Anda di halaman 1dari 16

I.

MEKANISME KERJA INSULIN DI MOLEKUL


Insulin menyebabkan berbagai macam respons biologis yang mengagumkan.
Jaringan target yang penting untuk pengaturan homeostasis glukosa oleh insulin adalah
hati,otot,lemak,tetapi insulin juga menggunakan efek pengaturan yang kuat terhadap
jenis sel lainnya.insulin merupakan hormone utama yang bertanggung jawab untuk
pengontrolan ambilan,penggunaan ,dan penyimpanan nutrisi sel.Kerja anabolik insulin
meliputi stimulasi penyimpanan dan penggunaan glukosa,asam amino,dan asam lemak di
intraseluler,sementara menghambat proses katabolik ,seperti pemecahan
glikogen,lemak,dan protein.Insulin mencapai tujuan utama ini dengan cara menstimulasi
transport substrat dan ion ke dalam sel,meningkatkan translokasi protein di antara
kompartemen sel,mengaktivasi dan menginaktivasi enzim tertentu,serta perubahan
jumlah protein dengan cara mengubah laju transkripsi gen dan translasi mRNA tertentu.

A. Sintesis dan Sekresi


Insulin disintesis sebagai prekursor (praproinsulin) di dalam retikulum
endoplasmik. Praproinsulin ditransportasikan ke badan Golgi yang praproinsulinnya
mengalami modifikasi post-translational dalam bentuk pemecahan proteolitik
menjadi proinsulin dan C-peptida. Disimpan dalam bentuk granul di dalam sel-B
pulau pankreas. Sekresi normal berpulsasi setiap 15-30 menit. Faktor utama yang
mengontrol sintesis dan sekresi insulin adalah kadar gula darah. Sel-B merespon
terhadap konsentrasi glukosa absolut dan juga terhadap perubahan laju glukosa
darah.
Perangsang pelepasan insulin (selaln glukosa) adalah asam amino (terutama
arginin dan leusin), sistem saraf parasimpatik, glukagon, dan berbagai hormon
saluran cerna serta obat sulfonilurea. Ini terjadi pada fase pertama pelepasan insulin.
Hormon saluran cerna yang merangsang sekresi insulin adalah gastrin, sekretin,
kolesistokinin, gastic-inhibitory polypeptide (GTP), dan peptida yang berkaitan
dengan enterogltikagon, seperti glucagon-like peptide (GLP) dan GLP, (amida dari
fragmen GLP) yang dilepaskan pada waktu makan. Hal ini menerangkan mengapa
glukosa oral menyebabkan pelepasan insulin lebih besar dari pada pemberian
glukosa intravena.
Pelepasan insulin dihambat oleh sejumlah hormon peptida, seperti
somatoitatin, galanin (suatu aktivator endogen kanal K + yang sensitif terhadap ATP),
dan oleh sistem saraf simpatik. Adrenalin meningkatkan glukosa darah dengan jalan
menghambat pelepasan insulin dari pankreas (melalui reseptor-alfa 2) dan
meningkatkan glikogenolisis melalui reseptor-beta 2 pada otot rangka dan hati.
Kira-kira seperlima dari insulin yang disekresi per hari disimpan di dalam
pankreas orang dewasa (+5 mg), dan konsentrasi plasma rata-rata setelah
semalaman puasa adalah 20-50 pmol/l. Insulin yang disekresikan ke dalam sirkulasi
vena porta dan dalam keadaan puasa, konsentrasinya dalam vena porta kira-kira tiga
kali lebih tinggi dari pada yang tertinggal dalam sirkulasi, yang menunjukkan adanya
klirens hepatik. Perbandingan ini akan meningkat menjadi 10:1 setelah pankreas
dirangsang oleh glukosa.

B. Efek Insulin

Insulin merupakan hormon perantara yang mengontrol metabolisme, serta


mempunyai pengaruh pada hati, otot, dan lemak.

