Anda di halaman 1dari 1

Pembahasan

(pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik)

Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan dalam aktivitas biologis.
Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnya sangat khas. Dalam jumlah yang
sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi
penyimpangan hasil reaksinya. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena panas, asam dan basa
kuat, pelarut organik atau apa saja yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim dinyatakan
mempunyai sifat yang sangat khas karena hanya bekerja pada substrat tertentu. (Girinda,1990)
Pada paktikum kali bertujuan untuk mengetahui pengaruh modifier dan peningkatan
kadar enzim terhadap reaksi enzimatik. Modifier adalah senyawa lain yang dapat meningkatkan
atau malah dapat menurunkan kinerja dari enzim. Modifier yang dapat mempercepat kinerja
enzim disebut dengan aktivator, sedaangkan yang menghambat kinerja enzim disebut dengan
inhibitor. Apabila enzime berikatan dengan modifier, kerja enzime tersebut dapat terhambat atau
bahakan tidak berjalan sama sekali yang dikarenakan rusaknya struktur tiga dimensi enzime yang
disebut dengan denaturasi.
Kelompok 6 mencampurkan 10 ml HCl 0,05N kedalam tabung reaksi yang telah diberi penanda
0’, 5’, 10’, 15’,dan 20’. Siapkan Erlenmeyer lalu masukkan 15 ml larutan dapar, 6 ml larutan “S”
(substrat), 6 ml larutan NaCl 0,9%, dan pada percobaan kali ini kelompok 6 mendapatkan modifikasi
suhu yaitu 37 derajat Celsius, maka campuran larutan dalam Erlenmeyer dipanaskan dalam air panas
diatas waterbath hingga mencapai suhu yang dikehendaki. Masukkan 1 ml larutan yg telah dipanasi
kedalam tabung reaksi yang bertanda 0’. Setelah itu tambahkan 1 ml enzim dalam Erlenmeyer, lalu
mulai jalankan stopwatch. Pada menit ke-5, 10,15, dan 20 tambahkan larutan dalam setiap tabung
reaksi yang sudah bertanda. Setelah tabung terakhir terisi tunggu sekitar 5 menit, lalu tambahkan 7
tetek KI-I2 pada tabung reaksi lalu kocok menggunakan ibu jari dengan cara dibalik-balik. Setelah semua
di tambahkan KI-I2 cek absorbansi larutan dengan menggunakan spektofotometri.

Haril absorbansi yang didapat adalah menit ke 0 = 2,357; menit ke 5 = 2,357; menit ke 10 =
2,081; menit ke 15 = 1,068; menit ke 20 = 1,621. Pada menit ke 0 dan ke 5 hasil absorbansinya sama ada
dua kemungkinan untuk menjelaskannya, yang pertama karena pada menit ke 5 absorbansi pada
substrat baru saja dimulai sehingga angka absorbansinya belum berubah, adapun kemungkinan yang
lain karena pengocokan yang kurang homogen saat penambahan KI-I2. Lalu selanjutnya angka
absorbansi mengalami penurunan yang tandanya kerja enzim mulai mengalami titik maksimal. Dan pada
meit ke 20 angka absorbansi naik lagi yang tandanya absorbansi sudah bekerja secara optimum pada
menit tersebut.

Makadapat ditarik kesimpulan bahwa pada suhu 37 derajat Celsius enzim amylase pada saliva
bekerja secara optimum, diluar suhu optimum atau dibawah suhu optimum enzim akan mengalami
penurunan aktivitas enzim dan diatas suhu optimum enzim akan mengalami peningkatan aktivitas enzim
yang dapat menyebabkan rusaknya enzim (Denaturasi) jika suhu terlalu panas yaitu diatas 37 derajat
selsius.

Anda mungkin juga menyukai