Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 ISBN: 978-602-19421-0-9

HKI-Kaltim

KUALITAS MINYAK ATSIRI NILAM DARI METODE


PENGECILAN UKURAN PADA PENYULINGAN TANAMAN
NILAM (Pogostemom cablin BENTH).

Supriono, SP, Theresia Adi Susanti, SP

Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Teknologi Pertanian


Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
2014

RINGKASAN
Penelit ian in i berj d l “K alitas Minya Atsiri Nilam dari Metode Pengecilan U ran pada
Penyulingan Tanaman Nilam (Pogostemom cablin BENTH)” bertujuan untuk mengetahui kualitas dari
minyak atsiri nilam yang dincang dan yang tanpa dicincang. Apakah sesuai dengan standar mutu SNI atau
tidak. Penelit ian ini dilaksanakan di Sanga-Sanga, dan Lab. Analitik Kimia Po liteknik Pertanian Negeri
Samarinda, sedangkan waktu pengolahan minyak nilam dan lada juga analisa mutunya selama 2 bulan
kalender. Metode penyulingan yang digunakan adalah metode air dan uap. Dari hasil analisa diperoleh
mutu minyak atsiri n ilam yang tanpa dicincang dengan warna cokelat kemerahan, indek b ias 1,502, berat
jenis 0,85. Kelarutan alkohol 1:3 . bilangan as am 3,95, bilangan ester 10. Sedangkan minyak atsiri n ilam
yang dicincang dengan warna kuning, indek bias 1,505, berat jen is 0,505, kelarutan alkohol 1:6, bilangan
asam 3,25 bilangan ester 8,25. Melalui penelit ian terhadap mutu minyak atsiri nilam dapat disimpulkan
beberapa hal penting yaitu: s ecara umum mutu minyak atsiri yang dihasilkan termasuk baik, karena masih
masuk dalam SNI baik minyak Nilam dari tanpa dicincang maupun Dicincang . Pada minyak n ilam yang
berasal dari Dicincang lebih baik mutuya dibanding tanpa dicincang.

PENDAHULUAN
Minyak atsiri merupakan senyawa organik yang berasal dari tanaman dan bersifat mudah menguap oleh sebab itu
sering j ga diseb t “minya terbang”. Minya atsiri biasanya ber pa cairan jerni , t ida ber arna, tetapi selama
penyimpanan akan mengenntal dan berwarna kekuningan atau kecokelatan. Kegunaan dari minyak atsiri adalah sebagai
bahan baku industri farfu m atau bahan pewangi dan bahan aroma. Minyak atsiri juga dapat digunakan sebagai bahan
baku obat dan aromaterapi. Berbagai tanaman unggul dan potensial yang menghasilkan minyak atsiri telah banyak
ditanam.
Tahun 2009, Indonesia mengekspor minyak atsiri sebanyak 2.500 ton atau senilai 100 juta US dolar. Tujuannya
ke negara-negara maju seperti Prancis, Jerman, A merika Serikat, dan negara di Eropa lainnya. Ko moditas ekspor
unggulan dari Indonesia, diantaranya minyak nilam, minyak pala, dan minyak daun cengkeh. Persentase ekspor minyak
nilam dari Indonesia bahkan telah mampu memasok 90% kebutuhan dunia. (Meika Syabana Rusli, 20 10).
Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman unggulan penghasil minyak atsiri Indonesia. Di pasar minyak
atsiri dunia, minyak n ilam merupakan minyak yang paling banyak dicari dan Indonesia merupakan produsen utama
nilam d i dunia. Hingga saat ini, minyak nilam belu m dapat dibuat tiruan atau sintetisnya, sehingga harga minyak nilam
cenderung tinggi. Minyak nilam sebagian besar dimanfaatkan dalam industri minyak wangi. Dalam hal ini minyak
nilam digunakan sebagai bahan pengikat (fiksatif) dalam industri far fu m, sabun, dan kosmetik lainnya
Sentra penanaman nilam di Indonesia selama ini adalah wilayah Sumatera Barat, Su matera Utara, Aceh, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Meskipun luas lahan budidaya nilam terus bertambah, tetapi produktivitas nilam di Indonesia
masih rendah. Hal in i menyebabkan ketersediaan bahan baku yang tidak kontinu dan fluktuasi harga. Untuk itu masih
terbuka kesempatan bagi daerah Kaltim untuk mengembangkan ko moditas ini.
Tanaman Nilam sampai saat ini belu m d ikembangkan dengan terarah di Kali mantan Timu r padahal jika
diperhatikan bahwa tanaman in i punya prospek dan memiliki kecocokan dengan iklim daerah Kaltim . Kaltim
merupakan provinsi yang masih memiliki lahan yang cukup luas, dengan mengembangkan produk tanaman perkebunan
selain ko moditas utama seperti kelapa sawit, kakao dan karet tanaman nilam dapat meningkatkan pendapatan daerah di
sektor perkebunan. Untuk wilayah Samarinda tanaman nilam sempat dikembangkan tetapi hasilnya masih ku rang
menggembirakan sehingga para petani enggan untuk men anam n ilam. Pengembangan tanaman nilam yang cukup
berhasil di wilayah Kalt im adalah Sangata dan Tanjung Selor.
Kalimantan Timu r memiliki daerah penghasil nilam seperti sangata dan berau. Namun produksi yang dihasilkan
masih rendah. Masalahnya adalah :
1. Informasi tetang mutu minyak atsiri n ilam kurang tersedia.
2. Bagaimana menghasilkan mutu minyak nilam yang baik
Berdasarkan permasalahan yang dimunculkan sebagaimana d isebutkan diatas, maka tujuan dari studi ini adalah:
1. Mengetahui mutu minyak atsiri yang telah di tanam oleh petani dengan metode tanpa pengecilan ukuran pada

HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 ISBN: 978-602-19421-0-9
HKI-Kaltim

tanaman nilam yang akan disuling.


2. Mengetahui mutu minyak atsiri dengan pengecilan ukuran tanaman nilam yang akan disuling.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan studi ini adalah:
1. Tersedianya informasi tentang mutu minyak nilam yang ditanam petani yang disuling tanpa pengecilan ukuran .
2. Tersedianya informasi mutu minyak atsiri yang disuling dengan pengecilan ukuran.
3. Tersedianya informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas minyak atsiri nilam.

METODE P ENELITIAN
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian adalah tentang pengolahan tanaman nilam menjadi minyak atsiri serta analisa mutu
minyak yang dihasilkan. Daerah penghasil minyak atsiri di Indonesia umu mnya di dominasi dari daerah Jawa Timu r,
Sumatera dan Sulawesi sedangkan produksi dari Kalimantan masih sangat sedikit. Dan mutunya pun kebanyakan masih
di bawah standar yang ada. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu dari
minyak yang dihasilkan seperti misalnya pemilihan bibit yang tepat, teknik budidaya, pemanenan, penanganan pasca
panen serta pada saat pengolahan minyak atsiri. Sedangkan analisa mutu meliputi : warna, berat jen is, indeks bias, dan
kelarutan.

B. Metodologi
a. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelit ian di lakukan di Laboratoriu m Pengolahan dan Laboratoriu m Kimia Analitik Politani
Samarinda dan bahan di Ambil dari Sanga-Sanga atau Sepaku, sedangkan waktu pengolahan minyak nilam dan
analisa kimia yang menunjukkan kualitas minyak nilam selama 2 bulan kalender selama September sampai
dengan November 2013.

b. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah:
1. Parang 5. Pipet tetes 9. Tabung dekantasi
2. Karung 6. Botol 10. Penyulingan (kapasitas 50 kg)
3. Timbangan 7. Dru m 11. Statif
4. Refragtometer 8. Ko mpor 12. Gelas ukur
Bahan yang digunakan adalah:
1. Daun dan cabang tan. nilam
2. MgCl
3. Alkohol
4. Air

HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 ISBN: 978-602-19421-0-9
HKI-Kaltim

C. Proses Pengolahan mi nyak atsiri nilam


a. Tanaman nilam yang telah dipanen tanpa dilakukan pengecilan ukuran langsung dikering anginkan 3 hari (A )
b. Tanaman nilam yang telah dipanen dilaku kan pengecilan ukuran dengan cara dirajang dengan ukuran ± 15-30
cm hal in i untuk memudahkan penguapan air juga memperluas bidang bahan u ntuk mengeluarkan minyak.
Setelah dilaku kan pengecilan ukuran tanaman nilam d ikering anginkan selama 3 hari (B).
c. Timbang sebelum d imasukan dalam ketel penyulingan untuk dapat mengetahui rendemen yang diperoleh
d. Penyulingan dilakukan selama 4-6 jam dengan menjaga suhu pada saat proses penyulingan
e. Kondesat yang diperoleh ditampung dalam tabung dekantasi untuk memisahkan minyak dan air.
f. Kandungan air yang terikut pada minyak dapat diikat dengan menggunakan MgCl agar minyak diperoleh akan
jernih
g. Minyak atsiri siap dianalisa mutunya

D. Parameter Yang Di analisa


1. Warna
Dengan memperhatikan warna minyak yang diperoleh setelah dijern ihkan terlebih dahulu dengan
menggunakan MgCl sehingga sisa air yang masih terdapat pada minyak dapat dipisahkan.
2. Indeks Bias
Analisa indeks bias dilaksanakan dengan menggunakan alat refragtometer, minyak atsiri yang telah diperoleh
diteteskan pada bidang prisma dan kemud ian dibaca skala yang terdapat pada alat tersebut.
3. Berat jenis
Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Dari
seluruh sifat fisiko-kimia n ilai berat jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 dan pada umu mnya nilai
tersebut lebih kecil dari 1,000. Nilai berat jenis minyak atsiri didefin isikan sebagai perbandingan antara berat
minyak dengan berat air murni pada volume dan suhu yang sama. Prosedur :
a. Siapkan piknometer yang akan digunakan dan bersihkan dengan memb ilasnya menggunakan air suling.
Timbang berat piknometer tersebut.
b. Isi pikno meter tersebut dengan air suling yang telah diketahui suhunya sampai batas tera, kemudian
timbang berat air suling tersebut. Berat air suling akan diketahui dengan cara mengurangi berat
pikno meter.
c. Lakukan hal yang sama terhadap minyak atsiri yang ingin d iketahui berat jenisnya.
4. Kelarutan dalam alkohol
Karena banyak minyak atsiri larut dalam alkohol dan jarang larut dalam air, maka kelarutannya dapat mudah
diketahui dengan menggunakan alkohol pada berbagai tingkat konsentrasi. Menentukan kelarutan minyak ,
tergantung juga kepada kecepatan daya larut dan kualiotas minyak. Biasanya minyak yang kaya akan
ko mponen oxygenated akan lebih mudah larut dalam alkohol daripada yang banyak mengandung terpentin.
Prosedur :
a. Masukan 1 ml minyak ke dalam labu ukur 10 ml dan tambahkan secara perlaha n-lahan sejumlah kecil
alkohol dengan konsentrasi tertentu kemudian d ikocok.
b. Jika dihasilkan larutan berwarna jern ih, catatlah ju mlah volu me dan konsentrasi alkohol yang dibutuhkan.
c. Lanjutkan penambahan alkohol h ingga 10 ml. Jika selama penambahan alkohol tersebut timbul warna
kabur atau suram, maka catatlah titik d imana hal tersebut terjadi.
d. Jika selama penambahan alkohol tidak diperoleh larutan jernih, maka penetapan diulangi dengan
menggunakan alkohol berkonsentrasi lebih tinggi.
5. Bilangan asam
Sebagian besar minyak atsiri mengandung sejumlah kecil asam bebas. Ju mlah asam bebas biasanya
dinyatakan sebagai bilangan asam dan jarang dihitung dalam persen asam. Bialangan asam dari suatu minyak
didefinisikan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk men etralkan asam bebas dalam 1 gram
minyak. Prosedur :
a. Timbang sebanyak 2,5 g ram minyak dimasukan dalam tabung erlenmeyer
b. Tambahkan 15 ml alkohol 95% dan 3 tetes larutan fenolfthalein 1 %.
c. Asam bebas dititrasi dengan larutan standar natrium h idroksida 0,1 N, penambahan tetes alkali yang baik
sewaktu titrasi ialah kira-kira 30 tetes per men it.
d. Isi erlen meyer harus digoyangkan terus selama t itrasi berlangsung. Warna merah yang timbul pertama
kali dan tidak hilang dalam 10 detik menunjukan titik akhir tit rasi.
e. Bilangan asam  5,61( jumlahmlNaOH 0,1Nyangdipak ai)
bobotconto hgram) 
6. Bilangan ester

HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 ISBN: 978-602-19421-0-9
HKI-Kaltim

Penentuan jumlah ester sangat penting dalam menentukan nilai minyak atsiri. Pada u mu mnya ester terbentuk
dari asam berbasa satu. Prosedur :
a. Masukan 1,5 gram minyak ke dalam erlen meyer
b. Tambahkan 5 ml alkohol 95% dan 3 tetes fenolfthalein, netralkan asam bebas dengan larutan NaOH 0,1 N
(5 tetes)
c. Kemudian tambahkan 10 ml larutan NaOH 0,5 N beralkohol
d. Pasang kondensor pada erlen meyer kemudian panaskan selama 1 jam d ia atas penangas air
e. Pindahkan dan dinginkan pada suhu kamar selama 15 menit, tambahkan 3 tetes fenolfthalei kembali
kemudian titrasi sisa alkali dengan asam klorida 0,5 N.
f. Buatlah blanko yaitu dengan mengganti minyak dengan aquades.
g. Kadar ester (%)  am
20s
Keterangan a=jumlah ml NaOH 0,5 N yang digunakan dalam penyabunan
m= bobot molekul ester
s= bobot contoh (gram)

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Dari Hasil penelit ian diperoleh data mengenai minyak atsiri M inyak nilam dan daun lada sebagai berikut:

Tabel. 1. Data Hasil Penelitian Minyak Atsiri deng an Standar Nasional Indonesia (SNI)
No. Perlakuan Warna Berat jenis Indeks bias Kelarutan alkohol Bilangan asam ester
Hasil SNI hasil SNI hasil SNI hasil SNI hasil SNI hasil SNI
1. Nilam Coklat Kuning 0,85 0,9485 1,502 1,503 1:3 ml 1:10 ml 3,95 M aks 5 10 M aks 10
tanpa kemerahan – coklat – 0,9715 – 1,513
dicincang kemerahan
2. Nilam Kuning Kuning 0,86 0,9485 1,505 1,503 1:6 ml 1:10 ml 3,25 M aks 5 8,25 M aks 10
dicincang – coklat – 0,9715 – 1,513
kemerahan
B. Pembahasan
1. Warna
Untuk SNI warna minyak nilam kuning - kecoklatan kemerahan jadi untuk hasil minyak nilam yang
diperoleh masih masuk dalam SNI baik minyak n ilam yang berasal dari tanpa dicincang maupun dari
dicincang. Semakin coklat warna minyak nilam yang diperoleh mengin dikasikan kandungan PA minyak n ilam
tersebut semakin rendah.
2. Bobot Jenis
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak
nilam. Nilai bobot jenis minyak nilam didefinisikan sebagai perbandingan antara massa minyak dengan massa
air pada volume dan suhu yang sama. Bobot jenis sering dihubungkan dengan fraksi massa komponen –
ko mponen yang terkandung di dalam minyak nilam. Semakin tinggi fraksi massa yang terkandung dalam
minyak nilam seperti seskuiterpen, patchouli alkohol, patchoulena, eugenol benzoat, maka semakin besar pula
nilai bobot jenis minyak nilam. Hal ini dikarenakan fraksi – fraksi massa tersebut banyak mengandung
mo leku l yang berantai panjang dan relatif banyak ikatan tak jenuh atau banyak gugusan oksigen karena
terjadinya reaksi oksidasi.
Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696 – 1,188 tetapi pada umu mnya nilai tersebut lebih
kecil dari 1,000. Untuk minyak nilam dalam SNI adalah 0,9485-0,9715 sedangkan pada minyak yang nilam
dari tanpa dicincang hanya 0,7980-0,8500 itu artinya ada sebagian komponen-komponen didalam minyak
atsiri ada yang hilang begitu pula dengan hasil minyak atsiri dari d icincang yang bobot jenisnya bernilai
0,8600. Hilangnya komponen-ko mponen tersebut dapat disebabkan dari faktor bahan maupun pengolahan
yang kurang tepat. Untuk minyak nilam yang berasal dari tanpa dicincang maupun dicincang masih bisa
dikatakan baik walaupun minyak nilam telah mengalami penurunan mutu/kualitas.
3. Indeks Bias
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya
di dalam minyak n ilam pada suhu tertentu. Indeks bias minyak n ilam berhubungan erat dengan komponen
berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergug us oksigen dalam minyak nilam. Sama halnya
dengan bobot jenis, dimana ko mponen penyusun minyak n ilam dapat memengaruhi nilai indeks biasnya.
Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut
tersuling, maka kerapatan minyak nilam akan bertambah sehingga kecepatan cahaya pada minyak nilam lebih
kecil dan mengakibatkan nilai indeks biasnya lebih tinggi.

HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 ISBN: 978-602-19421-0-9
HKI-Kaltim

Semakin banyak rantai karbon yang terkandung dalam minyak atsiri maka n ilai indeks biasnya semakin
tinggi. Hal ini d isebabkan karena fraksi massa dalam minyak seperti sesquiterpen, patchouli alkohol,
patchoulena, eugenol benzoate, berasal dari mo leku l berantai panjang.
Selain itu indeks bias juga dipengaruhi o leh adanya kandungan air d i dalam minyak atsiri tersebut.
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin tinggi nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang
mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang tinggi lebih bagus
dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang rendah.
Untuk indeks bias minyak nilam dari tanpa dicincang 1,502-1,506 dan nilai indeks bias minyak n ilam
dari dicincang adalah 1,505 sedangkan nilai indeks bias minyak nilam bersasarkan SNI adalah 1,503 -1,513
berarti jika d ilihat dari indek bias kedua minyak memiliki kualitas yang baik dan sesuai SNI.
4. Kelarutan dalam Alkohol
Telah diketahui bahwa alkohol mempunyai gugus OH, dan bahwa kelarutan minyak atsiri dalam
alkohol ditentukan oleh jenis ko mponen kimia yang terkandung dalam minyak atsiri. Pada umu mnya minyak
atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut dalam alkohol daripada yang
mengandung terpen tak teroksigenasi. Salah satu komponen yang termasuk dalam golongan terpen
teroksigenasi adalah patchouli alkohol yang mempunyai gugus fungsi –COH (alkohol), yang artinya memiliki
kepolaran yang hampir sama dengan pelarut alkohol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi daya
larut minyak n ilam pada alkohol (b iasanya alkohol 90%) maka mutu minyak atsirinya semakin baik.
Kelarutan minyak n ilam dalam alkohol didapatkan nilai 1 : 5 ml untuk minyak nilam dari tanpa
dicincang dan 1 : 6 ml untuk minyak dari Dicincang kedua minyak tersebut berarti masih masuk dalam
kategori baik karena n ilai kelarutan dala m alkohol berdasarkan SNI adalah 1 : 10 ml.
5. Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari ju mlah asam bebas yang terkandung dalam minyak nilam. Sebagian
besar minyak atsiri mengandung sejumlah kecil asam bebas, dan jumlah asam bebas tersebut dinyatakan
sebagai bilangan asam. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram NaOH 0,1 N yang digunakan
untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak.
Bilangan asam dari minyak nilam yang semakin tinggi dapat mempengaruhi terhadap mutu minyak
nilam dan dapat merubah aro ma khas dari minyak nilam. Hal ini dapat terjadi karena lamanya penyimpanan
minyak n ilam dan adanya kontak antara minyak n ilam yang dihasilkan dengan cahaya dan udara sekitar ketika
berada pada wadah penyimpanan. Sebagian ko mposisi minyak atsiri jika kontak dengan udara atau berada
pada kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) dan dikatalisi oleh cahaya,
sehingga akan membentuk senyawa asam bebas. Jika penyimpanan minyak tidak diperhatikan atau secara
langsung kontak dengan udara sekitar, maka akan semakin banyak juga senyawa – senyawa asam bebas yang
terbentuk.
Oksidasi ko mponen-ko mponen minyak atsiri terutama golongan aldehid dapat membentuk gugus asam
karboksilat sehingga akan menambah nilai bilangan asam suatu minyak atsiri. Hal in i juga dapat disebabkan
oleh penyulingan pada tekanan tinggi (suhu tinggi), dimana pada kondisi tersebut kemungkinan terjadinya
proses oksidasi sangat besar.
Bilangan asam minyak nilam dari tanpa dicincang sebesar 4,30 dan dari Dicincang 4,25 sedangkan nilai
bilangan asam berdasarkan SNI maksimal adalah 5 itu berarti kedua minyak tersebut masih memiliki mutu
yang cukup baik.
6. Bilangan Ester
Bilangan ester adalah ju mlah miligram kaliu m hidroksida (NaOH) yang diperlu kan untuk penyabunan
ester dalam 1 gram minyak n ilam. Jika bilangan penyabunan dan bilangan asam telah ditetapkan, selisih
antara keduanya menunjukkan bilangan ester. Prinsip bilangan ester minyak nilam adalah berdasarkan
penyabunan ester-ester dengan larutan alkali standar dan menitrasi kembali kelebihan alkali tersebut .
Bilangan ester sangat penting dalam penentuan mutu minyak nilam karena ester merupakan ko mponen
yang berperan dalam menentukan aro ma minyak. Ada beberapa minyak atsiri mengandung ester yang
m mnya berbasa sat (RCOOR’) dengan R dapat ber pa radi al alifat is ata aromati .
Bilangan ester untuk minyak n ilam tanpa dicincang adalah 10 yang artinya sama dengan nilai bilangan
ester berdasarkan SNI yang maksimal adalah 10. Sedangkan untuk minyak nilam dari Dicincang memiliki
bilangan ester 8,25 yang art inya mutu minyak tersebut masih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpul an
Melalui penelit ian terhadap mutu minyak atsiri n ilam dapat disimpulkan beberapa hal penting yaitu:
- Secara umu m mutu minyak atsiri yang dihasilkan termasuk baik, karena masih masuk dalam SNI baik minyak
Nilam dari tanpa dicincang maupun Dicincang.
- Pada minyak nilam yang berasal dari Dicincang lebih baik mutuya disbanding tanpa dicincang.

HKI-Kaltim
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 ISBN: 978-602-19421-0-9
HKI-Kaltim

B. Saran
- Untuk men ingkatkan mutu minyak atsiri di tingkat petani perlu diadakan sosialisasi penanganan pasca panen
dan pengolahan yang baik untuk tanaman penghasil minyak karena pada umu mnya petani cukup handal pada
teknik budidaya.
- Perlunya segala bentuk dukungan dari semua pihak terkait kepada petani untuk meningkatkan budidaya
tanaman nilam dan yang tidak kalah penting adalah adanya pembeli tanaman nilam atau minyak atsiri nilam
dengan harga jauh lebih dari sekarang.

DAFTAR PUSTAKA
Guenther, Ernest. 1987. M inyak Atsiri Jilid I. Universitas Indonesia. Jakarta.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi M inyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.
Koensoemardiyah,S. 2010. A to Z Minyak Atsiri Untuk Industri Makanan, Kosmetik, dan Aromaterap i. CV. Andi
Offset. Yogyakarta.
Ma’m n; R nayat, Agus dan Asman, Arifu l. Syarat Mutu Beberapa Minyak Atsiri. Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik. Bogor.
Rusli, Meika Syahbana. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
sumber : http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/2011/ 04/ 27/ minyak-atsiri-indonesia
Sumber : http://cybeg.deptan.go.id/20011/04/28/penyuluhan/pengolahan -tanaman-nilam-pogostemon-cablin-beth
http://cv.sai.blogspot.com.2011/ 05/ 01/nilam-ko moditi-yang -d ipandang-sebelah-mata-ht ml

HKI-Kaltim

Anda mungkin juga menyukai