Anda di halaman 1dari 16

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah


sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat masyarakat
pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan alam sebagai
obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-
obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan senyawa
bermanfaat dari tamanan untuk dapat di manfaatkan secara maksimal.
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-
komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua
fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan
cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi
gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair, disebut kromatografi
cair
Proses isolasi biasanya dilakukan dengan cara kromatografi. Pada
praktikum ini akan dilakukan percobaan yaitu kromatografi lapis tipis (KLT)
preparatif merupakan salah satu metode pemisahan dengan
menggunakan peralatan sederhana. Ketebalan penjerap yang sering
dipakai adalah 0,5-2 mm, ukuran plat kromatografi biasanya 20 x 20 cm.
Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah tentu mengurangi
jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLT preparatif. Penjerap
yang paling umum digunakan adalah silika gel.
B. Rumusan praktikum

Adapun rumusan masalah pada parktikum kali ini yaitu :


1. Manakah fraksi sampel yang aktif pada fraksi daun waru (Hibiscus
tiliaceus L.)?
2. Eluen perbandingan berapaka yang dapat memisahkan sampel
dengna baik ?

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
C. Maksud praktikum

Adapun maksud dari peraktikum ini adalah untuk mengetahui dan


memahami cara pemisahan senyawa pada fraksi sampel daun waru
(Hibiscus tiliaceus L.) dengan menggunakan KLTP.
D. Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan pemisahan


komponen kimia pada fraksi sampel daun waru (Hibiscus tiliaceus L.)
dengan menggunakan metode KLTP.
E. Manfaat Praktikum

1. Manfaat Umum Praktikum


Adapun manfaat umum dari praktikum kali ini yaitu agar dapat
mengetahui cara memisahkan senyawa menggunakan metode
kromatografi lapis tipis preparatif terhadap fraksi daun waru (Hibiscus
tiliaceus L.).
2. Manfaat Khusus praktikum
Adapun manfaat khusus dari praktikum kali ini yaitu agar dapat
mengetahui cara memisahkan senyawa menggunakan metode
kromatografi lapis tipis terhadap fraksi daun waru (Hibiscus tiliaceus L.)
dengan melihat pita/noda yang terbentuk pada lempeng KLTP.

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

a. Klasifikasi tanaman (Integrated Taxonomic Information System, 2018)


Regnum : Plantae
Divisio : Tracheopyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvaes
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus tiliaceus L.
b. Morfologi tanaman
Waru atau baru (Hibiscus tiliaceus L.) yangtermasuk pada suku
kapas-kapasan atau Malvaceae)juga dikenal sebagai waru laut.
Tumbuhan tropis berbatang sedang ini dapat tumbuh pada berbagai
kondisi tanah, didaerah yang subur, batangnya lurus, namun pada
daerah yang kurang subur batangnya cenderung tumbuh
membengkok, serta percabangan dan daun-daunnya menjadi lebar.
Pohon bisa mencapai tinggi 5-15 m. Batangnya berkayu, bulat,
bercabang banyak, warnanya coklat. Daun bertangkai, tunggal serta
berbentuk jantung dan bundar telur, dengan diameter sekitar 9 cm.
pertulanganmenjari dan warnanya hijau. Pada bagian bawah daun
berambut abu-abu rapat. Bunganya berdiri sendiri atau 2-5 didalam
tandan, dengan 8-11 buah tajuk, berwarna kuning disertai dengan
noda ungu pada pangkal mahkota bagian dalam, dan akan berubah
menjadi kuning merah, kemudian menjadi kemerah-merahan. Buahnya
bulat telur, mempunyai rambut lebat, beruanglima, dengan panjang
sekitar 3 cm, serta berwarna coklat (Suwandi, 2014).

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
c. Nama lain
Nama daerah di sumatera antara lain adalah kioko, siron, baru,
buluh, bou, tobe, beruk, melanding. Semetara dijawa namanya adalah
waru, waru laut, waru lot, waru lenga, waru lengis, waru lisah, waru
rangkak, wande, baru. Di nusa tenggara adalah baru, wau, kabaru,
bau, fau. Disulawesi adalah belebirang, bahu, molowahu, lamogu,
molowangu, baru, waru. Dimaluku adalah war, papatale, haru, palu,
faru, haaro, fanu, halu, bolo, kolo, pa. Di papua adalah kasyanaf, iwal,
wakati (Suwandi, 2014).
d. Kandungan kimia
Daunnya mengandung saponin, flavonoid, gologan steroid
kelopok sterol (Suwandi, 2014).
e. Khasiat tanaman
Daun dan batang tanaman waru diketahui mengandung zat
musilago yang sifatnya berfungsi untuk melapisi dinding saluran cerna,
saluran kencing serta tenggorokan. Sementara zat yang lain yakni
emolien bermanfaaat sebagai pembasmi kuman (Suwandi, 2014).
B. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana


analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam
dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam
bentuk molekul kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada
pendukung padat. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan (Rohman,
2009).
Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) merupakan metode
pemisahan yang memerlukan biaya paling murah dan memakai peralatan
sangat sederhana. Walaupun KLTP dapat memisahkan dalam jumlah
gram, sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah miligram. KLT
preparatif dilakukan dengan menggunakan lapisan tebal (sampai 1 mm)
sebagai pengganti lapisan penyerap yang tipis (Nasution, 2010).

