Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SUHU ( HIPERTERMIA)
DI RUANG MUZDALIFAH RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR
MATARAM

DISUSUN OLEH:

NAMA : MIRA MAHARANI

KELAS : XIIA KEPERAWATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YARSI MATARAM

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


LEMBAR KONSULTASI

PARAF
NO. HARI/TANGGAL MATERI PEMBIMBING KONSULTASI
PEMBIMBING

ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN

PRAKTIK KLINIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PADA KASUS


HIPERTERMIA DI RUANG MUZDALIFA RUMAH SAKIT ISLAM SITI
HAJAR MATARAM

DISUSUN OLEH:

MIRA MAHARANI

LAPORAN INI TELAH DISAHAN PADA:

HARI/TANGGAL: , OKTOBER 2021

MENYETUJUI:

PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBING PENDIDIKAN

(Andre Sagita Amd.kep) (Zuhdi s.kep Ners)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT karena dengan
rahmat dan karuni-nya penulis masih diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan laporan ini.semoga sholawat serta salam selalu di limpahkan
kepada junjungan nabi besar Muhamad SAW berserta para sahabat dan
keluarganya serta pengikutnya di akhir zaman aminn.

Alhamdulilah penulis telah menyelesaikan laporan dengan gangguan


pemenuhan kebutuhan suhu tubuh “HIPERTERMI” laporan ini di susun agar
menambah informasi kepada para pembaca tentang penyakit hipertermi.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya


kepada:

1.Bapak Zuhdi S.Kep.Ners selaku guru pembimbing pendidikan smk yarsi


mataram
2.Bapak Andre Sagita Amd.Kep selaku pembimbing ruangan muzdalifah
RSI Siti Hajar Mataram
3.Orang tua kami yang telah membantu baik moral maupun material

Semoga laporan ini member wawasan yang lebih luas kepada


pembaca.Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan namun saya
menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu kritik dan
saran masih banyak di perlukan.Semoga laporan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan dan mendapat rhido allah aminnn

v
DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR KONSUL............................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv

BABI. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG............................................................................................ 1


1.2. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 2
1.3. TUJUAN............................................................................................................... 2
1.3.1. TUJUAN UMUM.......................................................................................... 4
1.3.2. TUJUAN KHUSUS......................................................................................4
1.4. MANFAAT............................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI............................................................................................................... 6
2.2 ANATOMI FISIOLOGI........................................................................................... 6
2.3 ETIOLOGI............................................................................................................. 6
2.4 KLASIFIKASI........................................................................................................ 7
2.5 PATOFISIOLOGI/(PATWAY.................................................................................7
2.6 MANIFESTASI KLINIS......................................................................................... 7
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................9
2.8 PENATALASANAAN.......................................................................................... 11
2.9 KOMPLIASI......................................................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN………………………………………………………………………....11
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN...........................................................................19
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN.........................................................................20
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN…….............................................................................................25
4.2 SARAN……………. ............................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I

PENDAHULUAAN

1.1Latar belakang

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan


denganketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun
mengurangiproduksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya
ketidakmampuan mekanismekehilangan panas untuk mengimbangi
produksi panas yang berlebihan sehinggaterjadi peningkatan suhu
tubuh.Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah39oC.Selain adanya
tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan padapembacaan
suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan
dibandingkandengan nilai normal individu tersebut (Potter &
Perry,2010).
Menurut Wong (2008) terdapat empat jenis demam yang umum
terjadi yaitu demam intermiten, remiten, kambuhan, dan konstan.
Selama demam intermiten, suhu tubuh akan berubah-ubah dalam
interval yang teratur, antara periode demam dan periode suhu normal
serta subnormal. Selama demam remiten, terjadi fluktuasi suhu
dalam rentang yang luas (lebih dari 2oC) dan berlangsung selama 24
jam, dan selama itu suhu tubuh berada di atas normal. Pada demam
kambuhan, masa febril yang pendek selama beberapa hari
diselingidengan periode suhu normal selama 1 – 2 hari. Selama
demam konstan, suhutubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada di
atas suhu normal.
Tanda-tanda klinis deman dapat bervariasi adanya perubahan
set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur
olehhipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas

1
37oC, lajupengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh
akan turun ke tingkat setpoint.

Sebaliknya, ketika suhu ini kurang dari 37oC, laju produksi panas
akan meningkat sehingga suhu tubuh akan naik ke tingkat set point.
Dalam keadaan initermostat hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari
tingkat normal ke tingkat yanglebih tinggi akibat pengaruh kerusakan
sel, zat-zat pirogen, atau dehidrai padahipotalamus.Selama fase
interval, terjadi respons produksi panas yang biasanyamuncul, yakni
meriang, kedinginan, kulit dingin akibat vasokontriksi, danmenggigil
yang dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh pada anak
yangmengalami hipertermia.

Hipertermi berkepanjangan merupakan suatu kondisi suhu


tubuh lebih dari38oC yang menetap selama lebih dari delapan hari
dengan penyebab yang sudahatau belum diketahui. Tiga penyebab
terbanyak demam pada anak yaitu penyakitinfeksi (60%-70%),
penyakit kolagen-vaskular, dan keganasan.Walaupun infeksivirus
sangat jarang menjadi penyebab demam berkepanjangan, tetapi
20%penyebab adalah infeksi Kesulitan dalam mencari penyebab
timbulnya demam berkepanjangandisebabkan oleh banyak faktor
terutama penyebab yang beraneka ragam.
MenurutNelson (2000) hipertermia disebabkan oleh mekanisme
pengatur panashipotalamus yang disebabkan oleh meningkatnya
produksi panas endogen (olahraga berat, hipertermia maligna, sindrom
neuroleptik maligna, hipertiroidisme),pengurangan kehilangan panas
(memakai selimut berlapis-lapis, keracunanatropine), atau terpajan
lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sengatan panas).Ada juga yang
menyebutkan bahwa hipertermia atau demam pada anak terjadikarena
reaksi transfusi, tumor, imunisasi, dehidrasi , dan juga karena
adanyapengaruh obat

