Anda di halaman 1dari 46

PENGERTIAN MANAGEMEN KESEHATAN

Manajemen puskesmas adalah rangkaian


kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk
menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan
efisien. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas
yakni perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban.
2.2 PERENCANAAN MANAGEMEN
PUSKESMAS
Perencanaan merupakan proses penyusunan
rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi
masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas.
Rencana tahunan puskesmas dibedakan atas dua
macam yaitu rencana tahunan upaya kesehatan
wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan
pengembangan.
2.2.1 Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib
Langkah – langkah perencanaan yang harus
dilakukan puskesmas adalah :
Ø Menyusun Usulan Kegiatan
Usulan disusun dalam bentuk matriks (Gantt
Chart) yang berisikan rincian kegiatan, tujuan,
sasarn, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi,
serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap
kegiatan. Rencana ini disusun melalui pertemuan
perencanaan tahunan puskesmas yang
dilaksanakan sesuai dengan siklus perencanaan
kabupaten/kota dengan mengikutsertakan BPP
serta dikoordinasikan dengan cermat.
Ø Mengajukan usulan kegiatan
Langkah kedua adalah mengajukan usulan
kegiatan ke dinas kesehatan kabupaten/kota
untuk persetujuan pembiayaan. Dalam
mengajukan usulan kegiatan harus dilengkapi
dengan usulan kebutuhan rutin, saran dan
prasarana dan operasional puskesmas beserta
pembiayaannya.
Ø Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah ketiga adalah menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Rencana
Kerja Kegiatan/Plan of Action), dalam bentuk
matriks (Gantt Chart) yag dilengkapi dengan
pemetaan wilayah (mapping)
2.2.2 Perencanaan Upaya Kesehatan
Pengembangan
Langkah – langkah yang harus dilakukan
adalah :
Ø Identifikasi upaya kesehatan pengembangan
Identifikasi dilakukan berdasarkan ada tidaknya
masalah kesehatan yang terkait dengan setiap
upaya kesehatan pengembangan tersebut.
Apabila puskesmas memiliki kemampuan,
identifikasi masalah dilakukan bersama
masyarakat melalui pengumpulan data secara
langsung di lapangan (Survei mawas Diri). Tetapi
apabila kemampuan pengumpulan data bersama
masyarakat tidak dimiliki oleh puskesmas,
identifikasi dilakukan melalui kesepakatan
kelompok (Delbecq Technique).
Ø Menyusun Usulan kegiatan
Langkah kedua adalah menyusun usulan
kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan,
sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu,
lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk
setiap kegiatan. Rencana yang telah disusun
diajukan dalam bentuk gantt chart. Penyusunan
rencana pada tahap awal pengembangan
program dilakukan melalui pertemuan yang
dilaksanakan secara khusus bersama dengan
BPP dan dinkes kabupaten/kota dalam bentuk
musyawarah masyarakat.
Ø Mengajukan Usulan kegiatan
Langkah ketiga mengajukan ususlan kegiatan ke
dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
pembiayaannya. Usulan kegiatan dapat pula
diajukan ke Badan Penyantun Puskesmas atau
pihak – pihak lainnya.
Ø Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah keempat menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota atau
penyandang dana lain.

2.3 PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN


MANAGEMEN PUSKESMAS
Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses
penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian
terhadap penyelenggaraan rencana tahunan
puskesmas, baik rencana tahunan upaya
kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya
kesehatan pengembangan, dalam mengatasi
masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas.
Langkah –langkah pelaksanaan dan
pengendalian adalah sebagai berikut :

2.3.1 Pengorganisasian
Untuk dapat terlaksanaya rencana kegiatan
puskesmas perlu dilakukan pengorganisasian.
Ada dua macam pengorganisasian yang harus
dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa
penentuan para penanggungjawab dan para
pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk
setiap satuan wilayah kerja. Kedua,
pengorganisasian berupa penggalangan
kerjasama tim secara lintas sektoral.
2.3.2 Penyelenggaraan
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan,
kegiatan selanjutnya adalah menyelnggarakan
rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para
penanggung jawab dan para pelaksana yang
telah ditetapkan pada pengorganisasian,
ditugaskan menyelenggarakan kegiatan
puskesmas sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
2.3.3 Pemantauan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan
kegiatan pemantauan yang dilakukan secara
berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal –
hal sebagai berikut :
Ø Melakukan telaahan penyelenggaraan
kegiatan dan hasil yang dicapai yang dibedakan
atas dua hal yaitu telaahan internal dan telaahan
eksternal.
Telaahan internal yakni telaahan bulanan
terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil
yang dicapai oleh puskesmas, dibandingkan
dengan rencana dan standar pelayanan.
Telaahan eksternal yakni telaahan triwulan
terhadap hasil yang dicapai oleh sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya
serta sector lain terkait yang ada di wilayah kerja
puskesmas. Telaahan triwulan ini dilakuka
dalam lokakarya mini triwulan puskesmas secara
lintas sektoral.
Ø Menyusun saran peningkatan
penyelenggaraan keiatan sesuai dengan
pencapaian kinerja puskesmas serta masalah dan
hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan
bulanan dan triwulan.

2.3.4 Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun
anggaran. Kegiatan yang dilakukan mencakup
hal – hal berikut :
Ø Melakukan penilaian terhadap
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai,
dibandingkan dengan rencana tahunan dan
standar pelayanan.
Ø Menyusun saran peningkatan
penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan
pencapaian serta masalahn dan hambatan yang
ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.

2.4 PENGAWASAN DAN


PERTANGGUNGJAWABAN MANAGEMEN
PUSKESMAS
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah
proses memperoleh kepastian atas kesesuaian
penyelenggaraan dan pencapaian tujuan
puskesmas terhadap rencana dan peraturan
perundang – undangan serta berbagai kewajiban
yang berlaku. Untuk terselenggaranya
pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan
kegiatan sebagai berikut:
2.4.1 Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni
pengawasan internal dan pengawasan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat
oleh atasan langsung. Pengawasan eksternal
dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan
kabupaten/kota serta berbagai institusi
pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek
administrative, keuangan dan teknis pelayanan.
2.4.2 Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, kepala
puskesmas harus membuat laporan
pertanggungjawaban tahunan yang mencakup
pelaksanaan kegiatan serta perolehan dan
penggunaan berbagai sumber daya termasuk
keuangan. Laporan tersebut disampaikan ke
dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak –
pihak terkait lainnya. Apabila terjadi
penggantian kepala puskesmas, maka kepala
puskesmas yang lama diwajibkan membuat
laporan pertanggungjawaban masa jabatannya.
2.5 RUANG LINGKUP DAN BATASAN
PUSKESMAS
Adapun yang menjadi ruang lingkup atau
lingkungan wilayah kerja Puskesmas antara lain:
Ø Jumlah keluarga miskin yang terus
bertambah di wilayah kerja Puskesmas. Karena
kelompok ini akan terus menjadi beban
pembangunan kesehatan di daerah jka Pemda
tidak memilii kebijakan khusus untk mengatasi
masalah kesehatan mereka
Ø Kemiskinan dan pengangguran terselubung di
wilayah kerja Puskesmas menjadi trigger
munculnya masalah social baru dalam bentuk
peningkatan pengguna narkoba, minuman keras,
seks bebas, sehingga akan menimbulkan penyakit
menular seksual, abortus. Hal ini akan
mengharuskan adanya pencatatan data di
wilayah kerja Puskesmas untuk dijadikan
sebagai acuan dalam kebijakan Pemda
Ø Masalah sampah dan masalah kesehatan
lingkungan merupakan masalah yang harus
mendapatkan penanganan yang intensif oleh
Pemda dan juga merupakan tanggung jawab
Puskesmas. Hal ini disebabkan karena masalah
lingkungan akan menyebabkan berkembangnya
penyakit Gastroenteritis, DHF,dll
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu
kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah
Daerah Tingkat II, sehingga pembagian
wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati
atau Walikota, dengan saran teknis dari kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Sasaran
penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas
rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan
maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang
disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
Keliling. Khusus untuk kota besar dengan
jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah
kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan.
Puskesmas di ibukota Kecamatan dengan jumlah
penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “
Puskesmas Pembina “ yang berfungsi sebagai
pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan
juga mempunyai fungsi koordinasi.
Definisi Manajemen Kebidanan
Manajemen adalah seni dalam melaksanakan
suatu kegiatan melalui orang – orang (Mary
Parker Follet)1. Manajemen sering pula
diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan
sumber daya yang ada sehingga hasilnya
maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di
terjemahkan sebagai “tata laksana”.
Menurut Rosmery E. Cross (2001)
“ Management is a highly process and manager is
some one who gets done trought of others”.
Manajemen adalah sebuah proses sangat
kompleks dan manajer adalah seorang yang
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan
melalui orang lain.
Menurut (George R. Terry dan Leslie W. Rue).
Manajemen adalah suatu proses atau karangka
kerja yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang – orang
kearah tujuan – tujuan organisasional atau
maksud – maksud yang nyata.
Manajemen kebidanan adalah proses
pertolongan yang dilakukan seseorang yang
berprofesi sebagai bidan secara sistematis untuk
membantu menyelesaikan persoalan kesehatan
seorang pasien dengan tepat.Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan –penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang
terfokus pada klien. (Varney, 1997)
Manajemen adalah suatu kegiatan,
pelaksanaannya adalah “managing” yaitu
pengelolaan, sedangkan pelaksanannya disebut
managar atau pengelola. Seorang manager
adalah orang yang melaksanaakan fungsi
manajemen dan bekerja dengan dan melalui
orang lain. Dia bertanggung jawab atas
pekerjaannya sendiri dan orang lain,
menyeimbangkan tujuan yang saling
bertentangan dan menentukan prioritas, mampu
berfikir secara analisis dan konseptual, menjadi
penengah, oleh politisi dan diplomat dan mampu
mengambil keputusan yang sulit. Inti dari
menejemen adalah kepemimpinan. Seorang
maneger yang baik adalah memiliki jiwa
kepemimpinan. Seorang manager yang baik
adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan.

2.2 Tujuan Manajemen Pelayanan Kebidanan


Tujuan umum :
Meningkatnya kemampuan bidan untuk berfikir
kritis dan bertindak dengan logis, analisis dan
sistimatis dalam memberikan asuhan kebidanan
ditiap jenjang pelayanan kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan ibu,
bayi/anak balita.
Tujuan Khusus:
a. Sebagai pedoman dalam mengelola klien
dengan memberikan asuhan kebidanan yang
efektif sesuai kebutuhan klien/masyarakat
berdasarkan evidence based.
b. Sebagai pedoman cara pendokumentasian
dari setiap asuhan kebidanan yang diberikan
disarana pelayanan kesehatan.

2.3 Fungsi Manajemen Pelayanan Kebidanan


Fungsi manajemen sendiri adalah untuk
mengarahkan organisasi sesuai tujuan
dibentuknya organisasi tersebut. Beberapa ahli
mengatakan sebagai berikut :
a. Menurut Taylor : Planning, Organizing,
Actuating, Controlling
b. Menurut Fayol : Planning, Organizing,
Commanding, Coordinating, Controlling
c. Menurut Robbin : Planning, Organizing,
Leading, Controlling
d. Koontz & O’Donnell : Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Leading,
Controlling
Berikut ini merupakan beberapa penjelasan
mengenai fungsi manajemen :
a) Planning (Perencanan)
Memuat tujuan dan bagaimana mencapai tujuan,
rincian kegiatan.
b) Organizing (Pengorganisasian)
Proses pengelompokan terhadap : Tenaga,
alat/facilitas,
jenis tugas dan wewenang, dan tanggung jawab.
c) Actuating (Penggerakan)
Rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
aktivitas yang bisa mempengaruhi orang lain
agar mereka suka melaksanakan usaha
sesuai tujuan.

d) Controlling (Pengawasan)
Tindakan meneliti apakah segala sesuatu
tercapai
atau berjalan sesuai rencana yang telah
ditetapkan, atau intruksi-intruksi yang
telah ditetapkan.
e) Evaluation (Penilaian)
Prosedur penilaian secara systematik,
membandingkan
dengan standar, sekaligus pengambilan
keputusan selanjutnya.

2.4 Bentuk-bentuk Manajemen Pelayanan


Kebidanan
Bentuk-bentuk dalam manajemen pelayanan
kebidanan diantaranya:
1. 7 Langkah Varney
· Langkah I : Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu langkah awal yang
dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan
pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar
dan informasi tentang klien dikumpulkan dan
dianalisis untuk mengevaluasi keadaan klien.
· Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan menjadi masalah
atau diagnosa spesifik yang sudah diidentifikasi.
Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan
yang mengacu pada diagnosa nomenklatur,
masalah dan yang disertai dengan dasar.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnopsa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
v Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
v Berhubungan langsung dengan praktek
kebidanan
v Memiliki ciri khas kebidanan
v Didukung oleh clinical judgement dalam
praktek kebidanan
v Dapat diselesaikan dengan pendekatan
manajemen kebidanan
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang
sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi
oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosa.

· Langkah III : Identifikasi Diagnosa Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar
terjadi. Pada langkah ini penting sekali
melakukan asuhan yang aman.
· Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. data mungkin mengindikasikan
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan pasien.
· Langkah V : Merencanakan Asuhan yang
Menyeluruh
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah
dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi,
kultural atau masalah psikologis.
· Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini biasa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan
tidak melakukan sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar
langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana).

· Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi
pemenuhan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam diagnosa dan
masalah,serta mengevaluasi apakah diagnose
potensial muncul dan apakah tindakan antisipasi
dilakukan.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kontinum, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang
tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen
tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen pada
umumnya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses pemikiran yang
mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis.

2. SOAP
Dalam pendokumentasian/catatan asuhan
kebidanan diterapkan dalam bentuk SOAP.
S: Data Subyektif : Data dari pasien yang
didapat dari anamnesa
O: Data Obyektif : Hasil Pemeriksaan Fisik serta
diaagnostik dan pendukung lain, juga catatan
medis lain.
A: Assasment (Analisa dan Interpretasi
berdasarkan data yang terkumpul dibuat
kesimpulan)
Ø Diagnosa
Ø Antisipasi Diagnosa / masalah potensial
Ø Perlunya tindakan segera
P: Planning / Perencanaan : Merupakan
gambaran pendokumentasian dari tindakan.

Namun sekarang yang digunakan dalam


manajemen pelayanan kebidanan yaitu SOAP,
karena lebih efektif daripada 7 langkah Varney.
2.5 Manajemen kebidanan sebagai suatu sistem
Kerangka kerja yang terdiri dari beberapa
komponen/bagian, secara keseluruhan saling
berkaitan dan diorganisir sedemikian rupa
dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti,


Konsep Kebidanan. Yogyakarta, 2008.
Syofyan,Mustika,et all.50 Tahun IBI Bidan
Menyongsong Masa Depan Cetakan ke-III
Jakarta: PP IBI.2004
Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan.
Konsep kebidanan,Jakarta.1995

Manajemen Pelayanan Kebidanan

Dalam pelayanan kebidanan, manajemen


adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan
kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan
kepada klien dengan tujuan menciptakan
kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan
pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar
asuhan/manajemen kebidanan yang ditetapkan
sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
1. Defenisi Operasional:
a. Ada Standar Manajemen Asuhan
Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam
memberikan pelayanan kebidanan.
b. Ada format manajemen kebidanan yang
terdapat pada catatan medik.
c. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi
setiap klien.
d. Ada diagnosa kebidanan.
e. Ada rencana asuhan kebidanan .
f. Ada dokumen tertulis tentang tindakan
kebidnan.
g. Ada catatan perkembangn klien dalam
asuhan kebidanan.
h. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan
kebidanan.
i. Ada dokumentasi utuk kegiatan
manajemen kebidanan.

2. Langkah-langkah dalam Manajemen


Pelayanan Kebidanan :
Manajemen pelayanan kebidanan tentu
saja mengambil sistem manajemen pada
umumnya. Dalam pelayanannya juga
melaksanakan aktifitas manajemen perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, kordinasi dan
pengawasan (supervisi dan evaluasi).

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan


informasi yang akurat dan lengkap dari saemua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

Ø Anamnesa yang terdiri dari : Biodata,


Riwayat Menstruasi, Riwayat Kesehatan,
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas,
Biopsikospiritual serta Pengetahuan Klien.
Ø Pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
Ø Pemeriksaan Khusus dengan cara
Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi
Ø Pemeriksaan penunjang misalnya
pemeriksaan laboratorium

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu


dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan
konsultasi. Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal
yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat
terjadi langkah pertama akan overlap dengan
langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari
langkah-langkah tersebut) karena data yang
diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang
lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai
manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan
data dasar awal yang perlu disampaikan kepada
dokter.
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar/
masalah actual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap
diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data
dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Diagnosa kebidanan
adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan
dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
Ø Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
Ø Berhubungan langsung dengan praktek
kebidanan.
Ø Memiliki cirri khas kebidanan.
Ø Didukung oleh clinical judgement dalam
praktek kebidanan.
Ø Dapat diselesaikan dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya
digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap
membutuhkan penenganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai
dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa.

c. Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa


atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar
terjadi. Pada langkah ini penting sekali
melakukan asuhan yang aman.
d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan
Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal
saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama
bidan,terus-menerus, misalnya pada waktu
wanita tersebut dalam persalinan. Data baru
mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi.
Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi
yang gawat dimana bidan harus bertindak segera
untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau
anak (misalnya perdarahan kala III atau
perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu,
atau nilai APGAR yang rendah).

e. Langkah V : Merencanakan Asuhan


yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau
masalah psikologis.
f. Langkah VI : Melaksanakan
Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan
tidak melakukan sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar
langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manejemen asuhan
bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Manejemen yang efesien
akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang telah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan,
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaiman telah di
identifikasi didalam masalah dan diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya,
ada kemungkinan bahwa sebagai rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum
efektif.

B. Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan


kebidanan.
Perencanaan dalan manajemen pelayanan
kebidanan merupakan bagian dari administrasi
kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok
yaitu:
1. Input
Semua hal yang diperlukan untuk
terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan
.Unsur masukan yang terpenting adalah
tenaga,dana dan sarana . Secara umum di
sebutkan apabila tenaga dan sarana kuantitas
dan kualitas.tidak sesuai standar yang
ditetapkan,serta jika dana yang tersedia tidak
sesuai dengan kebutuhan,maka sulitlah
diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

2. Proses

Semua tindakan yang dilakukan pada waktu


menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.Tindakan tersebut dapat dibedakan
atas dua macam,yakni tindakan medis dan
tindakan non medis .secara umum disebutkan
apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan
standar yang di tetapkan ,maka sulitlah di
harapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

3. Output
Yaitu yang menunjuk pada penampilan
(perfomance) pelayanan kesehatan Penampilan
daat di bedakan atas dua macam .Pertama,
penampilan aspek medis pelayanan kesehatan
.Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan
kesehatan.Secara umum di sebutkan apabila
kedua penampilan ini tidak sesuai dengan
standar yang telah di tetapkan maka berarti
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.

C. Pemantauan pelayanan kebidanan dalam


Kohort
Ø Kohort Ibu
Register kohort adalah sumber data pelayanan
ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita
yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan ibu dan bayi yang terdeteksi dirumah
tangga yang teridentifikasi dari data bidan.
Register kohort ibu merupakan sumber data
pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan
dan resiko yang dimiliki ibu yang diorganisir
sedemekianrupa yang pengkoleksiannya
melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya
setiap bulan yang mana informasi pada saat ini
lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi
baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
Cara pengisian berdasarkan nomor urut kolom :
1) Di isi nomor urut
2) Di isi nomor indeks dari famili folder
3) Di isi nama ibu hamil
4) Di isi nama suami ibu hamil
5) Di isi alamat ibu hamil
6) Di isi umur ibu hamil
7) Di isi umur kehamilan pada kunjungan
pertama dalam minggu/tanggal HPL
8) Faktor resiko : di isi V (rumput) untuk
umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun
9) Paritas diisi gravidanya.
10) Di isi bila jarak kehamilan
11) Di isi berat badan ibu
12) Di isi tinggi badan ibu
13) Sampai dengan kolom 17 resiko tinggi : di isi
dengan tanggal ditemukan ibu hamil dengan
resiko, hasi pemeriksaan HB
18) Pendeteksian faktor resiko : di isi dengan
tanggal ditemukannya ibu hamil dengan resiko
tinggi oleh tenaga kesehatan
19) Di isi tanggal ditemukan ibu hamil dengan
resiko tinggi oleh non kesehatan
20) sampai kolo 22 di isi tanggal imunisasi sesuai
dengan statuisnya
23) Sampai dengan kolom 34 di isi umur
kehamilan dalam bulan, kode pengisiannya
sebagai berikut :

· K I :Kontak pertama kali dengan tenaga


kesehatan dimana saja pada kehamilan I s/d 5
bulan dengan rambu-rambu O dan secara
langsung juga akses dengan rambu-rambu ◙
· K 4 : kunjungan ibu hamil yang ke empat
kalinya, untuk memperoleh K 4 dapat memakai
rumus 1-1-2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ.
K4 tidak boleh rada usia kehamilan 7 bulan,
pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada
usia kehamilan 5 bulan pada bulan berikutnya
yaitu 6 bulan harus berkunjung atau di kunjungi
agar tidak kehilanhgan K4. Pada ibu hamil yang
awal periksanya diluar kota dan pada akhir
kehamilannya periksa diwilayah kita karena
untuk melahirkan dan penduduk setempat bisa
mendapatkan KI, K4 dan sekaligus akses apabila
ibu tersebut dapat menunjukkan pemeriksaan
dengan jelas. Akses kontak pertama kali dengan
tenaga kesehatan tidak memandang usia
kehamilan dengan rambu-rambu O.
35) Penolong persalinan, di isi tanggal penolong
persalianan tenaga kesehatan
36) Di isi tanggal bila yang menolong bukan
nakes.
37) Hasil akhir kehamilan : abortus di isi tanggal
kejadian abortus
38) Di isi lahir mati
39) Di isi BB bila BBL kurang
40) Di isi BB bila BBL lebih dari 2.500 gram
41) Keadaan ibu bersalin, diberi tanda V bila
sehat
42) Dijelaskan sakitnya
43) Di isi sebab kematiannya
44) Diisi V (rumput)
45) Disi apabila pindah, atau yang perlu
diterangkan.
Ø Kohort bayi merupakan sumber data
pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal
yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan bayi yang terdeteksi di rumah tangga
yang teridentifikasi dari data bidan.

Cara pengisian kohort bayi :


1. Diisi nomor urut, sebaiknya nomor urut
bayi disesuaikan dengan nomor urut ibu pada
register kohort ibu.
2. Diisi nomor indeks dari family folder.
3. Sampai kolom 7 jelas.
8. Diisi angka berat bayi lahir dalam gram
sampai dengan 10 diisi tanggal pemeriksaan
neonatal oleh tenaga kesehatan.
11. Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh
petugas kesehatan.
12. Sampai dengan kolom 23 diisi hasil
penimbangan bayi dalam Kg dan rambu gizi itu :
N = naik, T = turun, R = bawah garis titik-titik
(BGT), BGM = bawah garis merah.
24. Sampai dengan kolom 35 diisi tanggal bayi
tersebut mendapat imunisasi.
36. Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal .
37. Disi penyebab kematian bayi tersebut.
38. Disi bila bayi pindah atau ada kolom yang
perlu keterangan.

D. PWS KIA
Defenisi dan kegiatan PWS sama dengan
defenisi surveilens, menurut WHO survelens
adalah suatu kegiatan sistematis dan
berkesinambungan mulai dari kegiatan
mengumpulkan, menganalisis dan
menginterprestasikan data yang untuk
selanjutnya dijadikan landasan yang esensial
dalam membuat rencana, implementasi dan
evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarak.
Oleh karena itu pelaksanaan survelens oleh
kesehatan ibu dan anak adalah dengan
melaksanakan PWS KIA yang diharapkan
cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran disuatu wilayah
kerja.
Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam
suatu laporan yang disebut dengan PWS KIA
atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat
manajemen program KIA untuk memantau
cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah
(puskesmas kecamatan) secara terus menerus
agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan
KIA nya masih rendah. Adapun program KIA
yang dimaksud meliputi :
* Pelayanan ibu hamil.
* Pelayanan ibu bersalin.
* Pelayanan ibu nifas.
* Ibu dengan komplikasi kebidanan.
* Keluarga berencana.
* Bayi baru lahir.
* BBL dengan komplikasi.
* Bayi dan balita.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai
alat motivasi dan komunikasi kepada sektor
terkait, khususnya Pamong setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan
membantu memecahkan masalah nonteknis,
sehingga semua masalah ibu hamil dapat
tertangani secara memadai, yang pada akhimya
AKI dan AKB akan turun sesuai harapan.
Pendataan Sasaran adalah pendataan suatu
masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh
komponen yang merupakan bagian dari
komunitas masyarakat bersangkutan, karena
merekalah yang paling dekat dan mengetahui
situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut.
Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan
dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan
ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan balita
dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu
hamil yang ada di suatu komunitas tanpa
terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan
dukun bayi,
kemudian bidan desa memasukan seluruh data
ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan
di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun
dimiliki puskesmas.
Dengan puskesmas juga memiliki data dasar,
bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini bidan
Puskesmas dfan timnya dapat memonitoring dan
mengikuti setiap individu yang ada di daerah
tersebut. Dengan Puskesmas memiliki seluru
data ibu hamil dan bidan desa memberikan
pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat
apakah ibu hamil tersebut mempunyai faktor
resiko atau tidak sehingga dapat menyelamatkan
ibu dan bayi yang dikandung.
indicator outcome. Indikator tersebut :
a. Cakupan penanganan kasus obstetri.
b. Case fatality rate kasus obstetri yang di
tangani .
c. Jumlah kematian absolut.
d. Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri
yang mampu PONEK dan PONED.
e. Presentase bedah sesar terhadap seluruh
persalinan di suatu wilayah.
TUJUAN PWS KIA
a) Tujuan umum :
Terpantaunya cakupan dan mutu
pelayanan KIA secara terus menerus disetiap
wilayah kerja.
b) Tujuan khusus :
Ø Memantau pelayanan KIA secara individu
melalui kohor.
Ø Memantau kemajuan pelayanan KIA dan
cakupan indicator KIA secara teratur (bulanan)
dan terus menerus.
Ø Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap
standar pelayanan KIA.
Ø Menilai kesenjangan pencapaian cakupan
indicator KIA terhadap target yang ditetapkan.
Ø Menentukan sasaran individu dan wilayah
prioritas yang akan ditangani secara
intensifberdasarkan besarnya kesenjangan.
Ø Merencanakan tindak lanjut dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia dan
yang potensial untuk digunakan.
Ø Meningkatkan peran lintas sector setempat
dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi
sumber daya.

Ø Meningkatkan peran serta dan kesadaran


masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
KIA.

Saifuddin. 2006.Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Simatupang,Erna. 2008.Manajemen Pelayanan
Kebidanan.Jakarta:EGC
Soepardan ,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai