DI SUSUN OLEH :
DAVINA
BARAT
MATARAM
penugasan ilmu penyakit dan penunjang diagnostic, dengan gangguan system regulasi
pada kasus “hipertermi”.
Nama : davina
Tanggal :26-oktober-2021
Pembimbing lahan
mengetahui
puji syukur atas kehadira dan anugrah Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan nikmat serta karunianya diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
laporan pendahuluan dengan gangguan regulasi pada kasus “hipertermia” ini. tujuan
dari penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menuntaskan
penugasan dan sebagai penilaian tengah semester lima
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iv
BAB. I PENDAHULUAN I
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2.1 Definisi
2.2 Anatomi-fisiologi
2.3Etiologi
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Komplikasi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Wong (2008) terdapat empat jenis demam yang umum terjadi yaitu
demam intermiten, remiten, kambuhan, dan konstan. Selama demam intermiten,
suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara periode demam
dan periode suhu normal serta subnormal. Selama demam remiten, terjadi fluktuasi
suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2oC) dan berlangsung selama 24 jam,
dan selama itu suhu tubuh berada di atas normal. Pada demam kambuhan, masa
febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode suhu normal
selama 1 – 2 hari. Selama demam konstan, suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi,
tetapi berada di atas suhu normal.
Hipertermia yang berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal
atau sistemikharus ditangani dengan benar karena terdapat beberapa dampak
negatif yang ditimbulkan (Kolcaba,2007, dalam Setiawati,2009). Hipertermi
disebabkan karena berbagai faktor. Jika tidak di manajemen dengan baik,
hipertermi dapat menjadi hipertermi berkepanjangan. Hipertermi berkepanjangan
merupakan suatu kondisi suhu tubuh lebih dari 38oC yang menetap selama lebih
dari delapan hari dengan penyebab yang sudah atau belum diketahui. Tiga
penyebab terbanyak demam pada anak yaitu penyakit infeksi (60%-70%), penyakit
kolagen-vaskular, dan keganasan.Walaupun infeksi virus sangat jarang menjadi
penyebab demam berkepanjangan, tetapi 20% penyebab adalah infeksi virus (Sari
Pediatri,2008).
1.2 Tujuan
. Tujuan Umum
Melaporkan penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermia yang
diberikan tindakan kompres tepid sponge hangat.
Tujuan Khusus
1.3 manfaat
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Anatomi-fisiologi
2.1 Anatomi
2.2.2 fisiologi
peningkatan suhu tubuh dipicu oleh zat pirogen yang menyebabkan pelepasan
prostaglandin E2 (PGE2) yang pada gilirannya memicu respon balik sistemik
keseluruh tubuh menyebabkan efek terciptanya panas guna menyesuaikan dengan
tingkat suhu yang baru. Jadi pusat pengatur suhu yang letaknya di hipotalamus
sesungguhnya seperti termostat. Jika titik pengatur dinaikkan, maka tubuh
menaikkan suhu dengan cara memproduksi panas dan menahannya di dalam
tubuh. Panas ditahan dalam tubuh dengan cara vasokonstriksi pembuluh darah.
Jika dengan cara di atas suhu darah di dalam otak tidak cukup untuk menyesuaikan
dengan pengaturan baru yang ada di hipotalamus, maka tubuh akan menggigil
dalam rangka untuk memproduksi panas lebih banyak lagi. Ketika demam berhenti
dan pusat pengaturan suhu di hipotalamus disetel lebih rendah, maka berlaku
proses sebaliknya dimana pembuluh darah akan bervasodilatasi sehingga banyak
dikeluarkan keringat. Panas badan selanjutnya dilepas bersama dengan
penguapan keringat.
Pada hipertermia, pusat pengaturan suhu dalam batas normal yang berarti bahwa
tidak ada upaya hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Akan tetapi, tubuh
kelebihan panas akibat dari retensi dan produksi panas yang tidak diinginkan.
2.4 klasifikasi
a. Hipertermia maligna
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan
aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas.
Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila
dilakukan pada suhu 30C
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
2.5 patofisiologi
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu
pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari
pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme
seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida
yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen
endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh
dari pirogen endogen antara lain L-1, IL-6, TNF- , dan IFN. α Sumber dari pirogen
endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel
lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi (Dinarello &
Gelfand, 2005).
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah put ih (monosit,
limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi,
atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang
dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF- , danα IFN). Pirogen eksogen
dan pirogen endogen akan merangsang endothelium hipotalamus untuk
membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005).
Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan enganggap
suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu
mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil,
vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga
akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang
pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut
(Sherwood, 2001).
PATHWAY/WOC
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) gejala dan tanda hipertermia,yaitu:
a. Gejala dan Tanda Mayor Suhu tubuh di atas nilai normal (> 37,5ºC)
b. Gejala dan Tanda Minor Kulit merah, kejang, takikardia, takipnea.
Gejala-gejala yang timbul dari demam typhoid bervariasi, dalam minggu pertama
keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual muntah obstipasi atau
diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaris pada pemeriksaan fisik
hanya didapatkan peningkatan suhu tubuh. Dalam minggu kedua gejala-gejala
terjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah pada penderita penyakit
typhoid (kotor, ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor). Hepatomegali,
splenomegali, metiorisme, gangguan kesadaran berupa salmonella sampai koma,
(H. Nabiel Ridha, 2017).
Pada pemeriksaan fisik yang harus di kaji adalah terdapat nafas berbau
tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah (ragaden) Lidah tertutup selaput putih
kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor, pada
bagian 13 abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus),
bisa terjadi konstipasi dapat juga diare atau normal dan pada hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan
2.8 penatalaksanaan
a. Hipertermi.
Penatalaksanaan medis
2.Kejang ( sepsis ) : Jarang sekali terjadi ( 1 dari 30 anak demam ), sering terjadi
pada anak usia 6 bulan 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar dan berulang.
BAB III
ASUHAN KEPERWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan
untukmengumpulkan data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi
kebebutuhanserta masalahnya. Pengkajian meliputi :
1) Pengumpulan D
a. Data subyektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat diukur
dengn menggunakan standar yng di akui.
b. Data obyektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
c. Analisa data
1) Data primer
Data yang diperoleh dari pasien itu sendiri melalui percakapan dengan pasien.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari orang lain yang mengetahui keadaan pasien melalui
komunikasi dengan orang yang dikenal,dokter/perawat.
2. ANAMNESE
1. Keluhan utama
Biasanya klien Hipertermi sering mengalami dehidrasi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian meliputi tindakan pertama yang pernah diberikan pada keluhan utama.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
penyakit yang dialami saat ini.
4. Riwayat psikososial dan spirituala.
a. Riwayat Psikososial
Pada klien yang mengalami hipertermi akan timbul kecemasan.
b. Aspek Sosial
Pada klien yang mengalami hipertermi akan terjadi gangguan dalam berinteraksi
dengan orang lain.
c. Aspek Spiritual
Klien akan mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah karena klien harus
menjalani ibadah, namun ada klien yang cenderung lebih mendekatkan diri pada
Tuhan dan begitu sebaliknya menyalahkan Tuhan akan penyakit yang dideritanya.
5. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola aktivitas
Pola aktivitas menurun karena mengalami kelelahan disebabkan oleh hipertermi.
Pola istirahat
Pola istirahat terganggu diakibatkan hipertermi.
3.anjurkan Peningkatan
pasien banyak suhu tubuh
minum. meniningkatkan
penguapan
sehingga perlu
di imbangi
dengan asupan
cairan yang
banyak.
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 saran
3. memilih asuhan keperawatan yang di rasa sangat mendekati cocok untuk klien
dengan memerhatikan tindkan adaptasi klien dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, Carpenito, 2012, Perry & Potter, 2005, Sudoyo,
Sudoyo, Aru W, dkk, 2010, Nanda, 2012, Dinarello & Gelfand, 2005, Sherwood, 2001,
.
NO HARI/TGL MATERI KONSULTASI PARAF
BIMBINGAN
NO HARI/TGL MATERI KONSULTASI PARAF
BIMBINGAN