Efek Insulin Terhadap Metabolisme Karbohidrat


Insulin memengaruhi metabolisme glukosa pada semua jaringan, terutama hati
dengan cara menghambat glikogenolisis dan glukoneogenesis dan merangsang
sintesis glikogen. Insulin juga meningkatkan pemakaian glukosa (glikolisis). Semua
efek ini meningkatkan simpanan glikogen hati.
Pada otot, tidak seperti pada hati, ambilan glukosa lambat dan laju langkah
metabolisme karbohidrat terbatas. Efek utama insulin adalah meningkatkan fasilitas
transportasi glukosa melalui transporter GLUT-4, dan merangsang sintesis glikogen
dan glikolisis.
Insulin meningkatkan ambilan glukosa melalui GLUT-4 di dalam jaringan adiposa
sama seperti di otot, dengan meningkatkan metabolisme glukosa. Salah satu hasil
produk akhir metabolisme glukosa pada jaringan adiposa adalah gliserol, yang
diesterifikasi dengan asam lemak membentuk trigliserida sehingga memengaruhi
juga metabolisme lemak.
Efek Insulin Terhadap Metabolisme Lemak
Insulin meningkatkan sintesis asam lemak dan pembentukan trigliserida dalam
jaringan adiposa, dan menghambat lipolisis, sebagian melalui defosforilasi
(inaktivasi) lipase. Juga menghambat kerja lipolitik adrenalin, GH, dan glukagon
dengan menghambat efeknya pada adenilat siklase. Insulin juga menyebabkan
lipogenesis di hati.

Efek Insulin Terhadap Metabolisme Protein


Insulin merangsang ambilan asam amino ke dalam otot dan meningkatkan sintesis
protein. Juga menurunkan katabolisme protein dan menghambat oksidasi asam
amino di hati.

C. PERAN INSULIN PADA KELAPARAN


Kelaparan adalah suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan,
biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk
waktu yang cukup lama. Kelaparan adalah bentuk ekstrem dari nafsu makan normal.
Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang
dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif lama.
Insulin merupakan hormon pada tubuh manusia yang diproduksi oleh pancreas
ketika kita mencerna makanan dan pada saat glukosa dalam darah meningkat.
Peranan insulin adalah merangsang sel tubuh manusia untuk menyerap glukosa dari
dalam darah. Pada dasarnya insulin sangat berperan dalam penyimpanan sari-sari
makanan (glukosa) yang berlebih di dalam pembuluh darah. Lawan insulin adalah
glukagon. Peranannya pun berlawanan dengan insulin. Jika insulin bertugas untuk
menyimpan cadangan makanan, maka glukagon akan merombak cadangan makanan
tersebut.
Analogi:
Insulin --> Menabung.
Glukagon --> Mengambil tabungan.
Tidak adanya insulin dalam tubuh manusia akan membuat glukosa yang ada di
dalam pembuluh darah tidak dapat diserap oleh sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh menjadi
”kelaparan” dan kekurangan energi sehingga merangsang peningkatan produksi
glukagon yang akan meningkatkan perombakan jaringan lemak sebagai tempat
penyimpanan cadangan makanan pada tubuh manusia. Jika lama-kelamaan hal ini
terjadi maka akan membuat penderita akan tampak sangat kurus karena kehilangan
berat badan yang drastis.

II. TERAPI INSULIN


Diabetes Melitus dibagi tipe 1 dan Tipe 2.Penderita diabetes tipe 1 yg memerlukan
pengobatan jangka lama insulin.Penderita diabetes tipe 2 yang juga memerlukan pengobatan
jangka lama insulin.Pengobatan singkat insulin pada penderita diabetes tipe 2 yg memerlukan
insulin atau adanya gangguan toleransi glukosa pada keadaan infeksi, infark miokard, kehamilan,
dan selama operasi.
Tujuan pemberian insulin pada semua keadaan tersebut bukan saja untuk menormalkan
glukosa darah tetapi juga memperbaiki semua aspek metabolism, dan yang terakhir inilah
umumnya yang sukar dicapai.Hasil terapi yang optimal membutuhkan pendekatan dokter pada
pasien dan keluarganya, agar ada koordinasi antara diet, latihan fisik, dan pemberian insulin.
Untuk kebutuhan insulin basal dapat digunakan insulin kerja menengah
(intermediate acting insulin) atau kerja kerja panjang (long acting insulin); sementara
untuk memenuhi kebutuhan insulin prandial digunakan insulin kerja cepat (insulin
reguler/ short acting insulin) atau insulin kerja sangat cepat (rapid-atau ultra-rapid acting
insulin).Tipe tipe ini diberikan dengan ketentuan :

1. Seberapa lama tubuh merespon insulin mulai dari berefek sampai durasi

2. pilihan gaya hidup

3. Kesediaan untuk injeksi per hari

4. Seberapa sering ukur gula darah

5. Umur

6. Tujuan manajemen gula darah

Rapid acting insulin


Memiliki onset yang cepat namun durasinya pendek. Onset adalah lama insulin dari
dimasukan sampai memberi efek. Peak adalah kadar glukosa terendah dalam darah.
Duration adalah lama waktu obat bekerja dan berada dalam tubuh. Insulin Rapid action ini
diberikan 15 menit sebelum makan. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan insulin pada
waktu makan dan biasa dikombinasikan dengan Insulin yang memiliki kerja lebih panjang
seperti Intermediate-acting dan Long-acting.

Rapid acting analog memiliki beberapa jenis, yaitu :

a. Lispro (Humanolog)
Berbeda dengan Insulin manusia pada urutan B28 dan B29.Insulin analog tipe ini
mengurangi glukosa sampai 20-30%.Onset : 15 – 30 menit. Peak : 30 – 90 menit.
Durasi : 3 – 5 jam. Salah satu contoh insulin lispro yang ramai di pasaran
yaituHumalog/Humalog Mix 25. Komposisi :Humalog insulin lispro. Humalog mix
lispro 25%, insulin lispro protamine susp (rDNA origin) 75%. Indikasi : untuk
pasien DM yang memerlukan insulin. Kontra Indikasi : Hipoglikemia. Perhatian :
peralihan dari insulin. Durasi DM yang lama, terapi insulin intensif, neuropati
diabetes, penggunaan B-blockers.Reaksi hipoglikemia atau hiperglikemia tak
terkendali.Dosis kurang memadai atau penghentian terapi.Gangguan penyakit
atau emosi.Gangguan ginjal atau hati.Perubahan aktifitas atau pola makan.Anak-
anak.kehamilan dan menyusui. Dosis : dosis bersifat individual.
Kemasan :Cartridge Humalog 100 UI/ml x 3 ml x 5.

b. Aspart (Novolog)
Dibentuk dari penggantian Prolin B28 dengan aspartat.Onset 10 – 20
menit.Peak : 40 – 50 menit. Durasi : 3-5 jam.
Contoh Insulin aspart :
1. Novomix 30
Insulin aspart 30%, protaminated insulin aspart 70%.Indikasi :terapi DM tipe 1
dan 2. Kontra indikasi : hipoglikemia. Perhatian : penyakit atau obat yang dapat
memperlambat absorpsi makanan dan atau meningkatkan kebutuhan insulin.
Pengurnagan jadwal makan, aktivitas fisik yang berat, preparat yang
mengandung metakresol yang dapat menyebabkan alergi.Dapat mengganggu
kemampuan mengemudi dan menjalankan mesin.Hamil.Efek samping :
Hipoglikemia, odema. Interaksi Obat : obat hipoglikemik oral, oktreotid, MAOI,
penyekat alfa adrenergik non selektif, inhibitor ACE, salisilat, alkohol, steroid
anabolik, kontrasepsi oral, tiazid, glukokortikoid, hormon tiroid, simpatomimetik,
danazol. Dosis :0,5-1 iu/kgBB/hari. Kemasan : FlexPen 100u/ml, 3ml x 5.

2. Novorapid
Insulin aspart 100 iu/ml. Indikasi :terapi DM tipe 1 dan 2. Kontra indikasi :
hipoglikemia. Perhatian :penyakit atau obat yang dapat memperlambat absorpsi
makanan dan atau meningkatkan kebutuhan insulin. Pengurangan jadwal makan,
aktivitas fisik yang berat, preparat yang mengandung metakresol yang dapat
menyebabkan alergi.Dapat mengganggu kemampuan mengemudi dan
menjalankan mesin, hamil.Efek samping :hipoglikemia. Interaksi Obat : obat
hipoglikemi oral, tiazid, glukokortikoid, hormon tiroid, simpatomimetik, danazol.
Dosis : 0,5-1 iu/kg/BB/hari.

c. Glulisine (Apidra)
Pada senyawa ini, asam glutamat menggantikan lisin pada B29, dan lisin
menggantikan asparagin pada B23.Onset : 20-30 menit. Peak : 30-90 menit.
Durasi : 1-2,5 jam

Contoh Insulin Glulisine :


1. Apidra
Insulin glulisine 100 IU/ml. Indikasi :diabetes melitus. Perhatian :perubahan
rejimen pengobatan. Koreksi hipo atau hiperglikemia. Dapat menurunkan
kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin. Kehamilan dan
menyusui. Lansia dan anak-anak.Efek samping : hipoglikemia; tempat
suntikan dan reaksi hipersensitivitas misalnya kemerahan, pembengkakan,
gatal-gatal.Interaksi obat : obat anti diabetik oral, inhibitor ACE, disopiramid,
fibrad, fluoksetin, inhibitor MAO, pentoksifilin, propokxifen, salisilat,
sulfonamida. Kortikosteroid, danagol, dioksida, diuretik, INH, devirat
fenotiazine, somatropin, simpatomimetik, hormon tiroid, estrogen,
progestetin, inhibitor protease, anti psikotik. Beta blocker, klonidin, litium,
alkohol, petamidin, guanatidin, reserpin. Dosis : individual dosis, vial dengan
pompa infus subkutis. Obtiset dengan injeksi subkutis.Kemasan : 1 vial 10 ml,
5 solostar 3 ml

