Anda di halaman 1dari 24

LEMBAR TUGAS

RESUME MATERI

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu : AMMAR AA

Disusun oleh :

Nama : Dwi Nala Ratih

Nim : 2008203059

Jurusan : Perbankan Syariah

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NUTJATI CIREBON

TAHUN 2020/2021
RESUME PERTEMUAN 1

BAB I

BAGAIMANA HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM


MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN UTUH SARJANA ATAU PROFESIONAL?

Secara etimologis, pendidikan kewarga negaraan berasal dari kata “pendidikan” dan
kata “kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara.

Secara yuridis, pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta


didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Secara
terminologis, pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan
demokrasi politik, diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya: pengarudi proses
guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis
dalam mempersiapkan hidup demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan karena setiap generasi


adalah orang baru yang harus mendapat pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan agar
mampu mengembangkan warga negara yang memiliki watak atau karakter yang baik dan
cerdas (smart and good citizen) untuk hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sesuai dengan demokrasi konstitusional.

Secara historis, PKn di Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi pergerakan


yang bertujuan untuk membangun rasa kebangsaaan dan cita-cita Indonesia merdeka. Secara
sosiologis, PKn Indonesia dilakukan pada tataran sosial kultural oleh para pemimpin di
masyarakat yang mengajak untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Secara politis,
PKn Indonesia lahir karena tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan sejumlah kebijakan
Pemerintah yang berkuasa sesuai dengan masanya.

Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika perubahan dalam


sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
PKn Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan bangsa Indonesia,
eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika perkembangan bangsa.

BAB II

BAGAIMANA ESENSI DAN URGENSI IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI SALAH


SATU DETERMINAN PEMBANGUNAN BANGSA DAN KARAKTER?

Identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah “identitas” dan “nasional”.
identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang secara harfiah berarti jati diri, ciri-ciri, atau
tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu membedakannya
dengan yang lain. Istilah “nasional” menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan hidup
manusia yang lebih besar dari sekedar pengelompokan berdasar ras, agama, budaya, bahasa,
dan

sebagainya.

Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih dekat dengan


arti jati diri yakni ciri-ciri atau karakteristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan
yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.

Identitas nasional sebagai identitas bersama suatu bangsa dapat dibentuk oleh
beberapa faktor yang meliputi: primordial, sakral, tokoh, bhinneka tunggal ika, sejarah,
perkembangan ekonomi dan kelembagaan.Identitas nasional Indonesia menunjuk pada
identitas-identitas yang sifatnya nasional, bersifat buatan karena dibentuk dan disepakati dan
sekunder karena sebelumnya sudah terdapat identitas kesukubangsaan dalam diri bangsa
Indonesia.

Bendera Negara Indonesia, Bahasa Negara, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan merupakan identitas nasional bagi negarabangsa Indonesia yang telah diatur
lebih lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009 Tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Secara historis, identitas nasional Indonesia ditandai ketika munculnya kesadaran


rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh bangsa asing pada tahun 1908
yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa).
Pembentukan identitas nasional melalui pengembangan kebudayaan Indonesia telah
dilakukan jauh sebelum kemerdekaan, yakni melalui kongres kebudayaan 1918 dan Kongres
bahasa Indonesia I tahun 1938 di Solo. Peristiwa-peristiwa yang terkait dengan kebudayaan
dan kebahasaan melalui kongres telah memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan
jati diri dan atau identitas nasional.

Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi,


komunikasi, dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan panjang
menuju Indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan.

Secara politis, bentuk identitas nasional Indonesia menjadi penciri atau pembangun
jati diri bangsa Indonesia yang meliputi bendera negara Sang Merah Putih, bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional atau bahasa negara, lambang negara Garuda Pancasila, dan lagu
kebangsaan Indonesia Raya.

Warisan jenius yang tidak ternilai harganya dari para the founding fathers adalah
Pancasila. Pancasila sebagai identitas nasional tidak hanya bersifat fisik seperti simbol atau
lambang tetapi merupakan cerminan identitas bangsa dalam wujud psikis (nonfisik), yakni
yang mencerminkan watak dan perilaku manusia Indonesia sehingga dapat dibedakan
dengan bangsa lain.

Identitas nasional sangat penting bagi bangsa Indonesia karena (1) bangsa Indonesia
dapat dibedakan dan sekaligus dikenal oleh bangsa lain; (2) identitas nasional bagi sebuah
negara-bangsa sangat penting bagi kelangsungan hidup negara-bangsa tersebut karena dapat
mempersatukan negara-bangsa; dan (3) identitas nasional penting bagi kewibawaan negara
dan bangsa Indonesia sebagai ciri khas bangsa.

BAB III

BAGAIMANA URGENSI INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU


PARAMETER PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA?

Integrasi nasional berasal dari kata integrasi dan nasional. Integrasi berarti memberi
tempat dalam suatu keseluruhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi berarti
pembauran hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Kata nasional berasal dari kata
nation (Inggris) yang berarti bangsa sebagai persekutuan hidup manusia.
Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-bagian, unsur atau
elemen yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang lebih bulat, sehingga menjadi
satu nation (bangsa).

