Anda di halaman 1dari 34

TUGAS THERMODINAMIKA

“PROPERTI ZAT MURNI DAN KARAKTERISTIK GAS IDEAL “

DISUSUN OLEH :

NAMA : BAYU AJI


CRISTIAN KEVIN
DENI WAHYUDI
DERI SAPUTRA
DIKA SEPTAYAMA PUTRA
KELAS : 3 TMM B
PRODI : D4 TEKNIK MESIN DAN MANUFAKTUR
SEMESTER : 5 ( Ganjil )
INSTURKTUR : Robert Napitupulu, S.S.T, M.T

POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG


2019/2020
Industri Air Kantung Sungailiat, 33211,Bangka
Telp: (0717) 93586 / 95252 Ext.6225; Fax, (0717) 93585
Email: polman@polman-babel.ac.id
http: //www.polman-babel.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah S.W.T. karena dengan rahmat dan

hidayahnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas matakuliah thermodinamika ini

berdasarkan apa yang telah penulis cari dalam referensi Cengel, Yunus A.; Boles, Michael

A. 1994 ,Thermodynamics: An Engineering Approach.

Tugas ini disusun oleh kami dengan tujuan untuk menjelaskan tentang pengetahuan

dasar property zat murni dan karakteristik gas ideal berupa materi zat murni , diagram fase ,

table property , gas ideal , persamaan keadaan gas yang penulis kerjakan selama 4 hari

secara daring dengan rekan satu kelompok dan dibimbing oleh instruktur penulis.

Tugas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya.penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat

kekurangan, baik itu dari segi materi, maupun dalam penyampaian materi. Oleh sebab itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun guna

untuk memperbaiki ke depan.

Demikianlah semoga laporan ini bisa bermanfaat dan berguna sebagaimana yang

diharapkan dan semoga Allah S.W.T. meridhoinya. Aamiin.

Sungailiat,28 Setember 2021


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Batasan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
DASAR TEORI.......................................................................................................3
2.1. Zat Murni.......................................................................................................3
2.2. Diagram Fase.................................................................................................3
2.3. Tabel Properti................................................................................................8
2.4. Gas Ideal......................................................................................................12
2.5. Persamaan Keadaan Gas.............................................................................14
BAB III..................................................................................................................25
PEMBAHASAN....................................................................................................25
2.1. Contoh Soal Zat Murni................................................................................25
2.2. Contoh Soal Diagram Fase..........................................................................26
2.3. Contoh Soal Tabel Properti.........................................................................26
2.4. Contoh Soal Gas Ideal.................................................................................26
2.5. Contoh Soal Persamaan Keadaan Gas.........................................................29
BAB IV..................................................................................................................31
PENUTUP..............................................................................................................31
3.1 Kesimpulan...................................................................................................31
3.2 Saran.............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas

tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa

energi didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan

kerja, yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang

elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain. Energi dapat berubah dari

satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa tehnologi. Selain

itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau

dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk

lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip

konservasi atau kekekalan energi.

Prinsip termodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam

kehidupan sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energi gelombang elektromagnetik

dari matahari, dan dibumi energi tersebut berubah menjadi energi panas, energi

angin, gelombang laut, proses pertumbuhan berbagai tumbuh- tumbuhan dan banyak

proses alam lainnya. Proses didalam diri manusia juga merupakan proses konversi

energi yang kompleks, dari input energi kimia dalam maka nan menjadi energi gerak

berupa segala kegiatan fisik manusia, dan energi yang sangat bernilai yaitu energi

pikiran kita.
1.2. Batasan Masalah

Buku referensi yang kita pakai adalah Cengel, Yunus A.; Boles, Michael A.

Penerbit: McGraw-Hill Tahun terbit: 1994 Jenis: Books. Buku Thermodynamics An

Engineering Approach

1.3. Tujuan

Seteleh selesai mempelajari dan melaksanakan tugas thermodinamika tentang

Properti Zat Murni Dan Karakteristik Gas Ideal di harapkan para mahasiswa tidak

hanya memenuhi salah satu tugas mata kuliah tetapi juga dapat memahami dan

memanfaatkan tujuan seperti:

 Mengetahui apa sih itu ZAT MURNI

 Mengetahui jenis-jenis dari karakteristik gas ideal itu sendiri dan juga tentang

persamaan keadaan gas

 Mengetahui prinsip dasar dari Gas Ideal

 Mengetahui apa saja yang perlu diteliti dan dianalisis dari diagram fase yang ada

 Menetahui bagaimana cara mempraktikan perlakuan dari persamaan keadaan gas

 Menetahui bagaimana cara membaca diagram fase dan table property


BAB II
DASAR TEORI

2.1. ZAT MURNI


Zat murni adalah zat yang mempunyai komposisi kimia yang tetap pada semua
bagiannya. Contoh zat murni misalnya, air, nitrogen, helium, CO2, udara dan lain-lain.
persyaratan sebagian zat murni tidak perlu hanya satu jenis saja, tetapi dapat berupa
campuran zat asal campurannya homogin pada seluruh bagiannya.
Zat murni dapat terwujud dalam fasa padat, fasa cair, atau fasa gas. Fasa padat
mempunyai struktur molekul dengan jarak antar molekul paling kecil dan gaya ikat antar
molekul paling besar, fasa cair mempunyai gaya ikat yang lebih kecil dan fasa gas gaya
ikat antar molekul paling kecil. Posisi molekul pada fasa padat relatif tetap, padafasa cair
molekul bergerak secara oscial, pada fasa gas molekul- molekul bergerak bebas tidak
beraturan dan saling bertabrakan satu sama lainnya.

2.2. DIAGRAM FASE


Diagram T-v Pada Proses Perubahan Fasa Air
Pada system piston silinder terjadi jika tekanan air pada sistem tersebut kita naikkan, maka
proses perubahan air dari keadaan compressed liquid (cair terkompresi) menjadi superheated
vapor (uap terpanaskan)  akan mirip dengan proses yang terjadi pada tekanan 1 atm, dimana
alur prosesnya mirip dengan proses tersebut, namun dia akan memiliki perbedaan pada
panjang ruas pada ruas campuran  saturated liquid – vapornya.

Semakin tinggi tekanan kita berikan, maka semakin pendek ruas campuran saturated liquid –
vapor nya, sebaliknya, semakin rendah tekanan kita berikan, maka semakin panjang
campuran saturated liquid – vapor nya sebagaimana gambar berikut:
Diagram T-v pada proses perubahan fasa air.

Terlihat, pada tekanan dibawah 1 atm, ruas mixture lebih panjang, sementara pada tekanan
diatasnya, ruas tersebut semakin pendek dan akhirnya berbentuk satu titik saja yang disebut
ctitical point

Bila tekanan sistem tersebut kita naikkan lagi , maka ruas campuran akan terus memendek
hingga akhirnya pada tekanan tertentu, ruas campuran ini hanya akan berbentuk titik saja. Titik
ini disebut dengan titik kritis ( critical point).  Definisi yang tepat untuk menggambarkan titik
kritis ini adalah suatu titik dimana keadaan dari saturated liquid dan saturated vapor adalah sama
.
Pada titik kritis, properti dari suatu zat disebut dengan properti kritis, yakni suhu kritis [critical
temperature (Tcr)], tekanan kritis [critical pressure (Pcr)] dan volume jenis kritis [critical
specific volume (vcr)].

Sebagai contoh adalah

Air               Pcr = 22.09 MPa


Tcr  = 374.148°C = 647.298 K
vcr = 0.003155 m3/kg
Udara          Pcr = 3.77 MPa
Tcr  = 132.5°C = 405.65 K
vcr = 0.0883 m3/kg
Bila tekanan yang diberikan diatas tekanan kritis, maka pada satu titik tertentu akan terjadi
proses perubahan mutlak dari fasa cair menjadi fasa uap.

Dari gambar di atas, bila semua titik saturated liquid di hubungkan, maka kita akan dapatkan
garis  saturated liquid. Demikian pula halnya bila semua titik saturated vapor kita hubungkan,
akan diperoleh garis saturated vapor. Kedua garis ini akan bertemu dititik kritis (critical point)
sebagaimana gambar berikut:

Diagram T-v beserta garis saturasi

Diagram P-v Pada Proses Perubahan Fasa Air

Sekarang kita akan melihat hubungan antara perubahan tekanan terhadap spesific volume dari air
pada proses perubahan fasa air.

Pada sistem piston silinder berikut, pada mulanya akibat beban yang berada diatas piston
menyebabkan terjadinya tekanan pada air sebesar 1 Mpa. Misalkan suhu air didalam silinder
adalah 150 °C. Pada tekanan 1 Mpa, air dengan suhu 150°C tersebut berada pada
keadaan  compressed liquid (cair terkompresi).
Memvariasi tekanan air pada sistem piston-silinder. Tekanan dikurangi dengan cara mengurangi
beban di atas piston

Dengan mengurangi beban diaatas piston satu persatu, maka tekanan air dalam silinder akan
berkurang.  Pada sistem ini, air dapat membuang kalor ke selilingnya sehingga suhu air berada
dalam keadaan konstan (proses isothermal).

Ketika tekanan dikurangi, maka volume air akan bertambah, dengan demikian spesific volume
nya juga bertambah.

Bila tekanan terus dikurangi hingga menjadi 0,4758 Mpa, air pada suhu 150°C tersebut mulai
mendidih. Ini merupakan titik saturated liquid untuk tekanan dan suhu tersebut.

Dengan menahan tekanan di posisi 0,4758 Mpa air akan terus menguap yang diikuti dengan
peningkatan nilai v (spesific volume) hingga akhirnya seluruh air akan berubah menjadi uap yang
mana ini merupakan titik saturated vapor untuk tekanan dan suhu tersebut.

Setelah semuanya menjadi uap, dengan mengurangi tekanan hanya akan menyebabkan
terjadinya peningkatan dari spesific volume.

Proses ini digambarkan pada garis T1 = constan pada gambar berikut


Diagram P-v pada proses perubahan fasa air
Jika proses yang sama diulangi untuk suhu yang lebih tinggi, maka garis yang sama akan
diperoleh dengan garis T1=costant, namun ruas pada campuran saturated liquid – vapor akan
menjadi lebih pendek (lihat garis T2 = constant di atas).

Bila suhu dinaikkan lagi, dan proses yang sama diulang, akan tercapai suatu kondisi dimana ruas
campuran  saturated liquid – vapor hanya berbentuk titik yang kita kenal dengan nama titik kritis.
Dengan menghubungkan titik-titik saturated liquid, akan diperoleh garis saturated liquid.

Sementara dengan menghubungkan titik-titik saturated vapor akan diperoleh garis saturated


vapor. Kedua garis ini bertemu di titik kritis (critical point).

Fasa padat dan Triple Point

Diagram yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya hanya memperlihatkan proses
perubahan fasa dari cair menjadi uap. Diagram tersebut dapat dikembangkan lagi untuk
memasukkan fasa beku (padat) kedalamnya.

Bila keadaan padat (beku)dimasukkan, maka terdapat dua fenomena yang terjadi pada zat murni.

Pada kebanyakan logam, ketika ia membeku, maka volumenya akan menyusut, sehingga nilai
spesific volume fasa padatnya  lebih kecil dari pada fasa cairnya, atau dengan kata lain, massa
jenis fasa padatnya lebih besar dari pada fasa cairnya.
Pada air, ketika ia membeku, maka volumenya akan memuai, sehingga nilai spesific volume  fasa
padatnya lebih besar dari pada fasa cairnya, atau dengan kata lain massa jenis es lebih rendah
dari pada massa jenis air. Ini merupakan keistimewaan pada air. Anda bisa membayangkan apa
yang terjadi bila massa jenis es lebih tinggi dari massa jenis air.

Es akan tenggelam dalam air, dan es yang berada di kutub akan tenggelam kedasar laut yang
berlangsung secara terus menerus hingga seluruh bagian air di kutub akan membeku hingga
kedasarnya !!!.

Sebagai ilustrasi dari dua fenomena ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Diagram P-v dengan menyertakan fasa padat (beku)


Pada gambar di atas, terlihat ada garis yang disebut dengan garis triple line. Pada kondisi ini,
zat murni akan berada pada 3 fasa yang setimbang, yakni fasa beku (padat), fasa cair dan fasa
uap. Pada posisi di triple line,walaupun spesific volumenya berbeda,  suatu zat akan memiliki
tekanan dan suhu yang sama.

Oleh sebab itulah, bila ditinjau dari diagram P-T nya, keadaan di triple line hanya akan berbentuk
sebuah titik yang di sebut dengan triple point.

Untuk air, nilai tekanan dan suhu di triple point adalah 0,6113 kPa dan 0,01 C. Dengan kata lain,
ketiga fasa air hanya akan ada pada tekanan dan suhu tepat diangka tersebut

Diagram P-T Pada Proses Perubahan Fasa Air

Diagram P-T untuk zat murni secara umum dapat dilihat dalam gambar berikut ini. Diagram ini
sering juga disebut dengan diagram fasa zat karena menunjukkan ketiga jenis fasa zat yang
dipisahkan oleh garis.
Diagram P-T zat murni
Garis Sublimation line (garis sublim) memisahkan daerah uap (vapor) dengan daerah beku
(solid).
Garis vaporization line (garis penguapan) memisahkan daerah  cair dari daerah uap.
Garis  melting line (garis leleh) memisahkan daerah beku dari daerah cair.

Pada gambar diatas, terlihat dua lokasi untuk garis melting line yang dibedakan dengan jenis
garis. Garis putus-putus melting line merupakan garis melting line untuk zat yang memuai saat
beku, sementara untuk zat yang menyusut saat beku garis melting line nya berupa garis biasa.
Dari gambar disamping terlihat bahwa kondisi liquid (cair) hanya dapat terjadi pada tekanan
diatas tekanan triple point.

Untuk zat yang menyusut saat beku, kondisi liquid ini juga harus memenuhi syarat, bahwa
suhunya haruslah berada diatas suhu triple point. Bila suhunya dibawah suhu triple point, maka
zat tersebut sudah dapat dipastikan berada dalam keadaan beku.

Untuk zat yang memuai saat beku seperti air, kondisi liquid dapat terjadi pada suhu dibawah suhu
triple point apabila tekanannya jauh lebih tinggi dari tekanan triple point. Sebagai contoh, air
akan berada dalam bentuk es pada tekanan 1 atm dan suhu dibawah 0 °C. Tetapi, bila
tekanannya jauh lebih tinggi dari 1 atm (0,1 Mpa) katakanlah misalnya pada tekanan 200 MPa,
maka pada suhu -20 °C air tidak berada dalam bentuk es, melainkan dalam bentuk cair.

Proses perubahan wujud zat dari beku ke uap


Gambar berikut lebih memperjelas bidang cair dari 2 jenis zat, yakni:

 Bidang a – b – d merupakan bidang cair dari zat yang memuai saat beku. Artinya, semua
kombinasi Tekanan dan Suhu dari zat yang berada di bidang ini berada pada keadaan
cair.
 Bidang c – b – d merupakan bidang cair dari zat yang menyusut saat beku.

Proses perubahan wujud zat dari beku menjadi uap dapat terjadi melalui dua mekanisme. Pada
proses yang ditandai dengan panah merah disamping, merupakan proses yang lazim dan telah
dibicarakan dalam bahasan kita sebelum ini, yakni zat dari keadaan beku berubah menjadi cair
kemudian berubah menjadi uap.

Sementara pada proses yang ditandai dengan panah biru, perubahan dari bentuk beku (padat)
menjadi uap terjadi tanpa melalui proses pelelehan (mencair). Bila anda mau membayangkannya,
bayangkanlah batu es yang berubah menjadi uap air tanpa mencair terlebih dahulu.Proses ini
disebut dengan menyublim. Dan dapat terjadi pada tekanan dan suhu dibawah tekanan dan
suhu triple point.

2.3. TABEL PROPERTY


A. Tabel Properti Termodinamika Untuk Uap (Steam Table)

Hubungan antar properti termodinamis kadang kala terlalu rumit untuk dinyatakan
dalam bentuk persamaan yang dihitung secara manual. Oleh sebab itu, pada masa lalu,
orang menggunakan tabel untuk menyajikan hubungan antar properti tersebut. Tabel
ini dikenal dengan sebutan Steam Table.
Properti-properti yang disajikan dalam tabel menggunakan simbol-simbol sebagai
berikut
 T = Suhu
 Tsat = Suhu jenuh (Saturation Temperature)
 P = Tekanan
 Psat = Tekanan Jenuh (Saturation Pressure)
 vf =  Spesific Volume dari cairan jenuh (saturated liquid)
 vg = Spesific Volume dari uap jenuh (saturated vapor)
 vfg = selisih vg dengan vf (dimana vfg = vg – vf)
 uf =  Energi Internal dari cairan jenuh (saturated liquid)
 ug = Energi internal dari uap jenuh (saturated vapor)
 ufg = selisih ug dengan uf  (dimana ufg = ug – uf)
 hf = Enthalpi dari cairan jenuh (saturated liquid)
 hg = Enthalpi dari uap jenuh (saturated vapor)
 hfg = selisih hg dengan hf (hfg = hg – hf), properti ini disebut juga dengan Enthalpi
Penguapan (Evaporation Enthalpy) atau juga kalor laten
 sf = Entropy dari cairan jenuh (saturated liquid)
 sg = Entropy dari uap jenuh (saturated vapor)
 sfg = selisih sg dengan sf (dimana sfg = sg – sf)

Tabel properti ini biasanya disajikan dalam 2 bagian yakni :


1. Diurutkan berdasarkan suhu uap (T) yang diketahui, diperoleh nilai Tekanan
Jenuh (Psat) dan properti lainnya
2. Diurutkan berdasarkan Tekanan Uap (P) yang diketahui, diperoleh nilai Suhu
jenuh (Tsat) dan properti lainnya

(Tekanan dalam satuan Bar, dimana 1 Bar = 100 kPa = 0,1 MPa)

Pada tabel yang terdapat di buku-buku referensi, pada umumnya data disusun dengan
inkremental tetap, contohnya bila diurutkan berdasarkan suhu, data yang disajikan adalah
data dengan tingkat inkremental 5 . Di tabel anda bisa menemukan data untuk suhu 5 atau 10
atau 15 °C, namun anda tidak dapat menemukan data untuk suhu misalnya 7 °C. Untuk
mencari properti uap pada suhu 7 °C ini anda harus menginterpolasi data properti
berdasarkan data pada suhu 5 °C dan 10 °C.
Bila menggunakan buku referensi thermodinamika, tabel properti thermodinamika biasanya
dicantumkan di bagian appendix (lampiran) dari buku buku referensi tersebut seperti pada
contoh gambar berikut:
Tabel Suhu

Table A4 - Thermodynamics: An Engineering Approach, 5th edition by Yunus A. Çengel


and Michael A. Boles
Tabel Tekanan

Table A5 - Thermodynamics: An Engineering Approach, 5th edition by Yunus A. Çengel


and Michael A. Boles
Pada zaman sekarang, sudah tersedia software untuk menentukan properti-properti
thermodinamis dengan input berdasarkan properti tekanan ataupun suhu dari uap yang telah
diketahui.
Selama proses penguapan, zat akan berada dalam dua fasa yakni fasa cair dan fasa uap.
Untuk menganalisa sifat campuran ini, kita perlu mengetahui proporsi dari fasa uap dan fasa
cair nya. Untuk itu didefinisikan suatu property yang hanya berlaku pada fasa campuran
yakni kualitas uap dalam campuran cairan-uap jenuh tersebut.
Kualitas ini disimbolkan dengan huruf x yang merupakan perbandingan antara massa uap
terhadap massa campuran total, atau dirumuskan dengan :

Kelembaban uap (1-x)

Dari kedua persamaan diatas, dapat dicari nilai spesifik volume dari campuran saturated
liquid-vapor sebagai:

Dapat ditulis juga sebagai:

B. Tabel Properti Untuk Compressed Liquid dan Superheated Vapor


Properti untuk compressed liquid dan Superheated Vapor relatif lebih mudah untuk
dipahami, karena pada kawasan ini hanya ada satu nilai untuk masing-masing
properti. Ini berbeda dari properti pada uap yang memiliki dua nilai untuk tiap
properti, yakni nilai pada keadaan cair (ditandai subscript f) dan nilai pada keadaan
uap (ditandai subscript g).
Tabel Properti Untuk Compressed Liquid
Untuk compressed liquid (fasa cair) contoh tabel propertinya adalah sebagai
berikut:
Contoh compressed liquid tabel
 
Pada bagian yang dilingkari di atas tertulis P=5MPa(263.94 °C). Angka  P=5Mpa
adalah nilai tekanan yang ditentukan untuk semua suhu pada tabel P=5MPa
tersebut. Sementara  angka suhu (263.94 °C) adalah suhu saturasi pada tekanan 5
Mpa. Suhu saturasi ini ditulis sebagai Sat di baris ke-4 dari tabel tersebut dari
merupakan baris pertama data. Artinya baris pertama data berisi informasi
tentang properti pada tekanan dan Tsat nya. Baris berikutnya baru dimulai dengan
suhu 0 °C dan seterusnya.
Pada tabel data untuk compressed liquid, data tabel tekanan ini dimulai dari tabel data untuk
tekanan 5MPa (50 Bar).  Tentunya akan timbul pertanyaan, bagaimana menentukan nilai
data properti compressed liquid untuk tekanan yang nilainya dibawah 5 MPa karena tabel
datanya tidak tersedia.

Untuk tekanan di bawah 5 MPa, anda dapat menggunakan data dari tabel uap (steam tabel)
yang telah kita gunakan pada artikel terdahulu. Namun karena pada steam tabel ada 2 jenis
keadaan yakni keadaan cair (subscript f) dan keadaan uap (subscript g), maka anda harus
memilih data untuk keadaan cairnya saja. Logikanya, tidak mungkin anda menggunakan data
keadaan uap untuk cairan compressed liquid. Walaupun ini merupakan nilai pendekatan
(aproksimasi) namun pendekatan ini diterima untuk perhitungan engineering pada tekanan
dibawah 5 MPa tersebut.
 
Tabel Properti Untuk Superheated Vapor

Untuk superheated vapor, bentuk tabelnya sama dengan compressed liquid, dan langsung


dapat digunakan pada berbagai kondisi tekanan tanpa perlu bantuan dari tabel uap (steam
table) sebagaimana pada compressed liquid.
Untuk superheated vapor (fasa uap panas) contoh tabel propertinya adalah sebagai berikut:

contoh tabel superheated vapor

2.4. GAS IDEAL

Gas ideal adalah gas teoretis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak secara


acak dan tidak saling berinteraksi.[1] Hukum dasar dari gas ideal yaitu hukum Boyle-
Mariotte, yang dirumuskan bersama oleh Robert Boyle (1627-1691) dan Edme
Mariotte (1620-1684). Konsep gas ideal sangat berguna karena memenuhi hukum gas
ideal, sebuah persamaan keadaan yang disederhanakan, sehingga dapat dianalisis
dengan mekanika statistika

Pada kondisi normal seperti temperatur dan tekanan standar, kebanyakan gas


nyata berperilaku seperti gas ideal. Banyak gas seperti nitrogen, oksigen, hidrogen, gas
mulia dan karbon dioksida dapat diperlakukan seperti gas ideal dengan perbedaan yang
masih dapat ditolerir.[3] Secara umum, gas berperilaku seperti gas ideal
pada temperatur tinggi dan tekanan rendah,[3] karena kerja yang melawan gaya
intermolekuler menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan energi
kinetik partikel, dan ukuran molekul juga menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan
dengan ruangan kosong antar molekul.

Sifat gas ideal


Gas ideal merupakan partikel gas yang dicirikan dengan jumlah sangat banyak, tetapi
antarpartikel tidak terjadi gaya tarik menarik sama sekali. Setiap partikel gas selalu
bergerak secara acak dengan arah sembarang. Ukuran ruangan tidak dijadikan acuan
untuk membandingkan ukuran partikel gas, karena ukuran partikel gas ideal jauh lebih
kecil daripada jarak atar partikel.
Partikel gas ideal yang mengalami tumbukan yang bersifat lenting sempurna akan
mengalami penyebaran secara merata pada seluruh ruang dengan jumlah yang
banyak. Hukum gerak Newton berlaku selama penyebaran berlangsung. Sifat dari gas
ideal tidak ditemukan sama persis pada gas apapun, tetapi gas yang mendekati sifat ini
adalah gas yang berada pada temperatur tinggi dan tekanan rendah atau gas pada kondisi
jauh di atas titik kritis dalam diagram 

 Molekul-molekul pada gas ideal diasumsikan tersebar secara merata dalam wadah.


 Memiliki partikel-partikel gas yang jumlah sangat banyak dan tidak ada interaksi
antar partikel gas.
 Tidak ada gaya tarik menarik antara partikel satu dengan partikel gas yang lain.

Contoh gas ideal dalam kehidupan sehari-hari

1. kantong pengamanan pengemudi, kalo ada benturan pasti mengembang


2. tabung oksigen
3. fiksasi
4. pemompan
5. keperluan kita untuk bernapas

Rumus gas ideal

Rumus PV=nRT=NkT

Keterangan:
P=Tekanan gas ideal(N/m2)
V=volume gas ideal(m3)
N=jumlah molekul zat
n=Jumlah mol
k=konstanta Boltzmann(dimana k=1,38x10min23J/K)
R=Konstanta gas umum(dimana R=8,31J/Mol K)
T=suhu gas ideal(K)

2.5. PERSAMAAN KEADAAN GAS

Persamaan keadaan (Equation of State) adalah persamaan yang menghubungkan antara


tekanan, suhu dan volum jenis (spesific volume) dari suatu zat.Nah ada persamaan gas
ideal dan persamaan gas nyata .

Persamaan gas ideal adalah persamaan keadaan suatu gas ideal. Persamaan ini


merupakan pendekatan yang baik untuk karakteristik beberapa gas pada kondisi tertentu.
Persamaan ini pertama kali dicetuskan oleh Émile Clapeyron tahun 1834 sebagai
kombinasi dari Hukum Boyle dan Hukum Charles .
Dalam sebuah eksperimen , nilai besaran-besaran termodinamika bergantung satu sama lain.

Volume dikecilkan Suhu dinaikkan


€ tekanan naik € panjang bertambah

Apabila volume (V), suhu (T) dan massa (m) diatur dengan nilai tertentu, maka nilai
tekanan (P) tidak bisa sebarang. Ada hubungan antara besaran-besaran ini sbb:
f(P, V, T, m) = 0

Hubungan ini disebut persamaan keadaan.


Biasanya persamaan keadaan dituliskan berdasarkan sifat-sifat alam bukan berapa
banyak material berada, sehingga besaran ekstensif diganti dengan nilai spesifiknya.
V
Seperti V menjadi v=
m

sehingga persamaan keadaan menjadi:


f(P, v, T) = 0

Persamaan ini bervariasi dari satu zat ke zat yang lain. Hubungan antar satu sama lain
biasanya tidak sederhana.Untuk mempermudah, sering dipakai ilustrasi grafik. Contoh
eksperimen untuk 1 mole gas karbon dioksida: Plot antara Pv/T vs. P untuk tiga temperatur
yang berbeda.

Ilustrasi grafik tersebut menunjukkan:

 Tampak bahwa nilai Pv/T tidak konstan

 Pada tekanan rendah ketiga kurva menyatu pada nilai Pv/T =R dengan R merupakan
konstanta gas universal.

 Pada suhu tinggi, kurva mendekati garis lurus

Pada tekanan yang cukup rendah, untuk semua gas:

Pv/T = R atau Pv = RT

Oleh karena itu seringkali digunakan pendekatan “gas ideal” yang mengasumsikan bahwa
rasio Pv/T selalu sama dengan R untuk semua tekanan dan temperatur.

Kita tahu bahwa di alam tidak ada “gas ideal” semacam itu, gas yang mendekati gas ideal
terjadi pada tekanan rendah dan suhu tinggi, namun studi tentang gas ideal sangat
bermanfaat sebagai salah satu pendekatan untuk mengetahui sifat-sifat gas sesungguhnya.

Persamaan gas ideal:

Pv = RT

V
karena v= maka persamaan gas ideal juga dapat ditulis
n
PV = nRT

Permukaan kurva gas ideal

Pada proses isotermal:

disini Pv = RT = konstan, sering disebut sebagai “Hukum Boyle”.


Pada proses isokhoris:
Jadi dapat kita simpulkan ada banyak jenis persamaan keadaan, namun yang paling sederhana
diantaranya adalah persamaan gas ideal.1

R  adalah konstanta proporsionalitas yang disebut dengan  gas constant memiliki nilai yang
berbeda-beda tergantung jenis gas nya.Persamaan diatas biasa ditulis dengan:

Karena

 di mana Ru  merupakan konstanta gas universal (universal gas constant)


dan M adalah berat molekul. Dan, massa adalah jumlah molekul di kalikan dengan berat
molekul, yakni m = N.M, persamaan keadaan gas ideal dapat ditulis menjadi:
PV = N Ru T
Nilai untuk Universal Gas Constant, Ru dalam berbagai jenis satuan adalah sebagai berikut:
8.314 kJ/(kmol×K)
8.314 kPa×m3/(kmol×K)
1.986 Btu/(lbmol×R)
1545 ft×lbf/(lbmol×R)
10.73 psia×ft3/(lbmol×R)
Jika suatu gas mengalami tekanan yang jauh lebih rendah dari tekanan kritisnya dan
suhu yang jauh lebih tinggi dari suhu kritisnya maka gas tersebut dapat diperlakukan
sebagai gas ideal.
Jika suatu gas diperlakukan sebagai gas ideal, maka rumusan berikut berlaku pada gas
tersebut:

Persamaan keadaan gas ideal sangat sederhana, namun range penerapannya terbatas, sehingga
diperlukan suatu persamaan keadaan yang akurat pada range yang lebar. Persamaan keadaan
lain yang dikenal dengan persamaan keadaan gas real/nyata sebagai antara lain adalah:
 Persamaan Van der Waals (salah satu persamaan keadaan yang terdahulu)
Penyimpangan yang terjadi pada gas nyata, disebabkan oleh adanya gaya tarikmenarik antar
molekul dan volume molekul-molekulnya tidak dapat diabaikan oleh 2 karena itu perlu
dikoreksi. Volume wadah (V) harus terdiri dari volume gas dan volume bebas untuk gerak
molekul .

Dengan b= suatu tetapan sebagai koreksi terhadap volume, dimana nilainya tergantung pada
jenis gas.

Karena ada gaya tarik-menarik antar molekul tekanan gas juga perlu dikoreksi. Tekanan gas
yang sebenarnya akan lebih rendah daripada tekanan gas ideal, yaitu:

Dengan a= suatu tetapan yang nilainya tergantung pada jenis gas, Sehingga:

Persamaan keadaan van der Waals lebih teliti daripada persamaan gas ideal. Pada
tekanan tinggi persamaan van der Waals ini tidak memuaskan. Gas yang
mempunyai suhu kritis yang tinggi. Disebabkan karena pada tekanan tinggi a dan b
merupakan fungsi dari suhu dan tekanan

Tabel 1. Konstanta van der Waals Beberapa Gas


Nama Gas a/(Pa m6 mol- b/ (10-6 m3 mol-
2) 1)

He 0,0035 23,70
H2 0,0247 26,61
N2 0,1408 39,13
O2 0,1378 31,83
Cl2 0,6579 56,22
NO 0,1358 27,89
NO2 0,5354 44,24
H2O 0,5536 30,49
CO 0,1505 39,85
CO2 0,3640 42,67
CH4 0,2283 42,78
C2H6 0,5562 63,80

Adapun ciri-ciri persamaan van der Waals, yaitu: 1) Isoterm gas sempurna
diperoleh pada temperature tinggi dan volume molar besar. 2) Cairan dan gas
berada bersama-sama jika efek kohesi dan disperse berada dalam keseimbangan. 3)
Konstanta kritis berhubungan dengan koefisien-koefisien van der Waals. 4)
Temperatur Boyle berhubungan dengan temperatur kritis.

Adapun konstanta kritis persamaan van der Waals, adalah


 Persamaan Virial
Persamaan yang dapat menggambarkan perilaku gas pada tekanan tinggi merupakan
Persamaan Keadaan Gas Virial (dikembangkan oleh Kammerlingh Onnes). Bentuk
umum persamaan keadaan Virial:

Dengan B, C, D, … adalah koefisien virial kedua, ketiga keempat, dan seterusnya


merupakan fungsi suhu dan bergantung pada jenis gas. Dalam bentuk lain
persamaan tersebut dinyatakan dengan:

Dengan B’, C’, D’, dan seterusnya merupakan fungsi suhu. Nilai-nilai koefisien virial
untuk gas van der Waals dapat ditentukan dengan cara membandingkan 2
persamaan di atas terhadap persamaan gas van der Waals, yang keduanya
dinyatakan dalam bentuk fungsi Z terhadap volume. Dengan mengabaikan bentuk
suku yang lebih tinggi, persamaan menjadi:

Kemudian persamaan van der Waals dapat dinyatakan dalam bentuk:


Pada tekanan rendah nilai 𝑏/𝑉̅ kecil dibandingkan dengan satu, Sehingga suku pertama pada
ruas kanan dapat diselesaikan dengan menggunakan deret. Dalam deret dinyatakan bahwa
bila x > 1, maka:

Dengan demikian persamaan menjadi:

 Persamaan Beattie-Bridgeman (terkenal dan cukup akurat)


 Persamaan Benedict- Webb-Rubin (terbaru dan sangat akurat)

 Persamaan Berthelot

 Persamaan Claussius
Gas terdiri dari sejumlah sangat besar molekul yang identik yang masing-masing
bermassa m tetapi tidak mempunyai struktur internal dan ukurannya diabaikan.

Ukuran gas tertentu


p ( v−b )=RT

Persamaan tersebut adalah persamaan keadaan gas Clausius.Persamaan tersebut


selanjutnya dikembangkan oleh Van der Waals. Koreksi yang diberikan pada
persamaan ini adalah adanya penjelasan mengenai gaya listrik Van der Waals pada
antar molekul. Antar molekul tidak mengalami gaya yang berhubungan dengan jarak.
Artinya tidak ada perubahan energi potensial, sehingga informasi terpenting adalah
energi kinetik molekul.

RT a
P= −
V V 2

n
−b
n( )

Perbedaan antara ketiga persamaan keadaan


 Pada persamaan keadaan gas ideal : tidak ada faktor pengkoreksi.
a
 Pada persamaan keadaan gas Van der Waals : p dikoreksi oleh dan v dikoreksi
v2
oleh b. persamaan ini dapat diubah kedalam bentuk lain yaitu persamaan virial.
Setelah dimodifikasi dari persamaan virial, muncullah persamaan Beattie-Bridgeman
yang kawasan p,v dan T yang dapat dijangkau lebih luas dibandingkan jika dengan
menggunakan persamaan yang lain.
 Pada persamaan keadaan gas Claussius : hanya v yang dikoreksi oleh b, faktor
koreksi menjelaska mengenai ukuran gas, tidak ada faktor koreksi yang menjelaskan
gaya antar molekul.

Persamaan keadaan yang paling lengkap adalah persamaan keadaan Van der Waals, karena
persamaan ini berlaku baik dalam daerah cairan, daerah uap, dan di dekat serta di atas titik
kritis. Persamaan keadaan Van der Waals dapat dikembangkan lagi menjadi persamaan
keadaan lainnya yang lebih spesifik dengan faktor pengkoreksi yang lebih banyak, sehingga
dapat digunakan pada daerah p,V dan T yang lebih luas, seperti persamaan keadaan Beattie-
Bridgeman dan persamaan keadaan Benedict-Webb-Rubin.
BAB III
PEMBAHASAN

A. CONTOH SOAL ZAT MURNI


Hitunglah volume spesifik untuk situasi- situasi berikut:
(a). Air pada 200°C, kualitas 80%;
(b)R134a -40°C, kualitas 90%.
Penyelesaian:
(a). Gunakan tabel C-1untuk menentukan nilai-nilai yang tepat dengan T=200°C.
Vf= 0,001156 m₃/ kg
Vg= 0,1274 m₃/kg
X = 0,8
Jadi ,V=Vf +X( Vg – Vf) = 0,1022 m₃/kg
(b). Gunakan Table D-1 R134a untuk menetukan nilai-nilai yang tepat denganT = -40° C.
Vf = 0,7055
Vg = 0,3569
X = 0,0
Jadi, V= Vf + x(Vg – Vf) = 0,3 m₃/ kg

B. CONTOH SOAL DIAGRAM FASE


Grafik dibawah ini adalah diagram P-T untuk air dan larutan NaCl, yang merupakan
kenaikan titik didih adalah :
Penyelesaian :

Kenaikan titik didih adalah selisih titik didih larutan – titik didih pelarut
∆Tb = Tb – Tb°
Tb = titik didih larutan (titik G)
Tb° = titik didih pelarut (titik D)
∆Tb = G-D
Maka kenaikan titik didih larutan adalah G-D

C. CONTOH SOAL TABEL PROPERTI


Tentukanlah perubahan entalpi untuk 1 kg nitrogen yang dipanaskan dari 300 ke 1200 K?
Jawab :
a) Dengan menggunakan table property gas, perubahan entalpi nya didapat: ∆ℎ = ℎ2 − ℎ1
= 36.777 − 8723 = 28.054 𝑘𝐽⁄𝑘𝑚𝑜𝑙 = 1.002 𝑘𝐽/𝑘𝑔
b) Dengan mengasumsikan kalor spesifik konstan (dengan menggunakan table properti
gas B-2) perubahan enthalpinya diperoleh sebesar ∆ℎ = 𝐶𝑝∆𝑇 = 1,042(1200 − 300) = 938
𝑘𝐽/𝑘

D. CONTOH SOAL GAS IDEA


Suatu gas oksigen mempunyai massa 4 gram. Maka Tentukanlah volume
pada gas tersebut dalam keadaan standar (T=0°C,P=1 atm).
Penyelesaian:
Diketahui:

m         = 4 gr = 4x 10-3 Kg
P          = 1 atm = 1×105 N/m2
T          = 0°C = 273 K
Mr O2   = 32 kg/mol
R          = 8,314 x 103 J/kmol K

Ditanyakan:Berapa Volume O2…….?

Jawab :
PV = NRT 
1×105 N/m2 =    (8,314×103 J/kmol K)(273 K)
1×105 N/m2 = 283,7 J (V)
V = 2,83 x 10-3 m3
Jadi, volume gas oksigen pada keadaan standar ialah 2,83×10-3 m3.
E. CONTOH SOAL PERSAMAAN KEADAAN GAS
Sebuah silinder yang volumenya 1m3  berisi 1 mol gas helium pada suhu -1730  C. Apabila helium
dianggap gas ideal, berapakah tekanan gas dalam silinder?…..
(R = 8,31 j/mol K)
Diketahui :
V = 1m3
n = 1 mol
T = -1730 C
T = -173 0 C + 273K = 100K
R = 8,31 j/mol K
Ditanya :
Tentukan tekanan gas di dalam silinder
Jawab :
Sesuai dengan persamaan gas ideal, pV = nRT
sehingga,

Jadi jawaban nya adalah 831 Pa


BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka penulis sesuai dengan makalah dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : Gas dibagi menjadi dua, yaitu gas ideal dan
gas nyata. Gas ideal merupakan sebuah gas yang mematuhi persamaan gas umum dari PV
= nRT yang disampaikan secara singkat, sedangkan gas nyata adalah gas yang tidak
mematuhi persamaan gas umum dan menggunakan hukum-hukum gas hanya pada saat
tekanan rendah. (Maron, Samuel Herbert : 5).
Hukum – hukum yang digunakan untuk menetukan gas tersebut adalah : 1. Hukum
boyle 2. Hukum Charles 3. Hukum gay lussac 4. Hukum Dalton 5. Hukum Avogadro
Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan
matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti
temperatur, tekanan, volume dan energi dalam. Faktor kompresibilitas adalah rasio molar
volume gas terhadap volumegas ideal pada tekanan dan temperatur sama.

4.2. SARAN

Demikianlah makalah yang kami buat. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih
karena kesediaannya untuk membaca makalah yang kami buat untuk memenuhi tugas
matakuliah termodinamika. Tentunya masih banyak kekurangan karena 34 berbagai
keterbatasan kami baik itu berupa pengetahuan maupun bahan referensi, Oleh karena itu
masukan berupa saran dan kritik sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Cengel and Michael A. Boles 1994. Thermodynamic An Engineering Approach. McGraw Hill,


Inc, New York

Anda mungkin juga menyukai