Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Prostat adalah organ tubuh yang paling sering terkena penyakit pada pria berusia diatas
50 tahun. Kelenjar prostat adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi
mensekresikan getahnya secara langsung ke dalam uretra berupa cairan encer berwarna putih
seperti susu mengandung enzim antikoagulan dan asam sitrat (nutrisi bagi sperma). Ketika
obstruksi terjadi pada prostat maka akan menyebabkan terjadinya retensi urin, lemahnya
aliran atau pancaran urin. Prostat merupakan suatu organ yang terdiri dari komponen
kelenjar, stroma dan muskular. Kelenjar ini mulai tumbuh pada kehamilan umur 12 minggu
karena pengaruh dari horman androgen yang berasal dari testis janin. Prostat merupakan
derivat dari jaringan embrional sinus urogenital. Letak kelenjar prostat disebelah inferior
buli-bulu, didepan rektum dan membungkus uretra posterior. Ukuran rata-rata prostat pada
pria dewasa 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Prostat menghasilkan suatu
cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini
dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian
bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Cairan ini merupakan 25 % dari volume
ejakulat. Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker ganas
dapat memblok uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih.

Sampai saat ini, tindakan Transurethral Resection of the Prostate (TURP) merupakan
terapi operatif terpilih untuk penanganan Obstruksi Prostat baik di dunia maupun di
Indonesia (EAU Guideline, 2014). Prostate Spesific Antigen (PSA) adalah protease yang
diproduksi sebagian besar di sel epitel prostat, sehingga PSA dianggap sebagai suatu
pemeriksaan yang spesifik untuk organ prostat. Dari berbagai penelitian, didapatkan bahwa
nilai PSA serum secara konsisten dapat memprediksi risiko pembesaran prostat yang
berhubungan dengan adanya retensi urin dan tindakan operasi. Nilai normal kadar PSA

1
serum adalah 4 ng/ml. Pada pasien dengan PSA serum lebih dari 4 ng/ml, angka kejadian
obstruksi karena prostat adalah 89%, sementara pasien dengan PSA kurang dari2 ng/ml,
angka kejadian obstruksi karena prostat adalah 33%. (EAU Guidelines, 2014).
Adanya kerusakan pada struktur jaringan prostat dapat menyebabkan lebih banyak PSA
yang memasuki sistem sirkulasi, sehingga terjadi peningkatan kadar PSA serum. Penyakit
pada prostat yang paling umum terjadi adalah Obstruksi Prostat, Prostatitis, BPH, dan
Kanker Prostat, di mana penyakit-penyakit tersebut dapat dihubungkan dengan peningkatan
kadar PSA serum. Kondisi lain yang dapat meningkatkan kadar PSA secara sekunder di
antaranya adalah aktifitas fisik, infeksi, dan pemakaian obat-obatan (AUA Guidelines, 2000).
Secara histologis,terdapat 20% pria berusia 41-50 tahun menderita obstruksi prostat, 50%
pada usia 51-60 tahun,dan >90% pada usia di atas 80 tahun. Di dunia, menurut data dari
World Health Organization (WHO) berkisar antara 0,5-1,5/100.000 penduduk dunia, dengan
angka kematian yang sangat jarang (WHO,1995). Penelitian lain menunjukkan bahwa 90%
pria berusia di antara 45 dan 80 tahun menderita gejala saluran kemih bagian bawah (AUA
Guideline,2010).

1.2. Tujuan Penulisan laporan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa


Obstruksi Prostat melalui pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

● Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan diagnosa Obstruksi Prostat


● Mahasiswa mampu membuat diagnosa keperawatan menurut prioritas pada klien
Obstruksi Prostat
● Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien Obstruksi
Prostat

2
● Mahasiswa mampu menganalisis komplikasi apa saja yang akan terjadi dengan
pasien Obstruksi Prostat
● Mahasiswa mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan
● Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah di terapkan
● Mahasiswa mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1. Tinjauan Teoritis Medis

● Judul (diagnosa medis) : Obstruksi Prostat


● Ruangan : 4G06

2.1.1. Definisi Penyakit :


Obstruksi prostat adalah penyumbatan pada kelenjar prostat, karena adanya
sumbatan yang menyebabkan gerak alir air kemih tertahan (retensi), dan membuat
penyempitan pada kelenjar prostat.
Dari pengertian diatas maka kelompok menyimpulkan bahwa obstruksi
prostat adalah penyumbatan dari faktor-faktor pencetus (etiologi) dan
mengakibatkan penyempitan pada kelenjar prostat dan membuat air kemih
tertahan atau (retensi).
2.1.2 Etilogi / penyebabnya

Penyumbatan atau penyempitan pada prostat (pria) akibat dari adanya :

1). Batu (bisa pada ginjal, ureter atau kandung kemih)

3
2). Tumor (bisa dimana saja atau bisa diluar saluran kemih, semua dapat menekan
kelenjar prostat)

3). Infeksi saluran kemih (karna tertahanya urin dan membentuk batu)

4). Timbunan lemak

5). Gumpalan darah

6). Prostatitis

7). Kandung kemih yang lemah yang tidak dapat mendorong urin keluar (karena
obat tertentu atau kondisi neurologis)

8). Struktur bawaan abnormal (jaringan abnormal yang menhalangi hubungan


antara ginjal dan ureter, atau uretra), terutama terjadi pada anak-anak dengan
kelainan bawaan pada struktur organ perkemihan.

