Anda di halaman 1dari 11

Sistem Pembagian Kekuasaan GLOSARIUM

- Asas dasar, sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir dan berpendapat.


- Checks and ballances, sistem saling mengawasi dan mengimbangi.
- Demokrasi, pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
- Demokrasi pancasila, sistem demokrasi indonesia yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila
terutama sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
- Division of power, mekanisme pembagian kekuasaan, kekuasaan negara itu memang dibagi-bagi
dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan yudikatif ), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa
konsekuensi bahwa di antara bagian-bagian itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerja sama.
- Eksekutif, kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang.
- Geopolitik, segala sesuatu yang berkaitan dengan ketatanegaraan atau kenegaraan (pemerintah);
segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
- Ideologi, kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan
tujuan kelangsungan hidup.
- Kedaulatan, suatu hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah pemerintahan, masyarakat, atau atas
diri sendiri.
- Kesatuan, bentuk negara yang sifatnya tunggal dan tidak tersusun dari beberapa negara yang
memiliki kedaulatan tidak terbagi, dan kewenangannya berada pada pemerintah pusat.
- Kekuasaan, kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan
kehendak yang memengaruhi.
- Konstitusi, hukum dasar yang menetapkan dan mengatur pemerintahan.
- Legislatif, kekuasaan untuk membuat undang-undang.
- Liberalisme, faham yang menghendaki pemberian kebebasan yang luas kepada manusia.
- Medebewind tugas pembantuan atau keikutsertaan pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan
pemerintah yang kewenangannya lebih luas dan lebih tinggi di daerah.
- Meritokrasi, bentuk pemerintahan yang adil yang memberikan tempat kepada mereka yang
berprestasi untuk duduk sebagai pemimpin.
- Monarki, bentuk pemerintahan di mana kekuasaan berada di tangan raja (bentuk pemerintahan
kerajaan).
- Negara, suatu organisasi kemanusian atau kumpulan manusia-manusia yang berada di bawah suatu
pemerintahan yang sama.
- Negara kesatuan, negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal, di mana
pemerintah pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan subnasionalnya hanya menjalankan
kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan.
- Negara serikat, merupakan negara yang terdiri dari beberapa negara bagian dengan satu pemerintah
pusat yang memiliki kedaulatan, namun tiap negara bagian punya kedaulatan ke dalam untuk mengatur
wilayahnya masingmasing. tiap negara bagian punya UUD sendiri, kepala negara, dan badan
perwakilan. Kekuasaan pemerintah pusat menyangkut urusan luar negeri, pertahanan dan keamanan,
keuangan, dan peradilan.
- Otonomi daerah, hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
- Parlementer, sistem pemerintahan yang sebagai kepala negaranya adalah presiden/raja/ratu/sultan dan
kepala pemerintahannya dijalankan oleh perdana menteri.
- Partisipasi politik, keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan
keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam
pelaksanaan keputusan.
- Pemilu, pelaksanaan pemilihan untuk memilih wakil-wakil rakyat dalam negara demokrasi.
- Pemerintahan daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip negara kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
- Politik strategi; siasat; berbagai macam kegiatan dalam suatu sistem politik/negara yang menyangkut
kemaslahatan hidup seluruh warga negara.
- Presidensial, sistem pemerintahan di mana presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan.
- Rakyat, kumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama-sama mendiami
suatu wilayah negara.
- Republik, bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh presiden.
- Rule of law, hukum menjadi petunjuk bagi praktik kenegaraan suatu negara, hukumlah yang tertinggi
bukan pemerintah.
- Separation power, sistem pemisahan kekuasaan, yaitu suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-
kekuasaan itu sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama, untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
- Serikat negara, bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang masing-masing tidak
berdaulat. serikat negara suatu ikatan dari dua atau lebih negara berdaulat yang lazimnya dibentuk
secara sukarela dengan suatu persetujuan internasional berupa traktat atau konvensi.
- Sovereign, kekuasaan negara atau pemerintah yang berlaku sepenuhnya sebagai kedaulatan.
- Staatsfundamentalnorm, pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berkedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.
- Strategi nasional, pengetahuan tentang penggunaan kekuatan nasional (kekuatan militer dan
nonmiliter) untuk mencapai tujuan nasional.
- Undang-undang, mempunyai dua arti yaitu arti material dan formal, dalam arti material adalah
setiap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum.
- Wilayah negara, ruang/tempat berdirinya sebuah negara yang terdiri atas wilayah daratan, lautan dan
udara.
- Yudikatif, kekuasaan untuk mengawasi agar undang-undang ditaati.
BAB II
PEMBELAJARAN

A. Materi Pembelajaran
1. Macam-macam Kekuasaan Negara
2. Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan dapat :
 Memahami macam-macam teori kekuasaan menurut para ahli
 Memahami dan menganalisis macam-macam kekuasaan negara
 Menganalisis Pembagian Kekuasaan di Indonesia secara Horizontal
 Menganalisis Pembagian Kekuasaan di Indonesia secara Vertikal

C. Uraian Materi
1. Macam-macam Kekuasaan Negara
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja,
kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan
tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah /
dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia.
Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah.
Manusia berlaku sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia
membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada Undang-Undang (objek
dari kekuasaan).

Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju
kekuasaan selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai
partai politik berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik
selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif.
Dalam pemilihan umum legislatif secara langsung seperti yang terjadi di Indonesia dalam
Pemilu 2004 maka calon anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat.

Definisi Kekuasaan Menurut Para Ahli :

- Miriam Budiardjo, Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa, sehingga
tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang memiliki
kekuasaan itu.
- Ramlan Surbakti, Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir
dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi.
- Max Weber dalam Buku Wirtschaft und Gessellshaft pada tahun 1992, bahwa pengertian
kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial melaksanakan kemauan
sendiri sekalipun mengalami perlawanan dan apapun dasar kemampuan ini (Macht beduetet
jede chance innerhalb einer soziale Beziehung den eigenen Willen durchzusetchen auch gegen
Widerstreben durchzustzen, gleichviel worauf diese chance beruht). Yaitu keegoisan dalam
suatu kelompok, akan tetapi walaupun keegoisan tersebut memiliki pertentangan, tetap tidak
mampu melawan dikarenakan adanya kekuasaan tersebut.
- Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan, Kekuasaan adalah suatu hubungan dimana
seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke
arah tujuan dari pihak pertama.
- Barbara Goodwin (2003), Pengertian kekuasaan adalah kemampuan untuk mengakibatkan
seseorang bertindak dengan cara yang oleh yang bersangkutan, dan tidak akan dipilih
seandainya ia tidak dilibatkan. Dengan kata lain memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan kehendaknya.
Berdasarkan pengertian kekuasaan diatas, terdapat beberapa poin yaitu :
 Bahwa kekuasaan umumnya diselenggarakan melalui isyarat jelas. Hal ini disebut dengan
kekuasaan Manifes atau manifest power.
 Kekuasaan yang lain, namun hanya kadang terjadi yaitu kekuasaan implisit yang terjadi tanpa
adanya isyarat yang jelas.
 Hal yang perlu ditekankan karena adanya kekuasaan adalah adanya hak untuk mengadakan
sanksi. Dalam menyelenggarakan kekuasaan, banyak upaya yang dilakukan dalam bentuk
sanksi untuk menegakkan kekuasaan seperti koersi, persuasi dan cara lainnya.

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau organisasi untuk mempengaruhi orang lain secara
indvidu atau secara kelompok untuk mengikuti apa yang diinginkan atau diperintahkan. Karena
negara merupakan organisasi maka negara mempunyai kekuasaan atau kekuasaan negara.
Kekuasaan negara identik dengan pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintahan yang ada di
dalamnya. Kekuasaan negara identik dengan para pemangku jabatan yang berada di lembaga
negara.

Macam-macam kekuasaan negara di setiap bangsa yang merdeka berbeda-beda. Mereka


mempunyai ciri khas tersendiri sesuai dengan yang dianutnya. Namun, secara umum kekuasaan
negara tersebut ada tiga macam, seperti yang pernah disampaikan oleh John Locke dan
Montesque. Sesuai dengan kutipan Astim Riyanto dalam bukunya yang berjudul Negara
Kesatuan : Konsep, Asas, dan Aplikasinya (2006).

