Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPS GEOGRAFI BERBASIS


KONTEKSTUAL DI MADRASAH
Rofiq Faudy Akbar
Institut Agama Islam Negeri Kudus
rofiq@stainkudus.ac.id

Informasi artikel ABSTRACT

Sejarah artikel: This study aims to determine; (1) Can the implementation of contextual-based
Diterima learning methods in class X social science subjects improve student
Revisi motivation? (2) Does the implementation of contextual-based learning
Dipublikasikan √ methods in class X social science geography subjects improve student
Keyword: achievement? (3) What is the response of class X students regarding the
IPS Geography, application of contextual based learning methods to geography social studies
Contextual, subjects ? The method used in this study is quantitative with an analytical
Madrasah descriptive approach. The results of this study indicate that from the data on
the recapitulation of students' activeness in the discussion, CTL is able to
increase motivation shown by the activity of students in the discussion, it can
be seen from the number of students who are quite active from the first cycle
to the second cycle. Learning achievement of students from the first cycle to
the second cycle has increased, and classically with the application of
contextual learning methods / CTL (contextual teaching learning) fulfills an
increase in competency standards. Recapitulation of observational data about
contextual learning generally shows that students' responses increase, all in
the categories tend to agree and agree.
ABSTRAK

Kata kunci: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) Apakah implementasi
IPS Geografi, metode pembelajaran berbasis kontekstual pada mata pelajaran IPS
Kontekstual, geografi kelas X dapat meningkatkan motivasi peserta didik? (2) Apakah
Madrasah implementasi metode pembelajaran berbasis kontekstual pada mata
pelajaran IPS geografi kelas X dapat meningkatkan prestasi peserta didik?
(3) Bagaimana tanggapan peserta didik kelas X mengenai penerapan
metode pembelajaran berbasis kontekstual pada mata pelajaran IPS
geografi? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dari data rekapitulasi keaktifan peserta didik dalam diskusi, metode
pembelajaran CTL mampu meningkatkan motivasi yang ditunjukkan
melalui keaktifan peserta didik dalam diskusi, terlihat dari jumlah peserta
didik yang cukup aktif dari siklus pertama ke siklus kedua. Prestasi belajar
peserta didik dari siklus pertama ke siklus kedua mengalami peningkatan,
dan secara klasikal dengan diterapkannya metode pembelajaran
kontektual/CTL (contextual teaching learning) memenuhi peningkatan
standar kompetensi. Rekapitulasi data observasi tentang pembelajaran
kontekstual secara umum menunjukkan bahwa respon peserta didik
meningkat, semuanya dalam kategori cenderung setuju dan setuju.

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 64


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

PENDAHULUAN menggambarkan sketsa di white board.


Guru mengajar dengan materi yang sama
Dalam proses pembelajaran geografi
dari tahun ke tahun, catatan yang sama,
di tingkat Madrasah Aliyah, sering terlihat
banyak materi hafalan, gaya mengajar
banyak peserta didik yang kurang tertarik
tidak berubah, standar dan terkesan
dan kurang bersemangat dalam mengikuti
sangat formal, sehingga jalannya proses
pelajaran tersebut. Motivasi peserta didik
penyampaian materi hanya berjalan
yang rendah ini disebabkan karena
searah. Hal ini dapat menimbulkan rasa
banyaknya istilah-istilah dalam pelajaran
bosan pada peserta didik karena peserta
geografi yang menggunakan bahasa
didik tidak banyak ikut aktif dalam proses
Yunani, disamping itu banyaknya materi
belajar mengajar yang berlangsung. Guru
yang diajarkan membuat peserta didik
perlu mengajar dengan berbagai variasi
sulit untuk memahami tiap pembahasan
metode pengajaran, sehingga setiap
yang disampaikan oleh guru. Dari hasil tes
peserta didik merasa disapa dan
pada tahun sebelumnya, sebagai contoh
dikembangkan pengetahuannya sesuai
dalam pembelajaran atmosfer dan
dengan intelegensi mereka. Guru harus
hisrosfer kelas X, penguasaan materi yang
mendorong peserta didik untuk
telah diajarkan masih rendah belum
membangun dan mengembangkan
seperti yang diharapkan. Melalui
pemikiran atau penalaran mereka sendiri.
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
Sebagai mediator, guru membantu
kepada peserta didik untuk menguji
mengarahkan gagasan/ide/pemikiran
sejauh mana penguasaan mereka terhadap
peserta didik sesuai dengan konteks
materi yang telah disampaikan,
pelajaran, mendorong peserta didik
didapatkan bahwa peserta didik kurang
memformulasikan dan merealisasikan
memahami konsep materi yang diajarkan.
gagasan mereka. Berkaitan dengan hal
Demikian pula dengan hasil belajar
tersebut peneliti tertarik untuk menguji
peserta didik yang belum sesuai dengan
cobakan suatu model pembelajaran yang
standar pencapaian Kriteria Ketuntasan
dapat meningkatkan motivasi dan minat
Minimal (KKM).
peserta didik. Alternatif yang dipilih oleh
Metode penyampaian materi
peneliti yaitu implementasi pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh guru
contextual teaching learning (CTL) dalam
selama ini hanya menggunakan buku
pembelajaran IPS geografi. Pemilihan
paket, diktat, memberikan catatan dan

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 65


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

metode CTL ini diharapkan mampu mata pelajaran IPS geografi kelas X dapat
melibatkan peserta didik dalam meningkatkan motivasi peserta didik? (2)
keseluruhan proses pembelajaran dan Apakah implementasi metode
seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif pembelajaran berbasis kontekstual pada
maupun psikomotorik. mata pelajaran IPS geografi kelas X dapat
Pendekatan pembelajaran CTL adalah meningkatkan prestasi peserta didik? (3)
pembelajaran dengan membawa peserta Bagaimana tanggapan peserta didik kelas
didik ke dunia nyata sehingga motivasi X mengenai penerapan metode
belajar muncul, dunia pikiran peserta pembelajaran berbasis kontekstual pada
didik menjadi konkret, dan suasana mata pelajaran IPS geografi? Adapun
menjadi kondusif, nyaman dan lokasi penelitian dilakukan di Pesantren A
menyenangkan. Prinsip pembelajaran di Kabupaten Sukoharjo.
kontekstual menurut sumiati dan asra,
(2007:16) adalah aktivitas peserta didik, METODE
peserta didik melakukan dan mengalami,
Pendekatan yang digunakan dalam
tidak hanya menonton dan mencatat, dan
penelitian ini adalah kuantitatif dengan
pengembangan kemampuan sosialisasi.
metode deskriptif analitis. Adapun yang
Peserta didik diberi pembelajaran untuk
dimaksud dengan tipe penelitian
menangani permasalahan yang mereka
deskriptif ini adalah untuk membuat
hadapi ketika berhadapan dengan dunia
pencandraan (deskripsi) secara
nyata. Guru merencanakan situasi
sistematis, faktual dan akurat mengenai
sedemikian rupa, sehingga para peserta
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
didik bekerja menggunakan prosedur
daerah tertentu. Penelitian deskriptif ini
mengenali masalah, menjawab
juga bertujuan untuk mencari informasi
pertanyaan, menggunakan prosedur
faktual yang mendetail serta
penelitian/investigasi, dan menyiapkan
mengidentifikasikan masalah-masalah
kerangka berpikir, hipotesis, dan
atau untuk mendapatkan justifikasi
penjelasan yang relevan dengan
keadaan dan praktek praktek yang sedang
pengalaman pada dunia nyata. Tujuan dari
berlangsung (Suryabrata, 1988).
penelitian ini adalah untuk mengetahui;
Menurut Sukardi (2009:14)
(1) Apakah implementasi metode
penelitian deskriptif adalah penelitian
pembelajaran berbasis kontekstual pada
yang berusaha menggambarkan kegiatan

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 66


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

penelitian. Penelitian deskriptif ini juga PEMBAHASAN


disebut penelilian pra eksperimen karena Belajar menurut Djamarah dan Zain
dalam penelitian ini dilakukan eksplorasi, (2002: 11), adalah proses perubahan
menggambarkan. dengan tnjuan unluk
perilaku berkat pengalaman dan latihan.
dapat menerangkan dan memprediksi Hal tersebut dapat difahami bahwa, tujuan
terhadap sualu gejala yang berlaku atas kegiatan pembelajaran adalah perubahan
dasar data yang diperoleh di lapangan. tingkah laku, baik yang menyangkut
Penelilian deskriplif ini hanya berusaha pengetahuan, ketrampilan maupun sikap,
menggambarkan secara jelas dan bahkan meliputi segenap aspek organisme
sekuensial terhadap pertanyaan penelitian atau pribadi, sehingga dapat dikatakan
yang lelah ditentukan sebelum para bahwa hakekat belajar adalah perubahan.
peneliti terjun ke lapangan dan mereka Adapun Hilgrad dan Bower (dalam
tidak menggunakan hipotesis sebagai Fudyartanto, 2002) mengatakan, belajar
petunjuk arah dalam penelitian. (to learn) memiliki arti: 1) to gain
Penelitian deskriptif adalah knowledge, comprehension, or mastery of
penelitian yang dimaksudkan untuk trough experience or study; 2) to fix in the
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain- mind or memory; memorize; 3) to acquire
lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya trough experience; 4) to become in form of
dipaparkan dalam bentuk laporan to find out. Definisi tersebut dapat
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
difahami bahwa belajar bermakna
tidak melakukan apa-apa terhadap objek
memperoleh pengetahuan atau menguasai
atau wilayah yang diteliti, tidak pengetahuan melalui pengalaman,
menambah, mengubah, atau mengadakan mengingat, menguasai pengalaman, dan
manipulasi terhadap objek atau wilayah
mendapatkan informasi atau menemukan.
yang diteliti kemudian memaparkan apa Dengan demikian, belajar memiliki arti
yang terjadi. dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan
Ada lima jenis penelitian deskriptif penguasaan tentang sesuatu. Demikian
menurut Arikunto (2010 ; 3), (a) pula Bell-Gredler (1986) dalam Udin S.
penelitian deskriptif murni atau survei, (b) Winataputra, dkk (2007:15)
penelitian korelasi, (c) penelitian mengungkapkan bahwa belajar adalah
komparasi, (d) penelitian penelusuran
proses yang dilakukan oleh manusia untuk
(tracer study), dan (e) penelitian evaluasi. mendapatkan aneka ragam competencies,

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 67


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

skills, and attitudes. Kemampuan perubahan sementara dari organisme.


(competencies), keterampilan (skills), dan Learning is the process by which an activity
sikap (attitudes) tersebut diperoleh mulai originates or is changed through reacting
dari masa bayi sampai masa tua melalui to an encountered situation, provided that
suatu rangkaian proses belajar sepanjang the characteristics of the change in activity
hayat yang dilakukan secara bertahap dan cannot be explained on the basis of native
berkelanjutan. Keterlibatan individu response tendencies, maturation, or
dalam pendidikan baik informal, formal temporary states of the organism.
dan/atau pendidikan nonformal Pembelajaran terjadi ketika Anda berubah
merupakan suatu rangkaian proses karena suatu kejadian dan perubahan
belajar. yang terjadi bukan karena perubahan
Pernyataan tersebut juga diaminkan secara alami atau karena menjadi dewasa
oleh Dimyati dan Mudjiono (2006:156), yang dapat terjadi dengan sendirinya atau
mereka mengatakan bahwa belajar adalah karena perubahannya sementara saja,
proses melibatkan manusia secara orang tetapi lebih karena reaksi dari situasi yang
per-orang sebagai satu kesatuan dihadapi.
organisme sehingga terjadi perubahan Bloom menyatakan, bahwa belajar
pada pengetahuan, keterampilan, dan adalah perubahan perilaku yang terjadi
sikap. Belajar merupakan salah satu faktor sebagai hasil belajar meliputi perubahan
yang mempengaruhi dan berperan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif
penting dalam pembentukan pribadi dan dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-
perilaku individu. Hilgard dan Bower aspeknya. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(1966) dalam Jogiyanto (2006 ; 12) (2006:156), belajar adalah proses
memberikan definsi pembelajaran sebagai melibatkan manusia secara orang per-
suatu proses yang mana suatu kegiatan orang sebagai satu kesatuan organisme
berasal atau berubah lewat reaksi dari sehingga terjadi perubahan pada
suatu situasi yang dihadapi, dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
keadaan bahwa karakteristik- Oemar Hamalik (2007: 27) memberikan
karakteristik dari perubahan aktivitas definisi yang sedikit berbeda tentang
tersebut tidak dapat dijelaskan dengan belajar sebagai sebuah modifikasi atau
dasar kecenderungan-kecenderungan usaha untuk memperteguh kelakuan
reaksi asli, kematangan, atau perubahan- melalui pengalaman (learning is defined as

