Anda di halaman 1dari 17

Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

DEMOKRASI INDONESIA PASCA AMANDEMEN UUD NRI TAHUN 1945

HN
DALAM PERSPEKTIF LEGISLASI
(Indonesia Democracy After UUD NRI 1945 Amendment On Legislative Perspective)

Rachmat Trijono
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI

BP
Alamat: Mayjend. Sutoyo No. 10 Cililitan Jakarta Timur
Email: lkpi.179@gmail.com

Naskah diterima: 9 Desember 2013; revisi: 10 Desember 2013; disetujui: 17 Desember 2013

ing
Abstrak
Indikator mengkualifikasikan praktek demokrasi Indonesia adalah fungsi lembaga perwakilan rakyat yakni Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Semakin lembaga perwakilan rakyat tersebut berfungsi, maka Indonesia
semakin demokratis. Persoalan yang diteliti dan dijawab adalah bagaimana demokrasi Indonesia pasca amandemen
dalam perspektif pembentukan undang-undang. Penelitian ini mempergunakan metode penelitian normatif, yang bersifat
deskriptif, dengan menggunakan bahan pustaka yang berupa data sekunder sebagai sumber utamanya. Hasil penelitian
ind
menunjukkan bahwa Indonesia pada masa pasca amandemen UUD NRI Tahun 1945 belum dapat dikatakan sebagai negara
yang demokratis. Untuk itu ke depan diharapkan dengan amandemen kelima UUD NRI Tahun 1945, Indonesia akan lebih
demokratis.
Kata Kunci: demokrasi, amandemen, legislasi
V
Abstract
Indicator to qualify the practice of Indonesia democracy is the function of the parliament that is House of Representative
(DPR) and Local Representative (DPD). The more function of parliament, so the more democratic in Indonesia. The problem
hts

which are researched and answered is how democracy in Indonesia after the amendment in the law making perspective.
This research is used in normative research method, descriptive, by using library materials in the form of secondary data
as the main source. The results of the research showed that Indonesia in the period after constitution (UUD NRI 1945)
amendment cannot be said to be a democratic state. For the future it is expected by the fifth constitution amendment,
Indonesia will be more democratic.
Keywords: democracy, the amendment, legislation
ec
lR
na
Jur

Demokrasi Indonesia Pasca Amandemen UUD NRI Tahun 1945 Dalam Perspektif Legislasi (Rachmat Trijono) 343
Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

A. Pendahuluan mahasiswa. Bagi mereka yang reasoningnya pro


terhadap demokratis, maka Indonesia dapat

HN
Demokrasi Indonesia adalah demokrasi
dikategorikan sebagai negara yang demokratis.
berdasarkan pancasila dan masih dalam taraf
namun jika menggunakan reasoning yang
perkembangan. Dalam sejarah perkembangan
kontra demokratis, maka Indonesia digolongkan
demokrasi, Indonesia mengenal bermacam-
sebagai negara yang non demokratis.
macam istilah demokrasi, antara lain demokrasi

BP
Untuk itulah penting diadakan penelitian
konstitusional, demokrasi parlementer,
mengenai posisi Indonesia sebagai negara
demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila, dan
yang demokratis atau sebagai negara
sebagainya. Semua konsep tersebut memakai
yang non demokratis, ditinjau dari proses
istilah demokrasi.
pembentukan undang-undang, terutama proses

ing
Hasil penelitian UNESCO tahun 1949
pembahasannya.
menunjukkan bahwa demokrasi dinyatakan
sebagai nama yang paling baik dan wajar
B. Permasalahan
untuk semua sistem organisasi politik dan
sosial yang diperjuangkan (probably for the Penelitian ini terfokus pada demokrasi
first time in history democracy is claimed as
ind Indonesia dalam perspektif pembentukan
the proper ideal description of all systems of undang-undang pasca amandemen. Untuk
political and social organization advocated by itu, persoalan yang diteliti dan dijawab
in fluent proponents).1 Disamping itu UNESCO adalah bagaimana demokrasi Indonesia pasca
V
juga berpendapat bahwa ide demokrasi amandemen dalam perspektif pembentukan
dianggap ambiguous atau mempunyai berbagai undang-undang. Hal ini penting mengingat
hts

pengertian mengenai lembaga-lembaga atau bahwa Indonesia adalah negara demokratis yang
cara-cara yang dipakai untuk melaksanakan ide, diselenggarakan berdasarkan representative
atau mengenai keadaan kultural serta historis democratic.
yang mempengaruhi istilah, ide dan praktik
demokrasi (either in the institutions or devices C. Metode Penelitian
ec

employed to effect the idea or in the cultural or Penelitian ini mempergunakan metode
historical circumstances by which word, idea, penelitian normatif,3 yang bersifat deskriptif.
and practice are conditioned).2 Penelitian ini menggunakan bahan pustaka
lR

Pertanyaan mendasar dari para mahasiswa yang berupa data sekunder sebagai sumber
sering terlontar dalam sistem PBM di kelas, yaitu utamanya, yang mencakup:4 (a) Bahan Hukum
apakah Indonesia termasuk dalam negara yang Primer, yaitu Undang Undang Dasar 1945,
demokratis atau bukan. Jawaban pertanyaan
na

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Undang-


tersebut tergantung pada reasoning para Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Jur

1
S.I. Benn dan Peters, Principles of Political Thought (New York: Collier Books; 1964), hlm. 393.
2
Ibid.
3
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif,Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: CV. Rajawali,
1990), hlm. 15.
4
Ibid, hlm 14-15.

344 Jurnal RechtsVinding, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hlm.343-359


Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Indonesia semakin demokratis, atau dengan


Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan kata lain semakin banyak melibatkan rakyat

HN
Perwakilan Rakyat Daerah, Putusan Mahkamah dalam keputusan politik yang berkaitan dengan
Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012. (b) Bahan kepentingan rakyat adalah mencerminkan telah
Hukum Sekunder, berupa literatur, makalah, makin membaiknya pelaksanaan demokrasi di
penelitian dan (c) Bahan hukum tertier, berupa negara yang bersangkutan.

BP
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Berbagai data tersebut dapat diperoleh baik 2. Konsepsional
melalui studi pustaka maupun penelusuran Beberapa konsepsional tersimpul dalam
data melalui internet. Pengumpulan data-data penggunaan istilah-istilah atau frasa-frasa
tersebut saling memberikan verifikasi, koreksi,

ing
sebagai berikut: Demokrasi Indonesia, Pasca
perlengkapan dan pemerincian.5 Setelah Amandemen.
terkumpul, dianalisis secara kwalitatif.6 a. Demokrasi Indonesia secara formil
adalah Demokrasi Pancasila. Pelaksanaan
D. Pembahasan ind Demokrasi Pancasila dihubungkan dengan
1. Kerangka Pemikiran prakteknya pasca amandemen dalam
Pemikiran teoritis sebagai penuntun penulis perspektif pembentukan undang-undang
dalam penelitian ini diawali dengan pemahaman di Indonesia, ditandai dengan beberapa
bahwa negara demokrasi adalah negara yang indikator. Secara spesifik, indikator yang
V
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan digunakan untuk mengkualifikasikan praktek
kemauan rakyat. Dengan demikian, dari sudut demokrasi Pancasila adalah fungsi lembaga
hts

pandang pembentukan undang-undang, maka perwakilan rakyat, yakni apakah lembaga


negara yang demokratis adalah negara yang perwakilan rakyat tersebut berfungi atau
dalam pembentukan undang-undangnya tidak, artinya bahwa semakin lembaga
berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. perwakilan rakyat tersebut berfungi,
Agar kehendak dan kemauan rakyat terpenuhi, maka Indonesia semakin demokratis, atau
ec

maka lembaga legislatif harus berfungsi dengan semakin banyak melibatkan rakyat dalam
baik. Dengan demikian semakin lembaga keputusan politik yang berkaitan dengan
perwakilan rakyat tersebut berfungsi, maka kepentingan rakyat adalah mencerminkan
lR

5
Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 94.
na

6
”Qualitative research we mean any kind of research that procedure findings not arrived at by mean of statistic
procedures or other mean of quantifications. It can refer to research about persons’ lives, stories, behaviors, but also
about organizations. Functioning, social covenants or intellectual relationship”, Anselmus Strauss and Juliat Corbin,
Basic of Qualititive Research, Grounded Theory Procedure and Thechnique (New Delhi: Sage Publication, Newbury,
Park London, 1979), hlm 17. Mengenai Penelitian Kualitatif Lexy J Moleong membuat karya yang diterbitkan
Jur

dengan judul Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989); juga John W Creswell,
Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches (New Delhi: Sage Publication,Thousand Oaks, London,
1994); Robert Bogdan and Steven J. Taylor, Introduction to qualitative Research Methods: A Phenomenological
Approach To The Social Science (New York: A Willey-Interscience Publication, 1975); Michael Quinn Patton,
Qualitative Evaluation And Research Methods, Second Edition (New Delhi: Sage Publication, Newbury Park
London, 1980).

Demokrasi Indonesia Pasca Amandemen UUD NRI Tahun 1945 Dalam Perspektif Legislasi (Rachmat Trijono) 345
Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

telah makin membaiknya pelaksanaan peraturan itu melalui proses peradilan yang
demokrasi di negara yang bersangkutan. independen dan imparsial.10

HN
b. Pengertian pasca adalah sesudah7 dan Dengan paradigma pemikiran yang demikin,
amandemen adalah penambahan pada maka satu-satunya sumber legitimasi organ
bagian yang sudah ada8 terhadap UUD 1945. negara untuk menetapkan sesuatu norma
Dengan demikian yang dimaksud dengan hukum yang berbentuk peraturan (regeling)

BP
pasca amandemen adalah sesudah adanya adalah organ yang bekerja di cabang kekuasan
penambahan pada UUD 1945. legislatif.11
c. Mengenai Legislasi, Jimly Asshidiqie Berdasarkan pemahaman di atas, penelitian
mengemukakan bahwa seringkali dipahami ini didasarkan pada acuan teori Sistem Kamar
bahwa fungsi legislasi hanya terkait dengan di lembaga perwakilan rakyat, teori Pembagian

ing
fungsi pembuatan undang-undang dalam Kekuasaan, dan teori Pembentukan Undang-
pengertian yang sempit.9 undang.
a. Teori Sistem Kamar di Lembaga
3. Kerangka Teori Perwakilan Rakyat
Dalam sistem demokrasi dan negara
ind Sistem lembaga perwakilan rakyat berbeda
hukum modern, sudah umum diketahui bahwa dari satu negara dengan negara lainnya. Beberapa
kekuasaan negara dibagi dan dipisah-pisahkan negara menggunakan sistem bikameral dan
antara cabang-cabang kekuasaan legislatif, beberapa negara lain menggunakan sistem
V
eksekutif dan yudikatif. Pada pokoknya, unikameral. Hal ini sebagaimana dikemukakan
kekuasaan untuk atau membuat aturan dalam oleh Miriam Budiardjo sebagai berikut: 12
hts

kehidupan bernegara dikonstruksikan berasal ”Ada negara negara dimana badan legislatif
dari rakyat yang berdaulat yang dilembagakan terbagi dalam dua majelis (bi-kameralisme),
dalam organisasi negara di lembaga legislatif sedangkan di beberapa negara lain hanya
terdiri dari satu majelis (uni-kameralisme).
sebagai lembaga perwakilan rakyat. Sedangkan Boleh dikatakan bahwa semua negara federal
cabang kekuasaan pemerintahan negara memakai sistem dua majelis oleh karena
ec

sebagai organ pelaksana atau eksekutif hanya satu diantaranya mewakili kepentingan
negara bagian khususnya (India, Amerika
menjalnkan peraturan-peraturan yang ditetpkan
Serikat, Uni Soviet, Republik Indonesia
oleh cabang legislatif. Sementar itu, cabang Serikat). Negara kesatuan yang memakai
lR

kekuasaan kehakiman atau judikatif bertindak sistem dua majelis biasanya terdorong oleh
sebagai pihak yang menegakkan peraturan- pertimbangan bahwa satu majelis dapat
na


7
Hasan Alwi, Pemred, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional dan Balai Pustaka, 2005), hlm. 834.
8
Ibid., hlm. 38.
Jur

9
Jimly Asshiddiqie, ”Lembaga Perwakilan dan Permusyawaratan Rakyat Tingkat Pusat”, www.jimly.com%2Fmaka
lah%2Fnamafile%2F40%2FTrikameralisme_DPD.doc&ei=QGahUtupLI6FrAfdmID4AQ&usg=AFQjCNFRM9KUg
q0StyoqjITaVbj6pySjfA&sig2=uYgaWYY9nW4zY8N3Gsf1Tg, (diakses 16 Nopember 2013).
10
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-undang (Jakarta: Konstitusi Press, 2006), hlm. 213.
11
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 2.
12
Ibid., hlm. 214.

346 Jurnal RechtsVinding, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hlm.343-359


Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

mengimbangi dan membatasi kekuasaan separation of power, berdasarkan teori trias


dari majelis lain. Dikuatirkan bahwa sistem politica atau tiga fungsi kekuasaan yang dalam

HN
satu majelis memberi peluang untuk
menyalahgunakan kekuasaan oleh karena pandangan Monteesquieu, harus dibedakan dan
mudah dipengaruhi oleh situasi politik. dipisahkan secara struktural dalam organ-organ
Bagaimanapun juga, majelis tambahan yang tidak saling mencampuri urusan masing-
biasanya disusun sedemikian rupa sehingga
masing.18 Menurut Montesquieu dalam bukunya
wewenangnya kurang daripada badan yang

BP
mewakili rakyat. Badan yang mewakili rakyat L’Esprit des Lois, bahwa:19 kekuasaan negara
umumnya disebut Majelis Rendah (Lower dibagi dalam tiga cabang yaitu (1) kekuasaan
House) sedangkan majelis lainnya disebut legislatif sebagai pembuat undang-undang; (2)
Majelis Tinggi (Upper House atau Senat).”
kekuasaan eksekutif yang melaksanakan; dan
(iii) kekuasaan untuk menghakimi atau yudikatif.

ing
b. Teori Pembatasan Kekuasaan
2) Pembagian Kekuasaan
Dalam Undang Undang Dasar 1945
Pembagian kekuasaan terdiri dari dua
ditentukan bahwa Indonesia merupakan
kata, yaitu ”pembagian” dan ”kekuasaan”.
negara yang berkedaulatan rakyat13 dengan ind Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berdasarkan atas hukum14. Hal ini menurut
(KBBI), pembagian memiliki pengertian proses
Jimly Asshiddiqie15 bahwa gagasan negara
menceraikan menjadi beberapa bagian atau
demokrasi atau kedaulatan rakyat disebut
memecahkan (sesuatu) lalu memberikannya
pula dengan istilah constitutional democracy
kepada pihak lain.20 Sedangkan kekuasaan
yang dihubungkan dengan pengertian negara
V
adalah wewenang atas sesuatu atau untuk
demokrasi yang berdasarkan hukum.
menentukan (memerintah, mewakili, mengurus,
Sebagai ciri pokok dari negara hukum, adalah
hts

dan sebagainya) sesuatu.21


adanya elemen pembatasan kekuasaan. Untuk
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim
itulah ide pembatasan kekuasaan itu dianggap
memaknai pembagian kekuasaan berarti
mutlak harus ada.16 Pembatasan kekuasaan
bahwa kekuasaan itu memang dibagi-bagi
berkaitan erat dengan teori pemisahan
ec

dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif


kekuasaan dan teori pembagian kekuasaan.17
dan yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini
1) Pemisahan Kekuasaan
membawa konsekuensi bahwa diantara bagian-
Istilah ”pemisahan kekuasaan” dalam bahasa
lR

Indonesia merupakan terjemahan perkataan


na

13
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945.
14
Ibid., Pasal 1 ayat (3).
15
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 281.
16
Ibid., hlm. 282.
17
Ibid., hlm. 284.
Jur

18
Ibid., hlm. 285.
19
O. HoodPhilips, Paul Jackson, and Patricia Leopold, Constitution and Administrative Law (London: Sweet &
Maxwell, 2001), hlm. 10-11.
20
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm.
114.
21
Ibid., hlm. 824.

Demokrasi Indonesia Pasca Amandemen UUD NRI Tahun 1945 Dalam Perspektif Legislasi (Rachmat Trijono) 347
Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

bagian itu dimungkinkan ada koordinasi atau dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
kerjasama.22 dengan persetujuan bersama Presiden.26

HN
Selanjutnya ditegaskan bahwa:23 kalau Dengan demikian dapat di ketahui bahwa
dalam Undang Undang Dasar suatu negara lembaga perwakilan rakyat hanya DPR. Padahal
dari ketiga kekuasaan yang dibagi itu ternyata disamping DPR, lembaga perwakilan rakyat
dalam kenyataannya tidak terdapat pemisahan di Indonesia juga berupa Dewan Perwakilan

BP
kekuasaan, karena umpamanya Undang Daerah (DPD).
Undangnya dibuat oleh Eksekutif dan Legislatif,
maka Undang Undang Dasar tersebut dikatakan 2) Pembentukan Undang Undang Sistem
menganut asas pembagian kekuasaan. Satu Kamar
Dalam struktur parlemen tipe unikameral

ing
c. Teori Pembentukan Undang Undang atau satu kamar ini, tidak dikenal adanya dua
1) Pengertian Undang-undang badan yang terpisah seperti adanya Majelis
Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen Tinggi dan Majelis Rendah ataupun DPR
atau lembaga legislatif merupakan kekuasaan dan Senat. Sistem unikameral inilah yang
yang pertama-tama mencerminkan kedaulatan
ind sesungguhnya lebih popular karena sebagian
rakyat. Kegiatan bernegara, pertama-tama besar negara di dunia sekarang ini menganut
adalah untuk mengatur kehidupan bersama. sistem ini.27
Oleh sebab itu kewenangan untuk menetapkan Sistem unikameral dapat diartikan bahwa
dalam suatu Rancangan Undang-Undang
V
peraturan itu pertama-tama harus diberikan
kepada lembaga perwakilan rakyat atau (RUU) hanya memerlukan pembahasan dan
persetujuan satu lembaga legislatif, dengan
hts

parlemen atau lembga legislatif.24


Oleh karena itu, yang biasa disebut sebagai artian bahwa sistem perwakilan rakyat atau
fungsi pertama lembaga perwakilan rakyat sistem parlemen unikameral merupakan suatu
adalah fungsi legislasi atau pengaturan. sistem perwakilan dimana hanya ada satu
Dalam bentuk konkretnya, fungsi pengaturan perwakilan dalam lembaga legislatif, dalam
ec

(regelende functie) ini terwujud dalam fungsi pengajuan rancangan undang-undang hanya
pembentukan undang-undang (wetgeverende memerlukan pembahasan dan persetujuan satu
functie atau law making function).25 lembaga legislatif.
lR

Di Indonesia, pengertian Undang-Undang Dalam pelaksanaan sistem unikameral


adalah Peraturan Perundang-undangan yang dalam suatu negara baik dalam sistem
na

22
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: Pusat Studi HTN FH UI
dan CV. Sinar Bakti, 1988), hlm. 140.
23
Ibid., hlm. 143.
24
Jimly Asshiddiqie, op. cit., hlm. 298-199.
Jur

25
Ibid., hlm. 299.
26
Pasal 1 angka (3) Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234).
27
Jimly Asshiddiqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen dalam Sejarah: Telaah Perbandingan Konstitusi
Berbgai Negara (Jakarta: UI Press, 1996), hlm. 33.

