Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 ISSN : 2085-1049 (Cetak)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal ISSN : 2549-8118 (Online)


Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT - PASIEN


Wanto Paju1, Luky Dwiantoro1
2
Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Email: paju.wanto@gmail.com

ABSTRAK
Perawat dalam tindakan keperawatan harus mampu berkomunikasi, komunikasi yang efektif
menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien. Penelitian menunjukkanbahwa komunikasi
terapeutik perawat tidak dilaksanakan.,tidak dilaksanakan komunikasi terapeutik dan tidak puas pada
tahap orientasi., komunikasi terapeutik perawat tidak dilaksanakan padatahap terminasi Peneelitian
bertujuan untuk mengidentifikasi upaya yang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi efektif
perawat pasien. Pendekatan sistematika review menelusuri jurnal EBSCO E.Journal; Elsevier Science
Direct; CINAHL Complete; google Scholar; ruang lingkup manajemen kepemimpinan keperawatan;
definisi operasional adalah usaha yang dilakukan oleh perawat dalam memperbaiki pola strategi
keterampilan komunikasi menjadi lebih baik kepada pasien; penelitian ini dilakukan di klinik /di
rumah sakit, populasi penelitian adalah semua perawat klinik/ rumah sakit, sampel penelitian adalah
setiap perawat yang belum memiliki pola strategi, keterampilan komunikasi., bahan dan alat utama
penelitian kuesioner, lembar observasi. Komunikasi efektif perawat pasien dengan (1) pelatihan
meningkatkan kepercayaan diri perawat dalam memberikan pelayanan intensif kepada pasien. (2)
panduan keterampilan komunikasi peka budaya setiap pasien meningkatkanketerampilan komunikasi
perawat dan kepuasan pasien.,(3) program komunikasi terapeutik lanjutan perawat anak,meningkatkan
interaksi aman , sehat, menumbuhkan kepercayaan, memperbaiki pemulihan(4) mini workshop
meningkatkan kemampuan komunikasi. Komunikasi efektif perawat– pasienmelalui upaya
pelatihan.,panduan keterampilan peka budaya.,program komunikasi terapeutik terencana.,mini
workshop.

Kata kunci : Komunikasi efektif, perawat - pasien.

EFFORTS TO IMPROVE EFFECTIVE COMMUNICATION NURSE – PATIENT

ABSTRACT
Nurses in nursing actions should be able to communicate, effective communication creates a sense of
security and comfort for the patient. Research shows that therapeutic nurse communication is not
implemented, no therapeutic communication is conducted and dissatisfied at the orientation stage,
nurse therapeutic communication is not carried out at termination stage Purpose: To identify efforts
that can improve the effective communication skill of the patient nurse. A systematic review approach
to browse the journal EBSCO E.Journal, Elsevier Science Direct., CINAHL Complete., Google
search., Scope of nursing leadership management, variable operational definition is effort
undertaken by nurses in improving communication strategy skill patterns more both of the nurses of
clinics / hospitals, the research samples are any nurses who do not have a strategy pattern,
communication skills, materials and main tool of questionnaire research, observation sheet. Effective
communication of patient nurses with (1) training improves nurse confidence in providing intensive
services to patients. (2) guidance of culture sensitive communication skills each patient improves
nurse communication skill and patient satisfaction, (3) advanced nursery communication therapeutic
program, improves safe, healthy interaction, cultivates trust, improves recovery (4) mini workshop
enhances communication skill. Effective communication of nurse-patient through training effort,
culture-sensitive skill guide, planned therapeutic communication program, mini workshop.

Keywords: Effective communication, nurse - patient.

PENDAHULUAN mengatur lingkungannya dengan., membangun


Komunikasi adalah suatu transaksi, proses hubungan antarsesama manusia., melalui
simbolik yang menghendaki orang - orang pertukaran informasi., untuk menguatkan sikap

28
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dan tingkah laku orang lain., serta berusaha dilaksanakan pada tahap terminasi 42.6 %,
mengubah sikap dan tingkah laku itu( Book juga komunikasi terapeutik pada tahap
dalam Cangara, 2014 ).Komunikasi efektifdi orientasi tidak dilaksanakan serta pasien tidak
gambarkan sebagai standar praktik puas sebesar 61.9%.(Ibnu, 2009). dalam
keperawatan profesional. Salah satu hal yang pelayanan kesehatan terjadi kesalahan (error)
dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama 70-80 % yang disebabkan oleh buruknya
yang baik dengan klien dalam membantu komunikasi dan pemahaman dalam tim,
memenuhi kebutuhan kesehatan klien, maupun kerjasama tim yang baik dapat membantu
dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mengurangi masalah patient safety (WHO
membantu mengatasi masalah klien adalah dalamAnggorowati et al, 2017 ).
dengan berkomunikasi. Dengan berkomunikasi
perawat dapat mendengarkan perasaan klien Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk
dan menjelaskan prosedur tindakan mengupayakan proses komunikasi yang
keperawatan (Mundakir, 2013). efektif, yaitu antara lain: Sensitifitas kepada
penerima komunikasi, kesadaran dan
Komunikasi terapeutik dapat membantu klien pengertian terhadap makna simbolis,
memperjelas beban perasaan pikiran, dapat penentuan waktu yang tepat dan umpan balik ,
mengurangi kecemasan klien. Pelatihan komunikasi tatap muka. (Anggorowati, et al,
komunikasi terhadap perawat menjadi point 2017 )Komunikasi merupakan unsur yang
utama meningkatkan ketrampilan komunikasi penting dalam perubahan.sistem komunikasi
yang efektif melalui komunikasi terapeutik yang jelas , singkat, dan berkesinambungan(
yang direncanakan secara sadar dan dipusatkan Nursalam, 2015).
serta bertujuan untuk kesembuhan
pasien.Komunikasi efektif bermanfaat dan METODE
berperan dalam kesembuhan klien, Sistematik review dengan jenis design
berhubungan dalam kolaborasi yang dilakukan penelitian yang direview terdiri dari beberapa
perawat dengan tenaga kesehatan lainnya, dan jurnal penelitian dengan study qualitative, case
juga berpengaruh pada kepuasan klien dan study, descriptive study dengan pendekatan
keluarga. Komunikasi memegang peranan qualitative yang didasarkan pada pembuktian
yang cukup penting dalam hubungannya yang mendasar melalui evidance baseline data.
dengan upaya peningkatan kualitas layanan Kriteria inklusi yaitu semua jenis penelitian
bagi perawat.(Suryani,2014).Perawat yang yang akan direview yaitu upaya meningkatkan
memiliki kemampuan dan keterampilan baik komunikasi efektif perawat pasien.
dalam hal berkomunikasi akan mudah menjalin Pencarianliteratur melalui penelusuran
hubungan dengan pasien maupun keluarga beberapa artikel yang telah di publish dengan
(Liljeroos, et al 2011 ). populasi yaitu perawat dan pasien.
Penelusuran telah dilakukan dengan
Masalah komunikasi sekitar 60 % disebabkan menggunakan EBSCO Shot 359 jurnal, yakni
oleh kesalahan tenaga kesehatan (The Joint terdiri 3 Jurnal yang Full teks Pdf, pencarian
Comission Ascociation, 2012). komunikasi Science Direct 9.864 dan menemukan 2 Jurnal
interpersonal perawat kurang baik yaitu 8 yang Full teks pdf, googlesearch, artikel yang
responden 80%, dan tingkat kepuasan pasien ditemukan dari masing masing pencarian
lebih dari 50% responden mengatakan tingkat berdasarkanpublication date 2012 -2017
kepuasan pasien cukup puas yaitu sebanyak 6 dengan kata kunci : effective communication,
responden 60% (Imam,et al , 2012) efforts to improve, patient nurse.
menunjukan komunikasi terapeutik perawat
cukup dan tingkat stres pasien mayoritas Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria
sedang 62,7% , (Prihatiningsih, 2012), inklusi kemudian dilakukan critical appraisal
keterampilan komunikasi terapeutik kurang skills programme (CSAP) Ekstraksi data
baik dan pasien merasa kurang puas sebanyak penelitian dilakukan dengan membaca hasil
16 orang 76,2%. (Rorie, et al, 2014). dari penelitian kemudian diambil intisarinya
yang meliputi judul penelitian, nama peneliti
Indikator komunikasi terapeutik perawat tidak dan tahun penelitian, jurnal penerbit, tujuan
dilaksanakan berkisar 45.4%, kemudian penelitian dan metode penelitiannya serta hasil
komunikasi terapeutik perawat tidak akhir dari penelitian. Semua bagain tersebut
29
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dimasukan dalam sebuah tabel agar keterampilan empatik tertentu.Hasil


mempermudah dalam membaca hasil ekstraksi. menunjukkan bahwa perawat merasa puas
dengan modul tersebut, melaporkan
HASIL kesepakatan tersebut atau kesepakatan kuat
Berdasarkan analisis artikel didapatkan untuk 5 dari 6 item yang menilai kepuasan
beberapa upaya meningkatkan komunikasi 96,7% -98,0% dari waktu. Self-efficacy
efektif pada perawat pasien yakni: perawat dalam merespon secara empatik
a. Pelatihan meningkat secara signifikan sebelum pasca
Penelitian Sue Duke et al, ( 2014 ) yakni pelatihan. Selain itu, perawat menunjukkan
dengan evaluasisecara konsisten menunjukkan peningkatan keterampilan empati pada pasca-
bahwa dampak positif pelatihan dari 434 / 512 SPA. Akhirnya, 88,2% perawat melaporkan
peserta (85%) sangat setuju bahwa pelatihan merasa percaya diri dalam menggunakan
komunikasi tersebut telah meningkatkan keterampilan yang mereka pelajari
kepercayaan diri perawat untuk mendekati pascapelatihan dan melaporkan peningkatan
orang-orang yang menderita, dari 435/511 42-63% dalam penggunaan keterampilan
peserta (85%) sangat setuju bahwa mereka empatik tertentu.Modul CST untuk perawat
bersedia berbicara dengan orang-orang yang dalam merespons secara empatik terhadap
menderita dan mengatasi masalah emosional pasien menunjukkan kelayakan, akseptabilitas,
pasien, dari 444/501 peserta (87%) sangat dan peningkatan self-efficacy serta penyerapan
setuju bahwa pelatihan tersebut akan memberi keterampilan. Modul CST ini memberikan
dampak pada praktik keperawatan. intervensi yang mudah ditargetkan untuk
Kuesioner evaluasi menunjukkan bahwa meningkatkan komunikasi perawat-pasien dan
pelatih telah memberikan standar keselamatan perawatan yang berpusat pada pasien.
yang sangat baik dalam sesi pelatihan perawat b. Panduan keterampilan komunikasi yang
yakni menilai sangat baik (96%). Jumlah peka terhadap budaya.
peserta (85%) sangat setuju bahwa pelatihan Pada penelitian Mora et al( 2015 ) yakni
telah meningkatkan kepercayaan diri perawat memiliki jumlah sampel perawat laki-laki dan
untuk memberikan pelayanan yang intensif perempuan yang sama di kedua kelompok,
pada pasien , perawat sangat setuju bersedia yang secara tidak disengaja menyeimbangkan
untuk berbicara dengan orang-orang yang kedua kelompok. Pada kelompok intervensi
menderita dan mengatasi masalah emosional , telah disimpulkan bahwa perawat memiliki
perawat sebagai peserta pelatihan (87%) sangat keterampilan komunikasi yang lebih baik,
setuju bahwa pelatihan tersebut akan membuat dengan nilai p 0,00 dan alpha 0,05 (5%).
dampak pada praktek keperawatan sangat baik. Hasilnya didasarkan pada setiap fase seperti
yang ditunjukkan oleh pedoman komunikasi
Penelitian yang dilakukan olehPehrson et al, Gadjah Mada: (1) Perawat "Siap"fase, dengan
( 2016 ) bahwa 248 perawat dari pusat kanker mempertimbangkan sesi persiapan perawat
Amerika Serikat berpartisipasi dalam sebuah sebelum bertemu dengan klien, yang
modul CST untuk menanggapi secara empatik seharusnya sudah menyadari nilai budaya Asia
terhadap pasien. Perawat menyelesaikan Tenggara, misalnya peraturan sejenis gender
penilaian pasien standar (SPA) pra-dan pasca untuk membuat klien lebih nyaman,
pelatihan. Hasil menunjukkan bahwa Perawat mengetahui niat keluarga klien dalam
merasa puas dengan modul tersebut, keputusan klinis, membuat, mengetahui hak
melaporkan kesepakatan tersebut atau otonomi klien, dan mengetahui kapan dan di
kesepakatan kuat untuk 5 dari 6 item yang mana mencari bantuan dari perawat lain atau
menilai kepuasan 96,7% -98,0% dari waktu. profesional kesehatan; (2) fase "Menyapa",
Self-efficacy perawat dalam merespon secara mengingat, membangun kepercayaan,
empatik meningkat secara signifikan sebelum termasuk menghargai konteks budaya Asia
pasca pelatihan. Selain itu, perawat Tenggara dimana klien mungkin ragu untuk
menunjukkan peningkatan keterampilan mengatakan keprihatinan mereka dan
empati pada pasca-SPA. Akhirnya, 88,2% kebanyakan menggunakan kata-kata non-
perawat melaporkan merasa percaya diri dalam verbal yang lebih halus, ekspresi, dan
menggunakan keterampilan yang mereka kesadaran bahwa salam harus mewakili
pelajari pasca pelatihan dan melaporkan hubungan "keluarga" lebih banyak daripada
peningkatan 42-63% dalam penggunaan hanya menyebutkan nama; (3) fase
30
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

"Mengundang", mempertimbangkan eksplorasi komunikasi terapeutik dengan pasien anak


terhadap perasaan klien dan keluhan fisik, yang dirawat di rumah sakit setelah
namun masih menyadari konteks budaya Asia menggunakan program komunikasi terapeutik
Tenggara bahwa jawaban "ya" mungkin tidak terencana. Mampu menerapkan program
mewakili kesepakatan sejati klien dan oleh komunikasi terapeutik lanjutan untuk perawat
karena itu usaha eksplorasi yang signifikan anak-anak untuk meningkatkan interaksi yang
harus dilakukan dan diambil; dan (4)tahap aman dan sehat, menumbuhkan kepercayaan
"Diskusikan", dengan mempertimbangkan dan memperbaiki pemulihan anak-anak yang
menyelesaikan pekerjaan tanpa mengabaikan dirawat di rumah sakit akan memberikan
harapan klien, terus mempromosikan dampak terapeutik bagi pasien yang
komunikasi dua arah dan setiap usaha dilayaninya.
melakukan dialog dalam konteks pengobatan
alternatif komplementer (CAM) sebagai d. Mini workshop
kebiasaan umum di masyarakat Asia Tenggara. Penelitian oleh Anita Permatasari, 2016 yakni
Penggunaan CAM tidak boleh disembunyikan mengadakan pelatihan komunikasi terapeutik
di atas obat modern namun harus digunakan pada perawat baru dengan mini workshop
selaras dengan rekomendasi medis dokter. dimana kemampuan komunikasi terapeutik
Selanjutnya, perawat harus menyadari adanya perawat setelah treatment dinilai meningkat
pengaruh keluarga klien dalam pengambilan karena hasil menunjukkan bahwa perawat yang
keputusan klinis yang seharusnya tidak selalu melakukan komunikasi terapeutik dengan baik
menang atas otonomi klien. yaitu sebanyak 4 responden (80%), sedangkan
perawat dengan komunikasi terapeutik kurang
Hasil dari simulasi menunjukkan 5 pita merah baik sebanyak 1 responden (20%).
(sangat tidak puas), 4 pita kuning (tidak puas),
3 pita hijau (puas), dan 3 pita biru (sangat PEMBAHASAN
puas) pada responden kelompok yang tidak a. Pelatihan
terlatih, sedangkan pada kelompok intervensi Model pelatihan komunikasi SAGE dan
kami hanya ditemukan 7 hijau dan 8 pita biru, THYME , sangat efektif karena memberikan
yang berarti hanya penelitian ini dilakukan pembinaan, dan pelatihan kepada perawat
pada studi sebelumnya mengenai keterampilan yang menghargai pasien serta fokus pada
komunikasi perawat-klien, yang meningkatkan penyelesaian masalah pasien itu sendiri.
keterampilan komunikasi perawat dan Menggunakan pelatihan model komunikasi
kepuasan pribadi dan kepercayaan diri SAGE & THYME telah memungkinkan
meningkat setelah mendapatkan pelatihan perawat memiliki rasa percaya diri yang baik
keterampilan komunikasi. Nilai yang lebih menghadapi setiap pasien yang mengalami
tinggi diperoleh pada kelompok intervensi deprasi, kecemasan, kekwatiran terhadap
yang mendapat pelatihan keterampilan permasalahan yang dihadapi oleh pasien.
komunikasi yang sensitif secara budaya Pelatihan ini diberikan untuk meningkatkan
dibandingkan dengan kelompok kontrol. keterampilan komunikasi dasar di akhir
perawatan dan kemajuan hidup perencanaan
c. Program komunikasi terapeutik terencana perawatatan pasien. Kualitas pelatihan
Hasil penelitian Younis, et all , ( 2015 ) dievaluasi secara konsisten dan sangat positif
menunjukkan korelasi signifikan statistik bagi perawat dalam rangka meningkatkan
positif antara skor pengetahuan total dan skor keterampilan komunikasi perawat kepada
latihan total kemampuan komunikasi pasien dalam komunikasi terapeutik yang
terapeutik perawat pada setiap waktu mampu memberikan pengaruh yang baik
pengukuran (pra: r = 0,52, p <.00; post r = terhadap psikologi pasien untuk proses
0,53, p < .001). Juga, peningkatan signifikan kesembuhannya.
statistik yang signifikan dalam pengetahuan, Penelitian yang dilakukan oleh Pehrson et al,
praktik dan keterampilan perawat pediatrik ( 2016 ) menunjukkan keberhasilan berkaitan
mengenai komunikasi terapeutik ditemukan p dengan penerapan program pelatihan
<.001. Penelitian Younis, et all, ( 2015 ) keterampilan komunikasi untuk perawat di
disimpulkan bahwa perawat anak-anak sebuah pusat kanker besar, yang dibuktikan
memiliki peningkatan pengetahuan dan melalui evaluasi program yang
keterampilan yang signifikan mengenai menguntungkan, keuntungan signifikan dalam
31
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

self-efficacy terkait komunikasi dengan pasien sensitif dengan klien dibandingkan dengan
dalam berbagai konteks, dan peningkatan kelompok yang tidak terlatih. seperti yang
signifikan dalam beberapa keterampilan dinilai oleh pengamat dan klien simulasi dalam
empati, seperti juga dalam mengklarifikasi pemeriksaan klinis terstruktur objektif
keterampilan. Penelitian ini menunjukkan (OSCE).Pelatihan dengan menggunakan
bahwa; didukung, mayoritas besar peserta panduan keterampilan komunikasi yang peka
perawat mendukung (> 80%) memberikan terhadap budaya dapat meningkatkan
evaluasi yang baik untuk setiap modul kemampuan komunikasi perawat dan dapat
keperawatan, perawat melaporkan peningkatan meningkatkan kepuasan klien. Rencana
self-efficacy secara efektif dalam penggunaan pelatihan keterampilan komunikasi perawat
keterampilan (baik secara keseluruhan maupun dengan menggunakan pedoman Gadjah Mada
untuk masing-masing dari ketiga modul) dari perawat-klien: (1) Pelatihan dimulai dengan
pra sampai pasca pelatihan; dan perbaikan pengenalan dan pembentukan tim
signifikan diamati terutama pada keterampilan berkomitmen untuk belajar (30 menit). (2):
komunikasi empatik dalam SPA sebelum Pelatihan dilanjutkan dengan drama /
pelatihan. Perluasan alami dari penelitian ini permainan peran yakni dengan waktu 1 jam
adalah untuk melakukan pelatihan 30 menit. Sesi 1: Primary care clinic: Salah
keterampilan komunikasi untuk perawat satu peserta berperan sebagai: a perawat
onkologi rawat jalan dan membandingkan simulasi, dokter dan pasien, Sesi 2: Rumah
penggunaan keterampilan. Keuntungan pasien, Sesi 3 : Klinik perawatan primer , (3)
terbesar diamati pada empati keterampilan, Umpan balik dan refleksi dan sesi: (30 menit)
yang sangat signifikan untuk keperawatan Peserta kemudian diminta untuk merenungkan
onkologi bahwa pelatihan keterampilan drama ini menjadi sosial budaya konteks
komunikasi untuk perawat onkologi (dan juga sensitif keterampilan komunikasi antara
untuk penyedia layanan kesehatan lainnya) penyedia layanan kesehatan dan klien dan
adalah cara yang efektif untuk memperbaiki kemudian mencoba yang disarankan
komunikasi antara perawat dan pasien/ keterampilan komunikasi yang lebih baik
keluarga. menjadi role-play dalam pasangan. (4)
Penelitian sebelumnya dengan jelas Informasi pendukung tentang perawat-klien
menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif Gadjah Mada Pedoman ketrampilan
memiliki banyak manfaat termasuk komunikasi diberikan secara interaktif kuliah
memperbaiki tingkat pemulihan pasien, (30 menit). (5) Peserta diminta melakukan role
pengendalian nyeri, kepatuhan terhadap play lainnya, untuk meresponnya klien
rejimen pengobatan, fungsi psikologis, dan simulasi yang sama dengan masalah yang
kualitas hidup. Komunikasi yang tidak efektif sama di atas; berdasarkan pedoman
dapat berdampak negatif pada perawat dengan komunikasi yang terlatih (bagaimana
meningkatkan tingkat stres, kurangnya seharusnya mereka idealnya selama setiap
kepuasan kerja, dan kelelahan emosional . tahap pedoman); dan bungkus up sesi (1 jam).
Memberikan pelatihan keterampilan Setelah intervensi, ada rentang waktu untuk
komunikasi dapat dianggap sebagai sumber retensi pembelajaran dalam 4 hari,
daya rumah sakit untuk berinvestasi dalam memberikan kesempatan bagi ingatan jangka
meningkatkan semangat perawat dalam pendek untuk masuk ke ingatan jangka
melakukan tugas dan tanggung jawabnya. panjang . Penentuan rentang waktu antara
pelatihan dan waktu penilaian tidak akan
b. Panduan keterampilan komunikasi yang mempengaruhi kemampuan perawat yang
peka terhadap budaya. tidak terlatih karena dasar pembelajaran
Penelitian oleh Mora, et al, (2015), bahwa komunikasi adalah pelatihan yang menyentuh
pelatihan dengan menggunakan panduan respons emosional perawat pada kelompok
keterampilan komunikasi yang peka terhadap intervensi yang dilatih oleh kehadiran dari
budaya dapat meningkatkan komunikasi pasien simulasi. Hal ini akan memberi
keterampilan perawat dan dapat meningkatkan dampak pada memori jangka panjang yang
kepuasan klien. Perawat yang dilatih dapat distimulasi dengan evaluasi yang sesuai,
menggunakan pedoman keterampilan yang tidak diperoleh pada kelompok kontrol .
komunikasi perawat Gadjah Mada lebih baik
dan menunjukkan komunikasi yang lebih
32
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Dalam tujuan ideal dan pemeriksaan klinis perawat mungkin mencerminkan kebutuhan
terstruktur (OSCE), stase yang disarankan akan keterampilan komunikasi yang sensitif
adalah 6 sampai 12 stase , dan kita memilih 7 secara budaya dari petugas kesehatan
stase untuk OSCE dalam penelitian ini, (perawat). Setiap pelatihan keterampilan
peneliti menetapkan tujuh stase dengan komunikasi seperti yang dilakukan dalam
mempertimbangkan jumlah pengamat yang penelitian ini, yang menonjolkan kemampuan
terlibat dan tersedianya klien simulasi yang komunikasi budaya, mungkin memiliki
terlatih serta mempertimbangkan jumlah dampak penting terhadap asuhan keperawatan
responden yang terlibat, Pengamat yang untuk ras, etnis, dan minoritas tertentu, karena
memberikan penilaian tujuh instruktur klinis, komunikasi adalah sarana dimana budaya
yang tidak sadar akan apakah perawat ditransmisikan dan dipelihara. Perawat yang
tertentu yang dinilai terlatih atau tidak terlatih. dilatih menggunakan pedoman keterampilan
Para pengamat telah melakukan OSCE lebih komunikasi perawat Gadjah Mada lebih baik
dari 3 tahun di institusi tersebut dimana dan menunjukkan komunikasi yang lebih peka
penelitian ini berlangsung, jadi mereka terhadap budaya dengan klien dibandingkan
mengetahui metode OSCE. Sebelum OSCE, dengan kelompok yang tidak terlatih, seperti
penulis pada penelitian ini melakukan briefing yang dinilai oleh pengamat dan klien simulasi
selama 2 jam untuk pengamat dalam dalam pemeriksaan klinis terstruktur secara
mempersiapkan mereka dengan daftar periksa objektif (OSCE). Hal ini dapat
(yang diadaptasi dari pedoman keterampilan direkomendasikan penggunaan pedoman
komunikasi perawat Gadjah Mada). Peneliti keterampilan komunikasi perawat-Gadjah
juga menyiapkan simulasi pasien untuk setiap Mada untuk menjadi bagian dari
skenario di tujuh stase yang bisa merangsang mempersiapkan perawat untuk bekerja dalam
"komunikasi budaya - sensitif keterampilan merawat pasien Asia Tenggara dengan
"terjadi. Pasien simulasi diberi pita berbeda mempertimbangkan implikasinya untuk
warna, yang mewakili tingkat kepuasan kepuasan klien.
mereka terhadap perawat di setiap stase yakni :
1 = merah (sangat tidak puas), 2 = kuning c. Program komunikasi terapeutik terencana
(tidak puas), 3 = hijau (puas), dan 4 = biru Penelitian Younis et al (2015) yakni bahwa,
(sangat puas). Setiap perawat , baik dari perawat anak-anak memiliki peningkatan yang
kelompok intervensi maupun kelompok signifikan dalam pengetahuan dan
kontrol, diikuti seluruh stase di OSCE, keterampilan mereka mengenai komunikasi
dipertukarkan dengan semua pengamat. terapeutik dengan anak-anak mereka yang
Singkatnya, perawat dalam kelompok dirawat di rumah sakit setelah menggunakan
intervensi tidak dapat melakukan intervensi program komunikasi terapeutik yang
kepada perawat pada kelompok kontrol hanya direncanakan. Dengan menggunakan., Alat
dengan melakukan diskusi informal (jika ada) satu: Kuesioner terstruktur komunikasi
sebelum waktu penilaian. Ada perbedaan terapeutik: terdiri dari dua bagian: bagian 1:
bermakna antara kelompok intervensi dan kuesioner terstruktur sosio-demografis:
kelompok kontrol pada setiap sesi komunikasi. mencakup nama rumah sakit, departemen,
Kekuatan penelitian ini bergantung pada usia, kualifikasi, tempat tinggal (pedesaan atau
rencana dan pedoman keterampilan perkotaan), pengalaman bertahun-tahun
komunikasi yang sensitif terhadap budaya. (kurang dari atau lebih dari 3 tahun) dan
Rencana tindakan keperawatan memberikan pernah kursus/pelatihan sebelumnya tentang
ilustrasi yang memadai mengenai masalah kemampuan komunikasi terapeutik., bagian 2:
budaya yang terkait dengan masalah kuesioner pengetahuan komunikasi terapeutik:
kesehatan, disesuaikan dengan waktu umpan terdiri dari delapan (8) pertanyaan yang
balik dan sesi refleksi yang cukup. Pedoman diberikan kepada perawat untuk menilai
tersebut secara sensitif menyentuh bagian pengetahuan mereka mengenai kemampuan
budaya dari konteks, terutama mengenai komunikasi terapeutik., skor jawaban yakni (1)
kemungkinan masalah kesehatan yang tidak jawaban yang benar dan (2) tidak benar
terpecahkan terkait dengan masalah umum dari menjawab. Alat dua: Daftar periksa kinerja
gaya komunikasi non-personel, yang secara terstruktur berskala likert: untuk menilai
jelas disajikan selama permainan peran. peningkatan praktik perawat mengenai
Berdasarkan sesi umpan balik yang memadai, komunikasi terapeutik melalui observasi. Ini
33
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

terdiri dari 42 item yang terbagi menjadi 3 tidak. Setelah perawat selesai
headline utama. Kualitas perawat tentang mengimplementasikan, peneliti mengadakan
keterampilan komunikasi terapeutik terdiri dari wawancara tentang kendala atau kesulitan
21 item, keterampilan komunikasi terapeutik yang dihadapi ketika melakukan komunikasi
perawat saat masuk anak-anak ke rumah sakit terapeutik. Kebanyakan dari perawat
terdiri dari 4 item, dan keterampilan mengalami kesulitan dalam fase orientasi,
komunikasi terapeutik perawat saat yaitu ketika memperkenalkan diri. Peneliti
memberikan asuhan keperawatan terdiri dari mencoba menggali lagi kesulitan yang
17 item. Sistem penilaian didasarkan pada dihadapi. Ternyata dua dari lima perawat sulit
daftar periksa kinerja skala Likert 5 poin mempertahankan komunikasi saat sedang
sebagai berikut; (5) Selalu, (4) kebanyakan, (3) melakukan prosedur tindakan. Disini peneliti
kadang-kadang, (2) jarang (1) tidak pernah. berusaha membantu menyelesaikan kesulitan
Peneliti merekomendasikan untuk terus yang dihadapi hal ini menunjukan bahwa
menerapkan program komunikasi terapeutik mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
lanjutan kepada perawat anak-anak dalam telah cukup mampu memberikan kepuasan
rangka meningkatkan interaksi yang aman dan pada pasien. Ini berarti bahwa kinerja yang
sehat, menumbuhkan kepercayaan dan ditampilkan oleh perawat di rumah sakit telah
memperbaiki pemulihan anak-anak mereka lebih tinggi dari harapan pasien. Kepuasan
yang dirawat di rumah sakit.Dari pengujian pasien akan pelayanan yang diberikan oleh
berulang dibandingkan (Test-re-test pihak penyedia jasa (Rumah Sakit) akan
reliability)., peneliti menyarankan bahwa meningkatkan kepercayaan pasien
pelatihan dalam komunikasi mengarah pada (masyarakat) terhadap fasilitas tersebut akan
perolehan keterampilan perawat sehingga menjadi pilihan untuk mendapatkan pelayanan
memberi dampak kepada pasien yang lebih yang baik. Komunikasi merupakan upaya
baik. Ada penelitian lain yang menyatakan individu dalam menjaga dan mempertahankan
tentang pengembangan dan evaluasi program individu untuk tetap berinteraksi dengan orang
pelatihan keterampilan komunikasi untuk lain dan komponen penting dalam praktik
perawat kanker dinyatakan bahwa program keperawatan. Komunikasi merupakan alat
pelatihan keterampilan komunikasi yang yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
dikembangkan efektif dalam meningkatkan manusia, sehingga komunikasi dikembangkan
keterampilan komunikasi perawat dalam dan dipelihara secara terus menerus.Perawat
perawatan., Sejalan dengan penelitian sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan
sebelumnya, hasil saat ini menjelaskan bahwa, sering berinteraksi dengan klien dan perawat
program pelatihan keterampilan komunikasi diharapkan dapat menjadi pemulih secara
yang dirancang dengan baik dapat bermanfaat psikologis. Kehadiran dan interaksi yang
dan efektif dalam meningkatkan keterampilan dilakukan perawat hendaknya membawa
komunikasi perawat anak, memperkuat praktik kenyamanan dan kerinduan bagi klien
komunikasi dasar, membantu perolehan Perawat memerlukan keterampilan khusus
keterampilan komunikasi baru, dan yang mencakup keterampilan intelektual,
memastikan yang terbaik bahwa dengan teknikal yang tercermin dalam perilaku
adanya peningkatan komunikasi perawat dapat berkomunikasi secara terapeutik dengan orang
menjamin kepuasan pasien. lain. Perawat yang memiliki keterampilan
d. Mini workshop berkomunikasi secara terapeutik tidak akan
Penelitian oleh Anita, ( 2016 )yakni dengan hanya mudah menjalin hubungan rasa percaya
mini workshop yang dikoordinir oleh Kepala dengan klien, tetapi juga mencegah terjadinya
Ruanganmemberikan arahan tentang masalah legal, memberikan kepuasan
bagaimana komunikasi terapeutik, apa yang profesional dalam pelayanan keperawatan, dan
harus dilakukan dari fase pra interaksi sampai meningkatkan citra profesi serta citra Rumah
dengan fase terminasi kepada perawat yang Sakit . Pelatihan komunikasi interpersonal
ditunjuk. Setelah diberi pengarahan adalah satu set program dan implementasi
(treatment), peneliti dan partisipan tentang komunikasi interpersonal dengan fokus
mengimplementasikan rencana tindakan utama pada proses pembelajaran dan bertujuan
dengan harapan adanya peningkatan. Peneliti untuk memperbaiki dan mengembangkan
kembali menilai kemampuan komunikasi sikap, perilaku, ketrampilan, dan pengetahuan
perawat tersebut, lalu dinilai dengan ya dan khususnya tentang komunikasi interpersonal
34
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

bagi perawat. Komunikasi interpersonal hasil penelitian ini dapat memberikan


merupakan inti dari praktik keperawatan, kontribusi referensi bagi penelitian selanjutnya
komunikasi interpersonal mempunyai peranan mengenai upaya meningkatkan komunikasi
yang cukup besar untuk mengubah sikap. efektif perawat - pasien pada tatanan layanan
Komunikasi memegang peranan yang cukup manajemen kepemimpinan dalam keperawatan
penting dalam hubungannya dengan upaya di Indonesia.
peningkatan kualitas layanan bagi perawat
Dengan demikian komunikasi merupakan DAFTAR PUSTAKA
bagian yang fundamental dalam keperawatan Anggorowati, Noor, A. R. (2017). Komunikasi
dan mengembangkan hubungan positif antara Efektif Dalam Praktek Kolaborasi
perawat dan pasien, bahkan pada dasarnya Interprofesi Sebagai Upaya
sebagai hal utama dalam kualitas layanan Meningkatkan Kualitas Pelayanan
keperawatan, ketrampilan komunikasi Journal of Health Studies, Vol. 1, No.1,
interpersonal, komunikasi non verbal, Maret 2017: 65-71. Semarang:
profesionalisme dan ketrampilan konseling Universitas Diponegoro.
merupakan kompetensi yang harus diterapkan
oleh perawat ketika berhubungan dengan Anita,P. (2016) Penerapan Komunikasi
pasien.Mini workshop mampu memberikan Terapeutik Perawat Dalam
pengarahan pada perawat untuk memahami Meningkatkan Kepuasan pasien di
tugas tanggung jawabnya dalam memberikan Ruang Rawat Inap RSU Kardinah.
layanan yang terbaik pada pasien melalui Prosiding Interdisciplinary Postgraduate
komunikasi yang efektif yang akan memberi Student Conference 3rd. Yogyakarta:
dampak /pengaruh terhadap proses pemulihan Program Pascasarjana Universitas
yang bermuara pada kepuasan pasien melalui Muhammadiyah Yogyakarta
pelayanan profesional perawat.
Cangara,H. (2014). Pengantar Ilmu
SIMPULAN DAN SARAN Komunikasi. Ed. 2, Jakarta: P.T Raja
Simpulan grafindo.
Kualitas komunikasi perawat yang profesional
memiliki korelasi positif yang signifikan Ibnu,D. (2009). Hubungan Pelaksanaan
dengan kepuasan pasien. Penelitian ini Komunikasi Terapeutik Dengan
menyimpulkan bahwa perawat membutuhkan Kepuasan Klien Dalam Mendapatkan
pola,strategi dan ketrampilan komunikasi Pelayanan Keperawatan di Instalasi
yang efektif melalui upaya profesional secara Gawat Darurat RSUD Dr Soedarso
formal yang memberi pengaruh pada kepuasan Pontianak Kalimantan Barat”.
pasien yang dirawatnya. Efektifitas http//keperawatan.undip.ac.id.
komunikasi perawat pasien melalui evidence
based literature review mendapatkan bahwa Imam, H. Selvia, D R. (2012) Ketrampilan
untuk memiliki ketrampilan komunikasi yang Komunikasi Interpersonal Perawat
efektif melalui upaya pelatihan komunikasi, Berpengaruh Peningkatan Kepuasan
membuat panduan keterampilan komunikasi Pasien. Volume 5. No. 2, Jurnal Stikes
yang peka terhadap budaya, Program RS. Baptis: Kediri .
komunikasi terapeutik terencana, mini
workshop. JCI.(2012). The Center for Transforming
Healthcare Releases the Hand -off
Saran Communications Targeted Solutions
Diharapkan agar pengambil kebijakan pada Tool
tatanan pemerintah, pimpinan lembaga rumah
sakit, lembaga pendidikan keperawatan untuk Liljeroos, M., Snellman, I. M., & Ekstedt, M.
mengembangkan dan melaksanakan, H. (2011). A Qualitative Study on The
meningkatkan strategi komunikasi melalui Role of Patient-Nurse Communication in
upaya pelatihan,membuat panduan Acute Cardiac Care. Journal of Nursing
keterampilan komunikasi yang peka terhadap Education and Practice Vol.1, No. 1.
budaya, Program komunikasi terapeutik
terencana, mini workshop. Diharapkan dari
35
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 28 - 36, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Mora, C.,Rodianson. T., Patricia. R., Yayi S. WHO(2010)Framework for Action on


P., Christantie. E. (2016). Comparison Interprofesional Education &
of Communication Skills Between Collaborative Practice. Geneva : World
Trained and Untrained Students using a Health Organization
Culturally Sensitive Nurse–Client
Communication Guideline in Nurse Younis, J R., Sohair, M M. Fawzia, F K.
Education Today.36 (2016) 236–241 (2015). Effect of Theplaned
2015 Elsevier Ltd. All rights reserved: Therapeutic Communication Program
Indonesia on Therapeutic Communication Skills
of Pediatric Nurses. Affiliation:
Mundakir. (2013). Komunikasi Keperawatan Faculty of nursing, Menoufiya
Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta: University, Menoufiya, Egypt Faculty of
Graha Ilmu. Nursing, Benha University, Benha,
Egypt Journal of Nursing Education &
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Practice (J. Nurs educ Pract ), Aug2015;
Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan 5(8): 109-120. (12p).
Profesional. Cet.1 Edisi 5. Jakarta:
Salemba Medika

Pehrson,Cassandra; Banerjee,S C.; Manna,


R; Shen,M J; Hammonds, S; Coyle,
N; Krueger, C A.; Maloney, Erin; Zaider
T&Bylund, C L. (2016) Responding
Empathically to Patients: Development,
Implementation, and Evaluation of a
Communication Skills Training Module
for Oncology Nurses. Core Nursing.
Ireland: Health Promotion/ Education

Prihatiningsih. (2012). Hubungan Komunikasi


Terapeutik dengan Tingkat Cemas
Pasien di Ruang Melati RSUD
Kebumen. Gombong: Stikes
Muhammadiyah.

Rorie,P A.C., Linnie, P.Rivelino, S H. (2014)


Hubungan Komunikasi Terapeutik
Perwat Dengan Kepuasan Pasien
Diruang Rawat Inap Irina A RSUP
Prof. DR. R. D. Kandou Manado.
Manado: Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi.

Sue, D., Susi, L., Kay, T. Lucy, S. (2014)


Health Science: Does it do what it says
on the tin? Using a Licensed
Communication Skills Training Package
to Increase Capability and Capacity In
End Of Life Care. University Of
Southampton Trust,Oakhapen Hospice
: Royal Berkshire NHS Foundation.

Suryani,(2014). Komunikasi Terapeutik : Teori


& Praktik, Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

36

Anda mungkin juga menyukai