Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PENGELIHATAN


(GLAUKOMA)

Dosen Pengampu: : Ns. Devi Setya Putri S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Nailil Muna 2019012193

2. Novan korneawan p 2019012195

3. Puput setia widianingsih 2019012199

4. Reni Ambarwati 2019012201

PSIK 5Bp

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


Tahun 2021
Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km. 5 Jepang, Mejobo,Kudus

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat dan
karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing dan teman–teman semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur perspsi sensori Program Studi
S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.

Kudus, 22-09-2021

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Tujuan penulisan ........................................................................................1
1. Tujuan umum .......................................................................................1
2. Tujuan khusus ......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................2

A. Definisi glaukoma .....................................................................................2


B. Klasifikasi glaukoma .................................................................................2
C. Etologi glaukoma........................................................................................4
D. Patofisiologi glaukoma...............................................................................4
E. Manifestasi klinis glaukoma.......................................................................6
F. Pemeriksaan penunjang glaukoma..............................................................6
G. Penatalaksanaan glaukoma.........................................................................7
H. Asuhan keperawatan glaukoma..................................................................8
1. Pengkajian ............................................................................................8
2. Diagnosa ..............................................................................................9
3. Intervensi ..............................................................................................9
4. Evaluasi .............................................................................................15

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................16

BAB IV PENUTUP...................................................................................................18

A. Kesimpulan ..............................................................................................18
B. Saran ........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan
kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat
kesempatan kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka.
Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk
menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan
penyakit yang sangat gawat.

Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan


kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai
tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena
glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan.

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa


gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan
penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50%
penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena
kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi,
diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum:

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
persepsi sensori dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang
glaukoma dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit glukoma.

2. Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui definisi dari glaukoma.


b.Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
c. Untuk mengetahui etiologi glaukoma.
d.Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis glaukoma.
g.Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma.
h.Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi glaukoma

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau
gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan
segalah akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan


tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang
pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan


tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo
Joko Waluyo; 2009)

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata


meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009)

B. Klasifikasi glaukoma

1. Glaukoma primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul
pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada

2
kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri
osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan
lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-


95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang
disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke
jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan
trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik
juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan
peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang
anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel
ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran
schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat
nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan
dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain
yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam
mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat
dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:

 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak


 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea

 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

3. Glaukoma kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah


kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam
mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus
dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan
peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal
dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang

3
(0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.

C. Etiologi

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi


sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi
faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara
lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.

D. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus


oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus
melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan
keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan
tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran
darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan
timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa
faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut


saraf pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).

4
Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka
panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan pengelihatan Anxietas Kurang pengetahuan


perifer

Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan

Kebutaan

5
E. Manifestasi klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).


2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.

a.Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara
tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk


— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann

— Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat,
sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam
keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari
telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah.
Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak
mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah
tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi :
dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian. Tinggi
rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :

 N : normal
 N+1 : agak tinggi
 N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N–1 : lebih rendah dari normal

 N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

b.Gonioskopi

6
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

c. Oftalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan


papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.
Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari
ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.

2. Pemeriksaan lapang pandang

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di
daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang


meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002:
242-248).

G. Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut


yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi
nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang
serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik seperti


gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor aqueus
ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide (Acetazolam,
Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor
aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti
latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan


miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini
menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum
dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan memberikan


analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid untuk reaksi
radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan

7
pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila
tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan


terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan
penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam
pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk mempertahankan
pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan
kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit


ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu.
Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk
mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi pengelihatan
yang masi ada.

H. Asuhan keperawatan glaukoma

1. Pengkajian
1.Identitas

a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).

f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata

2.Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang dan


mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan sering
menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada
saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang
akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma
(terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM,
Arterioscierosis, Miopia tinggi).

d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami


penyakit glaucoma sudut terbuka primer.

3.Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu,


berkendaraan.

8
4.Pemeriksaan fisik

— Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk


mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar
dari iris.

— Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang


cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.

— Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,


sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.

— Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal
pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.
Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang
pada waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)

2. Diagnosa keperawatan
a. DX 1: Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler (TIO). (Indriana N. Dan
Istiqomah; 2004).

b. DX 2: Gangguan persepsi sensori: pengelihatan b.d ganguan penerimaan,


gangguan status organ indra. (Doenges, Marilynn E; 1999).

c. DX 3: Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan; adanya


nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan. (Doenges, Marilynn
E; 1999).

d. DX 4: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d


kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi
informasi.

9
3. Intervensi keperawatan

10
No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan - Tekanan pada mata
keperawatan - Pertahankan tirah meningkatkan jika
diharapkan nyeri baring ketat pada tubuh datar dan
dapat berkurang atau posisi semi-Fowler manuver valsalva
terkontrol. dan cegah tindakan diaktifkan seperti pada
yang dapat aktivitas tersebut.
Kriteria hasil: meningkatkan TIO
 Klien dapat (batuk, bersin,
mengidentifikasi mengejan) — Stres dan sinar akan
penyebab nyeri. - Berikan lingkungan meningkatkan TIO yang
 Klien dapat gelap dan tenang. dapat mencetuskan
mengetahui faktor- nyeri.
faktor yang dapat — Mengidentifikasi
meningkatkan nyeri. — Obsevasi tekanan kemajuan atau
 Klien mampu darah, nadi dan penyimpanan dari hasil
melakukan tindakan pernapasan tiap 24 yang diharapkan.
untuk mengurangi jam jika klientidak
nyeri. menerimah agens
osmotik secara
intravena dan tiap 2
jam jika klien
menerimah agens
osmotik intravena. — Mengidentifikasi
— Observai derajat nyeri kemajuan atau
mata tiap 20 menit penyimpangan dari hasil
selama fase akut. yang diharapkan.
— Mengidentifikasi
— Observasi ketajaman kemajuan atau
pengelihatan setiap penyimpangan dari hasil
waktu sebelum yang diharapkan.
penetesan obat mata
yang diresepkan.
Koaborasi
— Berikan obat mata — Agens osmotik
yang diresepkan untuk intravena akan
glaukoma dan beri tau menurunkan TIO
dokter jika terjadi dengan cepat. Agens
hipotensi, haluaran osmitik bersifat
urin <24 ml/jam, nyeri hiperosmolor dan dapat
pada mata tidak hilang menyebabkan dehidrasi;
dalam waktu 30 menit manitol dapat
setelah terapi obat, mencetuskan
tajam pengelihatan hiperglikemis pada
turun terus menerus. pasien DM, tetes mata
miotik memperlancar
drainase akuos humor
dan menurunkan
produksinya.
Pengobatan TIO adalah
esensial untuk
memperbaiki
pengelihatan.
— Berikan analgesik — Mengontrol nyeri. Nyeri
narkotik yang berat akan mencetuskan
diresepkan jika klien manuver valsalva dan
11
mengalami nyeri hebat meningkatkan TIO.
dan evaluasi
keefektifannya.
4.Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan glaukoma


diharapkan sebagai berikut:
a. Nyeri dapat berkurang dan hilang
b. Pasien dapat mempertahankan lapang pengelihatan dengan optimal dan
mencegah kehilangan pengelihatan lebih lanjut
c. Kehawatiran pasien berkurang dan hilang
d. Pasien mengetahui tentang kondisi dan cara penanganan penyakit yang
dideritanya.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Keimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin
lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola
mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang
bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata
akan mati

Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder dan


kongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri,
lapang pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan, sala satunya adalah
dengan pemberian terapi timolol yang bertujuan untuk menurunkan intraokuler (TIO).

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas keperawatan secara
optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka
penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan
pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan


asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah.


Jakarta: EGC, 2010.
2. Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta: EGC. 1999.

3. Indriana dan N Istiqomah.

Pustaka jurnal

1. Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat 0,5%
pada glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado tahun 2012-2014. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi;
2016.
2. Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timolol
maleat dan dorsalamid pasien glaukoma. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2014

14

Anda mungkin juga menyukai