348 Jurnal RechtsVinding, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hlm.343-359


Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

pemerintahan yang berbentuk presidensial a) Bicameral system: a term pplied by Jeremy


ataupun parlementer, pelaksanaan fungsi Bentham to the division of e legislative body

HN
parlemen dianggap sangat efisien. Namun into two chamber, as in the United States
hasil dari pelaksanaan fungsi parlemen Government (Senate and House).30
tersebut secara kualitas kurang ideal karena b) Bicameral system: A legislature which has
tidak ada kontrol dari cabang kekuasaan lain two chamber rather than one (a unicameral

BP
dalam parlemen. Dalam rangka mewujudkan system), providing checks and balances and
representasi baik secara politik, daerah maupun lessening, the risk of elective dictatorship.
fungsional semuanya digabungkan dalam satu At the bith of the United, Benjamin Franklin
kamar parlemen.28 wrote that ”aplural legislature is as
Adapun kelebihan dan keuntungan sistem neccessary to good government as a single

ing
parlemen/legiislatif unikameral, yaitu:29 executive”.31
a) Kemungkinan untuk dengan cepat c) Bicameral: The division oflegislature or
meloloskan Undang-Undang (karena judicial body into two components or
hanya satu badan yang diperlukan untuk ind chambers. The US Congress is a bicameral
mengadopsi Rancangan-Undang-Undang legislature, since its divided into two houses,
sehingga tidak perlu lagi menyesuaikan the Senate and the House of Representatives.32
dengan usulan yang berbeda). Pembentukan undang-undang dalam sistem
b) Tanggung jawab lebih besar (karena anggota bikameral di Amerika dilakukan melalui dua
legislatif tidak dapat menyalahkan majelis kamar (House of Representative dan Senate)
V
lainnya apabila suatu undang-undang tidak yang meletakkan keduannya pada fungsi
lolos, atau bila kepentingan warga negara legislasi yang seimbang dan bisa saling
hts

terabaikan). melakukan check and balances. Kemudian


c) Lebih sedikit anggota terpilih sehingga lebih dimintakan persetujuan ke Presiden.
mudah bagi masyarakat untuk memantau Apabila Presiden menveto RUU yang telah
mereka; dan disetujui oleh kedua kamar di Congress, maka
ec

d) Biaya lebih rendah bagi pemerintah dan RUU dikembalikan ke Congress yakni ke kamar
pembayar pajak. House of Representative atau Senate sesuai
dengan asal diaukannya RUU untuk kemudian
lR

3) Pembentukan Undang Undang Sistem di voting.


Dua Kamar Apabila hasil voting di kamar asal datangnya
Beberapa definisi tentang sistem bikameral RUU tetap memberlakukan RUU dengan
sebagai berikut: dukungan 2/3 suara, maka RUU itu berlaku
na

28
Ibid, hlm. 35.
Jur

29
Dhalan Thaib, Menuju Parlemen Bikameral (Studi Konstitusional perubahan ketiga UUD 1945, dalam Abdul
Ghofor Anshori dan Sobirin Malian, Membangun Hukum Indonesia, PidatoPengukuhan Guru Besar Ilmu Hukum
(Yogyakarta: Kreasi Total Meia, 2008), hlm. 197.
30
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary (Minnesota: West Group, 1991), hlm. 111.
31
Brewr, Brewr’s Politics A Phrase And Fable dictionary (London: Nicholas Comfort, 1993).
32
Patricia A. Lewis, The Guide To American Law (Minnesota: West Publishing Co, 1984), hlm. 80-81.

Demokrasi Indonesia Pasca Amandemen UUD NRI Tahun 1945 Dalam Perspektif Legislasi (Rachmat Trijono) 349
Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

sebagai UU tanpa harus mendapat peretujuan impact on the Federal Budget. If the committee
Presiden. approves the bill, it moves on in the legislative

HN
Proses rancangan undang undang untuk process. Committees reject bills by simply not
menjadi undang-undang yang sebenarnya acting on them. Bills that fail to get committee
membutuhkan berbagai proses yang cukup action are said to have ”died in committee,” as
panjang. Berikut tahapan proses pembuatan many do.

BP
UU di Amerika:33 Step 4: Subcommittee Review
Step 1: Introduction The committee sends some bills to a subcommittee
Only a member of Congress (House or Senate) for further study and public hearings. Just about
can introduce the bill for consideration. The anyone can present testimony at these hearings.

ing
Representative or Senator who introduces the Government officials, industry experts, the
bill becomes its ”sponsor.” Other legislators public, anyone with an interest in the bill can
who support the bill or work on its preparation give testimony either in person or in writing.
can ask to be listed as ”co-sponsors.” Important Notice of these hearings, as well as instructions
bills usually have several co-sponsors. Four for presenting testimony is officially published in
basic types of legislation, all commonly referred
ind the Federal Register.
to as ”bills” or ”measures” are considered Step 5: Mark Up
by Congress: Bills, Simple Resolutions, Joint If the subcommittee decides to report
Resolutions, and Concurrent Resolutions. A (recommend) a bill back to the full committee
V
bill or resolution has officially been introduced for approval, they may first make changes and
when it has been assigned a number (H.R. # for amendments to it. This process is called ”Mark
hts

House Bills or S. # for Senate Bills), and printed Up.” If the subcommittee votes not to report a
in the Congressional Record by the Government bill to the full committee, the bill dies right there.
Printing Office.
Step 6: Committee Action -- Reporting a Bill
Step 2: Committee Consideration The full committee now reviews the deliberations
ec

All bills and resolutions are ”referred” to one or and recommendations of the subcommittee.
more House or Senate committees according The committee may now conduct further review,
their specific rules. Standing Rules of the US hold more public hearings, or simply vote on the
Senate, Rules of the US House of Representatives
lR

report from the subcommittee. If the bill is to go


Step 3: Committee Action forward, the full committee prepares and votes
The committee considers the bill in detail. on its final recommendations to the House or
For example, the powerful House Ways and Senate. Once a bill has successfully passed this
na

Means Committee and Senate Appropriations stage it is said to have been ”ordered reported”
Committee will consider a bill’s potential or simply ”reported.”
Jur

Robert Longley, The U.S. Legislative Process: How Bills Becomes Laws, http://usgovinfo.about.com/od/
33

uscongress/a/legprocess.htm, (diakses 25 Oktober 2013).

350 Jurnal RechtsVinding, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hlm.343-359


Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

Step 7: Publication of Committee Report Step12: Conference Committee


Once a bill has been reported (See Step 6:) a If the second chamber to consider a bill changes

HN
report about the bill is written and published. it significantly, a ”conference committee” made
The report will include the purpose of the up of members of both chambers will be formed.
bill, its impact on existing laws, budgetary The conference committee works to reconcile
considerations, and any new taxes or tax differences between the Senate and House

BP
increases that will be required by the bill. versions of the bill. If the committee cannot
The report also typically contains transcripts agree, the bill simply dies. If the committee does
from public hearings on the bill, as well as the agree on a compromise version of the bill, they
opinions of the committee for and against the prepare a report detailing the changes they
proposed bill. have proposed. Both the House and Senate must

ing
approve the report of the conference committee
Step 8: Floor Action -- Legislative Calendar
or the bill will be sent back to them for further
The bill will now be placed on the legislative
work.
calendar of the House or Senate and scheduled
(in chronological order) for ”floor action” or Step 13: Final Action – Enrollment
debate before the full membership. The House
ind Once both the House and Senate have approved
has several legislative calendars. The Speaker the bill in identical form, it becomes ”Enrolled”
of the House and House Majority Leader decide and sent to the President of the United States.
the order in which reported bills will be debated. The President may sign the bill into law. The
V
The Senate, having only 100 members and President can also take no action on the bill for
considering fewer bills, has only one legislative ten days while Congress is in session and the bill
hts

calendar. will automatically become law. If the President


is opposed to the bill, he can ”veto” it. If he takes
Step 9: Debate
no action on the bill for ten days after Congress
Debate for and against the bill proceeds before
has adjourned their second session, the bill dies.
the full House and Senate according to strict
This action is called a ”pocket veto.”
ec

rules of consideration and debate.


Step 14: Overriding the Veto
Step 10: Voting
Congress can attempt to ”override” a presidential
Once debate has ended and any amendments to
veto of a bill and force it into law, but doing so
lR

the bill have been approved, the full membership


requires a 2/3 vote by a quorum of members in
will vote for or against the bill. Methods of
both the House and Senate.
voting allow for a voice vote or a roll-call vote.
na

Step 11: Bill Referred to Other Chamber 4. Demokrasi Indonesia


Bills approved by one chamber of Congress
Demokrasi menurut asal kata (etimologie)
(House or Senate) are now sent to the other
berarti ‘rakyat berkuasa’, atau ‘pemerintahan
chamber where they will follow pretty much the
oleh rakyat’ atau ‘government or rule by the
Jur

same track of committee to debate to vote. The


people’ (kata Yunani, demos berarti rakyat,
other chamber may approve, reject, ignore, or
amend the bill.

Demokrasi Indonesia Pasca Amandemen UUD NRI Tahun 1945 Dalam Perspektif Legislasi (Rachmat Trijono) 351
Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

kratos/kratein berarti kekuasaan/berkuasa)”.34 dimaksud indirect democracy adalah suatu


Menurut Deliar Noer, demokrasi sebagai dasar demokrasi dimana pelaksanaan kedaulatan

HN
hidup bernegara memberi pengertian bahwa rakyat itu tidak dilaksanakan oleh rakyat
pada tingkat terakhir rakyat memberi ketentuan secara langsung melainkan melalui lembaga-
dalam masalah-masalah pokok mengenai lembaga perwakilan rakyat.41 Menurut Miriam
kehidupannya, termasuk dalam menilai Budiardjo bahwa sistem demokrasi yang

BP
kebijaksanaan negara, karena kebijaksanaan terdapat di negara-kota (city-state) Yunani
tersebut menentukan kebijaksanaan rakyat.35 Kuno (abad ke 6 sampai abad ke-3 sebelum
Jadi, negara demokrasi adalah negara yang Masehi), yaitu suatu bentuk pemerintahan di
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan mana hak untuk membuat keputusan politik
kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut dijalankan secara langsung oleh seluruh warga

ing
organisasi, ia berarti suatu pengorganisasian negara yang bertindak berdasarkan prosedur
negara yang dilakukan oleh rakyat karena mayoritas. Sifat langsung dari demokrasi Yunani
kedaulatan berada di tangan rakyat.36 dapat diselenggarakan secara efektif karena
Apabila ditinjau dari arti katanya, maka hal berlangsung dalam kondisi yang sederhana,
itu tidak mungkin diwujudkan, karena mustahil
ind wilayahnya terbatas (negara terdiri dari kota
orang yang berjumlah lebih banyak memerintah dan daerah sekitarnya) serta jumlah penduduk
orang yang lebih sedikit.37 Hal ini yang sedikit (300.000 penduduk dalam satu negara
dinamakan demokrasi formil atau demokrasi kota). Lagipula ketentuan-ketentuan demokrasi
menurut bentuknya.38 Disamping demokrasi hanya berlaku untuk warga negara yang resmi,
V
formil, terdapat pula demokrasi dari segi isinya yang hanya merupakan bagian kecil saja dari
atau materinya.39 penduduk. Untuk mayoritas yang terdiri dari
hts

Demokrasi juga dapat dilihat dalam budak belian dan pedagang asing, demokrasi
perspektif cara pelaksanaannya. Menurut tidak berlaku.42
Andrew Heywood, terdapat dua model sistem Dalam negara modern, demokrasi tidak lagi
atau cara demokrasi, yakni demokrasi langsung bersifat langsung, tetapi demokrasi berdasarkan
ec

(direct democracy) dan demokrasi perwakilan perwakilan (representative democratic).43


(represntative democracy atau indirect Rakyat menunjuk wakil-wakilnya yang menjadi
democracy).40 Menurut Sri Soemantri, yang kepercayaannya untuk membawakan kemauan
lR

34
Miriam Budiardjo, Op.Cit., hlm. 50. Lihat juga Andrew Heywood, Political Theory: An Introduction (England:
na

Palgrave, 1999), hlm. 221. Lihat juga Sri Soemantri, Tentang Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945
(Bandung: Alumni, 1986), hlm. 1.
35
Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakata: CV. Rajawali, 1983), hlm 207.
36
Amirmachmud, ”Demokrasi, Undang Undang dan Peran Rakyat,” PRISMA No. 8 LP3ES, (1984).
37
Sri Soemantri, Op.Cit., hlm. 1.
Jur

38
Ibid., hlm. 3.
39
Ibid.
40
Andrew Heywood, Op.Cit., hlm. 221.
41
Sri Soemantri, Op.Cit., hlm. 31.
42
Miriam Budiardjo, Op.Cit., hlm. 54.
43
Ibid., hlm. 54.

352 Jurnal RechtsVinding, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hlm.343-359


Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

rakyat di dalam pemerintahan. Dengan Setelah amandemen ketiga, lembaga


demikian wakil-wakil rakyat inilah yang akan perwakilan rakyat berkembang dengan

HN
membicarakan maslah-masalah pemerintahan dibentuknya Dewan Perwakilan Daerah.50
negara. Timbulah asas pemerintahan dengan Dengan demikian terdapat dua lembaga
sistem perwakilan.44 Suatu pemerintahan yang perwakilan rakyat, yakni Dewan Perwakilan
berdasarkan atas sistem perwakilan, yang Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah

BP
dinamakan representative government.45 (DPD). Menurut Jimly51 DPR merupakan
Dalam sistem politik yang menganut perwakilan politik (political representation) dan
faham komunis, fasis dan nazi, apabila dalam DPD merupakan perwakilan teritorial (territoril
negara yang bersangkutan terdapat lembaga atau regional representation).
perwakilan rakyatnya, maka lembagaa tersebut Dengan demikian rakyat yang berdaulat.

ing
tidak dapat berfungsi sebagaimana seharusnya. Rakyat yang berdaulat mempunyai kemauan.
Lembaga perwakilan itu hanya lembaga Dewan perwakilan rakyat dianggap merumuskan
yang melegalisasi atau membenarkan semua kemauan rakyat atau kemauan umum ini dengan
kebijakan politik yang dijalankan oleh pihak ind jalan menentukan kebijaksanaan umum (public
eksekutif, tanpa memberi kritik sedikitpun, policy) yang mengikat seluruh masyarakat.
lebih-lebih menolak.46 Undang-undang yang dibuatnya mencerminkan
Indonesia termasuk negara dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu.52
representative democratic. Hal ini ditegaskan Cabang kekuasaan legislatif adalah yang
oleh Sri Soemantri bahwa: pertama-tama mencerminkan kedaulatan
V
”berdasarkan Pasal 1 ayat (2)47 Undang rakyat. Kegiatan bernegara, pertama-tama
Undng Dasar1945,48 demokrasi yang dianut adalah untuk mengatur kehidupan bersama.
hts

oleh Undang Undang Dasar 1945 adalah


demokrasi dalam arti representative atau Oleh sebab itu kewenangan untuk menetapkan
indirect democracy, yakni demokrasi peraturan itu pertama-tama harus diberikan
dimana pelaksanaan kedaulatan rakyat kepada lembaga perwakilan rakyat atau
itu dilaksanakan melalui lembaga-
parlemen atau lembaga legislatif.53
lembaga perwakilan rakyat seperti Majelis
ec

Permusyawartan Rakyat dan Dewan Perbedaan antara demokrasi yang satu


Perwakilan Rakyat”.49 dengan demokrasi yang lain terletak pada
lR

44
Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hlm. 23.
45
Sri Soemantri, Op.Cit., hlm. 14.
46
Toto Pandoyo, Ulasan Terhadap Beberapa Ketentuan Undang Undang Dasar 1945: Sistem Politik dan Perkembangan
na

Kehidupan Dempkrasi (Yogyakarta: Liberty, 1985), hlm. 150.


47
Pasal 1 ayat (2) Undang Undang Dasar 1945 menentukan bahwa ‘Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat’. Setelah amandemen ketiga Pasal 1 ayat (2)
berubah menjadi ‘Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang­Undang Dasar’.
48
Sebelum amandemen UUD NRI 1945.
Jur

49
Sri Soemantri, Op.Cit., hlm. 14.
50
Pasal 22 C, dan 22 D UUD NRI 1945.
51
Jimly Assiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia), hlm. 40.
52
Miriam Budiardjo, Op.Cit., hlm. 173.
53
Jimly Assiddiqie, Op.Cit., hlm. 32.

Demokrasi Indonesia Pasca Amandemen UUD NRI Tahun 1945 Dalam Perspektif Legislasi (Rachmat Trijono) 353
Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

isinya (materiil) sedangkan dalam arti formil, adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
maka asasnya tidak terdapat perbedaan,54 keadilan sosial.

HN
yaitu menyelenggarakan pemeritahan oleh Demokrasi Pancasila tidaklah mungkin
rakyat. Hal ini ditegaskan oleh Joeniarto yang dilaksanakan dengan hanya satu cara saja.
mengatakan bahwa:55 Pelaksanaan Demokrasi Pancasila harus
”Walaupun pada asasnya negara-negara dihubungkan dengan prakteknya.57 Praktek

BP
yang menjalankan sistem demokrasi ini demokrasi Pancasila pasca amandemen dalam
menyelenggarakan dengan jalan perwakilan,
tetapi, cara yang dipergunakan oleh masing- perspektif pembentukan undang-undang di
masing negara ternyata banyak berbeda Indonesia, ditandai dengan beberapa indikator.
antara negara yag satu dengan negara Secara spesifik, indikator yang digunakan
lainnya, walaupun tentu saja disana sini
untuk mengkualifikasikan praktek demokrasi

ing
terdapat juga adanya kesamaan.
Pancasila adalah fungsi lembaga perwakilan
Adapun perbedaan itu dapat menunjuk
kepada cara penunjukannya daripada rakyat, yakni apakah lembaga perwakilan rakyat
wakil-wakil rakyat, dapat pula mengenai tersebut berfungi atau tidak, artinya bahwa
cara penyusunannya daripada badan semakin lembaga perwakilan rakyat tersebut
perwakilannya, cara pengambilan
keputusannya daripada badan perwakilan,
ind berfungi, maka Indonesia semakin demokratis.
hubungannya antara badan perwakilan Hal ini sesuai dengan pendapat Nomensen
dengan badan-badan lainny khususnya badan Sinamo yang menyatakan bahwa:58 semakin
yang menyelenggarakan pemerintahannya, banyak melibatkan rakyat dalam keputusan
tugas dan wewenangnya daripada badan-
politik yang berkaitan dengan kepentingan
V
badan perwakilan dan lain-lain lagi. Semua
itu menunjukkan bahwa jarang sekali rakyat adalah mencerminkan telah makin
ketatanegaraan sesuatu negara sepenuhnya membaiknya pelaksanaan demokrasi di negara
hts

akan sama dengan ketatanegaraan yang


yang bersangkutan.
lainnya, walaupun asasnya sama yaitu
akan menyelenggarakan suatu sistem Untuk meningkatkan fungsi lembaga
pemerintahan oleh rakyat (demokrasi) dengn perwakilan rakyat, yakni agar negara
jalan perwakilan.” diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
ec

Menurut Sri Soemantri,56 demokrasi kemauan rakyat, pada era pasca amandemen
Indonesia secara formil adalah Demokrasi UUD 1945 telah diundangkan Undang Undang
Pancasila. Demokrasi Pancasila adalah Nomor 10 tentang Pembentukan Peraturan
lR

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Perundang-undangan pada tahun 2004. Pada
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ tahun 2011 telah diundangkan Undang Undang
perwakilan yang mengandung semangat Nomor 12 tentang Pembentukan Peraturan
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Perundang-undangan, dan pada tahun 2012
na
Jur

54
Ibid.
55
Joeniarto, Op.Cit., hlm.25.
56
Joeniarto, Op.Cit., hlm.25.
57
Ibid.
58
Nomensen Sinamo, Hukum Tata Negara:  Suatu Kajian Kritis tentang Kelembagaan Negara (Jakarta: Permata
Aksara, 2012), hlm. 177.

354 Jurnal RechtsVinding, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hlm.343-359


Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

Mahkamah Konstitusi telah mengeluarkan ayat (1) menentukan bahwa DPR memiliki
putusan Nomor 92/PUU-X/2012. fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi

HN
Perjalanan panjang sebuah undang- pengawasan.
undang mulai dari tahapan perencanaan59 Kewenangan pembahasan Rancangan
sampai sosialisasi pada masyarakat, pada Undang-Undang oleh Dewan Perwakilan
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 Daerah (DPD), ditentukan oleh Pasal 22D

BP
(tiga) tahap, yakni tahap Pra Legislasi, tahap ayat (2) UUD 1945,yang menentukan sebagai
Legislasi, dan tahap Pasca Legislasi. Tahap pra berikut: Dewan Perwakilan Daerah ikut
legislasi meliputi tahapan perencanaan, dan membahas rancangan undang-undang
penyusunan Rancangan Undang Undang. Tahap yang berkaitan dengan otonomi daerah;
Legislasi meliputi pembahasan, pengesahan hubungan pusat dan daerah; pembentukan,

ing
atau penetapan, dan pengundangan. Tahap pemekaran, dan penggabungan daerah;
Pasca Legislasi meliputi dokumentasi, sosialisasi pengelolaan sumber daya alam dan sumber
Undang-Undang. daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
Pada tahap legislasi, kewenangan ind keuangan pusat dan daerah; serta
pembahasan Rancangan Undang-Undang memberikan pertimbangan kepada Dewan
berada pada 3 (tiga) lembaga tinggi negara, Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-
yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan undang anggaran pendapatan dan belanja
Perwakilan Daerah (DPD), dan Presiden. negara dan rancangan undang-undang yang
Kewenangan DPR untuk membahas RUU itu, berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
V
berdasarkan ketentuan Pasal 20 dan Pasal agama. Sedaangkan Kewenangan Presiden
20A UUD 1945. Pasal 20 ayat (1) menentukan untuk pembahasan Rancangan Undang-Undang
hts

bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk ditentukan oleh Undang-Undang Dasar 1945
undang-undang. Ayat (2) menentukan bahwa Pasal 20 ayat (2) sebagaimana disebutkan di
Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh atas.
DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan Pembahasan rancangan undang-undang
ec

bersama. Ayat (3) menentukan bahwa jika yang berasal dari DPR atau Presiden dilakukan
rancangan undang-undang itu tidak mendapat melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan,60 yakni:61
persetujuan bersama, rancangan itu tidak a) Tingkat I dalam rapat komisi, rapat gabungan
lR

boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR komisi, rapat Badan Legislasi, rapat Badan
masa itu. Selanjutnya, ketentuan Pasal 20A Anggaran, atau rapat panitia khusus dan b)
na

59
Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234), Pasal 1 angka
1 menentukan bahwa Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan Perundang-
Jur

undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan.
60
Pasal 148Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043).
61
Ibid., Pasal 149.

Demokrasi Indonesia Pasca Amandemen UUD NRI Tahun 1945 Dalam Perspektif Legislasi (Rachmat Trijono) 355
Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

Tingkat II dalam rapat paripurna. Sedangkan Pembicaraan Tingkat II merupakan


pembicaraan Tingkat I dilakukan dengan kegiatan pengambilan keputusan dalam rapat paripurna

HN
sebagai berikut:62 a) pengantar musyawarah; b) dengan kegiatan:67
pembahasan daftar inventarisasi masalah; dan a. penyampaian laporan yang berisi proses,
c) penyampaian pendapat mini. pendapat mini fraksi, pendapat mini DPD,
Dalam pengantar musyawarah, DPR dan hasil Pembicaraan Tingkat I;

BP
memberikan penjelasan dan Presiden b. pernyataan persetujuan atau penolakan dari
menyampaikan pandangan apabila rancangan tiap-tiap fraksi dan anggota secara lisan yang
undang-undang berasal dari DPR; DPR diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
memberikan penjelasan serta Presiden dan DPD c. pendapat akhir Presiden yang disampaikan
menyampaikan pandangan apabila rancangan oleh menteri yang mewakilinya.

ing
undang-undang yang berkaitan dengan Dalam hal persetujuan tidak dapat
kewenangan DPD berasal dari DPR; Presiden dicapai secara musyawarah untuk mufakat,
memberikan penjelasan dan fraksi memberikan pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
pandangan apabila rancangan undang-undang suara terbanyak.68 Dalam hal rancangan undang-
berasal dari Presiden; atau Presiden memberikan
ind undang tidak mendapat persetujuan bersama
penjelasan serta fraksi dan DPD menyampaikan antara DPR dan Presiden, rancangan undang-
pandangan apabila rancangan undang-undang undang tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam
yang berkaitan dengan kewenangan DPD persidangan DPR masa itu.69
berasal dari Presiden.63 Dengan demikian, menurut Jimly Assidiqie,
V
Daftar inventarisasi masalah diajukan oleh jelaslah bahwa fungsi Dewan Perwakilan Daerah
Presiden, apabila rancangan undang-undang (DPD) itu hanyalah sebagai ‘co-legislator’ di
hts

berasal dari DPR. Daftar inventarisasi masalah samping Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sifat
diajukan oleh DPR, apabila rancangan undang- tugasnya hanya menunjang (auxiliary agency)
undang berasal dari Presiden.64 Penyampaian terhadap tugas-tugas konstitusional DPR. Dalam
pendapat mini disampaikan pada akhir proses pembentukan suatu undang-undang
ec

Pembicaraan Tingkat I oleh: fraksi; DPD, apabila atau legislasi, DPD tidak mempunyai kekuasaan
rancangan undang-undang berkaitan dengan untuk memutuskan atau berperan dalam proses
kewenangan DPD; dan oleh Presiden.65 Dalam pengambilan keputusan sama sekali.70 Artinya
lR

hal DPD tidak memberikan pandangan, dan/ bahwa dalam perspektif pembentukan undang-
atau pendapat mini, Pembicaraan Tingkat I undang Pasca Amandemen, Indonesia belum
tetap dilaksanakan.66 dapat dikatakan sebagai negara demokratis
na

62
Ibid., Pasal 150 ayat (1).
63
Ibid., Pasal 150 ayat (2).
64
Ibid., Pasal 150 ayat (3).
Jur

65
Ibid., Pasal 150 ayat (4).
66
Ibid., Pasal 150 ayat (5).
67
Ibid., Pasal 151 ayat (1).
68
Ibid., Pasal 151 ayat (2).
69
Ibid., Pasal 151 ayat (3).
70
Jimly Asshiddiqie, Lembaga Perwakilan dan Permusyawaratan Rakyat Tingkat Pusat, Op.Cit.

356 Jurnal RechtsVinding, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hlm.343-359


Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

yang baik. Oleh karena praktek demokrasi sama membahas Rancangan Undang Undang
Pancasila pasca amandemen dalam perspektif dari pembahasan tingkat I sampai dengan

HN
pembentukan undang-undang di Indonesia, persetujuan atau penolakan pada rapat
lembaga DPD sebagai perwakilan rakyat belum paripurna. DPR dan DPD dalam pembahasan
berfungsi sebagaimana mestinya, yakni belum rancangan undang-undang adalah sebagai
berfungsi sebagai lembaga legislator yang sama lembaga perwakilan rakyat, bukan sebagai

BP
dengan DPR. Majelis Permusyawratan Rakyat. oleh karena
Hal ini berlandaskan pisau analisis kewenangan DPD dan DPR sebagai lembaga
bahwa semakin lembaga perwakilan rakyat perwakilan rakyat berbeda dengan kewenangan
tersebut berfungsi, maka Indonesia semakin DPR dan DPD sebagai Majelis Permusyawaratan
demokratis. Atau dengan kata lain semakin Rakyat.

ing
banyak melibatkan rakyat dalam keputusan
politik yang berkaitan dengan kepentingan E. Penutup
rakyat adalah mencerminkan telah makin 1. Kesimpulan
membaiknya pelaksanaan demokrasi di negara ind Demokrasi Indonesia pada masa pasca
yang bersangkutan.
amandemen UUD 1945 masih berkembang,
Pada tahun 2012, melalui putusan
artinya Indonesia belum dapat dikatakan
MK, fungsi DPD berkembang, yakni dalam
71
sebagai negara yang demokratis. Hal ini
pembahasan rancangan undang-undang,
mengingat bahwa Indonesia sebagai negara
kedudukan DPD di bidang legislasi setara DPR
V
demokratis yang diselenggarakan berdasarkan
dan Presiden, bahwa DPD berhak dan/atau
representative democratic, dalam perspektif
berwenang untuk membahas RUU bidang
hts

pembentukan undang-undang, seharusnya


tertentu sejak awal hingga akhir tahapan namun
dalam pembahasan rancangan undang-
DPD tidak mempunyai kewenangan untuk
undangnya melibatkan rakyat melalui
memberikan persetujuan atau pengesahan RUU
perwakilannya, terutama DPD.
menjadi undang-undang. Dengan demikian
ec

Indonesia berkembang ke arah yang lebih


2. Saran
demoratis.
Ke depan diharapkan pembahasan Ke depan diharapkan dengan amandemen
ke V (lima) UUD 1945, Indonesia akan lebih
lR

rancangan undang-undang dilakukan oleh DPR,


Presiden dan DPD. Hal ini penting mengingat demokratis, dengan lebih memperbesar fungsi
bahwa sebagai negara yang demokratis dengan DPD. Model pembahasan rancangan undang-
sistem perwakilan, lembaga perwakilan undang oleh tiga lembaga tinggi negara, yakni
na

rakyat (DPR dan DPD) harus dilibatkan dalam DPR, DPD dan Presiden, lebih cocok diterapkan
pembahasan rancangan undang-undang. di Indonesia. Hal ini disebabkan karena: i)
Ketiga lembaga tinggi negara yakni DPR, Indonesia tidak mengenal sistem veto seperti
Jur

Presiden dan DPD harus secara bersama-

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 92/PUU-X/2012.


71

Demokrasi Indonesia Pasca Amandemen UUD NRI Tahun 1945 Dalam Perspektif Legislasi (Rachmat Trijono) 357
Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

di Amerika; ii) Lebih demokratis, dan iii) Biaya Noer, Deliar. Pengantar ke Pemikiran Politik (Jakata:
pembuatan undang-undang dapat lebih ditekan. CV. Rajawali, 1983).

HN
Pandoyo, S. Toto, Ulasan Terhadap Beberapa
Ketentuan Undang Undang Dasar 1945: Sistem
DAFTAR PUSTAKA Politik dan Perkembangan Kehidupan Dempkrasi
(Yogyakarta: Liberty, 1985).
Buku
Patton, Michael Quinn, Qualitative Evaluation And
Alwi, Hasan (Pemred.), Kamus Besar Bahasa Research Methods, Second Edition (New Delhi:

BP
Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Pusat Bahasa Sage Publication, 1980).
Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Philips, O. Hood, Paul Jackson, dan Patricia Leopold,
Pustaka, 2005). Constitution and Administrative Law (London:
Asshiddiqie, Jimly, Perihal Undang-undang, (Jakarta: Sweet & Maxwell, 2001).
Konstitusi Press, 2006), hlm. 213. Sinamo, Nomensen, Hukum Tata Negara:  Suatu
Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Kajian Kritis tentang Kelembagaan Negara

ing
Negara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, (Jakarta: Permata Aksara, 2012).
2013). Strauss, Anselmus dan Juliat Corbin, Basic of
Asshiddiqie, Jimly, Pergumulan Peran Pemerintah dan Qualititive Research, Grounded Theory
Parlemen dalam Sejarah: Telaah Perbandingan Procedure and Thechnique (New Delhi: Sage
Konstitusi Berbgai Negara (Jakarta: UI Press, Publication, 1979).
1996).
Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata
ind Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, Penelitian
Hukum Normatif,Suatu Tinjauan Singkat
Negara Jilid II (Jakarta:Sekretariat Jenderal dan (Jakarta: CV. Rajawali, 1990).
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Soemantri, Sri, Tentang Lembaga-lembaga Negara
Indonesia). Menurut UUD 1945 (Bandung: Alumni, 1986).
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair, Sugono, Dendy, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta:
V
Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Kanisius, 1990). 2008).
Benn, S.I. dan Peters, Principles of Political Thought Thaib, Dhalan, Menuju Parlemen Bikameral (Studi
hts

(New York: Collier Books, 1964). Konstitusional perubahan ketiga UUD 1945,
Black, Henry Campbell. Black’s Law Dictionary dalam Abdul Ghofor Anshori dan Sobirin
(Minnesota: West Group, 1991). Malian, Membangun Hukum Indonesia,
Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor, Introduction pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Hukum
to qualitative Research Methods: A (Yogyakarta: Kreasi Total Meia, 2008).
Phenomenological Approach To The Social
ec

Science (Toronto: A Willey-Interscience


Makalah / Artikel / Prosiding / Hasil Penelitian
Publication, 1975).
Brewr, Brewr’s Politics A Phrase And Fable Dictionary Amirmachmud. Demokrasi, Undang Undang dan
(London: Nicholas Comfort, 1993). Peran Rakyat, dalam PRISMA No. 8 (Jakarta:
lR

Creswell, John W., Research Design: Qualitative LP3ES, 1984).


& Quantitative Approaches, (New Delhi: Sage
Publication, 1994). Internet
Heywood, Andrew, Political Theory: An Introduction
na

(England: Palgrave, 1999). Jimly Asshiddiqie, ”Lembaga Perwakilan dan


Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Permusyawaratan Rakyat Tingkat Pusat”, www.
Negara (Jakarta: Bina Aksara, 1984). jimly.com%2Fmakalah%2Fnamafile%2F40%2F
Kusnardi, Moh. dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Trikameralisme_DPD.doc&ei=QGahUtupLI6FrA
Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: Pusat fdmID4AQ&usg=AFQjCNFRM9KUgq0StyoqjITa
Jur

Studi HTN FH UI dan CV. Sinar Bakti, 1988). Vbj6pySjfA&sig2=uYgaWYY9nW4zY8N3Gsf1Tg,


Lewis, Patricia A., The Guide To American Law (diakses 16 Nopember 2013).
(Minnesota: West Publishing Co, 1984). Robert Longley, ”The U.S. Legislative Process: How
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif Bills Becomes Laws”, http://usgovinfo.about.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989).

358 Jurnal RechtsVinding, Vol. 2 No. 3, Desember 2013, hlm.343-359


Volume 2 Nomor 3, Desember 2013

com/od/uscongress/a/legprocess.htm, (diakses Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang


tanggal 25 Oktober 2013). Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

HN
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Peraturan dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Tahun 1945. Indonesia Nomor 5043).
Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

BP
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Putusan
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Putusan Mahkamah Konstutusi Republik Indonesia
Republik Indonesia Nomor 5234). Nomor 92/PUU-X/2012

ing
V ind
hts
ec
lR
na
Jur

Demokrasi Indonesia Pasca Amandemen UUD NRI Tahun 1945 Dalam Perspektif Legislasi (Rachmat Trijono) 359

Anda mungkin juga menyukai