Anda di halaman 1dari 6

Laporan Kasus

SPONDILITIS TUBERKULOSIS MULTILEVEL NONKONTINYU


PADA SEGMEN SERVIKAL DAN LUMBAL

MULTILEVEL NONCONTIGUOUS TUBERCULOUS SPONDYLITIS AFFECTING


THE CERVICAL AND LUMBAR SEGMENTS

Arthur Hendrik Philips Mawuntu,* Widi Widowati,** Herlyani Khosama*

ABSTRACT
Tuberculous spondylitis affecting the cervical segment is reported in 10% of all tuberculous spondylitis cases.
As a result, patients with compressive myelopathy in the cervical segment is often diagnosed with other diseases.
Similarly, multilevel noncontiguous tuberculous spondylitis is rare. This form is believed to be associated with
immunodeficiency conditions due to various etiologies. Some clinicians believe that multilevel noncontiguous tuberculous
spondylitis is underdiagnosed if the examination is based on clinical features and plain radiographs. We report a case
of multilevel noncontiguous tuberculous spondylitis affecting the cervical and lumbar segments proven by pathological
examination.
Keywords: Cervical segment, multilevel noncontiguous segment, tuberculous spondylitis, tuberculosis

ABSTRAK
Spondilitis tuberkulosis segmen servikal diperkirakan hanya sekitar 10% dari seluruh kasus spondilitis tuberkulosis.
Hal ini menyebabkan pasien dengan gambaran klinis mielopati kompresif servikal lebih sering didiagnosis sebagai
penyakit lain. Demikian pula bentuk multilevel nonkontinyu jarang ditemukan. Bentuk ini dipercaya berhubungan
dengan keadaan imunodefisien akibat berbagai alasan. Meskipun demikian, beberapa klinisi menganggap bahwa bentuk
multilevel nonkontinyu masih kurang terdiagnosis jika hanya berdasarkan gambaran klinis atau radiografi sederhana. Kami
melaporkan kasus spondilitis tuberkulosis fokus multipel yang mengenai segmen lumbal dan servikal yang dibuktikan
dengan pemeriksaan patologi anatomi.
Kata kunci: Multilevel nonkontinyu, segmen servikal, spondilitis tuberkulosis, tuberkulosis

*Departemen Neurologi FK Universitas Sam Ratulangi/RSUP Prof. dr. R.D. Kandou, Manado, **Jogja International Hospital,
Yogyakarta. Korespondensi: arthur_mawuntu@yahoo.com

PENDAHULUAN ini dikenal juga dengan nama penyakit Pott (Pott’s


disease).1,4
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah
kesehatan global. Setiap tahun terdapat delapan Saat ini angka kejadian spondilitis TB telah
juta kasus baru dan tiga juta orang meninggal menurun akibat kemajuan terapi obat antituberkulosis
akibat penyakit ini di seluruh dunia. Tuberkulosis (OAT) dan peningkatan kualitas kesehatan
terutama mengenai paru-paru tetapi dikenal juga masyarakat. Namun di negara-negara berkembang
tuberkulosis ekstraparu. Tuberkulosis ekstraparu seperti India dan Indonesia, penyakit ini masih cukup
dapat melibatkan berbagai organ dengan gambaran sering ditemukan.
klinis yang bervariasi. Tuberkulosis ekstraparu lebih Spondilitis TB paling sering mengenai segmen
umum ditemukan pada anak-anak dan pasien HIV/ lumbal, pada satu vertebra atau dua hingga tiga
AIDS.1,2 vertebra yang berdekatan.2 Segmen servikal jarang
Tuberkulosis tulang sudah jarang ditemukan, terkena, hanya sekitar 10%. Oleh karena itu, pasien
terutama paling sering mengenai tulang vertebra yang dengan klinis mielopati kompresif di servikal lebih
disebut spondilitis tuberkulosis atau tuberkulosis sering didiagnosis banding dengan penyakit lain
spinal.3 Spondilitis TB merupakan salah satu penyakit seperti hernia nukleus pulposus bahkan malignansi.3,4
tertua yang pernah didokumentasikan pada manusia. Spondilitis TB multilevel nonkontinyu juga jarang
Pada tahun 1779, Percival Pott mendeskripsikan terjadi (1,6–16%). 2,5 Umumnya spondilitis TB
gambaran klasik penyakit ini sehingga penyakit ditemukan pada pasien imunodefisiensi, namun bisa

Neurona Vol. 33 No. 1 Desember 2015 8


Laporan Kasus
juga pada keadaan imunokompeten.4 setinggi segmen medula spinalis C5 ke bawah et causa
Sebagian besar kasus dilakukan pendekatan spondilitis TB dengan diagnosis banding neoplasma.
konservatif dengan pemberian OAT. Kortikosteroid Selanjutnya dilakukan pemeriksaan MRI
umumnya tidak diberikan kecuali pada kasus-kasus spinal pada segmen servikal dan lumbosakral
tertentu. Pembedahan diindikasikan jika tidak dengan hasil gambaran abses paravertebra setinggi
ada perbaikan klinis dengan terapi konservatif C5-6 dengan destruksi C6 yang mendesak kanalis
atau terdapat paresis.4 Kami melaporkan satu vertebralis dan medula spinalis setinggi lesi (Gambar
kasus spondilitis TB multilevel nonkontinyu yang 1) serta gambaran abses paravertebra setinggi L2-4
melibatkan segmen lumbal dan servikal. dengan destruksi L4 dan erosi L3 yang mendesak
kanalis spinalis (Gambar 2). Kedua gambaran ini
KASUS
sesuai untuk suatu spondilitis TB.
Seorang perempuan, 48 tahun datang dengan Pasien diberikan terapi OAT rifampisin,
keluhan utama kelemahan keempat anggota gerak isoniazid, pirazinamid, dan ethambutol selama
yang memberat sejak 5 hari hari sebelumnya. dua bulan dilanjutkan rifampicin dan isoniazid
Keluhan dimulai sejak 6 bulan sebelumnya berupa selama tujuh bulan serta dikonsulkan ke Bedah
nyeri di daerah pinggang sampai perut, terasa Ortopedi-Traumatologi. Pasien dilakukan tindakan
seperti tertarik. Kedua tungkai juga terasa lemah dan laminektomi, debrideman, dan stabilisasi tulang
kesemutan, hingga pasien sulit berjalan. Selanjutnya vertebra dalam dua tahap, dimulai di segmen lumbal.
buang air besar dan buang air kecil harus mengedan Satu minggu pascaoperasi tahap pertama terdapat
dan akhirnya malah menjadi keluar sukar ditahan. perbaikan kekuatan otot ekstremitas bawah dan
Sekitar 4 bulan yang lalu, kedua lengan juga mulai sensibilitas.
terasa lemah diikuti rasa kesemutan. Pasien sudah
Pemeriksaan patologi anatomi dari sampel
mulai sukar beraktivitas. Lima hari sebelum ke RS,
jaringan di vertebra L4 menunjukkan jaringan tulang
keluhan semakin berat, sehingga dibawa ke RS.
dan jaringan ikat fibrosa dengan sebukan limfosit,
Pasien mengalami penurunan berat badan sekitar
tuberkel epiteloid, dan sel raksasa Langerhans. Hasil
6–8 kg dalam tiga bulan dan terdapat riwayat kontak
menunjukkan tidak ditemukan basil tahan asam
dengan penderita TB yang tinggal serumah. Tidak
maupun sel-sel ganas, sesuai dengan tuberkulosis.
ada riwayat batuk-batuk lama atau batuk berdarah,
keringat malam, demam, atau trauma. PEMBAHASAN
Status generalis dalam batas normal, kecuali Tuberkulosis merupakan penyakit yang
ditemukan gibus pada daerah lumbal bawah. Pada berhubungan erat dengan kemiskinan. Meskipun
status neurologis ditemukan kekuatan motorik demikian, kasus TB juga mulai sering ditemukan di
ekstremitas atas 3-4-4-4/4-4-3-2 dan ekstremitas negara-negara maju dan pasien-pasien yang status
bawah 3-3-4-4/4-4-3-3. Refleks-refleks fisiologis ekonominya baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh
meningkat di keempat ekstremitas. Terdapat refleks angka migrasi yang meningkat dan perubahan sifat
patologis Hoffman Tromner muncul di kedua tangan, agen penginfeksinya. Inang yang imunodefisiensi
tanpa refleks patologis di tungkai. Terdapat hipestesi seperti pasien positif HIV juga jauh lebih berisiko
eksteroseptif dan proprioseptif serta parestesi setinggi mengalami tuberkulosis.4
segmen C5-6 ke bawah.
Spondilitis TB merupakan bentuk tuberkulosis
Dari hasil laboratorium didapatkan anemia tulang yang paling banyak ditemukan. Penyakit
(Hb 9,2g/dL) dan peningkatan laju endap darah ini juga merupakan salah satu penyakit tertua yang
hingga 24mm/jam. Lain-lain dalam batas normal dan pernah didokumentasikan pada manusia dengan
tes HIV negatif. Foto toraks tidak memperlihatkan mayoritas pasien adalah anak-anak. Percival Pott
gambaran proses spesifik. Ultrasonografi (USG) mendeskripsikan bentuk klasik penyakit ini yaitu
abdomen dalam batas normal. Pasien didiagnosis destruksi diskus intervertebralis dan korpus-korpus
dengan tetraparesis tipe upper motorneuron (UMN) vertebra yang berdekatan, destruksi komponen