Jenis jenis integrasi mencakup 1) integrasi bangsa, 2) integrasi wilayah, 3) integrasi


nilai, 4) integrasi elit-massa, dan 5) integrasi tingkah laku (perilaku integratif).

Dimensi integrasi mencakup integrasi vertikal dan horizontal, sedang aspek integrasi
meliputi aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Integrasi berkebalikan dengan
disintegrasi. Jika integrasi menyiratkan adanya keterpaduan, kesatuan dan kesepakatan atau
konsensus, disintegrasi menyiratkan adanya keterpecahan, pertentangan, dan konflik.

Model integrasi yang berlangsung di Indonesia adalah model integrasi imperium


Majapahit, model integrasi kolonial, dan model integrasi nasional Indonesia. Pengembangan
integrasi dapat dilakukan melalui lima strategi atau pendekatan yakni 1) Adanya ancaman
dari luar, 2) Gaya politik kepemimpinan, 3) Kekuatan lembaga–lembaga politik, 4) Ideologi
Nasional, dan 5) Kesempatan pembangunan ekonomi. Integrasi bangsa diperlukan guna
membangkitkan kesadaran akan identitas bersama, menguatkan identitas nasional, dan
membangun persatuan bangsa.

BAB IV

BAGAIMANA NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN


KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BAWAH
UUD?

Dalam arti sempit konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat dokumen
yang berisi aturan-aturan dasar untuk menyelenggarakan negara, sedangkan dalam arti luas
konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan
bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan.

Konstitusi diperlukan untuk membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa negara,


membagi kekuasaan negara, dan memberi jaminan HAM bagi warga negara. Konstitusi
mempunyai materi muatan tentang organisasi negara, HAM, prosedur mengubah UUD,
kadang-kadang berisi larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD, cita-cita rakyat dan
asas-asas ideologi negara.
Pada awal era reformasi, adanya tuntutan perubahan UUD NRI 1945 didasarkan pada
pandangan bahwa UUD NRI 1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang
demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan terhadap HAM. Di samping itu, dalam
tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang menimbulkan penafsiran beragam
(multitafsir) dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik,
tertutup, dan praktik KKN.

Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan


bersama bangsa Indonesia. Oleh karena itu, MPR melakukan perubahan secara bertahap dan
sistematis dalam empat kali perubahan. Keempat kali perubahan tersebut harus dipahami
sebagai satu rangkaian dan satu kesatuan.

Dasar pemikiran perubahan UUD NRI 1945 adalah kekuasaan tertinggi di tangan
MPR, kekuasaan yang sangat besar pada presiden, pasalpasal yang terlalu “luwes” sehingga
dapat menimbulkan multitafsir, kewenangan pada presiden untuk mengatur hal-hal penting
dengan undang-undang, dan rumusan UUD NRI 1945 tentang semangat penyelenggara
negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang sesuai dengan tuntutan reformasi.

Awal proses perubahan UUD NRI 1945 adalah pencabutan Ketetapan MPR RI
Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum, pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI, dan Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi Manusia mengawali perubahan UUD
NRI 1945.

Dari proses perubahan UUD NRI 1945, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:

(a) Perubahan UUD NRI 1945 dilakukan oleh MPR dalam satu kesatuan perubahan yang
dilaksanakan dalam empat tahapan, yakni pada Sidang Umum MPR 1999, Sidang Tahunan
MPR 2000, 2001, dan 2002;

(b) Hal itu terjadi karena materi perubahan UUD NRI 1945 yang telah disusun secara
sistematis dan lengkap pada masa sidang MPR tahun 1999-2000 tidak seluruhnya dapat
dibahas dan diambil putusan.

(c) Hal itu berarti bahwa perubahan UUD NRI 1945 dilaksanakan secara sistematis
berkelanjutan karena senantiasa mengacu dan berpedoman pada materi rancangan yang telah
disepakati sebelumnya.
UUD NRI 1945 menempati urutan tertinggi dalam jenjang norma hukum di
Indonesia. Berdasar ketentuan ini, secara normatif, undang-undang isinya tidak boleh
bertentangan dengan UUD. Jika suatu undangundang isinya dianggap bertentangan dengan
UUD maka dapat melahirkan masalah konstitusionalitas undang-undang tersebut. Warga
negara dapat mengajukan pengujian konstitusionalitas suatu undangundang kepada
Mahkamah Konstitusi.

BAB V

BAGAIMANA HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA


NEGARA DALAM DEMOKRASI YANG BERSUMBU PADA KEDAULATAN
RAKYAT DAN MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT?

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu
tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh
yang berkepentingan.

Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud dari hubungan warga negara
dengan negara. Hak dan kewajiban bersifat timbal balik, bahwa warga negara memiliki hak
dan kewajiban terhadap negara, sebaliknya pula negara memiliki hak dan kewajiban
terhadap warga negara. Hak dan kewajiban warga negara dan negara Indonesia diatur dalam
UUD NRI 1945 mulai pasal 27 sampai 34, termasuk di dalamnya ada hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia. Pengaturan akan hak dan kewajiban tersebut bersifat garis besar
yang penjabarannya dituangkan dalam suatu undang-undang.

Sekalipun aspek kewajiban asasi manusia jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan
dengan aspek hak asasi manusia sebagaimana tertuang dalam UUD NRI 1945, namun secara
filosofis tetap mengindikasikan adanya pandangan bangsa Indonesia bahwa hak asasi tidak
dapat berjalan tanpa dibarengi kewajiban asasi. Dalam konteks ini Indonesia menganut
paham harmoni antara kewajiban dan hak ataupun sebaliknya harmoni antara hak dan
kewajiban.
Hak dan kewajiban warga negara dan negara mengalami dinamika terbukti dari
adanya perubahan-perubahan dalam rumusan pasal-pasal UUD NRI 1945 melalui proses
amandemen dan juga perubahan undangundang yang menyertainya. Jaminan akan hak dan
kewajiban warga negara dan negara dengan segala dinamikanya diupayakan berdampak pada
terpenuhinya keseimbangan yang harmonis antara hak dan kewajiban negara dan warga
negara.

BAB VI

BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI


INDONESIA BERLANDASKAN PANCASILA DAN UUD NRI 1945?

Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti
rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi, demos-
cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Secara
terminologi, banyak pandangan tentang demokrasi. Tidak ada pandangan tunggal tentang
apa itu demokrasi. Demokrasi dapat dipandang sebagai salah satu bentuk pemerintahan,
sebagai sistem politik, dan sebagai pola kehidupan bernegara dengan prinsip-prinsip yang
menyertainya

Berdasar ideologinya, demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang berdasar


Pancasila. Demokrasi Pancasila dalam arti luas adalah kedaulatan atau kekuasaan tertinggi
ada pada rakyat yang dalam penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
Demokrasi Pancasila dalam arti sempit adalah kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. . Demokrasi Indonesia adalah
demokrasi konstitusional, selain karena dirumuskan nilai dan normanya dalam UUD 1945,
konstitusi Indonesia juga bersifat membatasi kekuasaan pemerintahan dan menjamin hakhak
dasar warga Negara

Praktik demokrasi Pancasila berjalan sesuai dengan dinamika perkembangan


kehidupan kenegaraan Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila secara ideal telah
terrumuskan, sedang dalam tataran empirik mengalami pasang surut.

Sebagai pilihan akan pola kehidupan bernegara, sistem demokrasi dianggap penting
dan bisa diterima banyak negara sebagai jalan mencapai tujuan hidup bernegara yakni
kesejahteraaan dan keadilan.
BAB VII

BAGAIMANA DINAMIKA HISTORIS KONSTITUSIONAL, SOSIAL-POLITIK,


KULTURAL, SERTA KONTEKS KONTEMPORER PENEGAKAN HUKUM YANG
BERKEADILAN?

Negara merupakan organisasi kelompok masyarakat tertinggi karena mempunyai


wewenang untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat bahkan memaksa secara sah
untuk kepentingan umum yang lebih tinggi demi tegaknya hukum. Negara pun dipandang
sebagai subyek hukum yang mempunyai kedaulatan (sovereignity) yang tidak dapat
dilampaui oleh negara mana pun.

Ada empat fungsi negara yang dianut oleh negara-negara di dunia ialah:
melaksanakan penertiban dan keamanan; mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya; pertahanan; dan menegakkan keadilan. Untuk menyelesaikan perkara-perkara
yang terjadi di masyarakat secara adil, maka para aparatur hukum harus menegakkan hukum
dengan sebaik-baiknya. Penegakan hukum bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan
kepastian hukum dalam masyarakat sehingga masyarakat merasa memperoleh pengayoman
dan hakhaknya terlindungi. Dalam menegakkan hukum terdapat tiga unsur yang harus
selalu diperhatikan yaitu: kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan.

Dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan
UUD NRI 1945, pembangunan bidang hukum mencakup sektor materi hukum, sektor sarana
dan prasarana hukum, serta sektor aparatur penegak hukum. Aparatur hukum yang
mempunyai tugas untuk menegakkan dan melaksanakan hukum antara lain lembaga
kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman. Fungsi utama Lembaga kepolisian adalah sebagai
lembaga penyidik; sedangkan kejaksaan berfungsi utama sebagai lembaga penuntut; serta
lembaga kehakiman sebagai lembaga pengadilan/pemutus perkara.

Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang No. 14 tahun 1970 yang telah diperbaharui menjadi
UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa “Kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan”. Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh badan
pengadilan dalam empat lingkungan yaitu: 1) Peradilan Umum, 2) peradilan Agama, 3)
peradilan Militer; dan 4) peradilan Tata Usaha Negara.
Peradilan umum merupakan peradilan bagi rakyat pada umumnya; sedangkan
peradilan militer, peradilan Agama, dan peradilan Tata Usaha Negara merupakan peradilan
khusus karena mengadili perkaraperkara tertentu dan mengadili golongan rakyat tertentu.
Keempat lingkungan peradilan tersebut masing-masing mempunyai lingkungan wewenang
mengadili perkara tertentu serta meliputi badan peradilan secara bertingkat, yaitu pengadilan
tingkat pertama, tingkat banding, dan tingkat kasasi.

Penegakan hukum di Indonesia masih menghadapi masalah dan tantangan untuk


memenuhi rasa keadilan masyarakat. Penegakan hukum sangat penting diupayakan secara
terus menerus untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat
sehingga masyarakat merasa memperoleh perlindungan akan hak-hak dan kewajibannya.

BAB VIII

BAGAIMANA DINAMIKA HISTORIS, DAN URGENSI WAWASAN NUSANTARA


SEBAGAI KONSEPSI DAN PANDANGAN KOLEKTIF KEBANGSAAN
INDONESIA DALAM KONTEKS PERGAULAN DUNIA?

Wawasan nusantara bermula dari wawasan kewilayahan dengan dicetuskannya


Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957. Inti dari deklarasi itu adalah segala perairan
di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk Negara Indonesia
dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada
wilayah daratan Negara Indonesia. Dengan demikian, bagian dari perairan pedalaman atau
nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak milik Negara Indonesia.

Keluarnya Deklarasi Djuanda 1957 membuat wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan
wilayah. Laut bukan lagi pemisah pulau, tetapi laut sebagai penghubung pulau-pulau
Indonesia. Melalui perjuangan di forum internasional, Indonesia akhirnya diterima sebagai
negara kepulauan (Archipelago state) berdasarkan hasil keputusan Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982.

Pertambahan luas wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan memberikan potensi


keunggulan (positif) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun
demikian juga mengundang potensi negatif yang bisa mengancam keutuhan bangsa dan
wilayah.
Wawasan nusantara sebagai konsepsi kewilayahan selanjutnya dikembangkan
sebagai konsepsi politik kenegaraan sebagai cara pandang bangsa Indonesia terh adap diri
dan lingkungan tempat tinggalnya sebagai satu kesatuan wilayah dan persatuan bangsa.

Esensi dari wawasan nusantara adalah kesatuan atau keutuhan wilayah dan
persatuan bangsa, mencakup di dalamnya pandangan akan satu kesatuan politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Wawasan nusantara merupakan perwujudan dari
sila III Pancasila yakni Persatuan Indonesia

Rumusan wawasan nusantara termuat pada naskah GBHN 1973 sampai 1998 dan
dalam Pasal 25 A UUD NRI 1945. Menurut pasal 25 A UUD NRI 1945, Indonesia
dijelaskan dari apek kewilayahannya, merupakan sebuah negara kepulauan (Archipelago
State) yang berciri nusantara.

Berdasar Pasal 25 A UUD NRI 1945 ini pula, bangsa Indonesia menunjukkan
komitmennya untuk mengakui pentingnya wilayah sebagai salah satu unsur negara sekaligus
ruang hidup (lebensraum) bagi bangsa Indonesia yang telah menegara. Ketentuan ini juga
mengukuhkan kedaulatan wilayah NKRI di tengah potensi perubahan batas geografis sebuah
negara akibat gerakan separatisme, sengketa perbatasan antar negara, dan pendudukan oleh
negara asing.

BAB IX

BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN


BELA NEGARA BAGI INDONESIA DALAM MEMBANGUN KOMITMEN
KOLEKTIF KEBANGSAAN?

Pengertian ketahanan nasional dapat dibedakan menjadi tiga yakni ketahanan


nasional sebagai konsepsi atau doktrin, ketahanan nasional sebagai kondisi, dan ketahanan
nasional sebagai metode atau strategi.

Ketahanan nasional sebagai konsepsi adalah konsep khas bangsa Indonesia sebagai
pedoman pengaturan penyelenggaraan bernegara dengan berlandaskan pada ajaran asta
gatra. Ketahanan nasional sebagai kondisi adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang
berisi keuletan dan daya tahan.
Ketahanan nasional sebagai metode atau strategi adalah cara yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dan ancaman kebangsaan melalui pendekatan asta gatra yang
sifatnya integral komprehensif Ketahanan nasional memiliki dimensi seperti ketahanan
nasional ideologi, politik dan budaya serta konsep ketahanan berlapis dimulai dari
ketahanan nasional diri, keluarga, wilayah, regional, dan nasional.

Inti dari ketahanan nasional Indonesia adalah kemampuan yang dimiliki bangsa dan
negara dalam menghadapi segala bentuk ancaman yang dewasa ini spektrumnya semakin
luas dan kompleks, baik dalam bentuk ancaman militer maupun nirmiliter

Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga negara
untuk mewujudkan ketahanan nasional. Bela negara adalah, sikap dan tindakan warga
negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada
tanah air dan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.

Bela negara mencakup bela negara secara fisik atau militer dan bela negara secara
nonfisik atau nirmiliter dari dalam maupun luar negeri. Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya bela negara. Bela Negara dapat secara fisik yaitu dengan cara
"memanggul senjata" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela Negara secara fisik
dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Bela negara secara nonfisik adalah segala
upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara
meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah
air (salah satunya diwujudkan dengan sadar dan taat membayar pajak), serta berperan aktif
dalam memajukan bangsa dan negara, termasuk penanggulangan ancaman dan lain
sebagainya.

BAB X

MENYELENGGARAKAN PROJECT CITIZEN UNTUK MATA KULIAH


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari
strategi “inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented
learning (belajar melalui penelitian, penyingkapan, pemecahan masalah)” yang dikemas
dalam model “Project” ala John Dewey. Model ini sangat cocok untuk pembelajaran PKn
dalam rangka menumbuhkan karakter warga negara Indonesia yang cerdas dan baik (smart
and good citizen).
Model ini dapat dilakukan selama satu semester dan dikerjakan lebih banyak di luar
kelas. Dosen pengampu mata kuliah dapat melakukan pemantauan mingguan sesuai dengan
jadwal waktu yang ditetapkan.

Contoh penggunaan waktu:

1. Langkah 1: Mengidentifikasi masalah (1 minggu).

2. Langkah 2: Memilih masalah untuk bahan kajian kelas (1 minggu).

3. Langkah 3: Mengumpulkan data dan informasi (4 minggu).

4. Langkah 4: Mengembangkan portofolio kelas (4 minggu).

5. Langkah 5: Menyajikan portofolio (1 minggu).

6. Langkah 6: Merefleksi pengalaman belajar (1 minggu).

RESUME PERTEMUAN 2

BAB 1

Orientasi terhadap pendidikan kewarganegaraan

1. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan

Latar Belakang Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan


memiliki latar belakang secara etimologis, yuridis, serta terminologis.

a) Secara etimologis

Latar belakang etimologis dari pendidikan kewarganegaraan berasal dari pemaknaan


kedua kata tersebut, yakni kata 'pendidikan' serta kata 'kewarganegaraan'. Pendidikan
merupakan usaha yang dilakukan secara sadar maupun terencana dalam proses pembelajaran
agar bisa mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Sedangkan
kewarganegaraan merupakan segala sesuatu hal yang memiliki keterkaitan dengan warga
negara, hukum serta politik.

b) Secara yuridis
Latar belakang yuridis dari pendidikan kewarganegaraan tercantum dalam batang tubuh
UUD 1945 serta rumusan Pancasila. Selain itu, secara yuridis pendidikan kewarganegaraan
juga tercantum dalam peraturan yang dibuat pemerintah dan MPR. Contohnya Ketetapan
MPR, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah. Seluruh hal ini saling berhubungan dan
memiliki kekuatan yang mengikat satu sama lain. Pendidikan kewarganegaraan secara yuridis
memiliki agar masyarakat memiliki rasa cinta tanah air serta kebangsaan.

c) Secara terminologis

Latar belakang terminologis dari pendidikan kewarganegaraan ialah pendidikan yang


berlandaskan demokrasi politik yang kemudian diperluas dengan sumber pengetahuan
lainnya.

Tujuannya agar melatih kemampuan berpikir yang kritis, analitis serta bertindak secara
demokratis sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

2. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


 Pengertian

Sistem Pendidikan Nasional merupakan jawaban atas amanat UUD 1945 sebagaimana
diamanatkan dakam pasal 31 ayat (3) UUD 1945 sebagai usaha terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinnya, masyarakat, bangsa
dan negara.

Oleh karena itu, Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

 Tujuan

Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bersadasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, bahwa
Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawaab.

3. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan


 Landasan Ilmiah

Setiap Warga Negara Indonesia di tuntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi
bangsa dan negarannya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa
depannya. Maka diperlukan pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai moral, dan nilai kebudayaan bangsa.

Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek materiil maupun objek formalnya.
Objek materiil adalah bidang sasaran yang di bahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang
ilmu, sedangkan Objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahs
objek materiil tersebut. Adapun Objek Materiil pendidikan kewarganegaraan adalah segala
hal yang berkaitan dengan warga Negara baik yang empirik maupun yang non empirik yang
meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga Negara dalam kesatuan bangsa dan Negara.
Sementara itu, Objek Formalnya mencakup 2 segi, yaitu segi hubungan antara warga Negara
dan Negara ( termasuk hubungan antar warga Negara ) dan segi pembelaan Negara. Dalam
hal ini pembahasan Pendidikan kewarganegaraan terarah pada Warga Negara Indonesia
dalam hubungannya dengan Negara Indonesia dan pada uapaya Pembelaan Negara
Indonesia.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bidang studi ilmiah berifat interdisipliner (antar


bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membahas ilmu
kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh katena itu, upaya pembahasan
dan pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi
ilmu hukum, ilmu ekonomi pembangunan, sejarah pejuang bangsa, dan ilmu filsafat.

Landasan hukum Pendidikan Kewarganegaraan ini meliputi UUD 1945, Undang-undang


Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara, dan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional.

4. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Pendidikan Kewarganegaraan


Pengertian nilai dasar harus dipahami bahwa nilai-nilai pancasila harus dijadikan sebagai
pedoman dan sumber orientasi pengembangan kekaryaan setiap lulusan perguruan tinggi.

Resume Diskusi

*Geopolitik* berasal dari kata geo dan politik. “Geo” berarti bumi dan “Politik” berasal
dari bahasa yunani politeia berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia berarti
urusan. Dalam bahasa Indonesia politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan
umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan,
jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki.

Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud


kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik
(kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial
dalam arti luas) suatu Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak
langsung kepada system politik suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung
akan berdampak pada geografi Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu pada
geografi sosial (hukum geografis), mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan
segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik geografi suatu Negara.

Secara umum geopolitik adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri,
lingkungan, yang berwujud negara kepulauan berlandaskan pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945.

*Geostrategi* berasal dari kata “Geo” dan “Strategi”.Geografi merujuk pada ruang hidup
nasional wadah atau tempat hidupnya bangsa dan negara Indonesia.Strategi diartikan sebagai
ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan
tertentu dalam keadaan perang maupun damai.

Dengan demikian, geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan


memperhitungkan kondisi dan konstelasi geografi sebagai faktor utamanya.Geostrategi
Indonesia merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia
untuk menentukan kebijakan, tujuan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional
Indonesia.
 Cara agar masyarakat tidak lemah akan nilai nilai dasar dan bahkan menjadi prinsip
hidupnya adalah Dengan cara ditanamkan kembali nilai- nilai juang, sikap
nasionalisme serta sikap rela berkorban bagi nusa bangsa.
 Mempersiapkan tenaga kerja yang produktif dalam konteks dinamis itu contoh nya
dengan cara Mengikuti Perkembangan zaman serta menciptakan inovasi yang dapat
dinikmati serta dirasakan oleh masyarakat.
 Secara bahasa, istilah “Civic Education” pakar diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan menjadi Pendidikan Kewarganegaraan.
Istilah “Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE (Indonesia Center
for Civic Education) dari Universitas Islam Negri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang
Civic Education pertama di perguruan tinggi.
 “Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat
berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran
kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
paling menjamin hak-hak warga masyarakat”. Diharapakan dapat mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten
untuk mempertahankan Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia. Hakekat NKRI adalah
negara kebangsaan modern”.
 Otonomi khusus adalah kewenangan khusus yang diberikan kepada daerah 'tertentu'
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri tetapi sesuai dengan hak dan aspirasi masyarakat di daerah tersebut.
 Citizenship education lebih luas cakupannya dibanding civic education Karena
citizenship lebih menekankan pada proses penyiapan generasi muda untuk mengambil
peran dan tanggung jawab sebagai warganegara, dan secara khusus, peran pendidikan
termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan
warganegara tersebut.

RESUME PERTEMUAN 3

1. Proses Berbangsa Dan Nernegara

Proses berbangsa dan bernegara pada masa sebelum kemerdekaan atau sekitar tahun
1908, lebih mengacu pada perjuangan melawan penjajah, sedangkan pada masa sekarang
mengacu pada upaya bela negara melalui pendidikan, penciptaan identitas, dan memiliki
hubungan internasional dengan negara lain.

Dalam upaya untuk memahami proses berbangsa dan bernegara, merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia.
Kesadaran terhadap sejarah menjadi penting ketika suatu masyarakat mulai menyadari
bagaimanaposisinya sekarang dan seperti apa jatidiri atau identitasnya. Kerangka dasar
proses berbangsa dan bernegara meliputi pancasila, UUD 1945 wawasan nusantara dan
ketahanan nasional.

2. Identitas Nasional

Istilah Identitas Nasional atau Identitas Bangsa melahirkan tindakan kelompok yang
diwujukan dalam bentuk bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-
atribut nasional. Dalam konteks Indonesia, Menurut Ganeswara bahwa Identitas Nasional
merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai
aspek kehidupan dari ratusan suku yang “dihumpun” dalam satu kesatuan Indonesia menjadi
kebudayaan nasional dengan acuan pancasila dan roh “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai dasar
dan arah pengembangannya.

Unsur-unsur identitas nasional ini memiliki banyak komponen di dalamnya yang mencakup :

1) Pola perilaku : dalam kehidupan sehari –hari ( adat istiadat, budaya dan kebiasaan,
ramah tamah, hormat kepada orang tua, gotong royong ).
2) Lambang-lambang : biasannya dinyatakan dalam undang-undang misalnya bendera,
bahasa dan lagu kengsaan.
3) Alat-alat perlengkapan : yang digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa
bangunan, peralatan teknologi, misalnya bangunan candi, masjid, gereja, pakaian
adat, teknologi bercocok tanam, dan teknologi seperti kapal laut, pesawat terbang dan
lainnya,
4) Tujuan yang ingin di capai : seperti budaya unggul dan prestasi dalam bidang tertentu.
3. Pancasila Sebagai Identitas Nasionaal Bangsa Indonesia
1) Pancasila Sebagai Jiwa bangsa Indonesia

Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia sendiri merupakan jiwa bangsa Indonesia ,
karena pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tidak dapat
dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa yang lain.

2) Panasila Sebagai Kepribadian baangsa Indonesia

Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia ini diwujudkan dalam sikap mental
dan tingkah laku mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain
( kepribadian ). Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan adanya bangsa Indonesia.
Jadi, pancasila lahir dari jiwa kepribadian bangsa Indonesia yang terkristalisasi nilai-nilai
yang dimilikinnya.

3) Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia

Pandangan hidup mempunyai fungsi sebagai acuan untuk menata hubungan manusia
dirinya sendiri, sesamannya, dan dengan alam sekitarnya maupun Tuhannya. Pandangan
hidup suatu bangsa merupakan nilai yang dimiliki oleg suatu bangsa dan diyakini
kebenarannya, sehingga membuka tekad untuk mewujudkannya. Bangsa Indonesia
mempunyai pandangan hidup yakni pancasila, karena pancasila merupakan sesuatu yang
sangat bernilai dalam masyarakat Indonesia.oleh karena itu, pancasila harus terpancar dalam
tingkah laku dan perbuatan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan cita-cita moral


bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku
luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4) Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Pancasila sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia berkedudukan juga sebagai ideologi nasional yang dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan bernegara. Pancasila sebagai ideology Indonesia yaitu sebagai
ikatan budaya (Cultural bond) yang berkembang secara alami dalam masyarakat Indonesia
bukan secara paksaan atau pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam
kehidupan sehari-hari bansa Indonesia.

5) Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila sebagai dasar Negara dipergunakan untuk mengatur seluruh tatanan dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan sister ketatanegaraan NKRI harus
berdasarkan pancasila. Hal ini juga berarti bahwa semua peraturan yang berlaku di Negara
Republik Indonesia ini harus bersumber dari pancasila. Pancasila sebagai dasar Negara,
artinya pancasila dijadikan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan
Negara.

Resume Diskusi

 Bahasa bisa dikatakan sebagai identitas nasional karena Karena setiap negara
memiliki bahasa masing masing. disamping itu juga bahasa indonesia masuk dalam
Konstitisi negara (UUD 1945) sebagai Bahasa Nasional atau bahasa Persatuan.
 Manifestasi nilai-nilai budaya itu adalah Perwujudan nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun
dalam satu kesatuan Indonesia yang menjadi kebudayaan nasional
 Perilaku dapat dikatakan sebagai unsur identitas nasional karena Pola Prilaku
Masyarakat Barat dan Masyarakat Timur itu beda, sehingga pola prilaku seperti sopan
santun, ramah tamah serta gotong royong yang merupakan ciri dari masyarakat tibur
itu dapat dijadikan salah satu unsur identitas nasional.
 Banyaknya oknum-oknum yang masih menyepelekan pancasila walau pancasila itu
bersifat sakral adalah karena Kurangnya Pembinaan serta pemahaman. itu sebabnya
perlu adany sosialisasi tentang nilai nilai pancasila tersebut ditengahtengah
masyarakat yang berkembang ini.
 Bentuk identitas nasional bisa saja berubah dimana depan karena perkembanga
Konstitisi UUD 1945 akan mengalami perubahan kembali menyesuaikan keadaan dari
masyarakatnya.

RESUME PERTEMUAN 4

Integritas Nasional

1. Integrasi Nasional dan Prioritas Masyarakat Indonesia

Integrasi Nasional adalah upaya menyatukan seluruh undur suatu bangsa dengan
pemerintahan dan wilayahnya. “mengintegrasikan” berarti membuat untuk atau
menyempurnakan dengan jalan untuk menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah.
Menurut Howard Wrigins, Integrasi berarti penyatuan bangsa- bangsa yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-
masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa.

2. Strategi Integrasi
a. Strategi Asimilasi

Asimilasi adalah proses pencampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi satu
kebudayaan yang baru, dimana dengan pencampuran tersebut maka masing-masing unsur
budaya akan melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak
lagi identitas massing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjasi strategi
integrasi nasional, berarti bahwa Negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam Negara itu benar-benar melebur
menjadi satu dan tidak lagi mempakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal.

b. Strategi Akulturasi

Akulturasi adalah proses pencampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga
memunculkan kebudayaan yang baru, dimana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih
tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Jika akulturasi ini menjadi strategi integrasi yang
diterapkan oleh pemerintah, berarti bahwa Negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan adanya identitas budaya bersama namun tidak menghilangkan seluruh unsur
budaya kelompok atau budaya lokal.

c. Strategi Pluralis

Paham Pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam


masyarakat. Paha ini pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan memberi
kesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk hidup dan
berkembang. Berarti dengan strategi pluralis dalam mewujudkan integrasi nasional Negara
memberi kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam Negara, baik suku, agama,
budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang, serta hidup
berdampingan secara damai.

3. Integrasi Nasional Indonesia


a. Dimensi integrasi Nasional
Integrasi Nasional dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi vertical dan dimensi
horizontal. 1). Dimensi vertical dari integrasi adalah dimensi yang berkenaan dengan upaya
menyatukan persepsi, keinginan, dan harapan yang ada antara elite dan massa atau antara
pemerintah dengan rakyat. Jadi Integrasi Vertikal merupakan upaya mewujudkan integrasi
dengan menjebatani perbedaan-perbedaan antara pemerintah dengan rakyat. Integrasi
nasional dalam dimensi yang demikian biasanya disebut sebagai integrasi politik, sedangkan
2). Dimensi horizontal dari integrasi adalah dimensi yang berkenaan dengan upaya
mewujudkan persatuan di antara perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat itu
sendiri, baik perbedaan wilayah tempat tinggal, perbedaan suku, agama, budaya, dan lainnya.
Jadi integrasi horizontal merupakan upaya mewujudkan integrasi dengan menjebatani
perbedaan-perbedaan antarkelompok dalam masyarakat. Integrasi nasional dalam dimensi ini
biasa disebut dengan integrasi territorial.

b. Mewujudkan Integrasi Nasional Indonesia

Mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat
goncangan ini biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah
(kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan. Di era globalisasi ini
tantangan itu bertambah oleh adanya tarikan global dimana keberadaan Negara-bangsa
sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntutan dan kecenderunga global. Dengan
demikian keberadaan Negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu 1). Tarikan dari luar
berupa globalisasi yang cenderung mengabaikan batas-batas Negara bangsa, dan 2). Tarikan
dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit seperti ikatan etnis,
kesukuan, atau kedaerahan.

RESUME DISKUSI

 Masalah Primordialisme : perasaan-perasaan dimiliki oleh seseorang yang sangat


menjunjung tinggi ikatan sosial yang berupa nilai-nilai, norma, dan kebiasaan-
kebiasaan yang bersumber dari etnik, ras, tradisi dan kebudayaan yang dibawa sejak
seorang individu baru dilahirkan. contoh: keyakinan akan makanan yg dimakan
,seperti umat islam tidak boleh memakan babi.
 Struktur sosial yang bersifat komplementer Maksudnya adalah dalam masyarakat
majemuk suatu lembaga akam mengalami kesulitan dalam menjalankan atau
mengatur masyarakatnya alias karena kurang lengkapnya persatuan tyang terpisah
oleh segmen-segmen tertentu. Masyarakat yang berbeda-beda membuat struktur
masyarakat pun akan mengalami beragam perbedaan antara masyarakat satu dengan
masyarakat yang lain. Perbedaan struktur masyarakat itu bisa kita lihat melewati
berbegai lembaga sosial yang sifatnya tidak saling melengkapi.
Sebagai conoth, dalam lembaga agama Indonesia yang menaungi beberaga agama dan
mempnyai stuktur yang berbeda. Beberapa lembaga agama itu tidak saling
melengkapi sebab memiliki ciri atau karakteristik dari keanekaragaman masyarakat
(agama) pun yang berbeda.
 Ancaman yang berpotensi merusak integrasi nasional meliputi dua hal. Dua hal
tersebut adalah, ancaman militer dan ancaman non militer.
Ancaman militer berkaitan dengan ancaman di bidang pertahanan dan keamanan.
Ancaman militer merupakan bentuk ancaman dengan menggunakan kekuatan
bersenjata dan terorganisir. Bentuk ancaman ini diniai mempunyai kemampuan yang
berbahaya bagi kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.
Ancaman militer meliputi, agresi, pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata,
sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, ancaman keamanan laut dan udara.
Salah satu ancaman nonmiliter yang sering terjadi ialah serangan berupa ideologi
Salah satu bentuknya adalah doktrin untuk mengganti ideologi dasar dengan ideologi
lainnya. Sehingga dapat dikatakan, bahwa ancaman nonmiliter dampaknya lebih besar
daripada ancaman militer.
a. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berpotensi mengancam integrasi
nasional, meski memang ada juga manfaatnya. Akan tetapi, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat memunculkan kejahatan siber, kejahatan perbankan,
dan penipuan.
b. Ancaman berdimensi keselamatan umum yaitu ancaman nonmiliter yang dapat
terjadi karena bencana alam. Ancaman tersebut meliputi, gempa bumi, letusan
gunung, dan tusnami. Sementara itu, ancaman dari manusia dapat meliputi
penggunaan obat-obatan terlarang, seperti narkoba, dan bahan kimia lainnya. Tidak
hanya itu, ancaman berdimensi keselamatan umum juga meliputi pembuangan limbah
industri, kebakaran, dan kecelakaan transportasi.
c. Ancaman berdimensi ideologi. Hal ini terjadi pada Uni Soviet yang mengalami
perubahan dari ideologi komunis menjadi liberal.
d. Ancaman berdimensi sosial budaya yaitu ancaman yang meliputi kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan dan ketidakadilan yang menjadi dasar timbulnya konflik
vertikal. Konflik vertikal tersebut dapat terjadi di antara pemerintah pusat dan daerah.
Tidak hanya konflik vertikal, tapi juga dan koflik horizontal.Konflik horizontal
menyangkut suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
e. Ancaman berdimensi ekonomi yaitu, ancaman yang merupakan salah satu penentu
posisi tawar setiap negara dalam pergaulan internasional.
 Cara agar inegrasi teteap terwujud :
1. Perasaan Senasib dan Seperjuangan. Satu di antara faktor pendukung integrasi
nasional yang paling utama ialah adanya perasaan senasib dan seperjuangan.
2. Rasa Cinta Tanah Air. Faktor yang mendorong integrasi nasional ialah karena
adanya rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia.
3. Keinginan untuk Bersatu.

Anda mungkin juga menyukai