AKUNTANSI PERSEDIAAN
DI SUSUN OLEH :
Herlisa
Lia Meiristi
Murniwati
Moh. Syahrul
PA 2 Kelas G
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa memberikan
Rahmat dan Hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang
berjudul “ Akuntansi persediaan“ ini.
Makalah ini disusun selain sebagi pendalaman saya dalam pembelajaran Akuntansi keuangan
juga untuk memenuhi tugas matapelajaran Akuntansi keuangan yang dibimbing oleh Ibu Nip
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan dalam penyusunan makalah “ Akuntansi persediaan“ yang tidak bisa saya sebutkan
satu-persatu.
Dan yang terakhir, saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua baik
pembaca maupun penyusun. Tak lupa, kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini adalah
salah satu yang saya harapkan.
KATA PENGATAR
……………………………………………………………...................
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………......................
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
…………………………………………………………………………..............................
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
Ø Latar Belakang
Persediaan adalah segala sesuatu / sumber-sumber daya organisasi yang di simpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk physical pada
berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses,dan kemudian
barang jadi (Handoko, 1997:hal 333)
Persediaan merupakan salah satu asset yang paling mahal dibanyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh
dunia telah lama menyadari bahwa manajement persediaan yang baik itu sangatlah penting disatu
pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tiket persediaan
ditangan. Dipihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh
karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat
pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis system perencanaan dan pengendalian
persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan membeli
atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini diterapkan, langkah berikutnya adalah
meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan
untuk melayani permintaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AKUNTANSI PERSEDIAAN
1. Pengertian persediaan
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam
operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang
yang akan dijual. Dapat disimpulkan bahwa Persediaan (Inventory), merupakan aktiva
perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu
perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak
dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk
membeli bahan-bahan bangunan.
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan,
perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri
memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan-
persediaan-barang-jadi-(siap-untuk-dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan
Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan.
Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan
Rugi/Laba maupun neraca.
2. Klasifikasi persediaan
Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu jumlah aktiva berwujud
yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14)
yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva:
c. dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam proses produksi
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam
perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual
kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan
pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya klasifikasi
persediaan yang berbeda antara perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur
adalah karena fungsi dua perusahaan itu memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan
adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak
ada proses pengolahan seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas
pada pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen.
Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi produk
selesai.
a. Sistem Periodik (physical) yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara
phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi
pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk
kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan
sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun
nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran
dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris
handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka ragam namun nilainya relatif
kecil sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil
namun frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan
tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang meMudahkan
pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.
b. Sistem Permanen (Perpetual), yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus
menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun
penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai
yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan
dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu.
Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).
Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat
pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan
mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk
mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.
Dampak persediaan akhir yang dihitung terlalu rendah atau terlalu tinggi di laporan
keuangan tahun bersangkutan adalah sebagai berikut.
a. Sistem Perpectual
Dalam sistem perpetual setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam akun persediaan.
Metode penilaian persediaan digunakan pada saat terjadi transaksi penjualan, dengan
membuat Kartu Persediaan Barang secara lengkap yang memuat kuantitas, harga satuan,
jumlah harga baik untuk lajur masuk, keluar, maupun sisa. Kartu persediaan tersebut sebagai
buku pembantu untuk tiap macam barang digunakan atau yang dijual. Sehingga apabila
perusahaan memiliki 15 jenis barang, maka harus membuat Kartu Persediaan barang sebanyak
15.
2. Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal juga.
Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok dilakukan pada saat
terjadi penjualan.
CONTOH :
Perusahaan mencatat persediaan barang dagangan dengan Metode Perpetual. Berikut ini adalah
data yang diperoleh selama bulan Maret 2013 :
Tgl 3 Maret’13 : Pembelian 4.000 unit @ Rp. 800
Tgl 10 Maret’13 : Pembelian 12.000 unit @ Rp. 880
Tgl 26 Maret’13 : Penjualan 8.000 unit @ Rp. 950
Tgl 29 Maret’13 : Pembelian 4.000 unit @ Rp. 830
Diminta :
Berapa Nilai Persediaan akhir 31 Maret 2013 ?
Berapa Nilai HPP sblum bulan maret 2013 ?
Hitung Laba / Rugi Kotornya ?
JAWAB
Tg
Pembelian HP. Penjualan Persediaan
l
HP/
Mar Unit Total Unit HP/unit Total Unit HP/unit Total
unit
3 4000 800 3.200.000 4000 800 3.200.000
HP/
Mar Unit Total Unit HP/unit Total Unit HP/unit Total
unit
b. Sistem Periodik
Untuk menentukan nilai persediaan barang pada akhir periode menurut system periodik
CONTOH
Prusahaan mencatat persediaan barang dagang dengan Metode Periodik(Fisik). Berikut ini
adalah data yang diperoleh selama bulan April 2013 :
Tgl 1 April : Persediaan Awal 200 unit @ Rp. 900
Tgl 10 April : Pembelian 300 unit @ Rp. 1.000
Tgl 21 April : Pembelian 400 unit @ Rp. 1.100
Tgl 23 April : Pembelian 100 unit @ Rp. 1.200
Pada tanggal 30 April 2013 Persediaan Akhir sebanyak 300 unit
Diminta :
Berapa nilai akhir 30 april 2013 ?
Berapa Nilai HPP sblum bulan maret 2013 ?
JAWAB
Persediaan yang terjual akhir periode = 1.000 unit - 300 unit = 700 unit
® Rata-Rata Sederhana
Persediaan akhir =
300 unit X 4.200/4 = 300 X 1.050
Nilai Persediaan akhir = Rp. 315.000
Kesimpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu,
dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang
dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi
persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam
suatu perusahaan.
Saran
Setelah disusunnya makalah mengenai Persediaan diharapkan dapat menambah wawasan pembaca
khususnya dimata kuliah pengantar akuntansi. Begitu juga alangkah baiknya apabila kita mencari sumber
referensi lebih banyak dari berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan semakin
luas.