Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS


‘’HIPEGLIEMIA’’DI RUANG MULTAZAM RUMAH SAKIT ISLAM

DISUSUN OLEH:

NAMA : MIZROAH

KELAS : XII A KEPERAWATAN

NO. ABSEN : 21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH MENENGGAH KEJURUAN’’YARSI’’ MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
LEMBAR KONSULTASI

No Hari/Tgl Materi Pembimbing Konsultasi Paraf

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN

PRAKTIK KLINIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


SARAF PUSAT PADA KASUS HIPERGLIKEMIA DI RUANG MULTAZAM
RUMAH SAKIT ISLAM MATARAM

DI AJUKAN OLEH:

MIZROAH

LAPORAN INI TELAH DISAHAN PADA:

HARI/TANGGAL:

MENYETUJUI

PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBING PENDIDIKAN

(DEVY NUSANTARI,Amd.Kep) (ERISA SEPTIANI S,S.,Kep,. Ners)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. karena dengan


rahmat dan karunia-nya penulis masih diberi kesempatan untu menyelesaikan
laporan ini. Sholawat serta salam dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga
akhir zaman. Amiin.

Alhamdulillah saya telah berhasil menyelesaikan makalah Laporan


Pendahuluan tentang ‘’HIPEGLIKEMIA’’. Laporan ini disusun agar dapat
menambah informasi kepada para pembaca tentang HIPERGLIKEMIA

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sedalam-


dalmnya kepada :

1. Ibu Erisa Septiani Sabrina,S.Kep.,Ners, Bapak Zuhdi,S.Kep.,Ners dan


Bapak Fathul Aziz,S.Kep.,Ners selaku pembimbing Pendidikan di SMK
YARSI MATARAM
2. Bapak Moh.Gazali,Amd.Kep selaku Kepala Ruangan MULTAZAM RUMAH
SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM
3. Ibu Devi Nusantari,Amd.Kep Selaku pembimbing Lahan RUMAH SAKIT
ISLAM SITI HAJAR MATARAM
4. Orang tua saya yang telah membantu dengan baik moral maupun materi
5. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini.
Semoga Laporan ini sumber wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun
saya menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karna itu
kritis dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga Laporan ini
bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapatkan ridho Allah Swt.amiin

Senin,10 oktober 2021

iv
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................ i

LEMBAR KONSUL............................................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR......................................................................................................... iv

DAFTAR ISI....................................................................................................................... v

BAB I . PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG............................................................................................1


1.2. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 2
1.3. TUJUAN............................................................................................................... 2
1.3.1. TUJUAN UMUM.......................................................................................... 4
1.3.2. TUJUAN KHUSUS......................................................................................4
1.4. MANFAAT............................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI............................................................................................................... 6
2.2 ANATOMI FISIOLOGI........................................................................................... 6
2.3 ETIOLOGI............................................................................................................. 6
2.4 KLASIFIKASI........................................................................................................ 7
2.5 PATOFISIOLOGI/(PATWAY.................................................................................7
2.6 MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................7
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................9
2.8 PENATALASANAAN.......................................................................................... 11
2.9 KOMPLIASI......................................................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN………………………………………………………………………....11
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN...........................................................................19
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN.........................................................................20
BAB IV LAPORAN KASUS
4.1 PENGKAJIAN……. ........................................................................................... 21
4.2 ANALISA DATA…. ........................................................................................... 21
4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN...........................................................................22
4.4 INTERVENSI KEPERAWATAN.........................................................................22
4.5 IMPELEMENTASI KEPERAWATAN.................................................................24
4.6 EVALUASI KEPERAWATAN.............................................................................24
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN……............................................................................................. 25
5.2 SARAN……………. ............................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar belakang
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari
pada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non
puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001 ).
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan
insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan
penting.
Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel
beta pulau langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada
penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggap sebagai jaringan asing.
Pergeseran pola penyakit saat ini terus terjadi, dari penyakit infeksi ke
penyakit degeneratif. Hiperglikemi adalah penyakit degeneratif yang angka
kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu
penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. World Health
Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hiperglikemi mencapai
lebih dari 180 juta jiwa diseluruh dunia. Kejadian ini akan meningkat lebih dari
dua kali lipat pada tahun 2030 (WHO 2006). Menurut survei yang dilakukan
WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita hiperglikemi
terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Menurut data
Depkes, jumlah pasien hiperglikemi rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit
menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI 2005).
Jumlah orang yang menderita hiperglikemi diperkirakan akan
meningkat dengan cepat dalam 25 tahun, dengan perkiraan peningkatan
sebesar 42 persen terjadi pada negara berkembang. Perkiraan ini didasarkan

1
pada perubahan demografi pada masyarakat, tanpa mempertimbangkan
perubahan gaya hidup. Di negara berkembang angka kejadian kelebihan berat
badan dan kegemukan terus meningkat dengan cepat karena menurunnya
aktivitas fisik dan banyak makan. Kejadian ini meningkat dengan cepat pada
angka kejadian hiperglikemi(Glumer et al. 2003). Hiperglikemi merupakan
salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat
menurunkan mutu sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi juga pada sistem kesehatan suatu negara.
Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup
termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
hiperglikemi ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa ke
atas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan
penyakit hiperglikemi belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan
kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup
besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi,
otak, sistem saraf, hati, mata dan ginjal (Dirjen Bina Kesmas depkes RI 2003).
Data Perkumpulan Endokrinologi Indonesia dari berbagai penelitian
epidemiologis sebagaimana diungkapkan ketua pengurus besar perkeni dr.
Sidartawan Soegondo Sp.PD, KE menujukan sekitar tahun 1980-an prevalensi
diabetes pada penduduk diatas usia 15 tahun adalah 1,5-2,3%. Penelitian
tahun 1991 di Surabaya mendapatkan prevalensi 1,43% pada penduduk diatas
20 tahun. Dipedesan Jawa Timur tahun 1989 prevalensinya 1,47%. Hasil
penelitian di Jakarta menunjukan adanya peningkatan prevalensi DM 1,7%
(1982) menjadi 5,7% 1993. Sementara di depok dan Jakarta tahun 2001
angkanya 12,8%. Prevalensi DM di makasar meningkat dari 1,5% (1981)
menjadi 2,9% (1998). (armaididarmawan blogspot.com/2010).
Menurut Diabetic Federation, organisasi yang peduli terhadap
permasalahan diabetes, jumlah penderita diabetes mellitus yang ada di
Indonesia tahun 2001 terdapat 5,6 juta jiwa untuk usia diatas 20 tahun. Pada

2
tahun 2020 diestimasikan akan meningkat menjadi 8,2 juta, apabila tidak
dilakukan upaya perubahan gaya hidup sehat pada penderita. (Depkes, 2005).
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah
peningkatan penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat sesuai dengan
angka kejadian diabetes mellitus atau bahkan lebih. Peningkatan dapat
diturunkan dengan melakukan pencegahan, penanggulangan baik secara
medis maupun non medis, baik oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai
dengan porsinya masing-masing. Perawat sebagai salah satu tim kesehatan
mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi hiperglikemi.
Diperlukan peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik dengan tidak
mengabaikan kolaboratif. Pentingnya peran perawat sebagai pendidik agar
penderita hiperglikemi mau dan mampu untuk melakukan latihan jasmani
secara teratur dan mengatur pola makannya yang dapat mencegah terjadinya
komplikasi dari hiperglikemi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasaran latar belakang tersebut. Dapat dirumusan masalah
penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh estrak daun karamunting
terhadap aktivitas enzim katalase darah tikus galur wistar yang diinduksi
streptozotasin.

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin disampaikan penulis dalam makalah Asuhan


Keperawatan Klien dengan Hirglikemia ini adalah :

3
1.3.1 TUJUAN UMUM

Memberikan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan Klien


dengan hiperglikemia secara teori.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS


- Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan
masalah Hiperglikemi
- Dapat menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan
pada klien dengan  masalah Hiperglikemi
- Dapat merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
pada klie dengan Hiperglikemi
- Dapat melakukan implementasi asuhan keperawatan pada klien
dengan Hiperglikemi
- Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan
pada klien dengan Hiperglikemi

1.4 MANFAAT
a. Untuk mengetahui pengertian Hiperglikemia
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Hiperglikemia
c. Untuk mengetahui tindakan pada Hiperglikemia
d. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
Hiperglikemia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah


daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang
non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )
Menurut Christine hancock (1999) berpendapat bahwa hiperglikemia
adalah terdapatnya glukosa dengan kadar yang tinggi didalam darah (rentang
normal kadar glukosa darah adalah 3,0-5,0 mmol/ liter). Hiperglikemi
merupakan tanda yang biasanya menunjukan penyakit diabetes mellitus.

2.2 ANATOMI FISIOLOGI

Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di


bawah lambung dalam abdomen (Sloane, 2003). Pankreas merupakan
kelenjar retroperitoneal dengan panjang sekitar 12-15 cm (5-6 inchi) dan tebal
2,5 cm (1 inchi). Pankreas berada di posterior kurvatura mayor lambung.
Pankreas terdiri dari kepala, badan, dan ekor dan biasanya terhubung ke
duodenum oleh dua saluran, yaitu duktus Santorini dan ampula Vateri (Tortora
& Derrickson, 2012). Pankreas terletak di perut bagian atas di belakang perut.
Pankreas adalah bagian dari sistem pencernaan yang membuat dan
mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam usus, dan juga organ endokrin

5
yang membuat dan mengeluarkan hormon ke dalam darah untuk mengontrol
metabolisme energi dan penyimpanan seluruh tubuh (Daniel, 2014).

Jaringan penyusun pankreas (Guyton dan Hall, 2006) terdiri dari:


Jaringan eksokrin terdiri dari sel sekretorik yang berbentuk seperti

- Anggur dan disebut sebagai asinus/Pancreatic acini merupakan jaringan


yang menghasilkan enzim pencernaan ke dalam duodenum. Jaringan
endokrin yang terdiri dari pulau-pulau Langerhans/Islet of
- Langerhans yang tersebar di seluruh jaringan pankreas, yang
menghasilkan insulin dan glukagon ke dalam darah.

2.3 ETIOLOGI

Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui


kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting.
Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel
beta pulau langerhans.

Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada


penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggap sebagai jaringan asing.

2.4 KLASIFIKASI

a. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula
darah dalam level > 126 mg/dl untuk gula darah puasa.
b. Hiperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula
darah puasa setelah terjadi selama beberapa periodic tanpa adanya pada
Hiperglikemia kronis sudah harus dilakukan tindakan dengan segera,

6
karena dapat meningkatkan resiko komplikasi pada kerusakan ginjal,
kerusakan neurologi, jantung, retina, ektremitas dan diabetic neuropathy
merupakan hasil dari hiperglikemia jangka panjang.

2.5 PATOFISIOLOGI/(PATWAY)

Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat


disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan
herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk
kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam
darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon
sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan
penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi
glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel.
Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan dehidrasi
sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi). Penggunaan lemak
untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton yang dapat
mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton dan mual
(nausea) hingga terjadi asidosis.

Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan


meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel
menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat
menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah yang
membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis) dan
bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus ini
dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain
(tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke,
ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard
infark, mata dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian.

7
(PATWAY)

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa darah) :

 Polipagi
 Polidipsi
 Poliuri
 Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering
 Rasa kesemutan, kram otot
 Visus menurun
 Penurunan berat badan
 Kelemahan tubuh
 Luka yang tidak sembuh

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


 
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg%
(Plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test toleransi

8
glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA
menggunakan GDP > 126 mg/dl.
Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien hiperglikemi adalah :
Glukosa darah        : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma        : Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l.
Elektrolit                 :
Natrium                  : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium                    : Normal atau peningkatan semua  (perpindahan
seluller),    selanjutnya akan menurun. 
Fospor                     : Lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat        : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup
SDM ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan
kontrol tidak adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
Glukosa darah arteri           : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
Trombosit darah     : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum / kreatinin    : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan
fungsi      ginjal).
Amilase darah         : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.
Insulin darah           :Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya ( endogen /eksogen ). Resisiten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto
antibodi).

9
Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine           :Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
menigkat.
Kultur dan sensitivitas :      Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka. Ultrasonografi

2.8 PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan


aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropati.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
1) Diet
 Komposisi makanan :
- Karbohidrat = 60 % – 70 %
- Protein = 10 % – 15 %
- Lemak = 20 % – 25 %
 Jumlah kalori perhari
- Antara 1100 -2300 kkal
- Kebutuhan kalori basal : laki – laki : 30 kkal / kg BB
Perempuan : 25 kkal / kg BBPenilaian status gizi :BB
BBR = x 100 %
TB – 100
  Kurus : BBR 110 %
Obesitas bila BBRR > 110 %
Obesitas ringan 120% – 130 %
Obesitas sedang 130% – 140%
Obesitas berat 140% – 200%
  Obesitas morbit > 200 %

10
Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah :
Kurus : BB x 40 – 60 kalori/hari
Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari
Gemuk : BB x 20 kalori/hari
Obesitas : BB x 10 – 15 kalori/hari
Atau cara sederhana untuk mengetahui kebutuhan dasar adalah
sebagai berikut :
Untuk wanita : (berat badan ideal x 25 kal) + 20% untuk aktivitas
Untuk pria : (berat badan ideal x 30 kal) + 20% untuk aktivitas
Berat badan ideal = (TB – 100 cm) – 10%
2.) Latihan jasmani

Manfaat latihan jasmani : Menurunkan kadar glukosa darah


(mengurangi resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas insulin)
Menurunkan berat badanMencegah kegemukan
Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid
darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah
Prinsip         : Continuous, Rhytmic, Interval, Progressive, Endurance
(CRIPE) 
Continuous : berkesinambungan, terus-menerus tanpa henti, misal 30
menit jogging tanpa henti
Rhytmic      : berirama yaitu kontraksi dan relaksasi secara teratur (jalan
kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung. Main golf, tenis,
atau badminton tidak memenuhi syarat karena banyak berhenti))
Interval : selang-seling antara gerak cepat dan lambat (jalan cepat diselingi
jalan lambat, jogging diselingi jalan)
Progressive : bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan sampai
sedang hingga mencapai 30-60 menit

11
Sasaran Heart Rate : 75-85 % dari maksimum Heart Rate
Maksimum Heart Rate : 220-umur
Endurance : latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi, seperti jalan (jalan santai/cepat, sesuai umur), jogging,
berenang, dan bersepeda.
3) Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok resiko tinggi :Umur diatas 45 tahun
Kegemukan lebih dari 120 % BB idaman atau IMT > 27 kg/m Hipertensi >
140 / 90 mmHg Riwayat keluarga DM Dislipidemia, HDL 250 mg/dl Parah
TGT atau GPPT ( TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa plasma puasa
derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl
1. Obat berkaitan Hipoglikemia
a. Obat hipoglikemi oral :
- Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimeperide,
glipizid.
- Biguanid ( metformin )
- Hon su insulin secretagogue ( repakglinide, natliglinide )
- Inhibitor glucosidase
- Tiosolidinedlones

b. Insulin
 Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia
adalah jenis obat insulin yang memiliki sifat transparan dan
mulai bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia
dimasukkan ke dalam tubuh. Obat insulin ini bekerja secara
maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran darah penderita,
dan segera menghilang setalah 6-8 jam kemudian.
 Insulin reaksi panjang merupakan jenis insulin yang mulai
bekerja 1 hingga 2 jam setelah ia disuntikkan ke dalam tubuh
seseorang. Tetapi obat insulin ini tidak memiliki masa reaksi

12
puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu yang
lama yaitu 24 sampai 36 jam di dalam tubuh penderita diabetes,
contohnya Levemir dan Lantus.
  Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif
bekerja menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah
disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi secara maksimal
selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam setelahnya,
contohnya Humulin m3, Hypurin, dan Insuman.
 Insulin reaksi cepat akan langsung bekerja 5-15 menit setelah
 

masuk ke dalam tubuh penderita. Ia memiliki tingkat reaksi


maksimal selama 30-90 menit, dan pengaruhnya akan segera
menghilang setelah 3-5 jam kemudian. Contoh obat insulin ini
berupa Lispro, Actrapid, Novorapid, dan Velosulin

2.9 KOMPLIKASI

Dibagi menjadi 2 kategori yaitu :


a. Komplikasi akut
 Ketoasidosis diabetic
 Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik
 Hipoglikemia
 Asidosis lactate
 Infeksi berat
b.  Komplikasi kronik
c. Komplikasi vaskuler
 Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
 Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
d. .Komplikasi neuropati

13
 Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare
diabetik, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks
kardiovaskuler.
e. .Campuran vascular neuropati
 Ulkus kaki
f. .Komplikasi pada kulit

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status
kesehatan klien ((Nursalam, 2001). Kegiatan yang dilaksanakan dalam
pengkajian adalah pengumpulan data dan merumuskan prioritas masalah.
Pada pengkajian – pengumpulan data yang cermat tentang klien, keluarga,
didapatkan data melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan.

3.1.1. IDENTITAS

Merupakan data subyektif menurut yang didapat dari klien sebagai


suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak
dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui
suatu sistem interaksi atau komunikasi seperti: Nama untuk mengenal dan
mengetahui pasien sehingga penulisan nama harus jelas dan lengkap, bila
perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
pelayanan, Umur; dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
dalam menentuk dosi obat, skap yang belum matang, mental dan
psikisnya belum siap; Agama untuk memberikan motivasi dorongan moril
sesuai dengan agama yang dianut; Suku untuk mengetahui faktor bawaan
atau ras serta pengaruh adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari;
Pendidikan Perlu dinyatakan karena tingkat pendidikan berpengaruh pada
tingkat pemahaman pengetahuan, sehingga perawat dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya; Alamat Untuk mengetahui
tempat tinggal serta mempermudah pemantauan bila diperlukan
melakukan kunjungan rumah; Pekerjaan untuk mengetahui status

15
ekonomi keluarga, karena dapat mempengaruhi pemenuhan gizi pasien
tersebut.

3.1.2 RIWAYAT PENYAKIT


a) Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian riwayat penyakit
dahulu akan didapatkan informasi apakah terdapat factor-faktor
resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat obesitas,
hipertensi, atau juga atherosclerosis
b) Riwayat Penyakit Sekarang Pengkajian pada RPS berupa proses
terjadinya gejala khas dari DM, penyebab terjadinya DM serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji adanya riwayat keluarga yang
terkena diabetes mellitus, hal ini berhubungan dengan proses
genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang
untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.

3.1.3 PENGAJIAN BIO – PSIKO – SOSIAL – SPIRITUAL (GORDON)


Meliputi informasi mengenai prilaku,perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

3.1.4 PEMERIKSAAN FISIK


a) Keadaan Umum Penilaian tingkat kesadaran seperti
komposmentis, apatis, delirium, somnolen, sopor, semi-coma, coma
perlu dilakukan dengan menilai Glasglou coma Skil (GCS) melalui
proses penilaian : Eye (4) mampu membuka mata secara spontan,
verbal (5) mampu berkomunikasi secara baik, motorik (6) mampu
menunjukan tempat yang sakit dan dilanjutkan dengan pengukuran

16
tekanan darah, biasanya pada khasus hipertensi tekanan darah
systole 110 mmHg dan tekanan diastole diatas 80 mmHg (Haryanto
& Rini, 2015), Nadi Meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi
radialis; perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada
beberapa area seperti arteri popliteal, posterior tibia. (Udjianti, 2013)
b) Kepala Leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c) Sistem integumen Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang
sedang mengalami dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar
ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut
dan kuku.
d) Sistem pernafasan
e) Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
f) Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan adanya
komplikasi kronis pada makrovaskuler
g) Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang
dalam bentuk urin.
h) Sistem muskuloskeletal Adanya katabolisme lemak, Penyebaran
lemak dan, penyebaran masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah,
lemah.

17
i) Sistem neurologis Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu
pada system neurologis pasien sering mengalami penurunan
sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic
(dari hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan : diare, muntah,
masukan dibatasi : mual, kacau mental.
a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral; anoreksia, mual,
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
b) Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar
glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi,
infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau ISK.
c) Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori.
d) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi : status hipermetabolik/
infeksi.
e) Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/
progresif yang tidak dapat diobati.
f) Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/
mengingat, kesalahan interpretasi, informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
g) Resiko terhadap cedera berhubungan dengan penurunan sensasi taktil,
pengurangan ketajaman pandangan dan hipoglikemia
3.3 INTERVENSI EPERAWATAN
1. Ukur vital sign tiap 8 jam.
R/ Mengetahui keadaan umum klien.

18
2. Timbang berat badan tiap pagi.
R/ Mengetahui pemasukan makanan yang adekuat.
3. Ukur bising usus tiap pagi,
R/ Hiperglikemi dapat meningkatkan motilitas dan fungsi lambung.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia (tingkat kesadaran, kulit lembab/
dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing,
sempoyongan)
R/ Saat proses metabolisme terjadi dan insulin tetap diberikan maka
hipoglikemi dapat terjadi.
4. Observasi adanya mual dan muntah.
R/ Mengetahui pemasukan yang adekuat.
5. Ukur LLA dan TSF tiap pagi.
R/ Mengetahui status nutris klien.
6. Pantau hasil laboratorium gula darah dan Hb.
R/ Hb yang rendah dapat mengindikasikan asupan nutrisi yang tidak
adekuat. Peningkatan gula daran mengindikasikan asupan nutrisi sel
tidak terpenuhi.
7. Kolaborasi pemberian actravid insulin atau obat oral sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan pemasukan nutrisi yang adekuat.

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

19
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah
daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang
non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . Tujuan utama terapi
Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
1.  Diet
2.  Latihan jasmani
3.  Penyuluhan
4.   Obat berkaitan Hipoglikemia
Diagnosa keperawatan yang sering muncul :
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari
hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan : diare, muntah, masukan
dibatasi : mual, kacau mental.
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral; anoreksia, mual,
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
 Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar
glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi,
infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau ISK.
 Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori.
 Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi : status
hipermetabolik/ infeksi.
 Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/
progresif yang tidak dapat diobati.
 Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/
mengingat, kesalahan interpretasi, informasi, tidak mengenal sumber
informasi.

20
 Resiko terhadap cedera berhubungan dengan penurunan sensasi taktil,
pengurangan ketajaman pandangan dan hipoglikemia.

5.2 SARAN

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah


ini adalah :
 Bagi Perawat
Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien
sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan dapat membantu
mencegah kompleksitas masalah yang mungkin terjadi karena kurangnya
pemahaman terhadap masalah yang timbul akibat hiperglikemi
 Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih banyak memberikan masukan yang berguna bagi mahasiswa
saat melakukan asuhan keperawatan baik secara konsep teori maupun
teknik pengkajian fisik terfokus persistem terutama sistem endokrin dan
berorientasi pada masalah atau keluhan klien khususnya klien dengan
hiperglikemi mengingat kondisi klien yang cukup kompleks.

21
DAFTAR PUSTAKA

Armaididarmawan blogspot.com/2010.  diakses 13 April 2011


Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : media
aesculopius
Misnadirly. 2001. Permasalahan Kaki Diabetes Dan Upaya Penanggulangannya.
Diakses april 2011. http//www.tempo.co.id
Octa. 2005. Diabetes Mellitus Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Serius.
Diakses tanggal 11 April 2011.http://www.depkes.go.id
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume
2. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G, Bare. 2001. Keperawatan Medical-Bedah
Brunner & Suddarth, Vol 2. Jakarta : EGC
Sustrani Lanny Dkk. 2004. Diabetes. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Timby, Barbara K & Nancy E, Smith. 2006. Introductory Medical-Surgical Nursing
9thEdition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Wilkinson, Judith M. 2005. Nursing Diagnosis Handbook With NIC Interventions And
NOC Outcomes. New jersey : pearson prentice hall

22

Anda mungkin juga menyukai