah dengan merangsang penyerapan glukosa perifer, terutama oleh otot
rangka dan lemak dan menghambat glukoneogenesis di hati. Insulin juga menghambat
lipolisis dan proteolisis dan meningkatkan sintesis protein.
Absorpsi:
Distribusi:
Ekskresi: urin
Selain memberikan manfaat untuk pengobatan DM, pemberian insulin secara berlebihan
dan juga reaksi sensitivitas dari pasien tersebut ternyata dapat menimbulkan efek samping seperti:
1. hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan efek samping yang paling sering terjadi dan terjadi akibat dosis
insulin yang terlalu besar, tidak tepatnya waktu makan dengan waktu tercapainya kadar insulin, atau
karena adanya faktor yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin misalnya insufiensi
adrenal atau pituitari, ataupun akibat kerja fisik yang berlebihan.
Penggunaan insulin rekombinan dan insulin yang lebih murni telah dapat menurunkan reaksi
alergi dan resistensi. Meski demikian kadang-kadang reaksi tersebut masih dapat terjadi akibat
adanya bekuan atau terjadi denaturasi preparat insulin atau kontaminan atau akibat pasien sensitif
terhadap senyawa yang ditambahkan pada proses formulasi preparat insulin (misal: Zn 2+, protamin,
fenol,dll) . reaksi alergi lokal pada kulit yang sering terjadi akibat IgE atau resistensi akibat timbulnya
antibodi IgG. Sebaiknya bila ini terjaid dilakukan pemeriksaan kadar antibodi indulin spesific IgG dan
IgE, ntuk mengetahui penyebab reaksi yang terjadi. Test kulit juga dapat dilakukan, meski banyak
pasien yang menunjukkan test kulit intradermal positif tetapi tidak menunjukkan reaksi efek
samping dari insulin yang diberikan subkutan. Bila pasien alergi terhadap porcine insulin dapat
diganti dengan human insulin. Reaksi alergi kulit umumnya dapat diatasi dengan anti histamin
sedangkan bila reaksi tersebut hebat atau terjadi resistensi, dapat diberikan glukokortikoid. Tetapi
tentu kortikosteroid ini tidak dapat diberikan terlalu lama karena efek hiperglisemianya.
Lipoatrofi jaringan lemak subkutan ditempat suntikan dapat timbul akibat variant respon
imun terhadap insulin; sedangkan lipohipertrofi dimana terjadi penumpukan lemak subkutan terjadi
akibat efek lipogenik insulin yang kadarnya tinggi pada daerah tempat suntikan. Hal ini diduga akibat
adanya kontaminan dalam preparat insulin, dan reaksi lebih jarang terjadi pada penggunaan insulin
yang lebih murni. Pada kenyataannya lipohipertrofi lebih sering terjadi dengan human insulin apabila
pasien yang menyuntikkan sendiri pada tempat yang sama. Hal ini disebabkan karena terjadi
absorpsi insulin yang kurang baik atau tidak teratur. Untuk mengatasi hal ini dianjurkan untuk
menyuntikkannya pada tempat berebda terutama disekitarnya dimana terdapat atrofi atau tempat
terjadinya lekukan.
Edema, rasa kembung di abddomen dan gangguan visus, timbul pada banyak pasien DM
dengan hiperglikemia hebat atau ketoasidosis yang sedang diterapi dengan insulin, dan ini
berhubungan dengan peningkatan berat badan sekitar 0,5 sampai 2,5 kg. Umunya edema akan
menghilang dalam beberapa hari atau minggu kecuali bila ada gangguan fungsi jantung atau ginjal.
Edema ini terjadi akibat resistesi Na + atau peningkatan permiabilitas kapiler akibat kontrol metabolik
yang tidak adekuatif.