2
. Dampak yang ditimbulkan hipertermia dapat berupa penguapan
cairantubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan
kejang(Alves &Almeida, 2008, dalam Setiawati, 2009).Hipertermi berat
(suhu lebih dari 41oC)dapat juga menyebabkan hipotensi,kegagalan
organ multipel, koagulopati, dankerusakan otak yang irreversibel.
Hipertermia menyebabkan peningkatanmetabolisme selular dan
konsumsi oksigen.Detak jantung dan pernapasanmeningkat untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhMetabolisme inimenggunakan
energi yang menghasilkan panas tambahan.Jika klien
tersebutmenderita masalah jantung atau pernapasan, maka demam
menjadi berat. Demamdalam jangka panjang akan menghabiskan
simpanan energi klien danmembuatnya lemah. Metabolisme yang
meningkat membutuhkan oksigen tambahan.Jika tubuh tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen tambahan, makaterjadi hipoksia
selular.Hipoksia miokardial menimbulkan angina (nyeri dada)
danhipoksia serebral menimbulkan cemas (Potter & Perry,2010).
Dengan demikian,hipertermi harus diatasi dengan teknik yang tepat.
Perawatberperan penting untuk mengatasi hipertermia melalui
peranMandiri maupun kolaborasi.Untuk peran mandiri perawat dalam
mengatasi hipertermia bisa dengan melakukan kompres (Alves &
Almeida,2008,dalam Setiawati,2009).Kompres adalah salah satu
metode fisik untuk menurunkan suhutubuh bila anak mengalami
demam.Selama ini kompres dingin atau es menjadikebiasaan para ibu
saat anaknya demam.Selain itu, kompres alkohol juga dikenalsebagai
bahan untuk mengompres.Namun kompres menggunakan es sudah
tidakdianjurkan karena pada kenyataan demam tidak turun bahkan
naik dan dapatmenyebabkan anak menangis, menggigil, dan kebiruan

Tindakan denganmemberikan es/air es ini dapat menyebabkan


vasokontriksi dan menggigil yangdapat memperburuk hipertermia

3
(Alpers,Ann, 2006). Metode kompres yang lebihbaik adalah kompres
tepid sponge (Kolcaba,2007)

Kompres tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan seka.


Teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya disatu tempat saja,
melainkan langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah
besar. Selain itu masih ada perlakuan tambahan yaitu dengan
memberikan seka diseluruh area tubuh sehingga perlakuan yang
diterapkan terhadap klien ini akan semakin kompleks dan rumit
dibandingkan dengan teknik yang lain. Namun dengan kompres blok
langsung diberbagai tempat ini akan memfasilitasi penyampaian
sinyal ke hipotalamus lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan
mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan memfasilitasi
perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang akan
semakin mempercepat penurunan suhutubuh (Reiga, 2010).
Munurut Suprapti(2008) tepid sponge efektif dalam mengurangi
suhu tubuh pada anak hipertermia yang mendapatkan terapi antipiretik
ditambah tepidsponge sebesar 0,53oC dalam waktu 30 menit.
Sedangkan yang mendapatkan terapi tepid sponge saja rata-rata
penurunan suhu tubuhnya sebesar 0,97oC dalam waktu 60 menit.

1 .2 Rumus masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak deman ( hipertermi)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan
Melaporkan penurunan suhu tubuh pada anak yang
mengalami hipertermia yang diberikan tindakan kompres tepid

4
1.3.2 Tujuan Khusus

a.Mampu melakukan pengkajian pada pasien anak dengan


hipertermia
b.Mampu rumuskan diagnosa keperawatan anak dng
penyakit hipertermi
c.Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan anak
hipertermi
d.Mampu lakukan implementasi pada anak dengan
hipertermia
e. Mampu lakukan evaluasi pada anak dengan hipertermia
f. Mampu mnganalisis penurunan suhu tubuh anak dengan
hipertermia yang diberikan kompres tepidsponge hangat.
1.4 Manfaat
1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan :
Sebagai bahan masukan dalam Member pelayanan kesehatan dan
lebih meningkatkan mutu pelayanan serta mengingatkan kemampuan
dalam bidang keperawatan pada klien dengan khususnya pada area
keperawatan anak
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan:
Memberikan kontribusi terhadap pengembangan kondisi pasien

3. Bagi perawat di rumah sakit islam islam siti hajar


Mataram di harapakan dengan adanya penerapan
Kompres air hangat pada anak deman dapat di
Jadikan cara alternative untuk untuk menurunkan
Suhu tubuh pada anak saat demam.
4.Bagi mahasiswa jurusan keperawatan smk yarsi mataram
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih lagi
mengenai penelitian yang terkait.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hipertermia adalah keadaan meningkat suhu tubuh di atas rentang


normal tubuh, (Tim Pokja SDKI DPP, 2016) Menurut, (Arif Muttqin,
2014) hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubung dengan
ketidakmampuaan tubuh untuk meningkat pengeluaran panas atau
penurunan produksi panas .

Deman tyhoid (tifus abdominalis ,enteric fever) adalah infeksi akut


pada usus halus di sertai dengan deman lebih dari satu minggu pe yakit
deman tyhoid meerupakan penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut di
sebabkan oleh bakteri salmonella typhi .Gejala klinis dari demantyphoid
yaitu terjadinya bakterimia demam berkepanjangan di sertai infeksi
baktri sekaligus multipikasi ke dalam sel-sel pagosit mononuclear dari
hati, kelenjar,limfe, limpa,payer patch dan usus. (Martha ardiariya 2019)

Jadi hipertermi pada typhoid adalah suatu kondisi dan keaadaan


tubuh yang mengalami peninbgkatan melebihi batas normal (>37,5 c)
Hal ini merupakan masalah keperawatan yang biasanya di sebabkan
oleh infeksi akut pada saluran percernaan.

6
2.2 Anatomi fisiologi

Menurut setiadi (2007) otak merupakan alat tubuh yang sangat


penting karena merupakan pusat computer dari semua rongga
tengkorak ( cranium) di bungkus oleh selaput otak yang kuat cranium
( tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal.

1.Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus

Kuadrigemius

2. Otak tengah, otak ini menjadi tegmentum, krus serebri korpus

Koadrigemius 3.Otak belakang (pons) bagiaan otak yang


menonjol yang tersusun dari lapisan fiber ( berserat) dan termasuk
sel yang terlibat dalam pengontrolan pernafasan, dimana pons ini
terdiri atas pons varoli, medulla oblongata dan cerebellum otak di
lindungi oleh kulit

7
Kepala,rambut tulang tengkorak dan columa vertebrate
sertameninge (selaput otak)

Berdasarkan bagian otak secara garis besar terdiri dari


cerebrum (otak besar), brain stem (batang otak) dan cerebrum (otak
kecil).

a) Cerebrum (otak besar)

Menurut syaifuddin (2006) cerebrum atau otak besar


merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak
berbentuk telur, mengisi penuh bagiaan di depan atas
rongga,masing-masing di sebut fosa kranialis anterior atas dan
fosa krinalis bahwa kedua permukaan ini di lapisi oleh lapisan
kelabu (zat kelabu) yaitu bagian korteks serebral dan zat putih
terdapat pada bagiian dalam yang mengandung serabut saraf.

Sedangkan menurut setiadi( 2007 ),permukaan cerebrul


berasal dari bagian yang menonjol (gyrI) dan lekukkan (sulci)
cerebrum pada otak besar di temukan beberapa lobus, yaitu

1..Lobus frontalis adalah bagian dari cerebrul yang terletak


di depan sulkus sentralis

2. Lobus pariental,terdapat di dapan suklus sentralis dan di


belakang oleh karoko- oksipitalis

3.Lobus temporalis,terdapat di bawah lateral dan fisuara


dan di depan lobus oksipitalis

4. Lobus occipitalis yang mengisi bagiaan belakang dari


cerebrum

8
b) Bagiaan otak

Menurut peace (2006) batang otak terdiri atas otak bagian


tengah (diensefalon) pons varoli dan medulla oblongata.otak
tengah yang menghubungkan vertikel ketiga dan keempat
melintas melalui otak tengah ini.

Menurut syaifuddin (2006), batang otak terdiri diri

1.Meansefalon ,atap dari mensefalon terdiri dari empat


bagiaan yang menonjol ke atas dua di sebelah atas di sebut
korpus kuadrigeminus inferior serat saraf okulomotorius
berjalan ke venterikel bagiaan medial serat nerfus troklearis
berjalan kea rah dorsal menyilang, beris tengah ke sisi lain.

2.pons voroli, brakkium pontis yang menghubungkan


mensefalon dengan ponsvarolli dengan cerebellum,terletak di
depan cerebellum di antra otak tengah dan medulla
oblongata,disini terdapat premotoksid yang mengatur
gerakan dan reflex.

3.Medula oblongata, merupakan bagiaan dari batang otak


yang paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan
medulla spinalis, bagiian bawah medulla
oblongata,merupakan persambungan medulla spinalis ke
atas bagiian atas nedulla oblongata yang melebar di sebut
kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral medulla
oblongata

c). Cerebellum

Menurut syaifuddin (2006) cerebellum atau otak kecil


terletak pada bagiian bawah dan bagiian belakang tengkorak

9
di pisahkan dengan cereblum oleh fisuara transversalin oleh
pons varoli dan di atas medulla oblongata organ ini banyak
menenrima serabut eferan sensoris. Sedangkan menurut
setiadi (2007), cerebellum mempunyai dua hemisper yang di
hubungkan oleh femis berat cerebrium lebih kurang 150 gram
(85-90 %) dari berat otak seharusnya.

Bentuknya oval bagiaan yang mengecil pada sentral di sebut


vermis dan bagiian yang melebar pada lateral himisfer
cereblum berhubungan dengan batang otak melalui
pendungkulus serebri interior (korpus retiformi) permukaan
luar cerebellum berlipat-lipat menyeruoai cerebrllum tetapi
lipatanya lebih kecil teratur. Permukaan cerebellum ini
mengandung zat kelabu.

Menurut setiadi (2007) setiap pergerakan memerlukan


kordinasi da;lam kegiaatan sejumpal otot.otot antagonis
harus mengalami relaksasi secara teratur dan otot oleh
bermacam pergerakan.

10
2.3 Etiologi

Disebabkan oleh infeksi,suhu lingkungan yang terlalu panas campuran


gangguan infeksi.Keadaan ini terjadi apa bila bayi di letakkan di dekat api
atau runganan yang bersuhu panas.Selain itu dapat pula di sebabkan dengan
gangguan otak atau akibat bahan toksis yang menyebabkan deman di sebut
pirogen.Zat pirogen ini dapat berupa protein dan zat lain, terutama toksis
polisakarida, yang di lepas oleh bakteri toksik/pirogen yang di hasilkan dari
degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan dalam selama sakit.

2.4 Klasifikasi

Subtasi yang menyebabkan deman di sebut pirogen dan berasal baik dari
oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah
mikroorganisme atau toksik, pirogen edogen adalah polipettida yang di
hasilkan oleh jenis sel panjamu terutama monusit, makrofag, pirogen
memasuki sikruasi dan menyebabkan deman pada tingkat termolugusasi di
hipotalamus peningkatan kecepatan dan pireksi atau deman akan diarahkan
pada meningkatnya pada kehilangan cairan elektrolit pada hal cairan dan
elekrolit di butuhkan dalam motabilisme di otak untuk menjaga keseimbangan
termolugisasi di hipotalamus arterior.Apabila seseorang kehilangan cairan
dan eloktrolit(dehidrasi). Maka elektrolit yang ada apa pembulu darah
berkurang padahal dalam proses metabolism di otak untuk menjaga
keseimbangan termolugusasi di hipotalamus arterior. Membutuhkan elektrolit
tersebut, sehingga kekurangan cairan dan elektrolit mempengaruhi fungsi
hipotalamus arterior dalam mempertahankan keseimbangan termolugulasi
dan akhirnya menyebabkan suhu tubu naik.

11
2.5 Patofisiologi

Suhu tubuh kita dalam keadaan normal di pertahankan di kisaran 37.0


oleh pusat penganturan suhu di dalam otak hiputalamus .pusat pengantur
suhu tersebut selalu menjaga keseimabangan antara jumlah panas yang di
produksi tubuh dari metabolism dengan panas yang di lepas melalui kulit dan
paru,sehingga suhu tubuh dapat di pertahankan dalam kisaran
normal.Walaupun demikian suhu tubuh kita memiliki flutuhariaan yaitu sedikit
lebih tinggi , pada sore hari jika di bandingkan pagi harinya selain itu terdapat
pula kondisi “Deman” lainya namun yang tidak di sebabkan oleh kenaikan set
di pusat pengaturan suhu di otak, yaitu di kenal dengan hipertermia . pada
hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan di sebabkan oleh
peningkatatkan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan
mekanisme pelepasan napas.Hipertermia antara lain di jumpai pada heat
stroke (tersangat panasnya udara lingkungan) aktivitas fisik yang berlebihan
pada cuaca panas serta di karenakan efek dari beberapa obat obatani

12
13
2.6 Manifestasi klinisi

Mayor ( harus terdapat )


1.Suhu lebih tinggi dari 37,80C peroral atau 38,0C per rectal
2.Kulit hangat
3.Takikardi
Minor ( mungkin terdapat )
1.Kulit kemerahan
2.Peningkatan kedalaman pernafasan
3 Nyeri dan sulit yang spesifik atau umum ( mis., sakit kepala )
4.Malaise, keletihan, kelemahan
5.Menggigil/ merinding
6.Perasaan hangat atau dingin
7.Kehilangan nafsu makan
2.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap
 Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC)
untukmengindetifikasi kemungkinan terjadinya resiko infeksi.
Pemeriksaan Laboratorium
1)Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya
resiko infeks
2)Pemeriksaan urine
3)Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk
pasienthypoid4)Pemeriksaan elektrolit : Na, K, C
4) Uji tourniquet

14
2.8Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertermia pada demamtyphoid dibagi menjadi dua


bagian besar yaitu penatalaksanaan umum yang bersifat suportif dan
penatalaksanaan
khusus berupa pemberian antibiotik.
a. Penatalaksanaan suportif merupakan hal yang sangat penting
dalam menangani demam typhoid selain penatalaksanaan utama
berupa antibiotik.Penatalaksanaan suportif pada demam typhoid yaitu
pemberian rehidrasi oral ataupun parental, pemberian antipiretika, bila
perlu diberikan laksansia, tirah baring selama demam untuk mencegah
komplikasi pendarahan usus atau perforasi usus, neminsasi bertahap
bila tidak panas sesuai dengan, diet pada permukaan diet makanan
yang tidak merangsang saluran cerna dalam bentuk saring atau lemak,
pemberian nutrisi yang adekuat sesuai perkembangan keluhan
gastrointertinal sampai makanan biasa serta tindakan transfuse bila
diperlukan pada komplikasi perdarahan, dan tindakan komplikasi bila
ada komplikasi perforasi
b. Penatalaksanaan antibiotik yang biasa digunakan pada penderita
demam typhoid adalah kloram penikol, tiam fenikal, kontra makzasol,
ampizilin danamoksilin,(H. Nabiel Ridha, 2017).

15
2.9 Komplikasi
Menurut,(H. Nabiel Ridha, 2017) komplikasi demam typhoid dibagi
dalam :
a. Komplikasi intestinal
Perdarahan usus yang terjadi sedikit pendarahan hanya dapat
ditemu jika dilakukan pemeriksaan pada tinja dengan benzidin.
Sebalik jika pendarahan pada usus yang terjadi banyak maka
dapat terjadi melena, yang bisa diserta dengan tanda-tanda
renjatan,(Nursalam, Rekawati Susilaningrum, 2008).
Usus yang terjadi tidak disertai dengan peritonitis hanya dapat
ditemukan bila terdapat rongga peritoneum, yaitu terdapat udara
di antara hati dan diagfragmapada foto rontgen abdomen yang
dibuat dalam keadaan tegak serta terdapathati menghilang,
(Nursalam, Rekawati Susilaningrum, 2008).

b. Komplikasi ekstraintertinal
Komplikasi kardiovaskuler: miakarditis, trombosis, dan trombo flebitis
Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombusta penia, dan
sindrourenia
Hemolitik Komplikasi paru: premonia, emfiema dan pleuritis.
Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitaris.
Komplikasi ginjal: glumeruloneritis, prelene tritis, dan perine pitis.
Komplikasi tulang: ostieomilitis, spondilitis, dan ortitis.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan


merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dar berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentivikasi
status kesehatan klien.Tahap pngkajian merupakan pemikiran dasara
dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
individu.Pengkajian yang lengkap ,akurat,sesuai kenyataan,kebenaran
data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnose keperawatan
dan dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan respon
individu.(Muttaqin 2008)
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentng klien yang di
lakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah,serta
kebutuhan-kebutuhan perawatan dan kesehatan klien.Pengumpilan
informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari
informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah
masalah yang di hadapi klien.Selanjutnya data dasar tersebut di
gunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,merencanakan
asuhan keperawatan,serta tindakan untuk mengatasi masalah-
masalah klien.
Adapun pengkajian pada kebutuhan dasar termoregulasi melipui:
A.Data subjektif
3.1.1.Anamnese
a)Identitas klien
Meliput
nama,jenis kelamin,umur,alamat,agama,bahasa,yang
di gunakan,status pernikahan,pendidikan,perkerjaan

17
asuransi darah no register tanggal mrs,diagnose medis.
b)Identitas penaggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk
memudahkan dan jadi Penanggung jawab klien selama
perawatan.data yang terkumpul meliputi Nama,umur,
pendidikan,perkerjaan hubungan dengan klien dan
alamat.
c)Keluhan utama
Deman
3.1.2 Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang sekarang dia alami seperti penyakit
hipertermia
b) Riwayat penyakit dahulu
penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien sebelum penyakit
hipertermi atau gangguan pemenuhan kebutuhan suhu tubuh
c) Riwayat penyakit keluarga Mengkaji ada atau tidaknya keluarga
menderita penyakit hipertermia

3.1.3.Pola-pola fungsi kesehatan


1) Bernafas : bagaimana suara nafas anak, ada tidaknya kesulitan
Bernafas yang dialami oleh anak, serta keluhan lain yang dirasakan
anak
2) Pola Nutrisi (makan dan minum) : tanyakan pada pasien atau
keluarga Berupa kali makan dan minum dalam satu hari.
3) Eliminasi (BAB/BAK) : kaji pola BAB dan BAK pad anak. Pada BAB
tinjaukonsistensi, warna, bau, dan ada atau tidaknya darah. Pad BAK
tinjau volume,warna, bau.
4) Aktifitas : kaji permainan yang paling disukai pada anak, dan kapan
Waktu bermain

18
5) Rekreasi : kemana dan kapan biasanya anak diajak berekreasi.
6) Istirahat dan tidur : kaji pola tidur anak pada siang dan malam hari
dan berapa lama. Ada tidaknya kesulitan tidur yang dialami ole anak.
7) Kebersihan diri : kaji berapa kali anak mandi dalam 1 hari, membantu
atau tidak. Bagaiman dengn kebersihan kuku atau rambut.
8) Pengaturan suhu tubuh : Suhu anak diukur apakah normal, hipotermi
atau kahmengalami Hipertermia.
9) Rasa nyaman : kaji kondisi dan keadaan anak saat mengobrol
dengan orang lain.
10) Rasa aman : kaji lingkungan tempat anak bermain, apakah sudah
aman dari benda-benda tajam dan berbahaya. Bagaimana
pengawasan orang tua ketikaanak sedang bermain.
11) Belajar (anak dan orang tua) : kaji pengetahuan orang tua dalam
Merawat dan mendidik anak.
12) Prestasi : kaji bagaimana pencapaian dan kemampuan anak
mengenai Tingkahlaku social, gerak motoric harus, bahasa, dan
perkembangan motorik kasar.
13) Hubungan sosial anak : kaji bagimana hubungan anak dengan
orang tua keluarga lain serta teman-temannya. Siapakah orang
yang paling dekat dengan anak
B.Data objektif
1) Keadaan umum : apatis,spoor, koma, gelisah, kompomentis tergantung
Pada keadaan klien
2) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
mampuBentuk
3.1.4 Pemeriksaan fisik
  A. Keadaan Umum

COMPOS MENTIS
B. Tanda-tanda vital

19
1. Suhu tubuh: 39 C
2.Tekanan darah: 95/65 mmHg
3. Nadi: 94 x/i
4.Pernapasan: 24 x/i
C. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala
1. Bentuk Normal dan simetris
2.Kulit kepala
Tidak ada peradangan maupun bekas luka didaerah
kepala yang merusak integritas jaringan kulit kepala.
2) Rambut
1.Penyebaran dan keadaan rambu
Rambut pasien menyebar secara merata pada kepala,
berwarna hitam, pertumbuhan rambut baik.
2.Bau
Tidak ada bau saat pengkajian dilakukan.
3.Warna rambut
Warna rambut hitam.
3) Wajah
1.Warna kulit wajah: kemerah-merahan.
2.Struktur wajah
Simetris anatara pipi kanan dan kiri, simetris antara mata
kanan dan kiri.

4) Mata
1,Kelengkapan dan keseimbangan
Organ mata terlihat dalam keadaan lengkap dan simetris.
2. Palpebra
Palpebra pasien dalam keadaan normal, tidak ada oedem
pada daerah palpebra pasien antara kiri dan kanan.

20
3. Konjungtiva dan sclera
Konjungtiva pasien terlihat sedikit anemis dan sklera
pasien terlihat bersih dengan warna putih.
4.Pupil
Pupil dalam keadaan simetris antara pupil kiri dan kanan
dan isokor.
5.Kornea dan iris
Kornea dan iris simetris dan dalam bentuk serta warna
yang normal.
6. Visus
Visus dalam keadaan normal.
7.Tekanan bola mata
Normal.
5) Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang hidung dalam keadaan nornal, septum nasi dalam
keadaan normal, tidak ada pembengkakan pada bagian
dalam hidung pasien, tidak ada nyeri tekan pada bagian
sinus maksilaris, frontalis dan sinus etmoideus.
2 .Lubang hidung
Lubang hidung dalam keadaan simetris.
3 .Cuping hidung
Pasien tidak bernapas dengan cuping hidung.
6) Telinga
1.Bentuk telinga
Bentuk daun telinga dalam keadaan normal dan simetris.
2.Ukuran telinga
Ukuran telinga dalam keadaan normal dan simetris
antara kiri dan kanan.
Universitas Sumatera Utara

21
3.Lubang telinga
Lubang telinga ada dan diameter lubang telinga dalam
keadaan normal dan simetris antara kiri dan kanan.
4.Ketajaman pendengaran
Ketajaman pendengaran pasien baik.
7) Mulut dan faring
1.Keadaan bibir
Mukosa bibir terlihat kering dan terlihat sedikit pecah-
pecah.
2. Keadaan gusi dan gigi
Gusi dalam keadaan baik, warna gusi merah muda, gigi
belum lengkap.
3.Keadaan lidah
Keadaan lidah cukup
4.Orofaring
Orofaring terlihat baik dan berwarna merah muda.
8) Leher
1.Posisi trakea
Posisi trakea dalam keadaan baik, tidak ada massa yang
teraba
2.Thyroid
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar throid
3.Suara
Suara pasien terdengar nornal tetapi sedikit lemah
4.Kelenjar Limfa
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfa
5.Vena jugularis
Vena jugularis teraba

22
6.Denyut nadi karotis
Denyut nadi karotis teraba dan frekuensinya sama dengan frekuensi
denyut nadi radialias.
9) Pemeriksaan integumen
1.Kebersihan
Kebersihan integumen pasien cukup bersih, tidak ada
ruam ataupun jejas pada daerah kulit.
2.Kehangatan
Akral hangat
3.Warna
Warna kulit putih
4 Turgor
Turgor kulit dalam keadaan baik, tidak terlihat adanya
edema pada daerah ekstermitas. Kelembaban
Integumen masih dalam keadaan
5. Kelainan pada kulit
Tidak ada kelainan (jejas dan penyakit kulit lainnya)
kulit pasien.
10) Pemeriksaan thoraks/ dada
1.Inspeksi thoraks
Thoraks pasien dalam keadaan normal, tidak terlihat
kelainan pada bentuk thoraks pasien, tidak ada kelainan
pada bentuk tulang belakang pasien, dan terlihat adanya
retraksi dada.
2.Pernafasan
Sifa pernapasan pasien terlihat kombinasi antar
pernapasan dadadan pernapasa perut, ritme pernapasam
takipnea dengan frekuensi 24x
3.Tanda kesulitan benafas
Tidak ada tanda kesulitan saat pasien bernapas

23
11) Pemeriksaan paru
1.Palpasi getaran suara
Adanya vocal fremitus yang simetris antara kiri dan
kanan
2. Perkusi
Terdengar sonor pada saat memperkusi paru-paru pasien
3.Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler dan tidak ada terdengar bunyi
suara nafas tambahan

12) Pemeriksaan jantung


1. InspeksiNormal
2. Palpasi
Tidak ada pembengkakkan saat dipalpasi
3. Perkusi
Saat dilakukan perkusi terdengar suara pekak
4.Auskultasi
Saat dilakukan auskultasi tidak terdengar suara tambahan
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan
ibu pasien mengatakan demam sudah berlangsung selam 3 hari
suhu tubuh 39◦C.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan ditandai dengan
pasien tampak pucat dan lemas.
3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan hipermetabolik
ditandai dengan An. A tampak lemas dan bibir kering.
4.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secre

24
5.Ketidakefektifan Pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pertukaran gas di alveoli

3.3 Intervensi keperawatan


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang di kerjakan
oleh perawat yang di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang di harapkan. Tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktifitas spesif yang di kerjakan oleh
perawat untuk mengimplenmentasikan intervensi keperawatan.

Diagnosa Intervensi Rasional Kreteria


Keperawatan keperawatan Hasil
1.Hipertemi 1.Observasi 1. untuk Setelah di
berhubungan tanda-Tanda mengetahui Berikan
Dengan proses vital Keadaan umum Asuhan
Infeksi ditandai Pasien keperawatan
Dengan ibu pasien Selama 3x24
mengatakan Jam,diharapkan
demam 2.Berikan 2.Agar keluarga Suhu tubuh
sudah berlangsung pengetahua Pasien Dalam rentang
selam 3 hari suhu n pada mengetahui Normal dan
tubuh 39◦C Keluarga Suhu tubuh yang Stabil
pasien Terjadi dan dengan rentang
Tentang Mengurangi rasa 36,6c, kulit tidak
peningkatan cemas Teraba hangat
Suhu tubuh Tidak berkeringat
yang berlebihan
Terjadi
3.Anjurkan 3.Untuk menjaga
ibu Agar Pasien

25
Pasien merasa Nyaman,
memberikan dan pakaian
Pakaian Tipis
yang yang di kenakan
tipis Kepada Untuk membantu
pasien yang Penguapan
Menyerap tubuh
keringat
4.Anjurkan 4.Peningkatan
ibu suhu Tubuh
Pasien Mengakibatkan
memberikan penguapan tubuh
banyak Meningkat
minum sehingga Perlu
air Putih 2- diimbangi
2,5 liter Dengan
Perhari asupan Cairan
yang banyak
Untuk mencegah

5.Kompres air
5.Berikan Hangat
kompres Air Membantu
Hangat pada untuk
Dahi Dan Menurunkan
ketiak suhu Tubuh
6.pasmastik 6.Sebagai obat
an pasien Penurun deman
2.Ketidakseimbang Meminum yang di dapat
an nutrisi kurang Obat penun dari

26
dari kebutuhan Deman atau Puskesmas
tubuh berhubungan anti terdekat Setelah diberikan
dengan Piretik yaitu asuhan
kurang asupan paracatamol keperawatan
makanan ditandai dan selam 3x24
dengan pasien ibuprofen. jam,
tampak pucat dan ketidakseimbang
lemas 1.Mengetahui an nutrisi kurang
1.Identifikasi jenis dari
Alergi Makanan yang kebutuhan tubuh
makanan membuat pasien berhubungan
pasien. alergi. dengan kurang

2.Mempertahank asupan
2.atur diet an asupan diet makanan, pasien
pada pasien. pasien tampak pucat

tetap stabil. dan


3. Anjurkan 3. Mencukupkan lemas, diharapka
Keluarga kebutuhan nutrisi n
memberikan dengan nutrisi pasien
makanan kebutuhan. dapat terpenuhi,
dalam porsi berat badan
yang sedikit pasien
tapi sering. kembali normal,
4. Tentukan 4.Memberikan nafsu makan
diet sesuai diet Kepada kembali normal
kebutuhan pasien 3x
pasien Sesuai dengan sehari.
5. Berikan kebutuhan.
penkes 5. Meningkatkan
kepada kebutuhan nutrisi

27
keluarga sesuai dengan
pasien kebutuhan.
tentang
kebutuhan
nutrisi

3.Resiko 1.dentifikasi 1.Mengetahui Setelah diberikan


kekurangan cairan kemungkina penyebab untuk asuhan
berhubungan n penyebab mengetahui keperawatan
dengan kekurangan penyelesaian. selama 3x24
hipermetabolik cairan. jam, resiko
ditandai dengan 2. Monitor 2. Mengetahui kekurangan
An. A lemas dan adanya keadaan umum volume cairan
bibir kering kehilangan pasien. dapat tertasi
cairan. dengan kriteria
3. Anjurkan 3. Mencukupkan hasil, tidak ada
keluarga kebutuhan agar tanda-tanda
memberikan tidak dehidrasi,
banyak terjadi turgor kulit
minum air dehidrasi elastis,
putih membaran
mukosa lembab.

4.Ketidakefektifan
1.Obsevasi 1.Tanda-tanda
bersihan jalan
tanda-tanda Vital merupakan Setelah
nafas
Vital Acuaan untuk dilakukan
berhubungan
(suhu, RR, mengetahui tindakan
dengan
HR) keadaan umum keperawatan
penumpukan secre
Pasien. 3x24 jam,
2. Pantau 2.Untuk bersihan jalan

28
status mengetahui nafas efektif.
pernafasan: respirasi pasien. Kriteria hasil:
irama, - RR 20-30
frekuensi, x/menit
suara, dan 3.Untuk - Bunyi nafas
retraksi dada memberikan ke vasikuler
3. Atur posisi nyamanan pada - Tidak ada
yang pasien sekret
nyaman, - Irama nafas
posisi teratur
pronasi - Jalan nafas
untuk bayi paten
dan - Sekresi yang
semifowler efektif
untuk anak - Ronki (-)
4. Lakukan 4.untuk menjaga
suction jalan napas tetep
sesuai Bersih
indikasi 5.untuk mencari
5.Kolaborasi lender/ dahak
dengan dari paru-paru
dokter yang menutupi
pemberian saluran.
inhalasi
ventolin +
NaCl 0.9%
per 6 jam
6.Kolaborasi 6.membantu
dengan pasien untuk
dokter bernapas.

29
pemberian
oksigen
nasal kanul
sesuai
indikasi
5.Ketidakefektifan dokter
Pertukaran gas Setelah
berhubungan dilakukan
dengan gangguan 1. Pantau 1.mengetahui tindakan
pertukaran gas di tanda-tanda tanda”vital keperawatan
alveoli vital pasien 3x24 jam,
(suhu, RR, pertukaran gas
HR dan efektif
SpO2) 2.umtuk Kriteria hasil:
2. Kaji mengetahui - RR 20-30
Frekuensi frekuensi atay ke x/menit
atau Dalaman dan - SpO2 95-100%
kedalaman Kemudahan - Sianosis tidak
Dan bernapas. ada
kemudahan 3.mengetahui  Nafas normal
bernafas warna kulit dan - Sesak tidak ada
Membrane - Gelisah tidak
mukosa ada
3. Observasi - Hispoksia tidak
warna kulit, ada
membran 4.untuk memberi
mukosa dan Rasa nyaman
kuku. Pasien dng
4. Tinggikan sering mengubah
kepala dan posisi

30
dorong pasien
untuk sering
mengubah 5.memberi
posisi tau dokter
5.
Kolaborasi
dengan
dokter
Pemberian
co2

3.4 Implementasi keperawatan

Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi


1.Hipertermi 1. Mengobservasi S: Ibu pasien
berhubungan tanda mengatakan
dengan paparan tanda vital. Badan An. A terasa
lingkungan yang panas 2.Memberikan panas.
ditandai dengan ibu pengetahuaan pada O: Tampak lemas dan
mengatakan keluarga tentang sidikit pucat.
badan pasien terasa peningkatan suhu tubuh A: Masalah hipertermi
panas,pasien tampak yang terjadi. belum teratasi wajah
lemas, tidak ada 3. Menganjurkan ibu An. A masih pucat
pendingin pasien untuk dan bibir kering.
ruangan, pasien terlihat menggunakan pakain P: Intervensi
berkeringat, suhu tubuh yang tipis dan Di lanjutkan
39c menyerap
keringat.
4.menganjurkan ibu
pasien memberikan
banyak air minum pada

31
pasien
5. Memberikan kompres
air S:
Hangat pada dahi dan -Ibu pasien
ketiak mengatakan An. A
6. Memastikan pasien sudah mau makan dan
meminum obat penurun minum yang banyak.
deman O:
-Pasien habis makan 1
2.Ketidakseimbang porsi.
an nutrisi kurang 1.Mengidentifikasih A:
dari kebutuhan alergi pada pasien -Masalah
tubuh 2. Mengatur asupan diet ketidakseimbangan
berhubungan pada pasien nutrisi kurang dari
dengan kurang 3.Menganjurkan kebutuhan Tubuh
asupan makanan, keluarga memberikan teratasi.
pasien tampak makanan dalam porsi P
pucat dan lemas yang sedikit tapi sering Intervensi
4.Menentukan diet di
sesuai kebutuhan lanjutkan
pasien
5.Memberikan
pengetahuaan kepada S
keluarga pasien tentang pasien mengatakan
kebutuhan nutrisi An. A sudah mau
minum yang banyak.
O:
-status hidrasi atau
kelembapan
3.Resiko membrane mukosa

32
kekurangan cairan lembab.
berhubungan A: Pasien tidak ada
dengan dengan 1.Mengidentifikasi tanda-tanda dehidrasi
hipermetabolik kemungkinan penyebab lagi.
kekurangan cairan P: intervensi dihentikan
2. Memonitor adanya S: Ibu klien mengatakan
kehilangan cairan. anaknya masih batuk
3.Menganjurkan disertai dahak
keluarga memberikan O: Klien terlihat sesak
banyak minum air putih napas
- Ada sekret
- Ronki (+)
TTV:
N : 104x/menit
S : 39°C
RR: 46x/menit
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi 1-5
dilanjutkan

4.Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan dengan
penumpukan secre s
1. Memantau tanda-
Ibu klien mengatakan
tanda vital (suhu, RR,
anaknya masih sesak
HR)
O:
2. Memantau status
- Klien terlihat sesak
pernafasan: irama,
napas

33
frekuensi, - Klien terlihat gelisah
suara, dan retraksi dada - Klien terlihat pucat dan
3. Mengatur posisi yang sianosis
nyaman semifowler TTV:
4. Melakukan suction N : 104x/menit
sesuai indikasi S : 39°C
5. mengkolaborasi RR: 46x/menit
dengan dokter SpO2 : 92%
pemberian A : Masalah belum
inhalasi ventolin 1 teratasi
respule per 8 jam P : Intervensi 1-5
dilanjutkan

1. Memantau tanda-
tanda vital (suhu, RR,
HR
dan Spo2)
5.Hipertermi
2. Mengkaji frekuensi
berhubungan atau kedalaman dan
dengan kemudahan bernafas
proses 3. Mengobservasi
inflamasi alveoli warna kulit, membran
mukosa
dan kuku.
4. Meninggikan kepala
dan dorong untuk sering

34
mengubah posisi
5. mengkolaborasi
dengan dokter
pemberian
oksigen 2 lpm nasal
prongs

35
BAB IV

PENUTUP

4,1 Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus yang telah dilaksanakan pada


tanggal 08 oktober 2021 telah didapatkan
klien dengan demam yang mempunyai diagnosa keperawatan
hipertermi berhubungan dengan proses penyakit di ruang muzdalifah
RSI MATARAM didapatkan hasil bahwa penerapan kompres hangat
pada bagian kening pada anak demam telah diterapkan di ruang
muzdalifah RSI mataram
Penerapan kompres hangat telah dilakukan sesuai dengan prosedur.
Orang tua klien telah diberikan penerapan kompres hangat sebanyak
tiga kali dengan suhu air yang sama dan lokasi kompres yang sama
didapatkan hasil respon yang berbeda. Suhu tubuh klien dapat
turun setelah rutin diberikan kompres hangat, dengan demikian
kompres hangat cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh anak
demam.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan ada
beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan kepada pihk-pihak
yang terkait dengan studi kasus ini sebagai berikut :
1.Bagi orang tua klien
Diharapkan orang tua klien dapat memahami cara yang
sederhana untuk mengatasi demam pada anak serta
diharapka orang tua dapat menerapkan atau memberikan

36
kompres hangat saat anak demam.

2.Bagi perawat di Rumah Sakit islam siti hajar mataram


Diharapkan dengan adanya penerapan kompres hangat pada
anak demam dapat dijadikan cara yang alternative untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak saat demam.
3.Bagi mahasiswa jurusan keperawatan smk yarsi mataram
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih lagi
mengenai penelitian yang terkait.
4.Bagi pengembang ilmu
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti pada klien
yang homogen dengan keadaan yang sama.
5.Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengadopsi dan
memodifikasi terapi kompres hangat untuk menurunkan
suhu tubuh, sehingga ada inovasi baru dalam
penatalaksanaan anak demam

37
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Jateng. 1996. Profil Kementrian Kesehatan Indonesia


Pusat dan
Surveilans Epydemiologi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian RI.
Dinas Kesehatan Jateng. 2010. Profil Kementrian Kesehatan Indonesia
Pusat dan
Surveilans Epydemiologi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian RI.
Eveline.2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta: PT Wahyu
Media.
Hapsari. 2009. Makalah Termogulasi Pada Bayi Baru LahirPerlindungan
Termal.
http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/html.
[Accessed 14 Juli 2012 ]
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.
Jakarta:
JHPIGO
Ladewig, P. W., London, M. L., Olds. S. B. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu Dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
Lestari, L. 2010. Cara Mengukur Suhu Tubuh Bayi. http://lusi-
lestari.blogspot.com/2010-01-01.archive.html. [Accessed 22 April
2011].
MNH-JPHIGEO. 2005. Buku Panduan Manajemen Masalah Bay Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Niken. 2010. Kekurangan Energi
Protein. http://windichan.blogspot.com/2010-
03-11.html. [Accesed 16 Juli 2012].

38
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuhan nasional Pelayanan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBS-SP.
. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
. 2007. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBP-SPRiono.2009.HipotermiPadaBayiBaruLahir.
Sastroasmoro, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Klinis. Jakarta: Sagung
Seto.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tjokronegoro, A. 2002. Perawatan Kulit Pada Bayi Dan Balita. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Wiwik.
2010.
Hipotermia.
http://www.asuhan-
keperawatan.10.cc/2010/07/hipotermi.html. [Accessed 22 April 2012].
Wulan. 2012. Kelainan Metabolik Dan Endokrin Pada Bayi. Html://wulan-
midwifery.blogspot/2012/kelainan-metabolik-dan-endokrin.html
[Accessed 16 Juli 2012]
Yaniedu. 2011. Mekanisme Kehilangan Panas.
http://www.blogspot.com/2011.
[Accessed 22 April 2012].
MNH-JPHIGEO. 2005. Buku Panduan Manajemen Masalah Bay Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes R

39

Anda mungkin juga menyukai