A. Materi Pembelajaran
1. Macam-macam Kekuasaan Negara
2. Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia
C. Uraian Materi
1. Macam-macam Kekuasaan Negara
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja,
kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan
tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah /
dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia.
Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah.
Manusia berlaku sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia
membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada Undang-Undang (objek
dari kekuasaan).
Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju
kekuasaan selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai
partai politik berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik
selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif.
Dalam pemilihan umum legislatif secara langsung seperti yang terjadi di Indonesia dalam
Pemilu 2004 maka calon anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat.
- Miriam Budiardjo, Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa, sehingga
tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang memiliki
kekuasaan itu.
- Ramlan Surbakti, Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir
dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi.
- Max Weber dalam Buku Wirtschaft und Gessellshaft pada tahun 1992, bahwa pengertian
kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial melaksanakan kemauan
sendiri sekalipun mengalami perlawanan dan apapun dasar kemampuan ini (Macht beduetet
jede chance innerhalb einer soziale Beziehung den eigenen Willen durchzusetchen auch gegen
Widerstreben durchzustzen, gleichviel worauf diese chance beruht). Yaitu keegoisan dalam
suatu kelompok, akan tetapi walaupun keegoisan tersebut memiliki pertentangan, tetap tidak
mampu melawan dikarenakan adanya kekuasaan tersebut.
- Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan, Kekuasaan adalah suatu hubungan dimana
seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke
arah tujuan dari pihak pertama.
- Barbara Goodwin (2003), Pengertian kekuasaan adalah kemampuan untuk mengakibatkan
seseorang bertindak dengan cara yang oleh yang bersangkutan, dan tidak akan dipilih
seandainya ia tidak dilibatkan. Dengan kata lain memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan kehendaknya.
Berdasarkan pengertian kekuasaan diatas, terdapat beberapa poin yaitu :
Bahwa kekuasaan umumnya diselenggarakan melalui isyarat jelas. Hal ini disebut dengan
kekuasaan Manifes atau manifest power.
Kekuasaan yang lain, namun hanya kadang terjadi yaitu kekuasaan implisit yang terjadi tanpa
adanya isyarat yang jelas.
Hal yang perlu ditekankan karena adanya kekuasaan adalah adanya hak untuk mengadakan
sanksi. Dalam menyelenggarakan kekuasaan, banyak upaya yang dilakukan dalam bentuk
sanksi untuk menegakkan kekuasaan seperti koersi, persuasi dan cara lainnya.
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau organisasi untuk mempengaruhi orang lain secara
indvidu atau secara kelompok untuk mengikuti apa yang diinginkan atau diperintahkan. Karena
negara merupakan organisasi maka negara mempunyai kekuasaan atau kekuasaan negara.
Kekuasaan negara identik dengan pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintahan yang ada di
dalamnya. Kekuasaan negara identik dengan para pemangku jabatan yang berada di lembaga
negara.
John Locke dan Montesque sama-sama membagi macam-macam kekuasaan negara menjadi tiga.
Namun, kedua tokoh mengelompokkannya secara berbeda.
Menurut John Locke kekuasaan negara dibagi menjadi tiga, yaitu :
b).Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang bertugas melaksanakan undang-undang,
mengawasi, dan mengadilinya jika terjadi pelanggaran. Kekuasaan ini dalam suatu negara
terletak pada kepala pemerintahan, kepala negara, dan lembaga peradilan negara. Beberapa
negara menyatukan ketiganya menjadi satu, sebagai kepala pemerintahan.
b).Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan untuk menjalankan dan melaksanakan undang-undang dan biasanya kekuasaan
ini yang memegang penuh kekuasaan pemerintahan di dalam dan hubungannya dengan luar
negeri.
Perbedaan mendasar dari dua pendapat tersebut bukan hanya terletak pada kekuasaan yudikatif
dan kekuasaan federatif. Montesqueieu meletakkan dasar pemisahan antara macam-macam
kekuasaan, sedangkan John Locke tidak. Sehingga pada macam-macam kekuasaan menurut
Montesqueieu tidak ada lembaga negara yang merangkap dua fungsi atau berada di bawah yang
lain. Ketiga macam kekuasaan negara berdiri terpisah dengan tujuan yang sama. Montesqueieu
menyebutnya sebagai pembagian kekuasaan, yang kemudian dikenal dengan sebutan Trias
Politica. Model kekuasaan negara yang banyak dipakai di negara-negara dunia. Trias politica ini
diharapkan dapat memperkecil peluang kekuasaan negara tidak terbatas dan kesewenangan atau
penyalahgunaan kekuasaan.
