Anda di halaman 1dari 9

Ppt

Q.S. Ali Imran (3) : 159-160


Sifat yang harus dimiliki seorang Pendakwah

Disusun : kelompok 9
Leni Nurmela/2008302119
Niar Zakiya Ista Bela/2008302146
Aliffiyah Puteri Rahmayani/2008302122
Deskripsi ayat Q.S Ali- Imran (3):159-160
Surah Ali Imran (Arab :‫ عمرانا ل‬,Ali-Imran, “Keluarga Imran”) adalah surah ke-3 dalam
Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 200 ayat dan termasuk surah Madiniyah. Dinamakan
Ali Imran karena memuat kisah keluarga Imran yang di dalam kisah itu disebutkan
kelahiran nabi Isa, persamaan kejadiannya dengan nabi Adam, kenabian dan beberapa
mukjizatnya, serta disebut pula kelahiran Maryam binti Imran. Surah Al-Baqarah dan
Ali Imran ini dinamakan Az-Zahrawan (Dua Yang Cemerlang), karena kedua surah ini
menyingkapkan hal-hal yang menurut apa yang disampaikan Al-Qur’an disembunyikan
oleh para Al-Kitab, seperti kejadian dan kelahiran nabi Isa kedatangan Nabi
Muhammad, seperti yang terdapat pada ayat 159-160. Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman:
‫ك   ۖ  َفاعْ فُ َع ْن ُه ْم َواسْ َت ْغ ِفرْ َل ُه ْم‬ َ ِ‫ب اَل ْن َفضُّوا ِمنْ َح ْول‬ َ ‫ت َف ًّظا َغل‬
ِ ‫ِيظ ْال َق ْل‬ َ ‫َف ِب َما َرحْ َم ٍة م َِّن هَّللا ِ لِ ْن‬
َ ‫ت َل ُه ْم   َۖ و َل ْو ُك ْن‬
)١٥٩(‫مْت َف َت َو َّك ْل َع َلى هَّللا ِ   ۚ إِنَّ هَّللا َ ُيحِبُّ ْال ُم َت َو ِّكلِين‬ َ ‫اورْ ُه ْم فِى اأْل َ ْم ِر   ۖ  َفإِ َذا َع َز‬ ِ ‫َو َش‬
ُ ‫ِب َل ُك ْم   َۖ وإِنْ َي ْخ ُذ ْل ُك ْم َف َمنْ َذا الَّذِى َي ْن‬
‫ص ُر ُك ْم م ِّۢن َبعْ ِدهِۦ   َۗ و َع َلى هَّللا ِ َف ْل َي َت َو َّك ِل‬ َ ‫إِنْ َي ْنصُرْ ُك ُم هَّللا ُ َفاَل َغال‬
١٦٠(‫ون‬ َ ‫ْالم ُْؤ ِم ُن‬
yang artinya:

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah
ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada
Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal (159), Jika Allah menolong
kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu, tetapi jika Allah membiarkan
kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu?
Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang beriman bertawakal (160)”.
Tafsir surat Ali-imran 159-160
M. Quraish Shihab Pada ayat ini, disebutkan tiga sifat dan sikap yang disebut dan
diperintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk beliau laksanakan sebelum
musyawarah.
A. Berlaku lemah-lembut, tidak kasar dan tidak berhati keras
Seorang yang melakukan musyawarah, apalagi yang berada dalam posisi pemimpin,
yang pertama ia harus hindari ialah tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala,
karena jika tidak, maka mitra musyawarah akan bertebaran pergi. Petunjuk ini
ًّ ‫َو َل ْو ُك ْن َت َف‬
dikandung oleh penggalan awal ayat di atas sampai firman-Nya: ( ‫ظا َغلِي َظ ا ْلَق ْل ِب‬
‫)اَل ْن َفضُّوا ْمِن َح ْول َِك‬
B. Memberi maaf dan membuka lembaran baru
Dalam bahasa ayat di atas ( ‫اعف َع ْنه ُْم‬
ُ ْ ‫“ ) َف‬Maaf” secara harfiah berarti “menghapus”.
Memaafkan, adalah menghapus bekas luka hati akibat perlakuan pihak lain yang
dinilai tidak wajar. Ini perlu, karena tiada musyawarah tanpa pihak lain, sedangkan
kecerahan pikiran hanya hadir bersamaan dengan sirnanya kekeruhan hati.
C. Permohonan maghfirah dan ampunan Ilahi
Untuk mencapai yang terbaik dari hasil musyawarah analisis dan ketajaman akal saja belum
cukup, ia membutuhkan Ilham, hidayah dan firasat. Tidak jelas bagaimana cara kerja “Ilham”
ini, ia bisa datang dan pergi begitu saja. Biasanya Ilham ini hanya mengunjungi orang-orang
yang jiwanya dihiasi kesucian. Sebagaimana Q.S. al-Baqarah 258: “Allah tidak memberi
hidayah orang yang berlaku aniaya”. Oleh karenanya ampunan ilahi sangat penting.
Menurut Tafsir Al Maraghi Karya Imam Musthafa Al Maraghi dalam tafsir ini disebutkan
bahwa musyawarah dalam surah Ali Imran dilakukan berkenaan dengan kekalahan yang
diderita umat Islam dalam perang Uhud. Nabi bermusyawarah dengan para sahabat dalam
menghadapi masalah-masalah penting selagi tidak ada wahyu turun berkenaan hal tersebut.
Hal yang ditekankan dalam musyawarah tersebut adalah sikap yang tenang dan hati-hati.
Beliau senantiasa memperhatikan setiap pendapat, kemudian mentarjihkannya satu pendapat
dengan pendapat lain yang lebih banyak mashlahat dan faedahnya dengan segala kemampuan
yang dimiliki Nabi. Dan setelah hati bulat dalam mengerjakan sesuatu serta dapat
dipertanggungjawabkan kebenaranya maka hendaknya kita bertawakal kepada Allah.
nilai – nilai yang terkandung dalam QS. Ali Imran 159-160
1. Menunjukkan sikap lemah lembut terhadap sesama manusia. Hal ini mengandung
maksud, tidak kasar dan tidak memaksakan kehendak, karena segala sesuatu apapun apabila
dilakukan secara paksa maka akan berakibat fatal, sebaliknya bila dilakukan dengan suasana
yang sehat dan rasional akan menghasilkan jangkauan hikmah yang besar.
2. Ikhlas saat memberikan maaf kepada orang lain. Memaafkan adalah sikap memberikan
kemurahan kepada orang lain atas kesalahan orang lain terhadap dirinya tanpa adanya
niatan untuk membalas dendam.10 Islam mengajarkan kita untuk Memaafkan kesalahan
orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah. Menurut M.
Quraish Shihab, tidak ditemukan satu ayatpun yang menganjurkan untuk meminta maaf,
tapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.
3. Menghormati pendapat atau saran orang lain. Kalau nabi yang ma’shum saja masih
bermusyawarah dengan para sahabat untuk memutuskan keputusan dan urusan bersama, sudah
barang tentu para pemimpin, guru, rakyat, dan semuanya untuk selalu bermusyawarah dalam
memutuskan urusan bersama. Salah satu sifat yang harus dijunjung tinggi dalam musyawarah
adalah menunjukkan sifat kejujuran dalam mengemukakan pendapatnya, dan menyampaikan
informasi yang ia kuasai tanpa mengusik pemahaman orang lain atau diam saja jika memang tidak
ia ketahui.

4. senantiasa bertawakal dengan sabar serta berusaha/ikhtiar. Tawakkal adalah sikap penyerahan
diri kepada Allah setelah melakukan seluruh upaya dalam mencapai suatu tujuan. Tawakkal
menjadi bukti penghambaan diri kepada Allah dan keyakinan yang tinggi bahwa semua keputusan
merupakan hak prerogatif Allah yang tidak bisa diatur oleh makhluk. Dalam segala hal, misalnya
musyawarah, tawakal merupakan suatu hal yang harus dilakukan jika terjadi perbedaan pendapat
dan perbedaan sudut pandang. Jika tidak tercapai kata mufakat hendaknya membulatkan tekad
untuk tetap bersabar dan komitmen berusaha terus untuk mencari penyelesaiannya dengan damai,
tetap menjaga kesatuan dan persatuan. Tidak sebaliknya melakukan kekerasan atau memprovokasi
orang lain yang berpotensi terjadinya permusuhan dan pengrusakan.
Yakin Akan Datangnya Pertolongan Allah. Setiap muslim harus yakin, bahwa pertolongan
Allah akan datang Ketika yakin bahwa pertolongan Allah pasti akan datang, maka hati akan
merasa ringan dan damai, seberapapun berat beban yang disandang. Perasaan yakin itulah
kemudian mengangkat motivasi dan semangat sebagaimana dulu para sahabat Nabi
bersemangat kembali untuk mempertahankan Islam dan kota Madinah dari sebuah dan
serangan kaum kafir Qurays dan para sekutunya. Manusia sebagai mahluk yang beragama
sudah barang tentu akan kembali pada Allah Swt, Ibnu Qayyim pernah berkata Tawakal
adalah sebab yang paling utama yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika ia tak
memiliki kekuatan dari serangan makhluk Allah lainnya yang menindas serta memusuhinya,
tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan seperti itu, karena ia
telah menjadikan Allah pelindungnya atau yang memberinya kecukupan, maka barang siapa
yang menjadikan Allah pelindungnya serta yang memberinya kecukupan maka musuhnya itu
tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya.
Selezai~

Anda mungkin juga menyukai