Anda di halaman 1dari 3

Manajemen Awal

Tujuan awal pengobatan adalah untuk mempertahankan jalan napas dan memberikan
resusitasi cairan yang adekuat. Pada pasien dengan gangguan hemodinamik atau pernapasan,
bantuan pernapasan seperti oksigen supplemental (jika diperlukan dapat dilakukan intubasi
endotrakeal dan ventilasi mekanis) merupakan prioritas utama.
Setelah melakukan stabilisasi pernapasan, berikan resusitasi cairan, terapi vasopressor,
identifikasi dan kontrol infeksi, pemberian antibiotik, serta drainase sumber infeksi.
Konsultasi tindakan pembedahan diperlukan pada kecurigaan kasus abdomen akut dan
infeksi necrotizing. [4,7]
Pada awal penatalaksanaan setelah stabilisasi pernapasan, sebaiknya dilakukan pemasangan
kateter vena sentral dan arterial untuk menjaga tekanan vena antara 8-12 mmHg, tekanan
darah rerata minimal 65 mmHg, dan output urine yang adekuat. [7]
Resusitasi Cairan Awal
Adanya hipovolemia, depresi miokard, dan hipoperfusi pada sepsis dapat menyebabkan
terjadinya hipotensi yang akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien sepsis.
Resusitasi cairan segera dilakukan ketika pasien dicurigai mengalami sepsis. Kristaloid
isotonik merupakan cairan yang paling sering digunakan. [4,7]
Dapat digunakan pengukuran tekanan vena sentral untuk melihat respon terapi inisial. Pada
pasien sebaiknya dilakukan fluid challenge 20 mL/kg selama maksimal 30 menit. Apabila
terdapat perbaikan, dilanjutkan dengan resusitasi cairan sebanyak 500 mL. Rerata volume
resusitasi cairan pada percobaan sepsis adalah 5 L dalam 6 jam. Respon terhadap resusitasi
cairan biasanya dapat dilihat dalam 12 jam pertama yang diukur dari tekanan darah, perfusi
jaringan, dan urine output. [7]
Terapi Vasopresor
Bantuan vasopressor direkomendasikan apabila resusitasi cairan gagal untuk mengembalikan
perfusi organ. Tekanan arteri rerata yang harus dicapai adalah >65 mmHg. Dopamine dan
norepinephrine merupakan agen vasopressor utama yang direkomendasikan dalam tata
laksana syok sepsis. Namun, epinefrin juga dapat digunakan untuk menangani hipotensi pada
syok sepsis.[7]
Terapi Antibiotik
Pemberian terapi antibiotik sejak awal dapat mempercepat perbaikan
klinis. Guidelines merekomendasikan pemberian antibiotik dalam 1 jam setelah sepsis
dicurigai. Adanya keterlambatan pemberian antibiotik dapat menurunkan
angka survival sebesar 8% setiap jamnya. Pemberian terapi empiris diberikan berdasarkan
kemungkinan sumber patogen, konteks klinis (community vs hospital acquired) dan pola
resistensi bakteri. [7]
Tabel 1. Contoh Pilihan Antibiotik Empiris untuk Sepsis

Sumber Infeksi Lini Pertama Tambahan


Infeksi kulit dan
jaringan lunak Penisilin G dan
yang dicurigai Klindamisin
monomikrobial
oleh S.pyogenes

Infeksi kulit dan


jaringan lunak
Vankomisin atau linezolid Klindamisin untuk pasien syok septik
oleh Methicillin-
resistant
S.aureus

Vankomisin atau
linezolid atau
daptomycin ditambah
Infeksi kulit dan dengan piperacillin-
Klindamisin untuk pasien syok septik yang
jaringan lunak tazobactam atau dicurigai disebabkan oleh kuman streptokokus,
yang dicurigai
carbapenem spektrum stafilokokus, atau clostridium
polimikrobial
luas atau sefalosporin
generasi ke 3 dan
4 ditambah dengan anti
mikroba anaerob

Vankomisin atau
linezolid ditambah
dengan piperacillin-
Hospital acquired tazobactam atau
Pneumonia
cefepime
atau levofloxacin atau
imipenem atau
meropenem

Vankomisin atau
Untuk syok septik yang dicurigai
linezolid ditambah
disebabkan oleh organisme resisten,
dengan piperacillin-
Ventilator gunakan obat dari kelas
associated tazobactam atau
berbeda : piperacillin-tazobactam, cefepime,
Pneumonia cefepime atau
ceftazidime, ciprofloxacin,  levofloxacin,
levofloxacin atau
imipenem, meropenem, aminoglikosida,
imipenem atau
polymyxin [13]
meropenem
Manajemen Lanjutan
Terdapat beberapa manajemen pada pasien sepsis untuk membantu memperbaiki gejala klinis
dan meningkatkan angka kesembuhan, yaitu :
Terapi Produk Darah
Pemberian packed red blood cells (PRC) direkomendasikan untuk mendapatkan hematokrit
>30% ketika saturasi oksigen vena sentral <70% setelah tekanan arteri rerata sudah stabil.
Transfusi trombosit juga dapat diberikan jika jumlah trombosit <5000/uL atau jika ada risiko
perdarahan.
Kortikosteroid
Studi mengenai penggunaan kortikosteroid pada sepsis belum ada yang dilakukan di
Indonesia. Studi yang ada menganjurkan pemberian kortikosteroid pada pasien dengan syok
sepsis yang tidak berespon terhadap terapi vasopressor dan resusitasi cairan.
Profilaksis Thrombosis Vena Dalam
Penggunaan heparin unfractionated dosis rendah atau low molecular weight heparin bisa
dipertimbangkan apabila tidak terdapat kontraindikasi.
Kontrol Gula Darah
Penggunaan insulin intravena apabila didapatkan adanya hiperglikemia reaktif.
Profilaksis Stress Ulcer
Diberikan terutama pada pasien dengan gagal multi organ atau yang menerima ventilasi
mekanik. [7]
Referensi
4. O’Brien JM, Ali NA, Aberegg SK, Abraham E. Sepsis. The American Journal of
Medicine. 2007;120:1012-1022.
7. Gauer R. Early recognition and management of sepsis in adults: the first six hours. Am
Fam Physician. 2013;889(1):44-53.

Anda mungkin juga menyukai