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 68


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

the modification or strengthening of Sumiati dan Asra (2008:38), secara


behavior through experiencing). Menurut umum belajar dapat diartikan sebagai
pandangan ini belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku, akibat
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu interaksi dengan lingkungannya. Tidak
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya setiap perubahan perilaku dalam diri
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, seseorang merupakan perubahan dalam
yakni mengalami. Hasil belajar bukan arti belajar. Jadi hakekat belajar adalah
suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan, begitu pula sebagaimana yang
pengubahan kelakuan. Menurut Djamarah dinyatakan Dimyati dan Mudjiono
dan Zain (2002: 11), juga mengatakan (2006:156), belajar adalah proses
bahwa belajar adalah proses perubahan melibatkan manusia secara orang
perilaku berkat pengalaman dan latihan. perorang sebagai satu kesatuan organisme
Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan sehingga terjadi perubahan pada
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
pengetahuan, ketrampilan maupun sikap, Hakekat pembelajaran adalah perubahan
bahkan meliputi segenap aspek organisme dalam tingkah laku si subyek dalam situasi
atau pribadi tertentu berkat pengalamannya yang
Pernyataan tersebut didukung oleh berulang-ulang, dan perubahan tingkah
Slameto (2003:3-4) yang mengemukakan laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas
ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam dasar kecenderungan respon bawaan,
pengertian belajar antara lain: perubahan kematangan atau keadaan temporer dari
terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan subyek.
fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan Demikan pula dalam pembelajaran
bersifat sementara, bertujuan, IPS Geografi yang dilaksanakan di kelas X.
mencangkup seluruh aspek tingkah laku. Geografi merupakan ilmu yang
Perubahan yang terjadi sebagai akibat mempelajari interaksi antara manusia
dari kegiatan belajar yang telah dengan lingkungannya, geografi memiliki
dilakukan oleh individu yang untuk objek kajian dan ruang lingkup yang jelas.
mendapatkan hasil belajar dalam bentuk Objek studi geografi ada dua macam, yaitu
“perubahan” harus melalui proses objek studi material dan objek studi
tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari formal (menurut IGI/Ikatan Geografi
dalam diri individu dan di luar individu. Indonesia melalui seminar dan lokakarya

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 69


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

nasional di Semarang tahun 1988). Objek yang dipelajarinya adalah dengan


material geografi merupakan sasaran atau melakukan suatu pendekatan yang
hal-hal yang dikaji dalam studi geografi. memberikan kesempatan langsung kepada
Dan studi geografi adalah studi mengenai peserta didik untuk mengaplikasikan apa
lapisan-lapisan bumi dan fenomena yang dipelajarinya di kelas. Pendekatan ini
geosfer yang terdiri dari : (1) Litosfer dikenal dengan pendekatan pembelajaran
yaitu lapisan kulit bumi terdiri atas tanah, kontekstual (contextual teaching
sedimen, batu-batuan yang dikaji dalam learning/CTL) pembelajaran kontekstual
geologi, geomorfologi, petrologi, dan lain- terfokus pada perkembangan ilmu,
lain. (2) Atmosfer yaitu lapisan udara, pemahaman, ketrampilan peserta didik,
cuaca, dan iklim yang dikaji dalam dan juga pemahaman kontekstual peserta
meteorologi, klimatologi, dan lain-lain. (3) didik tentang hubungan mata pelajaran
Biosfer yaitu lapisan bumi meliputi flora yang dipelajarinya dengan dunia nyata.
dan fauna yang dikaji dalam biogeografi, Pembelajaran akan bermakna jika guru
biologi, dan lain-lain. (4) Hidrosfer yaitu lebih menekankan agar peserta didik
lapisan air meliputi perairan didarat mengerti relevansi apa yang mereka
maupun dilaut yang dikaji dalam pelajari di sekolah dengan situasi
hidrologi, oseanografi dan lain-lain. (5) kehidupan nyata dimana isi pelajaran
Antroposfer yaitu lapisan manusia yang akan digunakan.
merupakan tema sentral/utama diantara Pembelajaran kontektual pada
lapisan-lapisan lain. sedangkan objek awalnya dikembangkan oleh John Dewey
formal geografi merupakan cara atau dari pengalaman pembelajaran
metode dalam mengkaji dan menganalisis tradisionalnya. Pada tahun 1918 Dewey
masalah-masalah objek material geografi. merumuskan kurikulum dan metodologi
Melihat materi-materi pelajaran IPS pembelajaran yang berkaitan dengan
Geografi yang selalu terkait dengan alam pengalaman dan minat peserta didik.
dan lingkungan sekitar, maka Peserta didik akan belajar baik jika yang
pembelajaran yang dilakukan seyogyanya dipelajarinya terkait dengan pengetahuan
harus memberikan pengalaman langsung dan kegiatan yang telah diketahuinya dan
kepada peserta didik. Guru harus terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran
berupaya untuk membantu peserta didik kontektual adalah konsep belajar yang
memahami relevansi materi pembelajaran membantu guru mengaitkan antara materi

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 70


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

pembelajaran yang diajarkan dengan Belajar Belajar itu abstrak


berhubungan dan teoritis
situasi dunia nyata peserta didik dan
dengan "dunia
mendorong peserta didik membuat nyata" dan/atau
masalah simulasi
hubungan antara pengetahuan yang
dan masalah yang
dimilikinya dan penerapannya dalam berarti
kehidupan mereka sehari-hari. Peserta didik Guru dianggap
Pembelajaran kontekstual berbeda didorong untuk sebagai satu-
bertanggung jawab satunya wasit
dengan pembelajaran tradisional, atas pemantauan dalam
pembelajaran tradisional yang dimaksud dan pengembangan pembelajaran
pembelajaran peserta didik
tidak terbatas pada ceramah, diskusi, dan mereka sendiri
pertanyaan, serta latihan-latihan. Schell Menghargai konteks Sedikit atau tidak
menyebutkan sepuluh perbedaan antara kehidupan beragam ada pertimbangan
peserta didik dan diberikan kepada
keduanya sebagaimana ditunjukkan pada pengalaman pengalaman dan
tabel di bawah ini (Smith, 2010:25): sebelumnya sangat latar belakang
penting untuk peserta didik
Tabel Perbedaan Pembelajaran dipelajari
Kontekstual dan Tradisional Peserta didik Peserta didik tidak
Asumsi dan Asumsi dan didorong untuk didorong untuk
Penerapan Penerapan menjadi peserta terlibat dalam
Pembelajaran Pembelajaran aktif dalam pengembangan
Kontekstual (CTL) Tradisional pengembangan masyarakat
masyarakat
Peserta didik secara Peserta didik
aktif terlibat adalah penerima Pembelajaran Pembelajaran
pasif peserta didik dinilai dinilai dalam
dalam berbagai cara format tunggal
Peserta didik Peserta didik dan
memandang menganggap terstandardisasi
pembelajaran materi
sebagai hal yang pembelajaran Perspektif dan Perspektif peserta
relevan sebagai sesuatu pendapat peserta didik tidak
hal yang tidak didik dihargai dan diminta atau
relevan untuk dihormati undervalued
diterapkan Guru bertindak Kontrol guru dan
Peserta didik Peserta didik sebagai fasilitator mendikte
belajar dari satu bekerja dalam pembelajaran merupakan aspek
sama lain melalui isolasi. Ulasan peserta didik instruksional
kerja sama, wacana, dan/atau diskusi
Sumber: Smith, 2010
kerja tim, dan ditiadakan
refleksi diri

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 71


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

Pembelajaran kontekstual (contextual memiliki delapan komponen yaitu


teaching and learning) sebagaimana (Rahman, Thalib, dan Mahmud, 2017:56):
dikemukakan oleh Berns dan Erikson 1. Menciptakan hubungan yang
dikenal sebagai pendekatan pembelajaran bermakna
yang dapat mengisi kesenjangan antara 2. Melakukan pekerjaan yang bermakna
teori ilmu pengetahuan dan konteks 3. Melakukan pembelajaran mandiri
kehidupan. Dalam pembelajaran 4. Bekerja sama
kontekstual peserta didik dibimbing untuk 5. Melakukan pemikiran kritis dan kreatif
belajar ilmu pengetahuan dalam konteks 6. Membantu individu untuk tumbuh dan
kehidupan dan memotivasi peserta didik berkembang
untuk menemukan relevansi 7. Mencapai standar yang tinggi
pembelajaran mereka dengan dunia nyata. 8. Menggunakan penilaian autentik
Proses pembelajaran kontekstual Dengan demikian dapat difahami
ditekankan pada hubungan yang bahwa pembelajaran kontekstual adalah
bermakna, kontruktivisme, inkuiri, pembelajaran yang mengutamakan pada
berpikir kritis dan kreatif, learning pengetahuan dan pengalaman di dunia
community, dan penilaian autentik nyata (real world learning), berpikir
(Johnson, 2002; Glynn & Winter, 2004; tingkat tinggi, berpusat pada peserta
Klassen, 2006) dalam Adlim, Samingan, didik, peserta didik aktif, kritis, kreatif,
dan Hasibuan (2014:112). Pembelajaran memecahkan masalah, peserta didik
kontekstual (contextual teaching and belajar menyenangkan, mengasyikkan,
learning) adalah sistem yang tidak membosankan, dan menggunakan
komprehensif, terdiri dari beberapa berbagai sumber belajar. Menurut Johnson
bagian yang terkoneksi satu sama lain. jika pembelajaran kontekstual (contextual
bagian-bagian tersebut terkait satu sama teaching and learning) memiliki tiga
lain, mereka akan memberikan efek yang prinsip yaitu; (1) Prinsip Interrelasi, (2)
menghasilkan efek yang melebihi hasil Prinsip Diferensiasi, dan (3) Prinsip
yang diberikan dari bagian-bagiannya Regulasi Diri (Rahman, Thalib, dan
secara terpisah. Johnson menyebutkan Mahmud, 2017:56). Adapun Philip Baron
bahwa Pembelajaran kontekstual (2016:95-96) dalam artikelnya yang
(contextual teaching and learning) berjudul A Cybernetic Approach to
Contextual Teaching and Learning

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 72


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

mengemukakan enam prinsip dalam tujuan jangka panjang pendidikan


pembelajaran kontekstual, antara lain: yaitu kemitraan dengan kebutuhan
1. Ciptakan ruang bagi peserta didik dunia industri dan organisasi
untuk mendapatkan pengalaman di profesional/badan terakreditasi
dunianya dengan mengundang peserta lainnya.
didik lain untuk berpartisipasi aktif Pembelajaran kontektual memiliki
dalam penciptaan pengetahuan. beberapa manfaat diantaranya
2. Mengadopsi heterarki (struktur sebagaimana yang dilansir dalam website
otoritas hizontal) disamping hirarki USA Today’s yaitu; (1) peserta didik lebih
(struktur otoritas vertikal) dengan responsif ketika menggunakan
mengijinkan peserta didik menjadi ko- pengetahuan dan keterampilan mereka
kreator di kelas. dalam situasi dunia nyata; (2) peserta
3. Mengundang para peserta didik untuk didik lebih cenderung terlibat dalam
membahas tujuan, sasaran, dan gaya pembelajaran mereka sendiri jika itu
belajar yang mereka inginkan. diterapkan secara langsung ke hidup
4. Tetapkan konteks dan pengalaman mereka sebagai anggota keluarga, warga
peserta didik dari sudut pandang negara, dan pekerja masa kini/masa
mereka sebagai lintasan untuk depan; dan (3) orang tua, peserta didik,
mengetahui hasil pembelajaran di dan anggota masyarakat dapat
kelas dibawah arahan guru dan menggunakan dan berhubungan dengan
peserta didik secara bersama-sama. ide-ide ini. Lebih lanjut para peneliti dari
5. Gabungan informasi baru tersebut ke Fakultas Pendidikan Universitas Georgia
dalam kurikulum, membuat silabus juga menemukan manfaat penggunaan
yang secara khusus relevan bagi para dan pengajaran dan pembelajaran
peserta didik yang hadir di kelas, kontekstual di kelas (Smith, 2010:25-26).
karena berasal dari keterlibatan Para peneliti dari Universitas Georgia
peserta didik baik secara implisit meluangkan waktu selama 5 tahun untuk
maupun eksplisit. mempelajari bagaimana para guru
6. Tunjukkan tanggung jawab yang membuat pengajaran dan pembelajaran
muncul dari pengetahuan yang kontekstual menjadi kenyataan. Dua
diciptakan secara komunal ini, lakukan manfaat utama yang diberikan oleh guru
pengukuran kesesuaiannya dengan pemula dan guru pendidikan teknis dan

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 73


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

guru akademik yang berpartisipasi dalam pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia
penelitian Fakultas Pendidikan nyata. Model pembelajaran kontekstual
Universitas Georgia yang ditemukan dimaksudkan agar peserta didik
dalam menggunakan strategi Pengajaran memahami relevansi materi pembelajaran
dan Pembelajaran Kontekstual. Pertama, yang dipelajarinya dengan melakukan
peserta didik melaporkan bahwa mereka suatu pendekatan yang memberikan
belajar lebih banyak di kelas strategi kesempatan langsung kepada peserta
Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual didik untuk mengaplikasikan apa yang
daripada di kelas dengan metode dipelajarinya di kelas baik secara
tradisional lainnya pada subjek atau modeling, constructivism, inquiry dan
materi yang sama. Dasar pemikiran yang learning community. Sebelum
melandasi keberhasilan peserta didik melaksanakan penelitian, tahap awal yang
adalah bahwa mereka mempelajari materi dilakukan oleh peneliti adalah menyusun
dalam konteks konkret, sehingga rencana pembelajaran dan teknik
memperkuat ingatan. Kedua, peserta didik pembelajaran yang lebih efektif sesuai
lebih termotivasi dalam kelas Pengajaran dengan tingkat kemampuan peserta didik
dan Pembelajaran Kontekstual karena serta menyiapkan media dan alat peraga
mereka menanggapi dengan baik strategi yang dibutuhkan. Penelitian ini memilih
terkait. Ketika peserta didik melihat materi pembelajaran menganalisis
relevansi dunia nyata dari apa yang atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya
mereka pelajari, mereka menjadi lebih terhadap kehidupan di muka bumi dalam
tertarik dan termotivasi; ini terutama mata pelajaran IPS geografi untuk
berlaku bagi peserta didik yang dimodifikasi sesuai konsep pembelajaran
menganggap sekolah membosankan kontektual. Materi menganalisis atmosfer
(Smith, 2010:25-26). dan hidrosfer serta dampaknya terhadap
Pemilihan model pembelajaran kehidupan di muka bumi sangat berkaitan
kontekstual (contextual teaching dengan dunia nyata serta membahas
learning/CTL) dikarenakan pembelajaran fenomena-fenomena yang terjadi dalam
kontekstual terfokus pada perkembangan kehdupan sehari-hari. Penelitian ini
ilmu, pemahaman, ketrampilan peserta terdiri dari dua siklus yang masing-masing
didik, dan juga pemahaman kontekstual siklusnya terdiri dari tahapan; persiapan,
peserta didik tentang hubungan mata

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 74


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

tindakan, observasi, serta analisis dan kontekstual, observasi keaktifan peserta


refleksi. didik dalam kelompok, angket proses
dalam kelompok, observasi keaktifan
Siklus Pertama
dalam diskusi (d) menyiapkan daftar nilai
Tahap perencanaan dilakukan dengan
hasil evaluasi.
langkah-langkah; (1) Persiapan
Tahap tindakan adalah tahap
administrasi pembelajaran: (a)
pelaksanaan pembelajaran kontekstual
Menyiapkan perangkat pembelajaran
pada materi menganalisis Atmosfer dan
berupa Rencana Pelaksanaan
Hidrosfer serta dampaknya terhadap
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
kehidupan di muka bumi dengan
pada awal semester dan menyusun
berpedoman pada RPP yang telah disusun.
pedoman observasi. (b) Menyiapkan
Selanjutnya dalam pelaksanaan
materi menganalisis Atmosfer dan
pembelajaran tetap mengacu pada 7
Hidrosfer serta dampaknya terhadap
(tujuh) ciri pembelajaran kontekstual
kehidupan di muka bumi dengan
yaitu modeling, questioning, learning
merancang beberapa project sederhana
community, inquiry, constructivism,
yang berbasis pada modeling,
reflection, dan authentic assessment.
constructivism, inquiry dan learning
Langkah awal adalah dengan membentuk
community dan menyiapkan media
masyarakat belajar (learning community)
sebagai sumber belajar peserta didik yang
peserta didik dibagi kedalam 5 (lima)
berupa bahan project sederhana, LCD,
kelompok yang masing-masing memilih
white screen untuk presentasi. (c)
topik sesuai ketertarikan mereka pada
Menyusun soal tes untuk mengetahui
materi yang akan mereka pelajari.
sejauh mana kemampuan keterampilan
Anggota kelompok dibuat heterogen
peserta didik yang dimiliki. (2) Persiapan
berdasarkan kemampuan mereka. Pada
pelaksanaan pembelajaran : (a)
tahap selanjutnya masing-masing
Menyiapkan daftar pembagian kelompok
kelompok diberikan project sederhana
dan menjelaskan peran masing-masing
berdasarkan materi masing-masing
kelompok dalam project (b) Menyiapkan
kelompok.
lembar observasi guru, (c) Menyiapkan
Kelompok pertama membahas
lembar observasi peserta didik yang
mengenai lapisan dan unsur-unsur gas,
terdiri dari observasi respon peserta didik
metode yang dipakai adalah
tentang problem pembelajaran

