Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ervin Juliet L

NPM : 18820001
Kelas : 9A

TUGAS WAWASAN LINGKUNGAN

1. Tujuan SDG’s keempat yaitu tentang Memastikan pendidikan yang inklusif dan
berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

Hak atas pendidikan telah diakui sebagai bagian dari HAM secara universal selama
beberapa dekade, khususnya sejak disahkannya Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (DUHAM), yang menetapkan dasar bagi gagasan bahwa pendidikan, sebagai
bagian dari HAM, harus disediakan secara gratis, terutama di tingkat dasar, dan
bahwa pendidikan harus dapat diakses secara setara oleh setiap orang berdasarkan
kualitas/prestasinya.
Berikut ini adalah target tujuan SDG’s keempat:
1. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan laki-laki
menyelesaikan pendidikan primer dan sekunder yang gratis, setara dan berkualitas,
yang mengarah pada hasil belajar yang relevan dan efektif
2. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan laki-laki mendapat
akses terhadap pengembangan masa kanak-kanak secara dini yang berkualitas, juga
pengasuhan dan pendidikan pra-dasar agar mereka siap untuk masuk ke pendidikan
dasar
3. Pada tahun 2030, memastikan akses yang setara bagi semua perempuan dan lakilaki
terhadap pendidikan tinggi, teknis dan kejuruan yang berkualitas dan terjangkau,
termasuk universitas
4. Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan jumlah remaja dan orang dewasa
yang memiliki keahlian yang relevan, termasuk keahlian teknis dan kejuruan, untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak dan wirausaha
5. Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan dan memastikan
akses yang setara terhadap semua tingkatan pendidikan dan training kejuruan bagi
mereka yang rentan, termasuk yang memiliki disabilitas, masyarakat adat dan anak-
anak yang berada dalam situasi rentan
6. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua remaja dan sejumlah orang dewasa, baik
laki-laki maupun perempuan, mencapai kemampuan baca-tulis dan kemampuan
berhitung
7. Pada tahun 2030, memastikan bahwa mereka yang belajar mendapatkan pengetahuan
dan keahlian yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan,
termasuk antara lain, melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan gaya
hidup yang berkelanjutan, HAM, kesetaraan gender, mendukung budaya perdamaian
dan anti kekerasan, kependudukan global dan apresiasi terhadap keberagaman budaya
dan kontribusi budaya kepada pembangunan berkelanjutan
 Membangun dan meningkatkan mutu fasilitas pendidikan yang sensitif terhadap
gender, anak dan disabilitas dan menyediakan lingkungan belajar yang aman, tanpa
kekerasan, inklusif dan efektif bagi semua
 Pada 2020, secara substansial memperbanyak jumlah beasiswa yang tersedia untuk
negara-negara berkembang, khususnya negara kurang berkembang, negara
berkemabng kepulauan kecil dan negara-negara Afrika, untuk masuk ke pendidikan
tinggi, termasuk pelatihan kejuruan dan teknologi informasi dan komunikasi, teknik,
program teknik dan sains, di negara-negara maju dan negara berkembang lainnya
 Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan penyediaan guru-guru yang
berkualitas, termasuk melalui kerjasama internasional untuk pelatihan guru di
negaranegara berkembang, khususnya negara kurang berkembang dan negara
berkembang kepulauan kecil.

Program kegiatan yang sudah tercapai di Indonesia.


 Di Indonesia, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah untuk anak usia 0-6
tahun karena usia SD adalah 7-12 tahun. Indikator ini diperoleh melalui
Susenas untuk anggota rumahtangga usia 0-6 tahun berupa pertanyaan
pernah/sedang mengikuti pendidikan pra sekolah. Pendidikan pra sekolah
yang dimaksud adalah TK/BA/RA, kelompok bermain, taman penitipan anak,
PAUD terintegrasi BKB/Posyandu, dan lembaga lainnya. Data bisa
didisagregasi berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, wilayah, dan
pendapatan rumahtangga.
Program kegiatan yang belum tercapai di Indonesia:
 Terdapat 75% SD yang gagal memenuhi standar pelayanan minimal seperti
proporsi muridguru maupun fasilitas sekolah yang tidak layak;
- Saran : sebaiknya pemerintah daerah setempat menganggarkan dana
khusus untuk dapat memenuhi pelayanan serta fasilitas sekolah agar
menjadi layak dan dapat meningkatkan mutu dan kualitas Pendidikan
di daerah tersebut.
 Anak-anak masyarakat adat terdeprivasi dari pendidikan akibat kurangnya
akses geografis. Mayoritas masyarakat adat tinggal jauh dari wilayah geografis
administratif umum, khususnya di dalam atau sekitar hutan dan sangat
terpencil, di mana hanya terdapat sedikit sekali sekolah yang berada dalam
jangkauan.
- Saran : sebaiknya pemerintah setempat bahkan pusat lebih
memperhatikan pembangunan infrakstruktur baik itu jalan atau pun
jembatan yang layak sehingga masyarakat yang tinggal di pedalaman
dapan mempunyai akses untuk dapat mencapai tempat atau lokasi
sekolah.

2. Tujuan SDG’s ke 5 yaitu tentang Kesejahteraan Gender dan memberdayakan semua


perempuan dan anak perempuan
Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Dan peran gender terbagi menjadi peran produktif,
peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan. engertian kesetaraan gender
merujuk kepada suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan dalam
pemenuhan hak dan kewajiban.

Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan, di


seluruh dunia. Ini adalah fakta meskipun ada kemajuan yang cukup pesat dalam
kesetaraan gender dewasa ini. Perempuan dan anak perempuan menanggung beban
paling berat akibat ketidaksetaraan yang terjadi, namun pada dasarnya ketidaksetaraan
itu merugikan semua orang. Oleh sebab itu, kesetaraan gender merupakan persoalan
pokok suatu tujuan pembangunan yang memiliki nilai tersendiri.

Dengan adanya kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara untuk


berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif serta dapat
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Dengan demikian mempromosikan kesetaraan
gender adalah bagian utama dari strategi pembangunan dalam rangka untuk
memberdayakan masyarakat (semua orang) baik itu perempuan maupun laki-laki
untuk melepaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Berikut ini adalah target dari tujuan kelima:


1. Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap semua perempuan dan anak
perempuan dimana saja
2. Mengeliminasi segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan
pada ruang publik dan privat, termasuk perdagangan (trafficking) dan seksual dan
bentuk eksploitasi lainnya
3. Menghapukan segalasemua praktek-praktek yang membahayakan, seperti perkawinan
anak, dini dan paksa dan sunat pada perempuan
4. Menyadari dan menghargai pelayanandan kerja domestik yang tidak dibayar melalui
penyediaan pelayanan publik, kebijakan perlindungan infrastruktur dan sosial serta
mendorong adanya tanggung jawab bersama didalam rumah tangga dan keluarga yang
pantas secara nasional
5. Memastikan bahwa semua perempuan dapat berpartisipasi penuh dan mendapat
kesempatan yang sama untuk kepemimpinan pada semua level pengambilan
keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi dan publik
6. Memastikan adanya akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi dan
hak reproduksi sebagaimana telah disepakati dalam Program Aksi Konferensi
Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan dan Aksi Platform Beijing
dan dokumen hasil dari konferensi review keduanya
 Melakukan reformasi untuk memberikan hak yang sama bagi perempuan terhadap
sumber-sumber ekonomi dan juga akses terhadap kepemilikan dan kontrol terhadap
tanah dan bentuk property lainnya pelayanan finansial, warisan dan sumber daya
alam, sesuai dengan hukum nasional
 Memperbanyak penggunaan teknologi terapan, khususnya teknologi informasi dan
komunikasi, untuk mendukung pemberdayaan perempuan
 Mengadopsi dan menguatkan kebijakan yang jelas dan penegakkan perundang-
undangan untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan
dan anak perempuan pada semua level

Program dan kegiatan Rencana Aksi mendukung Tujuan 5 antara lain adalah:
1. Program perlindungan perempuan dan anak yang didukung dengan kegiatan
a) Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan korban kekerasan
terhadap perempuan dan anak
b) Pengembangan data gender dan perlindungan perempuan dan anak
c) Advokasi Pemenuhan Hak-Hak Anak.
3. Program kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan yang didukung
dengan kegiatan
a) Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Perempuan dan anak
b) Pemberdayaan Peranan Perempuan di Bidang Ekonomi.
4. Program Pengendalian Pertumbuhan Penduduk yang didukung dengan
kegiatan a) Pembinaan Keluarga Berencana
b) Peningkatan kesehatan reproduksi.
5. Program peningkatan kualitas keluarga yang didukung dengan kegiatan
(a) Peningkatan Ketahanan keluarga
(b) Pengembangan Bina Keluarga.

Program kegiatan yang sudah tercapai di Indonesia :


 Berdasarkan prediksi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 lalu, populasi
Indonesia pada 2018 mencapai tak kurang dari 264,2 juta jiwa atau 50,2%
adalah laki-laki sementara 131,5 juta jiwa atau 49,8% adalah perempuan.
Sedangkan, Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia diketahui
mengalami kenaikan dari 90,82 pada 2016 menjadi 90,99 di 2018.
 Sementara, Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indonesia ikuttercatat naik
dari 71,39 pada 2016 menjadi 71,74 di 2017. IDG adalah indikator yang
menunjukkan apakah perempuan dapat memainkan peranan aktif dalam
kehidupan ekonomi dan politik.
 Sementara menyangkut upaya pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi,
industri kreatif merupakan jawabannya. Perempuan telah sukses
mendominasi serapan tenaga kerja di sektor industri kreatif. Dalam Laporan
Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif, BPS dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)
menyebut perempuan secara konsisten menjadi pemain utama industri kreatif
sejak 2011 hingga 2016.

4. Tujuan SDGs ketujuh yaitu Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau,
dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua.

Energi adalah mesin penggerak perkembangan manusia. Kita butuh akses energi
untuk kehidupan sehari-hari, kegiatan perekonomian, pendidikan dan kesehatan.
Akses energi adalah hak asasi manusia dan merupakan bagian dari Target
Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang
diadopsi oleh para pemimpin dunia di 2015. Namun, satu miliar orang masih hidup
tanpa listrik dan lebih dari tiga miliar orang belum bisa memasak dengan bersih.
Energi ramah lingkungan dan inklusif berupaya mewujudkan sistem energi yang
berkelanjutan dan adil: mulai dari segi kebijakan dan regulasi, penyedia energi dan
bisnis, hingga institusi dan konsumen. Mewujudkan sistem energi yang ramah
lingkungan dan inklusif memberi banyak manfaat bagi manusia dan planet kita.

Berikut ini adalah target dari tujuan ketujuh SDGs:


1. Pada tahun 2030, memastikan adanya akses universal terhadap pelayanan energi yang
terjangkau, dapat diandalkan dan modern
2. Pada tahun 2030, meningkatkan secara substantif proporsi energi terbarukan dalam
energi campuran global
3. Pada tahun 2030, menggandakan laju perbaikan efisiensi energi
 Pada tahun 2030, memperbanyak kerjasama internasional untuk memfasilitasi akses
terhadap riset dan teknologi energi bersih, termasuk energi terbarukan, efisiensi energi
dan teknologi bahan bakar fosil yang lebih maju dan bersih, dan mendorong investasi
dalam infrastruktur energi dan teknologi energi bersih
 Pada tahun 2030, menambah infrastruktur dan meningkatkan mutu teknologi untuk
supply pelayanan energi modern dan berkelanjutan untuk semua negara berkembang,
khususnya di negara-negara kurang berkembang, negara berkembang kepulauan kecil,
dan negara berkembang terkungkung daratan, sesuai dengan bantuan program
masing-masing

Program kegiatan yang belum tercapai pada tujuan ini di Indonesia adalah:
 Energi, khususnya listrik dan gas, merupakan hal yang vital dalam kegiatan
perekonomian maupun urusan domestik. Berangkat dari hal tersebut,
pemerintah mencanangkan program penyebarluasan akses energi yang
dikenal dengan nama energi berkeadilan. Seperti dijabarkan oleh Radhi
(2019), energi berkeadilan merupakan program Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) yang bertujuan untuk memungkinkan
penyediaan energi dengan harga terjangkau bagi masyarakat Indonesia
secara luas.
 Pemerintah Indonesia dalam hal ini mencanangkan rencana elektrifikasi
100% pada 2020. Akan tetapi, pemerintah mengabaikan keberlanjutan
program tersebut, dengan anggapan bahwa mengaliri listrik saja sudah
cukup. Padahal, menurut Sambodo, dengan rendahnya tingkat pendidikan
dan daya beli masyarakat, serta adanya faktor geografis, yakni lokasi
sebagian daerah Indonesia yang terpencil, akan timbul isu-isu pasca
elektrifikasi yang disebut kemiskinan energi ganda.
 Belum meratanya penyebaran energi bersih untuk memasak karena kendala
infrastruktur. Akibatnya, masyarakat cenderung memilih kayu bakar untuk
memasak karena mudah didapat dan murah terlepas dari asapnya yang
mengotori udara dan membahayakan pernapasan.

Saran :
1. Memastikan bahwa elektrifikasi benar-benar dapat terus membantu
masyarakat
Kesadaran akan pentingnya energi berkeadilan harus menyentuh kelompok
masyarakat yang sering terlupakan. Seringkali, keadilan disalahpahami atau sengaja
disalahpahami sehingga persepsi masyarakat pun terdistorsi. Oleh karena itu, dalam
memahami keadilan, kesadaran akan adanya ragam pandangan sosial, budaya, etnis,
serta keragaman ras dan gender juga diperlukan.
2. Menentukan cara yang tepat untuk menjaga kebermanfaatan program
elektrifikasi pada level daerah dan nasional
Realisasi keadilan energi harus dilakukan dengan cara yang netral dan melibatkan
semua pemangku kepentingan tanpa pandang bulu. Semua pihak yang berkepentingan
(masyarakat Indonesia) seyogyanya dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan
partisipasi mereka harus diperhitungkan. Selain itu, kontribusi, keadilan, dan
transparansi pemerintah dan industri, serta pendekatan yang tepat dan penuh kehati-
hatian juga diperlukan

Anda mungkin juga menyukai