9). Trauma atau fraktur panggul

10).Jaringan abnormal yang dihasilkan iustrumentasi saluran kemih (juga disebut


struktus) benda anus.

2.1.3 Anatomi dan Fisiologi

4
Gambar Bagian sistem perkemihan

Sistem perkemihan merupakan sistem ekresi utama dan terdiri atas dua
ginjal (untuk mensekresi urin). Ureter (mengalirkan urin dari ginjal ke kandung
kemih). Kandung kemih (tempat urin dikumpulkan dan disimpan sementara) dan
uretra (mengalirkan urin dari kandung kemih keluar tubuh).
Gambar diatas menunjukan sistem perkemihan. Sistem perkemihan
berperan penting dalam mempertahankan homeostatis komsentrasi air dan
elektrolit didalam tubuh. Ginjal yang menghasilkan urine dari hasil sisa
metabolisme meliputi nitrogen yang merupakan senyawa urea dan asam urat,
kelebihan ion, serta beberapa obat.
Urin terdiri atas air (96%), urea (2%), dan sisanya 2% terdiri dari asam
urat, kreatinin, amonium, natrium, kalium, klorida, fosfat, sulfat dan oksalat.
Urin berwarna kuning jernih karena adanya urobilin serta pigmen empedu
yang diubah diusus, direabsorbsi kemudian diekresikan oleh ginjal. Berat jenis
urin antara 1020 dan 1030 . Sedangkan PH urin sekitar 6 ( rentan normal 4,5-8).
Orang dewasa yang sehat mengeluarkan 1000-1500 ml urin per hari. Jumlah urin
yang dihasilkan dan berat jenisnya tergantung pada asupan cairan dan jumlah
larutan yang diekresi. Produksi urin berkurang saat tidur dan latihan ( Ross And
Wilson. 2011).

5
Gambar kelenjar prostat
Kelenjar prostat adalah suatu kelenjar fibromascular yang melingkar
bedder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang
dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata : panjang 3,4 cm lebar 4,4 cm,
tebal 2,6 cm secara embriologis terdiri dari 5 lobus yaitu lobus madius 1 buah,
lobus anterior 1 buah, lobus posterior 1 buah lobus lateral 2 buah. Selama
perkembanganya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan menjadi satu
disebut lobus madius.pada penampang lobus madius kadang-kadang tidak tampak
karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen bewarna abu-abu dengan kista
kecil berisi cairan seperti susu. Kista ini disebut kelenjar prostar. Prostat itu hanya
ada pada pria.

2.1.4 Manifestasi Klinik


Pembesaran prostat menggangu aliran kencing. Selain pipa saluran
kencing terjepit, aliran kandungan kemih tersumbat, sehingga menjadi tak rata

6
datar lagi. Akibat jepitan saluran kemih dan tidak ratanya alas kandung kemih (1)
pancaran kencing berkurang dan ukuran penanmpang kencing kecil, (2) kencing
menjadi lebi sering, sedikit-sedikit pengen kencing lagi, (3) sering kencing malam
hari, (4) Selalu merasa tak puas sehabis BAK, (5) kemungkinan muncul kencing
darah
(Nadasul. Hendrawan. 2009).

7
Patofisiologi Obstruksi Prostat

8
2.1.5 Penatalaksanaan dan pengobatan medis
1. Non farmakodinamik
a. Kurangi minum setelah makan malam dan atur pola minum intake dan
output cairan, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari alkohol
b. Berendam dengan menggunakan air hangat
c. Pembatasan konsumsi purin karena bisa bersifat kapur
d. Membatasi kalsium pospat, magnesium

2. Farmakodinamik
a. Bloker α-arenergik (contoh obat: fenoksibenzamin, prazonin).
b. Antiandrogen yang bekerja selektif pada tingkat seluler prostat (contoh obat:
finasteride)
c. Kateterisasi intermiten jika terdapat kegagalan otot detrusor.
d. Dilatasi balon dan stenting pada prostat (pada pasien yang tidak siap
operasi.

3. Pembedahan
Pembedahann dilakukan pada sebagian pasien yang mengalami obstruksi
prostat. Biasanya pengankatan bagian adenomatosa prostat dilakukan dengan
pembedahan. Prosedur yang digunakan untuk operasi prostat yaitu :
a. TURP (sebuah prosedure endoscopic dimana dapat dilihat secara
langsung bagian yang di sesected) dengan elektrokauter atau laser.
b. Ablasi ternal pada prostat
c. Prostatektomi terbuka pada ukuran yang besar yang dapat dilakukan
secara transversal atau retropubik.

2.1.6 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan penunjang dasar (Laboratorium)
a. Urinaslisis dan kultur urin untuk membuktikan adanya infeksi atau
hematuria
b. Diagnostic Peritoneal lavage (DPL)
9
c. Ureum + elektrolit dan kreatinim serum
d. Prostat Spesifik Antigen (PSA) adalah protein yang dihasilkan oleh sel
prostat untuk mengatur kekentalan (viskositas) cairan semen (sperma):
untuk memastikan kecurigaan terhadap keganasan
2. Pemeriksaan penunjang lanjutan
a. Catatan harian berkemih (intake output cairan urin)
b. Uroflowmetri dan peengukuran volume residu urin (normal < 100 ml):
membuktikan obstruksi
c. Ultrasonografi ginjal dan kandung kemih
d. Ultrasonografi transrektal
e. Sistoskopi yaitu tes medis yang membantu dokter memeriksa bagian
dalam kandung kemih dan uretra menggunakan tabung tipis fleksibel
berlensa melalui uretra kedalam kandung kemih.

3. Pemeriksaan radiologi
1). BNO (Blass Nier Overzicht), adalah suatu pemeriksaan radiologi
untuk melihat saluran kemih
2). Sistogram, adalah suatu gambaran rontgen dari kandung kemih yang
diperoleh melalui urografi.
3). Retograd
4). Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang
diagnostic yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi
yang tinggi dalam menghasilkan imajing, tanpa menggunakan radiasi,
tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek
samping (non invasif)
5). CT- scan, untuk mengetahui letak obstruksi prostat
6). Cstoscopy
Cstoskopi adalah teknik pemeriksaan berisiko rendah yang
menentukan kondisi dari uretra dan kandung kemih. Tindakan ini
menggunakan sistoskop, yaitu tabung lentur atau kaku dengan kamera dan
sumber cahaya, yang bergerak melalui uretra dan masuk ke kandung
kemih
7). Intravenous Urethrography (IVU)
merupakan suatu pemeriksaan secara radiologi dari saluran
perkemihan dengan menggunakan media kontras positif yang disuntikkan

10
melalui pembuluh darah vena, dengan tujuan untuk mengetahui anatomi
dan fisiologi 
8). Foto polos abdomen

2.1.7 Komplikasi
1. Komplikasi dari sudut pandang perjalanan penyakitnya
Berdasarkan sudut pandanng perjalanan penyakitnya obstruksi prostat
dapat menimbulkan komplikasi yaitu: inkotnensia paradoks, batu kandung
kemih, hematuria, sistitis, pielonefritis, retensi urine akut atau kronik, refluks
vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal.
2. Komplikasi pembedahan
a. Pendarahan pascaoperasi dan retensi bekuan darah
b. ISK (infeksi saluran kemih)
c. Ejakulasi retrograd, impotensi.
d. Sindrom TURP: pada 2% pasien penyerapan cairan irigasi melalui sinus
vena pada prostat menyebabkan hiponatremia, hipotensi, dan asidosis
metabolik
e. Inkontinensia
f. Striktur uretra

2.1.8 Menurut Browo dan rahardjo prognosis obstruksi prostat adalah


1. Keparahan obstruksi yang lamanya 7 hari dapat menyebabkan kerusakan
ginjal. Jika keparahan obstruksi diperiksa dalam 2 minggu maka akan
diketahui sejauh mana tingkat keparahan. Jika obstruksi keparahanya lebih
dari 3 minggu maka akan lebih dari 50% fungsi ginjal rusak.
2. Prognosis yang lebih buruk ketika obstruksi komplikasi sisertai dengan infeksi
obstruksi yang diterapi akan menunjukan efek samping yang merugikan.

11
2. 2. Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1. PENGKAJIAN
a. Kaji Identitas :
● Usia : Golongan usia 40 tahun ke atas
● Jenis Kelamin : Laki-laki
● Pekerjaan : Kuli panggul, Tukang bangunan, buruh.
● Lingkungan di sekitar tempat tinggal : sanitasi yang tidak baik / buruk
b. Keluhan utama :
Kaji terhadap adanya nyeri pada daerah panggul hingga ke organ reproduksi, kaji
nyeri pada bagian kandung kemih dan kelenjar prostat
c. Keluhan saat ini :
Tanyakan pada pasien adanya mual, muntah, anoreksia, warna urin apakah adanya
darah yang di rasakan saat berkemih
d. Riwayat Kesehatan :
Menggunakan pengkajian anamnesis ( untuk mengetahui kesehatan terdahulu dan
kondisi penyakit keluarga

12
1. Kaji gejala awal yang muncul di riwayatnya yang berhubungan dengan fungsi
kandung kemih, uretra, dan kelenjar / pembesaran pada kelenjar prostat.
2. Kaji apakah ada penyelagunaan alkohol, rokok, atau obat-obatan dalam jangka
waktu yang lama, sekarang atau masa lampau (durasi atau jumlahnya )
3. Kaji atau tanyakan riwayat kontak dengan zat-zat toksik atau pasien menggunakan
toksik zat atau obat yang besifat toksik
4. Kaji dan tanyakan mengenai riwayat kesehatan keluarga tentang adanya kanker,
penyakit ginjal, hipertensi atau penyakit jantung.

e. Pemeriksaan fisik
● Kaji tingkat kesadaran = Kesadaran compas mentis
● Periksa TTV =
- TD : >120/80 mmHg - RR : 12-20 x/menit
- N : > 60 – 100 x/menit - S : > 37,5 C
● Pengkajian terhadap keseluruhan warna kulit, sklera mata, kelenjar saliva, kuku,
dan adanya pruritus.

● Pengkajian Head to toe


Biasanya pada pasien dengan diagnose obstruksi prostat didapatkan data sebagai
berikut:
1. Kepala
- Inspeksi : wajah normal, simetris kanan dan kiri, kulit wajah berwarnasawo
matang, rambut sudah mulai beruban, bentuk tengkorak normal, kulit kepala
normal dan tidak mengalami peradanga, tumor maupun bekas luka.
- Palpasi : tidak terdapat massa, pembengkakan, dan nyeri tekan.

2. Mata
- Inspeksi : sklera mata tampak ikterik, konjungtifa merah muda, tidak terdapat
ptosis (turunnya kelopak mata bagian atas) reaksi pupil terhadap cahaya isokor.
- Palpasi : tidak ada massa, nyeri, edema dan nyeri tekan.

3. Telinga

13
- Inspeksi : bentuk normal, berwarna coklat, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
edema, serumen, maupun pendarahan.
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

4. Hidung
Inspeksi : tidak terdapat lesi, pembekakan, polip, lubang hidung simetris
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada tululang hidung simetris

5. Mulut
- Inspeksi : mukosa bibir kering, tidak ada lesi, warna lidah pucat.
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan massa.

6. Leher
- Inspeksi : bentuk leher simetris, warna kulit merata sawo matang, tidak ada
pembekakan dan pembesaran tiroid, tidak terdapat vena jugularis yang
muuncul di area leher
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

7. Dada
- Inspeksi : bentuk dada kanan dan kiri simetris, tidak ada peradangan, tidak
terdapat vena-vena yang menonjol di area sekitar dada,
- Palpasi : suara paru terlihat sanor/resonan dari ICS I-V
- Askultasi : Suara paru normal (Vasikular)

8. Perut
- Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tidak ada pembesaran pada
abdomen/asites, tidak ada scar atau vena-vena yang menonjol, tidak ada
pembekakan
- Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada bagian bawah perut, skala (A/I) = 4/5
- Perkusi : Tidak ada asites

9. Genital
- Inspeksi : terdapat pembengkakan
- Palpasi : terdapat nyeri tekan dan massa

10. Alat Gerak :


- Inspeksi : tidak terdapat otrofi/hipertrofi pada kaki atau tangan tidak ada
kontraktur, tidak ada tremor atau kelemahan (paralisis), CRT < 2 detik

14
- Palpasi : tidak ada edema dikaki atau tangan, tidak ada nyeri tekan dan
krepitasi
Kekuatan otot 5 5

- Perkusi : kekuatan otot bisep dan trisep normal

Pengkajian 11 Pola Gordon

1. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan

- Kaji dan tanyakan pada pasien bagaimana pola kesehatan, arti kesehatan dan sakit

bagi pasien, pengetahuan status kesehatan pasien, perlindungan terhadap kesehatan

seperti skrining, kunjungan kepusat layanan kesehatan, pengobatan yang pernah

dilakukan, perilaku mengatasi masalah kesehatan dan pemeriksaan yang berkaitan.

Pada umumnya pasien akan mengeluh sering mengkonsumsi obat-obatan/ jamu/

herbal untuk mengatasi nyeri pada bagian genitalia, kurang pengetahuan tentang

penyakit, jarang berobat.

2. Pola Metabolik dan Nutrisi

- Kaji dan tanyakan pada pasien bagaimana kebiasaan makan, jenis, dan jumlah

makanan yang dikonsumsi, adanya melakukan diet, napsu makan, mukosa mulut,

mual muntah, alergi terhadap makanan, berat badan, tinggi badan. Pada umumnya

pasien akan mengeluh tidak napsu makan, suka mengkonsumsi gorengan, anoreksia

dan penurunan berat badan.

3. Pola Eliminasi

15
- Kasi kebiasaan pola BAK dan BAB seperti frekuensi, jumlah, warna, bau, nyeri,

kemampuan mengkontrol BAB dan BAK dan data pemeriksaan fisik terkait

abdomen, genitalia, rectum, dan prostat. Pada umumnya pasien akan mengeluh nyeri

saat BAK dengan frekuensi < 4 kali, berwarna gelap, atau kuning keruh, kemampuan

mengkontrol BAK menurun. BAB frekuensi dua hari sekali, feses berwarna kuning

kecoklatan, kemampuan mengkontrol BAB masih baik. Terdapat benjolan pada

bagian bawah abdomen, bising usus < 5-30 x/menit. Terdapat pembengkakan pada

prostat dan nyeri tekan pada saat dipalpasi, teraba massa.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

- Kaji bagaimana aktivitas pasien sehari-hari seperti olahraga, frekuensi, durasi dan

intensitas. Kemampuan untuk merawat diri sendiri seperti berpakaian, mandi makan,

dan kekamar mandi. Aktivitas yang dilakukan mandiri, bergantung, atau

membutuhkan bantuan, serta pemeriksaan kardiovaskular, muskuloskeletal dan

neurologi. Pada umumnya pasien akan mengeluh aktivitas yang dilakukan sehari-hari

menjadi terbatas, pasien merasa kelelahan, sulit untuk duduk ataupun berjalan karena

nyeri yang dirasakan dan adanya massa yang mengalami pembesaran di prostat,

jarang berolahraga, bepakaian, mandi, dan makan masih bisa dilakukan. Pemeriksaan

fisik RR : 12-20 x/menit, Nadi : >100 x/menit, TD : > 120/80 mmHg.

16
5. Pola Istirahat dan Tidur

- Kaji bagaimana kebiasaan tidur pasien, penggunaan alat untuk mudah tidur seperti

mendengarkan musik atau menggunakan obat-obatan, gejala gangguan pola tidur,

nyeri, pemeriksaan fisik (kantung mata, mengantuk). Pada umumnya pasien akan

mengeluh kebiasaan tidur terganggu karena nyeri pada bagian bawah abdomen dan

prostat dan biasanya minum obat analgesik untuk mengurangu nyeri, dan sering

terbangun malam hari untuk BAK, terdapat kantung mata.

6. Pola Presepsi dan Kognitif

- Kaji bagimana gambaran tentang indeks khusus (penglihatan, penciuman,

pendengaran, perasa, dan peraba) pengkajian nyeri, tingkat pengetahuan pasien untuk

mengkontrol nyeri. Pada umumnya pasien akan mengeluh nyeri pada bagian bawah

abdomen, nyeri pada prostat, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri menyebar, dan nyeri

saat ditekan, dengan skala nyeri A/I : 5/10, biasanya pasien mngatasi nyeri dengan

cara menggunakan obat analgesik.

7. Pola Konsep Diri dan Presepsi Diri

- Kaji bagaimana keadaan sosial pasien (pekerjaan, situasi/kondisi keluarga, dan

kelompok sosial), harga diri. Data pemeriksaan fisik (mengurung diri, murung, dan

tidak mau berinteraksi). Pada umumnya pasien akan mengatakan mengeluh dengan

pekerjaan yang dilakukan karena sering mengangkat beban / benda berat

17
sehinggadapat meningkatkan tekanan intraabdomen, keadaan lingkungan yang kurang

baik seperti sanitasi yang buruk, pasien mnejadi jarang berinteraksi dengan orang

sekitar karena sulit berjalan ataupun duduk yang dikarenakan nyeri dan massa yang

ada pada prostat.

8. Pola Hubungan dan Peran

- Kaji bagaimana gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga dan teman kerja.

Kepuasan dan ketidakpuasan menjalankan peran, efek satus kesehatan, hubungan

dengan orang lain, dan dukungan keluarga. Pada umumnya pasien akan mengeluh

kurang percaya diri akibat gaya berjalan yang berubah karena adanya pembesaran,

massa, dan nyeri pada prostat, dukungan keluarga selalu ada untuk pasien.

9. Pola Reproduksi dan Seksualitas

- Kaji bagimana masalah atau perubahan seksual, gambaran perilaku seksual, efek

terhadap kesehatan. Pada umumnya pasien akan mengelu pola hubungan seksual

dengan pasangan berubaha.

10. Pola Toleransi Terhadap Stres dan Koping

- Kaji bagiamana sifat oencetus stres yang dirasakan, tingkat stres, strategi yang

dilakukan untuk mengatasi stres tersebut, mekanisme koping yang digunakan,

hubungan antara manajemen stres dan keluarga. Pada umumnya pasien akan

mengeluh stres karena penyakit yang dialami, biasanya pasien akan merasa tidak

nyaan dan mengeluh nyeri.

11. Pola Keyakinan dan Nilai

18
- Kaji bagimana latar belakang budaya, status ekonomi, keyakinan dalam budaya yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

2.3. Asuhan Keperawatan

2.3.1 Diagnosa keperawatan


- Sebelum operasi
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot spinter
2. Gangguan eliminasi berhubungan dengan obstruksi skunder yang menyebabkan
retensi urin
3. Resiko infeksi berhubungan dengan port entree mikroorganisme melalui
kateterisasi
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
5. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah keginjal
- Sesudah operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan sepasme kandung kemih dan insisi sekunder pada
TURP
2. Resiko inkontinensia post op berhubungan dengan pemasangan kateter urine
terlalu lama
3. Resiko operasi post op berhubungan dengan luka operasi yang tidak terawat
2.3.2. Tujuan
- Sebelum operasi
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot spingter

19
➢ Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 3 hari pasien mampu
mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat
➢ Kriteria hasil : secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau
hilang, pasien dapat beristirahat dengan tenang dengan hasil TTV dalam
rentang yang normal.
2. Ganguan eliminasi berhubungan dengan obstruksi skunder yang menyebabkan
retensi urine
➢ Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat melakukan
eliminasi urine
➢ Kriteria hasil : intake cairan dalam rentang normal, bebas dari isk
3. Resiko infeksi berhubungan dengan port entree mikroorganisme melalui
kateterisasi
➢ Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari
infeksi
➢ Kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak ada bengkak,
anitema, nyeri, luka insisi semakin sembuh dengan baik
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
➢ Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, ansietas
berkurang, pasien dapat mengontrol kecemasan diri, tingkat kecemasan dan
koping untuk mengatasi hal tersebut
➢ Kriteria hasil : pasien dapat mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas, mengidentifikasi dan menunjukan teknik untuk mengontrol cemas

5. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal berhubungan dengan penurunan sirkulasi


darah keginjal
➢ Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien pasien dapat
melakukan eliminasi urine, perfusi jaringan renal baik

20
➢ Kriteria hasil : tidak ada gangguan mental, orientasi kognitif dan kekuatan
otot, tidak distensi vena leher
- Sesudah operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan sepasme kandung kemih dan insisi sekunder pada
TURP
➢ Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam rasa nyeri
berkurang atau hilang
➢ Kriteria hasil : Pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang, ekspresi
wajah klien tenang, tanda-tanda vital dalam rentang normal
2. Resiko inkontinensia post op berhubungan dengan pemasangan kateter urine
terlalu lama
➢ Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mengontrol
urine yang keluar dan masuk
➢ Kriteria hasil : pasien mengatakan jumla urine yang keluar hampir sedikit
sama dengan cairan urine yang masuk

3. Resiko operasi post op berhubungan dengan luka operasi yang tidak terawat
➢ Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mengetahui
cara merawat luka dengan baik
➢ Kriteria hasil : pasien dapat merawat luka dan cara penanganan agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

2.3.3. Intervensi dan Rasional
- Sebelum operasi
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot spinter
➢ Intervensi :
- Mandiri

21
1. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor
pencetusserta penghalang nyeri
2. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri ( gelisa, peningkatan
Tekanan darah dan denyut nadi
3. Beri kompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
- Kolaborasi
Laporkan kepada dokter jika nyeri meningkat
- Edukasi
Edukasi kepada klien bagaimana teknik relaksasi
- Sportif
Anjurkan kepada pasien dan keluarga pasien untuk menhindari ( kopi,
teh, merokok, abdomen tegang)
➢ Rasional :
1. Meberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan atau
keefekifan intervensi
2. Memberikan informasi untuk membantu dalam membantu keefektifan
dalam menentukan pilihan
3. Untuk meningkatkan relaksasi otot
4. Untuk menurunkan sepasme kandung kemih
5. Pembesaran prostat dapat terjadi dengan hilangnya sebagian kelenjar
2. Gangguan eliminasi berhubungan dengan obstruksi skunder yang menyebabkan
retensi urin
➢ Intervensi :
- Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam
(mulai hari kedua post operas)
- Ukur intake output cairan
- Berikan tindakan asupan atau pemasukan oral 2000-3000 ml ml/hari.
Jika tidak kontraindikasi

22
➢ Rasional :
- Cairan membantu mendistribusikan obat-obatan keseluruh tubuh.
Resiko terjadinya ISK dikurangi bila aliran urine konstan
dipertahankan melalui ginjal
- Menjamin keamanan untuk penyembuhan pasca operasi
- Cairan membantu mendistribusikan obat-obatan keseluruh tubuh
3. Resiko infeksi berhubungan dengan port entree mikroorganisme melalui
kateterisasi
➢ Intervensi :
- Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan seteril
- Observasi insisi ( adanya indurasi drainase dan kateter), (adanya
sumbatan, kebooran)
- Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, juga kulit sekitar kateter
dan drainase
➢ Rasional :
- Gumpalan darah menyumbat kateter, menyebabkan peregangan dan
pendarahan kandung kemih
- Sumbatan pada selang kateter oleh bekuan dapat menyebabkan
distensi kandung kemih, dengan peningkatan sepasme
- Untuk mengurangi resiko nfeksi
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
➢ Intervensi :
- Kaji tingkat anxietas
- Observasi TTV
- Berikan informasi yang jelas tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan
- Berikan suport melalui pendekatan spiritual
➢ Rasional :

23
- Mengetahui tingkat anxietas yang dilami klien, sehingga memudakan
dalam memberikan tindakan selanjutnya
- Indikator dalam mengetahui penigkatan anxietas yang dialami klien
- Mengerti atau memahami proses penyakit dan tindakan yang
diberikan
- Agar klien mempunyai semangat dan tidak putus asa dalam
menjalankan pengobatan dan penyembuhan
5. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah keginjal
➢ Intervensi :
- Monitor Hmt ureum, albumin, total protein, serum osmolalitas, dan
urine
- Pertahankan intake dan output secara adekuat
- Monitor hemodinamik setatus
➢ Rasional :
- Membantu pasien menghitung hmt, ureum, albumin, total protein,
serus osmolalitas dan urine
- Agar jumla cairan yang keluar sama dengan yang masuk
- Sesudah operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan sepasme kandung kemih dan insisi sekunder pada
TURP
➢ Intervensi :
- Kaji sekala nyeri
- Jelaskan pada klien tentang gejala dini sepasmus kandung kemih
- Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam
➢ Rasional :
- Mengetahui sekala nyeri
- Klien dapat mendeteksi gejala dini spasmus kandung kemih

24
- Mengenal gejala-gejala dini dan sepasmus kandung kemih
2. Resiko operasi post op berhubungan dengan luka operasi yang tidak terawat
➢ Intervensi :
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas
drainage
- Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
- Intruksikan pasien untuk minum antibitik sesuai resep
➢ Rasional :
- Mengetahui tanda-tanda infeksi
- Pasien dapat mengetahui sejauh mana kondisi lukanya
- Dapat membantu proses penyembuhan kepada pasien

25
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

- LAMPIRAN

26
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai perbandingan antara temuan berdasarkan
kondisi yang kelompok temukan di lapangan dan teori-teori berkaitan dengan Obstruksi Prostat
yang telah kami kumpulkan dalam laporan pendahuluan (LP).

Pasien Tn. W masuk rumah sakit pada tanggal 07 Juni 2016 dan dilakukan pengkajian
pada tanggal 9 Juni 2016. Klien memiliki diagnosa medis obstruksi prostat. Klien masuk dengan
keluhan utama merasa lemah, saat berkemih tidak keluar urine , nyeri saat berkemih dibagian
genitalia. Ketika dilakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri ketika BAK, nyeri yang
dirasakan pada area genitalia dengan skala A/I=6/5, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang
timbul, serta tidak menyebar dan pada bagian ini akan dijelaskan mengenai perbandingan antara
temuan berdasarkan kondisi yang kami temukan di lapangan dengan teori-teori yang berkaitan
dengan Obstruksi Prostat yang telah kami kumpulkan dalam laporan pendahuluan .

Berdasarkan teori ada beberapa etiologi yang menyebabkan obstruksi prostat :

1. Terdapat batu ( bisa pada ginjal,ureter , kandung kemih , saluran prostat)


2. Terdapat tumor
3. ISK (Infeksi Saluran Kemih )
4. Timbunan Lemak (Hiperlipidemia)
5. Gumpalan darah
6. Prostatitis
7. Struktur bawaan abnormal
8. Trauma atau Fraktur panggul

27
Teori tersebut sesuai dengan penyebab yang dialami oleh pasien Tn. W. Penyebab obstruksi pada
Tn. W.adalah trauma saat jatuh dari motor . Dan sempat mengalami fraktur panggul yang tidak
begitu parah dan pasien tidak memeriksakan lebih lanjut . Pasien sebenarnya memiliki keluhan
BAK tidak lancar pada siang hari dan pada malam hari BAK pasien sedikir-sedikit, kejadian ini
sudah hampir 1 tahun dialami pasien. Dan 3 hari terakhir, pasien mengeluh BAK tidak keluar
sama sekali , akhirnya ia memeriksakan keadaannya ke Rumah Sakit .

Berdasarkan teori ada beberapa manifestasi klinis yaitu pancaran kencing berkurang. BAK sering
dan sedikit-sedikit, tidak merasa puas saat BAK , Nyeri saat BAK ,kemungkinan muncul
perdarahan, sering BAK di malam hari . Manifestasi klinis pada pasien yang kami kaji
berdasarakan data subjektif yang pasien sampaikan dan data objektif yang kami kaji beberapa
saja yang sesuai dengan teori yang berbeda yaitu pasien tidak mengalami perdarahan.

Data pengkajian yang didapatkan dari pengkajian terhadap pasien dengan teori sesuai. Menurut
teori, usia pasien yang dapat terkena obstruksi prostat adalah golongan usia 40 tahun keatas
dengan jenis kelamin laki-laki. Pasien berjenis kelamin laki-laki usia 68 tahun. Keluhan utama
dan keluhan saat ini dalam teori kurang sesuai dengan yang dialami pasien. Menurut teori
terdapat nyeri pada daerah panggul hingga ke organ reproduksi, untuk keluhan saat ini yaitu
adanya mual, muntah, anoreksia, warna urin apakah adanya darah yang di rasakan saat berkemih.
Keluhan utama pasien adalah mengeluh nyeri saat BAK, pasien juga mengeluh nyeri pada bagian
bawah perutnya tepatnya dibagian prostatnya dengan skala nyeri A/I= 6/5 nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan hilang timbul.
Pola nutrisi dan metabolik pasien tidak terganggu, sebelum sakit pasien makan 3x sehari
dengan lauk pauk, sayuran, dan buah yang tercukupi setiap harinya, begitupun setelah sakit,
pasien memiliki nafsu makan yang baik, hanya saja pasien mengeluhkan bahwa masakan yang
dimasak kurang sesuai dengan selera pasien, jadi biasanya pasien hanya memakan masakan yang
dibawa oleh isterinya saja. Antara teori dan pengkajian terhadap pasien, tidak sesuai, karena
dalam teori dikatakan bahwa pasien akan mengalami nafsu makan menurun, penurunan berat
badan, bahkan sampai anoreksia.
Pola eliminasi antara teori dan pengkajian pasien sesuai, dimana pasien mengeluh nyeri
saat BAK, urine yang keluar hanya berupa tetesan. Dari pengkajian fisik yang ditemukan
pembengkakan pada prostat.

28
Pola aktivitas dan latihan sesuai antara teori dengan pengkajain terhadap pasien. Pasien
mengeluh tidak bisa lagi beraktifitas seperti biasanya karena nyeri yang dirasakan menganggu
aktifitas sehari-harinya.
Pola istirahat dan tidur kurang sesuai dengan yang dialami pasien, dimana pasien tidak
mengalami gangguan pola tidur, walaupun sering terbangun dimalam hari untuk BAK.
Pola konsep diri dan persepsi diri antara teori dan pengkajian terhadap pasien kurang
sesuai. Pasien mengatakan bahwa penyakitnya saat ini tidak begitu membuatnya rendah diri,
pasien masih dapat berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya dengan baik.
Pola hubungan dan peran sesuai antara teori dan pasien. Dimana pasien ketika sakit tidak
bisa menjalankan perannya sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah untuk keluarga. Namun
walaupun begitu dukungan keluarga selalu ada untuk pasien, sehingga pasien selalu bersemangat
dan termotivasi untuk lekas sembuh.
Pola reproduksi dan seksualitas antara teori dan pengkajian terhadap pasien sesuai
dimana pasien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya, karena obstruksi pada
prostat yang dialami.
Pola keyakinan dan nilai sesuai antara teori dan pasien. Pasien adalah suku jawa dan
seorang muslim yang taat beribadah. Namun selama sakit, pasien tidak bisa sholat 5 waktu
seperti biasanya.
Berdasarkan teori , masalah keperawatan yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami
obstruksi prostat adalah :

1. Nyeri
2. Gangguan eliminasi
3. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal
4. Resiko infeksi
5. Ansietas
6. Nyeri akut post op
7. Hematoma
8. Gangguan keseimbangan elektrolit .

Pada pasien yang kami kaji , masalah keperawatan yang kami temukan adalah :

1. Nyeri

29
2. Gangguan eliminasi
3. Ansietas

Jadi diagnosa keperawatan yang kami ambil dari masalah keperawatan yang dialami pasien
adalah

1. Nyeri b.d spasme otot spinter ditandai dengan klien mengatakan nyeri saat berkemih dan
Skala nyeri : A/I = 6/5, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan nyeri tidak menyebar dan hilang
timbul.
2. Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi sekunder yang menyebabkan retensi urine
ditandai dengan klien mengatakan sering terbangun dimalam hari untuk BAK dan urine
yang keluar sedikit-sedikit.
3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit ditandai dengan Klien mengatakan
khawatir akan operasi TURP yang akan dijalani karena tidak ada keluarga yang
menemani.

Intervensi yang dimuat dalam tinjauan teoritis tidak semua dilakukan pada pasien. Intervensi
yang dilakukan untuk mengatasi nyeri adalah memonitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi,
durasi, dan faktor pencetus serta penghalang nyeri, observasi tanda-tanda non verbal nyeri (
gelisah, peningkatan TD & denyut nadi), dan memberikan obat Ketorolac jam 08.00 WIB
melalui IV dengan dosis 30mg TDS. Intervensi yang dilakukan untuk gangguan eliminasi
adalah memonitor output urine pasien yaitu mengosongkan kantong urin bag dan mencatat
serta meloporkan hasilnya pada perawat. Intervensi untuk ansietas adalah memotivasi pasien
melalui pendekatan spiritual dan mengedukasi pasien mengenai tindakan operasi yang akan
dijalaninya yaitu menjelaskan mengenai operasi TURP, sehingga pasien mengerti mengapa
dilakukan operasi TURP pada prostatnya.

30
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Obstruksi Prostat menyerang hanya pada pria . Obstruksi Prostat biasanya terjadi
pada pasien dengan golongan usia 40 tahun ke atas. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak
faktor seperti ISK, Prostatitis , BPH ,kelainan, trauma, hyperlipidemia atau adanya
sumbatan seperti batu atau tumor dll, yang sering kita kenal dengan penyumbatan pada
kelenjar Prostat. Pengobatan Obstruksi prostat dapat dilakukan dengan pengobatan
konserfatif dan operatif. Operatif melaui TURP ( Trans Urethral Reseksi Prostat) . Setelah
melakukan asuhan keperawatan terhadap Tn. W yang berusia 68 tahun dengan diagnosa
medisnya Obstruksi Prostat penulis menyimpulkan bahwa: pengkajian data penyakit
Obstruksi Prostat tidak semua sama berdasarkan kajian teori. Ada beberapa hal yang secara

31
teori dialami oleh pasien tetapi ketika dilakukan pengkajian kepada Tn. W, hal tersebut
tidak dialaminya. Asuhan keperawatan yang tepat, diagnosa yang tepat , medikasi yang
tepat akan memperbaiki prognosis penyakit tersebut dan mencegah komplikasi lainnya .

5.2 Saran

Tumor prostat menyerang pada laki-laki, maka untuk laki-laki, harus menjaga pola
makanan dan menjalankan gaya hidup yang sehat, karena terkadang kebiasaan pun
merupakan salah satu pencetus utama yang dapat menyebabkan Obstruksi Prostat karena
laki-laki dengan Obstruksi Prostat sering sekali menahan kencing, yang membuat sampai
air kencing yang sebenarnya harus di keluarkan, ditahan dan lama kelamaan terbentuklah
batu yang membuat penyumbatan, serta yang dapat dilakukan juga yaitu melakukan
pemeriksaan secara berkala terhadap organ genital.

32

Anda mungkin juga menyukai