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 75


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

constructivism¸ menyusun konsep sendiri dan mengidentifikasikan proses terjadinya


dengan mencari dan mengacu pada hujan.
konsep yang ada dari berbagai sumber Pada pertemuan kedua, peserta didik
(buku perpustakaan, internet dan CD dilatih membuat makalah untuk
pembelajaran), kelompok kedua dipresentasikan berdasarkan informasi-
membahas mengenai temperatur, metode informasi yang diperoleh dari berbagai
yang dipakai adalah inquiry yaitu dengan sumber. disini peran guru untuk
menemukan penyebab terjadinya membimbing masing-masing peserta didik
perbedaan temperatur di permukaan dalam kelompok berdiskusi menyusun
bumi melalui pengamatan dan bahan informasi menjadi makalah dan
pengukuran langsung di lapangan, membuat presentasi untuk
kelompok ketiga membahas mengenai dipresentasikan. Kemudian peserta didik
kelembaban metode yang dipakai adalah dilatih untuk mempresentasikan hasil
modelling yaitu dengan meletakkan garam makalah yang disusun tiap-tiap kelompok
dapur diatas kertas peserta didik sedang kelompok yang lain untuk
mengamati, menyusun hippotesis dan menanggapi dari makalah yang
memberikan kesimpulan mengenai dipresentasikan pada saat diskusi. Peserta
perbedaan perubahan garam dapur yang didik dalam kelompok diberi tugas yang
diletakkan di dalam dan di luar ruangan, berbeda, ada yang bertugas
kelompok keempat membahas mengenai mempresentasikan, menjadi moderator,
tekanan udara dan angin metode yang maupun menjadi sekretaris maupun
dipakai adalah modelling melalui balón anggota untuk membantu sekretaris dan
yang berisi udara peserta didik membantu yang lain dalam menjawab
mengidentifikasikan perbedaan tekanan pertanyaan maupun sanggahan. Data
udara dan penyebab terjadinya angin, keaktifan peserta didik dalamkelompok
kelompok kelima membahas mengenai ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
macam-macam hujan dan awan metode Tabel Keaktifan Peserta Didik dalam
Kelompok Siklus 1
yang dipakai adalah inquiry dan discovery
Siklus 1
NO KRITERIA POIN
peserta didik mencari dan menemukan Jml %
secara langsung dengan melihat di luar 1 Aktif 21 - 30 10 33,4
2 Cukup aktif 11 – 20 13 43,4
ruangan macam-macam awan yang ada 3 Kurang aktif 1 - 10 7 23,2
Jumlah 30 100

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 76


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

Dari data tabel di atas dapat di analisa serta dampaknya terhadap kehidupan di
bahwa jumlah peserta didik yang aktif muka bumi diperoleh 23 (76,80 %) dari
dalam penyusunan materi sebanyak 10 30 peserta didik sudah memenuhi KKM
peserta didik (33,4 %), cukup aktif (Kriteria Ketuntasan Minimum = 75,00).
sebanyak 13 peserta didik (43,4 %), dan Sedangkan dari 23 peserta didik yang
peserta didik yang kurang aktif sebanyak tuntas tersebut, 16 peserta didik (53,40
7 peserta didik (23,2 %). Adapun data %) mendapatkan nilai melebihi KKM.
rekapitulasi keaktifan peserta didik dalam adapun peserta didik yang perlu remidi
diskusi kelas terlihat dari jumlah peserta karena belum memenuhi KKM masih
didik yang cukup aktif dari siklus pertama terdapat 7 orang (23,20 %).
sebanyak 13 peserta didik (43,2 %), aktif Pada akhir proses siklus pertama ini
dan sangat aktif 5 peserta didik (16,8 %), peserta didik diberi lembar observasi
kurang aktif sebanyak 8 peserta didik untuk mengetahui respon peserta didik
(26,6%) dan tidak aktif sebanyak 4 terhadap pembelajaran dengan
peserta didik (3,4 %). menggunakan metode CTL Dari hasil
Tabel Keaktifan Peserta Didik dalam observasi tentang respon peserta didik
Diskusi Siklus 1 pada pembelajarn CTL diperoeh rata-rata
Siklus 1 tertinggi 30,89 pada pilihan jawaban ke-3
NO KRITERIA POIN
Jml %
yang menunjukkan bahwa peserta didik
1 Sangat aktif 4 4 13,4
2 Aktif 3 1 3,4 masih ragu-ragu dan cenderung setuju
3 Cukup aktif 2 13 43,2 tentang penggunaan metode kontekstual
4 Kurang aktif 1 8 26,6
5 Tidak aktif 0 4 13,4 dalam pembelajaran menganalisis
Jumlah 30 100 atmosfer dan menganalisis hidrosfer serta

Pada pertemuan ketiga dari siklus dampaknya terhadap kehidupan di muka

satu ini peserta didik diberi evaluasi bumi.

secara individu, untuk materi Siklus Kedua


menganalisis Atmosfer dan Hidrosfer Langkah-langkah tahap perencanaan
serta dampaknya terhadap kehidupan di pada siklus kedua sama dengan langkah-
muka bumi mata pelajaran IPS geografi. langkah tahap perencanaan pada siklus
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pertama, adapun tahap tindakannya
prestasi belajar peserta didik dalam berupa langkah awal adalah dengan
menganalisis Atmosfer dan Hidrosfer membentuk masyarakat belajar (learning

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 77


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

community) peserta didik dibagi kedalam pembuatan makalah adalah dengan


5 (lima) kelompok yang masing-masing memberikan bimbingan pada masing
memilih topik sesuai ketertarikan mereka masing peserta didik dalam kelompok.
pada materi yang akan mereka pelajari. Guru menjadi bagian dalam diskusi untuk
Anggota kelompok dibuat heterogen menyusun bahan informasi menjadi
berdasarkan kemampuan mereka. Pada makalah dan membuat presentasi untuk
tahap selanjutnya masing-masing dipresentasikan. Kemudian peserta didik
kelompok diberikan tugas berdasarkan dilatih untuk mempresentasikan hasil
materi masing-masing kelompok. Pada makalah yang disusun tiap-tiap kelompok,
siklus kedua ini para peserta didik diajak sedangkan kelompok yang lain
langsung mengenal unsur-unsur siklus dipersilahkan menanggapi materi yang
hidrosfer melalui sebuah studi lapangan. dipresentasikan pada saat diskusi. Peserta
Pada pertemuan pertama peneliti didik diberi tugas yang berbeda dalam
menyampaikan tujuan dengan lebih kelompok, ada yang bertugas
deskriptif, melakukan apersepsi dengan mempresentasikan, menjadi moderator,
menghubungkan pelajaran yang sekarang menjadi sekretaris maupun anggota, yang
dengan pelajaran yang lalu serta berfungsi untuk membantu sekretaris dan
memberikan contoh pada dunia nyata, anggota lain dalam menjawab pertanyaan
membagi peserta didik kedalam maupun sanggahan. Berkaitan dengan
kelompok-kelompok yang heterogen serta keaktifan peserta didik pada siklus ke-2
memberikan arahan mengenai tugas ini, data yang didapatkan dari observasi di
masing-masing kelompok. Para peserta lapangan ditunjukkan dalam tabel berikut
didik diberikan waktu mencari dari di bawah ini:
berbagai sumber mengenai tugas yang Tabel Keaktifan Peserta Didik dalam
akan mereka kerjakan sebelum diajak Kelompok Siklus 2
langsung mengamati fenomena berbagai Siklus 2
NO KRITERIA POIN
Jml %
jenis perairan laut, danau,/bendungan,
1 Aktif 21 - 30 13 43,4
sungai, air kapiler, rawa dan air artesis 2 Cukup aktif 11 – 20 14 46,6
melalui studi lapangan. 3 Kurang aktif 1 - 10 3 10,0
Jumlah 30 100
Pada pertemuan kedua, peserta didik
Dari data tabel di atas dapat di analisa
dilatih membuat makalah untuk
bahwa jumlah peserta didik yang cukup
dipresentasikan. Peran guru dalam

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 78


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

aktif yaitu dari 13 peserta didik (43,4 %) %) pada siklus kedua. Sedangkan peserta
pada siklus pertama, menjadi 14 peserta didik yang kurang aktif hanya sebanyak 5
didik (46,6%) pada siklus kedua. Peserta peserta didik (16,6%) dan tidak ada
didik yang aktif dalam penyusunan materi peserta didik yang tidak mengambil
mengalarni peningkatan dari 10 peserta bagian dalam diskusi pada siklus yang
didik (33,4 %) pada siklus pertama, kedua ini.
menjadi 13 peserta didik (43,4 %) pada Pada pertemuan ketiga dari siklus
siklus kedua. Begitu pun dengan peserta kedua ini peserta didik diberi evaluasi
didik yang kurang aktif telah mengalami secara individu, untuk materi
penurunan yaitu dari 7 peserta didik (23,2 menganalisis Atmosfer dan Hidrosfer
%) pada siklus pertama, menjadi 3 peserta serta dampaknya terhadap kehidupan di
didik (10,0 %) pada siklus kedua. muka bumi mata pelajaran IPS geografi.
Tabel Keaktifan Peserta Didik dalam Pada akhir proses siklus kedua, peserta
Diskusi Siklus 2 didik diberi lembar observasi untuk diisi.
Siklus 2 Hasil prestasi belajar peserta didik dalam
NO KRITERIA POIN
Jml %
menganalisis Atmosfer dan Hidrosfer
1 Sangat aktif 4 7 23,4
2 Aktif 3 4 13,4 serta dampaknya terhadap kehidupan di
3 Cukup aktif 2 14 46,6 muka bumi pada siklus kedua, diperoleh
4 Kurang aktif 1 5 16,6
5 Tidak aktif 0 0 0,0 hasil bahwa 27 peserta didik (90,00 %)
Jumlah 30 100 dari 30 peserta didik sudah memenuhi

Dari data rekapitulasi keaktifan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum =

peserta didik dalam diskusi siklus kedua, 75,00). Adapun dari 27 peserta didik yang

dapat disimpulkan bahwa metode tuntas tersebut, 15 orang atau sekitar

pembelajaran CTL mampu meningkatkan 50,00 %-nya sudah melebihi KKM.

keaktifan diskusi. Peserta didik yang Demikian juga untuk prosentase peserta

cukup aktif dan aktif pada siklus pertama, didik yang masih memerlukan remidi

sebanyak 13 peserta didik (43,2 %) mengalami penurunan dari 7 orang (23,20

meningkat menjadi 14 peserta didik %) pada siklus pertama, menjadi 3 orang

(46,6%) pada sikus kedua. Peserta didik (10,00 %) pada siklus kedua.

yang aktif dan sangat aktif mengalami Pada akhir proses siklus kedua ini

peningkatan dari 5 (16,8 %) pada siklus peserta didik diberi lembar observasi

pertama, menjadi 11 peserta didik (36,8 untuk mengetahui respon peserta didik

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 79


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

terhadap pembelajaran dengan contoh), questioning (eksplorasi,


menggunakan metode CTL Dari hasil membimbing, menuntun, mengarahkan,
observasi tentang respon peserta didik mengembangkan, evaluasi, generalisasi),
pada pembelajarn CTL diperoleh rata-rata learning community (seluruh peserta didik
31,33 dan 26,00 pada pilihan jawaban ke4 partisipatif dalam belajar kelompok atau
dn ke-5 yang menunjukkan bahwa peserta individual, minds-on, hands-on, mencoba,
didik cenderung setuju dan setuju tentang mengerjakan), inquiry (identifikasi,
penggunaan metode kontekstual dalam investigasi, hipotesis, konjektur,
pembelajaran menganalisis atmosfer dan generalisasi, menemukan), constructivism
menganalisis hidrosfer serta dampaknya (membangun pemahaman sendiri,
terhadap kehidupan di muka bumi. mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-
Pembelajaran kontekstual adalah sintesis), reflection (reviu, rangkuman,
pembelajaran yang dimulai dengan sajian tindak lanjut), authentic assessment
atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, (penilaian selama proses dan sesudah
negosiasi) yang terkait dengan dunia pembelajaran, penilaian terhadap setiap
nyata kehidupan peserta didik (daily life aktvitas-usaha peserta didik, penilaian
modeling), sehingga akan terasa manfaat portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya
dari materi yang akan disajikan, motivasi dari berbagai aspek dengan berbagai
belajar muncul, alam pikir peserta didik cara).
menjadi konkret, dan suasana menjadi
kondusif, nyaman dan menyenangkan. SIMPULAN
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah Hasil analisis dan evaluasi pada
aktivitas peserta didik, peserta didik kompetensi dasar menganalisis Atmosfer
melakukan dan mengalami, tidak hanya dan Hidrosfer serta dampaknya terhadap
menonton dan mencatat, serta kehidupan di muka bumi mata pelajaran
pengembangan kemampuan sosialisasi. IPS geografi, dapat disimpulkan bahwa:
Ada tujuh indikator pembelajarn (1) Motifasi peserta didik meningkat
kontekstual sehingga bisa dibedakan terlihat dari aktifitas peserta didik dalam
dengan model lainnya, yaitu modeling berdiskusi. Dapat di analisis bahwa jumlah
(pemusatan perhatian, motivasi, peserta didik yang cukup aktif yaitu dari
penyampaian kompetensi-tujuan, 13 peserta didik (43,4 %) pada siklus
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, pertama, menjadi 14 peserta didik

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 80


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

(46,6%) pada siklus kedua dan aktif dalam pembelajaran kontekstual secara umum
penyusunan materi mengalarni respon peserta didik meningkat,
peningkatan yaitu dari 10 peserta didik semuanya dalam kategori cenderung
(33,4 %) pada siklus pertama, menjadi 13 setuju dan setuju. Dari hasil observasi
peserta didik (43,4 %) pada siklus kedua, tentang respon peserta didik pada
adapun peserta didik kurang aktif pembelajaran CTL peserta didik senang
mengalarni penurunan yaitu dari 7 dan menyukai tentang penggunaan
peserta didik (23,2 %) pada siklus metode kontekstual pada materi
pertama, menjadi 3 peserta didik (10,0 %) menganalisis atmosfer dan menganalisis
pada siklus kedua. Dari data rekapitulasi hidrosfer mata pelajaran IPS geografi, hal
keaktifan peserta didik dalam diskusi ini terlihat dari hasil angket respon
dapat disimpulkan bahwa metode peserta didik pada pembelajaran
pembelajaran CTL mampu meningkatkan kontekstual yang bergeser dari ragu-ragu
motivasi yang ditunjukkan melalui kearah cenderung setuju dan setuju.
keaktifan peserta didik dalam diskusi,
terlihat dari jumlah peserta didik yang DAFTAR PUSTAKA
cukup aktif dari siklus 1 sebanyak 13 Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik.
peserta didik (43,2 %) pada siklus Jakarta: Rineka Cipta.
pertama, menjadi 14 peserta didik Adlim, M, Samingan, dan Hasibuan, Rossy
(46,6%) pada siklus kedua, dan sangat Anggelia. 2014. Integrating
Entrepreneurial Practice in
aktif dari 4 (13,4 %) menjadi 7 peserta
Contextual Learning of Biotechnology
didik (23,4%). (2) Hasil prestasi belajar for Senior High School Students.
peserta didik dari siklus pertama ke siklus Journal of Turkish Science
Education, Vol. 11, 2, June.
kedua mengalami peningkatan dan secara
Baron, Philip. 2016. A Cybernetic Approach
klasikal dengan diterapkannya metode to Contextual Teaching and Learning.
pembelajaran kontektual/CTL (contextual Constructivist Foundations, Vol. 12,
teaching learning) memenuhi peningkatan No. 1.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
standar kompetensi dari siklus pertama Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
sebesar 76,60 % menjadi sebesar 90,00 % Cipta.
pada siklus kedua, atau meningkat sebesar Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan.
2002. Strategi Belajar Mengajar.
13,4 %. (3) Dari paparan data rekapitulasi
Jakarta: Rineka Cipta.
observasi peserta didik tentang

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 81


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Akbar

Fudyartanto, Ki RBS. 2002. Psikologi


Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Jogjakarta: Global Pustaka Ilmu.
Hamalik, Omar. 2007. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
http://www.geografi.web.id. 2009. Ruang
Lingkup Geografi.
Jogiyanto. 2006. Filosofi, Pendekatan, dan
Penerapan Pembelajaran Metode
Kasus. Yogyakarta: Andi Offset
Rahman, Hardiyanto, Thalib, Syamsul
Bachri, dan Mahmud, Alimuddin.
2017. Integrated Character
Education in Social Sciences with
Contextual Teaching and Learning
Approach. The New Educational
Review, 48, 2, 04.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Smith, Bettye P. 2010. Instructional
Strategies in Family and Consumer
Sciences: Implementing the
Contextual Teaching and Learning
Pedagogical Model. Journal of Family
& Consumer Sciences Education, 28,
No. 1.
Sumiati dan Asra. 2008. Metode
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian
Pendidikan, Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 1988. Metodologi
Penelitian, CV.Rajawali, Jakarta.
Udin S. Winataputra, Rudi Susilana, Siti
Julaeha, & Wina Sanjaya. 2007.
Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka.

Jurnal IJTIMAIYA _ Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2018 82

Anda mungkin juga menyukai