Anda di halaman 1dari 35

Laporan Praktikum II

Disusun oleh :
Syamsuri 14.11.106.701301.0296
Abdul Latif 14.11.106.701301.0306
Zulpan Indarwan 14.11.106.701301.0295

UNIVERSITAS BALIKPAPAN
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
BALIKPAPAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas laporan praktikum 2JurusanTeknik Elektro Universitas Balikpapan.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini, khususnya
kepada :

1. Bapak Anwar Fattah, ST. MTI dan Ibu A.Asni B. ST, M.Eng.selaku dosen pengajar
mata kuliah Dasar Sistem Kontrol yang telah membagi ilmmunya kepada kami serta
memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat laporan ini.
2. Rekan-rekan semua di kelas Pendidikan Teknik Elektro .
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang
telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan laporan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Dalam Penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Balikpapan, 22 Mei 2016

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii

BAB 1 ELEKTRONIKA DAYA

1.1 Penyearah Setengah Gelombang..................................................................1-2

1.2 Penyearah Gelombang Penuh.......................................................................3-7

1.3 Penyearah Gelombang Penuh Menggunakan Dioda Jembatan..................8-13

BAB 2 DASAR SISTEM TELEKOMUNIKASI

2.1 Modulasi dan Demodulasi Amplitudo......................................................14-18

2.2 Modulasi dan Demodulasi Frekuensi.......................................................19-22

BAB 3 DASAR SISTEM KONTROL

3.1 PID Simulator...........................................................................................24-29

KESIMPULAN................................................................................................................31-33

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................34
BAB 1
ELEKTRONIKA DAYA
1.1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG

A. TUJUAN
Mempelajari dan mengukur bentuk gelombang Output dari penyerah setengah
gelombang.

B. PERALATAN
1. Rectifier Circuit Model No CA-20
2. Multimeter
3. Oscilloscope
4. Kabel Jumper

C. LANDASAN TEORI
Penyearah setengah gelombang (half wave rectifier) adalah sistem penyearah yang
menggunakan satu blok dioda tunggal (bisa satu dioda atau banyak dioda yang diparalel)
untuk mengubah tegangan dengan arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan dengan arus
searah (DC). Prinsip kerja penyearah setengah gelombang memanfaatkan karakteristik dioda
yang hanya bisa dilalui arus satu arah saja. Disebut penyearah setengah gelombang karena
penyearah ini hanya melewatkan siklus positif dari sinyal AC.

Rangkaian penyearah setengah gelombang banyak dipakai pada power supply dengan
frekuensi tinggi seperti pada power supply SMPS dan keluaran transformator Flyback
Televisi. Sistem penyearah setengah gelombang kurang baik diaplikasikan pada frekuensi
rendah seperti jala-jala listrik rumah tangga dengan frekuensi 50Hz karena membuang satu
siklus sinyal AC dan mempunyai riak (ripple) yang besar pada keluaran tegangan DC-nya
sehingga membutuhkan kapasitor yang besar.

Gambar 1. Rangkaian penyearah setengah gelombang


D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Persiapkan panel Rectifier Circuit Model No CA-20 ( yakinkan daya dan semua
saklar pada posisi off )
2. Buatlah rangkaian seperti dalam gambar 1.1 dibawah ini,
3. Hubungkan tegangan 9 Vac ke titik A dan 0 Volt ke titik C,Hidupkan power
4. Set oscilloscope pada sinkronus atau triggering, hubungkan input vertical dari
oscilloscope ke titik A, groud ke titik C. (konsultasikan pada asisten pratikum
sebelum percobaan dimulai) dan pada titik RL lihat Gambar 1.
5. Setel pengaturan skala, penguatan horizontal, sweep dan pengontrol sinkronous
atau trigger untuk menunjukkan bentuk gelombang Input dan Output.
6. Gambarkan bentuk Gelombang dan catat besarnya tegangan puncak ke puncak
pada titik A-C yang berperan sebagai tegangan Input
7. Gambarkan bentuk gelombang dan catat besarnya tegangan puncak ke puncak
pada tahanan beban RL yang berperan sebagai tegangan Output
8. Dengan menggunakan multimeter pada posisi tegangan DC (VCD),ukur tegangan
pada tahanan beban RL,matikan power semua Saklar – saklar diposisikan off
setelah selesai percobaan
9. Buatlah kesimpulan dari percobaan ini!

E. HASIL PERCOBAAN

Bentuk gelombang V DC
(waveform) (p-p) (V)

1,8 dip * 2
Vin (A to C) 8
V/dip = 3,6 V

1 dip * 2
Vout (RL) 8,1
V/dip = 2 V
1.2 PENYEARAH GELOMBANG PENUH

A. TUJUAN
Menyelidiki dan mengukur bentuk gelombang output dari penyearah gelombang
penuh dengan menggunakan 2 buah diode.

