130-Article Text-788-1-10-20200629
130-Article Text-788-1-10-20200629
130-Article Text-788-1-10-20200629
2 Juni 2020
EDITORIAL
DOI: http://dx.doi.org/10.18051/JBiomedKes.2020.v3.46-48
46
Pusparini Tes serologi dan polimerase chain reaction untuk deteksi SARS-CoV-2
mengurangi adanya individu yang terinfeksi tetapi rate. Pada kondisi hasil tes NAAT negatif dan
tidak terdeteksi.(5) Beberapa hal yang memengaruhi terdapat bukti epidemiologi yang kuat mengenai
hasil RT-PCR untuk SARS-CoV-2 adalah paparan terhadap infeksi COVID-19, maka dapat
sensitifitas dan spesifitas tes yang digunakan, digunakan serum pasangan pada fase akut (minggu
tipe sampel yang digunakan, waktu pengambilan, pertama sakit) dan fase convalescent (2-4 minggu
target gen yang digunakan (satu atau multipel), dan kemudian) untuk mendukung diagnosis.(3)
kemungkinan adanya mutasi virus.(2) Pasien dalam Pada penanganan COVID-19 di Indonesia
fase penyembuhan (sudah dua kali tes NAAT tes rapid antibodi dan/atau antigen dapat
negatif) harus tetap diperiksa secara regular dan digunakan pada orang tanpa gejala (OTG) atau
melakukan karantina mandiri di rumah selama 14 kasus kontak dari pasien konfirmasi COVID-19.
hari karena ada bukti yang menunjukkan bahwa Selain itu, dapat juga digunakan untuk deteksi
pasien tersebut masih mungkin menjadi positif kasus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien
kembali pada tes berikutnya.(6) dalam pengawasan (PDP) pada wilayah yang
Tes dengan dasar respons dari host tidak mempunyai fasilitas RT-PCR atau tidak
adalah dengan menggunakan tes serologi untuk mempunyai media pengambilan spesimen (swab
mendeteksi adanya Ig M, Ig A, Ig G atau antibodi dan virus transport media /VTM). Tes rapid
total terutama dari sampel darah. Pembentukan antibodi atau antigen hanya merupakan tes awal
respons antibodi terhadap infeksi sangat tergantung dan hasil pemeriksaannya tetap harus dikonfirmasi
dari respons host dan biasanya memerlukan waktu dengan RT-PCR.(8) Pembacaan tes rapid antibodi
untuk terdeteksi. Pada SARS-CoV-2 dilaporkan harus disesuaikan dengan waktu yang tertera pada
mayoritas pasien mengalami serokonversi kit insert masing-masing reagensi yang digunakan,
antara hari ke-7 sampai ke-14 pasca terpapar walaupun hasil samar tetap ditulis sebagai reaktif
virus, walaupun ada beberapa pasien yang dapat asal masih dalam rentang waktu pembacaan. Hasil
membentuk antibodi lebih awal. Dengan adanya rapid tes antibodi dinyatakan dengan reaktif atau
proses pembentukan antibodi seperti di atas maka tidak reaktif. Tes reaktif artinya terdapat hasil
penggunaan tes dengan dasar antibodi kurang anti SARS-CoV-2 IgM reaktif, anti SARS-CoV-2
bermanfaat untuk digunakan pada kondisi penyakit IgG non reaktif, atau anti SARS-CoV-2 IgM non
akut.(2) Penelitian sebelumnya menunjukkan IgM reaktif, anti SARS-CoV-2 IgG reaktif, atau anti
muncul hari ke-7, meningkat sampai hari ke-28 SARS-CoV-2 IgM dan IgG reaktif atau anti SARS-
dan mulai menurun pada hari ke-42, sedangkan CoV-2 antibodi total reaktif sedangkan disebut
IgG muncul hari ke-10, meningkat sampai hari ke- hasil tes rapid antibodi non reaktif bila ditemukan
49. Kadar antibodi IgM dan IgG lebih tinggi pada hasil tes anti SARS-CoV-2 IgM dan IgG non
pasien dengan klinis berat dibandingkan pasien reaktif atau anti SARS-CoV-2 antibodi total non
dengan klinis ringan.(7) reaktif. Hasil non reaktif tidak menyingkirkan
Penelitian lainnya menunjukkan kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-2, sehingga
penggunaan tes antibodi atau tes rapid untuk masih berisiko menularkan ke orang lain. Hasil
deteksi adanya SARS-CoV-2 memperlihatkan non reaktif dapat terjadi pada kondisi 1) seseorang
sensitifitas rendah yaitu 36.4% dan spesifisitas belum atau tidak terinfeksi; 2) periode jendela
88.93%. Hal ini menunjukkan bahwa dari pasien (terinfeksi namun antibodi belum terbentuk); dan
dengan hasil RT-PCR positif hanya 36.4% yang 3) imunokompromais; serta 4) kadar antibodi
menunjukkan tes antibodi positif dan dari pasien dibawah level deteksi alat.(9)
dengan hasil RT-PCR negatif ditemukan bahwa
terdapat 88.93% pasien yang menunjukkan hasil REFERENSI
tes antibodi negatif juga. Atas dasar tersebut 1. Döhla M, Boesecke C, Schulte B, et al. Rapid
maka tes antibodi tidak direkomendasikan point-of-care testing for SARS-CoV-2 in a
community screening setting shows low sensitivity.
untuk digunakan untuk skrining di komunitas.(1) Public Health 2020;182:170–2. doi: 10.1016/j.
Penggunaan tes antibodi atau serologi digunakan puhe.2020.04.009.
2. Patel R, Babady E, Theel E, et al. Report from the
untuk melakukan investigasi terhadap kejadian American Society for Microbiology COVID-19
luar biasa yang sedang terjadi (ongoing outbreak) COVID-19. MBio 2020;11(2):1–5. doi: 10.1128/
dan pemeriksaan retrospektif terhadap attack mBio.00722-20.
3. World Health Organization. Laboratory testing of
47
J Biomedika Kesehat Vol. 3 No. 2 Juni 2020
48