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu metode
yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan
paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah
gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah miligram.KLTP
bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai dalam
sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam  (Hostettmann,
1995).
Ketebalan penjerap (adsorben) yang paling sering dipakai pada
KLTP adalah sekitar 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20 x
20 cm atau 20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran pelat
sudah tentu  mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan
KLTP. Penjerap yang paling umum digunakan ialah silika gel dan dipakai
untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa
hdrofil  (Hostettmann, 1995).
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari
berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam
sistem yang terdiri dari fase diam dan fase bergerak. Semua pemisahan
pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari masing-masing
komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang
tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat
daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan
(mobilitas) antara komponen yang satu dengan lainnya disebabkan oleh
perbedaan dalam adsorbs, partisi, kelarutan atau penguapan diantara
kedua fase. Jika perbedaan-perbedaan ini cukup besar, maka akan terjadi
pemisahan secara sempurna. Oleh karena itu dalam kromatografi,
pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam perlu dilakukan
sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan
kecepatan yang berbeda-beda agar dapat terjadi proses pemisahan (Ibnu,
2008).
Pada kromatografi lapis tipis preparatif, cuplikan yang akan
dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi pelat lapisan besar

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga
campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita ditampakkan dengan
cara yang tidak merusak jika senyawa itu tanwarna, dan penyerap yang
mengandung senyawa pita dikerok dari pelat kaca. Kemudian cuplikan
dielusi dari penyerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk
memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni untuk
telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti
bahan alam yang lazimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit dan
untuk memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi kromatografi
lapis tipis kuantitatif (Nasution, 2010).
Proses isolasi kromatografi lapis tipis preparatif terjadi berdasarkan
perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-
komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh
karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka
komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah
yang menyebabkan pemisahan (Munson, 2010).
Pengembangan plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca
yang dapat menampung beberapa plat. Koefisien pemisahan dapat
ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Harus diperhatikan
bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penyerap maka semakin
besar kemungkinan penguraian (Nasution, 2010).
Proses isolasi kromatografi lapis tipis preparatif terjadi berdasarkan
perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-
komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh
karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka
komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah
yang menyebabkan pemisahan (Munson, 2010).
Pengembangan plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca
yang dapat menampung beberapa plat. Koefisien pemisahan dapat
ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Harus diperhatikan

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penyerap maka semakin
besar kemungkinan penguraian (Nasution, 2010).

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu chamber kecil, chamber


besar, gelas ukur, lampu UV254 dan UV366, lempeng KLT preparatif,
mistar, penggaris, pensil, pipa kapiler, pipet tetes, sentrifuge, tabung
sentrifuge, vial.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, fraksi daun
waru (Hibiscus tiliaceus L.), etil asetat, n-heksan, pereaksi DPPH dan
tissue.
B. Prosedur Kerja (Najib Ahmad dan Malik abdul, 2018)

a. Skrining eEuen
Dipilih fraksi dari metode KKK, setelah itu ditotolkan pada lempeng
KLT ukuran 7 x 1 cm. Selanjutnya dielusi dengan eluen n-heksan :etil
asetat (7:3) dalam 5 mL. Kemudian diamati pada lampu UV 254 dan UV
366 nm.
b. Skrining Fraksi
Dipilih fraksi dari metode KKK, setelah itu ditotolkan pada lempeng
KLT ukuran 7 x 1 cm. Selanjutnya dielusi dengan eluen n-heksan :etil
asetat (7:3) dalam 5 mL. Kemudian diamati pada lampu UV 254 dan UV366
nm. Setelah itu disemporot dengan DPPH (2,2 Diphenil phicryl
Hidrazyl). Setelah penyemprotan dengan DPPH maka akan terjadi
perubahan warna kuning berlatar ungu.
c. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
Fraksi yang aktif dari metode KKK selanjutnya ditotolkan dengan
eluen, kemudian ditotolkan dengan membentuk garis lurus (pita) pada

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
KLTP ukuran 20 x 20 cm. Selanjutnya dielusi dalam chamber yang
sesuai ukuran lempeng. Kemudian diamati pada UV254 dan UV366 nm
terbentuk pita/noda. Setelah itu sebagian lempeng KLTP ditutup
dengan aluminium foil, bagian yang tidak tertutup disemprot dengan
DPPH, kemudian diamati di bawah sinar tampak dan beri tanda.
Setelah itu dikeruk pita lalu dimasukkan dalam tabung sentrifuge dan
tambahkan dengan 3 mL kloroform : methanol (1:1) dengan kecepatan
600 rpm selama 10 menit. Setelah itu, jika terbentuk endapat maka
endapan disaring dan filtrat ditampung di vial.

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum Kromatografi Lapis Tipis Preparatif didapatkan hasil


sebagai berikut :
Eluen Pengamatan UV 254 dan Jumlah
Fraksi
8:2 UV 366 pita
(N-heksan: etil asetat) KKK Kuning dan hijau 3
(7 : 3)

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik


pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903
oleh Tsweet yang digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa yang
berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna.
Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna
tak lama, dan sekarang hampir kebanyakan pemisahan secara
kromatografi digunakan juga untuk senyawa-senyawa yang tak berwarna,
termasuk gas.
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang
terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan
dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran
eluen oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak
sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda
sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.
Prinsip dari kromatografi Lapis Tipis Preparatif yaitu adsorpsi dan
partisi, adsorpsi yaitu penyerapan pada permukaan oleh adanya fase diam
(silica) sedangkan partisi yaitu pemisahan oleh adanya fase gerak (eluen).
Keuntungan KLTP adalah salah satu metode pemisahan yang
memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling
dasar. Kerugian KLTP adalah pengambilan senyawa dari plat yang

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
dilanjutkan dengan pengekstraksian penjerap memerlukan waktu lama
dan jika senyawa beracun harus dikerok dari plat akan menimbulkan
banyak masalah serius. Serta adanya zat pencemar dan sisa dari plat
sendiri setelah pengsekstraksian pita yang mengandung senyawa yang
dipisahkan dengan pelarut.
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menentukan
komponen kimia dari fraksi dari sampel daun waru (Hibiscus tiliaceus L.)
dengan metode kromatografi lapis tipis preparatif.
Alasan penggunaan n-heksan : etil asetat (7 : 3) yaitu karena n-
heksan etil asetat ialah salah satu fase gerak biner yang sering dipakai
pada pemisahan. Adapun kegunaan dari DPPH yaitu untuk pengujian
aktivitas antioksidan pada sampel fraksi yang digunakan. DPPH yaitu
radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa. DPPH juga
digunakan sebagai pewarna (indikator) yang dapat menunjukkan
perubahan warna dari ungu ke kuning, yang menandakan bahwa senyawa
tersebut dapat menangkal radikal bebas. Sedangkan bahaya dari
penggunaan DPPH yaitu karena sifatnya yang radikal bebas maka sangat
reaktif terhadap kerusakan fungsi sel sehingga harus digunakan secara
hati-hati.
Dari praktikum yang dilakukan ini didapatkan hasil dari KKK masing
terbentuk 3 pita/noda untuk dikeruk dan selanjutnya dimasukkan ke dalam
vial dan dilakukan sentrifuge untuk mengetahui senyawa yang terbentuk
pada lempeng.

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


isolasi pada fraksi daun waru (Hibiscus tiliaceus L.) pada metode KKK
terbentuk 3 pita/noda setelah diamati pada UV 254 dan UV366 nm.
B. Saran

Diharapkan agar bahan dan alat yang akan digunakan, dapat


disediakan oleh laboratorium.

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
DAFTAR PUSTAKA

Hostettmann, Hostettmann, M., dan Marston, A. 1995. Cara Kromatografi


Preparatif, Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam, Terjemahan
Padmawinata, K., ITB : Bandung.

Hut, Suwandi S dan Dr. Ir. Rina Laksmi Hendrati, MP. 2014. Perbanyakan
Vegetatif dan Penanaman Waru (Hibiscus tiliaceus). IPB Press :
Bogor

Ibnu Ghalib Ganjar. Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis.


Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Integrated Txonomic Information System, 2018.

Munson, 2010. "Plant Resources of South East Asia,Edible Fruits and


Nuts" , Prosea Foundation, Bogor.

Najib Ahmad dan Malik Abd., 2017. Penuntun & Lembar Kerja Praktikum
Ftokimia 2. Universitas Muslim Indonesia: Makassar.

Nasution, 2010.nPharmacochemical Investigation on Raw Materialsof


Passiflora Edulis Forma Flavicarpa : Planta Med.

Rohman, A, 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, 11-15, Graha Ilmu,


Yogyakarta.

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

LAMPIRAN
Skema Kerja
a. Skrining eluen

Fraksi dari metode KKK


dan KCV

o Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV


o Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 7 x 1
cm
o Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat
8:2 dalam 5 mL
o Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm

Terbentuk noda

b. Skrining fraksi

Fraksi dari metode KKK


dan KCV

o Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV


o Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 7 x 1
cm
o Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat
8:2 dalam 5 mL
o Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm
o Disemprot dengan DPPH

Terjadi perubahan warna


kuning berlatar ungu

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

c. Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP)

Fraksi yang aktif dari


metode KKK dan KCV

o Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV


o Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 7 x 1
cm
o Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat
8:2 dalam 5 mL
o Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm
o Disemprot dengan DPPH

Terbentuk pita/noda

isolat

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

LAMIPRAN GAMBAR
a. Skrining eluen

(UV 366) (UV 254)

RESTI MUHAJIR, S.Farm., Apt


15020150224

Anda mungkin juga menyukai