DISUSUN OLEH:
PARAF
NO. HARI/TANGGAL MATERI PEMBIMBING KONSULTASI
PEMBIMBING
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIK KLINIK
DISUSUN OLEH:
MIRA MAHARANI
MENYETUJUI:
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT karena dengan
rahmat dan karuni-nya penulis masih diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan laporan ini.semoga sholawat serta salam selalu di limpahkan
kepada junjungan nabi besar Muhamad SAW berserta para sahabat dan
keluarganya serta pengikutnya di akhir zaman aminn.
v
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR KONSUL............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BABI. PENDAHULUAN
vi
BAB I
PENDAHULUAAN
1.1Latar belakang
1
37oC, lajupengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh
akan turun ke tingkat setpoint.
Sebaliknya, ketika suhu ini kurang dari 37oC, laju produksi panas
akan meningkat sehingga suhu tubuh akan naik ke tingkat set point.
Dalam keadaan initermostat hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari
tingkat normal ke tingkat yanglebih tinggi akibat pengaruh kerusakan
sel, zat-zat pirogen, atau dehidrai padahipotalamus.Selama fase
interval, terjadi respons produksi panas yang biasanyamuncul, yakni
meriang, kedinginan, kulit dingin akibat vasokontriksi, danmenggigil
yang dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh pada anak
yangmengalami hipertermia.
2
. Dampak yang ditimbulkan hipertermia dapat berupa penguapan
cairantubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan
kejang(Alves &Almeida, 2008, dalam Setiawati, 2009).Hipertermi berat
(suhu lebih dari 41oC)dapat juga menyebabkan hipotensi,kegagalan
organ multipel, koagulopati, dankerusakan otak yang irreversibel.
Hipertermia menyebabkan peningkatanmetabolisme selular dan
konsumsi oksigen.Detak jantung dan pernapasanmeningkat untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhMetabolisme inimenggunakan
energi yang menghasilkan panas tambahan.Jika klien
tersebutmenderita masalah jantung atau pernapasan, maka demam
menjadi berat. Demamdalam jangka panjang akan menghabiskan
simpanan energi klien danmembuatnya lemah. Metabolisme yang
meningkat membutuhkan oksigen tambahan.Jika tubuh tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen tambahan, makaterjadi hipoksia
selular.Hipoksia miokardial menimbulkan angina (nyeri dada)
danhipoksia serebral menimbulkan cemas (Potter & Perry,2010).
Dengan demikian,hipertermi harus diatasi dengan teknik yang tepat.
Perawatberperan penting untuk mengatasi hipertermia melalui
peranMandiri maupun kolaborasi.Untuk peran mandiri perawat dalam
mengatasi hipertermia bisa dengan melakukan kompres (Alves &
Almeida,2008,dalam Setiawati,2009).Kompres adalah salah satu
metode fisik untuk menurunkan suhutubuh bila anak mengalami
demam.Selama ini kompres dingin atau es menjadikebiasaan para ibu
saat anaknya demam.Selain itu, kompres alkohol juga dikenalsebagai
bahan untuk mengompres.Namun kompres menggunakan es sudah
tidakdianjurkan karena pada kenyataan demam tidak turun bahkan
naik dan dapatmenyebabkan anak menangis, menggigil, dan kebiruan
3
(Alpers,Ann, 2006). Metode kompres yang lebihbaik adalah kompres
tepid sponge (Kolcaba,2007)
1 .2 Rumus masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan
Melaporkan penurunan suhu tubuh pada anak yang
mengalami hipertermia yang diberikan tindakan kompres tepid
4
1.3.2 Tujuan Khusus
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
6
2.2 Anatomi fisiologi
Kuadrigemius
7
Kepala,rambut tulang tengkorak dan columa vertebrate
sertameninge (selaput otak)
8
b) Bagiaan otak
c). Cerebellum
9
di pisahkan dengan cereblum oleh fisuara transversalin oleh
pons varoli dan di atas medulla oblongata organ ini banyak
menenrima serabut eferan sensoris. Sedangkan menurut
setiadi (2007), cerebellum mempunyai dua hemisper yang di
hubungkan oleh femis berat cerebrium lebih kurang 150 gram
(85-90 %) dari berat otak seharusnya.