John Locke dan Montesque sama-sama membagi macam-macam kekuasaan negara menjadi tiga.
Namun, kedua tokoh mengelompokkannya secara berbeda.
Menurut John Locke kekuasaan negara dibagi menjadi tiga, yaitu :

a). Kekuasaan Legislatif


Kekuasaan legislative adalah kekuasaan yang membuat undang-undang dalam satu negara.
Biasanya kekuasaan ini terletak pada parlemen dalam negara atau lembaga lain yang
menyerap aspirasi masyarakatnya dalam negara demokrasi.

b).Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang bertugas melaksanakan undang-undang,
mengawasi, dan mengadilinya jika terjadi pelanggaran. Kekuasaan ini dalam suatu negara
terletak pada kepala pemerintahan, kepala negara, dan lembaga peradilan negara. Beberapa
negara menyatukan ketiganya menjadi satu, sebagai kepala pemerintahan.

c). Kekuasaan Federatif


Kekuasaan federative adalah kekuaasaan negara yang melaksanakan atau berhubungan
dengan luar negeri. Jika disebutkan sebagai lembaga pemerintahan, termasuk dalam hal ini
adalah kedutaan dan atase negara. Termasuk di dalamnya kementerian luar negeri suatu
negara. Namun, pelaksanaannya menjadi rancu karena ketiganya berada di bawah kepala
negara dan atau kepala pemerintahan.

Montesquieu membagi macam-macam kekuasaan negara menjadi lebih sempurna atau


menyempurnakan yang dikemukakan John Locke. Macam-macam kekuasaan negara menurut
Montesquieu adalah :

a). Kekuasaan Legislatif


Kekuasaan yang membuat dan membentuk undang-undang, baik dilakukan lembaga
tersendiri maupun bersama lembaga kekuasaan dalam pemerintahan.

b).Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan untuk menjalankan dan melaksanakan undang-undang dan biasanya kekuasaan
ini yang memegang penuh kekuasaan pemerintahan di dalam dan hubungannya dengan luar
negeri.

c). Kekuasaan Yudikatif


Kekuasaan untuk mengawasi dan mempertahankan undang-undang. Kekuasaan ini termasuk
di dalamnya adalah kekuasaan untuk mengadili pelanggaran undang-undang. Pada
pelaksanaannya lembaga peradilan yang independen disebut sebagai lembaga yudikatif.

Perbedaan mendasar dari dua pendapat tersebut bukan hanya terletak pada kekuasaan yudikatif
dan kekuasaan federatif. Montesqueieu meletakkan dasar pemisahan antara macam-macam
kekuasaan, sedangkan John Locke tidak. Sehingga pada macam-macam kekuasaan menurut
Montesqueieu tidak ada lembaga negara yang merangkap dua fungsi atau berada di bawah yang
lain. Ketiga macam kekuasaan negara berdiri terpisah dengan tujuan yang sama. Montesqueieu
menyebutnya sebagai pembagian kekuasaan, yang kemudian dikenal dengan sebutan Trias
Politica. Model kekuasaan negara yang banyak dipakai di negara-negara dunia. Trias politica ini
diharapkan dapat memperkecil peluang kekuasaan negara tidak terbatas dan kesewenangan atau
penyalahgunaan kekuasaan.

2. Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia


Dalam sebuah praktik ketatanegaraan tidak jarang terjadi pemusatan kekuasaan pada satu
orang saja, terjadi pengelolaan sistem pemerintahan dilakukan secara absolut atau otoriter.
Untuk menghindari hal tersebut perlu ada pemisahan atau pembagian kekuasaan, agar terjadi
kontrol dan keseimbangan di antara lembaga pemegang kekuasaan. Dengan kata lain,
kekuasaan legislatif, eksekutif maupun yudikatif tidak dipegang oleh satu orang saja.
Menurut Kusnardi dan Ibrahim (1983:140) menyatakan bahwa istilah pemisahan kekuasaan
(separation of powers) dan pembagian kekuasaan (divisions of power) merupakan dua istilah
yang memiliki pengertian berbeda satu sama lainnya. Pemisahan kekuasaan berarti
kekuasaan negara itu terpisah-pisah alam beberapa bagian, baik mengenai organ maupun
fungsinya. Dengan kata lain, lembaga pemegang kekuasaan negara yang meliputi lembaga
legislatif, eksekutif, dan yudikatif merupakan lembaga yang terpisah satu sama lainnya,
berdiri sendiri tanpa memerlukan koordinasi dan kerja sama. Setiap lembaga menjalankan
fungsinya masing-masing. Contoh negara yang menganut mekanisme pemisahan kekuasaan
adalah Amerika Serikat.

Berbeda dengan mekanisme pemisahan kekuasaan, di dalam mekanisme pembagian


kekuasaan, kekuasaan negara itu memang dibagi-bagi dalam beberapa bagian (legislatif,
eksekutif, dan yudikatif ), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa di
antara bagian-bagian itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerja sama. Mekanisme
pembagian ini banyak sekali dilakukan oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.
Indonesia termasuk negara yang ciri-cirinya termasuk dalam pengertian demokrasi. Dapat
disebutkan pula bahwa negara Indonesia menganut sistem pembagian kekuasaan yang
dikemukakan oleh Montesqueiu atau Trias Politica. Namun pelaksanannya tidak persis sama.
Karena ini prinsip-prinsip demokrasi di Indonesia juga berbeda degan negara lain, yaitu
Demokrasi Pancasila. Macam-macam kekuasaan negara di Indonesia diatur oleh UUD 1945
sebagai sumber dari segala sumber hukum. Dan setelah konstitusi sendiri pelaksanaannya
mengalami beberapa perubahan, termasuk dalam pemerintahan orde lama dan orde baru,
maka kini diatur dalam UUD 1945 hasil amandemen yang dilakukan terakhir tahun 2004.
Kekuasaan negara di Indonesia dibagi menjadi dua bagian, yaitu kekuasaan horizontal dan
kekuasaan vertikal.

Kekuasaan Horizontal
Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian kekuasaan yang sesuai dengan hukum
Trias Politica, yaitu pembagian kekuasaan secara terpisah dan mandiri. Pembagian kekuasaan
horizontal ini berupa lembaga- lembaga negara. Di mana tiap lembaga negara mempunyai
hubungan kerja sama dengan lembaga lain, namun kedudukannya sama. Berdasarkan UUD
1945, kekuasaan Indonesia dibagi menjadi 3 lembaga yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Dan sampai masa pemerintahan landasan orde baru masih berlaku demikian. Walaupun tidak
sama persis dengan apa yang disebutkan oleh Montequeieu. Karena pada masa itu, kedudukan
MPR dibandingkan lembaga lain lebih tinggi dan berkuasa penuh atas nama rakyat.

Selanjutnya sejak diberlakukan amandemen UUD 1945 pada tahun 2004, pembagian kekuasaan
di Indonesia sedikit berubah. Secara rinci dapat dikatakan menjadi 6 kekuasaan horizontal yang
berbeda. Keenam lembaga atau kekuasaan dapat dikatakan mempunyai kedudukan yang hampir
sama atau sejajar.
a).Kekuasaan Legislatif
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk
membuat dan menyusun undang-undang. Di mana undang-undang ini berfungsi menjalankan
secara terperinci mengenai semua aturan dasar yang disebutkan dalam UUD 1945. Kekuasaan
legislatif di Indonesia dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR, yang
keanggotaannya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum setelah diajukan oleh
partai peserta pemilu. Tugas dan wewenang DPR disebutkan dengan jelas dalam pasal 20
ayat 1 UUD 1945. Tugas dan wewenangnya, antara lain :
 Membentuk dan menetapkan atau mensahkan UU yang telah dibahas bersama dengan
eksekutif / Presiden untuk disetujui bersama
 Menerima dan membahas usulan Rancangan undang-Undang uang diajuakan oleh DPD
atau lembaga dan organsasi lain
 Menetapkan APBN bersama Presiden dengan mempertimbangkan dan memperhatikan
usulan dari DPD sebagai perwakilan daerah.
 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, dan kebijakan pemerintah
lain agar dapat ditindaklanjuti jika terjadi pelanggaran.
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang anggotanya juga telah
disetujui DPR, atas pertanggungjawaban keuangan lembaga negara
 Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan anggota Komisi Yudisial,
begitu pula dengan pemberhentiannya dan Hakim Agung sebagai Ketua Komisi Yudisial.
Hakim Agung kemudian diangkat oleh Presiden.
 Memberikan pertimbangan kepada Pesiden untuk mengangkat duta dan konsul dari negara
lain dan menerima duta dan konsul dari negara lain.
 Memberi persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian,
dan membuat perjanjian degan negara lain.
 Memberi pertimbangan kepada Presiden tentang amnesti dan abolisi.
 Sebagai wakil rakyat di lembaga negara yang menyerap aspirasi Di tingkat provinsi dan
kabupaten, terdapat DPRD I dan DPRD II yang tugas dan wewenangnya hampir sama
dengan DPR tingkat Pusat.

b). Kekuasaaan Konstitutif


Kekuasaan konstitutif adalah kekuasaan yang memegang fungsi ,mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar. Majelis Permusyawaratan Rakyat di Indonesia memegang kekuasaan
tersebut berdasarkan pasal 3 ayat 1 UUD 1945. Anggota MPR ini terdiri dari seluruh anggota
DPR dan DPD. MPR hanya ada di tingkat pusat. Contoh kekuasaan konstitutif MPR
berkaitan dengan tugas dan fungsi MPR, antara lain :
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih dari hari pemilihan umum secara
langsung
 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden berhenti dari jabatannya
karena wafat atau hal lain.
 Memilih presiden dan Wakil Presiden baru sekaligus melantiknya apabila Presiden
dan Wakil Presiden secara bersamaan berhenti sebelum selesai masa tugasnya karena
beberapa sebab.

c). Kekuasaan Eksekutif


Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang memegang peranan menjalankan pemerintahan.
Kekuasaan ini menjalankan dan melaksanakan Undang-Undang. Kekuasaan eksekutif di
Indonesia dipegang oleh Presiden sesuai yang tertera pada pasal 4 ayat 1 UUD 1945. Contoh
kekuasaan eksekutif presiden berdasarkan tugas dan wewenang Presiden, antara lain :
 Memegang kekuasaan tertinggi pemerintahan, Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan
Angkatan udara.
 Mengajukan Rancangan Undang-Undang dan bersama DPR menyetujui RUU
menjadi UU dan mengesahkannya.
 Menetapkan Peraturan Pemerintah
 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri sebagai bagian dari orang atau
lembaga yang membantu tugas Presiden dan Wakil Presiden sehari-hari.
 Menyatakan perang dan perdamaian dengan negara lain, di mana termasuk di dalamnya
adalah membuat perjanjian internasional dengan negara lain.
 Mengangkat dan menerima duta dan konsul untuk dan dari negara lain dengan
mempertimbangkan segala usulan DPR.
 Menyatakan keadaan darurat bahaya terjadi di negara Indonesia
 Memberikan grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan mahkamah Agung dan
memberikan amnesti dan abolisi degan pertimbangan dari DPR.
 Memberikan gelar, tanda jasa, atau tanda kehormatan kepada siapa saja sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
 Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR, menetapkan Hakim Agung dari
calon yang diusulkan Komisi Yudisial dan disetujui DPR, dan menetapkan hakim
konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan Mahkamah Agung.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujaun DPR
 Selain yang ditetapkan di atas, Presiden bagi Bangsa Indonesia adalah simbol resmi
negara di dunia yang berfungsi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

d). Kekuasaan Yudikatif


Kekuasaan Yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang
oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24
ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.”
Tugas lembaga yudikatif mahkamah Agung, antara lain :
 Mengadili tingkat kasasi dan menguji perundang-undangan di bawah Undang-Undang .
 Mengajukan 3 orang sebagai anggota Hakim Konstitusi
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden ketika akan mengajukan grasi dan rehabilitasi
Fungsi Mahkamah Konstitusi dalam lembaga pemerintahan Indonesia terkait perbedaan
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, antara lain :
 Mengadili tingkat pertama dan kasasi di mana putusannya bersifat akhir dan final untuk
menguji Undang- Undang terhadap UUD.
 Memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya ada dalam
konstitusi UUD 1945.
 Memutuskan tentang pembubaran partai politik jika sudah tidak sesuai dengan ketentuan
UUD 1945
 Memutuskan sengketa atau perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum
 Memberi keputusan tentang pendapat DPR mengenai pelanggaran Presiden dan Wakil
Presiden terhadap UUD 1945.
Sementara tugas Komisi Yudisial yang juga merupakan bagian dari kekuasaan yudikatif adalah
sebagai berikut :
 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung menjadi anggota Mahkamah Agung
 Menjaga dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat dan perilaku hakim, yang
berarti kekuasaan ini mengawasi perilaku hakim agar tetap jujur dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan tugasnya.

e).Kekuasaan Eksaminatif / Inspektif


kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri.”
Tugas wewenang lembaga eksaminatif BPK, antara lain :
 Meminta dan meneliti pertanggungjawaban keuangan negara dari lembaga-lembaga
negara dan orang- orang yang terkait di dalamnya
 Mengusahakan keseragaman dalam tata cara pemeriksaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban keuangan negara.
 Mengandalkan dan menetapkan tuntunan tentang kebendahaaraan lembaga negara dan
tuntunan ganti rugi di dalamnya.
 Melakukan penelitian dan pemeriksaan atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan bidang keuangan.

f).Kekuasaan Moneter
Sepintas kekuasaan moneter sama dengan kekuasaan yang dipegang oleh BPK. Namun
kekuasaan moneter ini sangat jauh berbeda dengan tugas dan wewenang BPK. Kekuasaan
moneter adalah kekuasaan yang mengatur dan menjaga kelancaran perputaran uang di
Indonesia. Dan yang terpenting dari kekuasaan ini adalah kekuasaan untuk menjaga
kestabilan nilai rupiah di pasar nasional dan internasional. Kekuasaan ini dipegang oleh Bank
Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pasal 23 UUD 1945 hasil amandemen.
Peran dan fungsi Bank Indonesia atau BI dalam kekuasaan moneter yang diatur dalam UUD
1945, antara lain :
 Menetapkan dan melaksanakan semua kebijakan moneter di Indonesia dengan cara
menetapkan sasaran moneter, melakukan kegiatan pengendalian moneter, dan
menggunakan instrument kebijakan moneter.
 Melancarkan sistem pembayaran dan transaksi secara nasional dan internasional dengan
menetapkan penggunaan alat pembayaran dan mengatur dan menetapkan sistem
pembayaran yang digunakan.
 Mengawasi bank secara nasional, sehingga BI dapat bertindak memberikan dan mencabut
ijin operasional lembaga keuangan seperti bank, menetapkan peraturan di bidang
perbankan, dan memberikan hukuman kepada pelanggaran perundangan, dan memberi
jaminan konsumen di bank dengan adanya dana likuidasi.

Macam-macam kekuasaan negara secara horizontal di atas dalam tugas dan wewenangnya
saling terpisah dan madiri. Artinya, tidak saling mencampradukkan dalam keputusannya. Jika
pelaksanan yang demikian tercapai, maka pembangunan secara ideal dapat lebih cepat
tercapai.

Kekuasaan Vertikal
Kekuasaan negara secara vertikal berarti kekuasaan yang berjenjang dari atas ke bawah, di mana
di tingkat atas mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada di bawahnya. Dalam pemerintahan di
Indonesia, hal tersebut dilaksanakan antara hubungan pemerintahan pusat dan pemerintah
daerah. Pelaksanaannya, sesuai dengan yang tertulis di UUD 1945 bahwa Indonesia adalah
negara kesatuan, maka menggunakan prinsip-prinsip otonomi daerah. Otonomi daerah yang
menggabungkan beberapa asas otonomi daerah sekaligus, yaitu sentralisasi, desentralisasi, dan
dekonsentrasi. Pengertian daerah otonom yang menjadi bagian dari pelaksanaan otonomi daerah
adalah penerima pelimpahan wewenang yang diberikan dari pengertian pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Artinya pemerintah pusat dan pemerintah daerah mempunyai tugas dan
wewenang masing-masing.

a).Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat, identik dengan pemerintahan yang terletak di ibu kota. Yang termasuk
pemerintah pusat adalah semua lembaga negara. Macam-macam kekuasaan negara yang telah
disebutkan dalam kekuasaan horizontal adalah pemerintah pusat. Namun, secara umum yang
dikenal dengan sebutan pemerintah pusat adalah kekuasaan legislatif dan kekuasaan
eksekutif.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat ini juga diatur dalam pasal 18 UUD 1945 dan
UU Nomor 32 tahun 2004. Tugas tersebut, antara lain :
 Melakukan dan Mengatur Politik Luar Negeri Indonesia. Sesuai dengan salah satu tujuan
pembangunan nasional adalah ikut serta melaksanakan ketertiban dunia pada pokok
pikiran pembukaan UUD 194, sudah banyak kiprah Indonesia di luar negeri. Hal ini terkait
dengan politik bebas aktif yang diterapkan. Pengaturan dan penetapan seluruh kebijakan
politik luar negeri dilakukan oleh pemerintah pusat.
 Mengatur Bidang Pertahanan dan Kemanan Nasional. Indonesia adalah negara dengan
keberagaman terbesar di dunia. Ditambah dengan wilayahnya yang sangat membentang
luas dan jika diukur merupakan slah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia.
Oleh karena itu, tugas pemerintah pusat mengatur dan menjaga pertahanan dan keamanan
nasional. Pengaturan menjadi upaya menjaga keutuhan negara NKRI.
 Mengatur Jalannya Proses Kehakiman. Proses kehakiman oleh lembaga-lembaga peradilan
terletak pada pemerintah pusat. terkait dengan kekuasaan negara yudikatif juga ada pada
pemerintah pusat. Dengan pengaturan, proses kehakiman di semua wilayah Indonesia
adalah sama. Semua warga negara dan rakyat Indonesia mempunyai posisi yang sama di
mata hukum.
 Mengatur Kebijakan Moneter. Kebijakan moneter atau keuangan dan fiskal juga diatur
oleh pemerintah pusat. Berkaitan erat dengan sistem pembayaran, pengaturan bank, dan
lain-lain yang seragam di semua wilayah Indonesia tanpa terkecuali.
 Mengatur Agama di Indonesia, Indonesia mengakui 5 agama resmi dan satu kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di tengah keberagaman yang ada, agama harus diatur
oleh pemerintah agar tidak memicu konflik. Contoh pengaturan misalnya dengan
kebebasan memilih agama dan beribadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-
masing.

b). Pemerintah Daerah


Pemerintah daerah di Indonesia mempunyai hak otonomi daerah. Hak yang bermakna
kewenangan mengatur wilayahnya sendiri. Namun, kekuasaan pemerintah daerah adalah
vertikal. Artinya berada di bawah pemerintah pusat. Kewenangannya juga tidak dapat
membuat kebijakan yang merupakan kewenangan pemerintah pusat. Kewenangan
pemerintah daerah, antara lain :
 Merencanakan dan Mengendalikan Pembangunan, Kewenangan ini diberikan agar
pembangunan di berbagai wilayah Indoensia sesuai dengan sumber daya dan potensi
daerah masing-masing. Dengan demikian, kesejahteraan akan lebih cepat tercapai.
 Merencanakan, Memanfaatkan, dan Mengawasi Infrastruktur Daerah dan Ruangnya, Ini
juga diberikan kewenangannya kepada daerah karena pemerintah daerah adalah
pemerintah yang terdekat. Pemerintah akan lebih tahu apa kebutuhannya. Pemerintah
daerah lebih mengetahui misalnya, seberapa mendesak jalan antar kota dikerjakan.
Termasuk dalam wewenang ini adalah kewenangan dalam menjaga hutannya, dan
menyediakan sarana dan pra sarana umum.
 Menyelenggarakan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat, Penyelenggaraan ini
dapat dicapai dengan adanya struktur organisasi desa hingga sampai ke rukun tetangga.
Penyelenggaraannya dapat berupa swadaya masyarakat bersama pemerintah dan polisi.
Contohnya pelakasanaan siskamling.
 Menyelenggarakan dan memajukan Kesehatan dan Pendidikan, Wewenang di bidang
kesehatan dan pendidikan juga menjadi milik pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya
memberikan kebijakan secara global. Misalnya, pelaksanaan Ujian Nasional,
penyelenggarannya diberikan kepada dinas pendidikan masing-masing daerah. Ini juga
terkait dengan penyediaan sarana dan pra sarana umum seperti rumah sakit dan sekolah.
 Menyelenggarakan Kegiatan Ekonomi, Pemerintah daerah mempunyai wewenang
mengembangkan sumberdaya. Ini juga berarti wewenang dalam pengembangan ekonomis
sesuai potensi daerah dan mengadakan koperasi untuk kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam pelaksanaannya tentu saja pemerintah berpedoman pada pemerintah pusat dan
berpegang teguh pada Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai