Bab Iii
Bab Iii
39
Parameter atau data geoteknik utama yang diperlukan untuk perancangan
tambang bawah tanah meliputi :
b. Sifat fisik (bobot isi, berat jenis, kadar air, porositas, void ratio, batas Atterberg
kadang-kadang diperlukan untuk material tanah).
40
Dilakukan pengukuran terhadap kekar pada satu lokasi di koordinat
(474015;9120531;535) untuk mendapatkan nilai ketidak-menerusan yang
pengukurannya meliputi : spasi kekar, kondisi bidang kekar, kondisi air tanah,
orientasi kekar. Data yang diperoleh nantinya diolah untuk dijadikan acuan berapa
stand up time batuan dan rekomendasi penyanggaan yang digunakan nantinya.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 3.1. (Terlampir di Lampiran C.1)
Tabel 3.1.
Hasil Pengukuran Kekar
No Parameter Nilai
1. RQD(%) 97,8093
2. Spasi Kekar (m) 0,4435
3. Kondisi bidang kekar Length, persistence 1-3 m,
Separation <0,1 mm, Rough,
Hard Filling < 5 mm, slightly
weathering
4. Kondisi air tanah Kering
5. Orientasi kekar Arah jurus kekar searah
dengan sumbu terowongan
Gambar 3.1.
Analisis Stereografis Terowongan
41
Tabel 3.2.
Hasil Pengamatan Parameter Q-System
Tabel 3.3.
Hasil Pengujian Sifat Fisik Batugamping
KODE
NO. SAMPLE
PARAMETER
E
1 Berat conto asli (Wn), gr 343,50
2 Berat conto kering (Wo), gr 340,10
3 Berat conto jenuh (Ww), gr 346,30
4 Berat conto jenuh tergantung dalam air (Ws),gr 212,50
5 Bobot isi asli (natural density), gr/cm3 2,57
6 Bobot isi kering (dry density), gr/cm3 2,54
7 Bobot isi jenuh (saturated density), gr/cm3 2,59
42
Lanjutan Tabel 3.3.
13 Porositas, % 4,63
Tabel 3.4.
Hasil Pengujian Kuat Geser Batugamping
Sample Tegangan normal Kuat geser, kg/cm2
No. kg/cm2 Puncak Residu
1 6,93 13,87 8,32
2 8,56 15,70 9,28
3 13,17 24,46 10,35
Dari hasil pengujian kuat geser batugamping didapat kohesi sebesar 888,64 Kpa
dan sudut geser dalam (φr) sebesar 38,5478 o
(Terlampir di Lampiran C.3).
Sedangkan hasil Pengujian Kuat Tekan Uniaksial sebagai berikut :
Tabel 3.5.
Hasil Pengujian Kuat Tekan Uniaksial
Kuat tekan uniaksial 91,46 MPa
Nisbah Poisson 0,26
Modulus Elastisitas 5.520 MPa
Batas Elastisitas 76,21 MPa
43
3.3. Analisis Kemantapan Terowongan
Dalam analisis kemantapan terowongan menggunakan dua metode
yaitu Metode Empirik dan Metode Analitik.
44
Lanjutan Tabel 3.6.
Aliran/10 m
Air panjang tunnel None <10 10 − 25 25 – 125 >125
Tanah (liter/menit)
Pada Tek.Air pada
kekar kekar/Maks Teg. 0 <0,1 0,1-0,2 0,2-0,5 >0,5
5 Utama (kPa)
Bobot 15 10 7 4 0
Tabel 3.7.
Efek Orientasi Jurus & Kemiringan Kekar Dalam Terowongan
Kemiringan
Arah jurus memotong sumbu terowongan Arah jurus searah
0⁰-20⁰
Maju searah Maju melawan tidak
Sumbu terowongan memperhatikan
kemiringan kemiringan
kemiringan
45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰ 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰ 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰
Sangat Menguntung Sedang Tidak Sangat Tidak Sedang Tidak
Menguntung Kan Menguntung
Menguntung Menguntung
Kan Kan
Kan kan
Tabel 3.8.
Penyesuaian Pembobotan Untuk Orientasi Kekar
Sangat
Sangat Tidak
Orientasi Jurus & Menguntung Tidak
Menguntung Sedang Menguntung
Kemiringan : Kan Menguntung
Kan Kan kan
Terowongan 0 -2 -5 -10 -12
Pembo-
Fondasi 0 -2 -7 -15 -25
botan
Lereng 0 -2 -25 -50 -60
Tabel 3.9.
Pembobotan RMR
PARAMETER PEMBOBOTAN KETERANGAN
Kekuatan batuan utuh 7 91,46 MPa
RQD 20 97,8093 %
Spasi Kekar 10 0,4435 m
Kondisi Kekar 23 Sangat kasar, tdk menerus, tidak ada
pemisahan, dinding batu tidak lapuk.
Kondisi Air Tanah 15 Kering
Orientasi -12 Sangat Tidak Menguntungkan
Ketidakmenerusan
Jumlah 63
45
Tabel 3.10.
Kelas Massa Batuan dari Total Pembobotan
Bobot : 100-81 80-61 60-41 40-21 <21
Kelas : I II III IV V
Pemerian : Sangat Baik Baik Sedang Jelek Sangat Jelek
Dari Tabel diatas dapat ditentukan Stand-up time dengan menghubungkan roof span
dan hasil dari klasifikasi RMR. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2.
Grafik Stand-Up Time Span Terowongan Dengan Penyangga
Tabel 3.11.
Rekomendasi Penyanggan berdasarkan nilai RMR
46
3.3.2. Metoda Analitik
Adapun hasil analisis faktor keamanan lubang bukaan dari 7 parameter diatas
menggunakan pendekatan Generalisasi Mohr-Coulomb. Dengan pertimbangan
target produksi dan faktor keamanan pada rancangan pillar maka ukuran lubang
bukaan yaitu bentuk persegi dengan dimensi lebar = 5 m dan tinggi = 6 m. Hasil
analisis terowongan menggunakan skala Mohr-Coulomb dapat dilihat di Lampiran
C.5.
Gambar 3.3.
Nilai Strength Factor pada analisis Model 1
47
Gambar 3.4.
Nilai Strength Factor pada analisis Model 2
48
Tabel 3.12.
Pemilihan Metode Penambangan Klasifikasi Nicholas
49
Gambar 3.5.
Penambangan dengan metode room and pillar
50
Dengan P = total beban pillar
a = tegangan rata-rata pillar
Wo = lebar room / bukaan
Wp = lebar pillar
Lp = panjang pillar
Dimensi pillar yang akan dipakai adalah pada kuat tekan minimum
dikarenakanpillar akan menjadi aman untuk menyangga batuan itu sendiri.
Tabel 3.13.
Rekomendasi Geometri Room and Pillar dan faktor keamanan
Kedalaman H Wp Wo 𝜎v S 𝜎a
(m) (m) (m) (m) (ton/m2) (KPa) (KPa) FK
51
Gambar 3.6.
Kriteria Indeks Kekuatan Batuan (Franklin, dkk.1971)
Pada peledakan bawah tanah terdapat tahapan – tahapan yang disebut “siklus
penerowongan“, dimana siklus tersebut ialah :
1. Pemboran
2. Pemuatan
3. Peledakan
4. Pembersihan asap (ventilasi)
52
5. Scalling-grouting
6. Penyanggaan (apabila kondisi terowongan hasil memerlukan penyangga)
7. Pemuatan & dan pengangkutan
8. Persiapan pemboran selajutnya
Gambar 3.7.
Letak dan Posisi Cut Holes
Area perimeter pada dinding dan atap terowongan perlu dilakukan pres
pilting dansmooth blasting untuk menghasilkan terowongan yang sesuai dengan
standar. Supaya dimensi terowongan tetap terjaga lubang ledak pada bagian dinding
perlu dimiringkan sebesar look out (Lihat gambar 3.8.)
53
Gambar 3.8.
Cara Menghitung Look Out
D = d√n
Keterangan:
D : Diameter lubang samaran
D : Diameter lubang kosong
n : Jumlah lubang
Agar peledakan berhasil dengan baik (cleaned blast) maka jarak antar lubang
ledak dengan lubang kosong, tidak boleh lebih besar daripada 1,5 kali diameter
lubang kosong. Apabila jaraknya lebih besar hanya akan menimbulkan kerusakan
(breakage) dan apabila jaraknya terlalu dekat ada kemungkinan lubang ledak
bertemu dengan lubang besar kosong.
54
a = 1.5 Φ
a = 1.5 D
Keterangan :
D : Diameter samara
Pada peledakan bawah tanah pada umunya pola lubang ledaknya berupa
bujur sangkar. Pemuatan lubang tembak dalam bujur sangkar pertama harus sesuai
dengan round yang akan diledakkan. Apabila muatan bahan peledak (harge
concentration) sedikit, maka batuan tidak akan terbongkar. Apabila muatan bahan
peledak banyak tidak akan terjadi blow out melalui lubang kosong sehingga terjadi
pemadatan kembali batuan yang telah terpecahkan dan efisiensi kemajuan rendah.
Kebutuhan muatan bahan peledak untuk berbagai jarak C-C (pusat ke pusat) antara
lubang kosong dan lubang tembak. Geometri peledakan tambang bawah tanah
Bumicon Company seperti terlihat pada gambar 3.12, dan jumlah bahan peledak per
round dapat dilihat pada tabel 3.14.
Dengan Geometri :
A. Cut Hole
a. Bujur Sangkar 1 c. Bujur Sangkar 3
a = 0,191 m B2 = 0,57 m
W1 = 0,2369 m C-C2 = 0,86 m
Q1 = 2,82 kg W3 = 1,21 m
Q3 = 3,38 kg
W2 = 0,572 m W4 = 2,16 m
Q2 = 2,86 kg Q4 = 2,80 kg
55
B. Countour Holes
a. Floor Holes b. Wall Holes and Roof Holes
B = 0,92 m B = 0,8 m
S = 1,01 m S = 0,6 m
Qb = 1,53 kg Qb = 0,15 kg
Qc = 2,56 kg Qc = 0,71 kg
Qtotal = 4,39 kg Qtotal = 0,86 kg
C. Stoping
a. Upward amd Horizontal b. Downwards
B = 0,92 m B = 0,92 m
S = 1,01 m S = 1,012 m
Qb = 1,5 kg Qb = 1,5 kg
Qc = 1,3 kg Qc = 1,3 kg
Qtotal = 2,8 kg Qtotal = 2,8 kg
Gambar 3.12.
Geometri Peledakan Tambang Bawah Tanah
56
Tabel 3.14.
Konsumsi Bahan Peledak Per Round
Total
Bahan Peledak
(Kg)
Emulite 150: 29 x 200 mm (kg) 26,07
57