Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKUNTANSI PERSEDIAAN

Dosen Pengampu : Reza Muhammad Rizqi S.E.M.Ak

DI SUSUN OLEH :

Ade Putra Kurniawan

Herlisa

Lia Meiristi

Murniwati

Moh. Syahrul

PA 2 Kelas G

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa memberikan
Rahmat dan Hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang
berjudul “ Akuntansi persediaan“ ini.

Makalah ini disusun selain sebagi pendalaman saya dalam pembelajaran Akuntansi keuangan
juga untuk memenuhi tugas matapelajaran Akuntansi keuangan yang dibimbing oleh Ibu Nip

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan dalam penyusunan makalah “ Akuntansi persediaan“ yang tidak bisa saya sebutkan
satu-persatu.

Dan yang terakhir, saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua baik
pembaca maupun penyusun. Tak lupa, kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini adalah
salah satu yang saya harapkan.

Sumbawa,20 Febnuari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGATAR
……………………………………………………………...................
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………......................

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
…………………………………………………………………………..............................

BAB II PEMBAHASAN

A.    AKUNTANSI PERSEDIAAN


1.   Pengertian persedian
………………………………………………………………………….........................
2.   Klasifikasi persediaan
…………………………………………………………………….............................
3.   Sistem pencatatan persediaan
…………………………………………………………………..................
4.   Metode dalam penentuan nilai persediaan
……………………………………………………...........

B. DAMPAK LAPORAN KESALAHAN PERHITUNGAN TERHADAP LK


1. Kesalahan Perhitungan Persediaan Akhir Terlalu Rendah…………………………………......
2. Kesalahan Perhitungan Persediaan Akhir Terlalu Tinggi………………………………………...

C.   SISTEM PENILAIAN PERSEDIAAN


1. Menentukn HPP Dan Persediaan Akhir Dalam System Pencatatan Persediaan Perpectual dan
Periodik Dengan Menggunakan Metode Penilaian FIFO dan
AVERAGE……………….......................................................................................................

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN
……………………………………………………………………………….................................
SARAN..........................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

Ø Latar Belakang
Persediaan adalah segala sesuatu / sumber-sumber daya organisasi yang di simpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk physical pada
berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses,dan kemudian
barang jadi (Handoko, 1997:hal 333)
Persediaan merupakan salah satu asset yang paling mahal dibanyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh
dunia telah lama menyadari bahwa manajement persediaan yang baik itu sangatlah penting disatu
pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tiket persediaan
ditangan. Dipihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh
karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat
pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis system perencanaan dan pengendalian
persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan membeli
atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini diterapkan, langkah berikutnya adalah
meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan
untuk melayani permintaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI PERSEDIAAN
1. Pengertian persediaan
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam
operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang
yang akan dijual. Dapat disimpulkan bahwa Persediaan (Inventory), merupakan aktiva
perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu
perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak
dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk
membeli bahan-bahan bangunan.
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan,
perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri
memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan-
persediaan-barang-jadi-(siap-untuk-dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan
Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan.
Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan
Rugi/Laba maupun neraca.
2. Klasifikasi persediaan

Klasifikasi persediaan dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :


a)     Menurut PSAK no.14 (2007)

Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu jumlah aktiva berwujud
yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14)
yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva:

a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.


b. dalam proses produksi dan atau perjalanan atau

c. dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam proses produksi

b)     Menurut jenis perusahaan

Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam
perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual
kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan
pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya klasifikasi
persediaan yang berbeda antara perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur
adalah karena fungsi dua perusahaan itu memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan
adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak
ada proses pengolahan seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas
pada pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen.
Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi produk
selesai.

3. Sistem pencatatan persediaan


Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan menetapkan biaya persediaan
selama satu periode, sistem persediaan yang digunakan adalah:

a.    Sistem Periodik (physical) yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara
phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi
pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk
kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan
sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun
nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran
dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris
handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka ragam namun nilainya relatif
kecil sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil
namun frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan
tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang meMudahkan
pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.
b.    Sistem Permanen (Perpetual), yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus
menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun
penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai
yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan
dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu.
Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).

Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat
pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan
mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk
mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.

4.    Metode dalam penentuan nilai persediaan


Metode yang dapat kita pergunakan. Yaitu : Metode FIFO, Metode LIFO, Metode rata-
rata, Metode identifikasi khusus.
1. Metode FIFO ( First In First Out )
Dalam metode ini, barang yang pertama kali masuk dianggap dijual terlebih dahulu. Jadi
harga barang yang masih tersisa di persediaan kita adalah barang-barang yang terakhir
dibeli oleh kita.
2. Metode LIFO ( Last In First Out )
Metode ini merupakan kebalikan dari metode yang pertama disebutkan diatas. Jadi
barang yang pertama kali dijual justu adalah barang yang terakhir kali dibeli. Dan barang
yang masih ada di persediaan kita adalah barang-barang yang pertama kali kita beli.
3. Metode rata-rata ( Average Method )
Nilai persediaan barang yang ada di unit usaha kita dihitung berdasarkan harga rata-rata
pembelian. Dalam metode ini terdapat dua cara penghitungan yang berbeda.
a.Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata ditentukan dari rata-rata harga beli barang
secara global.
b.Rata-rata tertimbang, niali rata-rata per unit.

4. Metode idetifikasi khusus.


Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing jenis barang yang
ada. Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah jelas darimana asal-usulnya serta harga
yang diperoleh ketika pembelian barang tersebut.

B. Dampak Kesalahan Perhitungan Terhadap Laporan Keuangan


Bila terjadi kesalahan persediaan akhir dihitung terlalu rendah, akan berdampak dalam
laporan posisi keuangan (neraca) yaitu jumlah persediaan, aset lancar, total aset, saldo laba akan
menjadi dinyatakan terlalu rendah, dan modal kerja bersih serta saldo lancar akan menjadi lebih
rendah pula dari seharusnya. Dalam laporan laba-rugi hasil perhitungan harga pokok penjualan,
laba kotor, dan laba bersih bisnis menjadi dinyatakan terlalu tinggi.

Dampak persediaan akhir yang dihitung terlalu rendah atau terlalu tinggi di laporan
keuangan tahun bersangkutan adalah sebagai berikut.

Kesalahan Perhitungan Persediaan Akhir Terlalu Rendah


Laporan Posisi Keuangan ( Neraca ) Laporan Laba Rugi
Persediaan Akhir Kerendahan Harga Pokok Penjualan Ketinggian
Aset lancer Kerendahan Laba Kotor Ketinggian
Total Aset Kerendahan Laba Bersih Usaha Ketinggian
Saldo Laba Kerendahan Presentase Laba Ketinggian
Modal Kerja bersih Kerendahan
Rasio Lancar Kerendahan

Kesalahan Perhitungan Persediaan Akhir Terlalu Tinggi


Laporan Posisi Keuangan ( Neraca ) Laporan Laba Rugi
Persediaan Akhir Ketinggian Harga Pokok Penjualan Kerendahan
Aset lancer Ketinggian Laba Kotor Kerendahan
Total Aset Ketinggian Laba Bersih Usaha Kerendahan
Saldo Laba Ketinggian Presentase Laba Kerendahan
Modal Kerja bersih Ketinggian
Rasio Lancar Ketinggian
Karena persediaan awal suatu periode akan terbawa menjadi persediaan akhir pada
periode berikutnya, maka kesalahan perhitungan persediaan akhir juga akan berdampak pada
periode berikutnya.
Dari ilustrasi tersebut di atas dapat terlihat bahwa kesalahan yang terjadi pada
perhitungan saldo akhir suatu periode akan membawa dampak atas perhitungan laba rugi periode
berikutmnya, tapi akhirnya saldo laba di laporan posisi keuangan (neraca) akan terkoreksi
dengan sendirinya, sehingga menjadi benar.

C. Menentukn HPP Dan Persediaan Akhir Dalam System Pencatatan


Persediaan Perpectual Dan Periodik Dengan Menggunakan
Metode Penilaian FIFO dan AVERAGE

a. Sistem Perpectual
Dalam sistem perpetual setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam akun persediaan.
Metode penilaian persediaan digunakan pada saat terjadi transaksi penjualan, dengan
membuat Kartu Persediaan Barang secara lengkap yang memuat kuantitas, harga satuan,
jumlah harga baik untuk lajur masuk, keluar, maupun sisa. Kartu persediaan tersebut sebagai
buku pembantu untuk tiap macam barang digunakan atau yang dijual. Sehingga apabila
perusahaan memiliki 15 jenis barang, maka harus membuat Kartu Persediaan barang sebanyak
15.

Metode penilaian persediaan dalam pencatatan secara perpetual sebagai berikut :

1. Metode RataRata bergerak ( Moving Average )


      Dalam metode ini, harga beli ratarata dihitung setiap terjadi transaksi pembelian. Harga
pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga ratarata pada saat terjadi transaksi
penjualan.

2. Metode FIFO
       Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal juga.
Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok dilakukan pada saat
terjadi penjualan.

CONTOH :

 Menggunakan Sistem Perpetual

Perusahaan mencatat persediaan barang dagangan dengan Metode Perpetual. Berikut ini adalah
data yang diperoleh selama bulan Maret 2013 :
Tgl 3 Maret’13       : Pembelian          4.000 unit       @ Rp. 800
Tgl 10 Maret’13     : Pembelian        12.000 unit        @ Rp. 880
Tgl 26 Maret’13     : Penjualan            8.000 unit       @ Rp. 950
Tgl 29 Maret’13     : Pembelian          4.000 unit        @ Rp. 830
Diminta :
Berapa Nilai Persediaan akhir 31 Maret 2013 ?
Berapa Nilai HPP sblum bulan maret 2013 ?
Hitung Laba / Rugi Kotornya ?

JAWAB

1.)      Metode FIFO Perpetual

KARTU PERSEDIAAN BARANG

Tg
Pembelian HP. Penjualan Persediaan
l
HP/ 
Mar Unit Total Unit HP/unit Total Unit HP/unit Total
unit
3 4000 800 3.200.000 4000 800 3.200.000

10 12.000 880 10.560.000 4000 800 3.200.000

12.000 880 10.560.000


26 4000 800 3.200.000
4000 880 3.520.000 8000 880 7.040.000
29 4000 830 3.320.000 8000 880 7.040.000
4000 830 3.320.000

·         Persediaan Akhir  = Rp. 7.040.000 + Rp. 3.320.000


                                                    = Rp. 10.360.000

·         HPP = Rp. 3.200.000 + Rp. 3.520.000


= Rp. 6.720.000

·         Laba/ Rugi Kotor :


Penjualan ( 8.000 X 950)       =   Rp. 7.600.000
HPP                                           = (Rp. 6.720.000)
          Laba kotor                    =  Rp.  8.800.000

2.)      Metode Rata-Rata Bergerak

KARTU PERSEDIAAN BARANG

Tgl Pembelian HP. Penjualan Persediaan

HP/ 
Mar Unit Total Unit HP/unit Total Unit HP/unit Total
unit

3 4000 800 3.200.000 4000 800 3.200.000

10 12.000 880 10.560.000 12.000 880 10.560.000

16.000 860 13.760.000

26 8000 860 6.880.000 8000 860 6.880.000

29 4000 3.320.000 4000 830 3.320.000


830

12.000 850 10.200.000


·         Persediaan Akhir  = Rp. 10.200.000

·         HPP                                         = Rp.     6.880.000


·         Laba/ Rugi Kotor :
Penjualan ( 8.000 X 950)       =   Rp. 7.600.000
HPP                                        = (Rp. 6.880.000)
          Laba kotor                  =  Rp.  720.000

b. Sistem Periodik
Untuk menentukan nilai persediaan barang pada akhir periode menurut system periodik

adalah sebagai berikut :

        Metode MPKP ( FIFO )


Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga
nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan.
Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli
lebih dahulu, sesuai dengan jumlah pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir
barang didasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya. 

        Metode Tanda Pengenal Khusus


Dalam metode tanda pengenal khusus ( specific identification ) setiap barang yang dibeli atau
yang masuk diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan harga per satuan sesuai faktur
yang diterima. Pada metode ini sudah jelas harga per satuannya Dengan demikian untuk
mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode tinggal mengalikan jumlah barang
yang masih ada dengan harga yang tercantum dalam etiket barang tersebut.
        Metode RataRata
a. Metode RataRata Sederhana
 Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli per
satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan frekwensi pembelian dan
persediaan awal periode.
b. Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang
yang tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah pembelian dengan
kuantitas barang tersebut.

CONTOH

 Menggunakan Sistem Periodik

Prusahaan mencatat persediaan barang dagang dengan Metode Periodik(Fisik). Berikut ini
adalah data yang diperoleh selama bulan April 2013 :
Tgl 1 April       : Persediaan Awal     200 unit               @ Rp.    900
Tgl 10 April    : Pembelian                  300 unit               @ Rp. 1.000
Tgl 21 April    : Pembelian                  400 unit               @ Rp. 1.100
Tgl 23 April    : Pembelian                  100 unit               @ Rp. 1.200
Pada tanggal 30 April 2013 Persediaan Akhir sebanyak 300 unit
Diminta :
Berapa nilai akhir 30 april 2013 ?
Berapa Nilai HPP sblum bulan maret 2013 ?

JAWAB

1 April     : Persdn Awal      200 unit           @ Rp.    900       = Rp. 180.000


10 April  : Pembelian          300 unit           @ Rp. 1.000       = Rp. 300.000
21 April  : Pembelian          400 unit           @ Rp. 1.100       = Rp. 440.000
23 April  : Pembelian          100 unit           @ Rp. 1.200       = Rp. 120.000
                   Total                      1.000 unit    @ Rp. 4.200    = Rp.1.040.000 

Persediaan yang terjual akhir periode = 1.000 unit  -  300 unit  = 700 unit

1.)      Metode FIFO Periodik


Persediaan akhir :
300 unit 200 unit  @ Rp. 1.100   =    Rp. 220.000
100 unit   @ Rp. 1.200  =    Rp. 120.000
Nilai persediaan akhir      Rp. 340.00

HPP         = BTUD  - Persediaan Akhir


                = Rp. 1.040.000  -  Rp. 340.000
                = Rp. 700.000          
                         
2.)      Metode Average Periodik
®  Rata-Rata Tertimbang
Persediaan akhir =
    = 300  X Rp. 1.040.000/1.000
                                        = 300  X  1.040
Nilai  Persediaan akhir   = Rp. 312.000

HPP     = BTUD  - Persediaan Akhir


                       = Rp. 1.040.000  -  Rp. 312.000
                       = Rp. 728.000

®  Rata-Rata Sederhana
Persediaan akhir =
300 unit  X 4.200/4      = 300  X  1.050
Nilai  Persediaan akhir        = Rp. 315.000

HPP     = BTUD  - Persediaan Akhir


             = Rp. 1.040.000  -  Rp. 315.000
             = Rp. 725.000
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu,
dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang
dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi
persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam
suatu perusahaan.

Saran
Setelah disusunnya makalah mengenai Persediaan diharapkan dapat menambah wawasan pembaca
khususnya dimata kuliah pengantar akuntansi. Begitu juga alangkah baiknya apabila kita mencari sumber
referensi lebih banyak dari berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan semakin
luas.

Anda mungkin juga menyukai