Anda di halaman 1dari 17

NAMA :NOLA MARZALINA

NIM :20190034

LOKAL : ARS A BP 20

TUGAS AIK

PENEYELNGGARAAN JENAZAH MENURUT TARJIN MUHAMMADIYAH

1. Menghadapi Sakarotul Maut

1.1 Tanda-Tanda Kematian Seseorang

Pada umumnya, namun tidak selalu, orang yang mendekati mati dapat diketahui
dengan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Kaki terasa lebih dingin, jari kaki dan tangan nampak hijau kebiru-biruan
b. Telinga nampak lebih pipih
c. Mata bila disorot lampu tidak bereaksi
d. Denyut nadi mulai melemah
e. Mengeluarkan bau khas calon jenazah karena keluar kotoran

1.2 Menghadapi Orang yang Sedang Sakarotul Maut

Pada saat orang sedang sakaratul maut, harus selalu ditunggu dengan bergantian
supaya tidak terlalu payah, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kalau memungkinkan, luruskan kedua kakinya membujur ke arah kiblat dan


kepala diangkat sedikit supaya mukanya menghadap kiblat.
b. Dijaga kesucian dan kebersihan pakaian dan tempatnya.
c. Agar keluarga selalu berdekatan dengannya.
d. Dengan hati-hati memberikan nasihat supaya bertobat dan berbaik
sangka kepada Allah serta mengharapkan ampunan dan rahmat-Nya.
e. Dianjurkan agar berwasiat apabila meninggalkan harta benda di hadapan dua
orang saksi adil.
f. Diingatkan dengan santun agar mengucapkan Laa ilaaha illallaah; kalau
sudah mengucapkan, biarkan. Kalau lupa atau berhenti diingatkan lagi
dengan pelan dan hati-hati. Kalau sudah lupa-lupa, agar dituntun terus
dengan suara yang jelas dan pelan-pelan.
g. Berilah pengertian kepada keluarganya agar bisa memahami dengan
ikhlas bahwa kematian adalah kehendak dan pilihan Allah, dan pilihan
Allah adalah yang terbaik untuk semuanya.

1.3 Menghadapi Orang yang Baru Saja Meninggal

Begitu mengetahui bahwa seseorang telah meninggal, lakukanlah hal-hal sebagai


berikut:

a. Pejamkan matanya
b. Katupkan mulutnya, kalau perlu dibantu dengan tali dari kain, diikatkan
melingkar dari dagu, pipi, pelipis dan ubun-ubun
c. Lemaskan tangan dan kakinya
d. Letakkan kedua tangannya dengan sedekap di atas dadanya dan diikat
kedua telapak tangannya
e. Luruskan kedua kakinya, dengan diikat pergelangan kaki dan kedua ibu
jarinya
f. Dibujurkan tubuhnya menghadap kiblat
g. Tutup seluruh tubuhnya, dari kepala, wajah sampai ujung kakinya
h. Ucapkan kalimat tarji’ yaitu:
Artinya: Sesungguhnya kita sekalian adalah milik Allah dan akan kembali
kepadanya. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku dan gantilah
musibah ini dengan yang lebih baik bagiku. [al-Baqarah 156, Shahih
Muslim, Musnad Ahmad]

i. Kemudian membaca do’a

Artinya: Ya Allah! Berilah ampunan kepada .... (sebut namanya). Dan


angkatlah derajatnya dalam golongan orang yang mendapat petunjuk, dan
gantilah ia bagi keluarga yang ditinggalkannya. Ampunilah kami dan
ampunilah dia, wahai Tuhan semesta alam, lapangkanlah ia dalam kuburnya.
[Shahih Bukhari, Sunan Abu Dawud]

j. Menyebarluaskan berita kematiannya


k. Mempersiapkan keperluan perawatan jenazah
l. Keluarga (ahli waris) segera menyelesaikan hak utang-piutangnya

2. Tuntunan Perawatan Jenazah

2.1 Hukum Merawat Jenazah

Merawat jenazah hukumnya Fardhu (Wajib) Kifayah, artinya bahwa kewajiban


itu cukup dikerjakan oleh kelompok masyarakat. Apabila tidak ada yang
merawat jenazah, maka seluruh masyarakat akan dituntut dihadapan Allah dan
berdosa. Sedang bagi yang mengerjakannya akan mendapatkan kebaikan dan
pahala dihadapan Allah (swt).

Merawat jenazah sebaiknya segera dilakukan, tidak perlu menunggu


terkumpulnya semua keluarga (ahli waris).

2.2 Syarat dan Persiapan yang Harus Disiapkan

a. Syarat-syarat orang yang memandikan jenazah

 Muslim, berakal sehat dan baligh


 Niat karena Allah
 Amanah (menjaga kerahasiaan yang ada pada jenazah)
 Mengetahui hukum dan tata cara memandikan jenazah
 Laki-laki bila jenazahnya laki-laki, wanita bila jenazahnya wanita,
kecuali suami istri

b. Syarat jenazah yang dimandikan

 Muslim
 Ada wujud tubuhnya walaupun sebagian
 Bukan orang yang mati Syahid

c. Kebutuhan yang perlu disiapkan

 Tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah


 Air suci secukupnya dalam 3 (tiga) bak, dengan rincian sebagai
berikut:
 Satu bak air dicampur dengan daun bidara/sebangsanya
 Satu bak air tanpa campuran
 Satu bak air dicampur dengan kapur barus
 Handuk untuk membersihkan bekas air menempel di badan jenazah
 Kain kering untuk mengganti kain yang basah
 Tempat tidur atau sejenisnya, yang dipergunakan untuk
membaringkan jenazah, diusahakan agar arah kepala lebih tinggi
 Tambahan: kapas/spon, sarung tangan, gayung, gunting, dan tempat
untuk mengumpulkan barang yang kotor

2.3 Pelaksanaan Memandikan Jenazah

a. Niat ikhlas karena Allah (swt)


b. Jenazah diangkat dan diletakkan pada tempat yang telah disiapkan
dengan posisi menghadap Kiblat
c. Lepaskan seluruh pakaiannya dan yang melekat di tubuh, serta tutuplah
bagian kemaluan jenazah selama memandikan
d. Dibersihkan dulu bagian mulut, hidung, telinga dan dubur sambil ditekan
secara pelan agar kotoran keluar dengan tuntas
e. Kemudian mulai dimandikan, dengan cara:
 Mulai memandikan dari anggota badan sebelah kanan terutama
anggota bagian wudhu (tapi bukan mewudhukan), dengan bilangan
gasal, yaitu 3 (tiga) kali atau secukupnya Contoh: Pertama, dengan air
yang dicampur daun bidara Kedua, dengan air bersih, dan Ketiga
(terakhir), dengan air kapur barus
 ii. Selesai dimandikan, jenazah dikeringkan dengan handuk atau
sejenisnya, bersamaan dengan ini, kain yang basah diganti dengan
yang kering
 iii. Untuk jenazah perempuan, setelah dihanduki rambutnya dijalin
menjadi 3 (tiga) pintalan
f. Kemudian ditutup lebih dahulu seluruh tubuhnya pakai kain yang kering
sebelum ditempatkan di tempat mengkafani

PERHATIAN!

a. Yang lebih berhak memandikan jenazah adalah keluarga atau ahli waris
laki-laki oleh orang laki-laki atau suami oleh istri dan sebaliknya yang
mu’min
b. Dalam memandikan jenazah supaya tidak memperlakukan jenazah
dengan kasar
c. Menutup jenazah, terutama bagian yang tercela serta tidak
menyebarluaskan aibnya.

2.4 Persiapan Mengkafani Jenazah

a. Disiapkan dahulu kain yang baik, bersih dan putih


b. Jenazah laki-laki 3 (tiga) helai kain, masing-masing berukuran 135 cm x
240 cm
c. Jenazah perempuan 5 (lima) helai kain, masing-masing berbentuk:
1) Kain biasa (135 cm x 240 cm)
2) Jubah (135 cm x 340 cm) dilubangi pada arah kepala
3) Baju kurung (135 cm x 240 cm) dilubangi pada arah kepala
4) Sarung (135 cm x 140 cm) dan
5) Kerudung (100 cm x 100 cm) dibentuk segitiga
d. Ukuran kain disesuaikan dengan besar kecilnya jenazah dan tidak
berlebihan (boros)
e. Cawat/celana dalam jika dibutuhkan, tetapi bukan keharusan
f. Memberikan wewangian terbaik yang dimiliki dalam setiap lembar kain
kafannya dan pada badan jenazah
2.5 Pelaksanaan Mengkafani Jenazah

a. Kain digelar, untuk:

1) Jenazah laki-laki, 1 helai kain digelar ditengah, satu helai kain lagi
digelar di atasnya agak bergeser ke kanan dan satu helai kain lagi
digelar agak bergeser ke kiri
2) Jenazah perempuan: Pertama, kain biasa digelar ditengah Kedua, jubah
digelar di tengah persis di atas kain lembar pertama dengan posisi
lobang tepat berada di leher, Ketiga, baju kurung digelar di atasnya lagi
dengan posisi berada pada bagian atas badan dengan lobang persis di
leher, Keempat, sarung digelar di atasnya pada arah badan bagian bawah,
Kelima, kerudung digelar pada bagian kepala.

b. Setelah kain digelar, jenazah diangkat dan diletakkan di atasnya,

1) Jenazah laki-laki, dilulut dahulu dengan minyak wangi, kemudian


dililitkan kain yang paling atas bersamaan dengan itu diambil kain
penutupnya, lalu dililitkan kain yang kedua dan ketiga.
2) Jenazah perempuan, dilulut dahulu dengan minyak wangi, kemudian diikat
kerudungnya, dililitkan dengan urut kain sarung, baju kurung, mantel jaz
dan kain biasanya.

PERHATIAN!

Bagi seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan ihram, jenazahnya:

a. Tidak diberi minyak wangi


b. Dikafani dengan kain ihram yang dipakai dan tidak ditutup
kepalanya (kepala terbuka)
2.6 Persiapan Mensholati Jenazah

a. Jenazah diletakkan di tempat yang paling depan tengah, dengan posisi


membujur dan posisi kepala berada di sebelah kanan arah ka’bah
b. Bagi orang yang akan menshalatkannya memenuhi dulu syarat-syarat
syahnya shalat, antara lain: Suci dari najis dan hadats, menutup aurat,
dan menghadap kiblat
c. Shalat jenazah dilakukan dengan berjama’ah sebanyak 3 shaf, 5 shaf dan
seterusnya (tetap bilangan gasal), bisa dilakukan di dalam masjid
d. Imam berdiri pada arah kepala jenazah, jika jenazah laki-laki dan pada
arah lambung atau tengah, jika jenazah perempuan

2.7 Pelaksanaan Mensholati Jenazah

Shalat jenazah dilakukan dengan empat takbir diakhiri salam, tanpa ruku’ dan
sujud.

Takbir Pertama

a. Berdiri tegak, lalu dengan niat ikhlas karena Allah, mengangkat tangan
sampai bahu, ibu jari sejajar telinga, dan telapak tangan menghadap
Kiblat, jari-jari tidak terlalu renggang atau rapat, seraya membaca takbir
(Allahu Akbar), lalu tangan diturunkan dan telapak tangan kanan
diletakkan pada punggung telapak tangan kiri di dada.
b. Kemudian membaca surah al-Fatihah
Takbir Ke dua

a. Selesai membaca surah al-Fatihah lalu bertakbir (Allahu Akbar)


b. Dilanjutkan membaca do’a shalawat Nabi:

Takbir Ke tiga

a. Selesai membaca shalawat lalu bertakbir (Allahu Akbar)


b. Lalu membaca do’a:
Artinya: “Ya Allah ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, maafkanlah dia
selamatkanlah dia (dari beberapa hal buruk), tempatkanlah dia di tempat yang
mulia (surga), luaskanlah kuburnya, mandikanlah ia dengan air dan salju,
bersihkanlah ia dari segala kesalahan sebagaimana pakaian putih dibersihkan
dari kotoran. Gantilah rumah yang lebih baik (di surga) dari pada rumahnya (di
dunia), dan berilah keluarga yang lebih baik (di surga) dari pada keluarganya (di
dunia), dan berilah jodoh yang lebih baik (di surga) daripada jodohnya (di
dunia), jagalah ia dari fitnah kubur dan siksa neraka”. [Sunan Abu Dawud,
Sunan Ibnu Majah]

Takbir Ke empat

a. Selesai membaca do’a kemudian bertakbir (Allahu Akbar)


b. Lalu membaca do’a lagi

Artinya: “Ya Allah ampunilah kami yang (masih) hidup dan yang (telah) matiyang
hadir (ada) dan yang tidak ada, yang kecil (muda) dan yang tua, yang laki-
laki dan perempuan. Ya Allah kepada orang-orang yang Engkau hidupkan
diantara kami, maka hidupkanlah dia dalam (keadaan) Islam, dan kepada orang-
orang yang Engkau matikan dari kami, maka matikanlah ia dalam (keadaan)
iman. Ya Allah, jangan Engkau menjauhkan kami dari pahalanya, dan jangan
Engkau menyesatkan kami sesudahnya”. [Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasai,
Musnad Ahmad]

Jika Jenazah masih anak-anak, do’a yang dibaca adalah


Artinya: Ya Allah, jadikanlah ia pendahulu (penjemput) dan pelebihan (tabungan)
serta pahala bagi kami. [Shahih Bukhari, Musnad Ahmad, Sunan Ibnu Majah]

Diteruskan menoleh ke kanan dengan membaca salam

Dilanjutkan menoleh ke kiri dengan membaca salam

PERHATIAN!

a. Jika seseorang meninggal karena: syahid, jelas munafiq, dan bunuh diri tidak
di sholati
b. Sholat Jenazah dilakukan tidak pakai ruku’, sujud dan duduk
c. Lebih baik Imam sholat jenazah dari keluarga atau kerabat terdekat d. Sebelum
sholat dilaksanakan sebaiknya disampaikan tentang haqqul adami (sangkut
paut utang piutang)

2.8 Persiapan Penguburan Jenazah

a. Siapkan tempat penguburan dan menggalinya dengan baik, dan cukup sesuai
besar kecilnya jenazah
b. Siapkan batu nisan
c. Siapkan keranda
d. Bila penggalian liang lahat telah selesai, jenazah dibawa ke kuburan
dengan cepat, diam (tidak berbicara) dan tidak kasar
e. Pelayat mengiringinya dengan berjalan kaki di sekelilingnya, dan yang
berkendaraan berada di belakangnya
f. Ketika masuk kuburan membaca do’a sebagai berikut:

Artinya: Salam sejahtera kepadamu, wahai perumahanan orang-orang mukmin,


dan Insya Allah kami akan menyusul kamu sekalian. Ya Allah, janganlah
Engkau menjauhkan kami dari pahala mereka dan janganlah Engkau timbulkan
fitnah kepada kami sepeninggal mereka. [Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad]

2.9 Pelaksanaan Penguburan Jenazah

a. Keranda diletakkan membujur dengan posisi kepala berada pada arah


kaki
b. Lalu keranda dibuka dan jenazah diangkat bersamaan dengan itu
keranda ditarik dari arah kaki
c. Jika jenazah perempuan, di atas liang lahat dibentangkan kain atau
sejenisnya, lalu jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat dari arah kaki
d. Kemudian jenazah diletakkan dalam liang lahat dengan posisi
menghadap ke arah kiblat, sambil membaca

Artinya: Dengan nama Allah dan atas nama (mengikuti) perilaku


Rasulullah (saw). [Musnad Ahmad, Sunan at-Tirmidzi] Atau:
e. Tanah bekas galian liang lahat dimasukkan kembali dengan dipadatkan
dan dirapikan, kemudian ditancapkan batu nisan berada pada arah
kepala

2.10 Do’a Selesai Penguburan Jenazah

Selesai mengubur dan sebelum meninggalkan tempat penguburan pelayat


mengambil tanah dan menaburkannya dari arah kepala tiga kali, lalu berdiri di
sisinya, dan membaca do’a sebagai berikut:

Artinya: “Ya Allah ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, maafkanlah dia
selamatkanlah dia (dari beberapa hal buruk), tempatkanlah dia di tempat yang
mulia (surga), luaskanlah kuburnya dan lembutkanlah bumi tempat tidurnya
dan jauhkan dia dari siksa kubur dan lindungilah dia dari siksa neraka. Ya
Allah teguhkanlah dia dengan perkataan yang benar di dunia dan akhirat”.
[Sunan Abu Dawud, Shahih Bukhari-Muslim]

PERHATIAN!

a. Wanita tidak diperkenankan mengikuti penguburan. Boleh ziarah setelah


penguburan selesai.
b. Setelah jenazah sampai dikuburan, pelayat tidak boleh duduk sebelum
jenazah diletakkan
c. Jika sampai di kuburan, penggalian liang lahat belum selesai dan jenazah
telah diletakkan, pelayat diperkenankan duduk dengan menghadap kiblat
dan tidak di atas kubur
d. Yang turun (menerima, dan meletakkan jenazah) di dalam liang lahat
adalah orang yang tadi malam tidak berhubungan suami istri (jimak)
e. Pelaksanaan penguburan tidak dilakukan pada waktu matahari hampir
atau sedang terbit atau terbenam dan ketika matahari persis di atas
kepala
f. Dilarang meninggikan kuburan “mengijing” atau membangun bangunan
permanen di atasnya, cukup memberi tanda di atasnya dengan batu
atau sebangsanya
g. Jika masuk dalam kuburan, berjalanlah di antara kubur dan melepas alas
kaki

3. Takziyah dan Ziarah

3.1 Takziyah

a. Pengertian takziyah

Takziyah adalah melawat keluarga jenazah baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk menghibur mereka dengan cara memberikan ucapan
belasungkawa, menshalatkan, menganjurkan bersabar dan tabah dalam
menghadapi dan menerima musibah dan cobaan serta mendo’akan jenazah
agar mendapatkan ampunan semua dosa dan kesalahannya kemudian
ditempatkan di tempat yang mulia (surga jannatun Na’im)

b. Tujuan takziyah

1) Mengurangi beban yang diterima


2) Mengurangi kesedihan yang dialami
3) Bisa menerima musibah dengan sadar dan ikhlas bahwa itu semua
adalah kehendak Allah (swt)
4) Menyerahkan segala sesuatu kepada Allah (swt)

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1) Jangan menangisi jenazah dengan berlebihan


2) Jangan menjelek-jelekkan jenazah
3) Jangan menambahi beban pada keluarga jenazah baik mental maupun
materi
4) Memberikan sumbangan materi baik berupa uang atau lainnya
5) Dianjurkan kepada pelayat agar membuatkan makanan untuk keluarga
jenazah
6) Dilarang meratapi jenazah, menampar pipi, merobek-robek pakaian, dan
meratap-ratapan jahiliyah (tidak mengapa menangis), berkumpul di tempat
keluarga sesudah dikubur, sehingga mereka membuatkan makan bagi
pelayat

3.2 Ziarah Kubur

a. Pengertian ziarah kubur

Ziarah kubur adalah mengunjungi suatu tempat yang di dalamnya terdapat


jenazah yang dikuburkan, baik yang ada hubungan saudara maupun tidak

b. Tujuan ziarah kubur

1) Mengingatkan kepada yang bersangkutan bahwa manusia itu pada


akhirnya akan mati termasuk dirinya
2) Agar berhati-hati dalam meniti kehidupan di dunia, supaya
memperbanyak amal sholih, menjalankan ibadah dengan sungguh-
sungguh dan tertib, jangan sampai melakukan pelanggaran ajaran Allah
dan Rasulullah saw
3) Mendo’akan orang yang telah meninggal lebih dahulu dan dikubur di kuburan
itu

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1) Setelah sampai kuburan pada waktu masuk supaya mengucapkan salam


2) Membuka alas kaki pada saat berjalan diantara kuburan, kecuali jalan
yang secara khusus dibuat untuk jalan
3) Tidak dibenarkan meminta-minta pada ahli kubur
4) Tidak dibenarkan meminta-minta pada ahli kubur
5) Tidak dibenarkan menangis dengan keras (meratap)
6) Tidak dibenarkan membawa bunga-bunga apapun ketika berziarah
7) Tidak dibenarkan menjadkan jenazah sebagai perantara hubungan kepada
Allah
8) Sebaiknya wanita tidak sering-sering ziarah kubur
9) Duduk menghadap kiblat dan tidak duduk di atas kuburan seseorang
10) Ziarah kubur dianjurkan bagi setiap mukmin, dan bagi mukminat
diperbolehkan, akan tetapi tidak terlalu sering
11) Bila sampai di kuburan mengucapkan salam dan do’a sebagai berikut:
Artinya: Salam sejahtera kepadamu wahai perumahanan orang-orang mukmin,
dan Insya Allah kami akan menyusul kamu sekalian. Ya Allah, janganlah
Engkau menjauhkan kami dari pahala mereka dan janganlah Engkau
timbulkan fitnah kepada kami sepeninggal mereka. [Sunan Ibnu Majah,
Musnad Ahmad]

Anda mungkin juga menyukai