Anda di halaman 1dari 2

Kuersetin merupakan molekul flavanol pada daun kelor yang memiliki aktivitas antioksidan

yang mampu mengurangi reaktivitas radikal bebas. Kuersetin dapat mencegah oksidasi DNA
yang mampu menyebabkan mutasi melalui dua fase, pertama yaitu menstabilkan radikal bebas
melalui reaksi hidrogenisasi maupun pembentukan kompleks sehingga tidak mampu
mengoksidasi DNA. Kedua yaitu mencegah dan menghambat terjadinya autooksidasi, yaitu
pembentukan radikal peroksida, melalui pengikatan senyawa radikal secara cepat agar tidak
berikatan dengan oksigen, serta berikatan dengan radikal peroksida yang telah terbentuk dan
menstabilkannya. Kuersetin dapat menginduksi apoptosis dengan menginhibisi mitogen-
activated protein kinase (MAPK), extracellular-signal-regulated kinase 1/2 (ERK 1/2), c-Jun N-
terminal protein kinase 1 (JNK), dan protein kinase C (PKC). MAPK pathway dapat
menyebabkan respon biologis salah satunya berupa apoptosis. Jika jalur ini dihambat, maka akan
terjadi penurunan Bcl-2 dan peningkatan Bax pada mitokondria sehingga terbentuk pore pada
mitokondria yang memungkinkan sitokrom c keluar melalui pore tersebut. Sitokrom c akan
mengaktifkan caspase 9 dengan cara berikatan dengan apaf-1. Caspase 9 kemudian akan
mengaktifkan caspase 3 sehingga menyebabkan apoptosis.

Kuersetin juga mampu menekan ekspresi mutan protein p53. Dalam konsentrasi serum 248 μM,
senyawa ini dapat menekan ekspresi mutan p53 yang dibentuk oleh sel kanker payudara hingga
tidak dapat terdeteksi pada sel tersebut. Protein ini berperan dalam memacu sel untuk berhenti
(arrested) atau apoptosis dan apabila terjadi mutasi, merupakan penanda abnormalitas yaitu
siklus memacu sel ke fase G2/M (penggandaan sel) dan apabila sel terus menerus pada fase ini
maka akan terjadi proliferasi (pembelahan tak terkendali).

Flavonoid juga menghambat siklus sel pada fase G1 dan G2 lewat penghambatan CDK (Cyclin
D Kinase) yang diketahui sebagai regulator perkembangan siklus sel, dan apabila terjadi
disregulasi dalam aktivitasnya maka dapat dicurigai adanya keganasan. Beberapa kanker
berhubungan dengan aktivasi dari CDK sebagai hasil mutasi dari gen CDK atau gen CDK
inhibitor.

Senyawa antikanker dan antioksidan seperti kaemferol dan myricetin juga ditemukan pada daun
kelor. Pada tingkat molekuler, kaempferol telah dilaporkan untuk memodulasi sejumlah elemen
kunci dalam transduksi sinyal seluler jalur terkait dengan apoptosis, angiogenesis, peradangan,
dan metastasis. Kedua senyawa ini mampu menghambat sinyal transduksi, seperti protein
tyrosine kinase (PTK), protein kinase C (PKC) dan phosphoinositide 3 kinase (PIP). Kaempferol
dapat menghambat Checkpoint pada siklus sel fase G1/S dan fase G2/M, serta dapat
menghambat pertumbuhan sel kanker, angiogenesis dan menginduksi apoptosis sel kanker, tanpa
membahayakan kelangsungan hidup sel normal.

Zat-zat aktif anti kanker pada daun kelor (Moringa oleifera L.) yaitu kuersetin, kaempferol dan
myricetin diketahui dapat menginduksi apoptosis melalui jalur intrinsik dengan cara inhibisi
MAPK, ERK 1/2, JNK, dan PKC. Fosforilasi Bcl2 akan mengakibatkan stabilnya ikatan antara
Bcl2-Bax, menghambat degradasi Bcl2 dan memblokade ikatan dengan p53 sehingga
menyebabkan sel mengalami anti-apoptosis. Beberapa protein kinase yang dapat membantu
fosforilasi Bcl2 adalah MAPK (mitogen-activated protein kinase), ERK1/2 (extracellular-
signal-regulated kinase 1/2), JNK1 (c-Jun N-terminal protein kinase 1) dan PKC (protein kinase
C).

Anda mungkin juga menyukai