Kekuasaan Horizontal
Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian kekuasaan yang sesuai dengan hukum
Trias Politica, yaitu pembagian kekuasaan secara terpisah dan mandiri. Pembagian kekuasaan
horizontal ini berupa lembaga- lembaga negara. Di mana tiap lembaga negara mempunyai
hubungan kerja sama dengan lembaga lain, namun kedudukannya sama. Berdasarkan UUD
1945, kekuasaan Indonesia dibagi menjadi 3 lembaga yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Dan sampai masa pemerintahan landasan orde baru masih berlaku demikian. Walaupun tidak
sama persis dengan apa yang disebutkan oleh Montequeieu. Karena pada masa itu, kedudukan
MPR dibandingkan lembaga lain lebih tinggi dan berkuasa penuh atas nama rakyat.
Selanjutnya sejak diberlakukan amandemen UUD 1945 pada tahun 2004, pembagian kekuasaan
di Indonesia sedikit berubah. Secara rinci dapat dikatakan menjadi 6 kekuasaan horizontal yang
berbeda. Keenam lembaga atau kekuasaan dapat dikatakan mempunyai kedudukan yang hampir
sama atau sejajar.
a).Kekuasaan Legislatif
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk
membuat dan menyusun undang-undang. Di mana undang-undang ini berfungsi menjalankan
secara terperinci mengenai semua aturan dasar yang disebutkan dalam UUD 1945. Kekuasaan
legislatif di Indonesia dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR, yang
keanggotaannya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum setelah diajukan oleh
partai peserta pemilu. Tugas dan wewenang DPR disebutkan dengan jelas dalam pasal 20
ayat 1 UUD 1945. Tugas dan wewenangnya, antara lain :
Membentuk dan menetapkan atau mensahkan UU yang telah dibahas bersama dengan
eksekutif / Presiden untuk disetujui bersama
Menerima dan membahas usulan Rancangan undang-Undang uang diajuakan oleh DPD
atau lembaga dan organsasi lain
Menetapkan APBN bersama Presiden dengan mempertimbangkan dan memperhatikan
usulan dari DPD sebagai perwakilan daerah.
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, dan kebijakan pemerintah
lain agar dapat ditindaklanjuti jika terjadi pelanggaran.
Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang anggotanya juga telah
disetujui DPR, atas pertanggungjawaban keuangan lembaga negara
Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan anggota Komisi Yudisial,
begitu pula dengan pemberhentiannya dan Hakim Agung sebagai Ketua Komisi Yudisial.
Hakim Agung kemudian diangkat oleh Presiden.
Memberikan pertimbangan kepada Pesiden untuk mengangkat duta dan konsul dari negara
lain dan menerima duta dan konsul dari negara lain.
Memberi persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian,
dan membuat perjanjian degan negara lain.
Memberi pertimbangan kepada Presiden tentang amnesti dan abolisi.
Sebagai wakil rakyat di lembaga negara yang menyerap aspirasi Di tingkat provinsi dan
kabupaten, terdapat DPRD I dan DPRD II yang tugas dan wewenangnya hampir sama
dengan DPR tingkat Pusat.
f).Kekuasaan Moneter
Sepintas kekuasaan moneter sama dengan kekuasaan yang dipegang oleh BPK. Namun
kekuasaan moneter ini sangat jauh berbeda dengan tugas dan wewenang BPK. Kekuasaan
moneter adalah kekuasaan yang mengatur dan menjaga kelancaran perputaran uang di
Indonesia. Dan yang terpenting dari kekuasaan ini adalah kekuasaan untuk menjaga
kestabilan nilai rupiah di pasar nasional dan internasional. Kekuasaan ini dipegang oleh Bank
Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pasal 23 UUD 1945 hasil amandemen.
Peran dan fungsi Bank Indonesia atau BI dalam kekuasaan moneter yang diatur dalam UUD
1945, antara lain :
Menetapkan dan melaksanakan semua kebijakan moneter di Indonesia dengan cara
menetapkan sasaran moneter, melakukan kegiatan pengendalian moneter, dan
menggunakan instrument kebijakan moneter.
Melancarkan sistem pembayaran dan transaksi secara nasional dan internasional dengan
menetapkan penggunaan alat pembayaran dan mengatur dan menetapkan sistem
pembayaran yang digunakan.
Mengawasi bank secara nasional, sehingga BI dapat bertindak memberikan dan mencabut
ijin operasional lembaga keuangan seperti bank, menetapkan peraturan di bidang
perbankan, dan memberikan hukuman kepada pelanggaran perundangan, dan memberi
jaminan konsumen di bank dengan adanya dana likuidasi.
Macam-macam kekuasaan negara secara horizontal di atas dalam tugas dan wewenangnya
saling terpisah dan madiri. Artinya, tidak saling mencampradukkan dalam keputusannya. Jika
pelaksanan yang demikian tercapai, maka pembangunan secara ideal dapat lebih cepat
tercapai.
Kekuasaan Vertikal
Kekuasaan negara secara vertikal berarti kekuasaan yang berjenjang dari atas ke bawah, di mana
di tingkat atas mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada di bawahnya. Dalam pemerintahan di
Indonesia, hal tersebut dilaksanakan antara hubungan pemerintahan pusat dan pemerintah
daerah. Pelaksanaannya, sesuai dengan yang tertulis di UUD 1945 bahwa Indonesia adalah
negara kesatuan, maka menggunakan prinsip-prinsip otonomi daerah. Otonomi daerah yang
menggabungkan beberapa asas otonomi daerah sekaligus, yaitu sentralisasi, desentralisasi, dan
dekonsentrasi. Pengertian daerah otonom yang menjadi bagian dari pelaksanaan otonomi daerah
adalah penerima pelimpahan wewenang yang diberikan dari pengertian pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Artinya pemerintah pusat dan pemerintah daerah mempunyai tugas dan
wewenang masing-masing.
a).Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat, identik dengan pemerintahan yang terletak di ibu kota. Yang termasuk
pemerintah pusat adalah semua lembaga negara. Macam-macam kekuasaan negara yang telah
disebutkan dalam kekuasaan horizontal adalah pemerintah pusat. Namun, secara umum yang
dikenal dengan sebutan pemerintah pusat adalah kekuasaan legislatif dan kekuasaan
eksekutif.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat ini juga diatur dalam pasal 18 UUD 1945 dan
UU Nomor 32 tahun 2004. Tugas tersebut, antara lain :
Melakukan dan Mengatur Politik Luar Negeri Indonesia. Sesuai dengan salah satu tujuan
pembangunan nasional adalah ikut serta melaksanakan ketertiban dunia pada pokok
pikiran pembukaan UUD 194, sudah banyak kiprah Indonesia di luar negeri. Hal ini terkait
dengan politik bebas aktif yang diterapkan. Pengaturan dan penetapan seluruh kebijakan
politik luar negeri dilakukan oleh pemerintah pusat.
Mengatur Bidang Pertahanan dan Kemanan Nasional. Indonesia adalah negara dengan
keberagaman terbesar di dunia. Ditambah dengan wilayahnya yang sangat membentang
luas dan jika diukur merupakan slah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia.
Oleh karena itu, tugas pemerintah pusat mengatur dan menjaga pertahanan dan keamanan
nasional. Pengaturan menjadi upaya menjaga keutuhan negara NKRI.
Mengatur Jalannya Proses Kehakiman. Proses kehakiman oleh lembaga-lembaga peradilan
terletak pada pemerintah pusat. terkait dengan kekuasaan negara yudikatif juga ada pada
pemerintah pusat. Dengan pengaturan, proses kehakiman di semua wilayah Indonesia
adalah sama. Semua warga negara dan rakyat Indonesia mempunyai posisi yang sama di
mata hukum.
Mengatur Kebijakan Moneter. Kebijakan moneter atau keuangan dan fiskal juga diatur
oleh pemerintah pusat. Berkaitan erat dengan sistem pembayaran, pengaturan bank, dan
lain-lain yang seragam di semua wilayah Indonesia tanpa terkecuali.
Mengatur Agama di Indonesia, Indonesia mengakui 5 agama resmi dan satu kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di tengah keberagaman yang ada, agama harus diatur
oleh pemerintah agar tidak memicu konflik. Contoh pengaturan misalnya dengan
kebebasan memilih agama dan beribadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-
masing.
Dalam pelaksanaannya tentu saja pemerintah berpedoman pada pemerintah pusat dan
berpegang teguh pada Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia.