Anda di halaman 1dari 47

Kepemimpinan

Pemimpin dan Kepemimpinan adalah dua hal


yang tidak dapat dipisahkan. Pemimpin adalah
seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain
atau sekelompok orang untuk mengerahkan
usaha bersama, guna mencapai sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Dan
kepemimpinan adalah suatu gaya atau proses
mempengaruhi orang lain atau sekelompok
orang untuk mengerahkan usaha bersama, guna
mencapai sesuatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan.
Berikut ini terdapat beberapa definisi
kepemimpinan menurut beberapa ahli
diantaranya yaitu:
1. Tead; Terry; Hoyt (Aniatih : 2014)
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama
yang didasarkan pada kemampuan orang
tersebut untuk membimbing orang lain dalam
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
2. George R. Terry (Aniatih : 2014)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada
dalam diri seseorang atau pemimpin,
mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara
sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.

3. Sutisna (Mulyasa, 2012 : 107)


Kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi
kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha
kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.

4. Soepardi (Mulyasa, 2012 : 107)


Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi,
mengajak, mengarahkan, menasehati,
membimbing, menyuruh, memerintah, melarang
dan bahkan menghukum (kalau perlu) serta
membina dengan maksud agar manusia sebagai
media manajemen mau bekerja dalam rangka
mencapai tujuan administrasi secara efektif dan
efisien.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa Kepemimpinan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau
kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah
laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang
yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk
mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

2.2 Teori – teori pemimpin dan kepemimpinan


1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki
pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut
timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh
kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang
dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di
dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki
pemimpin adalah:
a. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat
yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan

b. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi


yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan,
ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif,
kesediaan menjadi pendengar yang baik,
kapasitas integratif

c. Kemampuan untuk bertumbuh dan


berkembang, analitik, menentukan skala
prioritas, membedakan yang urgen dan yang
penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai
kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat
yang dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang
sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-
nilai moral dan akhlak yang terkandung
didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat,
ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang
menerapkan prinsip keteladanan.

2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorang individu ketika
melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok
ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini,
pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung
mementingkan bawahan memiliki ciri ramah
tamah, mau berkonsultasi, mendukung,
membela, mendengarkan, menerima usul dan
memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di
samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan
tugas organisasi.

b. berorientasi kepada bawahan dan produksi


Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada
bawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi
pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada
produksi memiliki kecenderungan penekanan
pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan
penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta
pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku
pemimpin menurut model leadership continuum
pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada
pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan
model grafik kepemimpinan, perilaku setiap
pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi
yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan
terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada
hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan.

3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan
dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan
situasi organisasional yang dihadapi dengan
memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Faktor situasional yang berpengaruh terhadap
gaya kepemimpinan tertentu adalah:
a. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
b. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
c. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
d. Norma yang dianut kelompok
e. Rentang kendali
f. Ancaman dari luar organisasi
g. Tingkat stress
h. Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan
oleh kemampuan "membaca" situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya
kepemimpinannya agar cocok dengan dan
mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut.
Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri
kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu.

2.3 Pemimpin formal dan informal


Kartono (Deka Firhansyah : 2014) memberikan
rujukan bahwa yang dimaksud pemimpin formal
adalah orang yang oleh organisasi atau lembaga
tertentu ditunjuk sebagai pemimpin,
berdasarkan keputusan dan pengakuan resmi
untuk memangku suatu jabatan dalam stuktur
organisasi, dengan segala hak dan kewajiban
yang berkaitan dengannya untuk mencapai
sasaran organisasi.
Sedangkan Pemimpin informal adalah orang
yang tidak mendapatkan pengangkatan formal
sebagai pemimpin, namum karena ia memiliki
kelebihan seperti kualitas kepribadian, dia
mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu
mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu
kelompok atau masyarakat tertentu. Untuk
mengetahui apa saja perbedaan antara pemimpin
formal dan pemimpin informal maka kita bisa
lihat dari ciri-ciri pemimpin formal dan
pemimpin informal
1. Ciri-ciri Pemimpin Formal :
a. Berstatus sebagai pemimpin selama masa
bakti/jabatan tertentu, atas dasar legalitas formal
oleh penunjukan pihak yang berwenang (ada
legitimasi).
b. Sebelum pengangkatannya, dia harus
memenuhi beberapa persyaratan formal terlebih
dahulu.
c. Ia diberi dukungan oleh organisasi formal
untuk menjalankan tugas kewajibannya. Karena
itu dia selalu memiliki atasan/superiors.
d. Dia mendapatkan balas jasa materil dan
immateril tertentu, serta emolument (keuntungan
ekstra, penghasilan sampingan) lainnya.
e. Dia bisa mencapai promosi atau kenaikan
pangkat formal, dan dapat dimutasikan.
f. Apabila dia melakukan kesalahan-kesalahan,
dia akan dikenai sanksi dan hukuman.
g. Selama dia menjabat kepemimpinan, dia
diberi kekuasaan dan wewenang antara lain
untuk merumuskan kebijakan, memberikan
motivasi kerja kepada bawahan, menggariskan
pedoman atau petunjuk, mengalokasikan jabatan
dan penempatan pegawai.

2. Ciri-ciri Pemimpin Informal :


a. Tidak memiliki penunjukan formal atau
legitimitas sebagai pemimpin.
b. Kelompok rakyat atau masyarakat
menunjuk dirinya, dan mengakuinya sebagai
pemimpin.
c. Dia tidak mendapatkan dukungan dari suatu
organisasi dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya.
d. Tidak dapat di mutasikan, tidak ada promosi,
dan tidak memiliki atasan. Dia tidak perlu
memenuhi persyaratan formal
e. Biasanya tidak mendapatkan imbalan balas
jasa, atau imbalan jasa itu diberikan secara
sukarela.
f. Apabila dia melakukan kesalahan, dia tidak
dapat hukum, hanya saja kepercayaan dan
respek orang terhadap dirinya berkurang,
pribadinya tidak tidak diakui atau ditinggalkan
pengikutnya.
g. Status kepemimpinannya berlangsung
selama yang bersangkutan masih mau mengakui
dan menerima pribadinya.

Pengaruh pemimpin informal ini dapat positif,


namun juga dapat negatif, demikian juga
peranan sosialnya di tengah masyarakat.
Peranan sosialnya dalam memberikan pengaruh
berupa sugesti, larangan, dan dukungan kepada
masyarakat luas untuk menggerakkan atau
berbuat sesuatu besaran peranan itu tergantung
pada besar kecilnya dampak sosial yang
disebabkan oleh kepemimpinannya, serta tinggi
rendahnya status sosial yang diperolehnya.
Status sosial ini pada umumnya dicapai karena
beberapa faktor dibawah ini:
a. Keturunan, misalnya keturunan bangsawan
(darah biru) orang kaya.
b. Karena ia memiliki kekayaan yang
diperolehnya sendiri.
c. Pengalaman hidup yang lebih banyak
sehingga ia memiliki kualitas dan keterampilan
teknis tertentu.
d. Memiliki sifat kharismatik dan ciri-ciri
herediter unggul lainnya.
e. Jasa-jasa yang diberikan oleh pengikutnya.
Jadi ada partisipasi sosial yang tinggi dan
fungsinya dapat mempengaruhi serta dapat
menggerakkan pengikutnya.
Fungsi pemimpin
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak
dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan
organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya
fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu:
1. Fungsi administrasi, yakni mengadakan
formulasi kebijaksanaan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
2. Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni
mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.

fungsi kepemimpinan berhubungan langsung


dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok
masing-masing yang mengisyaratkan bahwa
setiap pemimpin berada didalam, bukan berada
diluar situasi itu Pemimpin harus berusaha agar
menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok
atau organisasinya. Fungsi kepemimpinan
menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi
yaitu:
1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat
kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau
aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan
orang-orang yang dipimpinya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat
dukungan atau keterlibatan orang-orang yang
dipimpin dalam melaksnakan tugas-tugas pokok
kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan
dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan
dan kebijakan pemimpin. Sehubungan dengan
kedua dimensi tersebut, menurut Hadari
Nawawi, secara operasional dapat dibedakan
lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang
menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara
mengerjakan perintah), bilamana (waktu
memulai, melaksanakan dan melaporkan
hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan
perintah) agar keputusan dapat diwujudkan
secara efektif. Sehingga fungsi orang yang
dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
b. Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif
sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut
digunakan manakala pemimpin dalam usaha
menetapkan keputusan yang memerlukan bahan
pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-
orang yang dipimpinnya.

c. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin
berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan
maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota
kelompok memperoleh kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan
kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas
pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.

d. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin
memberikan pelimpahan wewenang membuat
atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi
sebenarnya adalah kepercayaan sesorang
pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan
untuk pelimpahan wewenang dengan
melaksanakannya secara bertanggungjawab.
Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan
karena kemajuan dan perkembangan kelompok
tidak mungkin diwujudkan oleh seorang
pemimpin seorang diri.

e. Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa
kepemimpinan yang efektif harus mampu
mengatur aktifitas anggotanya secara terarah
dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama
secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi
pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan
melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.
Tipe pemimpin
Secara teoritis tipe kepemimpinan dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:
1. Tipe Otoriter
Tipe ini merupakan tipe kepemimpinan yang
menempatkan kekuasaan ditangan seseorang
atau sekelompok kecil orang-orang yang disebut
atasan sebagai penguasa atau penentu yang tidak
dapat diganggu gugat dan orang yang lain
(bawahan) harus tunduk pada kekuasaannya
dibawah ancaman dan hukuman sebagai alat
dalam menjalankan kepemimpinannya. Bagi
bawahan tidak ada kesempatan untuk berinisiatif
dan mengeluarkan pendapat. Instruksi atau
perintah atasan tidak boleh ditafsirkan, tapi
harus dilaksanakan secara tertib dan konsekuen
tanpa kesalahan.

2. Tipe Laissez-Faire
Tipe ini merupakan kebalikan dari
kepemimpinan otoriter. Dalam realitas
kepemimpinannya dilakukan dengan
memberikan kebebasan sepenuhnya kepada
orang-orang yang dipimpinnya untuk mengambil
keputusan secara perseorangan. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai penasihat. Akibatnya, sasaran
kerja menjadi simpang siur. Dan akhirnya
pemimpin hanya menjadi “pelayan” para
anggota.

3. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia
sebagai faktor utama dan terpenting. Hubungan
antara pemimpin dengan yang dipimpin didasari
prinsip yang saling menghargai dan
menghormati. Kegiatan kepemimpinan
dilaksanakan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan kemampuan
pemimpin pada setiap anggota kelompok suatu
peran dan posisinya. Kepemimpinan demokratis
adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan
terarah, yang berusaha memanfaatkan setiap
anggota untuk kepentingan dan kemajuan
organisasi
Gunawan H. Ary. 2002. Administrasi Sekolah.
Jakarta: Rineka cipta

Mulyasa E. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah.


Bandung : Remaja rosda karya

Operasi Logistik
Aspek operasional logistic ini adalah mengenai
manajemen pemindahan (movement) dan
penyimpanan material dan produk jadi
perusahaan. Jadi operasi logistic itu dapat
dipandang sebagai berawal dari pengangkutan
pertama material atau komponen-komponen dari
sumber perolehannya dan berakhir pada
penyerahan produk yang dibuat atau diolah itu
kepada langganan atau konsumen. Untuk
manufaktur besar, operasi logistic ini dapat
terdiri dari ribuan pemindahan (movement =
pergerakan) yang berakhir pada penyerahan
produk-produk itu pada industri pemakai, para
pengecer. Grosir, dealer, atau perantara
pemasaran lainnya.

Intisari manajemen logistik adalah perpaduan


yang seimbang dari seluruh komponen yang
membentuk sistem logistik. Perpaduan yang
seimbang itu, idealnya adalah dengan mengatur
operasi logistik tercapai usaha pelayanan yang
diinginkan dengan total biaya yang serendah
mungkin. Operasi logistik dapat dianggap
sebagai sekelompok siklus usaha. Dengan
demikian, dapat kita peroleh suatu orientasi
dasar yang dapat digunakan untuk analisis
desain dan administrasi operasional. Suatu siklus
usaha harus didukung oleh nodes (lokasi fasilitas
dalam suatu siklus usaha), links (aspek
komunikasi dan transportasi dari siklus usaha),
dan persediaan yang merupakan bagian integral
dari sistem operasi. Siklus usaha harus
disesuaikan dengan kebutuhan masukan/luaran
agar ia dapat berfungsi secara dinamis.
Masukan bagi suatu siklus usaha adalah volume
pesanan produk atau pesanan material yang
ditangani oleh sistem tersebut. Luaran sistem
berkaitan dengan kemampuan struktur siklus
usaha untuk memenuhi kebutuhan
operasionalnya. Frekuensi kegiatan logistik
sangat berbeda-beda diantara berbagai siklus
usaha. Ada 3 (tiga) hal penting dalam
pendekatan siklus usaha untuk dapat memahami
pengaturan logistiknya. Pertama, siklus usaha itu
dikenal sebagai konsep dasar untuk mencapai
integrasi fungsi logistik. Kedua, struktur siklus
usaha pada dasarnya adalah sama, baik untuk
distribusi fisik, manajemen material maupun
transfer persediaan. Ketiga, bagaimanapun luas
dan kompleksnya keseluruhan struktur sistem
logistik itu, namun aspek kerja yang esensial dari
anatominya dapat diketahui dan dilukiskan dari
struktur siklus usaha individualnya.
Dengan demikian, secara umum operasi logistik
meliputi manajemen distribusi fisik, manajemen
material, dan transfer persediaan (inventory
transfer).
Manajemen Distribusi Fisik
Manajemen distribusi fisik adalah aspek logistik
yang berkenaan dengan pengolahan dan
pengiriman barang yang dipesan oleh pelanggan.
Tujuan utama distribusi fisik adalah mengatur
penyerahan/pengantaran produk organisasi ke
para pelanggan. Cara terbaik untuk
menggambarkan kebutuhan bagi usaha
distribusi fisik yang dinamis adalah dengan
siklus hidup produk. Konsep siklus hidup produk
melukiskan keadaan-keadaan persaingan yang
berbeda-beda yang dapat terjadi selama masa
hidup suatu produk. Tahapan dari siklus hidup
produk meliputi pendahuluan, pertumbuhan,
kejenuhan-kematangan, kekunoan-kemerosotan.

Tugas manajemen dalam distribusi fisik adalah


mengkoordinir hubungan antara fasilitas-fasilitas
organisasi dengan para perantara yang akan
memberikan hasil tercapainya aspek waktu dan
tempat . Hasilnya adalah barang-barang itu dan
hak pemilikannya sampai kepada pelanggan
Manajemen Material
Aspek logistik yang berkaitan dengan pembelian
bahan mentah, suku cadang dan barang-barang
untuk dijual kembali disebut manajemen
material. Manajemen material ini esensial bagi
manufacturing karena penyerahan yang
ekonomis dan tepat waktu adalah penting untuk
mempertahankan produksi yang efisien dan
kontinu. Fokus dari manajemen material adalah
memberikan kontinuitas dan stabilitas dalam
procurement. Tujuan pokonya adalah
memberikan assortment yang benar dari
material, suku cadang, atau barang dagang
untuk dijual kembali pada lokasi yang
dikehendaki, pada waktu dibutuhkan dan
dengan cara yang ekonomis. Dengan demikian,
manajemen material meliputi transportasi,
penggudangan persediaan, komunikasi,
penanganan dan penyimpanan serupa dengan
distribusi fisik dan transfer persediaan.

Aktivitas manajemen material berawal dari


rencana operasi. Rencana tersebut memberikan
uraian tentang kebutuhan yang diperlukan untuk
menunjang operasi manufacturing dan operasi
pemasaran, dan memuat spesifikasi mengenai
kapan dan untuk fasilitas apa item-item itu akan
dibeli. Tugas manajemen material adalah untuk
memenuhi secara ekonomi kebutuhan yang
diuraikan dalam perencanaan operasi.
Berdasarkan rencana operasi tersebut,
manajemen material berusaha mencapai 6
(enam) tujuan yang saling berkaitan, yaitu:
1. Pembelian dengan harga terbaik
Yang paling penting adalah bahwa manajemen
material itu bertujuan membeli bahan mentah,
suku cadang dan produk-produk untuk dijual
kembali dengan harga yang sebaik mungkin

2. Kontinuitas suplai
Pemeliharaan suplai yang kontinu merupakan
suatu aspek yang esensial dari manajemen
material. Untuk menghindari persediaan yang
tidak menentu, maka perlulah diadakan standing
commitments (perjanjian tetap) dengan para
penjual untuk menjamin suplai yang kontinu .

3. Pemeliharaan mutu
Walaupun material, suku cadang, dan produk
yang direncanakan untuk dijual kembali itu
dibeli menurut spesifikasi standard, namun
banyak perbedaan mutu terdapat diantara
berbagai sumber suplai. Tanggung jawab utama
dari manajemen material adalah memilih sumber
yang paling konsisten dalam memenuhi
spesifikasi standard.

4. Biaya pembelian logistik yang rendah


Suatu tujuan lagi dari manajemen material
adalah mendesain dan mengoperasikan sistem
yang sangat efisien untuk memperoleh item-item
yang dibeli. Untuk mencapai tujuan ini, para
manajer material haruslah mengintegrasikan
transportasi, persediaan, komunikasi pemesanan,
dan penyimpanan & penyelenggaraan, ke dalam
suatu sistem penunjang yang seimbang.

5. Bantuan riset dan pengembangan


Tanggung jawab utama dari manajemen
material adalah untuk selalu waspada terhadap
gagasan-gagasan baru dalam teknik desain
produk.
6. Memelihara hubungan dengan supplier
Tujuan yang terakhir adalah pengembangan dan
pemeliharaan hubungan yang positif dengan
para suplier.

Untuk merencanakan dan mendesain sistem


manajemen material dapat digunakan siklus
material yaitu mencari sumber, menempatkan
dan melancarkan pesanan, transportasi,
penerimaan dan inspeksi. Siklus material ini
dalam banyak hal mirip dengan siklus
pengolahan pesanan langganan dalam distribusi
fisik, perbedaannya adalah
1. waktu penyerahan, besar pengiriman, metode
transport dan nilai dari produk menimbulkan
banyak perubahan dalam siklus material;
2. kurangnya orang perantara dalam siklus
material dibandingkan dengan saluran
pemasaran produk selesai;
3. sistem manajemen material adalah
menempatkan pesanan. Oleh karena itu, tingkat
pengawasan siklus material adalah jauh lebih
besar daripada siklus pengolahan pesanan
pelanggan karena besarnya ketidakpastian
penurunan. Ketidakpastian yang besar dalam
siklus material terdapat dalam penilaian
terhadap kemungkinan perubahan harga yang
besar di masa depan atau terhadap terhentinya
supplai.

C. Transfer Persediaan Internal


Transfer persediaan internal adalah pemindahan
yang dibutuhkan untuk mengintegrasikan
operasi distribusi fisik dengan operasi
manajemen material dalam suatu organisasi.
Tujuan utama dari transfer persediaan internal
adalah untuk menyeimbangkan operasi distribusi
fisik dan manajemen material dengan mengatur
pergerakan barang-barang setengah jadi
diantara berbagai tahap pembuatan dan
pergerakan barang jadi ke dan diantara gudang-
gudang yang dipakai oleh organisasi itu.
Pergerakan produk, material, dan suku cadang
setengah jadi dan komponen-komponen diantara
fasilitas-fasilitas organisasi adalah tanggung
jawab operasi transfer persediaan. Kebutuhan
terpenting dari transfer persediaan adalah usaha
logistik yang terkoordinir dalam organisasi itu.
Identifikasi terhadap transfer persediaan
internal sebagai suatu bidang yang berdiri
sendiri merupakan suatu konsep yang relatif
baru dalam manajemen logistik. Alasannya
adalah distribusi fisik dan manajemen material
serta operasi transfer harus didesain dalam satu
rangkaian tujuan dan batas-batas tertentu. Oleh
karena itu, untuk mencapai manfaat maksimum,
maka lokasi usaha dan pengawasan logistik di
dalam masing-masing bidang usaha akan
berbeda-beda dalam organisasi yang sama
walaupun sebaiknya menstandarisasikannya se
praktis mungkin.

Siklus Usaha Logistik


Dengan membayangkan operasi logistic itu
sebagai sekelompok siklus usaha, maka dapatlah
kita memperoleh suatu orientasi dasar yang
dapat digunakan untuk analisa desain dan untuk
administrasi operasional. Disamping nodes dan
links, suatu siklus usaha logistic haruslah
ditunjang oleh suatu level persediaan yang
merupakan bagian integral dari system
operating.

Akhirnya, siklus usaha itu haruslah disesuaikan


dengan kebutuhan masukan/luaran (input/output
requitment) agar ia dapat berfungsi secara
dinamis.
Faktor-faktor pengambil keputusan:
1. Pertumbuhan global
2. Penggabungan dan Pengembangan (Akuisi)
3. Perampingan
4. Kompetisi makin ketat dan kompleks,
Ketidakpastian.
5. Teknologi Informasi

Implikasi terhadap Transportasi


1. Ketepatan waktu,
Menerapkan manejemen waktu secara terarah
dan terprogram pada setiap tahap dalam proses
produksi
2. Kecepatan pengiriman
Melalui kemajuan teknologi informasi, suatu
produk dapat dikirim dari tempat asal ke
pelanggan dalam waktu yang lebih cepat..
3. Rata-rata kelambatan dan kerusakan minimal
Melalui modal transport yang baik, barang yang
bersifat khusus dapat dikemas dan dikirim ke
tujuan dengan baik dan terhindar dari
kerusakan.
4. Fleksibel dalam permintaan,
Berdasarkan data permintaan yang akurat dan
cepat melalui kemajuan teknologi informasi
dapat dilakukan pemenuhan terhadap
permintaan pasar.
5. Meminimalkan pemanfaatan gudang,
Saat ini keberadaan gudang merupakan
fenomena yang dianggap sebagai pemborosan
dalam perusahaan, sehingga diupayakan produk
dapat langsung didistribusikan ke pasar
6. Pelanggan adalah raja,
Sangat menghargai keberadaan pelanggan,
sehingga sangat memanjakan pelanggan dan
selalu berusaha untuk dapat memenuhi selera
dan keinginan pelanggan, karena pelanggan akan
bersedia membayar lebih untuk suatu barang,
asalkan yang didapatkan memiliki nilai/ cita rasa
yang lebih.
SDM
Menurut Mutiara S. Panggabean
MSDM adalah proses yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan
pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan,
pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi
dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
5. Menurut Mutiara S. Panggabaean
MSDM adalah kegiatan di bidang sumber daya
manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja.
Dari sisi pekerjaan terdiri dari analisis dan
evaluasi pekerjaan. Sedangkan dari sisi pekerja
meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan tenaga
kerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan
pengembangan, promosi, kompensasi dan
pemutusan hubungan kerja
Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam setiap kegiatan atau aktivitas organisasi
dari waktu ke waktu selalu timbul masalah-
masalah. Untuk mengatasi masalah–masalah
yang timbul ada beberapa pendekatan sesuai
dengan periodenya. Maksudnya pendekatan yang
lebih akhir menunjukkan lebih baru ditinjau
dari segi waktunya. Namun sampai sekarang pun
masih ada pimpinan perusahaan yang
menggunakan pendekatan lama dalam mengatasi
permasalahan. Di bawah ini dikemukakan tiga
pendekatan: Pendekatan Mekanis, Pendekatan
Paternalisme, dan, Pendekatan Sistem Sosial.

1. Pendekatan Mekanis (klasik)


Perkembangan di bidang Industri dengan
penggunaan mesin–mesin dan alat–alat
elektronika membawa kemajuan yang sangat
pesat dalam efisiensi kerja.
2. Pendekatan Paternalisme (Paternalistik)
Dengan adanya perkembangan pemikiran dari
para pekerja yang semakin maju dari para
pekerja, yang menunjukkan mereka dapat
melepaskan diri dari ketergantungan manajemen
atau pimpinan perusahaan mengimbangkan
dengan kebaikan untuk para pekerja.
Pendekatan Sistem Sosial (Human Relation)
Manajemen Sumber Daya Manusia atau
personalia merupakan proses yang kompleks.
Proses Tahapan Manajemen Sumber Daya
Manusia
1. Recruitment (pengadaan),
Pengadaan Manajemen Sumber Daya Manusia
Recruitment disini diartikan pengadaan, yaitu
suatu proses kegiatan mengisi formasi yang
lowong, mulai dari perencanaan, pengumuman,
pelamaran, penyarigan sampai dengan
pengangkatan dan penempatan. Pengadaan yang
dimaksud disini lebih luas maknanya, karena
pengadaan dapat merupakan salah satu upaya
dari pemanfaatan. Jadi pengadaan disini adalah
upaya penemuan calon dari dalam organisasi
maupun dari luar untuk mengisi jabatan yang
memerlukan SDM yang berkualitas.
2. Maintenance (pemeliharaan)
Pemeliharaan atau maintenance merupakan
tanggung jawab setiap pimpinan. Pemeliharaan
SDM yang disertai dengan ganjaran (reward
system) akan berpengaruh terhadap jalannya
organisasi.
3. Development (pengembangan).
Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumber
daya manusia yang ada didalam suatu organisasi
perlu pengembangan sampai pada taraf tertentu
sesuai dengan perkembangan organisasi. Apabila
organisasi ingin berkembang yang diikuti oleh
pengembangan sumber daya manusia.
Pengembangan sumber daya manusia ini dapat
dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan.
Untuk pendidikan dan pelatihan ini, langkah
awalnya perlu dilakukan analisis kebutuhan atau
need assessment, yang menyangkut tiga aspek,
yaitu:
a. Analisis organisasi, untuk menjawab
pertanyaan : “Bagaimana organisasi melakukan
pelatihan bagi pekerjanya”,
b. Analisis pekerjaan, dengan pertanyaan :
“Apa yang harus diajarkan atau dilatihkan agar
pekerja mampu melaksanakan tugas atau
pekerjaannya” dan,
c. Analisis pribadi, menekankan “Siapa
membutuhkan pendidikan dan pelatihan apa”.
Hasil analisis ketiga aspek tersebut dapat
memberikan gambaran tingkat kemampuan atau
kinerja pegawai yang ada di organisasi tersebut.

Peran dan Fungsi Manajemen Sumber Daya


Manusia
Peranan karyawan bagi sebuah perusahan
berupa keterlibatan mereka dalam sebuah
perencanaan, sistem, proses dan tujuan yang
ingin dicapai oleh perusahaan.
1. Perencanaan
Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja
(Preparation and selection). Dalam proses
persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan
akan sumber daya manusia dengan menentukan
berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan
perkiraan/forecast akan pekerjaan yang lowong,
jumlahnya, waktu, dan lain sebagainya. Ada dua
faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan
persiapan, yaitu faktor internal seperti jumlah
kebutuhan karyawan baru, struktur organisasi,
departemen yang ada, dan lain-lain. Faktor
eksternal seperti hukum ketenagakerjaan,
kondisi pasa tenaga kerja, dan lain sebagainya.

Rekrutmen & Seleksi


Rekrutmen tenaga kerja/Recruitment.
Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari
calon atau kandidat pegawai, karyawan, buruh,
manajer, atau tenaga kerja baru untuk
memenuhi kebutuhan sdm oraganisasi atau
perusahaan. Dalam tahapan ini diperlukan
analisis jabatan yang ada untuk membuat
deskripsi pekerjaan/job description dan juga
spesifikasi pekerjaan/job specification.
1. Seleksi tenaga kerja/Selection. Seleksi tenaga
kerja adalah suatu proses menemukan tenaga
kerja yang tepat dari sekian banyak kandidat
atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu
dilakukan setelah menerima berkas lamaran
adalah melihat daftar riwayat
hidup/cv/curriculum vittae milik pelamar.
Kemudian dari cv pelamar dilakukan
penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil
dengan yang gagal memenuhi standar suatu
pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil
kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test
tertulis, wawancara kerja/interview dan proses
seleksi lainnya.

Pelatihan, Pengembangan & Penilaian Prestasi


Pengembangan dan evaluasi karyawan
(Development and evaluation). Tenaga kerja
yang bekerja pada organisasi atau perusahaan
harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas
dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan
suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada
dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya
masing-masing serta meningkatkan kinerja yang
ada. Dengan begitu proses pengembangan dan
evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai
dari karyawan pada tingkat rendah maupun
yang tinggi.
Memberikan kompensasi dan proteksi pada
pegawai (Compensation and protection).
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi
kerja pegawai secara teratur dari organisasi atau
perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat
penting dan disesuaikan dengan kondisi pasar
tenaga kerja yang ada pada lingkungan
eksternal. Kompensasi yang tidak sesuai dengan
kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah
ketenaga kerjaan di kemudian hari atau pun
dapat menimbulkan kerugian pada organisasi
atau perusahaan. Proteksi juga perlu diberikan
kepada pekerja agar dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja
dan kontribusi perkerja tersebut dapat tetap
maksimal dari waktu ke waktu. Kompensasi atau
imbalan yang diberikan bermacam-macam
jenisnya yang telah diterangkan pada artikel lain
pada situs organisasi.org ini.
Promosi, Pemindahan dan Pemisahan
Promosi adalah sebuah jenis transfer yang
meliputi penugasan kembali seorang pegawai
pada sebuah posisi yang kemungkinan besar
diberikan pembayaran yang lebih tinggi dan
tanggung jawab, hak dan kesempatan yang lebih
besar. Demosi, kadang-kadang disebut transfer
ke bawah, adalah sebuah jenis transfer meliputi
pemotongan pembayaran, hak dan kesempatan.
Pemisahan, disebut juga pemberhentian, bahkan
sering disebut downsizing, adalah perpindahan
sementara atau tidak definitif seorang pegawai
dari daftar gaji. Umumnya adalah untuk
mengurangi kelebihan beban biaya tenaga kerja
dan permasalahan keuangan perusahaan
semakin serius.
Terminasi adalah tindakan manajemen berupa
pemisahan pegawai dari organisasi karena
melanggar aturan organisasi atau karena tidak
menunjukkan kinerja yang cukup.
Pemberhentian sukarela adalah pemisahan
pegawai dari organisasi atas inisiatif organisasi
atau kemauan pegawai sendiri.
Pengunduran diri adalah pemisahan pegawai
yang telah menyelesaikan masa kerja
maksimalnya dari organisasi atau umumnya di
kenal dengan istilah pensiun.

Manullang.M. Dasar-Dasar Manajemen.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,
2005.
Siagian, Sondang P. (2006), Manajemen Sumber
Daya Manusia, Cetakan ketiga belas, Bumi
Aksara, Jakarta.

PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN


Pengertian manajemen keuangan dalam arti
sempit adalah tata pembukuan, sedangkan dalam
arti luas adalah pengurusan dan
pertanggungjawaban dalam menggunakan
keuangan baik pemerintah pusat mauun daerah.
Kegiatan ini dapat dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan
pengawasan. Dalam manajemen keuangan di
sekolah tersebut dimulai dengan perencanaan
anggaran sampai dengan pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan.
Sumber keuangan pada suatu sekolah secara
garis besar dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
daerah, maupun keduanya diperuntukkan bagi
keperluan pendidikan.
2. Orangtua atau peserta didik.
3. Masyarakat, baik mengikat maupun tidak
mengikat.
PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN
DISEKOLAH
Penggunaan keuangan didasarkan
pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai
dengan kebutuhan teknis yang diisyaratkan.
2. Terarah dan terkendali sesuai dengan
rencana, program atau kegiatan.
3. Keharusan penggunaan kemampuan.
SUMBER KEUANGAN LEMBAGA
PENDIDIKAN
Sumber keuangan pada suatu sekolah/ sekolah
Islam secara garis besar dapat dikelompokkan
atas tiga sumber, yaitu:
1. Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah,
maupun kedua-duanya yang bersifat umum atau
khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan
pendidikan.
2. Orang tua atau peserta didik.
3. Masyarakat, baik mengikat maupun tidak
mengikat.

cara yang dapat ditempuh, antara lain:


1. Mengajukan proposal bantuan finansial ke
Departemen Agama maupun Departemen
Pendidikan Nasional.
2. Mengajukan proposal bantuan finansial ke
pemerintah daerah.
3. Mengedarkan surat permohonan bantuan
kepada wali siswa.
4. Mengundang alumni yang sukses untuk
dimintai bantuan.
5. Mengajukan proposal bantuan finansial
kepada para pengusaha.
6. Mengadakan kegiatan- kegiatan yang dapat
mendatangkan keuntungan uang.
7. Memberdayakan waqaf, hibah, atau infaq.
8. Memberdayakan solidaritas anggota
organisasi keagamaan yang menaungi lembaga
pendidikan Islam untuk membantu pencarian
dana.
FUNGSI DASAR MANAJEMEN KEUANGAN
SEKOLAH
Perencanaan Anggaran Sekolah
Kepala sekolah diharuskan mampu menyusun
Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja
Sekolah (RAPBS). Untuk itu kepala sekolah
mengetahui sumber-sumber dana yang
merupakan sumber daya sekolah. Sumber dana
tersebut antara lain meliputi anggaran rutin,
Dana Penunjang Pendidikan (DPD), Subsidi
Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan (SBPP),
Bantuan Operasional dan Perawatan (BOP),
Bantuan Operasional Sekolah (BOS),(BP3),
donatur, badan usaha, serta sumbangan lain-lain.
Untuk sekolah-sekolah swasta sumber dana
berasal dari SPP, subsidi pemerintah, donatur,
yayasan, dan masyarakat secara luas.
Pelaksanaan Anggaran Belanja Sekolah
Dalam mempergunakan anggaran, ada azas yang
lazim dijadikan pedoman, yaitu azas umum
pengeluaran negara, bahwa manfaat penggunaan
uang negara minimal harus sama apabila uang
tersebut dipergunakan sendiri oleh masyarakat.
Azas ini tercermin dalam prinsip-prinsip yang
dianut dalam pelaksanaan APBN seperti prinsip
efisiensi, pola hidup sederhana, hemat, dan
sebagainya.
Komponen utama manajemen keuangan meliputi
:
1. Prosedur anggaran.
2. Prosedur akuntansi keuangan.
3. Pembelajaran, pergudangan, dan prosedur
pendistribusian.
4. Prosedur investasi.
5. Prosedur pemeriksaan.
Penyelenggaraan Pembukaan dan Penyampaian
Laporan
Pembukuan anggaran, baik penerimaan maupun
pengeluaran harus dilakukan secara tertib,
teratur, dan benar. Hal ini dilakukan supaya
dapat membuat suatu laporan keungan dan
penggunaannya yang jujur dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.
Pengawasan Pelaksanaan Anggaran Sekolah
Pengawasan juga bisa disebut dengan kontrol
manajerial merupakan salah atu fungsi
manajemen dalam organisasi. Fungsi tersebut
mutlak harus dilakukan dalam setiap organisasi
karena ketidakmampuan atau kelalaian untuk
melakukan fungsi tersebut akan sangat
mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung:Alfabeta, 2010, hlm. 56.

Anda mungkin juga menyukai