Disusun oleh :
Syamsuri 14.11.106.701301.0296
Abdul Latif 14.11.106.701301.0306
Zulpan Indarwan 14.11.106.701301.0295
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
BALIKPAPAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas laporan praktikum 2JurusanTeknik Elektro Universitas Balikpapan.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini, khususnya
kepada :
1. Bapak Anwar Fattah, ST. MTI dan Ibu A.Asni B. ST, M.Eng.selaku dosen pengajar
mata kuliah Dasar Sistem Kontrol yang telah membagi ilmmunya kepada kami serta
memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat laporan ini.
2. Rekan-rekan semua di kelas Pendidikan Teknik Elektro .
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang
telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Dalam Penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Kelompok 12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
KESIMPULAN................................................................................................................31-33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................34
BAB 1
ELEKTRONIKA DAYA
1.1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG
A. TUJUAN
Mempelajari dan mengukur bentuk gelombang Output dari penyerah setengah
gelombang.
B. PERALATAN
1. Rectifier Circuit Model No CA-20
2. Multimeter
3. Oscilloscope
4. Kabel Jumper
C. LANDASAN TEORI
Penyearah setengah gelombang (half wave rectifier) adalah sistem penyearah yang
menggunakan satu blok dioda tunggal (bisa satu dioda atau banyak dioda yang diparalel)
untuk mengubah tegangan dengan arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan dengan arus
searah (DC). Prinsip kerja penyearah setengah gelombang memanfaatkan karakteristik dioda
yang hanya bisa dilalui arus satu arah saja. Disebut penyearah setengah gelombang karena
penyearah ini hanya melewatkan siklus positif dari sinyal AC.
Rangkaian penyearah setengah gelombang banyak dipakai pada power supply dengan
frekuensi tinggi seperti pada power supply SMPS dan keluaran transformator Flyback
Televisi. Sistem penyearah setengah gelombang kurang baik diaplikasikan pada frekuensi
rendah seperti jala-jala listrik rumah tangga dengan frekuensi 50Hz karena membuang satu
siklus sinyal AC dan mempunyai riak (ripple) yang besar pada keluaran tegangan DC-nya
sehingga membutuhkan kapasitor yang besar.
E. HASIL PERCOBAAN
Bentuk gelombang V DC
(waveform) (p-p) (V)
1,8 dip * 2
Vin (A to C) 8
V/dip = 3,6 V
1 dip * 2
Vout (RL) 8,1
V/dip = 2 V
1.2 PENYEARAH GELOMBANG PENUH
A. TUJUAN
Menyelidiki dan mengukur bentuk gelombang output dari penyearah gelombang
penuh dengan menggunakan 2 buah diode.
B. PERALATAN
1. Rectifier Circuit Model No CA – 20
2. Multimeter
3. Oscilloscope
4. Kabel Jumper
C. LANDASAN TEORI
Penyearah gelombang penuh (full wave rectifier) adalah sistem penyearah yang
menyearahkan semua siklus gelombang sinus menggunakan dua blok dioda (satu blok dioda
bisa berupa satu atau beberapa dioda yang diparalel) yang bekerja secara komplenen. Satu
dioda bekerja pada fase siklus positif dan satu dioda bekerja pada fase siklus negatif yang
telah dibalik. Oleh karena itu penyearah gelombang penuh identik dengan penggunaan
transformator center tap (CT) yang memiliki dua buah output sinyal AC dengan fase
berkebalikan.
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Persiapkan panel Rectifer Circuit Model No CA – 20 ( yakinkan daya dan semua
Saklar pada posisi off )
2. Buatlah Rangkaian seperti dalam gambar 2.1 dibawah ini, diposisikan S1 pada
kondisi ON ( hubung )
3. Hubungkan tegangan 9 Vac ke titik A,-9 Vac pada titik B dan 0 volt ke titik C.
Hidupkan power
4. Set oscilloscope pada sinkronus atau triggering, hubungkan input vertical dari
oscilloscope ke titik A, ground ke titik C
5. Setel pengaturan skala, penguatan horizontal, sweep dan pengontrol sinkronous
dan trigger untuk menunjukan bentuk gelombang.
6. Gambarkan bentuk gelombang dan catat besaranya tegangan puncak ke puncak.
Ada titik A-C yang berperan sebagai tegangan input.
E. HASIL PERCOBAAN
Bentuk gelombang V DC
(waveform) (p-p) (V)
2 dip * 2
Vin (A to C) 8,9
V/dip = 4 V
2dip * 2 V/dip
Vin (B to C) 8,9
=4V
1 dip * 2 V/dip
V out (D1) 8,1
=2V
1 dip * 2 V/dip
Vout(D2) 15
=2V
Vout full- 15
wafe
1 dip * 2 V/dip
=2V
Forward resistance (Ω) D1 (10 Ω) D2 (5 Ω)
F. TUGAS
1. Masalah apakah yang terjadi jika saklar – saklar S1 dan S2 dibuka atau ditutup?
2. Berdasarkan data anda jelaskan perbedaan antara penyearah gelombang penuh dengan
penyearah setengah gelombang!
Jawab:Pada penyearah gelombang penuh besar tegangannya dua kali dari dari tegangan
penyearah setengah gelombang. Kerapatan gelombang pada penyearah gelombang penuh
lebih rapat dibandingkan dengan penyearah setengah gelombang.
1.3 PENYEARAH GELOMBANG PENUH MENGGUNAKAN DIODA
JEMBATAN
A. TUJUAN
Menyelidiki dan mengukur bentuk gelombang output dari penyearah gelombang
penuh yang diodanya dirangkai dengan system jembatan
B. PERALATAN
1. Rectifier Circuit Model No CA – 20
2. Multimeter
3. Oscilloscope
4. Kabel Jumper
C. LANDASAN TEORI
Penyearah gelombang penuh 4 dioda ini juga sering disebut dengan bridge rectifier
atau penyearah jembatan.Prinsip kerja penyearah dengan 4 buah diode sama dengan
penyearah gelombang penuh menggunakan 2 buah diode, hanya pada penyearah system
bridge ini transformator yang digunakan tidak harus CT. Dioda akan bekerja secara
berpasangan, jika D1 &D3 On, D2 & D3 off begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan gambar diatas, jika transformer mengeluarkan output sisi sinyal positif
(+) maka output maka D1 dan D2 akan berada dalam kondisi forward bias sehingga
melewatkan sinyal positif tersebut sedangakan D3 dan D4 akan menghambat sinyal sisi
negatifnya. Kemudian pada saat output transformer berubah menjadi sisi sinyal negatif (-)
maka D3 dan D4 akan berada dalam kondisi forward bias sehingga melewatkan sinyal sisi
positif (+) tersebut sedangkan D1 dan D2 akan menghambat sinyal negatifnya.
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Persiapkan panel rectifier circuit model No CA-20.
2. Buatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini
E. HASIL PERCOBAAN
Bentuk gelombang V DC
(waveform) (p-p) (V)
2 dip * 2
Vin (D to
E) V/dip = 4 7
V
1 dip * 2
Vout (F
to G) V/dip = 2 14
V
0dip * 2
Vout (S3-
on) V/dip = 0 23
V
F. TUGAS
1. Apakah tegangan yang masuk kerumah – rumah bersifat AC atau DC?
3. Apa pengaruh pada dioda dengan bias mundur pada penyearah setengah
gelombang?
Jawab: Nilairesistansinya besar, maka diode tidak bisa melewatkan arus listrik disaat
gelombang sinussoedalnya bernilai negative. Perhatikan gambar!
Jawab: pada penyearah setengah gelombang ada jarak yang kosong (bernilai setengah
gelombang sinussoedal) yaitu pada saat terjadi bias mundur sedangkan padapenyearah
gelombang penuh tidak ada jarak yang kosong meskipun terjadi bias mundur karena
diodebekerja secara bergantian. Perhatikan gambar!
Gambar 7. Perbedaan bentuk gelombang pada penyearah setengah gelombang dan penyearah
gelombang penuh
Jawab:Frekuensi sinyal gelombang penuh adalah dua kali frekuensi masukan. Hal ini
beralasan karena sebuah keluaran gelombang penuh mempunyai dua kali periode masukan
gelombang sinus, hanya saja rectifier gelombang penuh membalikkan masing-masing
periode setengah negatif sehingga kita mendapatkan jumlah dua kali periode positif.
Akibatnya adalah penggandaaan frekuensi akan tetapi jika menggunakan trafo CT besarnya
frekuensi dari masing masih phasa terhadap CT adalah sama seperti frekuensi input.
Jawab: Sama sepertibentuk gelombang output penyearah setengah gelombang karena jika
D2 open maka rangkaian hanya menggunakan satu diode.
BAB 2
DASAR SISTEM TELEKOMUNIKASI
MODULASI DAN DEMODULASI
A. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Menghitung index modulasi dan mengamati selubung dari gelombang modulasi
amplitudo.
b. Demodulasi dari sinyal modulasi amplitudo dan mengamati efek dari filter.
C. LANDASAN TEORI
Modulasi Amplitudo (Amplitude Modulation, AM) adalah proses menumpangkan
sinyal informasi (wi) kepada sinyal pembawa/ carrier (wc) dengan sedemikian rupa sehingga
amplitudo gelombang pembawa berubah sesuai dengan perubahan simpangan (tegangan)
sinyal informasi yang dapat ditransmisikan melalui udara. Pada jenis modulasi ini amplitudo
sinyal pembawa diubah-ubah secara proporsional terhadap amplitudo sesaat sinyal
pemodulasi, sedangkan frekuensinya tetap selama proses modulasi.
Vc = Vm sin ωmt
Dimana gelombang yang dibawah direpresentasikan sebagai:
Kalkulasi mf dengan 100% modulasi yang diberikan m % dimana nilainya tidak lebih
dari 100. Radiasi power diberikan beban yang berkaitan dengan 2 bagian, yaitu satu power
pembawa (Pc) dan power modulasi pembawa (Pm). Perbedaan antara power 2 side band:
Pm mf 2
=1+
Pc 2
Demodulasi adalah proses memperoleh kembali sinyal informasi dari sinyal modulasi
amplitudodengan cara pemisahan sinyal nformasi dari sinyal pembawa/ carrier.
D. LANGKAH PERCOBAAN
Modulasi
1. Hubungkan output dari Osilator sinyal Carrier (Pembawa) ke dalam input
Carrier
2. Hubungkan output sinyal AF (1 Khz) ke input sinyal AF
3. Hubungkan Osiloskop Channel A dengan output dari Modulasi Amplitudo
4. Hubungkan Osiloskop Channel B dengan output sinal AF
5. Atur posisi osiloskop pada posisi minimum
6. Nyalakan switch power ON pada switch ON/OFF
7. Sesuaikan setting dari osiloskop pada 200ms/Div dan vertical gain pada 1
v/Div seperti yang diperlihatkan pada screen dan posisikan ditengah- tengah
8. Masukkan 1 vp-p pada sinyal AF ke dalam input AF . perlihatkan sinyal
Gelombang modulasi dan hitung amplitudo dalam Vpp
9. Naikkan input AF dengan memutar tombol amplitudo dan catat amplitudo A
dan B untuk tiap kenaikan.
(Vmax −Vmin)/2
mf =
( Vmax+Vmin)/2
Jika diketahui Vmax = 0,4 dan Vmin = 0,1
Maka:
(0,4−0,1)/ 2
mf =
( 0,4+0,1)/2
mf =0,6=60 %
Demodulasi
1. Hubungkan modulated output ke modulated input
2. Hubungkan Osiloskop Channel “A” dengan demodulated output untuk melihat
Amplitudo Demodulasi, catat “C” keluaran rangkaian
3. Hubungkan Osiloskop Channel “B” dengan keluaran sinyal Modulasi AF.
Hubungkan “C” dalam rangkaian dan catat efek dari komponen RF
4. Masukkan sinyal AF untuk perbedaan factor modulasi dan catat keluaran dari
Amplitudo demodulasi pada tegangan p-p dan input tegangan VP=Vpp/2atau
A/S
5. Plot respon kurva antara tegangan keluaran dan tegangan masukkan (Vp input)
dan hitung besarnya efisiensi dari detector (β)
a
b
Gambar 10 (a,b). Diagram koneksi untuk demodulasi
E. HASIL PERCOBAAN
Modulasi
Vin Vout
3,6 dip * 20 mV/dip = 72 1,6 dip * 50 mV/dip = 80
mV mV
Vin Vout
0,8 dip * 50 mV/dip = 40 0,4 dip * 50 mV/dip = 20
mV mV
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari modulasi dan demodulasi frekuensi.
C. LANDASAN TEORI
Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation = FM) adalah proses menumpangkan
sinyal informasi pada sinyal pembawa/ carrier sehingga frekuensi gelombang pembawa
berubah sesuai dengan perubahan simpangan (tegangan) gelombang sinyal informasi. Jadi
sinyal informasi yang dimodulasikan (ditumpangkan) pada gelombang pembawa
menyebabkan perubahan frekuensi gelombang pembawa sesuai dengan perubahan tegangan
(simpangan) sinyal informasi. Pada modulasi frekuensi sinyal informasi mengubah – ubah
frekuensi gelombang pembawa, sedangkan amplitudonya konstan selama proses modulasi.
Proses modulasi frekuensi digambarkan sebagai berikut:
Lebar (band) FM terletak pada bagian VHF (Very High Frequency) dari spektrum
frekuensi dimana tersedia bandwidth yang lebih lebar dari pada band siaran AM dengan
panjang gelombang medium (MW = Medium Wave). Bandwidth yang lebar pada saluran FM
juga memungkinkan untuk memuat dua saluran yaitu data atau audio.
D. LANGKAH PERCOBAAN
Modulasi
Demodulasi
1. Hubungkan Socket keluaran modulasi Frekuensi dengan socket masukan
frekuensi modulasi.
2. Hubungkan osiloskop channel B dengan keluaran sinyal AF dan channel A
dengan keluaran dari modulasi frekuensi.
3. Buat amplitudo modulasi pada posisi maksimum dan pilih sinyal AF 2 Khz.
4. Atur P untuk mendapatkan sinyal yang baik.
5. Ubah selektor frekuensi ke 4 Khz. Keluaran Demodulasi menghasilkan
amplitudo yang kecil dibanding 2 Khz untuk frekuensi rool-off yang di
perlihatkan oleh low pass filter.
Gambar 13. Diagram koneksi demodulasi frekuensi
E. HASIL PERCOBAAN
Modulasi
Demodulasi
2 KHz 4 KHz
Channel 1 Channel 2 Channel 1 Channel 2
1 dip * 10 mV/dip = 1 dip * 0,1 mV/dip = 0,6 dip * 10 mV/dip 0,8 dip * 0,1 mV/dip
10 mV 0,1 mV = 6 mV = 0,08 mV
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui karakteristik dari tiap mode control propotional, integral,
propotional+integral dan propotional+integral+derivatif.
C. LANDASAN TEORI
PID (Proportional–Integral–Derivative controller) merupakan kontroler untuk
menentukan presisi suatu sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada
sistem tesebut. Dengan adanya umpan balik maka kita dapat memperbaiki/ memperkecil error
dari system pengontrolan tersebut.Untuk lebih memaksimalkan kerja pengontrol diperlukan
nilai batas minimum dan maksimum yang akan membatasi nilai Manipulated Variable yang
dihasilkan. Perhatikan gambar berikut!
Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu Proportional, Integratif dan
Derivatif. Ketiganya dapat dipakai bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari respon
yang kita inginkan terhadap suatu plant.
a. Kontroler Proportional
1. Jika nilai KP kecil, pengontrol proporsional hanya mampu melakukan koreksi
kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat
(menambah rise time).
2. Jika nilai KP dinaikkan, respon/tanggapan sistem akan semakin cepat mencapai
keadaan mantapnya (mengurangi rise time).
3. Namun jika nilai KP diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan
mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau respon sistem akan berosilasi.
4. Nilai KP dapat diset sedemikian sehingga mengurangi steady state error, tetapi tidak
menghilangkannya.
b. Kontroler Integratif
1. Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga
pengontrol integral cenderung memperlambat respon.
2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada nilai
sebelumnya.
3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau
penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.
4. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi
semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal
keluaran pengontrol.
c. Kontroler Derivatif
1. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan)
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai Kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.
3. Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pembangkit
kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol diferensial dapat mengantisipasi
pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif dan cenderung
meningkatkan stabilitas sistem.
4. Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat meningkatkan stabilitas sistem dan mengurangi
overshoot.
D. LANGKAH PERCOBAAN
a. Mode Proportional
1. Switch on feedback switch (S1), kemudian switch on S2&S8, dan switch lain
tetap posisi off.
2. Switch on power
3. Pasang kabel penghubung pada PID simulator seperti pada gambar 2.1 untuk
mengatur V input.
4. Pilih range DPM (digital panel meter) pada 2V dan set V input pada
potensiometer VR1 sebesar 100mv (0,1V) dengan mengamati DPM.
5. Setelah selesai lepas kabel penghubung input dan pasang kabel penghubung
sesuai gambar 2.2 untuk mengukur V output dan V eror.
6. Seting gain potensiometer VR2 pada posisi minimum, amati dan catat V output
pada DPM dan V eror pada analog meter.
7. Ulangi step 1-3 dengan posisi gain berada ditengah-tengah dan posisi maksimum.
8. Ulangi step 1-3, dengan memberi beban RL1, RL2 dan RL3. Lakukan satu
persatu dan amati lalu catat pengaruh pertambahan beban terhadap V output dan
V eror.
Perubahan eror ini merupakan karakteristik dari kontroler propotional dan disebut
sebagai offset eror atau kesalahan offset.
b. Mode integral
1. Switch on feedback switch (S1), kemudian switch on S4&S10, dan switch S3
pada posisi ke atas. Pastikan switch lain tetap pada posisi off.
2. Switch on power.
3. Pasang kabel penghubung pada PID simulator seperti gambar 2.1 untuk mengatur
V input.
4. Pilih range DPM (digital panel meter) pada 2V dan set V Input pada
potensiometer VR1 sebesar 100mv (0,1V) dengan mengamati DPM.
5. Setelah selesai lepas kabel penghubung input dan pasang kabel penghubung
sesuai gambar 2.2, untuk mengukur V output dan V eror.
6. Amati bahwa terdapat sedikit eror pada sinyal input dan sinyal output. Ubahlah
pontesiometer VR3 seaah jarum jam (mulai posisi minimum, posisi tengah dan
posisi maksimum) dan amati osilasi yang ditunjukan oleh pergerakan jarum pada
analog meter. Catat besarnya eoro atau simpangan maksimum dan banyaknya
osilasi pada tabel pengamatan 2.
7. Tambahkan beban RL1, RL2 dan RL3. Lakukan satu persatu dan amati pengaruh
penambahan beban terhadap V output dan V eror.
Zero offset merupakan karakteristik dari kontriler integral.
c. Mode proportional+Integral
1. Switch on feedback switch (S1), kemudian switch on S2,S4,S8&S10, switch S3
pada posisi ke atas dan switch lain dalam keadaan posisi off. (setting mode p+1).
2. Switch on power.
3. Pasang kabel penghubung pada PID simulator seperti gambar 2.1 untuk mengatur
V input.
4. Pilih range DPM (digital panel meter) pada 2V dan set V Input pada
potensiometer VR1 sebesar 100mv (0,1V) dengan mengamati DPM.
5. Setelah selesai lepas kabel penghubung input dan pasang kabel penghubung
sesuai gambar 2.2, untuk mengukur V output dan V eror.
6. Setting gain pada posisi minimum, tengah-tengah dan maksimum (potensiometer
VR2), lakukan satu persatu dan amati V output dan V eror.
7. langi step 1 dan 2 , dengan memberi beban RL1, RL2 dan RL3. Lakukan satu
persatu dan catat pengaruh penambahan beban terhadap V output dan V eror.
Sistem dengan mode kontroler P+1 memberikan unjuk kerja dinamik yang lebih baik
dibandingkan dengan mode 1 saja. Penambahan resistansi beban menghasilkan zero offset
eror. Komponen gain proposional memberikan pengaruh positif terhadap perilaku dinamik
pada system.
d. Mode proportional+Integral+Derivatif
1. Switch on feedback switch (S1), kemudian switch on S2,S4,S5,S8,S10& S11 dan
switch S3&S7 pada posisi ke atas. Switch lainnya pada posisi off (setting mode
P+I+D)
2. Switch on power.
3. Pasang kabel penghubung pada PID simulator seperti gambar 2.1 untuk mengatur
V input.
4. Pilih range DPM (digital panel meter) pada 2V dan set V Input pada
potensiometer VR1 sebesar 100mv (0,1V) dengan mengamati DPM.
5. Setelah selesai lepas kabel penghubung input dan pasang kabel penghubung
sesuai gambar 2.2, untuk mengukur V output dan V eror.
6. Setting gain pada posisi minimum, tengah-tengah dan maksimum (potensiometer
VR2), lakukan satu persatu dan amati V output dan V eror.
7. Ulangi step 1 dan 2 , dengan memberi beban RL1, RL2 dan RL3. Lakukan satu
persatu dan amati V output dan V eror. Selain itu amati juga bagaimana unjuk
kerja dinamik sistem saat beban dilepaskan atau didiskoneksi secara tiba-tiba,
dibandingkan dengan sistem mode kontroler P+1 saja.
E. HASIL PERCOBAAN
a) Mode Proportional
b) Mode integral
a. Mode proportional+Integral+Derivatif
F. TUGAS
1. Mengapa jarum tersebut bergerak bolak – balik pada saat penambahan kontroler
integral?
Jawab: Karena pengontrol integral tidak mampu menjamin dengan baik keluaran
sistem dengan kesalahan keadaan mantapnya nol (Error Steady State = 0).
2. Apa efek dari penambahan kontroler derivative / diferensial pada system? Apakah
kontroler derivative/ diferensial dapat ditambahkan sebagai kontroler tunggal pada
suatu system? jelaskan alasan dan jawabannya!
Jawab: Mengasilkan koreksi yang signifikan. Tidakdapat ditambahkan sebagai
kontroler tunggal, karena kontrol derivative hanya berubah saat ada perubahan
error sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi.
3. Apa yang di maksud dengan kontroler proporsional? Berikan contohnya dalam dunia
kerja (system mekanik, pneumatic/ hidrolik maupun system elektrik)!
Jawab: Pengontrol proporsional memiliki keluaran yang sebanding/proporsional
dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan
harga aktualnya). Kontroler proporsional berlaku sebagai Gain (penguat) saja
tanpa memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler. Pengaplikasiannya yaitu
pengontrolan motor servo.
Penyearah gelombang penuh (full wave rectifier) adalah sistem penyearah yang
menyearahkan semua siklus gelombang sinus menggunakan dua blok dioda yang bekerja
secara komplemen. Satu dioda bekerja pada fase siklus positif dan satu dioda bekerja pada
fase siklus negatif yang telah dibalik.
Penyearah gelombang penuh 4 dioda ini juga sering disebut dengan bridge rectifier
atau penyearah jembatan, menggunakan 4 buah diode. Pada dasarnya prinsip kerja bridge
rectifier sama dengan penyearah gelombang penuh menggunakan 2 buah diode, hanya pada
penyearah system bridge ini transformator yang digunakan tidak harus CT.
FIELD DOCUMENTATION
FIELD DOCUMENTATION
FIELD DOCUMENTATION
Rangkaian kontroler
Rangkaian kontroler integral+proporsional
integral+proporsional+Deripatif
DAFTAR PUSTAKA