DISUSUN OLEH:
NAMA : MIZROAH
NO. ABSEN : 21
JURUSAN KEPERAWATAN
i
LEMBAR KONSULTASI
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIK KLINIK
DI AJUKAN OLEH:
MIZROAH
HARI/TANGGAL:
MENYETUJUI
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................ i
LEMBAR KONSUL............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................... v
BAB I . PENDAHULUAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari
pada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non
puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001 ).
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan
insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan
penting.
Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel
beta pulau langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada
penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggap sebagai jaringan asing.
Pergeseran pola penyakit saat ini terus terjadi, dari penyakit infeksi ke
penyakit degeneratif. Hiperglikemi adalah penyakit degeneratif yang angka
kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu
penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. World Health
Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hiperglikemi mencapai
lebih dari 180 juta jiwa diseluruh dunia. Kejadian ini akan meningkat lebih dari
dua kali lipat pada tahun 2030 (WHO 2006). Menurut survei yang dilakukan
WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita hiperglikemi
terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Menurut data
Depkes, jumlah pasien hiperglikemi rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit
menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI 2005).
Jumlah orang yang menderita hiperglikemi diperkirakan akan
meningkat dengan cepat dalam 25 tahun, dengan perkiraan peningkatan
sebesar 42 persen terjadi pada negara berkembang. Perkiraan ini didasarkan
1
pada perubahan demografi pada masyarakat, tanpa mempertimbangkan
perubahan gaya hidup. Di negara berkembang angka kejadian kelebihan berat
badan dan kegemukan terus meningkat dengan cepat karena menurunnya
aktivitas fisik dan banyak makan. Kejadian ini meningkat dengan cepat pada
angka kejadian hiperglikemi(Glumer et al. 2003). Hiperglikemi merupakan
salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat
menurunkan mutu sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi juga pada sistem kesehatan suatu negara.
Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup
termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
hiperglikemi ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa ke
atas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan
penyakit hiperglikemi belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan
kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup
besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi,
otak, sistem saraf, hati, mata dan ginjal (Dirjen Bina Kesmas depkes RI 2003).
Data Perkumpulan Endokrinologi Indonesia dari berbagai penelitian
epidemiologis sebagaimana diungkapkan ketua pengurus besar perkeni dr.
Sidartawan Soegondo Sp.PD, KE menujukan sekitar tahun 1980-an prevalensi
diabetes pada penduduk diatas usia 15 tahun adalah 1,5-2,3%. Penelitian
tahun 1991 di Surabaya mendapatkan prevalensi 1,43% pada penduduk diatas
20 tahun. Dipedesan Jawa Timur tahun 1989 prevalensinya 1,47%. Hasil
penelitian di Jakarta menunjukan adanya peningkatan prevalensi DM 1,7%
(1982) menjadi 5,7% 1993. Sementara di depok dan Jakarta tahun 2001
angkanya 12,8%. Prevalensi DM di makasar meningkat dari 1,5% (1981)
menjadi 2,9% (1998). (armaididarmawan blogspot.com/2010).
Menurut Diabetic Federation, organisasi yang peduli terhadap
permasalahan diabetes, jumlah penderita diabetes mellitus yang ada di
Indonesia tahun 2001 terdapat 5,6 juta jiwa untuk usia diatas 20 tahun. Pada
2
tahun 2020 diestimasikan akan meningkat menjadi 8,2 juta, apabila tidak
dilakukan upaya perubahan gaya hidup sehat pada penderita. (Depkes, 2005).
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah
peningkatan penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat sesuai dengan
angka kejadian diabetes mellitus atau bahkan lebih. Peningkatan dapat
diturunkan dengan melakukan pencegahan, penanggulangan baik secara
medis maupun non medis, baik oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai
dengan porsinya masing-masing. Perawat sebagai salah satu tim kesehatan
mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi hiperglikemi.
Diperlukan peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik dengan tidak
mengabaikan kolaboratif. Pentingnya peran perawat sebagai pendidik agar
penderita hiperglikemi mau dan mampu untuk melakukan latihan jasmani
secara teratur dan mengatur pola makannya yang dapat mencegah terjadinya
komplikasi dari hiperglikemi.
1.3 TUJUAN
3
1.3.1 TUJUAN UMUM
1.4 MANFAAT
a. Untuk mengetahui pengertian Hiperglikemia
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Hiperglikemia
c. Untuk mengetahui tindakan pada Hiperglikemia
d. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
Hiperglikemia.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
5
yang membuat dan mengeluarkan hormon ke dalam darah untuk mengontrol
metabolisme energi dan penyimpanan seluruh tubuh (Daniel, 2014).
2.3 ETIOLOGI
2.4 KLASIFIKASI
a. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula
darah dalam level > 126 mg/dl untuk gula darah puasa.
b. Hiperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula
darah puasa setelah terjadi selama beberapa periodic tanpa adanya pada
Hiperglikemia kronis sudah harus dilakukan tindakan dengan segera,
6
karena dapat meningkatkan resiko komplikasi pada kerusakan ginjal,
kerusakan neurologi, jantung, retina, ektremitas dan diabetic neuropathy
merupakan hasil dari hiperglikemia jangka panjang.
2.5 PATOFISIOLOGI/(PATWAY)
7
(PATWAY)
Polipagi
Polidipsi
Poliuri
Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering
Rasa kesemutan, kram otot
Visus menurun
Penurunan berat badan
Kelemahan tubuh
Luka yang tidak sembuh
8
glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA
menggunakan GDP > 126 mg/dl.
Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien hiperglikemi adalah :
Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma : Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l.
Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium : Normal atau peningkatan semua (perpindahan
seluller), selanjutnya akan menurun.
Fospor : Lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup
SDM ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan
kontrol tidak adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal).
Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.
Insulin darah :Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya ( endogen /eksogen ). Resisiten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto
antibodi).
9
Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine :Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
menigkat.
Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka. Ultrasonografi
2.8 PENATALAKSANAAN
10
Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah :
Kurus : BB x 40 – 60 kalori/hari
Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari
Gemuk : BB x 20 kalori/hari
Obesitas : BB x 10 – 15 kalori/hari
Atau cara sederhana untuk mengetahui kebutuhan dasar adalah
sebagai berikut :
Untuk wanita : (berat badan ideal x 25 kal) + 20% untuk aktivitas
Untuk pria : (berat badan ideal x 30 kal) + 20% untuk aktivitas
Berat badan ideal = (TB – 100 cm) – 10%
2.) Latihan jasmani
11
Sasaran Heart Rate : 75-85 % dari maksimum Heart Rate
Maksimum Heart Rate : 220-umur
Endurance : latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi, seperti jalan (jalan santai/cepat, sesuai umur), jogging,
berenang, dan bersepeda.
3) Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok resiko tinggi :Umur diatas 45 tahun
Kegemukan lebih dari 120 % BB idaman atau IMT > 27 kg/m Hipertensi >
140 / 90 mmHg Riwayat keluarga DM Dislipidemia, HDL 250 mg/dl Parah
TGT atau GPPT ( TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa plasma puasa
derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl
1. Obat berkaitan Hipoglikemia
a. Obat hipoglikemi oral :
- Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimeperide,
glipizid.
- Biguanid ( metformin )
- Hon su insulin secretagogue ( repakglinide, natliglinide )
- Inhibitor glucosidase
- Tiosolidinedlones
b. Insulin
Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia
adalah jenis obat insulin yang memiliki sifat transparan dan
mulai bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia
dimasukkan ke dalam tubuh. Obat insulin ini bekerja secara
maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran darah penderita,
dan segera menghilang setalah 6-8 jam kemudian.
Insulin reaksi panjang merupakan jenis insulin yang mulai
bekerja 1 hingga 2 jam setelah ia disuntikkan ke dalam tubuh
seseorang. Tetapi obat insulin ini tidak memiliki masa reaksi
12
puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu yang
lama yaitu 24 sampai 36 jam di dalam tubuh penderita diabetes,
contohnya Levemir dan Lantus.
Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif
bekerja menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah
disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi secara maksimal
selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam setelahnya,
contohnya Humulin m3, Hypurin, dan Insuman.
Insulin reaksi cepat akan langsung bekerja 5-15 menit setelah
2.9 KOMPLIKASI
13
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare
diabetik, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks
kardiovaskuler.
e. .Campuran vascular neuropati
Ulkus kaki
f. .Komplikasi pada kulit
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status
kesehatan klien ((Nursalam, 2001). Kegiatan yang dilaksanakan dalam
pengkajian adalah pengumpulan data dan merumuskan prioritas masalah.
Pada pengkajian – pengumpulan data yang cermat tentang klien, keluarga,
didapatkan data melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan.
3.1.1. IDENTITAS
15
ekonomi keluarga, karena dapat mempengaruhi pemenuhan gizi pasien
tersebut.
16
tekanan darah, biasanya pada khasus hipertensi tekanan darah
systole 110 mmHg dan tekanan diastole diatas 80 mmHg (Haryanto
& Rini, 2015), Nadi Meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi
radialis; perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada
beberapa area seperti arteri popliteal, posterior tibia. (Udjianti, 2013)
b) Kepala Leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c) Sistem integumen Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang
sedang mengalami dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar
ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut
dan kuku.
d) Sistem pernafasan
e) Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
f) Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan adanya
komplikasi kronis pada makrovaskuler
g) Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang
dalam bentuk urin.
h) Sistem muskuloskeletal Adanya katabolisme lemak, Penyebaran
lemak dan, penyebaran masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah,
lemah.
17
i) Sistem neurologis Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu
pada system neurologis pasien sering mengalami penurunan
sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi.
18
2. Timbang berat badan tiap pagi.
R/ Mengetahui pemasukan makanan yang adekuat.
3. Ukur bising usus tiap pagi,
R/ Hiperglikemi dapat meningkatkan motilitas dan fungsi lambung.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia (tingkat kesadaran, kulit lembab/
dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing,
sempoyongan)
R/ Saat proses metabolisme terjadi dan insulin tetap diberikan maka
hipoglikemi dapat terjadi.
4. Observasi adanya mual dan muntah.
R/ Mengetahui pemasukan yang adekuat.
5. Ukur LLA dan TSF tiap pagi.
R/ Mengetahui status nutris klien.
6. Pantau hasil laboratorium gula darah dan Hb.
R/ Hb yang rendah dapat mengindikasikan asupan nutrisi yang tidak
adekuat. Peningkatan gula daran mengindikasikan asupan nutrisi sel
tidak terpenuhi.
7. Kolaborasi pemberian actravid insulin atau obat oral sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan pemasukan nutrisi yang adekuat.
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
19
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah
daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang
non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . Tujuan utama terapi
Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
1. Diet
2. Latihan jasmani
3. Penyuluhan
4. Obat berkaitan Hipoglikemia
Diagnosa keperawatan yang sering muncul :
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari
hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan : diare, muntah, masukan
dibatasi : mual, kacau mental.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral; anoreksia, mual,
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar
glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi,
infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau ISK.
Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi : status
hipermetabolik/ infeksi.
Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/
progresif yang tidak dapat diobati.
Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/
mengingat, kesalahan interpretasi, informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
20
Resiko terhadap cedera berhubungan dengan penurunan sensasi taktil,
pengurangan ketajaman pandangan dan hipoglikemia.
5.2 SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22