9 Neurona Vol. 33 No. 1 Desember 2015


Laporan Kasus

Gambar 1. MRI T2WI Sagital tanpa kontras segmen servikal.


Tampak destruksi C6 dan C7 yang mendesak medula spinalis

Gambar 2. MRI T2WI Sagital tanpa kontras segmen lumbosakral.


Tampak erosi L3 dan destruksi L4 yang menyempitkan kanalis spinalis dan membentuk angulasi vertebra ke
posterior
vertebra lain, serta kifosis progresif berat.2,4 Jaringan arteri dalam daerah subkondral
Kerentanan genetik juga telah ditemukan pada setiap vertebra berasal dari arteri spinalis anterior
spondilitis TB. Penelitian Zhang dkk terhadap dan posterior. Anyaman vaskular ini mempermudah
sekelompok pasien Tionghoa memperlihatkan penyebaran hematogen infeksi di daerah sekitar
hubungan antara polimorfisme FokI pada gen diskus intervertebralis. Keterlibatan vertebra yang
reseptor vitamin D dengan spondilitis TB. Gen ini bersebelahan terjadi karena arteri-arteri segmental
berhubungan dengan kerentanan terhadap spondilitis bercabang untuk memperdarahi dua vertebra yang
TB.6 berdekatan.4
Keterlibatan tulang belakang biasanya terjadi Pleksus venosus paravertebralis Batson dalam
akibat penyebaran hematogen. M. tuberculosis tulang vertebra merupakan suatu sistem nirkatup
menyebar ke sistem vaskularisasi yang kaya dalam yang memungkinkan darah mengalir bebas ke dua
korpus vertebra dari fokus primer di paru-paru. arah tergantung dari tekanan yang timbul baik oleh
Penyebaran umumnya terjadi lewat jalur arteri, walau peningkatan tekanan intraabdominal atau intratorakal
penyebaran lewat vena juga mungkin terjadi.4 yang terjadi saat mengedan. Penyebaran infeksi lewat

Neurona Vol. 33 No. 1 Desember 2015 10


Laporan Kasus
sistem vena dalam tulang mungkin bertanggung bahwa segmen vertebra yang paling sering terinfeksi
jawab terhadap lesi korpus vertebra tipe sentral.4 adalah vertebra C6. Rata-rata jumlah vertebra
Daerah torakal bawah dan lumbal atas servikal yang terkena adalah 2,6.8 Sedangkan Fang
merupakan lokasi spondilitis TB yang paling dkk menyatakan daerah atlantoaksial sendiri lebih
sering. Spondilitis TB daerah servikal jarang terjadi. jarang terkena.9 Hal tersebut sesuai dengan kasus ini
Diperkirakan angka kejadiannya hanya sekitar 10% karena pada kasus ini lesi servikal mengenai vertebra
dari seluruh kasus spondilitis TB. Hal tersebut C6 dan C7.
menyebabkan pasien dengan gambaran klinis Pada setiap kasus dengan gambaran radiologis
mielopati kompresif servikal akan sering didiagnosis yang menyerupai spondilitis TB harus diupayakan
sebagai penyakit lain seperti hernia nukleus pulposus pembuktian adanya kuman M. tuberculosis, namun
servikal atau malignansi daripada spondilitis TB hal tersebut cukup sulit dilakukan. Pewarnaan
servikal.3,4 basil tahan asam kurang sensitif menemukan
Gambaran inflamasi granulomatosa pada TB Mycobacterium dan kultur membutuhkan waktu
juga dapat menyerupai gambaran malignansi spinal.3 yang lama. Belakangan ini penggunaan polymerase
Namun demikian, pada pasien yang berasal dari chain reaction Mycobacterium tuberculosis (PCR-
daerah dengan kasus TB atau berisiko tinggi terkena TB) mulai banyak digunakan karena sensitivitas lebih
TB, diagnosis banding spondilitis TB harus tetap tinggi. Selain itu, kultur cair juga mampu memberikan
dipikirkan sebagai pilihan utama. hasil yang lebih cepat. Adanya spondilitis TB dengan
Nyeri leher yang menetap perlu dievaluasi malignansi yang mengenai tulang belakang juga
dengan pencitraan radiologis, terutama jika tidak telah dilaporkan. Hal ini juga perlu dipertimbangkan
berespons dengan analgetik biasa atau disertai defisit dalam penanganan pasien secara menyeluruh.
neurologis. Diagnosis dini mampu mencegah sekuele Spondilitis TB umumnya hanya terjadi pada
permanen yang bisa terjadi.7 Pada kasus ini, keluhan satu vertebra atau dua sampai tiga vertebra yang
nyeri leher tidak jelas dikeluhkan oleh pasien. berdekatan. Namun demikian dikenal juga suatu
Kelemahan kedua lengan atas juga terjadi belakangan. bentuk spondilitis TB atipikal yang mengenai dua atau
Namun demikian pemeriksaan neurologis jelas lebih vertebra tanpa destruksi dari korpus vertebra
menemukan adanya mielopati servikal sehingga atau diskus intervertebralis di antaranya. Bentuk ini
diputuskan untuk melakukan MRI servikal. Diagnosis disebut spondilitis TB multilevel nonkotinyu yang
spondilitis TB servikal berdasarkan gambaran MRI kasusnya sangat jarang dilaporkan, hanya sekitar
dibuat karena terdapat gambaran abses paravertebra, 1,6–16%.2,4 Di Jepang Baba dkk melaporkan satu
destruksi yang terutama mengenai bagian anterior kasus pasien berkebangsaan Indonesia dengan
vertebra, discitis, serta kerusakan pada dua vertebra spondilitis tuberkulosis pada 17 vertebra yaitu C3-7,
yang berdekatan. Kerusakan bagian posterior vertebra Th1-Th8, Th10, L1-L3, dan L5.5 Sistem vena vertebra
lebih jarang ditemukan pada spondilitis TB.4 bertanggung jawab terhadap penyebaran infeksi ke
Tindakan pembedahan pada daerah servikal beberapa vertebra nonkontinyu.4
belum dikerjakan karena pertimbangan faktor psikis Kasus ini menarik karena ditemukan keter-
pasien sehingga sebenarnya diagnosis etiologis libatan beberapa segmen vertebra servikal dan lumbal
belum bisa ditegakkan. Namun demikian gambaran yang sesuai dengan bentuk spondilitis TB multilevel
MRI servikal cukup konklusif untuk menjadi dasar nonkontinyu. Umumnya kasus seperti ini terjadi pada
memulai terapi. Pasien juga menglami perbaikan pasien imunodefisiensi yang penyebabnya bermacam-
klinis selama pemberian OAT yang diperkirakan macam.5 Pemeriksaan pada pasien ini tidak berhasil
turut berdampak terhadap lesi di daerah servikal. menemukan adanya penyebab imunodefisiensi. Hal
Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Hsu seperti ini pernah dilaporkan dalam beberapa laporan
& Leong terhadap 40 kasus spondilitis TB servikal kasus. Kasus yang dilaporkan oleh Baba dkk juga
segmen C2 sampai C7 di Hong Kong menemukan tidak memiliki penyebab imunodefisiensi yang jelas.5

11 Neurona Vol. 33 No. 1 Desember 2015


Laporan Kasus
Beberapa peneliti berpendapat bahwa kasus kadar hambat minimal dari masing-masing obat.
spondilitis TB multilevel nonkotinyu mungkin lebih Tulang vertebra dengan dinding sklerotik di sekitar
banyak daripada yang dipikirkan selama ini. Kaila fokus tuberkulosis akan menghambat penetrasi OAT.
dkk dalam penelitian retrospektif di Britania Raya Oleh karena itu, jaringan oseosa yang mengelilingi
yang menggunakan data dari kasus-kasus spondilitis dinding sklerotik dalam jarak 4mm perlu dikeluarkan
TB yang diperiksa menggunakan MRI spinal saat pembedahan.4,10
menyeluruh menemukan bahwa insidens spondilitis
World Health Organization (WHO) me-
TB multilevel nonkontinyu adalah sebesar 71,4%.
rekomendasikan menterapi spondilitis TB dengan
Jauh lebih besar daripada laporan sebelumnya yang
kategori terapi I. Pada kategori I, terapi OAT
angkanya berkisar antara 1,6–16%.2
dibagi menjadi fase intensif selama dua bulan yang
Pada kasus ini dilakukan MRI spinal menye- dilanjutkan dengan fase lanjutan selama tujuh
luruh, karena ditemukan gambaran klinis di daerah bulan. Pada fase intensif diberikan empat OAT lini
leher dan punggung bawah. Sesuai temuan Kaila dkk, pertama yaitu rifampisin, isoniazid, pirazinamid,
sebaiknya dikerjakan MRI spinal menyeluruh apabila dan streptomisin. Pada fase lanjutan hanya diberikan
ditemukan satu fokus lesi, meskipun tidak ditemukan rifampisin dan isoniazid. Strategi pengawasan
gejala dan tanda di segmen lain. Banyak pasien yang langung perlu dikerjakan untuk meningkatkan ke-
memiliki spondilitis TB multilevel nonkontinyu patuhan.11
yang asimptomatik yang sulit diidentifikasi tanpa
Resistensi OAT masih jarang dilaporkan
MRI spinal. Padahal identifikasi lokasi, jumlah,
pada spondilitis TB namun demikian uji resistensi
dan perluasan lesi penting dalam menentukan
tetapi perlu dikerjakan bila mampu laksana.12,13
strategi terapi dan prognosis. Akan tetapi MRI
Resistensi terhadap rifampisin berhubungan dengan
spinal menyeluruh cukup mahal sehingga tidak bisa
prognosis yang lebih buruk. Tidak ada bukti peranan
dikerjakan pada semua pasien yang masih menjadi
kortikosteroid pada kasus spondilitis TB kecuali jika
tantangan yang perlu dijawab.
terdapat araknoiditis spinal atau tuberkulosis spinal
Penatalaksanaan pasien ini adalah pemberian bukan tulang.14
OAT dilanjutkan operasi bertahap. Tindakan operatif
pada kasus ini langsung dikerjakan karena telah KESIMPULAN
terjadi paresis. Perlu diingat bahwa tindakan operatif Keluhan mielopati kompresif daerah leher
bukan merupakan tindakan rutin dan pada kasus ini harus selalu didiagnosis banding dengan spondilitis
perlu dipertimbangkan penyulit berupa keterlibatan TB. Hal ini terutama dikerjakan di daerah-daerah
beberapa level vertebra yang nonkontinyu. dengan kasus tuberkulosis atau berisiko tinggi
Pada pasien spondilitis TB, terapi OAT terkena tuberkulosis. Kasus spondilitis TB multilevel
harus dimulai secepat mungkin. Sering kali OAT nonkontinyu seringkali berhubungan dengan status
harus diberikan secara empirik, diberikan sebelum imunodefisiensi sehingga perlu dievaluasi status
ditegakkan diagnosis etiologis. Di negara-negara imun pasien. Meskipun demikian, spondilitis TB
miskin, diagnosis etiologis bahkan sering kali tidak multilevel nonkontinyu juga bisa ditemukan pada
pernah dibuat.4 pasien imunokompeten. Peran pencitraan saraf
Hampir seluruh OAT memiliki penetrasi yang dengan MRI spinal perlu dipertimbangkan apabila
baik ke lesi tuberkulosis di vertebra. Distribusi OAT menemukan spondilitis TB pada satu level, karena
seperti rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid ke akan memengaruhi strategi terapi dan prognosis.
dalam jaringan vertebra yang terkena spondilitis DAFTAR PUSTAKA
TB sudah pernah diteliti. Pada pasien tanpa
1. Jain A. Tuberculosis of the spine: a fresh look at an
dinding sklerotik di sekitar fokus tuberkulosis pada old disease. J Bone Joint Surg Br. 2010;92(7):905–
vertebra, kadar isoniazid berada dalam tingkat 13.
mikobakterisidal. Kadar rifampicin dan pirazinamid 2. Kaila R, Malhi AM, Mahmood B, Saifuddin A. The
dalam fokus-fokus tuberkulosis berhubungan dengan incidence of multiple level noncontiguous vertebral

Neurona Vol. 33 No. 1 Desember 2015 12


Artikel Penelitian
tuberculosis detected using whole spine MRI. J cervical spine. The journal of Bone and Joint Surgery.
Spinal Disord Tech 2007;20(1):78-81. 1983;65-B(1):47-50.
3. Wierzba-Bobrowicz T, Michalak E, Michalik R, 10. Ge Z, Wang Z, Wei M. Measurement of the
Stępień T. Case report. Cervical spinal tuberculosis. concentration of three antituberculosis drugs
Folia Neuropathol. 2010;48(4):300-4. in the focus of spinal tuberculosis. Eur Spine J.
4. Garg RK, Somvanshi DS. Spinal tuberculosis: a 2008;17(11):1482-7.
review. J Spinal Cord Med. 2011;34(5):440-54. 11. World Health Organization. Treatment of tuber-
5. Baba H, Tagami A, Adachi S, Hiura T, Osaki M. culosis: guidelines. Edisi ke-4. Geneva: WHO; 2010.
Tuberculosis affecting multiple vertebral bodies. 12. Hristea A, Constantinescu R, Exergian F, V VA,
Asian Spine J. 2013;7(3):222-6. Besleaga M, Tanasescu R. Paraplegia due to
non-osseous spinal tuberculosis: report of three
6. Zhang H, Deng A, Guo C, Wang Y, Chen L, Wang
cases and review of the literature. Int J Infect Dis.
Y. Association between FokI polymorphism in
2008;12(4):425-9.
vitamin D receptor gene and susceptibility to spinal
tuberculosis in Chinese Han population. Arch Med 13. Neher A, Kopp W, Berna G, Frank J, Kohlhaufl M.
Res. 2010;41(1):46-9. Advanced multifocal tuberculous spondylitis without
disk involvement and with multidrug-resistant bacilli.
7. Sadek A-R, Wallage W, Jaiganesh T. Cervical spine Clin Infect Dis. 2007;45(8):e109-12.
tuberculosis causing instability and neurological
14. National Collaborating Centre for Chronic
compromise. JRSM Short Rep. 2011;2(6):1-3.
Conditions. TB (partial update) clinical guideline
8. Hsu LC, Leong JC. Tuberculosis of the lower cervical DRAFT (November 2010). Tuberculosis: clinical
spine (C2 to C7): a report on 40 cases. TJ Bone Joint diagnosis and management of tuberculosis, and
Surg Br. 1984;66(1):1-5. measures for its prevention and control. London:
9. Fang D, Leong J, Fang H. Tuberculosis of the upper Royal College of Physicians;2006.

13 Neurona Vol. 33 No. 1 Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai