RESUME PKN - Dwi Nala Ratih - 2008203059
RESUME PKN - Dwi Nala Ratih - 2008203059
RESUME MATERI
Disusun oleh :
Nim : 2008203059
TAHUN 2020/2021
RESUME PERTEMUAN 1
BAB I
Secara etimologis, pendidikan kewarga negaraan berasal dari kata “pendidikan” dan
kata “kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara.
BAB II
Identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah “identitas” dan “nasional”.
identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang secara harfiah berarti jati diri, ciri-ciri, atau
tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu membedakannya
dengan yang lain. Istilah “nasional” menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan hidup
manusia yang lebih besar dari sekedar pengelompokan berdasar ras, agama, budaya, bahasa,
dan
sebagainya.
Identitas nasional sebagai identitas bersama suatu bangsa dapat dibentuk oleh
beberapa faktor yang meliputi: primordial, sakral, tokoh, bhinneka tunggal ika, sejarah,
perkembangan ekonomi dan kelembagaan.Identitas nasional Indonesia menunjuk pada
identitas-identitas yang sifatnya nasional, bersifat buatan karena dibentuk dan disepakati dan
sekunder karena sebelumnya sudah terdapat identitas kesukubangsaan dalam diri bangsa
Indonesia.
Bendera Negara Indonesia, Bahasa Negara, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan merupakan identitas nasional bagi negarabangsa Indonesia yang telah diatur
lebih lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009 Tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Secara politis, bentuk identitas nasional Indonesia menjadi penciri atau pembangun
jati diri bangsa Indonesia yang meliputi bendera negara Sang Merah Putih, bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional atau bahasa negara, lambang negara Garuda Pancasila, dan lagu
kebangsaan Indonesia Raya.
Warisan jenius yang tidak ternilai harganya dari para the founding fathers adalah
Pancasila. Pancasila sebagai identitas nasional tidak hanya bersifat fisik seperti simbol atau
lambang tetapi merupakan cerminan identitas bangsa dalam wujud psikis (nonfisik), yakni
yang mencerminkan watak dan perilaku manusia Indonesia sehingga dapat dibedakan
dengan bangsa lain.
Identitas nasional sangat penting bagi bangsa Indonesia karena (1) bangsa Indonesia
dapat dibedakan dan sekaligus dikenal oleh bangsa lain; (2) identitas nasional bagi sebuah
negara-bangsa sangat penting bagi kelangsungan hidup negara-bangsa tersebut karena dapat
mempersatukan negara-bangsa; dan (3) identitas nasional penting bagi kewibawaan negara
dan bangsa Indonesia sebagai ciri khas bangsa.
BAB III
Integrasi nasional berasal dari kata integrasi dan nasional. Integrasi berarti memberi
tempat dalam suatu keseluruhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi berarti
pembauran hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Kata nasional berasal dari kata
nation (Inggris) yang berarti bangsa sebagai persekutuan hidup manusia.
Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-bagian, unsur atau
elemen yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang lebih bulat, sehingga menjadi
satu nation (bangsa).
Dimensi integrasi mencakup integrasi vertikal dan horizontal, sedang aspek integrasi
meliputi aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Integrasi berkebalikan dengan
disintegrasi. Jika integrasi menyiratkan adanya keterpaduan, kesatuan dan kesepakatan atau
konsensus, disintegrasi menyiratkan adanya keterpecahan, pertentangan, dan konflik.
BAB IV
Dalam arti sempit konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat dokumen
yang berisi aturan-aturan dasar untuk menyelenggarakan negara, sedangkan dalam arti luas
konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan
bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan.
Dasar pemikiran perubahan UUD NRI 1945 adalah kekuasaan tertinggi di tangan
MPR, kekuasaan yang sangat besar pada presiden, pasalpasal yang terlalu “luwes” sehingga
dapat menimbulkan multitafsir, kewenangan pada presiden untuk mengatur hal-hal penting
dengan undang-undang, dan rumusan UUD NRI 1945 tentang semangat penyelenggara
negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang sesuai dengan tuntutan reformasi.
Awal proses perubahan UUD NRI 1945 adalah pencabutan Ketetapan MPR RI
Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum, pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI, dan Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi Manusia mengawali perubahan UUD
NRI 1945.
Dari proses perubahan UUD NRI 1945, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:
(a) Perubahan UUD NRI 1945 dilakukan oleh MPR dalam satu kesatuan perubahan yang
dilaksanakan dalam empat tahapan, yakni pada Sidang Umum MPR 1999, Sidang Tahunan
MPR 2000, 2001, dan 2002;
(b) Hal itu terjadi karena materi perubahan UUD NRI 1945 yang telah disusun secara
sistematis dan lengkap pada masa sidang MPR tahun 1999-2000 tidak seluruhnya dapat
dibahas dan diambil putusan.
(c) Hal itu berarti bahwa perubahan UUD NRI 1945 dilaksanakan secara sistematis
berkelanjutan karena senantiasa mengacu dan berpedoman pada materi rancangan yang telah
disepakati sebelumnya.
UUD NRI 1945 menempati urutan tertinggi dalam jenjang norma hukum di
Indonesia. Berdasar ketentuan ini, secara normatif, undang-undang isinya tidak boleh
bertentangan dengan UUD. Jika suatu undangundang isinya dianggap bertentangan dengan
UUD maka dapat melahirkan masalah konstitusionalitas undang-undang tersebut. Warga
negara dapat mengajukan pengujian konstitusionalitas suatu undangundang kepada
Mahkamah Konstitusi.
BAB V
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu
tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh
yang berkepentingan.
Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud dari hubungan warga negara
dengan negara. Hak dan kewajiban bersifat timbal balik, bahwa warga negara memiliki hak
dan kewajiban terhadap negara, sebaliknya pula negara memiliki hak dan kewajiban
terhadap warga negara. Hak dan kewajiban warga negara dan negara Indonesia diatur dalam
UUD NRI 1945 mulai pasal 27 sampai 34, termasuk di dalamnya ada hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia. Pengaturan akan hak dan kewajiban tersebut bersifat garis besar
yang penjabarannya dituangkan dalam suatu undang-undang.
Sekalipun aspek kewajiban asasi manusia jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan
dengan aspek hak asasi manusia sebagaimana tertuang dalam UUD NRI 1945, namun secara
filosofis tetap mengindikasikan adanya pandangan bangsa Indonesia bahwa hak asasi tidak
dapat berjalan tanpa dibarengi kewajiban asasi. Dalam konteks ini Indonesia menganut
paham harmoni antara kewajiban dan hak ataupun sebaliknya harmoni antara hak dan
kewajiban.
Hak dan kewajiban warga negara dan negara mengalami dinamika terbukti dari
adanya perubahan-perubahan dalam rumusan pasal-pasal UUD NRI 1945 melalui proses
amandemen dan juga perubahan undangundang yang menyertainya. Jaminan akan hak dan
kewajiban warga negara dan negara dengan segala dinamikanya diupayakan berdampak pada
terpenuhinya keseimbangan yang harmonis antara hak dan kewajiban negara dan warga
negara.
BAB VI
Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti
rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi, demos-
cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Secara
terminologi, banyak pandangan tentang demokrasi. Tidak ada pandangan tunggal tentang
apa itu demokrasi. Demokrasi dapat dipandang sebagai salah satu bentuk pemerintahan,
sebagai sistem politik, dan sebagai pola kehidupan bernegara dengan prinsip-prinsip yang
menyertainya
Sebagai pilihan akan pola kehidupan bernegara, sistem demokrasi dianggap penting
dan bisa diterima banyak negara sebagai jalan mencapai tujuan hidup bernegara yakni
kesejahteraaan dan keadilan.
BAB VII
Ada empat fungsi negara yang dianut oleh negara-negara di dunia ialah:
melaksanakan penertiban dan keamanan; mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya; pertahanan; dan menegakkan keadilan. Untuk menyelesaikan perkara-perkara
yang terjadi di masyarakat secara adil, maka para aparatur hukum harus menegakkan hukum
dengan sebaik-baiknya. Penegakan hukum bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan
kepastian hukum dalam masyarakat sehingga masyarakat merasa memperoleh pengayoman
dan hakhaknya terlindungi. Dalam menegakkan hukum terdapat tiga unsur yang harus
selalu diperhatikan yaitu: kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan.
Dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan
UUD NRI 1945, pembangunan bidang hukum mencakup sektor materi hukum, sektor sarana
dan prasarana hukum, serta sektor aparatur penegak hukum. Aparatur hukum yang
mempunyai tugas untuk menegakkan dan melaksanakan hukum antara lain lembaga
kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman. Fungsi utama Lembaga kepolisian adalah sebagai
lembaga penyidik; sedangkan kejaksaan berfungsi utama sebagai lembaga penuntut; serta
lembaga kehakiman sebagai lembaga pengadilan/pemutus perkara.
Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang No. 14 tahun 1970 yang telah diperbaharui menjadi
UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa “Kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan”. Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh badan
pengadilan dalam empat lingkungan yaitu: 1) Peradilan Umum, 2) peradilan Agama, 3)
peradilan Militer; dan 4) peradilan Tata Usaha Negara.
Peradilan umum merupakan peradilan bagi rakyat pada umumnya; sedangkan
peradilan militer, peradilan Agama, dan peradilan Tata Usaha Negara merupakan peradilan
khusus karena mengadili perkaraperkara tertentu dan mengadili golongan rakyat tertentu.
Keempat lingkungan peradilan tersebut masing-masing mempunyai lingkungan wewenang
mengadili perkara tertentu serta meliputi badan peradilan secara bertingkat, yaitu pengadilan
tingkat pertama, tingkat banding, dan tingkat kasasi.
BAB VIII
Keluarnya Deklarasi Djuanda 1957 membuat wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan
wilayah. Laut bukan lagi pemisah pulau, tetapi laut sebagai penghubung pulau-pulau
Indonesia. Melalui perjuangan di forum internasional, Indonesia akhirnya diterima sebagai
negara kepulauan (Archipelago state) berdasarkan hasil keputusan Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982.
Esensi dari wawasan nusantara adalah kesatuan atau keutuhan wilayah dan
persatuan bangsa, mencakup di dalamnya pandangan akan satu kesatuan politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Wawasan nusantara merupakan perwujudan dari
sila III Pancasila yakni Persatuan Indonesia
Rumusan wawasan nusantara termuat pada naskah GBHN 1973 sampai 1998 dan
dalam Pasal 25 A UUD NRI 1945. Menurut pasal 25 A UUD NRI 1945, Indonesia
dijelaskan dari apek kewilayahannya, merupakan sebuah negara kepulauan (Archipelago
State) yang berciri nusantara.
Berdasar Pasal 25 A UUD NRI 1945 ini pula, bangsa Indonesia menunjukkan
komitmennya untuk mengakui pentingnya wilayah sebagai salah satu unsur negara sekaligus
ruang hidup (lebensraum) bagi bangsa Indonesia yang telah menegara. Ketentuan ini juga
mengukuhkan kedaulatan wilayah NKRI di tengah potensi perubahan batas geografis sebuah
negara akibat gerakan separatisme, sengketa perbatasan antar negara, dan pendudukan oleh
negara asing.
BAB IX
Ketahanan nasional sebagai konsepsi adalah konsep khas bangsa Indonesia sebagai
pedoman pengaturan penyelenggaraan bernegara dengan berlandaskan pada ajaran asta
gatra. Ketahanan nasional sebagai kondisi adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang
berisi keuletan dan daya tahan.
Ketahanan nasional sebagai metode atau strategi adalah cara yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dan ancaman kebangsaan melalui pendekatan asta gatra yang
sifatnya integral komprehensif Ketahanan nasional memiliki dimensi seperti ketahanan
nasional ideologi, politik dan budaya serta konsep ketahanan berlapis dimulai dari
ketahanan nasional diri, keluarga, wilayah, regional, dan nasional.
Inti dari ketahanan nasional Indonesia adalah kemampuan yang dimiliki bangsa dan
negara dalam menghadapi segala bentuk ancaman yang dewasa ini spektrumnya semakin
luas dan kompleks, baik dalam bentuk ancaman militer maupun nirmiliter
Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari warga negara
untuk mewujudkan ketahanan nasional. Bela negara adalah, sikap dan tindakan warga
negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada
tanah air dan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.
Bela negara mencakup bela negara secara fisik atau militer dan bela negara secara
nonfisik atau nirmiliter dari dalam maupun luar negeri. Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya bela negara. Bela Negara dapat secara fisik yaitu dengan cara
"memanggul senjata" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela Negara secara fisik
dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Bela negara secara nonfisik adalah segala
upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara
meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah
air (salah satunya diwujudkan dengan sadar dan taat membayar pajak), serta berperan aktif
dalam memajukan bangsa dan negara, termasuk penanggulangan ancaman dan lain
sebagainya.
BAB X
Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari
strategi “inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented
learning (belajar melalui penelitian, penyingkapan, pemecahan masalah)” yang dikemas
dalam model “Project” ala John Dewey. Model ini sangat cocok untuk pembelajaran PKn
dalam rangka menumbuhkan karakter warga negara Indonesia yang cerdas dan baik (smart
and good citizen).
Model ini dapat dilakukan selama satu semester dan dikerjakan lebih banyak di luar
kelas. Dosen pengampu mata kuliah dapat melakukan pemantauan mingguan sesuai dengan
jadwal waktu yang ditetapkan.
RESUME PERTEMUAN 2
BAB 1
a) Secara etimologis
b) Secara yuridis
Latar belakang yuridis dari pendidikan kewarganegaraan tercantum dalam batang tubuh
UUD 1945 serta rumusan Pancasila. Selain itu, secara yuridis pendidikan kewarganegaraan
juga tercantum dalam peraturan yang dibuat pemerintah dan MPR. Contohnya Ketetapan
MPR, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah. Seluruh hal ini saling berhubungan dan
memiliki kekuatan yang mengikat satu sama lain. Pendidikan kewarganegaraan secara yuridis
memiliki agar masyarakat memiliki rasa cinta tanah air serta kebangsaan.
c) Secara terminologis
Tujuannya agar melatih kemampuan berpikir yang kritis, analitis serta bertindak secara
demokratis sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Sistem Pendidikan Nasional merupakan jawaban atas amanat UUD 1945 sebagaimana
diamanatkan dakam pasal 31 ayat (3) UUD 1945 sebagai usaha terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinnya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Oleh karena itu, Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Tujuan
Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bersadasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, bahwa
Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawaab.
Setiap Warga Negara Indonesia di tuntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi
bangsa dan negarannya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa
depannya. Maka diperlukan pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai moral, dan nilai kebudayaan bangsa.
Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek materiil maupun objek formalnya.
Objek materiil adalah bidang sasaran yang di bahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang
ilmu, sedangkan Objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahs
objek materiil tersebut. Adapun Objek Materiil pendidikan kewarganegaraan adalah segala
hal yang berkaitan dengan warga Negara baik yang empirik maupun yang non empirik yang
meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga Negara dalam kesatuan bangsa dan Negara.
Sementara itu, Objek Formalnya mencakup 2 segi, yaitu segi hubungan antara warga Negara
dan Negara ( termasuk hubungan antar warga Negara ) dan segi pembelaan Negara. Dalam
hal ini pembahasan Pendidikan kewarganegaraan terarah pada Warga Negara Indonesia
dalam hubungannya dengan Negara Indonesia dan pada uapaya Pembelaan Negara
Indonesia.
Resume Diskusi
*Geopolitik* berasal dari kata geo dan politik. “Geo” berarti bumi dan “Politik” berasal
dari bahasa yunani politeia berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia berarti
urusan. Dalam bahasa Indonesia politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan
umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan,
jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki.
Secara umum geopolitik adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri,
lingkungan, yang berwujud negara kepulauan berlandaskan pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945.
*Geostrategi* berasal dari kata “Geo” dan “Strategi”.Geografi merujuk pada ruang hidup
nasional wadah atau tempat hidupnya bangsa dan negara Indonesia.Strategi diartikan sebagai
ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan
tertentu dalam keadaan perang maupun damai.
RESUME PERTEMUAN 3
Proses berbangsa dan bernegara pada masa sebelum kemerdekaan atau sekitar tahun
1908, lebih mengacu pada perjuangan melawan penjajah, sedangkan pada masa sekarang
mengacu pada upaya bela negara melalui pendidikan, penciptaan identitas, dan memiliki
hubungan internasional dengan negara lain.
Dalam upaya untuk memahami proses berbangsa dan bernegara, merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia.
Kesadaran terhadap sejarah menjadi penting ketika suatu masyarakat mulai menyadari
bagaimanaposisinya sekarang dan seperti apa jatidiri atau identitasnya. Kerangka dasar
proses berbangsa dan bernegara meliputi pancasila, UUD 1945 wawasan nusantara dan
ketahanan nasional.
2. Identitas Nasional
Istilah Identitas Nasional atau Identitas Bangsa melahirkan tindakan kelompok yang
diwujukan dalam bentuk bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-
atribut nasional. Dalam konteks Indonesia, Menurut Ganeswara bahwa Identitas Nasional
merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai
aspek kehidupan dari ratusan suku yang “dihumpun” dalam satu kesatuan Indonesia menjadi
kebudayaan nasional dengan acuan pancasila dan roh “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai dasar
dan arah pengembangannya.
Unsur-unsur identitas nasional ini memiliki banyak komponen di dalamnya yang mencakup :
1) Pola perilaku : dalam kehidupan sehari –hari ( adat istiadat, budaya dan kebiasaan,
ramah tamah, hormat kepada orang tua, gotong royong ).
2) Lambang-lambang : biasannya dinyatakan dalam undang-undang misalnya bendera,
bahasa dan lagu kengsaan.
3) Alat-alat perlengkapan : yang digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa
bangunan, peralatan teknologi, misalnya bangunan candi, masjid, gereja, pakaian
adat, teknologi bercocok tanam, dan teknologi seperti kapal laut, pesawat terbang dan
lainnya,
4) Tujuan yang ingin di capai : seperti budaya unggul dan prestasi dalam bidang tertentu.
3. Pancasila Sebagai Identitas Nasionaal Bangsa Indonesia
1) Pancasila Sebagai Jiwa bangsa Indonesia
Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia sendiri merupakan jiwa bangsa Indonesia ,
karena pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tidak dapat
dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa yang lain.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia ini diwujudkan dalam sikap mental
dan tingkah laku mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain
( kepribadian ). Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan adanya bangsa Indonesia.
Jadi, pancasila lahir dari jiwa kepribadian bangsa Indonesia yang terkristalisasi nilai-nilai
yang dimilikinnya.
Pandangan hidup mempunyai fungsi sebagai acuan untuk menata hubungan manusia
dirinya sendiri, sesamannya, dan dengan alam sekitarnya maupun Tuhannya. Pandangan
hidup suatu bangsa merupakan nilai yang dimiliki oleg suatu bangsa dan diyakini
kebenarannya, sehingga membuka tekad untuk mewujudkannya. Bangsa Indonesia
mempunyai pandangan hidup yakni pancasila, karena pancasila merupakan sesuatu yang
sangat bernilai dalam masyarakat Indonesia.oleh karena itu, pancasila harus terpancar dalam
tingkah laku dan perbuatan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia berkedudukan juga sebagai ideologi nasional yang dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan bernegara. Pancasila sebagai ideology Indonesia yaitu sebagai
ikatan budaya (Cultural bond) yang berkembang secara alami dalam masyarakat Indonesia
bukan secara paksaan atau pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam
kehidupan sehari-hari bansa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar Negara dipergunakan untuk mengatur seluruh tatanan dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan sister ketatanegaraan NKRI harus
berdasarkan pancasila. Hal ini juga berarti bahwa semua peraturan yang berlaku di Negara
Republik Indonesia ini harus bersumber dari pancasila. Pancasila sebagai dasar Negara,
artinya pancasila dijadikan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan
Negara.
Resume Diskusi
Bahasa bisa dikatakan sebagai identitas nasional karena Karena setiap negara
memiliki bahasa masing masing. disamping itu juga bahasa indonesia masuk dalam
Konstitisi negara (UUD 1945) sebagai Bahasa Nasional atau bahasa Persatuan.
Manifestasi nilai-nilai budaya itu adalah Perwujudan nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun
dalam satu kesatuan Indonesia yang menjadi kebudayaan nasional
Perilaku dapat dikatakan sebagai unsur identitas nasional karena Pola Prilaku
Masyarakat Barat dan Masyarakat Timur itu beda, sehingga pola prilaku seperti sopan
santun, ramah tamah serta gotong royong yang merupakan ciri dari masyarakat tibur
itu dapat dijadikan salah satu unsur identitas nasional.
Banyaknya oknum-oknum yang masih menyepelekan pancasila walau pancasila itu
bersifat sakral adalah karena Kurangnya Pembinaan serta pemahaman. itu sebabnya
perlu adany sosialisasi tentang nilai nilai pancasila tersebut ditengahtengah
masyarakat yang berkembang ini.
Bentuk identitas nasional bisa saja berubah dimana depan karena perkembanga
Konstitisi UUD 1945 akan mengalami perubahan kembali menyesuaikan keadaan dari
masyarakatnya.
RESUME PERTEMUAN 4
Integritas Nasional
Integrasi Nasional adalah upaya menyatukan seluruh undur suatu bangsa dengan
pemerintahan dan wilayahnya. “mengintegrasikan” berarti membuat untuk atau
menyempurnakan dengan jalan untuk menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah.
Menurut Howard Wrigins, Integrasi berarti penyatuan bangsa- bangsa yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-
masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa.
2. Strategi Integrasi
a. Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses pencampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi satu
kebudayaan yang baru, dimana dengan pencampuran tersebut maka masing-masing unsur
budaya akan melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak
lagi identitas massing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjasi strategi
integrasi nasional, berarti bahwa Negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam Negara itu benar-benar melebur
menjadi satu dan tidak lagi mempakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal.
b. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses pencampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga
memunculkan kebudayaan yang baru, dimana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih
tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Jika akulturasi ini menjadi strategi integrasi yang
diterapkan oleh pemerintah, berarti bahwa Negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan adanya identitas budaya bersama namun tidak menghilangkan seluruh unsur
budaya kelompok atau budaya lokal.
c. Strategi Pluralis
Mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat
goncangan ini biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah
(kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan. Di era globalisasi ini
tantangan itu bertambah oleh adanya tarikan global dimana keberadaan Negara-bangsa
sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntutan dan kecenderunga global. Dengan
demikian keberadaan Negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu 1). Tarikan dari luar
berupa globalisasi yang cenderung mengabaikan batas-batas Negara bangsa, dan 2). Tarikan
dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit seperti ikatan etnis,
kesukuan, atau kedaerahan.
RESUME DISKUSI