B. PERALATAN
1. Rectifier Circuit Model No CA – 20
2. Multimeter
3. Oscilloscope
4. Kabel Jumper

C. LANDASAN TEORI
Penyearah gelombang penuh (full wave rectifier) adalah sistem penyearah yang
menyearahkan semua siklus gelombang sinus menggunakan dua blok dioda (satu blok dioda
bisa berupa satu atau beberapa dioda yang diparalel) yang bekerja secara komplenen. Satu
dioda bekerja pada fase siklus positif dan satu dioda bekerja pada fase siklus negatif yang
telah dibalik. Oleh karena itu penyearah gelombang penuh identik dengan penggunaan
transformator center tap (CT) yang memiliki dua buah output sinyal AC dengan fase
berkebalikan.

Gambar 2. Rangkaian penyearah gelombang penuh dua dioda

D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Persiapkan panel Rectifer Circuit Model No CA – 20 ( yakinkan daya dan semua
Saklar pada posisi off )
2. Buatlah Rangkaian seperti dalam gambar 2.1 dibawah ini, diposisikan S1 pada
kondisi ON ( hubung )
3. Hubungkan tegangan 9 Vac ke titik A,-9 Vac pada titik B dan 0 volt ke titik C.
Hidupkan power
4. Set oscilloscope pada sinkronus atau triggering, hubungkan input vertical dari
oscilloscope ke titik A, ground ke titik C
5. Setel pengaturan skala, penguatan horizontal, sweep dan pengontrol sinkronous
dan trigger untuk menunjukan bentuk gelombang.
6. Gambarkan bentuk gelombang dan catat besaranya tegangan puncak ke puncak.
Ada titik A-C yang berperan sebagai tegangan input.

E. HASIL PERCOBAAN

Bentuk gelombang V DC
(waveform) (p-p) (V)

2 dip * 2
Vin (A to C) 8,9
V/dip = 4 V

2dip * 2 V/dip
Vin (B to C) 8,9
=4V

1 dip * 2 V/dip
V out (D1) 8,1
=2V

1 dip * 2 V/dip
Vout(D2) 15
=2V

Vout full- 15
wafe
1 dip * 2 V/dip
=2V
Forward resistance (Ω) D1 (10 Ω) D2 (5 Ω)

F. TUGAS
1. Masalah apakah yang terjadi jika saklar – saklar S1 dan S2 dibuka atau ditutup?

Jawab:Jika S1 dan S2 dibuka maka D1 menjadi seri dengan RL sehingga menghasilkan


setengah gelombang pada layar osiloskop atau dengan kata lain hal ini disebut sebagai
penyearah setengah gelombang, sedangkan jika S1 dan S2 ditutup maka D1, D2dan RL
menjadi pararel sehingga menghasilkan gelombang penuh pada layar osiloskop atau dengan
kata lain hal ini disebut sebagai penyearah gelombang penuh. Perhatikan gambar berikut:

Gambar 3. (a) Penyearah setengah gelombang, (b) Penyearah gelombang penuh

2. Berdasarkan data anda jelaskan perbedaan antara penyearah gelombang penuh dengan
penyearah setengah gelombang!

Jawab:Pada penyearah gelombang penuh besar tegangannya dua kali dari dari tegangan
penyearah setengah gelombang. Kerapatan gelombang pada penyearah gelombang penuh
lebih rapat dibandingkan dengan penyearah setengah gelombang.
1.3 PENYEARAH GELOMBANG PENUH MENGGUNAKAN DIODA
JEMBATAN

A. TUJUAN
Menyelidiki dan mengukur bentuk gelombang output dari penyearah gelombang
penuh yang diodanya dirangkai dengan system jembatan

B. PERALATAN
1. Rectifier Circuit Model No CA – 20
2. Multimeter
3. Oscilloscope
4. Kabel Jumper

C. LANDASAN TEORI
Penyearah gelombang penuh 4 dioda ini juga sering disebut dengan bridge rectifier
atau penyearah jembatan.Prinsip kerja penyearah dengan 4 buah diode sama dengan
penyearah gelombang penuh menggunakan 2 buah diode, hanya pada penyearah system
bridge ini transformator yang digunakan tidak harus CT. Dioda akan bekerja secara
berpasangan, jika D1 &D3 On, D2 & D3 off begitu juga sebaliknya.

Gambar 4. Penyearah gelombang penuh menggunakan dioda jembatan (bridge rectifier)

Berdasarkan gambar diatas, jika transformer mengeluarkan output sisi sinyal positif
(+) maka output  maka D1 dan D2 akan berada dalam kondisi forward bias sehingga
melewatkan sinyal positif tersebut sedangakan D3 dan D4 akan menghambat sinyal sisi
negatifnya. Kemudian pada saat output transformer berubah menjadi sisi sinyal negatif (-)
maka D3 dan D4 akan berada dalam kondisi forward bias sehingga melewatkan sinyal sisi
positif (+) tersebut sedangkan D1 dan D2 akan menghambat sinyal negatifnya.