Telah ditemukan insulin inhaled yang bisa diberikan tanpa menggunakan suntik.
Insulin ini bernama Affreza dan telah disetujui oleh FDA.Insulin ini bisa digunakan
untuk diabetes tipe 1 dan 2.Peak : 15 – 20 menit dan dibersihkan dari tubuh dalam
waktu 2 – 3 jam. Insulin ini bukan untuk diabetes tapi untuk keadaan emergency
seperti Ketoasidosis Diabetes (KDA).

Insulin Kerja Pendek (short acting)


Insulin jenis ini tersedia dalam bentuk larutan jernih, dikenal sebagai insulin ’reguler’.
Insulin reguler adalah insulin seng berbentuk kristal laur yang bekerja singkat dan
kini dibuat dengan teknik DNA rekombinan untuk menghasilkan molekul yang identik
dengan molekul insulin manusia. Efeknya muncul dalam 30 menit, memuncak antara
2 dan 3 jam setelah penyuntikan subcutis, dan umumnya menetap 5-8 jam. Dalam
konsentrasi tinggi misalnya dalam vial,molekul insulin reguler spontan membentuk
agregat secara antiparalel untuk menghasilkan dimer yang menetap di sekitar ion-
ion seng untuk menciptakan hexamer insulin. Sifat hexamer insulin reguler
menyebabkan awitan kerja tertunda dan memperlama waktu tercapainya efek
puncak. Setelah penyuntikan subcutis hexamer insulin terlalu besar dan berat untuk
diangkut menembus endotel vaskuler ke dalam aliran darah. Sewaktu depo insulin
mengalami pengenceran oleh cairan interstisium dan konsetrasinnya mulai turun,
hexamer terurai menjadi dimer dan akhirnya monomer. Hal ini menghasilkan 3 laju
absorbsi insulin injeksi, dengan vase monomer terakhir menunjukan penyerapan
tercepat keluar dari tempat penyuntikan.

Konsekwensi klinisnya adalah bahwa jika insulin reguler diberikan saat makan,
glukosa darah meningkat lebih cepat dari pada insulin sehingga terjadi hiperglikemia
pasca makan dini dan meningkatnya resiko hipoglikemia pasca makan lanjut. Karena
itu insulin reguler seyogyanya disuntukan 30-40 menit atau lebih sebelum makan
untuk memperkecil ketidaksesuaian tersebut. Seperti sediaan- sediaan insulin lama,
masa kerja serta masa awitan dan intensitas efek puncak meningkat seiring dengan
ukuran dosis. Secara klinis, hal ini merupakan masalah penting karena
farmakokinetika dan farmakodinamika dan dosis kecil insulin reguler dan NPH sangat
berbeda dari dosis besarnya. Tertundanya penyerapan, masa kerja yang dependen
dosis, dan variabilitas absorbsi (sekitar 25%) insulin manusia reguler sering
menyebabkan ketidaksesuaian antara ketersediaan insulin dengan kebutuhan, dan
pemakaian obat ini mulai menurun.

Namun, insulin reguler kerja singkat adalah satu-satunya jenis yang harus diberikan
secara intravena karena pengenceran menyebabkan hexamer insulin segera terurai
menjadi monomer. Hal ini sangat berguna untuk terapi intravena dalam
penatalaksanaan ketoasidosis , diabetes, dan ketika kebutuhan insulin cepat
berubah, misalnya setelah pembedahan atau selama infeksi akut.

Gambar 3.Profi l farmakokinetik insulin kerja pendek (short acting). Terlihat lama
kerja relatif 5-8 jam, dengan awitan kerja 30 – 60 menit, dan puncak kerja 2-4 jam.
Penderita Dm tipe-1 yang berusia balita sebaiknya menggunakan insulin jenis
ini untuk menghindari efek hipoglikemia akibat pola hidup dan pola makan yang
seringkali tidak teratur. Fleksibilitas penatalaksanaan pada usia balita menuntut
pemakaian insulin kerja pendek atau digabung dengan insulin kerja menengah.

Insulin kerja-sedang(intermediate acting insulin)

Insulin jenis ini tersedia dalam bentuk suspensi sehingga terlihat


keruh.Mengingat lama kerjanya maka lebih sesuai bila digunakan dalam regimen dua
kali sehari dan sebelum tidur pada regimen basal-bolus. Sebelum digunakan, insulin
harus dibuat merata konsentrasinya; jangan dengan mengocok (dapat menyebabkan
degradasi protein), tetapidengan cara menggulung-gulung di antara kedua telapak
tangan. Insulin jenis ini lebih sering digunakan untuk penderita yang telah memiliki
pola hidup yang lebih teratur.Keteraturan ini sangat penting terutama untuk
menghindari terjadinya episode hipoglikemia.Sebagian besar diabetisi anak
menggunakan insulin jenis ini. DM tipe-1 usia bayi (0-2 tahun) mempunyai pola
hidup (makan, minum, dan tidur) yang masih teratur sehingga lebih mudah
mencapai kontrol metabolik yang baik. Apabila orangtua segan untukmenggunakan
regimen insulin dengan insulin kerja menengah secara multipel (2 kali sehari),
penggunaan satu kali sehari masih dimungkinkan pada golongan usia ini dengan
terlebih dahulu memperhatikan efek insulin terhadap kontrol metaboliknya.

Gambar 1. Profil farmakokinetik insulin kerja menengah (intermediateacting).


Terlihat lama kerja relatif 12 -24 jam, dengan awitan kerja 2-4jam, dan puncak kerja
4-12 jam.
Dua sediaan insulin kerja menengah yang saat ini tersedia adalah:
• Isophane atau insulin NPH (Neutral Protamine Hagedorn).
• Insulin Crystalline zinc-acetate (insulin lente).
 Insulin NPH atau Isophane
Insulin NPH(Neutral Protamine Hagedorn, atau Isofan) adalah insulin kerja sedang
yang penyerapan dan awitan kerjanya diperlambat oleh kombinasi insulin dan
protamin dalam jumlah yang sesuai sedemikian sehingga tidak ada yang berada
dalam bentuk tidak terikat(“isophane”). Setelah penyuntikan subkutis,enzim-enzim
proteolitik jaringan menguraikan protamin agar insulin dapat diserap. Insulin NPH
memiliki awitan sekitar 2-5 jam dan masa kerja 4-12 jam.Obat ini biasanya dicampur
dengan insulin regular,lispro,aspart, atau glulisin dan diberikan dua sampai empat
kali sehari untuk terapi sulih insulin.Dosis menentukan profil kerja; secara
spesifik,dosis kecil memperlihatkan efek puncak yang lebih rendah dan dini serta
masa kerja singkat sementara dosis besar sebaliknya. Efek NPH sangat sulit
diperkirakan, dan variabilitas absorpsinya lebih dari 50%.Pemakaian klinis NPH kini
semakin berkurang karena farmakokinetika yang kurang dan tersedianya analog
insulin kerja lama dengan efek yang lebih fisiologik dan dapat diprediksi.

3.1.2.4. Insulin Kerja Panjang (long acting)


Insulin kerja panjang tradisional (Ultralente
) mempunyai masa kerja lebih dari 24 jam, sehingga dapat digunakan dalam regimen basalbolus.
Profi l kejanya pada diabetisi anak sangat bervariasi, dengan efek akumulasi dosis; oleh karena itu
penggunaan analog insulin basal mempunyai keunggulan dibandingkan ultralente.

Gambar 2. Profi l farmakokinetik insulin kerja panjang (long acting). Terlihat lama kerja relatif 20-30 jam,
dengan awitan kerja 4-8 jam, dan puncak kerja 12-24 jam.
1. Insulin Glargine (Lantus)
Merupakan analog insulin manusia rekombinan, ditujukan untuk meningkatkan kontrol
glikemik pada orang dewasa dengan diabetes melitus tipe 1 atau 2.

Pertimbangan dosis: dapat diberikan setiap saat sepanjang hari dengan ketentuan diberikan
sekali sehari pada waktu yang sama setiap hari. Untuk dosis individual dapat diberikan sesuai
respon klinis sehingga pemantauan kadar gula darah perlu diperhatikan. Pada pasien dengan
diabetes melitus tipe 1, insulin glargine harus digunakan dalam rejimen dengan short-acting
insuln.Sebaiknya tidak diberikan secara intravena atau melalui pompa insulin.pemberian
dengan intavena dalam dosis biasa dapat mengakibatkan hipoglikemia berat. Perlu
diperhatikan bahwa tingkat penyerapan dan durasi dari aksi insulin dapat dipengaruhi oleh
latihan dan variabel lain (mis: stres, penyakit penyerta, dan pola makan).

Dosis awal:
 Diabetes Mellitus tipe 1: dosis awal harus kira-kira sepertiga dari total kebutuhan
insulin sehari-hari. Short acting insulin dan premeal insulin harus digunakan untuk
memenuhi sisa dua pertiga dari kebutuhan insulin sehari-hari. Penggunaan insulin
glargine harus digunakan kombinasi dengan short acting insulinn atau rapid acting
insulin. Kisaran pemeliharaan harian adalah 0,5-1 unit/kg/hari dalam dosis terbagi.
Non obes mungkin membutuhkan 0,4-0,6 unit/kg/hari. Pada obesitas mungkin
membutuhkan 0,6-1,2 unit/Kg?hari.
 Diabetes Melitus tipe 2: dosis awal pada pasien yang sedang tidak diobati dengan
insulin adalah 10 unit (atau 0,2 unit/kg) sekali sehari. Dosis individual harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan disesuaikan dengan pengukuran
glukosa darah.

Konversi dari insulin lain: jika perubahannyadari intermediate atau long acting insulin
(Levemir) ke insulin glargine dosisnya perlu disesuaikan.

Dari insulin NPH (Neutral Protamine Hagedorn) sekali sehari: dosis awal sama dengan dosis
NPH yang sedang dikonsumsi.

Dari insulin NPH dua kali sehari untuk insulin gargline satu kali sehari: dosis awal adalah 80%
dari total dosis harian NPH. Pengurangan dosis ini bertujuan untuk mengurangi risiko
hipoglikemia
Interaksi Obat: akan terjadi peningkatan efek penurunan gula darah jika digunakan
bersamaan dengan antidiabetik oral, ACE inhibitor, disopiramid, fibrat, fluoksetin, MAOI,
pentoksifilin, propoksifen, salisilat, antibiotik sulfonamid. Efek penurunan gila darah akan
berkurang jika digunakan bersama kortikosteroid, danazol, dizoksid, diuretik, glukagon,
isoniazid, estrogen dan progesteron, derivat fenotiazin, somatotropi, simpatomimetik,
hormon tiroid. Beta blocker, kionidin, garam lithium atau alkohol dapat memperlemah efek
penurunan gula darah.

Efek Samping: sakit kepala, influenza like-symptoms, dyspepsia, diare, sakit punggung,
pharyngitis, lipodystrophy, lipohypertrophy, pallor, takikardi, reaksi alergi lokal, hipokalemia,
peripheral edema.

Kontraindikasi: hipersensitifitas tehadap insulin glargine; berada dalam episode hypokalemia

Peringatan: Pasien harus diajarkan keterampilan yang penting untuk self-management


diabetes, seperti monitoring kadar gula darah. Hipoglikemia dapat terjadi pada kondisi
tertentu, umumnya terjadi pada awal pengobatan dengan insulin, setelah peralihan ke
preparasi insulin yang berbeda, keadaan diaman kontrol metabolisme tidak stabil atau pada
penyakit ginjal dan hati yang berat. Hiperglikemia dapat terjadi pada kondisi tertentu seperti
pengurangan dosis obat, penurunan aktifitas fisik, stres, operasi.

Mekanisme Aksi: mengatur metabolisme glukosa. Insulin dan analog yang menurunkan
kadar glukosa darah dengan merangsang penyerapan glukosa perifer, terutama oleh otot
rangka dan lemak dan menghambat glukoneogenesis di hati. Insulin juga menghambat
lipolisis dan proteolisis dan meningkatkan sintesis protein.

Absorpsi:

 Onset kerja: 3-4 jam


 Durasi: 24 jam (kisaran: 10,8 jam sampai lebih dari 24 jam)

Metabolisme: insuli glargine dimetabolisme oleh jaringan adiposa atau otot. Sebagian
dimetabolisme di ujung karboksil rantai B di depot subkutan membentuk 2 metabolit aktif
dengan aktivitas in vitro mirip dengan insulin metabolit (aktif): M1 (21A-Gly-insulin) dan M2
(21A-Gly-des-30 Thr insulin)

Ekskresi: urin
Instruksi: penyuntikan dapat dilakukan sekali sehari ke daerah perut, paha atau deltoid pada
waktu yang sama setiap hari. Putar situs injeksi di wilayah yang sama dari 1 injeksi ke depan
untuk mengurangi risiko lipodistrofi. Dosis individual berdasarkan kebutuhan metabolisme
individu, hasil pemantauan glukosa darah, dan tujuan kontrol glikemik. Dosis berkisar 1-80
unit perinjeksi. Untuk meminimalkan risiko hipoglikemia titrasi dosis tidak lebih sering
daripada 3-4 hari. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan dengan perubahan aktivitas fisik,
perubahan pola makan, perubahan fungsi ginajl atau hati atau selama penyakit akut untuk
meminimalkan risiko hipoglikemia atau hiperglikemia. Untuk menghindari risiko
hypoglicemia, hindari pemberian secara IV, IM atau via insulin pump serta jangan diencerkan
atau dicampur dengan produk insulin lain.

Penyimpanan:

 Vial belum dibuka (tidak digunakan): didinginkan (36-46˚ F [2-8˚C])sampai tanggal


kadaluwarsa. Hindari dari panas atau cahaya langsung (yaitu, suhu tidak melebihi
86˚F [30˚C]) hingga 28 hari. Tidak boleh dibekukan.
 Vial dibuka (digunakan): 28 hari pada suhu kamar atau didinginkan.

2. Insulin Detemir (Levemir)


Bentuk dan kekuatan:
 Injectable solution: 100 unit/mL (10mL/vial)
 Prefilled syringe: 100 unit/mL (3mL FlexTouch)

Dosis Awal:

 Diabetes mellitus tipe 1: dosis awal harus kira-kira sepertiga dari total kebutuhan
insulin sehari-hari. Short acting insulin dan premeal insulin harus digunakan untuk
memenuhi sisa dua pertiga dari kebutuhan insulin sehari-hari. Penggunaan insulin
glargine harus digunakan kombinasi dengan short acting insulinn atau rapid acting
insulin. Kisaran pemeliharaan harian adalah 0,5-1 unit/kg/hari dalam dosis terbagi.
Non obes mungkin membutuhkan 0,4-0,6 unit/kg/hari. Pada obesitas mungkin
membutuhkan 0,6-1,2 unit/Kg/hari.
 Diabetes melitus tipe 2yang tidak cukup terkontrol pada obat oral: 10 unit/hari (atau
0,1-0,2 unit/kg/hari)
 Diabtes melitus tipe 2 yang tidak cukup terkontrol pada agonist GLP-1 Receptor: 10
unit/hari, diberikan sekali sehari di malam. Selanjutna dosis dilanjutkan sesuai kadar
glukosa darah.

Konversi dari Insulin lain:

 Jika mengkonversi dari insulin glargine: perubahan dapat dicapai secara unit ke unit.
 Jika mengkonversi dari NPH insulin: perubahan dapat dicapai secara unit ke unit.
Namun, beberapa pasien dengan DM tipe 2 mungkin membutuhkan lebig banyak
insulin detemir daripada NPH insulin.

Pertimbangan dosis: dosis insulin manusia yang selalu dinyatakan dalam satuan USP, harus
didasarkan pada hasil tes darah dan glukosa urin dan hrus berhati-hati terhadap efek
optimal individual. Penyesuaian dosis harus didasarkan pada pengujian glukosa darah secara
teratur.

Interaksi Obat: obat antidiabetik oral, MAOI, penyekat beta non selektif, ace inhibitor,
salisilat, alkohol, tiazid, glukokortoid, hormon tirod, simpatomimetik beta, GH, danazol,
oktreotide dan lanreotide dapat meningkatkan atau menurunkan efeknya.

Efek Samping: sakit kepala, influenza like-symptoms,hipoglikemia, pallor, palpitasi, takikardi,


gangguan mental, urticaria, lemah, penglihatan menurun, mudah lapar, gatal-gatal, nausea,
lipodistrofi, lipohipertrofi, reaksi alergi lokal, hipokalemia.

Kontra Indikasi:reaksi alergi sistemik dan sementara dalam episode hipoglikemia

Perhatian: long acting insulin tidak digunakan pada keadaan dimana dibutuhkan short acting
insulin. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan kebutuhan insulin menurun,
termasuk diare, mual/muntah, malabsorpsi, hipotiroidisme, gangguan ginjal dan hati.
Perubahan yang cepat pada glukosa serum dapat menyebabkan gejala hipoglikemi.
Pemantauan kadar glukosa darah dan pengurangan dosis insulin mungkin diperlukan pada
gangguan ginjal atau hati, tidak dianjurkan selama periode ginjal menurun dengan cepat
karena adanya risiko hipoglikemia berkepanjangan. Dapat menyebabkan pergeseran kalium
ekstrasel ke intrasel yang dapat menginduksi hipoglikemia; hati-hati ketika diberikan
bersama obat-obatan atau kondisi yang dapat menurunkan kadar kalium. gunakan dengan
hati-hati pada pasien dengan kebutuhan insulin meningkat, termasuk demam,
hipertirodisme, trauma, atau infeksi.
Mekanisme Aksi: mengatur metabolisme glukosa. Insulin dan analog yang menurunkan
kadar glukosa darah dengan merangsang penyerapan glukosa perifer, terutama oleh otot
rangka dan lemak dan menghambat glukoneogenesis di hati. Insulin juga menghambat
lipolisis dan proteolisis dan meningkatkan sintesis protein.

Absorpsi:

 Bioavailabilitas: 60% SC, diserap dengan baik.


 onset: 3-4 jam
 puncak onset: 6-8 jam
 durasi: hingga 24 jam (kisaran 5,7-23,2 jam)

Distribusi:

 protein terikat: 98% terikat dengan albumin


 Vd: 0,1L/kg

Eliminasi: paruh eliminasi: 5-7 jam (tergantung dosis)

Ekskresi: urin

III. Efek samping insulin

Selain memberikan manfaat untuk pengobatan DM, pemberian insulin secara berlebihan
dan juga reaksi sensitivitas dari pasien tersebut ternyata dapat menimbulkan efek samping seperti:

1. hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan efek samping yang paling sering terjadi dan terjadi akibat dosis
insulin yang terlalu besar, tidak tepatnya waktu makan dengan waktu tercapainya kadar insulin, atau
karena adanya faktor yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin misalnya insufiensi
adrenal atau pituitari, ataupun akibat kerja fisik yang berlebihan.

2. reaksi alergi dan resistensi

Penggunaan insulin rekombinan dan insulin yang lebih murni telah dapat menurunkan reaksi
alergi dan resistensi. Meski demikian kadang-kadang reaksi tersebut masih dapat terjadi akibat
adanya bekuan atau terjadi denaturasi preparat insulin atau kontaminan atau akibat pasien sensitif
terhadap senyawa yang ditambahkan pada proses formulasi preparat insulin (misal: Zn 2+, protamin,
fenol,dll) . reaksi alergi lokal pada kulit yang sering terjadi akibat IgE atau resistensi akibat timbulnya
antibodi IgG. Sebaiknya bila ini terjaid dilakukan pemeriksaan kadar antibodi indulin spesific IgG dan
IgE, ntuk mengetahui penyebab reaksi yang terjadi. Test kulit juga dapat dilakukan, meski banyak
pasien yang menunjukkan test kulit intradermal positif tetapi tidak menunjukkan reaksi efek
samping dari insulin yang diberikan subkutan. Bila pasien alergi terhadap porcine insulin dapat
diganti dengan human insulin. Reaksi alergi kulit umumnya dapat diatasi dengan anti histamin
sedangkan bila reaksi tersebut hebat atau terjadi resistensi, dapat diberikan glukokortikoid. Tetapi
tentu kortikosteroid ini tidak dapat diberikan terlalu lama karena efek hiperglisemianya.

3. lipoatrofi dan lipohipertrofi

Lipoatrofi jaringan lemak subkutan ditempat suntikan dapat timbul akibat variant respon
imun terhadap insulin; sedangkan lipohipertrofi dimana terjadi penumpukan lemak subkutan terjadi
akibat efek lipogenik insulin yang kadarnya tinggi pada daerah tempat suntikan. Hal ini diduga akibat
adanya kontaminan dalam preparat insulin, dan reaksi lebih jarang terjadi pada penggunaan insulin
yang lebih murni. Pada kenyataannya lipohipertrofi lebih sering terjadi dengan human insulin apabila
pasien yang menyuntikkan sendiri pada tempat yang sama. Hal ini disebabkan karena terjadi
absorpsi insulin yang kurang baik atau tidak teratur. Untuk mengatasi hal ini dianjurkan untuk
menyuntikkannya pada tempat berebda terutama disekitarnya dimana terdapat atrofi atau tempat
terjadinya lekukan.

4. efek samping lain

Edema, rasa kembung di abddomen dan gangguan visus, timbul pada banyak pasien DM
dengan hiperglikemia hebat atau ketoasidosis yang sedang diterapi dengan insulin, dan ini
berhubungan dengan peningkatan berat badan sekitar 0,5 sampai 2,5 kg. Umunya edema akan
menghilang dalam beberapa hari atau minggu kecuali bila ada gangguan fungsi jantung atau ginjal.
Edema ini terjadi akibat resistesi Na + atau peningkatan permiabilitas kapiler akibat kontrol metabolik
yang tidak adekuatif.

Anda mungkin juga menyukai