10
2.3 Etiologi
2.4 Klasifikasi
Subtasi yang menyebabkan deman di sebut pirogen dan berasal baik dari
oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah
mikroorganisme atau toksik, pirogen edogen adalah polipettida yang di
hasilkan oleh jenis sel panjamu terutama monusit, makrofag, pirogen
memasuki sikruasi dan menyebabkan deman pada tingkat termolugusasi di
hipotalamus peningkatan kecepatan dan pireksi atau deman akan diarahkan
pada meningkatnya pada kehilangan cairan elektrolit pada hal cairan dan
elekrolit di butuhkan dalam motabilisme di otak untuk menjaga keseimbangan
termolugisasi di hipotalamus arterior.Apabila seseorang kehilangan cairan
dan eloktrolit(dehidrasi). Maka elektrolit yang ada apa pembulu darah
berkurang padahal dalam proses metabolism di otak untuk menjaga
keseimbangan termolugusasi di hipotalamus arterior. Membutuhkan elektrolit
tersebut, sehingga kekurangan cairan dan elektrolit mempengaruhi fungsi
hipotalamus arterior dalam mempertahankan keseimbangan termolugulasi
dan akhirnya menyebabkan suhu tubu naik.
11
2.5 Patofisiologi
12
13
2.6 Manifestasi klinisi
14
2.8Penatalaksanaan
15
2.9 Komplikasi
Menurut,(H. Nabiel Ridha, 2017) komplikasi demam typhoid dibagi
dalam :
a. Komplikasi intestinal
Perdarahan usus yang terjadi sedikit pendarahan hanya dapat
ditemu jika dilakukan pemeriksaan pada tinja dengan benzidin.
Sebalik jika pendarahan pada usus yang terjadi banyak maka
dapat terjadi melena, yang bisa diserta dengan tanda-tanda
renjatan,(Nursalam, Rekawati Susilaningrum, 2008).
Usus yang terjadi tidak disertai dengan peritonitis hanya dapat
ditemukan bila terdapat rongga peritoneum, yaitu terdapat udara
di antara hati dan diagfragmapada foto rontgen abdomen yang
dibuat dalam keadaan tegak serta terdapathati menghilang,
(Nursalam, Rekawati Susilaningrum, 2008).
b. Komplikasi ekstraintertinal
Komplikasi kardiovaskuler: miakarditis, trombosis, dan trombo flebitis
Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombusta penia, dan
sindrourenia
Hemolitik Komplikasi paru: premonia, emfiema dan pleuritis.
Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitaris.
Komplikasi ginjal: glumeruloneritis, prelene tritis, dan perine pitis.
Komplikasi tulang: ostieomilitis, spondilitis, dan ortitis.
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
17
asuransi darah no register tanggal mrs,diagnose medis.
b)Identitas penaggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk
memudahkan dan jadi Penanggung jawab klien selama
perawatan.data yang terkumpul meliputi Nama,umur,
pendidikan,perkerjaan hubungan dengan klien dan
alamat.
c)Keluhan utama
Deman
3.1.2 Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang sekarang dia alami seperti penyakit
hipertermia
b) Riwayat penyakit dahulu
penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien sebelum penyakit
hipertermi atau gangguan pemenuhan kebutuhan suhu tubuh
c) Riwayat penyakit keluarga Mengkaji ada atau tidaknya keluarga
menderita penyakit hipertermia
18
5) Rekreasi : kemana dan kapan biasanya anak diajak berekreasi.
6) Istirahat dan tidur : kaji pola tidur anak pada siang dan malam hari
dan berapa lama. Ada tidaknya kesulitan tidur yang dialami ole anak.
7) Kebersihan diri : kaji berapa kali anak mandi dalam 1 hari, membantu
atau tidak. Bagaiman dengn kebersihan kuku atau rambut.
8) Pengaturan suhu tubuh : Suhu anak diukur apakah normal, hipotermi
atau kahmengalami Hipertermia.
9) Rasa nyaman : kaji kondisi dan keadaan anak saat mengobrol
dengan orang lain.
10) Rasa aman : kaji lingkungan tempat anak bermain, apakah sudah
aman dari benda-benda tajam dan berbahaya. Bagaimana
pengawasan orang tua ketikaanak sedang bermain.
11) Belajar (anak dan orang tua) : kaji pengetahuan orang tua dalam
Merawat dan mendidik anak.
12) Prestasi : kaji bagaimana pencapaian dan kemampuan anak
mengenai Tingkahlaku social, gerak motoric harus, bahasa, dan
perkembangan motorik kasar.
13) Hubungan sosial anak : kaji bagimana hubungan anak dengan
orang tua keluarga lain serta teman-temannya. Siapakah orang
yang paling dekat dengan anak
B.Data objektif
1) Keadaan umum : apatis,spoor, koma, gelisah, kompomentis tergantung
Pada keadaan klien
2) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
mampuBentuk
3.1.4 Pemeriksaan fisik
A. Keadaan Umum
COMPOS MENTIS
B. Tanda-tanda vital
19
1. Suhu tubuh: 39 C
2.Tekanan darah: 95/65 mmHg
3. Nadi: 94 x/i
4.Pernapasan: 24 x/i
C. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala
1. Bentuk Normal dan simetris
2.Kulit kepala
Tidak ada peradangan maupun bekas luka didaerah
kepala yang merusak integritas jaringan kulit kepala.
2) Rambut
1.Penyebaran dan keadaan rambu
Rambut pasien menyebar secara merata pada kepala,
berwarna hitam, pertumbuhan rambut baik.
2.Bau
Tidak ada bau saat pengkajian dilakukan.
3.Warna rambut
Warna rambut hitam.
3) Wajah
1.Warna kulit wajah: kemerah-merahan.
2.Struktur wajah
Simetris anatara pipi kanan dan kiri, simetris antara mata
kanan dan kiri.
4) Mata
1,Kelengkapan dan keseimbangan
Organ mata terlihat dalam keadaan lengkap dan simetris.
2. Palpebra
Palpebra pasien dalam keadaan normal, tidak ada oedem
pada daerah palpebra pasien antara kiri dan kanan.
20
3. Konjungtiva dan sclera
Konjungtiva pasien terlihat sedikit anemis dan sklera
pasien terlihat bersih dengan warna putih.
4.Pupil
Pupil dalam keadaan simetris antara pupil kiri dan kanan
dan isokor.
5.Kornea dan iris
Kornea dan iris simetris dan dalam bentuk serta warna
yang normal.
6. Visus
Visus dalam keadaan normal.
7.Tekanan bola mata
Normal.
5) Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang hidung dalam keadaan nornal, septum nasi dalam
keadaan normal, tidak ada pembengkakan pada bagian
dalam hidung pasien, tidak ada nyeri tekan pada bagian
sinus maksilaris, frontalis dan sinus etmoideus.
2 .Lubang hidung
Lubang hidung dalam keadaan simetris.
3 .Cuping hidung
Pasien tidak bernapas dengan cuping hidung.
6) Telinga
1.Bentuk telinga
Bentuk daun telinga dalam keadaan normal dan simetris.
2.Ukuran telinga
Ukuran telinga dalam keadaan normal dan simetris
antara kiri dan kanan.
Universitas Sumatera Utara
21
3.Lubang telinga
Lubang telinga ada dan diameter lubang telinga dalam
keadaan normal dan simetris antara kiri dan kanan.
4.Ketajaman pendengaran
Ketajaman pendengaran pasien baik.
7) Mulut dan faring
1.Keadaan bibir
Mukosa bibir terlihat kering dan terlihat sedikit pecah-
pecah.
2. Keadaan gusi dan gigi
Gusi dalam keadaan baik, warna gusi merah muda, gigi
belum lengkap.
3.Keadaan lidah
Keadaan lidah cukup
4.Orofaring
Orofaring terlihat baik dan berwarna merah muda.
8) Leher
1.Posisi trakea
Posisi trakea dalam keadaan baik, tidak ada massa yang
teraba
2.Thyroid
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar throid
3.Suara
Suara pasien terdengar nornal tetapi sedikit lemah
4.Kelenjar Limfa
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfa
5.Vena jugularis
Vena jugularis teraba
22
6.Denyut nadi karotis
Denyut nadi karotis teraba dan frekuensinya sama dengan frekuensi
denyut nadi radialias.
9) Pemeriksaan integumen
1.Kebersihan
Kebersihan integumen pasien cukup bersih, tidak ada
ruam ataupun jejas pada daerah kulit.
2.Kehangatan
Akral hangat
3.Warna
Warna kulit putih
4 Turgor
Turgor kulit dalam keadaan baik, tidak terlihat adanya
edema pada daerah ekstermitas. Kelembaban
Integumen masih dalam keadaan
5. Kelainan pada kulit
Tidak ada kelainan (jejas dan penyakit kulit lainnya)
kulit pasien.
10) Pemeriksaan thoraks/ dada
1.Inspeksi thoraks
Thoraks pasien dalam keadaan normal, tidak terlihat
kelainan pada bentuk thoraks pasien, tidak ada kelainan
pada bentuk tulang belakang pasien, dan terlihat adanya
retraksi dada.
2.Pernafasan
Sifa pernapasan pasien terlihat kombinasi antar
pernapasan dadadan pernapasa perut, ritme pernapasam
takipnea dengan frekuensi 24x
3.Tanda kesulitan benafas
Tidak ada tanda kesulitan saat pasien bernapas
23
11) Pemeriksaan paru
1.Palpasi getaran suara
Adanya vocal fremitus yang simetris antara kiri dan
kanan
2. Perkusi
Terdengar sonor pada saat memperkusi paru-paru pasien
3.Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler dan tidak ada terdengar bunyi
suara nafas tambahan
24
5.Ketidakefektifan Pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pertukaran gas di alveoli
25
Pasien merasa Nyaman,
memberikan dan pakaian
Pakaian Tipis
yang yang di kenakan
tipis Kepada Untuk membantu
pasien yang Penguapan
Menyerap tubuh
keringat
4.Anjurkan 4.Peningkatan
ibu suhu Tubuh
Pasien Mengakibatkan
memberikan penguapan tubuh
banyak Meningkat
minum sehingga Perlu
air Putih 2- diimbangi
2,5 liter Dengan
Perhari asupan Cairan
yang banyak
Untuk mencegah
5.Kompres air
5.Berikan Hangat
kompres Air Membantu
Hangat pada untuk
Dahi Dan Menurunkan
ketiak suhu Tubuh
6.pasmastik 6.Sebagai obat
an pasien Penurun deman
2.Ketidakseimbang Meminum yang di dapat
an nutrisi kurang Obat penun dari
26
dari kebutuhan Deman atau Puskesmas
tubuh berhubungan anti terdekat Setelah diberikan
dengan Piretik yaitu asuhan
kurang asupan paracatamol keperawatan
makanan ditandai dan selam 3x24
dengan pasien ibuprofen. jam,
tampak pucat dan ketidakseimbang
lemas 1.Mengetahui an nutrisi kurang
1.Identifikasi jenis dari
Alergi Makanan yang kebutuhan tubuh
makanan membuat pasien berhubungan
pasien. alergi. dengan kurang
2.Mempertahank asupan
2.atur diet an asupan diet makanan, pasien
pada pasien. pasien tampak pucat
27
keluarga sesuai dengan
pasien kebutuhan.
tentang
kebutuhan
nutrisi
4.Ketidakefektifan
1.Obsevasi 1.Tanda-tanda
bersihan jalan
tanda-tanda Vital merupakan Setelah
nafas
Vital Acuaan untuk dilakukan
berhubungan
(suhu, RR, mengetahui tindakan
dengan
HR) keadaan umum keperawatan
penumpukan secre
Pasien. 3x24 jam,
2. Pantau 2.Untuk bersihan jalan
28
status mengetahui nafas efektif.
pernafasan: respirasi pasien. Kriteria hasil:
irama, - RR 20-30
frekuensi, x/menit
suara, dan 3.Untuk - Bunyi nafas
retraksi dada memberikan ke vasikuler
3. Atur posisi nyamanan pada - Tidak ada
yang pasien sekret
nyaman, - Irama nafas
posisi teratur
pronasi - Jalan nafas
untuk bayi paten
dan - Sekresi yang
semifowler efektif
untuk anak - Ronki (-)
4. Lakukan 4.untuk menjaga
suction jalan napas tetep
sesuai Bersih
indikasi 5.untuk mencari
5.Kolaborasi lender/ dahak
dengan dari paru-paru
dokter yang menutupi
pemberian saluran.
inhalasi
ventolin +
NaCl 0.9%
per 6 jam
6.Kolaborasi 6.membantu
dengan pasien untuk
dokter bernapas.
29
pemberian
oksigen
nasal kanul
sesuai
indikasi
5.Ketidakefektifan dokter
Pertukaran gas Setelah
berhubungan dilakukan
dengan gangguan 1. Pantau 1.mengetahui tindakan
pertukaran gas di tanda-tanda tanda”vital keperawatan
alveoli vital pasien 3x24 jam,
(suhu, RR, pertukaran gas
HR dan efektif
SpO2) 2.umtuk Kriteria hasil:
2. Kaji mengetahui - RR 20-30
Frekuensi frekuensi atay ke x/menit
atau Dalaman dan - SpO2 95-100%
kedalaman Kemudahan - Sianosis tidak
Dan bernapas. ada
kemudahan 3.mengetahui Nafas normal
bernafas warna kulit dan - Sesak tidak ada
Membrane - Gelisah tidak
mukosa ada
3. Observasi - Hispoksia tidak
warna kulit, ada
membran 4.untuk memberi
mukosa dan Rasa nyaman
kuku. Pasien dng
4. Tinggikan sering mengubah
kepala dan posisi
30
dorong pasien
untuk sering
mengubah 5.memberi
posisi tau dokter
5.
Kolaborasi
dengan
dokter
Pemberian
co2
31
pasien
5. Memberikan kompres
air S:
Hangat pada dahi dan -Ibu pasien
ketiak mengatakan An. A
6. Memastikan pasien sudah mau makan dan
meminum obat penurun minum yang banyak.
deman O:
-Pasien habis makan 1
2.Ketidakseimbang porsi.
an nutrisi kurang 1.Mengidentifikasih A:
dari kebutuhan alergi pada pasien -Masalah
tubuh 2. Mengatur asupan diet ketidakseimbangan
berhubungan pada pasien nutrisi kurang dari
dengan kurang 3.Menganjurkan kebutuhan Tubuh
asupan makanan, keluarga memberikan teratasi.
pasien tampak makanan dalam porsi P
pucat dan lemas yang sedikit tapi sering Intervensi
4.Menentukan diet di
sesuai kebutuhan lanjutkan
pasien
5.Memberikan
pengetahuaan kepada S
keluarga pasien tentang pasien mengatakan
kebutuhan nutrisi An. A sudah mau
minum yang banyak.
O:
-status hidrasi atau
kelembapan
3.Resiko membrane mukosa
32
kekurangan cairan lembab.
berhubungan A: Pasien tidak ada
dengan dengan 1.Mengidentifikasi tanda-tanda dehidrasi
hipermetabolik kemungkinan penyebab lagi.
kekurangan cairan P: intervensi dihentikan
2. Memonitor adanya S: Ibu klien mengatakan
kehilangan cairan. anaknya masih batuk
3.Menganjurkan disertai dahak
keluarga memberikan O: Klien terlihat sesak
banyak minum air putih napas
- Ada sekret
- Ronki (+)
TTV:
N : 104x/menit
S : 39°C
RR: 46x/menit
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi 1-5
dilanjutkan
4.Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan dengan
penumpukan secre s
1. Memantau tanda-
Ibu klien mengatakan
tanda vital (suhu, RR,
anaknya masih sesak
HR)
O:
2. Memantau status
- Klien terlihat sesak
pernafasan: irama,
napas
33
frekuensi, - Klien terlihat gelisah
suara, dan retraksi dada - Klien terlihat pucat dan
3. Mengatur posisi yang sianosis
nyaman semifowler TTV:
4. Melakukan suction N : 104x/menit
sesuai indikasi S : 39°C
5. mengkolaborasi RR: 46x/menit
dengan dokter SpO2 : 92%
pemberian A : Masalah belum
inhalasi ventolin 1 teratasi
respule per 8 jam P : Intervensi 1-5
dilanjutkan
1. Memantau tanda-
tanda vital (suhu, RR,
HR
dan Spo2)
5.Hipertermi
2. Mengkaji frekuensi
berhubungan atau kedalaman dan
dengan kemudahan bernafas
proses 3. Mengobservasi
inflamasi alveoli warna kulit, membran
mukosa
dan kuku.
4. Meninggikan kepala
dan dorong untuk sering
34
mengubah posisi
5. mengkolaborasi
dengan dokter
pemberian
oksigen 2 lpm nasal
prongs
35
BAB IV
PENUTUP
4,1 Kesimpulan
4.2 Saran
Berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan ada
beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan kepada pihk-pihak
yang terkait dengan studi kasus ini sebagai berikut :
1.Bagi orang tua klien
Diharapkan orang tua klien dapat memahami cara yang
sederhana untuk mengatasi demam pada anak serta
diharapka orang tua dapat menerapkan atau memberikan
36
kompres hangat saat anak demam.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuhan nasional Pelayanan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBS-SP.
. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
. 2007. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBP-SPRiono.2009.HipotermiPadaBayiBaruLahir.
Sastroasmoro, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Klinis. Jakarta: Sagung
Seto.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tjokronegoro, A. 2002. Perawatan Kulit Pada Bayi Dan Balita. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Wiwik.
2010.
Hipotermia.
http://www.asuhan-
keperawatan.10.cc/2010/07/hipotermi.html. [Accessed 22 April 2012].
Wulan. 2012. Kelainan Metabolik Dan Endokrin Pada Bayi. Html://wulan-
midwifery.blogspot/2012/kelainan-metabolik-dan-endokrin.html
[Accessed 16 Juli 2012]
Yaniedu. 2011. Mekanisme Kehilangan Panas.
http://www.blogspot.com/2011.
[Accessed 22 April 2012].
MNH-JPHIGEO. 2005. Buku Panduan Manajemen Masalah Bay Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes R
39