D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Persiapkan panel rectifier circuit model No CA-20.
2. Buatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini

Gambar 5. Rangkaian percobaan penyearah gelombang penuh dengan menggunakan diode


jembatan

3. Hubungkan tegangan 9 Vac ketitik D dan 0 Vac ketitik E. Hidupkan power.


4. Set osiloskop pada sinkronus atau triggering, hubungkan input vertical dari
osiloskop ketitik D, round ketitik E.
5. Setel pengaturan skala, penguatan horizontal, sweep dan pengontrol sinkronus
atau trigger untuk menunjukkan bentuk gelombang.
6. Gambarkan bentuk gelombang dan catat besarnya tegangan puncak ke puncak
pada titik D-E yang berperan sebagai input.
7. Gambarkan bentuk gelombang dan catat besarnya tegangan puncak ke puncak
pada titik F-G yang berperan sebagai output.

E. HASIL PERCOBAAN

Bentuk gelombang V DC
(waveform) (p-p) (V)
2 dip * 2
Vin (D to
E) V/dip = 4 7
V

1 dip * 2
Vout (F
to G) V/dip = 2 14
V

0dip * 2
Vout (S3-
on) V/dip = 0 23
V

Forward resistance (Ω) D1 D2

F. TUGAS
1. Apakah tegangan yang masuk kerumah – rumah bersifat AC atau DC?

Jawab: Bersifat AC.


2. Dioda apa yang biasa dipakai pada penyearah?

Jawab: Dioda yang terbuat dari bahan silicon.

3. Apa pengaruh pada dioda dengan bias mundur pada penyearah setengah
gelombang?

Jawab: Nilairesistansinya besar, maka diode tidak bisa melewatkan arus listrik disaat
gelombang sinussoedalnya bernilai negative. Perhatikan gambar!

Gambar 6. Pengaruh bias mundur pada penyearah setengah gelombang

4. Apa perbedaan bentuk gelombang pada penyearah setengah gelombang dan


penyearah gelombang penuh?

Jawab: pada penyearah setengah gelombang ada jarak yang kosong (bernilai setengah
gelombang sinussoedal) yaitu pada saat terjadi bias mundur sedangkan padapenyearah
gelombang penuh tidak ada jarak yang kosong meskipun terjadi bias mundur karena
diodebekerja secara bergantian. Perhatikan gambar!
Gambar 7. Perbedaan bentuk gelombang pada penyearah setengah gelombang dan penyearah
gelombang penuh

5. Jika frekuensi output pada penyearah setengah gelombang 60 Hz. Bagaimana


frekuensi output pada penyearah gelombang penuh?

Jawab:Frekuensi sinyal gelombang penuh adalah dua kali frekuensi masukan. Hal ini
beralasan karena sebuah keluaran gelombang penuh mempunyai dua kali periode masukan
gelombang sinus, hanya saja rectifier gelombang penuh membalikkan masing-masing
periode setengah negatif sehingga kita mendapatkan jumlah dua kali periode positif.
Akibatnya adalah penggandaaan frekuensi akan tetapi jika menggunakan trafo CT besarnya
frekuensi dari masing masih phasa terhadap CT adalah sama seperti frekuensi input.

6. Jika D2 pada penyearah gelombang penuh dilepas (open) bagaimana bentuk


gelombang output?

Jawab: Sama sepertibentuk gelombang output penyearah setengah gelombang karena jika
D2 open maka rangkaian hanya menggunakan satu diode.
BAB 2
DASAR SISTEM TELEKOMUNIKASI
MODULASI DAN DEMODULASI

2.1 MODULASI DAN DEMODULASI AMPLITUDO

A. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Menghitung index modulasi dan mengamati selubung dari gelombang modulasi
amplitudo.
b. Demodulasi dari sinyal modulasi amplitudo dan mengamati efek dari filter.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Single Point Patch Cord untuk koneksi (4mm)
2. Interkoneksi kabel (4mm)
3. Colokan Power
4. Modul No. ME 741 dan manual
5. Osiloskop Dual Trace Cathode Ray ( CRT ) 20 Mhz ( Model No ME 3020
Modul ini terdiri atas:
 Output Power Suplai 12 Vdc
 Gelombang Sinyal Pembawa dengan Frekuensi 455 Khz dan amplitude 2,5 Vp-p
(perkiraan)
 Penghasil Frekuensi Suara 1 Khz dan Amplitudo 2 Vp-p
 Diagram rangaian untuk modulasi dan demodulasi

C. LANDASAN TEORI
Modulasi Amplitudo (Amplitude Modulation, AM) adalah proses menumpangkan
sinyal informasi (wi) kepada sinyal pembawa/ carrier (wc) dengan sedemikian rupa sehingga
amplitudo gelombang pembawa berubah sesuai dengan perubahan simpangan (tegangan)
sinyal informasi yang dapat ditransmisikan melalui udara. Pada jenis modulasi ini amplitudo
sinyal pembawa diubah-ubah secara proporsional terhadap amplitudo sesaat sinyal
pemodulasi, sedangkan frekuensinya tetap selama proses modulasi.

Vc = Vm sin ωmt
Dimana gelombang yang dibawah direpresentasikan sebagai:

- (Vc = Vm sin ωmt1)


Dimana Vc merupakan tegangan gelombang pembawa dan Vm adalah tegangan dari
gelombang modulasi. Rasio antara gelombang amplitude disebut modulasi index atau factor
mf, dimanadirepresentasikan sebagai:
(Vmax−Vmin)
2
mf =
(Vma+Vmin)
2

Gambar 8. Modulasi amplitude

Kalkulasi mf dengan 100% modulasi yang diberikan m % dimana nilainya tidak lebih
dari 100. Radiasi power diberikan beban yang berkaitan dengan 2 bagian, yaitu satu power
pembawa (Pc) dan power modulasi pembawa (Pm). Perbedaan antara power 2 side band:

Ps = PUSB(Upper Side bBand) + PLSB (Lower Side Band)

Pm mf 2
=1+
Pc 2

Demodulasi adalah proses memperoleh kembali sinyal informasi dari sinyal modulasi
amplitudodengan cara pemisahan sinyal nformasi dari sinyal pembawa/ carrier.

D. LANGKAH PERCOBAAN
Modulasi
1. Hubungkan output dari Osilator sinyal Carrier (Pembawa) ke dalam input
Carrier
2. Hubungkan output sinyal AF (1 Khz) ke input sinyal AF
3. Hubungkan Osiloskop Channel A dengan output dari Modulasi Amplitudo
4. Hubungkan Osiloskop Channel B dengan output sinal AF
5. Atur posisi osiloskop pada posisi minimum
6. Nyalakan switch power ON pada switch ON/OFF
7. Sesuaikan setting dari osiloskop pada 200ms/Div dan vertical gain pada 1
v/Div seperti yang diperlihatkan pada screen dan posisikan ditengah- tengah
8. Masukkan 1 vp-p pada sinyal AF ke dalam input AF . perlihatkan sinyal
Gelombang modulasi dan hitung amplitudo dalam Vpp
9. Naikkan input AF dengan memutar tombol amplitudo dan catat amplitudo A
dan B untuk tiap kenaikan.
(Vmax −Vmin)/2
mf =
( Vmax+Vmin)/2
Jika diketahui Vmax = 0,4 dan Vmin = 0,1
Maka:
(0,4−0,1)/ 2
mf =
( 0,4+0,1)/2

mf =0,6=60 %

Gambar 9. Diagram koneksi untuk modulasi

Demodulasi
1. Hubungkan modulated output ke modulated input
2. Hubungkan Osiloskop Channel “A” dengan demodulated output untuk melihat
Amplitudo Demodulasi, catat “C” keluaran rangkaian
3. Hubungkan Osiloskop Channel “B” dengan keluaran sinyal Modulasi AF.
Hubungkan “C” dalam rangkaian dan catat efek dari komponen RF
4. Masukkan sinyal AF untuk perbedaan factor modulasi dan catat keluaran dari
Amplitudo demodulasi pada tegangan p-p dan input tegangan VP=Vpp/2atau
A/S
5. Plot respon kurva antara tegangan keluaran dan tegangan masukkan (Vp input)
dan hitung besarnya efisiensi dari detector (β)

a
b
Gambar 10 (a,b). Diagram koneksi untuk demodulasi

E. HASIL PERCOBAAN
Modulasi

Vin Vout (mV) (Vmax −Vmin)/2


mf =
(mV) Vmin Vmaks ( Vmax+Vmin)/2

0,8 dip * 5 mV/dip 2 dip * 50 mV/dip 2,2 dip * 50


0,04761
= 4 mV = 100 mV mV/dip = 110 mV

1,8 dip * 5 mV/dip 2,2 dip * 50 1,8 dip * 50


-0,1
= 8,5 mV mV/dip = 110 mV mV/dip = 90 mV

3 dip * 5 mV/dip = 1,8 dip * 50 2,2 dip * 50


0,1
15 mV mV/dip = 90 mV mV/dip = 110 mV

5 dip * 5 mV/dip = 1 dip * 50 mV/dip 2,4 dip * 50


0,4117
25 mV = 50 mV mV/dip = 120 mV

2 dip * 20 mV/dip 0,8 dip * 50 3 dip * 50 mV/dip


0,5789
= 40 mV mV/dip = 40 mV = 150 mV

3,6 dip * 20 -0,4 dip * 50 2,4 dip * 50


1,4
mV/dip = 72 mV mV/dip = -20 mV mV/dip = 120 mV
Tabel 2.1 Modulasi amplitude
Demodulasi

Vin Vout
3,6 dip * 20 mV/dip = 72 1,6 dip * 50 mV/dip = 80
mV mV

4,8 dip * 20 mV/dip = 96 2,2 dip * 50 mV/dip = 110


mV mV

2,4 dip * 50 mV/dip = 120 1,6 dip * 50 mV/dip = 80


mV mV

Tabel 2.2 Demodulasi amplitude (tabel gambar 10a)

Vin Vout
0,8 dip * 50 mV/dip = 40 0,4 dip * 50 mV/dip = 20
mV mV

1 dip * 50 mV/dip = 50 1 dip * 50 mV/dip = 50


mV mV

2,4 dip * 50 mV/dip = 120 1,8 dip * 50 mV/dip = 90


mV mV

Tabel 2.3 Demodulasi amplitude (tabel gambar 10b)

2.2 MODULASI DAN DEMODULASI FREKUENSI

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari modulasi dan demodulasi frekuensi.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Single Point Patch Cord untuk koneksi (4mm)
2. Interkoneksi kabel (4mm)
3. Colokan Power
4. Modul No. ME 741 dan manual
5. Osiloskop Dual Trace Cathode Ray ( CRT ) 20 Mhz ( Model No ME 3020)

Modul ini terdiri atas:


 Output Power Suplai 12 Vdc
 Gelombang Sinyal pembawa dengan frekuensi 2 dan 4 kHzdengan amplitude 3
Vp-p (perkiraan)

C. LANDASAN TEORI
Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation = FM) adalah proses menumpangkan
sinyal informasi pada sinyal pembawa/ carrier sehingga frekuensi gelombang pembawa
berubah sesuai dengan perubahan simpangan (tegangan) gelombang sinyal informasi. Jadi
sinyal informasi yang dimodulasikan (ditumpangkan) pada gelombang pembawa
menyebabkan perubahan frekuensi gelombang pembawa sesuai dengan perubahan tegangan
(simpangan) sinyal informasi. Pada modulasi frekuensi sinyal informasi mengubah – ubah
frekuensi gelombang pembawa, sedangkan amplitudonya konstan selama proses modulasi.
Proses modulasi frekuensi digambarkan sebagai berikut:

Gambar 11. Modulasi frekuensi

Keunggulan modulasi frekuensi (fm):

1. Lebih tahan noise


Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada pada range frekuensi 88 MHz –
108 MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari gangguan baik dari
atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan. Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak
jauh jika dibandingkan pada sistem modulasi AM dimana panjang gelombangnya lebih
panjang. Sehingga noise yang diakibatkan oleh penurunan level daya hampir tidak
berpengaruh karena dipancarkan secara Line Of Sight (LOS).

2. Bandwitdh yang lebar

Lebar (band) FM terletak pada bagian VHF (Very High Frequency) dari spektrum
frekuensi dimana tersedia bandwidth yang lebih lebar dari pada band siaran AM dengan
panjang gelombang medium (MW = Medium Wave). Bandwidth yang lebar pada saluran FM
juga memungkinkan untuk memuat dua saluran yaitu data atau audio.

D. LANGKAH PERCOBAAN

Modulasi

1. Hubungkan rangkaian seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8. Socket dari


Sinyal AF dengan Input sinyal AF pada rangkaian modulasi. Atur Amplitudo
pada posisi minimum. Pilih sinyal Frekuensi Modulasi dengan 2 Khz.
2. Hubungkan Osiloskop Channel “A” antara Socket keluaran modulasi dan
ground. Chanel “B” dengan masukan sinyal AF. Perhatikan modulasi
frekuensi dengan mengubah amplitudo dari sinyal AF dengan mengontrol
knob dan gelombang.
3. Ubah sinyal AF ke 4 dan ukur deviasi Frekuensi.
Gambar 12. Diagram koneksi modulasi frekuensi

Demodulasi
1. Hubungkan Socket keluaran modulasi Frekuensi dengan socket masukan
frekuensi modulasi.
2. Hubungkan osiloskop channel B dengan keluaran sinyal AF dan channel A
dengan keluaran dari modulasi frekuensi.
3. Buat amplitudo modulasi pada posisi maksimum dan pilih sinyal AF 2 Khz.
4. Atur P untuk mendapatkan sinyal yang baik.
5. Ubah selektor frekuensi ke 4 Khz. Keluaran Demodulasi menghasilkan
amplitudo yang kecil dibanding 2 Khz untuk frekuensi rool-off yang di
perlihatkan oleh low pass filter.
Gambar 13. Diagram koneksi demodulasi frekuensi

E. HASIL PERCOBAAN

Modulasi

Gambar 14. Tampilan gelombang demodulasi frekuensi


2 KHz 4 KHz
Channel 1 Channel 2 Channel 1 Channel 2

12 dip * 2 V/dip = 12 dip * 2 V/dip =24 10 dip * 2 V/dip = 16 dip * 2 V/dip =


24 V V 20 V 32 V

Temp.dip = 0,2 ms Temp.dip = 0,2 ms

Tabel 2.4 Modulasi frekuensi

Demodulasi

Gambar 15. Tampilan gelombang demodulasi frekuensi

2 KHz 4 KHz
Channel 1 Channel 2 Channel 1 Channel 2

1 dip * 10 mV/dip = 1 dip * 0,1 mV/dip = 0,6 dip * 10 mV/dip 0,8 dip * 0,1 mV/dip
10 mV 0,1 mV = 6 mV = 0,08 mV

Temp.dip = 0,5 ms Temp.dip = 0,5 ms

Tabel 2.4 Demodulasi frekuensi


BAB 3
DASAR SISTEM KONTROL
PID SIMULATOR

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui karakteristik dari tiap mode control propotional, integral,
propotional+integral dan propotional+integral+derivatif.

B. ALAT DAN BAHAN


1. PID simulator (model no. ME 1100)
2. Kabel penghubung

C. LANDASAN TEORI
PID (Proportional–Integral–Derivative controller) merupakan kontroler untuk
menentukan presisi suatu sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada
sistem tesebut. Dengan adanya umpan balik maka kita dapat memperbaiki/ memperkecil error
dari system pengontrolan tersebut.Untuk lebih memaksimalkan kerja pengontrol diperlukan
nilai batas minimum dan maksimum yang akan membatasi nilai Manipulated Variable yang
dihasilkan. Perhatikan gambar berikut!

Gambar 16. Kontroler PID

Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu Proportional, Integratif dan
Derivatif. Ketiganya dapat dipakai bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari respon
yang kita inginkan terhadap suatu plant.

a. Kontroler Proportional
1. Jika nilai KP kecil, pengontrol proporsional hanya mampu melakukan koreksi
kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat
(menambah rise time).
2. Jika nilai KP dinaikkan, respon/tanggapan sistem akan semakin cepat mencapai
keadaan mantapnya (mengurangi rise time).
3. Namun jika nilai KP diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan
mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau respon sistem akan berosilasi.
4. Nilai KP dapat diset sedemikian sehingga mengurangi steady state error, tetapi tidak
menghilangkannya.

b. Kontroler Integratif
1. Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga
pengontrol integral cenderung memperlambat respon.
2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada nilai
sebelumnya.
3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau
penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.
4. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi
semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal
keluaran pengontrol.

c. Kontroler Derivatif
1. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan)
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai Kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.
3. Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pembangkit
kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol diferensial dapat mengantisipasi
pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif dan cenderung
meningkatkan stabilitas sistem.
4. Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat meningkatkan stabilitas sistem dan mengurangi
overshoot.

D. LANGKAH PERCOBAAN
a. Mode Proportional
1. Switch on feedback switch (S1), kemudian switch on S2&S8, dan switch lain
tetap posisi off.
2. Switch on power
3. Pasang kabel penghubung pada PID simulator seperti pada gambar 2.1 untuk
mengatur V input.
4. Pilih range DPM (digital panel meter) pada 2V dan set V input pada
potensiometer VR1 sebesar 100mv (0,1V) dengan mengamati DPM.
5. Setelah selesai lepas kabel penghubung input dan pasang kabel penghubung
sesuai gambar 2.2 untuk mengukur V output dan V eror.
6. Seting gain potensiometer VR2 pada posisi minimum, amati dan catat V output
pada DPM dan V eror pada analog meter.
7. Ulangi step 1-3 dengan posisi gain berada ditengah-tengah dan posisi maksimum.
8. Ulangi step 1-3, dengan memberi beban RL1, RL2 dan RL3. Lakukan satu
persatu dan amati lalu catat pengaruh pertambahan beban terhadap V output dan
V eror.
Perubahan eror ini merupakan karakteristik dari kontroler propotional dan disebut
sebagai offset eror atau kesalahan offset.
b. Mode integral
1. Switch on feedback switch (S1), kemudian switch on S4&S10, dan switch S3
pada posisi ke atas. Pastikan switch lain tetap pada posisi off.
2. Switch on power.
3. Pasang kabel penghubung pada PID simulator seperti gambar 2.1 untuk mengatur
V input.
4. Pilih range DPM (digital panel meter) pada 2V dan set V Input pada
potensiometer VR1 sebesar 100mv (0,1V) dengan mengamati DPM.
5. Setelah selesai lepas kabel penghubung input dan pasang kabel penghubung
sesuai gambar 2.2, untuk mengukur V output dan V eror.
6. Amati bahwa terdapat sedikit eror pada sinyal input dan sinyal output. Ubahlah
pontesiometer VR3 seaah jarum jam (mulai posisi minimum, posisi tengah dan
posisi maksimum) dan amati osilasi yang ditunjukan oleh pergerakan jarum pada
analog meter. Catat besarnya eoro atau simpangan maksimum dan banyaknya
osilasi pada tabel pengamatan 2.
7. Tambahkan beban RL1, RL2 dan RL3. Lakukan satu persatu dan amati pengaruh
penambahan beban terhadap V output dan V eror.
Zero offset merupakan karakteristik dari kontriler integral.

c. Mode proportional+Integral
1. Switch on feedback switch (S1), kemudian switch on S2,S4,S8&S10, switch S3
pada posisi ke atas dan switch lain dalam keadaan posisi off. (setting mode p+1).
2. Switch on power.
3. Pasang kabel penghubung pada PID simulator seperti gambar 2.1 untuk mengatur
V input.
4. Pilih range DPM (digital panel meter) pada 2V dan set V Input pada
potensiometer VR1 sebesar 100mv (0,1V) dengan mengamati DPM.
5. Setelah selesai lepas kabel penghubung input dan pasang kabel penghubung
sesuai gambar 2.2, untuk mengukur V output dan V eror.
6. Setting gain pada posisi minimum, tengah-tengah dan maksimum (potensiometer
VR2), lakukan satu persatu dan amati V output dan V eror.
7. langi step 1 dan 2 , dengan memberi beban RL1, RL2 dan RL3. Lakukan satu
persatu dan catat pengaruh penambahan beban terhadap V output dan V eror.
Sistem dengan mode kontroler P+1 memberikan unjuk kerja dinamik yang lebih baik
dibandingkan dengan mode 1 saja. Penambahan resistansi beban menghasilkan zero offset
eror. Komponen gain proposional memberikan pengaruh positif terhadap perilaku dinamik
pada system.

d. Mode proportional+Integral+Derivatif
1. Switch on feedback switch (S1), kemudian switch on S2,S4,S5,S8,S10& S11 dan
switch S3&S7 pada posisi ke atas. Switch lainnya pada posisi off (setting mode
P+I+D)
2. Switch on power.
3. Pasang kabel penghubung pada PID simulator seperti gambar 2.1 untuk mengatur
V input.
4. Pilih range DPM (digital panel meter) pada 2V dan set V Input pada
potensiometer VR1 sebesar 100mv (0,1V) dengan mengamati DPM.
5. Setelah selesai lepas kabel penghubung input dan pasang kabel penghubung
sesuai gambar 2.2, untuk mengukur V output dan V eror.
6. Setting gain pada posisi minimum, tengah-tengah dan maksimum (potensiometer
VR2), lakukan satu persatu dan amati V output dan V eror.
7. Ulangi step 1 dan 2 , dengan memberi beban RL1, RL2 dan RL3. Lakukan satu
persatu dan amati V output dan V eror. Selain itu amati juga bagaimana unjuk
kerja dinamik sistem saat beban dilepaskan atau didiskoneksi secara tiba-tiba,
dibandingkan dengan sistem mode kontroler P+1 saja.

E. HASIL PERCOBAAN
a) Mode Proportional

Posisi Gain Vout (V) Verror (V)


Minimum 0,10 0
Tengah – tengah -0,97 1,2
Maksimum -0,234 2,3
RL1 -0,30 2,4
RL2 -0,49 2,4
RL3 -0,34 2,4
Tabel 3.1 Mode proportional

b) Mode integral

Posisi Gain Vout (V) Verror (V)


Minimum -0,859 9,6
Tengah – tengah -0,859 9,6
Maksimum -0,859 9,6
RL1 -0,348 9,6
RL2 -0,205 9,6
RL3 -0,152 9,6
Tabel 3.2 Mode integral
c) Mode Proportional+Integral

Posisi Gain Vout (V) Verror (V)


Minimum -0,859 9,6
Tengah – tengah -0,859 9,6
Maksimum -0,859 9,6
RL1 -0,348 9,6
RL2 -0,206 9,6
RL3 -0,152 9,6
Tabel 3.3 Mode proportional+integral

a. Mode proportional+Integral+Derivatif

Posisi Gain Vout (V) Verror (V)


Minimum -0,860 9,6
Tengah – tengah -0,860 9,6
Maksimum -0,860 9,6
RL1 -0,349 9,6
RL2 -0,206 9,6
RL3 -0,153 9,6
Tabel 3.4 Mode proportional+integral+derivatif

F. TUGAS
1. Mengapa jarum tersebut bergerak bolak – balik pada saat penambahan kontroler
integral?
Jawab: Karena pengontrol integral tidak mampu menjamin dengan baik keluaran
sistem dengan kesalahan keadaan mantapnya nol (Error Steady State = 0).

2. Apa efek dari penambahan kontroler derivative / diferensial pada system? Apakah
kontroler derivative/ diferensial dapat ditambahkan sebagai kontroler tunggal pada
suatu system? jelaskan alasan dan jawabannya!
Jawab: Mengasilkan koreksi yang signifikan. Tidakdapat ditambahkan sebagai
kontroler tunggal, karena kontrol derivative hanya berubah saat ada perubahan
error sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi.

3. Apa yang di maksud dengan kontroler proporsional? Berikan contohnya dalam dunia
kerja (system mekanik, pneumatic/ hidrolik maupun system elektrik)!
Jawab: Pengontrol proporsional memiliki keluaran yang sebanding/proporsional
dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan
harga aktualnya). Kontroler proporsional berlaku sebagai Gain (penguat) saja
tanpa memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler. Pengaplikasiannya yaitu
pengontrolan motor servo.

4. Apa yang dimaksud dengan kontroler integral? Berikan contohnya!


Jawab:Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki
kesalahan keadaan mantap nol (Error Steady State = 0 ). Pengaplikasiannyayaitu
pengontrolan motor servo.

5. Apa yang dimaksud dengan kontroler differensial? Berikan contohnya!


Jawab: Kontrol diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol akan mengakibatkan
perubahan yang sangat besar dan cepat. Ketika masukannya tidak mengalami
perubahan, keluaran pengontrol juga tidak mengalami perubahan, sedangkan
apabila sinyal masukan berubah mendadak dan menaik (berbentuk fungsi step),
keluaran menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal masukan berubah naik
secara perlahan (fungsi ramp), keluarannya justru merupakan fungsi step yang besar
magnitudenya sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan factor
konstanta KD. Pengaplikasiannya yaitu pengontrolan motor servo.

6. Bagaimana karakteristik kontroler PID?


Jawab:
1. Menambah atau mengurangi kestabilan.
2. Dapat memperbaiki respon transien khususnya : rise time, settling time .
3. Mengurangi (bukan menghilangkan) error steady state.
4. Memberikan efek redaman pada sistem yang berosilasi .
5. Memperbaiki respon transien, karena memberikan aksi saat ada perubahan error.
KESIMPULAN
Penyearah setengah gelombang (half wave rectifier) adalah sistem penyearah yang
menggunakan satu blok dioda tunggal untuk mengubah tegangan dengan arus bolak-balik
(AC) menjadi tegangan dengan arus searah (DC). Prinsip kerja penyearah setengah
gelombang memanfaatkan karakteristik dioda yang hanya bisa dilalui arus satu arah saja.
Disebut penyearah setengah gelombang karena penyearah ini hanya melewatkan siklus positif
dari sinyal AC.

Penyearah gelombang penuh (full wave rectifier) adalah sistem penyearah yang
menyearahkan semua siklus gelombang sinus menggunakan dua blok dioda yang bekerja
secara komplemen. Satu dioda bekerja pada fase siklus positif dan satu dioda bekerja pada
fase siklus negatif yang telah dibalik.

Penyearah gelombang penuh 4 dioda ini juga sering disebut dengan bridge rectifier
atau penyearah jembatan, menggunakan 4 buah diode. Pada dasarnya prinsip kerja bridge
rectifier sama dengan penyearah gelombang penuh menggunakan 2 buah diode, hanya pada
penyearah system bridge ini transformator yang digunakan tidak harus CT.

Modulasi adalah proses menumpangkan sinyal informasi (wi) kepada sinyal


pembawa/ carrier (wc). Demodulasi adalah proses memperoleh kembali sinyal informasi dari
sinyal modulasi amplitudodengan cara pemisahan sinyal nformasi dari sinyal pembawa/
carrier.

PID (Proportional–Integral–Derivative controller) merupakan kontroler untuk


menentukan presisi suatu sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada
sistem tesebut. Dengan adanya umpan balik maka kita dapat memperbaiki/ memperkecil error
dari system pengontrolan tersebut. Karakteristik PID:

1. Menambah atau mengurangi kestabilan.


2. Dapat memperbaiki respon transien khususnya : rise time, settling time .
3. Mengurangi (bukan menghilangkan) error steady state.
4. Memberikan efek redaman pada sistem yang berosilasi .
5. Memperbaiki respon transien, karena memberikan aksi saat ada perubahan error.
LAMPIRAN

FIELD DOCUMENTATION FIELD DOCUMENTATION

Rangkaian penyearah gelombang penuh


Rangkaian penyearah setengah gelombang
menggunakan dua dioda

FIELD DOCUMENTATION FIELD DOCUMENTATION

Rangkaian penyearah gelombang penuh


Rangkaian modulasi frekuensi
menggunakan diode jembatan

FIELD DOCUMENTATION FIELD DOCUMENTATION

Modulasi frekuensi 2 KHz Modulasi frekuensi 4 KHz


FIELD DOCUMENTATION

FIELD DOCUMENTATION

Demodulasi frekuensi 2 KHz

Rangkaian demodulasi frekuensi


FIELD DOCUMENTATION

FIELD DOCUMENTATION

Rangkaian modulasi amplitudo

Demodulasi frekuensi 4 KHz


FIELD DOCUMENTATION

FIELD DOCUMENTATION

Vmin modulasi amplitudo

Vin modulasi amplitudo


FIELD DOCUMENTATION FIELD DOCUMENTATION

Vmaks modulasi amplitudo Rangkaian demodulasi amplitudo

FIELD DOCUMENTATION FIELD DOCUMENTATION

Proses demodulasi amplitudo Proses demodulasi amplitudo

FIELD DOCUMENTATION FIELD DOCUMENTATION

Rangkaian kontroler
Rangkaian kontroler integral+proporsional
integral+proporsional+Deripatif
DAFTAR PUSTAKA

Purnama, Agus. 2013. Elektronika Dasar.Modulasi Amplitudo (Amplitude Modulation,


AM).http://elektronika-dasar.web.id/modulasi-amplitudo-amplitude-
modulation-am/. Diakses pada tanggal 22 Mei 2016

Purnama, Agus. 2013. Elektronika Dasar. Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation,


FM)http://elektronika-dasar.web.id/modulasi-frekuensi-frequency-
modulation-fm/. Diakses pada tanggal 22 Mei 2016

Purnama, Agus. 2013. Elektronika Dasar. Konsep Dasar Penyearah Gelombang


(Rectifier).http://elektronika-dasar.web.id/konsep-dasar-penyearah-
gelombang-rectifier/.Diakses pada tanggal 22 Mei 2016

Putra, Eka Permana. 2013. PID (Proportional-Integral-Derivative) Controller.


https://putraekapermana.wordpress.com/2013/11/21/pid/. Diakses pada
tanggal 23 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai