280 561 2 SP
280 561 2 SP
terhadap Modulasi Sel T CD4+ dan CD8+ pada Mencit Bunting BALB/c
ABSTRAK
Tanaman yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai obat dalam pengobatan tradisional adalah
Kedondong Laut (Polyscias obtusa) dan Tapak Liman (Elephantopus scaber. L). Tanaman ini
mengandung senyawa aktif yang dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana efek dari ekstrak ethanol daun Polyscias obtusa dan
Elephantopus scaber. L terhadap ekspresi sel T CD4+ dan CD8+ pada mencit bunting BALB/c. Hasil
menunjukkan bahwa jumlah relatif sel T CD4+ dan CD8+ tidak berbeda nyata (p> 0,05) dapat diketahui
dari peningkatan dan penurunan yang terjadi pada setiap perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Hal
ini berarti, rata-rata jumlah relatif sel T tidak berbeda secara nyata untuk perlakuan yang diberikan
pada mencit bunting BALB/c. Berdasarkan hasil output Tukey Test dan subset yang terbentuk terlihat
bahwa jumlah relatif sel T tidak berbeda nyata untuk perlakuan yang diberikan pada mencit bunting
BALB/c. Hasil juga menunjukkan jumlah relatif sel T memang berbeda secara nyata (p< 0,05) untuk
waktu pembedahan. Namun, setelah dilakukan Tukey Test subset yang terbentuk menunjukkan bahwa
jumlah relatif sel T tidak berbeda nyata (p> 0,05) terhadap waktu pembedahan. Kenaikan dan
penurunan jumlah sel T CD4+ dan CD8+, kemungkinan karena aktivitas biologis senyawa yang
terkandung dalam P. obtusa yaitu panaxidol dan stiqmasterol dalam E. scaber yang dapat bertindak
sebagai imunosupresan dan imunomodulasi. Dosis optimum ekstrak ethanol daun P. obtusa dan E. scaber
dalam peningkatan sel limfosit belum dapat ditentukan.
ABSTRACT
Plants that have the potential to be used as a drug in traditional medicine are Kedondong Laut
(Polyscias obtusa) and Tapak Liman (Elephantopus scaber. L), these plants contain active compounds that
can affect the body's defense mechanisms. This study aims to determine how the effects of the ethanol
extract of the Polyscias obtusa and Elephantopus scaber L. leaves on the expression of CD4+ and CD8+ T
cells in pregnant mice strain BALB/c. The results showed that the relative amount of CD4+ and CD8+ T
cells were not significantly different (p> 0.05) can be determined from the increase and decrease in each
treatment compared with the control. This means that, on average the relative number of T cells was not
significantly different for the treatment accorded to pregnant mice BALB/c. Based on the results of the
Tukey test output and the subset that forms seen that the relative number of T cells was not significantly
different for the treatment to be given to pregnant mice BALB/c. The results also show the relative
number of T cells was significantly different (p <0.05) for the time of surgery. However, after the Tukey
test showed that the subset that forms the relative number of T cells was not significantly different (p>
0.05) to the time of surgery. The increase and decrease in the number of CD4+ and CD8+ T cells, possibly
due to the biological activity of the compounds contained in the P. obtusa is panaxidol and E. scaber is
stiqmasterol in that can act as an immunosuppressant and immunomodulating. The optimum dose of
ethanol extract of P. obtusa and E. scaber leaves can increase lymphocyte cells could not be determined.
20,42% 15,51%
CD4+
nyata untuk perlakuan yang diberikan pada
mencit bunting BALB/c. Berdasarkan hasil
output Tukey Test dan subset yang terbentuk
terlihat bahwa jumlah relatif sel T tidak berbeda
nyata untuk perlakuan yang diberikan pada
mencit bunting BALB/c. Kemudian, terlihat
bahwa terdapat perbedaan secara nyata (p< 0,05)
untuk waktu pembedahan. Hal ini berarti rata-
rata jumlah relatif sel T memang berbeda secara
nyata untuk tiap waktu pembedahan.
Berdasarkan hasil output Tukey Test dan subset
yang terbentuk terlihat bahwa jumlah relatif sel T
tidak berbeda nyata terhadap waktu pembedahan.
Terdapat kemungkinan, senyawa yang
terkandung dalam ekstrak ethanol daun E.scaber
Gambar 3. Perubahan jumlah relatif sel T CD4 + dan P.obtusa mampu berperan sebagai
dan CD8+ terhadap perlakuan pada imunostimulan, sehingga dapat meningkatkan
proliferasi dan deferensiasi sel T naive menjadi
organ spleen. Keterangan: Kontrol =
subset sel T CD4+. Peningkatan maupun
non-bunting; Kontrol = bunting penurunan jumlah sel T CD4+ dan CD8+
infeksi; Dosis I = 50 mg/g E. scaber kemungkinan akibat dari aktifitas biologis
dan 0 mg/g P. obtusa; Dosis II = 25 senyawa panaxidol yang terkandung dalam
mg/g E. scaber dan 25 mg/g P. P.obtusa dan senyawa stiqmasterol yang
obtusa terkandung dalam E.scaber.
Senyawa tersebut mampu berperan sebagai
Hasil uji statistik (gambar 4) menunjukkan imunostimulan dan imunosupresan. Senyawa
bahwa jumlah relatif sel T CD4+ dan CD8+ tersebut mampu menjadi imunosupresan sel T
tidak berbeda nyata dengan waktu pembedahan naive CD4+ CD8+ yang menghambat proliferasi
hari ke-14 dan hari ke-18. maupun diferensiasi sel T naive menjadi subset
sel T CD8+ yang spesifik sebagai sel Tc. Sel Tc
ini berperan dalam mengeliminasi antigen yang
menginfeksi tubuh. Terjadi stimulasi proliferasi
dan deferensiasi sel T naive CD4+CD8+ menjadi
spesifik sel T CD4 + sebagai sel T efektor Th1
maupun Th2 [7,14]. Terjadinya diferensiasi sel T
CD4+ menjadi Th1 dan Th2 tergantung sitokin
yang diproduksi pada saat merespon mikroba
yang memacu reaksi imunitas [8,13].
Mikroba yang dapat memacu produksi IL-
12 secara tidak langsung, misalnya virus,
beberapa parasit memacu sel NK untuk
memproduksi IFN-gamma dan memacu
makrofag mengeluarkan IL-12. IL-12 berikatan
dengan sel T CD4+ sehingga memacu untuk
menjadi sel Th1. IL-12 juga meningkatkan
Gambar 4. Perubahan jumlah relatif sel T CD4 + produksi IFN-gamma dan aktifitas sitolitik yang
dan CD8+ terhadap waktu dilakukan oleh sel T sitotoksik dan sel NK
sehingga memacu imunitas seluler. IFN-gamma
pembedahan hari ke-14 dan hari ke- yang diproduksi Th1 akan menghambat
18 pada organ spleen proliferasi sel Th2 sehingga meningkatkan
dominasi sel Th1 [9,13,14].
Berdasarkan hasil, terlihat bahwa percobaan Kemungkinan selanjutnya senyawa yang
ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata terkandung di dalam ekstrak ethanol daun
(p> 0,05) untuk perlakuan. Hal ini berarti rata- E.scaber dan P.obtusa berperan sebagai
rata jumlah relatif sel T tidak berbeda secara imunostimulan yang mampu meningkatkan
proliferasi dan deferensiasi sel T naive menjadi optimum ekstrak ethanol daun E.scaber dan
subset sel T CD4+. Pada permulaannya, P.obtusa dalam peningkatan sel limfosit belum
progenitor sel T dalam timus tidak dapat ditentukan.
mengekspresikan CD8 dan CD4. Proses
perkembangannya juga melalui beberapa DAFTAR PUSTAKA
tahapan. Timosit yang belum matang
mengekspresikan CD8 dan CD4 dan sel ini akan [1] Saito S, Nakashima A, Shima T, Ito M.
meningkatkan kematangan sel T yaitu 2010. Th1/Th2/Th17 and regulatory T-
CD4+,CD8- atau CD4-,CD8+. Sel T yang mampu cell paradigm in pregnancy. Am J
mengenal pasti MHC ini akan dipilih untuk Reprod Immunol 73: 601-610.
proses pematangan yang dikenali sebagai seleksi [2] Spelman, K., Burns J.J., Nichols D.,
positif. MHC kelas I ini akan mengeluarkan Winters N., Ottersberg S., dan Tenborg
sinyal instruksi untuk mengarahkan diferensiasi M. 2006. Modulation of cytokine
kepada jalur CD8 [10,15]. expression by traditional medicines: A
Sel T CD8+ naif memerlukan aktivasi dan review of herbal immunomodulators.
diferensiasi lanjut untuk menjadi sel T efektor Alternative Med. Rev. 11: 128 – 146.
yang bisa melisiskan sel target yang terinfeksi [3] Pinca S, Djati, MS., Rifa’i M. 2013.
antigen dan sel-sel tumor [11,15]. Sel T CD8 + Analisis Mobilisasi Sel T CD4+ dan
mengenali antigen yang dipaparkan oleh molekul CD8+ pada Timus Ayam Pedaging Pasca
MHC I. Oleh karena, molekul MHC I dapat Infeksi Salmonella typhimurium dan
ditemukan pada sel-sel tubuh yang memiliki Pemberian Simplisia Polyscias obtusa.
nukleus, maka sel T CD8+ dengan mudah Biotropika 1 (1) : 27-32.
memonitor sel jika terjadi tanda-tanda infeksi [4] Abbas, A.K., dan Lichtman, A.H. 2005.
[10,14]. Cellular and Molecular Immunology.
Sel T CD8+ akan diaktifasi menjadi sel T Fifth Edition. W.B. Saunders Company.
efektor setelah bertemu langsung dengan antigen California.
pada APC profesional atau non-profesional dan [5] Mohan V.R., Chenthurpandy P., dan
menerima “second signal”, sehingga sitokin Kalidass C. 2010. Pharmacognostic and
seperti IL-2, IFN-gamma dan TNF-alpha yang phytochemical investigation of
dilepaskan oleh sel T helper CD4+ [12,13,14,15]. Elephantopus scaber L. Journal of
Pemberian perlakuan dosis untuk Pharmaceutical Science and Technology.
mengetahui jumlah sel T CD4 + dan CD8+ masih 2 (3), 191-197.
belum bisa ditentukan, berapa dosis optimum [6] Baratawidjaya, K.G. 2000. Imunologi
untuk meningkatkan ekspresi sel T CD4 + dan Dasar. Balai Penerbit. FK UI: Jakarta.
CD8+. Peranan sel T CD8+ sebagai sel T [7] Rifa’i M, Shi Z, Zhang SY, Lee YH,
sitotoksik, seharusnya mengalami peningkatan Shiku H, Isobe K, Suzuki H. 2008.
apabila tubuh terpapar antigen, bisa juga akibat CD8+CD12+ regulatory T cells recognize
adanya sel yang dimungkinkan sel kanker. activated T cells via conventional MHC
Berdasar hasil, dimungkinkan adanya senyawa class I-αβTCR interaction and become
aktif panaxidol dalam P.obtusa mampu IL-10 producing active regulatory cells.
menstimulasi proliferasi sel T CD4 + dan CD8+, International immunology 20 (7), 937-
namun ketika ekstrak tersebut dicampur mampu 947
menjadi imunosupresan, sehingga hasilnya tidak [8] Rifa’i M. 2010. Andrographolide
ada beda nyata resultantenya. ameliorate rheumatoid arthritis by
promoting the development of regulatory
KESIMPULAN T cells. Journal of Tropical Life Science
1 (1), pp.5-8.
Pemberian ekstrak ethanol daun E.scaber [9] Kung, C., Pingel J., Heikinheimo M.,
dan P.obtusa secara oral meningkatkan jumlah Klemola T. 2000. Mutations in The
sel T CD4+ pada Dosis I (50 mg/g E.scaber dan 0 Tyrosine phosphatase CD45 Genes in
mg/g P.obtusa) pembedahan hari ke-14 dan Child With Sever Combine
Dosis II (25 mg/g E.scaber dan 25 mg/g Immunodeficiency Disease. Nature
P.obtusa) pada pembedahan hari ke-18. Medicine. 6(3): 343-5.
Peningkatan jumlah sel T CD8 +, pada Dosis 1
(50 mg/g E.scaber dan 0 mg/g P.obtusa). Dosis
[10] Michael, H.R. 2006. Histology A Text
and Atlas 5 th Edition. Lippincott
William & Wilkins. Maryland.
[11] Rifa’i M. 2013. CD4+CD25+ Regulatory
T Cells Preventing Detrimental
Autoimmune Reactions. The Open
Autoimmunity Journal 5: 1-5.
[12] Rifa’i M, Kawamoto Y, Nakashima I,
Suzuki H. 2004. Essential roles of
CD8+CD122+ regulatory T cells in the
maintenance of T cell homeostasis. The
Journal of experimental medicine 200
(9), 1123-1134.
[13] Farsely, M., Djati, MS., Rifa'i M. 2013.
Effectivity of Polyscias obtusa Simplicia
as Immunomodulator on CaecaTonsil of
Broiler Post Infection of Salmonella
typhimurium. The Journal of
Experimental Life Science, 3(1): 20-24.
[14] Kurnianingtyas, E., Djati, MS., Rifa'i M.
2013. Aktivitas Imunomodulator
Polyscias obtusa Terhadap Sistem
Imunitas Pada Bone Marrow Broiler
Setelah Pemberian Salmonella
typhimurium. The Journal of
Experimental Life Science, 3(1): 25-30.
[15] Pradana, A. R. A., Djati, MS., Rifa'i M.
2013. Mobilization of CD4+, CD8+, and
B220+ on Broiler Chicken Spleen with
Feed Contained Polyscias obtusa Post
Infection of Salmonella typhimurium.
The Journal of Experimental Life
Science, 3(1): 7-12.