Anda di halaman 1dari 2

NAMA :

NIM :
KELAS : BIOLOGI C

SCREENING AND IDENTIFICATION OF INDIGENOUD CELLULOLYTIC


BACTERIA FROM INDONESIA COFFEE PULP AND INVESTIGATION OF ITS
CAFFEINE TOLERANCE ABILITY

Review Jurnal

Produksi kopi di Indonesia mencapai 660 ribu ton pada tahun menempatkannya sebagai
negara dengan produksi kopi terbanyak keempat di seluruh dunia. Sebanding dengan produksi
yang melimpah, dihasilkan limbah sebanyak 50% dari total produksi dengan limbah paling
banyak yaitu ampas kopi. Limbah ini memiliki potensi paling tinggi digunakan sebagai pupuk
organik. Penambahan ampas kopi dalam pupuk organik bisa meningkatkan kualitas secara fisik
dan kandungan kimiawi dari pupuk dibandingkan dengan menggunakan 100% pupuk kimia.
Dalam proses pemanfaatannya, komposisi selulosa ampas kopi yang sebanyak 16.2 - 29.4%
harus didegradasi menggunakan bantuan mikroorganisme bakteri selulolitik yang mampu
menghidrolisis polimer selulosa menjadi glukosa. Akan tetapi, ampas kopi jenis C. canephora
dan C. arabica masing masing memiliki persentase kafein 0.12% dan 0.26%, yang merupakan
alkaloid dengan sifat antibakteri. Dalam jurnal ilmiah ini, dibahas mengenai proses skrining dan
identifikasi bakteri selulolitik indigenous yang resisten terhadap kafein sebagai agen
pendegradasi selulosa ampas kopi.

Sampel kopi C. arabica didapatkan dari lokasi budidaya kopi di Jampit dan untuk kopi C.
canephora didapatkan dari lokasi budidaya kopi Malangsari, dengan variasi sampel yakni ampas
basah dan ampas yang sudah terdekomposi secara alami (kurang lebih 3 bulan). Metode analisis
komposisi karbon organik yang digunakan yaitu metode Walkey dan Black, sedangkan untuk
analisis komposisi nitrogen menggunakan metode Kjeldahl. Perhitungan kandungan cairan
menggunakan gravimetrik. Analisis data menggunakan T-Test α 0.05. Dilakukan isolasi bakteri
selulolitik dari ampas kedua jenis kopi, yang kemudian diseleksi berdasarkan beberapa faktor
antara lain kemampuan hidrolisis selulosa, aktivitas CMCase serta keresistenan terhadap kafein.
Didapatkan kepadatan bakteri selulolitik ampas kopi C. arabica adalah 4,7 ± 3,5 × 106 CFU/g,
dan ampas C. canephora adalah sebanyak 1,5 ± 1,5 × 106 CFU/g.

Kemampuan hidrolisis selulosa dari isolat bakteri ditentukan dengan pembentukan zona
bening di sekitar lubang menggunakan pewarnaan yodium. Ada 61 isolat berasal dari ampas kopi
yang membusuk, tetapi ada total 24 isolat (40%) yang membentuk zona bening, terdapat 15
isolat dari C. canephora dan 9 isolat dari C. arabica. Bakteri selulolitik CRM1 dan CRM10
ditemukan memiliki aktivitas hidrolisis selulosa tertinggi dengan diameter zona bening masing
masing 5,2 ± 1,4 dan 5,5 ± 1,5 cm. Pada peringkat kedua, merupakan isolat CRM12 dengan
diameter 4.4 ± 1.2 cm. Ketiga isolat berasal dari ampas C. canephora yang sudah terdekomposi,
yang kemudian diuji secara kuantitatif berdasarkan aktivitas enzim CMCase. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa CRM10 adalah isolat selulolitik terbaik dengan aktivitas CMCase 3,38 ±
0,65 U/mL. Isolat bakteri selulolitik indigenous CRM10 dari ampas kopi limbah C. canephora
kemudian teridentifikasi sebagai Bacillus subtilis dan memiliki potensi tertinggi sebagai
pendegradasi selulosa pada limbah ampas kopi yang mengandung kafein karena memiliki sifat
resisten terhadap kafein. Bakteri ini berpotensi dimanfaatkan sebagai agen pengomposan limbah
ampas kopi.

REFERENSI

Arimurti, S., Nurani, Y., Ardyani, T., & Suharjono, S. (2017). Screening and identification of
indigenous cellulolytic bacteria from Indonesian coffee pulp and investigation of its
caffeine tolerance ability. Malaysian Journal of Microbiology, 12(2), 109 - 116.

Anda mungkin juga menyukai